Anda di halaman 1dari 8

A.

Temuan Penelitian
Sebagaimana paparan data pada bab sebelumnya, telah ditemukan data dari hasil
wawancara mendalam, observasi pasif, dan dokumentasi tentang internalisasi nilai-
nilai ahlusunnah wal jama’ah an-nahdliyah dalam pembelajaran kitab kuning di
pondok pesantren Subulussalam dan pondok pesantren Raden paku, pada bab ini
akan peneliti sajikan uraian bahasan sesuai dengan fokus penelitian dan pertanyaan
penelitian, yaitu:
1. Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok
Pesantren Subulussalam dan Pondok Pesantren Raden Paku
a. Nilai-Nilai aqidah yang diinternalisasikan dalam pembelajaran kitab kuning
1) Tawassuth
Tawassuth atau moderat adalah berada di tengah-tengah, tidak terjebak
pada titik-titik ekstrim, tidak condong ke kiri atau cenderung ke kanan
serta seimbang antara dalil aqli dan naqli, tidak memihak tetapi lebih
lebih bersifat menengahi. Nilai ini bersumber dari QS al-Baqarah: 143.
2) I’tidal
Arti dari al-i'tidal adalah tegak lurus. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an
Allah SWT pada surat Al-Maidah ayat 8: Sikap I’tidal mengajarkan
untuk berlaku adil dan tidak berpihak kecuali pada yang benar.
3) Tasamuh
Sikap tasamuh atau toleransi yakni menghargai perbedaan serta
menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama.
Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang
berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah
SWT yang menjelaskan hal ini terdapat dalam surat Thaha ayat 44.
4) Tawazun
At-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan
dalil 'aqli dan dalil naqli. Sikap ini terdapat dalam firman Allah SWT
surat Al-Hadid ayat 25.
5) Amar ma’ruf nahi munkar
Pada hakikatnya amar ma’ruf nahi munkar merupakan bagian dari upaya
menegakkan agama dan kemaslahatan di tengah-tengah umat.
Perapkan amar ma’ruf mungkin mudah dalam batas tertentu tetapi akan
sangat sulit apabila sudah terkait dengan konteks bermasyarakat dan
bernegara. Oleh karena itu orang yang melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar harus mengerti betul terhadap perkara yang akan ia tindak, agar
tidak salah dan keliru dalam bertindak.
Nilai-nilai Aqidah yang tercantum diatas merupakan nilai-nilai yang kini
dimiliki oleh seluruh anggota santri pondok pesantren Subulussalam dan
pondok pesantren Raden Paku. Jika salah satu santri menunjukkan indikasi
untuk tidak mau menerapkan nilai-nilai tersebut akan ada pembinaan khusus
berupa takziran.
b. Metode internalisasi nilai-nilai aqidah dalam pembelajaran kitab kuning
1) Power Strategi
Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi orang lain untuk
bersedia untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya. Kemampuan
untuk memengaruhi orang lain merupakan inti penting dari seorang
pemimpin atau kepemimpinan.
Metode yang digunakan dipesantren dibuktikan dengan peran pemimpim
atau Kyai dengan segala kekuasaannya sangat doamin dalam melakukan
perubahan. Selain dari pengasuh, peran dewan asatidz, pengurus juga
mempunyai peran penting.
2) Persuasif Strategi
Persuasi adalah sebuah bentuk komunikasi yang bertujuan untuk
memengaruhi dan meyakinkan orang lain. Metode ini diterpakan di
pondok pesantren Subulussalam dan pondok pesantren Raden Paku
dengan pembiasaan yang wajib dilakukan dan dilaksanakan, yang mana
pembiasaan-pembiasaan jika tidak dilaksanakan aka nada takziran atau
hukuman tertentu karena sudah tercantum dalam aturan pondok.
