Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam hal pengajaran, metode mengajar itu sangat penting untuk dimiliki
oleh seorang pendidik, karena dengan metode yang efektif dan tepat maka mata
pelajaran yang akan disampaikan itu akan berjalan dengan lancar. Selain itu
kelancaran materi ajar tergantung pada bagaimana seorang pendidik menerapkan
materinya kepada anak didik serta bagaimana model/ cara memahamkan materi
tersebut. Kebanyakan saat pelajaran akan dimulai dari sebagian anak didik ada
yang tidak serius, gaduh, ada yang bermain-main dan lain sebagainya. Kadang
pada waktu guru datang mengucapkan salam, maka anak didik menjawab dengan
bermacam-macam, tetapi jelas di sini menunjukkan tidak adanya suasana belajar
yang sungguh-sungguh.
Metode pengajaran dalam pendidikan agama Islam perlu mencakup
pembinaan psikomotor, kognitif, afektif dan ketrampilan. Namun dalam bagian
afektif inilah yang paling rumit dan sering dikeluhkan oleh para pendidik
khususnya materi agama, karena menyangkut pembinaan rasa aman, dan rasa
beragama.
Dari literatur pendidikan Barat dapat diketahui banyak metode mengajar
seperti metode ceramah, diskusi, sosioderama, bermain peran, pemberian tugas,
resitasi dan metode dialog. Metode itu banyak sekali, dan akan bertambah terus
sejalan dengan kemajuan perkembangan teori-teori pengajaran. Tidak dapat
dibayangkan akan sejauh mana perkembangan metode-metode tersebut. Metode-
metode mengajar ini disebut metode umum. Disebut metode umum karena
metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya. Biasanya studi
tentang “metode mengajar umum disebut dengan menggunakan istilah metode
pengajaran. Untuk kepentingan pengembangan teori-teori pendidikan Islam,
masalah metode mengajar tidaklah terlalu sulit. Metode-metode mengajar yang

1
dikembangkan di Barat dapat saja digunakan atau diambil untuk memperkaya
teori tentang metode pendidikan Islam.”1
Metode dialog, yang dalam bahasa Arab disebut sudah lama dipakai orang
semenjak zaman Yunani. “Ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode ini,
yang dianggap oleh pendidik-pendidik modern berasal dari Filosof Yunani
Socrates, ( w. 399 SM). Ia memakai metode ini untuk mengajar muridnya supaya
sampai ketaraf kebenaran sesudah bersoal jawab dan bertukar fikiran.”2
Ahli-ahli pendidik Islam, selanjutnya mengembangkan metode ini sesuai
dengan tabeat agama dan akhlaknya. Dan atas itulah, metode dialog / hiwar
merupakan salah satu ciri-ciri khas Pendidikan Islam3. Sebenarnya di dalam Islam
metode ini sudah dikenal Nabi Muhammad SAW dalam mengajarkan Agama
kepada umatnya. Beliau sering berdialog / bertanya jawab untuk memberikan
pemahaman agama kepada merek.
Metode Hiwar yang digali dari sumber Islam, yaitu al-Qur'an dan Hadis,
sudah tentu dapat dipakai dalam pendidikan Islam, sesuai dengan tujuan
pengajaran yang hendak dicapai. Mungkin saja metode ini dapat menambah
metode-metode dari Barat. “Yang jelas, ada beberapa tujuan pendidikan dalam
Islam yang tidak dapat dicapai hanya dengan menggunakan metode mengajar dari
Barat. Metode dari al- Qur'an dan Hadis ini, mungkin dapat menutup kekurangan
ini.”4 Dalam makalah yang sederhana ini, dengan segala keterbatasan dan
kekurangan, penulis mencoba untuk menyajikan metode hiwar, dengan
sistimatika:

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu metode hiwar ?
1

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991), hal. 131

2
Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulya, 1990),
hal. 135

3
Omar Mohammad al-Taoumy al-Syaebani, Filsafat Pendidikan Islam, Terjemah,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal. 566
4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam, …, hal. 137

