Penjelasan tentang ayat muhkam sudah disinggung melalui firman Allah Swt dalam
surat Ali Imran ayat 7:
َ ه َُو الَّ ِذ ۡۤى اَ ۡن َز َل َعلَ ۡيكَ ۡال ِك ٰت
ِ ب ِم ۡنهُ ٰا ٰيتٌ ُّم ۡح َكمٰ تٌ هُنَّ اُ ُّم ۡال ِك ٰت
ب َواُ َخ ُر ُمت َٰشبِ ٰهتٌؕ فَا َ َّما الَّ ِذ ۡينَ فِ ۡى قُلُ ۡوبِ ِهمۡ َز ۡي ٌغ َفيَتَّبِ ُع ۡونَ َما تَشَابَهَ ِم ۡنهُ ۡابتِ َغٓا َء
هّٰللا ۤ ۡ
ل?م َيقُو?لُو?نَ ا? َمنَّا بِه?? ُك ٌّل ِّمن? ِعن? ِد َربِّنَا ِ س ُخو?نَ ِفى ال? ِع ِ ? الفِ ۡتنَ ِة َو ۡابتِ َغٓا َء ت َۡا ِو ۡيلِ ٖ ۚه َو َما يَ ۡعلَ ُم ت َۡا ِو ۡيلَهٗ اِاَّل ُ?? َو ال ّر
ِ ّ ُ قَ ۡبلِمُک ۡ ل َ َعلَّمُك ۡ تَتَّ ُق ۡو َۙن يٰٓـ َاهُّي َا اذَّل ِ ۡي َن ٰا َمنُ ۡوا ُك ِت َب عَلَ ۡيمُک
الص َيا ُم اَمَک ُك ِت َب عَىَل اذَّل ِ ۡي َن ِم ۡن
Jika dilihat dari aspek maknanya, ayat Alquran dapat dibedakan menjadi dua jenis,
salah satunya adalah ayat muhkam. Secara bahasa, ayat muhkam berasal dari kata
ahkama yang berarti kuat atau dikuatkan. Sedangkan secara istilah, ayat muhkam
adalah ayat-ayat Alquran yang jelas maknanya.
Seperti yang telah diketahui, di dalam al-Quran maksud ayat-ayatnya ada yang
mudah difahami dan ada yang samar-samar yang memerlukan penjelasan yang lebih
mendalam atau lebih dikenali dengan ayat mutasyabihat. Maksud mutasyabihat
secara bahasa berasal dari perkataan tasyabuh iaitu menyerupai salah satu daripada
dua perkara yang bukan daripada dirinya sendiri.
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang beriman
dan beramal soleh, sesungguhnya mereka beroleh syurga yang
mengalir di bawahnya beberapa sungai. Setiap kali mereka
diberikan satu pemberian dari sejenis buah-buahan syurga itu,
mereka berkata: “Inilah yang telah diberikan kepada kami dahulu”
dan mereka diberikan rezeki itu yang sama rupanya (tetapi
berlainan hakikatnya), dan disediakan untuk mereka dalam syurga
itu pasangan-pasangan, isteri-isteri yang sentiasa bersih suci,
sedang mereka pula kekal di dalamnya selama-lamanya”.
Al-Baqarah (2): 25
23
Kalimah رها
ً ۭ ش ِب
َ تم
َ ه ُم ۟ َوُأ ُتmaksudnya adalah sebahagian buah-buahan di dalam
ِ ِوا ب
syurga
itu serupa dengan yang lain dari segi warna, tapi berlainan rasa dan bentuknya.
Begitu juga dengan ayat mutasyabihat, kalimahnya adalah sama tapi maksudnya
berlainan22. Definisi pula mutasyabihat terdapat perbezaan pendapat mengenainya.
Menurut Imam al-Suyuti dalam kitab ‘al-Itqan’, definisi muhkam adalah ayat yang
dapat diketahui dengan dalil yang jelas mahupun yang samar, definisi mutasyabihat
pula adalah ayat yang maknanya hanya diketahui Allah SWT, seperti terjadinya hari
kiamat, keluarnya Dajjal dan huruf-huruf muqattacah pada awal surah. Muhkam juga
adalah ayat yang tidak ditakwilkan hanya mempunyai satu makna sahaja, manakala
mutasyabihat adalah ayat yang mempunyai banyak maksud23. Selain itu, ayat-ayat
sifat yang akan dibincangkan di dalam kajian ini termasuk dalam kategori ayat-ayat
mutasyabihat.