3) Normative Re-Educative
Tahap terakhir yang menekankan bagaimana klien memahami
permasalahan pembaharuan seperti perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai
yang berhubungan dengan manusia Dalam pendidikan, sebuah strategi
bila menekankan pada pemahaman pelaksana dan penerima inovasi,
maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang kali.
Penerapan metode ini di pondok pesantren Subulussalam dan pondok
pesantren Raden Paku yakni dengan memberikan pemahaman atau alasan
yang baik bahwa apa yang dilakukannya ini merupakan suatu kewajiban
yang harus dilakukan dan juga merupakan sebuah tuntutan dan juga
menekankan bagaimana santri dapat memahami dengan baik dan benar.
c. Pengkajian kitab Aqidatul Awam
Kitab ‘Aqîdatul ‘Awâm dikarang oleh al-Imam al-‘Allâmah Ahmad bin
Muhammad Ramadhân bin Manshûr al-Makki al-Marzûki al-Mâliki al-
Husaini al-Hasani. Salah seorang mufti mazhab Maliki di Makkah. Kitab ini
sangat menarik untuk ditelisih sejarah dalam penyusunannya. Sudah kita
ketahui bahwa beliau bertemu dengan Rasulullah dan para sahabat yang oleh
Rasulullah beliau mendapat bimbingan dalam mimpi.
Pengajian kitab ini dilakukan dengan kegiatan seperti yang lain, yaitu melalui
metode bandongan. Kegiatan pengajian dengan metode ini menekankan
kepada ustadh dalam menjelaskan apa yang tertera dalam kitab tersebut.
Sehingga tranfer ilmu dapat terlaksana antara ustadh dengan para santri.
Tidak hanya sebatas pengajian biasa tersebut, akan tetapi bait-bait nadhom
dalam kitab ini juga dilalar setiap pelaksanaan pengajian. Hal ini selain
menambah pemahaman santri dari bait-bait nadhom tersebut.
a. Proses internalisasi yang dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1) Tahap Transformasi Nilai
Pada tahap ini yang dilakukan oleh Kyai atau Ustadz dalam
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada
santri. Nilai-nilai yang diberikan masih berada pada ranah kognitif santri
dan pengetahuan ini dimungkinkan hilang jika ingatan seseorang tidak
kuat.
2) Tahap Transaksi Nilai
Pendidikan nilai aqidah dilakukan melalui komunikasi dua arah yang
terjadi antara ustadz dan santri yang bersifat timbal balik sehingga terjadi
proses interaksi. Dengan adanya transaksi nilai, ustadz dapat
memberikan pengaruh pada santrinya melalui contoh nilai yang telah ia
jalankan.
3) Tahap Trans – Internalisasi
Tahap ini lebih mendalam dari tahap tahap-tahap sebelumnya. Pada
tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga
sikap mental dan kepribadian. Jadi, pada tahap ini komunikasi
kepribadian yang berperan aktif.
2. Internalisasi Nilai-nilai Syariah dalam Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok
Pesantren Subulussalam dan Pondok Pesantren Raden Paku
a. Bandongan dan Sorogan
Bendongan merupakan metode belajar kuno yang menuntut Kyai atau Ustadz
untuk menjadi teacher center (terpusat pada guru), jadi Kyai atau Ustadz
tersebut menerangkan dan menjelaskan materi, sedangkan santri hanya
sekedar mendengarkan dan lebih cenderung pasif.
Sebaliknya, metode belajar sorogan menuntut santri lebih aktif atau lebih
cenderung student center (terpusat pada murid), dimana santri maju satu
persatu untuk membacakan kitab yang telah dipelajarinya dihadapan Kyai
atau Ustadz.