2
2. Bagaimana penerapan metode hiwar ?
3. Apa kriteria metode Hiwar ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah menerapakna metode Hiwar
dalam menghadapi gejolak Remaja pada zaman sekarang, dan juga untuk
memehami metode hiwar yang sebenarnya, penerapan metode hiwar dan untuk
mengetahui criteria metode hiwar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hiwar
Al-Hiwar dalam bahasa Arab bisa berarti “ jawaban “, dan berarti “ tanya
jawab “, “percakapan “, “dialog”,5 Makna-makan yang terakhir inilah yang sering
digunakan bagi nama suatu jenis metode pengajaran. Di dalam al-Qur’an terdapat
tiga ayat yang menggunakan kata “ “ yaitu pada surat al-Kahfi ayat 34 dan 37,
surat al-Mujadalah ayat 1,

Artinya :
“Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang
mu'min) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada
hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat"

Artinya :
“Kawannya (yang mu'min) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap
dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-
laki yang sempurna?
Dua ayat yang terdapat pada surat al-Kahfi, mengenai dialog seorang
pemilik kebun dengan seorang sahabatnya yang tidak memiliki banyak kekayaan
seperti pemilik kebun.
Ayat yang ke tiga yang memuat kata ini terdapat pada surat al-Mujadalah
ayat 1, yang mengkisahkan seorang wanita yang datang kepada Rasulullah,
mengadukan suaminya kepada Allah.

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir , (Yogyakarta: 1984), hal. 332

4
Sebagai dilihat yang bahwa untuk memberikan makna pada kata pada
surat al-Kahfi dengan arti yaitu “ bercakap-cakap”. Dan pada kata dalam surat al-
Mujadalah baik al-Maragi maupun al-Ragib al-Ashfahani memberikan arti yang
sama yaitu yang berarti “ soal jawab “.
Ada beberapa metode dalam pendidikan agama Islam yaitu:
1. Metode Hiwar (Percakapan) Qur’ani Dan Nabawi
Adalah percakapan yang dilakukan secara silih berganti antara dua aspek
atau lebih mengenai suatu topik dan sengaja diarahkan pada satu tujuan yang
dikehendaki oleh seorang pendidik.
Dampak bagi pembicara dan pendengar adalah:
a. Dialog itu berlangsung secara dinamis karena kedua pihak terlibat
langsung dalam pembicaraan sehingga keduanya tidak bosan
b. Pendengar tertarik untuk mengikuti terus pembicaraan itu karena ingin
tahu kesimpulannya.
c. Dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa
yang membantu mengarahkan seseorang menemukan sendiri
kesimpulannya.
d. Jika dilakukan dengan baik, maka akan mempengaruhi akhlak orang
lain.
2. Macam-macam hiwar:
a. Hiwar kitabi adalah dialog antara Tuhan dengan hambanya.
b. Hiwar washfi
c. Hiwar qishashi adalah dialog tentang sesuatu melalui kisah
d. Hiwar nabawi adalah dialog yang digunakan Nabi SAW dalam
mendidik sahabat-sahabatnya.
e. Hiwar jadali bertujuan mendidik orang menegakkan kebenaran dengan
menggunakan hujjah yang kuat, dengan alasan yang kuat mendidik
orang menolak kebathilan karena pikiran itu rendah dan mendidik
orang menggunakan pikiran yang sehat.