Para ulama memberiikan contoh ayat-ayat Muhkam dalam al-Qur’an dengan ayat-ayat
nasikh, ayat-ayat tentang halal, haram, hudud (hukuman), kewajiban, janji dan ancaman.
Sementara untuk ayat-ayat mutasyabih mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mansukh dan
ayat-ayat tentang Asma Allah dan sifat-sifat-Nya, antara lain:
Dan masih banyak lagi ayat Muhkan dan Mutasyabih yang lainnya. Termasuk di dalamnya
permulaan beberapa surah yang dimulai dengan huruf-huruf Hija’iyah dan hakikat hari
kemudian serta ‘Ilmus-Sa’ah.
1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya bagi orang yang kemampuan bahasa arabnya
lemah, dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti dan maksudnya, sangat besar
faedahnya bagi mereka.
2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya, juga memudahkan bagi mereka
dalam menghayati makna, maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-
ajarannya.
3. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati , dan mengamalkan isi kandungan al-
qur’an karena lafal ayat-ayatnya telah diketahui ,mudah difahami, dan jelas pula untuk
diamalkan.
4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena
arti lafal sudah jelas maksudnya tidak harus menunggu penafsiran atau penjelasan dari lafal
ayat atau surah yang lain.
1. Untuk menambah pahala, karena dengan adanya ayat ini mengharuskan penambahan daya
dan upaya dalam mengungkap maksudnya[10].
2. Sebagai rahmat Allah SWT. Bagi hamba-Nya yang tidak mampu mengetahui segala sesuatu.
Karena itulah Allah Swt tidak mengatakan di dalam Al-Qur’an kapan akan terjadinya kiamat
sebagaimana Allah SWT tidak mengatakan kapan ajal seorang manusia akan datang.
Sehingga manusia tidak malas untuk mempersiapkan bekal menghadap-Nya.
3. Membuktikan kemukjizatan al-qur’an, ketinggian mutu sastra dan balaghohnya, agar
manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan
wahyu ciptaan Allah SWT.
4. Al-Qur’an berisi dakwah kepada orang-orang tertentu dan umum. Orang-orang awam
biasanya tidak menyukai hal-hal yang bersifat abstrak. Karena itu jika mendengar tentang
sesuatu yang “ada” tetapi tidak berwujud fisik dan berbentuk, maka ia akan menyangka
bahwa hal itu tidak benar, kemudian ia terjerumus ke dalam ta’thil (peniadaan sifat-sifat
Allah). Oleh sebab itu, sebaiknya mereka diajak bicara dengan bahasa yang menunjukkan
kepada apa yang sesuai dengan imajinasi dan khayalnya dan dipadukan dengan kebenaran
yang bersifat empirik[11].
Terdapat pada ayat-ayat Mutasyabihat tentang sifat-sifat Allah swt. dan berita gaib.
Seperti dalam surat al-Fath ayat 10.
َِْ
ِمِيه
يدَْ َأ
ْقَو
داف
ُيَ
...tangan Allah di atas tanganmereka....
Pada lafal يدmengalami ketersembunyian makna, sehingga para Mufassir memberi
berbagai macam Ta‟wil pada lafal tersebut seperti kekuasaan, dukungan, dan
kekuatan mengingat ada pengaruh yang besar dalam aspek Teologis.
Ditinjau dari segi kalimat, seperti umum dan khusus, misalnya uqtulul musyrikina,
dari segi cara, seperti wujub dan nadb, misalnya, fankhihu ma taba lakum minan
nisa, dari segi waktu, seperti nasikh dan mansukh, dari segi tempat dan hal-hal lain
yang turun di sana, atau dengan kata lain, hal-hal yang berkaitan dengan adatistiadat
jahiliyah, dan yang dahulu dilakukan bangsa Arab.12