Penerapan dari metode ini sendiri pada kedua pondok sama dengan
penerapan yang dilakukan oleh pondok pesantren yang lain. Sehingga yang
menjadi pengaruh dari metode ini adalah berasal dari pengajar atau ustadh
sendiri. Hal ini dapat dimaklumi mengingat seorang ustadh memiliki peran
yang sangat sentral dalam membimbing para santri menjadi lebih baik lagi.
b. Pengkajian Kitab dan al-Qur’an
Kita tidak boleh seenaknya asal mengutip Alquran dan hadis. Harus ada
kaidah-kaidah tertentu yang dijadikan pedoman. Kalau semua orang bisa
seenaknya mengutip ayat Alquran dan hadis, lalu kesimpulan hukumnya bisa
ditarik kesana kemari seperti karet yang melar, maka bubarlah agama ini.
Sangatlah penting dalam mengkaji kitab-kitab klasik maupun Al-Quran.
Kitab bisa menunjang atau bahkan dapat mendukung dari penjelasan dari Al-
Quran sendiri, mengingat Al-Quran tidak boleh kita tafsiri seenaknya. Maka
dari itu perlu dan pentingnya dalam pengkajian kitab-kitab klasik tersebut.
c. Presentasi
Kegiatan ini dilakukan oleh para santri di pondok pesantren Raden Paku.
Santri dituntut dapat mempresentasikan atau menjelaskan materi yang
diperoleh di hadapan para santri yang lain. Hal ini tentu dapat melatih para
santri untuk memiliki mental yang lebih baik lagi.
d. Hasil internalisasi nilai-nilai syari’ah terhadap diri
1) Kukuh dalam Pendirian
Istiqamah berarti sikap kukuh pada pendirian dan konsekuen dalam
tindakan. Pada makna yang luas, istiqamah adalah sikap teguh dalam
melakukan suatu kebaikan, membela dan mempertahankan keimanan dan
keislaman, walaupun menghadapi berbagai macam tantangan dan
godaan.
Santri di pondok pesantren Subulussalam dan pondok pesantren Raden
Paku memiliki pendirian yang kuat tidak mudah terpengaruh oleh
berbagai keadaan yang terjadi dan tidak mudah untuk mengikuti segala
hal yang belum tentu benar, para santri akan mencari tahu terkait masalah
yang ada dan bagaimana penyelesainnya berdasarkan atas telaah dari
berbagai sumber kitab kuning yang telah dikaji.
2) Tegas
Sikap tegas menjadikan kita dalam mengendalikan diri untuk tidak dapat
terpengaruh oleh pendapat maupun perkataan dari orang lain. Hal ini
dapat ditandai dari pengambilan keputusan dan juga keberanian dalam
menjalankan perkataan tersebut.
Santri memiliki sikap tegas dalam menghadapi berbagai masalah yang
terjadi dalam kehidupan, baik dalam menghadapi masalah ataupun tegas
dalam menetapkan hukum.
3. Internalisasi Nilai-nilai Akhlak dalam Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok
Pesantren Subulussalam dan Pondok Pesantren Raden Paku
a. Mengutamakan adab
Para ulama salaf sangat perhatian sekali pada masalah adab dan akhlak.
Mereka pun mengarahkan murid-muridnya mempelajari adab sebelum
menggeluti suatu bidang ilmu dan menemukan berbagai macam khilaf
ulama.
Adab sangat penting dalam kehidupan para santri. Sejak masuk pesantren
para santri tentu akan mulai mendapatkan pengkajaian dari adab. Hal inilah
yang menjadi keutamaan atau menjadi suatu yang diharapkan dari pondok
pesantren Subulussalam dan ponpes Raden Paku. Mengingat tidak hanya
ilmu saja yang diutamakan, akan tetapi abab juga sangat penting dalam
kehidupan pesantren.
b. Uswatun Hasanah
Tentu yang menjadi dalam uswatun hasanah adalah akhlak dari Rasullah. Al-
Quran sendiri menjelaskan hal tersebut dalam surat Al-Ahzab ayat 21.
Sehingga sangat beruntung bagi yang dapat berjumpa dengan Rasulullah.