B. Pengertian Dan Tujuan Metode Hiwar

5
1. Pengertian Metode Hiwar
Hiwar mempunyai dampak yang dalam bagi pembicara juga bagi
pendengar pembicaraan . Itu disebabkan beberapa hal, yaitu :
a. Dialog itu berlangsung secara dinamis karena kedua pihak terlibat
langsung dalam pembicaraan; tidak membosankan. Kedua pihak saling
memperhatikan, jika tidak memperhatikan tentu tidak dapat mengikuti
jalan pikiran pihak lain. Kebenaran atau kesalahan masing-masing
dapat diketahui dan direspon saat itu juga. Topik-topik baru seringkali
ditemukan dalam pembicaraan seperti itu. Cara kerja metode ini seperti
diskusi bebas, tetapi guru menggiring pembicaraan ke arah tujuan
tertentu.
b. Pendengar tertarik untuk mengikuti terus pembicaraan itu, karena ia
ingin tahu kesimpulannya. Diikuti dengan penuh perhatian, tidak bosan
dan penuh semangat.
c. Metode ini dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan
dalam jiwa, yang membantu mengarahkan seseorang menemukan
sendiri kesimpulannya.
d. Bila hiwar dilakukan dengan baik, memenuhi akhlak tuntunan Islam,
maka cara berdialog, sikap orang yang terlibat, akan mempengaruhi
peserta, sehingga meninggalkan pengaruh berupa pendidikan akhlak,
sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang lain, dan
sebagainya.6

2. Tujuan Metode Hiwar


Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyebutkan beberapa tujuan metode
hiwar, antara lain :7
a. Mendorong siswa untuk mengeluarkan pendapatnya
Salah satu tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah menciptakan
suasana yang dinamis. Dengan suasana yang dinamis tersebut, sangat
dimungkinkan munculnya suasana belajar yang lebih interakrif, dimana peserta
didik memiliki jiwa yang kreatif. Salah satu jenis kreatifitas tersebut adalah
mereka para peserta didik terbiasa dengan mengeluarkan pendapatnya. Metode
hiwar sangat tepat untuk memunculkan suasana yang dimaksud.

Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Isalam, Terjemah,


(Bandung: Diponegoro, 1989), hal. 284

7
Muhammad Athiayh al-Abrasyi, Ruh al Tarbiyyah wa al-Ta'lim, (Kairo: Darr Ihya al-
Kutub al-Arabiyyah, 1950), hal. 282-283

6
b. Membiasakan siswa untuk berlatih mencari dan memecahkan masalah
Kebiasaan yang ada pada peserta didik adalah kurang peka terhadap
berbagai masalah yang ada dalam kaitannya dengan materi pelajaran yang
diterimanya.
c. Menghilangkan keragu-raguan pada pikiran siswa
Sifat yang biasanya ditemukan pada peserta didik adalah mereka biasanya
ragu- ragu dalam mengilustrasikan isi pikirannya. Hal ini disamping karena
perasaan rendah diri juga dikarenakan sifat kurang berani pada peserta didik.
Padahal sifat tersebut menjadikan peserta didik kurang terbuka pemikirannya.
Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk melatih sekaligus memberikan contoh
keberanian dalam mengemukakan pemikiran. Mekanismenya diantaranya adalah
melalui pemberian stimulasi berupa pertanyaan atau sebaliknya memberikan
jawaban yang dikehendaki peserta didik ketika mereka bertanya.
d. Membimbing siswa cara berfikir yang baik
Kerancuan berfikir tidak jarang diketemukan pada para peserta didik. Hal
ini dikarenakan kurang terbiasa untuk berfikir secara baik, yakni berfikir secara
sistematis. Agar para peserta didik terbiasa berfikir secara baik (sistematis), maka
guru berkewajiban untuk memberikan contoh sekaligus menyediakan sarana
untuk terciptanya suasana dimaksud. Kebiasaan dan suasana ini dapat diciptakan
melalui pemberian stimulus oleh guru terhadap peserta didik dalam metode hiwar.
e. Membimbing siswa cara mengambil keputusan dan menganalisa
Sifat malas berfikir pada gilirannya akan melahirkan kekurangberanian
untuk mengambil keputusan tertentu. Akibatnya peserta didik yang sudah terbiasa
dengan pola yang demikian kebingungan ketika diharuskan mengambil keputusan
pada masalah-masalah tertentu. Guru yang baik seharusnya melatih peserta
didiknya agar terbiasa dengan menganalisa masalah untuk mengambil keputusan
yang jelas. Media yang tepat dapat diterapkan oleh guru dalam proses belajar
mengajar melalui contoh menganalisa setiap masalah yang diberikan peserta didik
untuk kemudian disimpulkan atau diambil keputusannya yang tepat
f. Mencari pengetahuan baru dan mengambil manfa'atnya

7
Metode hiwar dapat digunakan sebagai sarana untuk mencarti pengetahuan
baru sekaligus mengambil manfaatnya. Sebab dari metode tersebut didapatkan
berbagai wawasan baru. Wawasam baru tersebut didapatkan melalui berbagai
pertanyaan sekaligus jawaban guru maupun peserta didik sebagai gambaran
luasnya pemikiran
g. Melatih kemampuan mendengarkan
Ada berbagai metode untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
Satu diantara metode tersebut adalah melalui aktifitas mendengarkan (hearing).
Aktifitas tersebut biasanya lebih gampang termemori dalam diri peserta didik.
Metode hiwar sangat memungkinkan peserta didik untuk lebih banyak
mendengarkan pengetahuan dari yang lain, yakni melalui pertanyaan ataupun
jawaban, baik dari peserta didik yang lain maupund dari guru yang mengajar.
h. Mendorong siswa untuk maju dan berkembang.
Salah satu motivasi agar peserta didik lebih maju dan berkembang adalah
mereka diberikan keleluasaan untuk mengemukakan pendapatnya. Dengan
keleluasaan tersebut mereka akan mengembarakan pikirannya untuk menjangkau
pemikiran yang lebih jauh. Pada term ini-maka metode hiwar sangat potensial
untuk menstimulasi kemajuan dan perkembangan peserta didik, terutama dalam
hal pengetahuannya.

C. Petunjuk Umum Pengajaran Berbicara


Secara umum tahapan dalam pembelajaran bahasa seperti halnya
pengajaran materi yang lain mengikuti alur perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran. Dalam konteks pengajaran Maharah al-Kalam, paling
tidak ada empat aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru ketika
merencanakan pelajaran yaitu: 1) Siapa yang akan diajar; 2) Apa yang perlu
diajarkan; 3) Bagaimana cara mereka akan diajar; 4) Dengan alat bantu apa
mereka akan diajar.
Terdapat beraneka macam teknik yang bisa digunakan untuk menciptakan
konteks penuh makna untuk praktek berbicara dalam bahasa Arab, teknik-teknik
pengajaran kalam dapat diklasifikasikan dalam pengajaran kalam untuk tingkat

8
pemula, tingkat menengah, dan tingkat lanjut. Beberapa petunjuk umum dalam
pengajaran berbicara antara lain sebagai berikut:
1. Pengajaran berbicara berarti melatih siswa berbicara.
2. Siswa hanya berbicara mengenai sesuatu yang dipahaminya.
3. Siswa dilatih untuk selalu menyadari apa yang dibicarakannya.
4. Guru tidak boleh memotong pembicaraan siswa atau terlalu banyak
mengoreksi kesalahan siswa.
5. Guru tidak menuntut siswa mampu berbicara persis seperti orang Arab.
6. Objek atau topik pembicaraan adalah sesuatu yang bermakna bagi siswa.8

Setelah mengetahui petunjuk umum pengajaran keterampilan berbicara di


atas, latihan berbicara dikelompokkan menjadi tiga tingkatan dengan teknik
pengajaran yang berbeda-beda.

1. Tingkat Pemula
Pada tingkat dasar ini siswa hanya terbatas pada pola-pola mengahafal
percakapan Arab saja. Topik percakapannya pun terbatas hanya seputar
perkenalan, profesi dan sebagainya. Teknik penyajiannya diawali dengan
pengucapan materi percakapan oleh guru untuk diotirukan, diperagakan dan
dihafalkan oleh siswa.Guru tidak boleh memperlihatkan bentuk tulisan dari
percakapan yang sedang diperagakan oleh siswa.Guru juga dapat memberikan
alternative vbentuk bahasa sesuai kemampuan siswa.

2. Tingkat Menengah
Setelah melewati tingkat dasar sebagai pemula, dilanjutkan naik pada
tingkat yang lebih kompleks. Percakapan yang dilakukan di tingkat menengah
topik yang diusung lebih luas dan lebih kompleks. Misalnya, memperbincangkan
pokok-pokok pikiran dari teks baik yang berupa lisan maupun tulisan. Guru hanya
menuliskan dan mengingatkan hal-hal yang dianggap penting misalnya nama-
nama orang yang terlibat di dalam percakapan dan dialog yang diperdengarkan
dan kosakata serta bentuk bahasa yang diduga sulit bagi siswa.

3. Tingkat Lanjutan
8

Aziz Fachrurrozi, dan Mukhshon Nawawi, ‫ أساليب تدريس المهارات اللغوية العربيية‬. hal. 14

9
Tahapan ini adalah tahap yang paling atas dan wujud percakapan yang
sebenarnya. Guru berfungsi sebagai pengarah daripada percakapan tersebut.

D. Teknik Operasional Pembelajaran Hiwar (Bercakap)


Pertama diberikan pengantar atau ilustrasi singkat mengenai mengenai
topik yang akan didialogkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan relevan
dengan topik. Pengantar ini diikuti dengan langkah-langkah berikut.
Kedua siswa mendengarkan materi hiwar melalui taape recorder dengan
penuh perhatian; sementara itu buku mereka ditutup, agar perhatian mereka
sepenuhnya terkonsentrasi pada bunyi dialog yang didengarkan.
Ketiga pengulangan istima’ (mendengarkan) sambil memahami isi hiwar
dengan melihat gambar yang tertera dalam buku. Tulisan hiwar dalam hal ini
masih belum boleh dilihat.
Keempat Pengulangan mendengar dengan dibarengi peniruan secara
kolektif (bersama-sama).
Kelima pengulangan mendengarkan sekali lagi dengan diikuti peniruan
secara berkelompok tertentu lalu secara individual.
Keenam, Pembacan teks hiwar (buku dibuka) oleh semua siswa, kelompok
atau oleh individu-individu.
· Ketujuh, Sebagian siswa secara berpasang-pasangan diminta untuk
melakukan dramatisasi dan bermain peranan sesuai dengan teks hiwar, Setelah isi
hiwar dipahami, barulah ditindaklanjuti dengan bahasan berikutnya; tadribat,
qawaid, qira’ah, insya’, dan sebagainya.

E. Keriteria Metode Hiwar


Dewasa ini dengan terjadinya perkembangan global disegala bidang
kehidupan selain mengindikasikan kemajuan umat manusia disatu pihak, juga
mengindikasikan kemunduran akhlak di pihak lain. Di samping itu, era informasi
yang berkembang pesat pada saat ini dengan segala dampak positif dan negatifnya
telah mendorong adanya pergeseran nilai di kalangan remaja.

10
Kemajuan kebudayaan melalui pengembangan IPTEK oleh manusia yang
tidak seimbang dengan kemajuan moral akhlak, telah memunculkan gejala baru
berupa krisis akhlak terutama terjadi dikalangan remaja yang memiliki kondisi
jiwa yang labil, penuh gejolak dan gelombang serta emosi yang meledak-ledak ini
cenderung mengalami peningkatan karena mudah dipengaruhi.
Gejala akhlak remaja yang cenderung kurang hormat terhadap orang tua,
melawan orang tua, terjerumus dalam perilaku sex bebas, kurang disiplin dalam
beribadah, mudah terpengaruh aliran sesat, pendendam, menjadi pemakai obat-
obatan, berkata tidak sopan, pendusta, tidak bertanggungjawab dan perilaku
lainnya yang menyimpang telah melanda sebagian besar kalangan remaja.
Kekerasan dan pergaulan bebas menjadi potret buram kehidupan remaja
saat ini. tawuran antarpelajar, seks bebas, hamil di luar nikah, aborsi, perkosaan,
pelecehan seksual dan peredaran VCD porno, narkoba dan HIV/AIDS menjadi
perkara yang lumrah di kalangan remaja saat ini. Padahal remaja merupakan
generasi penerus yang akan menerima tongkat estafet kebangkitan umat.
Bukti lain tentang kemerosotan akhlak remaja dapat dilihat dari hasil
temuan Tim Kelompok Kerja Penyalahgunaan Narkotika Depdiknas Tahun 2004
yang mengemukakan bahwa dari 4 juta pecandu nerkotika terdapat 20% pecandu
narkotika yang berstatus anak sekolah usia 14-20 tahun. Menurut Badan
Narkotika Nasional hingga saat ini pecandu narkotika bukan hanya terjadi di kota-
kota besar akan tetapi sudah meluas sampai ke pelosok-pelosok daerah.
Fenomena-fenomena yang tampak seperti yang dikemukakan diatas
merupakan krisis moral atau permasalahan akhlak yang dialami para remaja
dewasa ini. Oleh karena itu metode hiwar memeberikan soludi dalam semua aspek
dalam mengatasi masalah gejolak sosial. Kehidupan harus dilakukan dalam
rangka membentuk kepribadian yang utama sesuai dengan kaidah-kaidah Islam,
Metode hiwar adalah metode yang cukup banyak digunakan di dalam al- Qur'an,
karena metode ini memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh metode
lainnya. Adapun penggunaannya menurut Abdurrahman an-Nahlawi antara lain:
1. Hiwar Khitrabi bi nida'i ta'rif
Hiwar ini digunakan untuk menimbulkan rasa bangga dengan keimanan,
rasa tanggungjawab, dan agar berpegangteguh pada keimanan.

11
2. Hiwar Khitabi Tadzkiri
Hiwar ini digunakan untuk menimbulkan rasa syukur dan mau bertaubat,
dengan mengingatkan pada nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya,
dan dosa- dosa yang telah diperbuat
3. Hiwar Khitabi Tanbihi
Hiwar ini digunakan untuk merangsang dan membangkitkan perhatian
dengan menggunakan uslub istifham. Terutama kalau masalah yang akan
disampaikan itu merupakan masalah yang digunakan untuk memberi
kepuasan kepada pihak ke dua dengan memberikan argumentasi yang kuat
dan lengkap.9

Metode pendidikan islam memiliki peran yang strategis dalam mencapai


tujuan pendidikan. Tanpa adanya metode, maka proses pencapaian tujuan
pendidikan akan terhambat bahkan tidak berhasil sama sekali. Oleh karena itu
penting bagi pendidik atau guru untuk menguasai banyak metode dalam
melaksanakan kegiatan mendidik. Sebenarnya banyak literature-literatur yang
membahas tentang metode pendidikan yang dapat digunakan sebagai rujukan
dalam melaksanakan tugas mendidik. Namun sebagai pendidik atau guru agama,
menjadi penting juga untuk mengkaji, menemukan, dan menggunakan metode-
metode yang bersumber dari ajaran agama.
Al-Qur`an sebagai sumber utama ajaran Islam, yang wajib dipahami oleh
setiap muslim, menampilkan metode dan cara yang sangat menarik sehingga
memudahkan bagi mereka yang tertarik untuk mempelajarinya. Bagi seorang
pendidik atau guru agama Islam, juga dapat menggunakan beberapa metode
seperti metode yang termuat dalam Al-Qur`an. Ini menjadi penting untuk
menambah wawasan pendidik atau guru khususnya tentang metode pendidikan.
Hiwar yang berlangsung antara dua pihak berujung dengan hasil yang
sesuai dengan harapan, “maka ke dua pihak yang terlibat langsung dalam hiwar
ini harus memiliki kebebasan berpikir yang ditopang dengan rasa percaya diri dan
berpikir mandiri”10. Pikiran masing-masing tidak terkurung oleh perasaan takut

Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan, …, hal. 292-328


10

Muhammad Husen Ali Yasin, Al-Mabadi al-Asasiyyah fi Thuruq al-Tadris al-'Amah,


(Baerut Lubnan: Maktab al-Nahdhah, 1974), hal. 94

12
atau yang lainnya, yang akan mengakibatkan kehilangan kepercayaan diri, dan
kehilangan kemampuan untuk berpikir.
Rasulullah apabila berdialog beliau selalu berusaha agar kebebasan dan
kemandirian berpikir ini dimiliki oleh lawan bicaranya. Dalam beberapa ayat yang
cukup banyak, kemanusiaan / basyariah Rasulullah sering ditonjolkan, beliau itu
manusia biasa seperti mereka , tidak ada kelebihannya kecuali karena wahyu. Hal
ini seperti dalam Al-Qur'an surat 18 ayat 110 :
Artinya :
“ Katakanlah (Muhammad), “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya tuhan kamu
adalah tuhan yang maha esa.”maka siapa saja yang mengharap pertemuan
dengan tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebijakan dan janganlah dan
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada tuhannya.”
Demikian itu, agar mereka tidak memandangnya berlebihan,
memandangnya tetap sebagai manusia biasa, sehingga mampu berhadapan dan
berdialog secara bebas dan dengan pikiran yang bebas.
Orang yang terlibat dalam hiwar “hendaknya menyiapkan diri sebaik
mungkin untuk menerima kesimpulan atau kebenaran, khususnya dari materi dan
masalah yang dihasilkan dari dialog itu”11. Kalau saja sejak awal telah
menyiapakn pikirannya untuk menolak, maka hiwar atau dialog itu akan berubah
menjadi " Jadal " ( debat) atau dialog dan perdebatan yang tecela yang tidak
menghasilkan apa-apa kecuali penghamburan kalam saja. Sebab sekalipun dalal-
dalil deras menghujaninya, ia tetap akan menolok.
Segi ini telah mendapat penekanan dalam al-Qur'an . Al-Qur'an telah
berbicara mengenai orang-orang yang benar-benar tidak mau atau tidfak
bermaksud untuk beriman, seperti dalam surat 6 ayat ke 25 dan 26.
Di antara masalah yang cukup urgen dalam mengantarkan hiwar pada
tujuannya yang diharapkan, adalah “terciptanya suasana yang tenang untuk

11

Mani bin Abd al-Aziz al Mani dkk, Mudzakarah al-Daurath al-Tarbawiyyah al-
Qashirah, (Ma'had al-ulum al-Islamiyyah wa al- Arabiyyah fi Indonesia,1912 H), hal. 4

13
berpikir yang membawa manusia mampu berpikir secara orisinil, menjauhkan
suasana emosional”12.Sebab tidak jarang pikiran seseorang larut ke dalam sikap
suatu kelompok yang membawa semangat emosional untuk menguatkan pendapat
tertentu dan menolak pikira tertentu. Sehingga ia mengikutinya karena kondisi
keumuman, bukan hasil pikirannya yang jernih.
Al-Qur'an surat 34 (Saba) ayat 46 mengisyaratkan hal ini, di mana
amereka menuduh Rasulullah gila, itu semata -mata karena mereka terbawa emosi
kelompok yang memusuhinya. Dengan demikian ia tidak mampu berpikir tenang
dan jernih.
Masing-masing yang terlibat dalam hiwar hendaknya tahu benar materi
atau ide yang sedang atau akan dibicarakan sehingga tidak keluar dari topik yang
dibicarakan. Sebab jika keduanya atau salah satu tidak mengetahuinya, tentu
hiwar ini akan ngawur, tidak terarah, dan permasalahan tidak akan nyambung
antar keduanya.
Al-Qur'an telah memberi contoh, manusia yang menentang risalah dan
menolak para Rasul dengan tanpa dasar pengetahuan yang benar, seperti ayat 66
surat 3, Ada dua teknik yang diisyaratkan Al-Qur'an, yaitu hiwar yang sehat dan
hiwar yang tidak sehat. Hiwar yang tidak sehat biasanya, dalam menghadapi
lawan bicara biasanya menggunakan kata-kata dan uslum yang tidak sehat pula.
Hiwar ini tidak sekedar mematahkan argumentasi lawan, kalau perlu menghina
dan menyakitinya.
Adapun hiwar yang sehat adalah hiwar yang berdasarkan pada kelembutan
dan kasih sayang, dan berangkat dari kaidah-kaidah Islam yang memandang
bahwa materi hiear itu hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan, yaitu iman
kepada hak sdan melaksanakan tuntutannya. Dengan demikian, hiwar ini
menggunakan kata-kata dan uslub yang lembut dan bagus, yang mampu
menyentuh hati, mendekatkan pemikiran terhadap pemahaman dan hukum-hukum
yang benar, dan menjauhkan dari pengertian yang salah dan menyimpang.

12

Muhammad Athiayh al-Abrasyi, Ruh al Tarbiyyah wa, ..., hal. 316

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka pendidikan Hiwar
merupakan salah satu bagian pendidikan dalam Islam yang sangat diperlukan agar
anak memiliki akhlak yang baik. Akhlak yang baik dari seorang anak akan
melahirkan generasi yang baik pula, yaitu generasi muda atau remaja yang taat
kepada Allah, berbakti kepada orang tua dan memperhatikan hak-hak bagi
sauadara muslim yang lain.
Metode hiwar juga merupakan metode yang cukup banyak digunakan
dalam al- Qur'an, sebab metode ini memiliki banyak kelebihan, dibanding dengan
metode lainnya. Al-Qur'an merupakan satu-satunya kitab rujukan Rasulullah dan
para sahabatnya dalam mengembangkan uslub-uslub hiwar yang bermacam-
macam, dalam rangka menyebarkan risalah dan da'wah Islam. Siapa yang mampu
mengungkap banyak keunikan al-Qur'an, keindahan gaya bahasanya, kekokohan
argumentasinya, keluasan makna-maknanya, variasi-variasi penggunaan dan
penyajiannya, maka ia akan semakin kaya dengan pengetahuan, yang di antaranya
metode pendidikan. Al- Qur'an adalah kitab hiwar.
Di dalam al-Qur'an dan sunnah terdapat berbagai jenis metode dan bentuk
hiwar, yang terpenting adalah :
1. Hiwar khitabi atau ta'abbudi ( percakapan pengabdian), yang meliputi ;
Hiwar nida'u ta'rif bil iman, khitabi tadzkiri, khitabi tanbihi, khitabi athifi,
khitabi athifi tardidi, khitabi ta'ridi
2. Hiwar washfi ( percakapan deskriptif)
3. Hiwar qishashi ( percakapan berkisah )
4. Hiwar jadali ( percakapan dialektis)
5. Hiwar nabawi, yang meliputi athifi dan iqna'I
Metode-metode tersebut di atas telah banyak digunakan, dan diaflikasikan
oleh Rasulullah dan para sahabatnya dalam menanamkan nilai-nilai Islam, karena
Rasulullah adalah penapsir hidup dari maksud-maksud al-Qur'an, baik maksud
yang nampak maupun yang tersembunyi. Untuk itu metode-metode tersebut dapat
dipakai dalam pendidiakan Islam, sesuai dengan tujuan pengajaran yang hendak
dicapai.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan


Isalam, Terjemah, Bandung: Diponegoro, 1989.

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir , Yogyakarta: 1984.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 1991.

Aziz Fachrurrozi, dan Mukhshon Nawawi, ‫أساليب تدريس المهارات اللغوية‬


‫ العربيية‬.

Muhammad Athiayh al-Abrasyi, Ruh al Tarbiyyah wa al-Ta'lim, Kairo:


Darr Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, 1950.

Muhammad Husen Ali Yasin, Al-Mabadi al-Asasiyyah fi Thuruq al-Tadris


al-'Amah, Baerut Lubnan: Maktab al-Nahdhah, 1974.

Mani bin Abd al-Aziz al Mani dkk, Mudzakarah al-Daurath al-


Tarbawiyyah al- Qashirah, (Ma'had al-ulum al-Islamiyyah wa al- Arabiyyah fi
Indonesia,1912.

Omar Mohammad al-Taoumy al-Syaebani, Filsafat Pendidikan Islam,


Terjemah, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulya,


1990.

16

Anda mungkin juga menyukai