Mengingat jarak antara zaman sekarang dengan masa Rasul, maka dari itu
para santri di pondok pesantren Subulussalam maupun Raden Paku
mencontoh dan meniru tingkah laku atau akhlak dari para ustadh maupun
kyai. Apa yang sudah dipelajari pada pengkajian kitab-kitab klasik dapat
menjadi dasar dalam meniru tingkah laku dari Rasulullah.
c. Proses internalisasi
1) Pemberian materi-materi pengajian akhlak dan metode pembentukan
akhlak.
2) Pembiasaan yang dilakukan para santri inilah yang kemudian menjadi
tradisi
4. Temuan Lintas Situs
a. Internalisasi nilai-nilai Aqidah dalam pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Subulussalam dan Pondok Pesantren Raden Paku berupa nilai
tawassuth, tawazun, i'tidal, tasamuh dan amar ma’ruf nahi munkar.
b. Internalisasi nilai-nilai Syariah dalam pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Subulussalam dan Pondok Pesantren Raden Paku melalui
pembelajaran kitab dengan badongan dan sorogan.
c. Internalisasi nilai-nilai Akhlaq dalam pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Subulussalam dan Pondok Pesantren Raden Paku melalui uswah
hasanah.
5. Analisis Lintas Situs
Temuan sementara hasil penggalian data di kedua lokasi penelitian, yakni di
pondok pesantren Subulussalam dan pondok pesantren Raden Paku langkah
selanjutnya adalah analisis lintas situs, dengan cara menyusun ulang data temua di
dua lokasi penelitian ini dalam pentuk perbandingan, selanjutnya dipilih
persamaan, perbedaan, dan disusun untuk mengambil kesimpulan awal sampai
kesimpulan akhir.
a. Persamaan internalisasi nilai-nilai aqidah, syariah dan akhlak antara pondok
pesantren Subulussalam dan pondok pesantren Raden Paku antara lain
sebagai berikut :
1) Internalisasi nilai-nilai Aqidah dalam pembelajaran kitab pada kedua
situs berupa nilai tawassuth, tawazun, i'tidal, tasamuh dan amar ma’ruf
nahi munkar.
2) Internalisasi nilai-nilai Syariah dalam pembelajaran Kitab pada kedua
situs melalui pembelajaran kitab dengan badongan dan sorogan.
3) Internalisasi nilai-nilai Akhlaq dalam pembelajaran Kitab pada kedua situs
melalui uswah hasanah.
b. Perbedaan internalisasi nilai-nilai aqidah, syariah dan akhlak antara pondok
pesantren Subulussalam dan pondok pesantren Raden Paku antara lain
sebagai berikut :
1) Pada pondok pesantren Subulussalam internalisasi nilai aqidah melalui
tahap-tahap berupa power strategi,persuasif strategi dan normative re-
educative. Sedangkan pada pondok pesantren Raden Paku tahap yang
dilakukan melalui tahap transformasi nilai, tahap transaksi nilai dan
tahap trans – internalisasi.
2) Presentasi menjadi penekanan dalam internalisasi nilai syariah di pondok
pesantren Raden Paku, apabila dibandingkan dengan pondok pesantren
Subulussalam.
3) Proses internalisasi pada pondok pesantren Raden Paku dapat
dilakasanakan dengan sistematis atau terarah.
6. Proposisi Lintas Situs
Langkah setelah analisis lintas situs adalah penyusunan proposisi sebagai
landasan pengambilan keputusan sementara, proposisi yang peneliti ajukan
adalah:
a. Internalisasi nilai aqidah dalam pembelajaran dengan nilai-nilai aswaja
apabila dapat mengaitkan antara nilai-nilai tersebut akan menghasilkan nilai
yang dapat mengakar dalam diri para santri.
b. Nilai-nilai syariah dalam penginternalisasian dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara tergantung dari metode, cara sikap maupun keputusan
dari pihak pondok pesantren dalam mengurus hal tersebut.
Nilai-nilai akhlak dapat terinternalisasikan dengan lebih baik, selama lingkungan tersebut mendukung
dalam penciptaan suasana atau keadaan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai