September 2016
Editor :
2
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan buku panduan Clinical Skill Lab (CSL) Semester 5. Buku ini
disusun sebagai panduan bagi mahasiswa maupun instruktur dalam proses pembelajaran CSL
pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK
Unila) semester 5 tahun ajaran 2014-2015.
Buku panduan edisi pertama ini disusun dengan mengacu pada kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang dokter yang tertuang dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Pada
semester ini mahasiswa diharapkan menguasai keterampilan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Penyakit Kulit, Pemeriksaan Fisik Orthopedi, Pemeriksaan BTA dan KOH, Bedah Minor Lanjut,
Planning Edukasi, Anamnesis Penyakit Gastrointestinal, Pemeriksaan Fisik Abdomen Lanjut,
Anamnesis Penyakit Kardiovaskuler dan Respirasi, Pemeriksaan Fisik Paru dan Jantung Lanjut,
Pemeriksaan JVP, Pemasangan EKG dan Pembacaan serta Interpretasi EKG, Pembacaan
Rontgen Thorak, Basic Life Support, Punksi Pleura serta Pemasangan Chest-Tube.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, semoga buku ini dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya. Untuk kesempurnaan penyempurnaan berikutnya serta kritik dan saran
juga kami harapkan.
3
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Daftar Isi
4
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
TATA TERTIB
5
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
berlatih lebih dahulu saat sesi berikutnya dengan atau tanpa adanya
pretest ulang maupun penugasan dari fasilitator yang sifatnya formatif
dan dan tidak memberatkan mahasiswa (low-cost). Contoh penugasan
berupa diminta belajar lagi, menjelaskan ulang/memaparkan ulang di
sesi berikutnya, pre-test ulang, membuat rangkuman materi,
workplan, tulisan refleksi diri, dll
5. Bila mahasiswa melakukan kecurangan pada saat pretest, maka
langsung dinyatakan tidak lulus pretest namun tetap diperbolehkan
mengikuti kegiatan CSL pada hari itu. Nilai kelulusan pretest akan
diumumkan pada akhir pertemuan pertama oleh instruktur.
6. Pada semester ini terdapat beberapa keterampilan tertentu yang
peserta diwajibkan melakukan latihan mandiri sebagai pengayaan.
Latihan mandiri dilakukan diluar sesi terjadwal dengan difasilitasi oleh
sesama teman (peer-) maupun kakak kelas (near-peer). Bukti latihan
mandiri harus didokumentasikan dalam video yang digabungkan per
kelompok yang diburning dalam CD (1 kelompok 1 CD/DVD).
Ketentuan format dan resolusi video diatur oleh PJ CSL.
7. Mahasiswa wajib mengikuti latihan CSL pertemuan 1 dan 2 sesuai
jadwal masing-masing dan wajib membawa buku panduan CSL dan
buku kegiatan CSL di setiap pertemuan.
8. Di pertemuan kedua, mahasiswa berlatih secara role play perorang
dengan diberikan feedback maupun penilaian oleh teman kelompok
dan isntruktur. Nilai minimal (Jika pakai nilai) latihan CSL per
keterampilan adalah 70, bila salah satu nilai latihan keterampilan
kurang dari 70 maka tidak diperkenankan mengikuti OSCE.
9. Akan diadakan briefing sebelum OSCE maupun Briefing remedial OSCE
yang wajib diikuti oleh mahasiswa (Jika diadakan)
PENILAIAN
1. Penilaian formatif : Semua penilaian formatif ini adalah prasyarat
untuk mengikuti OSCE
a. Kehadiran 100%, kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh
institusi. Kehadiran termasuk kontrak CSL dan Briefing OSCE.
7
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
2. Penilaian Sumatif
Persentase penilaian akhir blok terdiri dari :
OSCE 100%
Total 100%
8
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
LEVEL OF COMPETENCE
Level Kompetensi 1 Mengetahui dan menjelaskan
Level Kompetensi 2 Pernah melihat / didemonstrasikan
Level Kompetensi 3 Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Level Kompetensi 4 Mampu melakukan secara mandiri
9
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. TEMA
Keterampilan Anamnesis dan Pemeriksaan Penyakit Kulit
B. LEVEL KOMPETENSI
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
10
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
E. SKENARIO
Bercak Putih
Ny. Kusti, 28 tahun datang ke tempat praktek saudara dengan keluhan timbul
bercak putih pada punggung kanan dan seperti mati rasa sejak 4 bulan lau.
Lengan kanannya juga dirasakan sering kesemutan. Keluhan tersebut
menyebabkan ia kurang percaya diri. Anda melakukan anamsesis dan
pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis.
F. DASAR TEORI
1. Anamnesis
Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik pada mayarakat diharapkan
seorang dokter dapat memberikan penatalaksaan yang tepat. Penatalaksanaan
yang tepat diberikan berdasarkan penegakkan diagnosis yang tepat pula. Dalam
11
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis, tindakan berikutnya adalah melakukan
pemeriksaan fisik berupa inspeksi. Bantuan pemeriksaan dengan kaca pembesar
dapat dilakukan. Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam ruangan yang terang.
Anamnesis terarah biasanya ditanyakan pada penderita bersamaan dengan
dilakukannya inspeksi untuk melengkapi data diagnostik. Misalnya penderita yang
menderita dermatitis pada tangannya perlu ditanyakan ada tidaknya kelainan di
tempat lain. Dalam hal ini juga perlu dilakukan inspeksi seluruh kulit tubuh
penderita. Demikian pula perlu dilakukan pemeriksaan rambut, kuku dan selaput
lendir terutama pada penyakit tertentu, misalnya liken planus atau psoriasis.
13
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Setelah inspeksi selesai, dilakukan palpasi. Pada pemeriksaan ini diperhatikan ada
tidaknya tanda radang akut atau tidak, misalnya kalor, dolor, fungsiolesa (rubor
dan tumor dapat pula dilihat), ada tidaknya indurasi, fluktuasi dan pembesaran
KGB regional maupun generalisata.
Menurut PRAKKEN (1966) yang disebut efloresensi primer adalah : makula, papul,
plak, urtika, nodus, nodulus, vesikel, bula, pustul, dan kista. Sedangkan efloresensi
sekunder adalah skuama, krusta, erosi, ulkus dan sikatriks. Berikut defini berbagai
kelainan kulit.
Makula : kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-
mata
Eritema : kemerahan kulit akibat vasodilatasi kapiler reversibel
Vesikel : gelembung berisi cairan serum, beratap, ukuran < 1/2cm garis
tengah, dan mempunyai dasar.
Pustul : vesikel berisi nanah.
Bula : vesikel berukuran lebih besar.
Kista : ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista
terbentuk bukan dari peradangan.
Abses : kumpulan nanah dalam jaringan.
Papul : penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskripta, diameter <1/2
cm, dan berisi zat padat.
Nodus : massa padat sirkumskripta, terletak di kutan atau subkutan, dapat
menonjol, jika diameter <1cm disebut nodulus.
Plak : peninggian di atas permukaan kulit, permukaan rata dan berisi zat
padat (biasanya infiltrat), diameter 2 cm atau lebih.
Tumor : istilah umum untuk benjolan berdasarkan pertumbuhan sel
maupun jaringan
Infiltrat : tumor terdiri atas kumpulan sel radang.
Sikatriks : jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit licin,
dan tidak terdapat adneksa kulit.
Erosi : kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basal. Contoh :
14
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
kulit bila digaruk sampai stratum spinosum akan keluar cairan serosa dari
bekas garukan
Ekskoriasi : kehilangan jaringan samapi dengan stratum papilare. Contoh:
bila garukan lebih dalam lagi hingga tergores sampai ujung papil, maka
akan terlihat darah yang keluar selain serum.
Ulkus : hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi. Ulkus
memiliki tepi, dinding, dasar, dan isi.
Skuama : lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
Krusta : cairan badan yang mengering.
Likenifikasi : penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.
Guma : infiltrat sirkumskripta, menahun, destruktif, biasanya melunak.
Monomorf : kelainan kulit yang pada satu ketika terdiri atas hanya satu
macam ruam kulit.
Polimorf : kelainan kulit yang sedang berkembang, terdiri dari bermacam-
macam efloresensi.
Berikut akan dibahas secara singkat salah satu penyakit kulit yang masih
merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia, yaitu penyakit kusta.
Masalah ini diperberat dengan kompleksnya epidemiologi dan banyaknya
penderita kusta yang mencari pengobatan ketika sudah dalam keadaan cacat
sebagai akibat masih adanya stigma dan kurangnya pemahaman pada sebagian
besar masyarakat Indonesia.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu
tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita hanya dapat
mengatakan tersangka kusta dan pasien perlu diamati dan diperiksa ulang setelah
3-6 bulan sampai diagnosis kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan.
G. PROSEDUR
ANAMNESIS
1. Sambung Rasa / Membina rapport/ komunikasi non verbal yang baik
menyambut dengan ramah,
ucapkan salam
persilahkan pasien untuk duduk
perkenalkan diri anda sebagai dokter yang akan membantu
2. Tanyakan identitas pasien,
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan, status
marital, suku bangsa, agama
Selanjutnya sebut nama pasien dalam anamnesis
17
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
3. Inform Consent
Beri penjelasan kepada pasien bahwa proses anamnesis dan
pemeriksaan ini untuk kebaikan pasien
minta pasien untuk jujur
beri penjelasan bahwa apa yang dikatakan oleh pasien bersifat rahasia
dan tidak dipublikasikan tanpa seijinnya.
4. Tentukan keluhan utama pasien
Tanyakan keluhan yang menyebabkan pasien datang kepada anda/
berobat, satu keluhan saja yang terpenting, catat sesuai bahasa pasien.
5. Gali informasi tentang keluhan yang mendukung atau mendampingi keluhan
utama ( Riwayat Penyakit Sekarang)
Hal-hal yang harus ditanyakan antara lain:
1. Waktu dan lama keluhan berlangsung
2. Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan, terus-
menerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang.
3. Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, atau berpindah-pindah.
Tanyakan mengenai gambaran lesi awal, dimana lokasi awalnya,
bagaimana perkembangan lesinya serta distribusi lesi selanjutnya
4. Hubungan dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan
sore, atau terus-menerus tidak mengenal waktu
5. Hubungannya dengan aktifitas, misalnya bertambah berat jika melakukan
aktifitas, atau bertambah ringan jika beristirahat.
6. Keluhan-keluhan lain yang menyertai serangan, misalnya apakah disertai
rasa panas pada lesi atau tidak, adakah demam atau tidak, apakah disertai
gatal atau tidak.
Jika ada keluhan lain yang menyertai, tanyakanlah:
a. Kapan mulai terjadi hal tersebut, apakah terjadi mendadak atau tidak
b. Apakah muncul bersamaan, mendahului, ataukah sesudahnya
7. Apakah keluhan pertama kali atau sudah berulang
8. Faktor risiko dan pencetus serangan , termasuk faktor-faktor yang
memperberat atau meringankan serangan.
Tanyakan apakah kelainan kulit ini ada hubungannya dengan
a. Penggunaan pakaian baru
18
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
8. Riwayat Pribadi
Data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Kebiasaan pasien
yang juga harus ditanyakan adalah kebiasaan berolahraga, riwayat
merokok, minuman alkohol, kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan. Bila
ada indikasi, riwayat perkawinan dan kebiasaan seksualnya harus
ditanyakan. Anamnesis juga mengenai lingkungan tempat tinggal pasien,
19
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
serta pola diet/ kebiasaan makan dan minum sehari-hari pasien juga
penting ditanyakan.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Informed consent
b. Meminta pasien untuk membuka pakaian dan memastikan pasien mendapat
pencahayaan yang baik selama pemeriksaan
c. Perhatikanlah daerah dimana letak/ lokasi kelainan kulit tersebut
d. Dengan menggunakan kaca pembesar, perhatikanlah jenis effloresensi yang
tampak pada daerah tersebut : eritema, hipopigmentasi, hiperpigmentasi,
nodul, vesikel, bula, makula, papula, skuama, urtika, ulkus, krusta
e. Jika seluruh permukaan lesi rata, perhatikanlah bagaimana gambaran
permukaan kulit kering yang terlihat : kering atau basah.
f. Perhatikanlah bentuk dan gambaran kelainan kulit yang tampak pada pasien.
g. Perhatikanlah bagaimana ukuran dan distribusi kelainan kulit yang terlihat pada
pasien.
h. Perhatikanlah secara keseluruhan kulit disekitar kelainan yang ada apakah
terdapat tanda-tanda kekeringan kulit atau kulit tampak pecah-pecah.
i. Tes fungsi sensoris (ingat CSL SS)
j. Pemeriksaan Fenomena Tetesan Lilin
Dilakukan pada pasien psoriasis, dimana pada skuama dilakukan :
- Menggores bagian tengah skuama lesi pasien secara perlahan dengan
menggunakan pinggiran kaca objek.
- Perhatikanlah perubahan yang terjadi akibat goresan tersebut.
- Interpretasi : Positif jika terjadi perubahan warna menjadi lebih putih.
k. Pemeriksaan fenomena Auzpits
Dilakukan pada pasien psoriasis, dimana pada skuama dilakukan:
20
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
G. DAFTAR PUSTAKA
Bickley Lynn S. Bates‟ Guide to Physical Examination & History Taking.
9th edition. Lippincott Williams & Wilkins.Philadelphia.2007
21
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
H. CEKLIS LATIHAN
Skor
No Aspek
0 1 2
I INTERPERSONAL
Sambung Rasa / Membina rapport (menyambut dengan ramah, salam,
1
menyilakan duduk, perkenalan diri, komunikasi non verbal yang baik)
Tanyakan identitas pasien, selanjutnya sebut nama pasien dalam
2
anamnesis
Beri penjelasan kepada pasien bahwa
proses anamnesis dan pemeriksaan ini untuk kebaikan
pasien,
3
minta pasien untuk jujur dan
beri penjelasan bahwa apa yang dikatakan oleh pasien
bersifat rahasia dan tidak dipublikasikan tanpa seijinnya
II CONTENT
4 Tentukan keluhan utama pasien
Gali informasi tentang keluhan yang mendukung atau mendampingi
keluhan utama Riwayat Penyakit Sekarang:
Waktu dan lama keluhan berlangsung
Sifat dan beratnya serangan
5 Lokalisasi dan penyebarannya
Hubungan dengan waktu
22
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
23
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
24
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Tusuk kulit dengan ujung jarum yang tajam dan dengan pangkal
20 tangkainya yang tumpul (Pasien harus mengatakan mana tusukan
yang tajam dan mana tusukan yang tumpul)
RASA SUHU (diperiksa dengan memakai 2 tabung reaksi)
Siapkan tabung reaksi yang berisi air panas (40oC) dan air dingin
21
(20oC)
22 Minta pasien untuk menutup matanya atau menoleh ke tempat lain
Lakukan tes kontrol kedua tabung tersebut ditempelkan pada
23 daerah kulit yang normal secara bergantian untuk memastikan pasien
dapat membedakan panas dan dingin
Lakukan tes pada daerah kulit yang dicurigai dengan menempelkan
kedua tabung tersebut secara bergantian (Bila pada daerah kulit yang
24 dicurigai beberapa kali pasien salah menyebutkan rasa pada tabung
yang ditempelkan, dapat disimpulkan bahwa sensasi suhu daerah
tersebut terganggu)
B PEMERIKSAAN ALOPESIA (PADA RAMBUT KEPALA)
25 Perhatikanlah secara seksama rambut kepala pasien.
Peganglah rambut kepala pasien secara lembut dengan menggunakan
26 3 jari : ibu jari, jari tengah dan jari telunjuk. Yakinkan rambut terpegang
dengan baik.
Dengan tekanan ringan – sedang lakukanlah tarikan perlahan pada
rambut yang telah dipegang.
27
Interpretasi :
· Normal / Aktif (-/+6 lembar rambut yang tertarik)
Akhiri wawancara dengan memberikan ringkasan tentang hal-hal
penting dari wawancara dan pemeriksaan fisik tersebut dan berikan
28
konseling yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan pasien
dan mengubah kebiasaan atau pola hidup pasien menjadi lebih baik
II PENALARAN KLINIK
Mampu menjelaskan kepentingan anamnesis dalam penegakkan
29
diagnosis sehinga didapat penatalaksanaan yang tepat
25
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
26
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. TEMA
Pemeriksaan Fisik Orthopedi
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik orthopedi.
Tujuan Khusus
Dapat melakukan inspeksi terhadap keadaan umum, bentuk dan penampilan cara berjalan
dan bentuk badan penderita
Mampu melakukan palpasi pada kelainan orthopaedi muskuloskeletal secara benar
Dapat melakukan pemeriksaan kelainan regional pada orthopedi
D. SKENARIO
Pasien pria gemuk, berusia 48 tahun datang dengan keluhan nyeri tajam pada sendi lutut
sebelah kanan. Keluhan sudah dirasakan hilang timbul selama 2 bulan belakangan, namun
selama 3 hari ini keluhan dirasa terus menerus dan memberat. Keluhan disertai dengan gerak
sendi terbatas karena nyeri, sulit untuk ditekuk maupun diluruskan, dan rasa kaku sementara
pada sendi tersebut setelah bangun tidur. Keluhan bertambah nyeri apabila sendi digerakkan,
sedangkan bila beristirahat keluhan berkurang. Untuk menegakkan diagnosis anda akan
melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai.
E. DASAR TEORI
27
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
28
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
29
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Tredelenberg gait
30
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
1. Look (Inspeksi)
Perhatikan apa yang dilihat, antara lain :
Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan yaitu bekas
pembedahan)
Birth mark (bekas melahirkan)
Fistula
Warna (kemerahan,kebiruan / livide, hiperpigmentasi)
Benjolan / pembengkakan / cekukan dengan hal-hal yang tidak biasa,
misalnya ada rambut diatasnya, dst
Posisi serta bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
Jalan pasien (gait, waktu masuk kamar periksa)
2. Feel (palpasi)
Pada waktu ingin palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki agar dimulai dari
posisi netral / posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang
memberikan informasi dua arah, baik bagi pemeriksa maupun bagi penderita. Karena
itu, perlu diperhatikan selalu wajah penderita atau menanyakan perasaan penderita.
Yang dicatat pada palpasi adalah :
Suhu serta kelembaban kulit dibandingkan dengan anggota gerak kontralateral
Nadi / pulsasi terutama pada tumor
Nadi distal (trauma pada fraktur)
Nyeri nyeri tekan & nyeri sumbu (terutama pada fraktur)
Krepitasi fraktur klavikula, OA sendi
Fungsi saraf sensorik, motorik, dan refleks
Otot, tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi
Apabila ada pembengkakan apakah terdapat fluktuasi atau hanya oedem,
terutama daerah persendian
Sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya dan
pergerakan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau tidak dan ukurannya.
3. Move (pergerakan)
Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan anggota
gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pada pemeriksaan
Move, periksalah anggota bagian tubuh yang normal terlebih dahulu. Selain untuk
mendapatkan kerjasama dari penderita juga untuk mengetahui gerakan normal
penderita.
Apabila ada fraktur tentunya akan terdapat gerakan abnormal di daerah
fraktur (kecuali fraktur incomplete)
31
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metric.
Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.
Kekauan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh faktor
intraartikuler atau ekstraartikuler
Pergerakan yang perlu dilihat adalah pergerakan aktif (bila penderita sendiri
yang menggerakkan) dan gerak pasif (bila pemeriksa yang menggerakkan)
Pada pemeriksaan selain penderita duduk atau berbaring juga perlu dilihat waktu
berdiri dan berjalan. Pada pemeriksaan jalan, perlu dinilai unutuk mengetahui adanya
pincang atau tidak. Pincang dapat disebabkan oleh instability, nyeri, discrepancy atau
fixed deformity..
Pemeriksaan Sendi
Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain-lain
Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-lain
Adanya bunyi “klik, krepitasi
Adanya kontraktur sendi
Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau pasif
Jenis ROM :
a. ROM pasif, pemeriksa melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan
rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %
b. ROM aktif, pemeriksa memberikan motivasi dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang
gerak sendi normal (klien aktif). Kekuatan otot 75 %
Jenis gerakan :
a. Fleksi
32
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
b. Ekstensi
c. Hiper ekstensi
d. Rotasi
e. Sirkumduksi
f. Supinasi
g. Pronasi
h. Abduksi
i. Aduksi
j. Oposisi
Indikasi :
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama
Kontra Indikasi :
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (misalnya: jantung)
Pemeriksaan Goniometri
33
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Goniometri
Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yang berarti
sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometri berkaitan dengan
pengukuran sudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari sendi melalui tulang-tulang
ditubuh manusia. Goniometri merupakan bagian yang penting dari keseluruhan
evaluasi sendi juga meliputi jaringan lunak.
Goniometri digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif
dan pasif. Goniometri juga digunakan untuk menggambarkan secara akurat posisi
abnormal sendi.
Prosedur
Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.
1. Meletakkan goniometer :
a. Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
b. Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh
yang statik.
c. Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
2. Membaca besaran lingkup gerak sendi (LGS) pada posisi awal pengukuran dan
mendokumentasikannya
3. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada
4. Membaca besaran LGS
Gambar. Goniometri
34
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
F. PROSEDUR
1. Melakukan pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital : cek keadaan umum (tampak
sehat, sakit, sakit berat) dan tanda – tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi,
nafas, dan temperatur
2. Memperhatikan bentuk dan penampilan tubuh pasien sewaktu datang: bentuk
tubuh dan cara berjalan
3. Pemeriksaan Status Lokalis Orthopedi
3.a. Look (Inspeksi)
Perhatikan adanya hal-hal berikut :
Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan yaitu bekas
pembedahan)
Birth mark (bekas melahirkan)
Fistula
Warna (kemerahan, kebiruan/livid, hiperpigmentasi)
Benjolan / pembengkakan / cekukan dengan hal-hal yang tidak biasa,
misalnya ada rambut diatasnya, dst
Posisi serta bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
Jalan pasien (gait, waktu masuk kamar periksa)
Perhatikan adanya angulasi (bengkok membentuk sudut) dan diskrepensi
(pemendekan) pada anggota gerak biasanya pada fraktur
35
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
2. PEMERIKSAAN SIKU
a. Inspeksi
Topang lengan pasien dengan tangan pemeriksa sehingga siku
menjadi fleksi 70°.
Inspeksi medial dan lateral epicondylus dan olecranon.
Inspeksi kontur dari siku, termasuk permukaan ekstensor dari ulna.
Catat adanya nodul atau pembengkakan.
b. Palpasi
Palpasi daerah olekranon dan tekan epicondylus untuk nyeri tekan,
catat jika ada dislokasi dari olekranon.
Palpasi grooves antara epicondylus dan olekranon, perhatikan adakah
nyeri, pembengkakan atau penebalan
37
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Pemeriksaan rom siku mencakup gerakan fleksi dan ekstensi siku serta
gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah.
Pada saat pemeriksaan dengan pronasi dan supinasi, sebelumnya
mintalah pasien untuk memposisikan lengannya fleksi pada siku untuk
meminimalisasi gerakan sendi bahu.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
38
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Extension
Tempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa memegang
siku pasien.
Posisikan pergelangan tangan pasien pada posisi fleksi dan tempatkan
tangan pemeriksa pada punggung tangan pasien.
Minta pasien untuk mengekstensikan pergelangan tangannya melawan
gravitasi.
39
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Pada ibu jari, nilailah pergerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan
oposisi:
Tes Fleksi dengan meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari
menyilang telapak tangan dan menyentuh dasar jari kelingking.
Tes ekstensi dengan meminta pasien kembali menggerakkan ibu
jarinya
Tes Abduksi dengan meminta pasien untuk memposisikan jarinya
dalam keadaan netral, telapak tangan menghadap ke atas. Kemudian
gerakkan ibu jari ke arah anterior menjauh dari telapak tangan
Tes adduksi dengan gerakan kembali ibu jari ke arah belakang.
Tes oposisi dengan meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari
menyilang telapak tangan,ibu jari menyentuh setiap ujung jari yang lain.
40
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
b. Palpasi
Palpasi dengan menggunakan kedua ibu jari pada bagian anterior dari
pergelangan kaki dan perhatikan adakah pembengkakan dan nyeri.
Nyeri lokal dapat ditemukan pada kasus arthritis, cedera ligament, atau
infeksi daerah pergelangan kaki.
Palpasi juga dilakukan di sendi-sendi Metatarsofalang dengan cara
menekan kaki dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Nyeri
yang didapatkan oleh karena penekanan bisa menjadi pertanda
stadium awal dari RA atau inflamasi akut yang disebakan oleh GOUT.
41
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
G. DAFTAR PUSTAKA
Bate‟s barbara. Guide to Physical Examination. Lippincot. 2007. Chapter 15
Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: 2006
G.
H. CEKLIST PEMERIKSAAN FISIK ORTHOPEDI
42
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
5 Feel (Palpasi):
Periksa suhu serta kelembaban kulit
dibandingkan dengan anggota gerak
kontralateral
Cek nadi / pulsasi terutama pada tumor
Cek nadi distal (trauma pada fraktur)
Raba apakah ada nyeri tekan & nyeri sumbu
(terutama pada fraktur)
Cek adanya krepitasi fraktur klavikula, OA
sendi
Memeriksa fungsi saraf sensorik, motorik,
dan refleks
Memeriksa tonus otot pada waktu relaksasi
43
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
6 Move (Pergerakan):
Periksalah anggota bagian tubuh normal
dahulu.
Melakukan pemeriksaan pergerakan aktif (bila
penderita sendiri yang menggerakkan) dan
gerak pasif (bila pemeriksa yang
menggerakkan)
Periksa adanya gerakan abnormal di daerah
fraktur (kecuali fraktur incomplete)
Menilai pergerakan sendi : adanya nyeri gerak,
adanya krepitasi, adanya kekakuan sendi
Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat
gerakan dari tiap arah pergerakan, mulai dari
titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metric.
Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau
pasif
44
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
46
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
48
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A.P ENDAHULUAN
Fungi memiliki berbagai bentuk pertumbuhan, seperti yeast, molds, mushroom, cup fungi, dan
lichens (gambar1). Organisme ini memiliki beberapa mekanisme reproduksi, yaitu (1)
pembentukan tunas baru (bud) dari sel yeast induk; (2) penambahan sel baru untuk
memperpanjang sel yang disebut hifa; dan (3) produksi spora sexual dan asexual (gambar 2).
49
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Pemeriksaan langsung pada spesimen klinik untuk mengetahui komponen fungi memiliki
beberapa tujuan, yaitu :
Memberikan laporan yang cepat kepada dokter pemeriksa, sehingga dapat segera
ditentukan terapi kepada pasien
Pada beberapa kasus, karakteristik morfologi spesifik merupakan kunci untuk
menentukan genus fungi.
Pemeriksaan langsung dapat menentukan kejadian infeksi meskipun hasil kultur
negatif.
Meskipun pewarnaan Gram secara rutin digunakan di laboratorium Mikrobiologi dan dapat
mengetahui adanya infeksi oleh bakteri dan yeast, pewarnaan lain dapat memberikan informasi
spesifik untuk mengetahui infeksi fungi tipe mould. Pemeriksaan langsung untuk identifikasi fungi
antara lain pewarnaan KOH, pewarnaan tinta India, dan pewarnaan KOH dengan Calcofluor
white.
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan langsung secara mikroskopik untuk melihat elemen
fungi pada specimen kerokan kulit, rambut, kuku, dan specimen lainnya. Pemeriksaan ini
merupakan teknik yang paling banyak dipakai, tetapi membutuhkan waktu cukup lama sampai
specimen terlihat jernih dan terwarnai.
SKENARIO
Seorang pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan gatal-gatal pada punggung terutama
ketika berkeringat. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan lesi macula hipopigmentasi. Pada
50
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
pemeriksaan lampu Wood didapatkan efloresensi berwarna merah bata. Dilakukan pemeriksaan
KOH untuk mengetahui mikroorganisme penyebab.
Mikroskop cahaya
Gelas objek
Scalpel
Alkohol 90%
Potassium hydroxide 10 g
Glycerol 10 ml
Parker Quink Permanent Blue Ink 10 ml
Distilled water 80 ml
PROSEDUR
1. Persiapan alat dan bahan. Larutkan KOH dalam aquades, kemudian tambahkan
gliserol dan tinta Parker. (Gliserol akan mencegah kristalisasi reagen dan mencegah
specimen dari kekeringan).
2. Persiapan diri : pemakaian masker, cuci tangan WHO, dan menggunakan handschoen.
3. Tentukan daerah lesi yang akan diambil specimen (kerokan kulit)
4. Siapkan gelas objek steril. Teteskan KOH 10% beberapa tetes.
51
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
5. Lakukan pengambilan kerokan kulit dengan scalpel pada daerah lesi kulit, letakkan
pada gelas objek, tutup dengan coverslip. Panaskan dengan cara melewatkan di atas
api 2-3 kali, jangan sampai mendidih.
6. Apabila specimen sudah tampak jernih (20 menit untuk kerokan kulit, bisa sampai
beberapa jam untuk kerokan kuku), periksa di bawah mikroskop (perbesaran40x).
7. Catatan : apabila hasil negatif, preparat harus disimpan dan dilakukan pemeriksaan
ulang pada hari berikutnya untuk mencegah negative palsu.
REFERENSI
CEKLIST
No Aspect Score
1 2 3 4 5
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (salam, perkenalan diri, sikap
terbuka)
CONTENT
2 Cek kelengkapan peralatan dan bahan : mikroskop
cahaya, gelas objek, scalpel, alkohol 90%, Potassium
hydroxide, glycerol, Parker Quink Permanent Blue Ink,
distilled water.
3 Persiapan pemeriksa : menggunakan masker, cuci
tangan WHO, menggunakan handschoen
4 Tentukan daerah lesi yang akan diambil specimen
(kerokan kulit)
52
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Perbesaran
53
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Hasil
Pembahasan
54
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Standar Kompetensi
Kompetensi Level kompetensi
Diagnostic procedure
Pemeriksaan BTA 4*
*mampu melakukan secara mandiri
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu melakukan edukasi kepada pasien dalam
pengumpulan specimen
2. Mahasiswa mampu membuat hapusan preparat yang baik dari sputum
3. Mahasiswa mampu melakukan pewarnaan Ziehl Neelsen
4. Mampu melakukan interpretasi hasil pewarnaan bakteri basil tahan
asam
A. PENDAHULUAN
Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan
strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly
ObservedTreatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi
penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Strategi ini
55
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
dikembangkan dari berbagi studi, uji coba klinik (clinical trials), pengalaman-
pengalaman terbaik (best practices), dan hasil implementasi
programpenanggulangan TB selama lebih dari dua dekade. Penerapan strategi
DOTS secara baik, disamping secara cepat menekan penularan, juga mencegah
berkembangnya MDR-TB.
Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien,
prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan
penularan TB dan dengan demkian menurunkan insidens TB di masyarakat.
Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya
pencegahan penularan TB.
56
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
• P (Pagi): sputum dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
• S (sewaktu): sputum dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
sputum pagi.
57
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
59
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
B. SKENARIO
60
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Bahan pewarnaan
Karbol fuchsin 0,3%
Asam alcohol 3% (decolorizing)
Metilen biru 0,3% (counterstain)
Peralatan
Hot plate/lampu Bunsen
Mikroskop cahaya
Object glass
Penjepit Object glass
Ose bulat
Rak pewarnaan
Tissue
Kertas lensa
Minyak emersi
Hadschoen
D. PROSEDUR
1. Pengumpulan sputum
a. Berikan edukasi berikut kepada pasien mengenai cara pengumpulan
sputum
61
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
a)
62
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
b)
2. Persiapan pemeriksa
a. Pemakaian alat pelindung diri : masker
b. Cuci tangan WHO
c. Penggunaan handschoen
3. Pembuatan hapusan :
a. Siapkan object glass baru. Bersihkan dengan alcohol atau dengan
cara melewatkan di atas api. Tulis identitas pasien dan nomor
specimen pada pinggir object glass.
b. Ambil sputum yang sudah homogen dari tabung dengan
menggunakan lidi steril atau ose steril
63
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
c. Hapuskan pada bagian tengan object glass secara merata dan tipis
3 cm
2cm
64
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
65
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
66
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
5. Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun yang mengandung antiseptic
6. Lihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x
7. Interpretasi
67
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Hasil Interpretasi
Lebih dari 9 BTA/lapang pandang ++++
1-9 BTA/lapang pandang +++
1-9 BTA/10 lapang pandang ++
1-9 BTA/100 lapang pandang +
1-9 BTA/300 lapang pandang perlu specimen lain
Tidak didapatkan BTA pada 100 lapang pandang negatif
E. CEKLIST
No Aspect Score
68
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
1 2 3 4 5
INTERPERSONAL
1 Membina sambung rasa (salam, perkenalan diri, sikap terbuka)
CONTENT
2 Cek kelengkapan peralatan dan bahan
3 Pengumpulan specimen
Lakukan edukasi secara benar kepada pasien tentang cara
pengumpulan sputum
4 Persiapan pemeriksa : pemakaian masker, cuci tangan WHO,
penggunaan handschoen
5 Persiapan gelas objek steril
6 Pembuatan hapusan
7 Dekontaminasi lidi atau ose
8 Pewarnaan Ziehl Neelsen : pemberian karbolfuchsin dan
dipanaskan 5 menit secara benar, kemudian dicuci 30 detik
9 Pewarnaan Ziehl Neelsen : pemberian asam alcohol hingga
warna merah pudar (10-30 detik), kemudian dicuci (5 detik)
10 Pewarnaan Ziehl Neelsen : pemberian metilen biru (diamkan 2
menit), kemidian dicuci (30 detik)
11 Preparat dikeringkan
12 Preparat menjadi preparat yang baik
13 Cuci tangan WHO
14 Melihat preparat menggunakan mikroskop dengan perbesaran
1000x dengan teknik yang benar
15 Interpretasi hasil
PROFESSIONALISM
16 melakukan dengan penuh percaya diri
17 melakukan dengan kesalahan minimal
TOTAL
69
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Perbesaran
Hasil
Interpretasi/Pembahasan
70
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
G. REFERENSI
1. Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
edisi 2. Jakarta.
2. Mahon R Connie, Lehman C Donald, Manuselis George. 2007.
Textbook of Diagnostic Microbiology 3rd ed. Elsevier.
3. Alexander,S.K., Strete,D., and Niles,M.J. 2004. Laboratory Exercise
in Organismal and Molecular Microbiology. Mc Graw Hill.
71
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
PEMBIDAIAN
dr. Reni Zuraida,M.Si, dr.Rizki Hanriko
A. TEMA
Keterampilan prosedural pembidaian
B. LEVEL KOMPETENSI
C. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mampu melakukan terapi pembidaian
Mampu memilih alat untuk pembidaian
Mampu menjelaskan tujuan dan intrepretasi hasil pembidaian
Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pembidaian
72
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
E. SKENARIO
Trauma
“Muskel, berumur 30 tahun merasakan nyeri hebat pada bagian lengan
kanannya. Ia baru saja mengalami kecelakaan sepeda motor. Ia melihat
lengannya bengkak dan nampak deformitas. Akibatnya ia tidak dapat
menggerakkan lengannya. Penduduk yang datang membantu, Muskel kemudian
dibawa ke dokter praktek umum yang ada di dekat tempat kejadian. Oleh sang
dokter, lengan Muskel dibalut lalu di gantung pada bahunya dengan
menggunakan selendang. Selanjutnya Muskel dirujuk ke rumah sakit dan
setibanya disana muskel lalu dirontgen sesuai permintaan. Hasilnya dikatakan
bahwa lengannya patah……
F. DASAR TEORI
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/imobilisasi bagian tubuh yang mengalami
cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai
fixator/imobilisator.
Tipe-tipe bidai:
1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau
bahan lainyang keras.
2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau
bahan yang lunak lainnya.
3. Bidai Traksi
Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur
sehingga dapat terhindari kerusakan yang lebih lanjut. Traksi merupakan
aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk menstabilkan patah tulang yang
patah, traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan tulang yang
patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu.
73
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh
ditemukan :
1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi “krek”.
2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami
angulasi abnormal
3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
4. Posisi ekstremitas yang abnormal
5. Memar
6. Bengkak
7. Perubahan bentuk
8. Nyeri gerak aktif dan pasif
9. Nyeri sumbu
10. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitas
yang mengalami cedera (Krepitasi)
11. Fungsiolesa
12. Perdarahan bisa ada atau tidak
13. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
14. Kram otot di sekitar lokasi cedera
Catatan: Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka
perlakukanlah pasien seperti orang yang mengalami fraktur.
Tujuan pembidaian:
1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;
2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan
lainnya.
74
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Prinsip Pembidaian :
1. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;
2. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu
harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;
3. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.
75
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
76
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa
ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
1. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh
ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi
lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat
77
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
G. PROSEDUR
1. Mempersiapkan penderita
a. Ingat prosedur BLS: D R A B C.
b. Tenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa anda akan memberikan pertolongan
kepada penderita.
c. Cari tanda adanya fraktur atau dislokasi (ingat 14 tanda kecurigaan fraktur di
atas).
d. Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
e. Minimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan atau memindahkan
korban sampai daerah yang patah tulang distabilkan kecuali jika keadaan
mendesak dan berbahaya.
f. Robek/ guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jika diperlukan,
kainnya dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
g. Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka jelaskan
pada penderita bahwa sebaiknya perhiasan yang dipakai pada lokasi itu
dilepaskan.
h. Jika luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahannya. Bersihkan luka
dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa steril (Pressure
bandage). Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur, maka anggap patah
tulang terbuka. Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul
dengan bahan yang se-steril mungkin. Pada fraktur terbuka, kecepatan
penanganan merupakan hal yang esensial. Jangan pernah menyentuh tulang
yang tampak keluar, jangan pernah pula mencoba untuk membersihkannya.
Manipulasi terhadap fraktur terbuka tanpa sterilitas hanya akan menambah
masalah.
i. Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur
i. Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, ataukah
bahkan mungkin menghilang?
78
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
ii. Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari pada ekstremitas
yang cedera dan ekstremitas kontralateral secara bersamaan. Lepaskan
tekanan secara bersamaan. Periksalah apakah pengembalian warna
kemerahan terjadi bersamaan ataukah terjadi keterlambatan pada
ekstremitas yang mengalami fraktur.
iii. Jika terdapat gangguan pulsasi atau sensasi raba boleh dilakukan
tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas. Proses
pelurusan ini harus hati-hati agar tidak makin memperberat cedera.
iv. Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsung
dibawa ke rumah sakit secepatnya.
2. Persiapan alat
a. Gunakan alat bidai standar yang telah dipersiapkan, namun juga bisa dibuat
sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon, papan kayu.
b. Panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang akan dibidai.
Ukur pada bagian tubuh yang sehat.
c. Jika menggunakan bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya
dibungkus/dibalut terlebih dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain,
kassa, dll). Sebelum dipasang lapisi bidai yang telah dibalut dengan kapas.
d. Siapkan elastic perban untuk fraktur clavicula.
e. Siapkan plester lakban untuk fraktur costae.
4. Pelaksanaan Pembidaian
a. Fraktur calvicula, lakukan imobilisasi dengan cara:
Minta pasien meletakkan kedua tangan pada pinggang
Minta pasien membusungkan dada,
tahan
Gunakan perban elastik, lingkarkan
membentuk angka 8 (Ransel perban).
79
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
d. Fraktur antebrachii
Pasang dua buah bidai sepanjang siku sampai ujung jari
Ikat bidai mengelilingi ekstremitas, tapi jangan terlalu
keras
Gantung bidai dengan mitela/kain ke pundak-leher
e. Fraktur digiti
Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau
gunakan jari sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang
fraktur, gunakan jari telunjuk dan jari manis sebagai
pengganti bidai, kemudian ikat dengan plester.
f. Fraktur costae, lakukan imobilisasi dengan cara:
Bersihkan dinding dada
Minta penderita menarik napas dan
menghembuskan napas sekuatnya.
80
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
h. Fraktur femur
Pasang bidai di bagian
dalam dan luar paha
Jika patah paha bagian atas, bidai sisi luar harus sampai pinggang
i. Fraktur patella
Pasang bidai pada bagian bawah
Pasang bantal lunak di bawah lutut dan pergelangan kaki
H. DAFTAR PUSTAKA
Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.
Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007
81
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Burnside-Mc Glynn: Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta: 1995
82
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
83
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
84
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Tema :
Jahitan,simpul,insisi dan ekstirpasi
Tujuan:
Mahasiswa mampu melakukan aseptik dan antiseptik sebelum melakukan
tindakan
Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan jenis jahitan dan simpul
Mahasiswa mampu melakukan teknik menjahit dan membuat simpul
Mahasiswa mampu melakukan teknik melepaskan jahitan
Mahasiswa mampu melakukan tindakan insisi
Mahasiswa mampu melakukan tindakan ekstirpasi
Skenario :
Seorang anak A, umur 12 tahun merasakan nyeri setelah terjatuh dari pohon dan
terkena pecahan kaca pada lengannya. Ia dapat melihat luka robek pada lengannya dan
mengeluarkan darah.
Dasar Teori :
Penjahitan luka dilakukan untuk merapatkan tepi-tepi luka sebagai usaha penyembuhan
luka per primum dengan edema minimal dan tidak ada infeksi loka. Oleh karena itu
diperlukan suatu pengetahuan teknik menjahit yang lige artis. Teknik menjahit sangat
tergantung dari beberapa hal antara lain luka (bentuk sayatan, bersih atau kotor, ada
tidaknya kehilangan jaringan) dan juga pada instrumen, benang, jarum, jahitan dan
simpul. Dan semuanya memnentukan penyembuhan luka dan perawatannya.
85
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
(1) Angkat dan sedikit balikkan keluar lipatan dengan pinset bergigi
(2) Pegang pemegang jarum baik dengan cara memegang standar melalui cincin, atau
bila dengan telapak tangan Anda
(3) Arahkan jarum pertama kali vertikal menembus lipatan dan diikuti gerakan memutar
sementara anda menahan jaringan dengan menggunakan pinset
86
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
(4) tangkap ujung jarum dengan pinset atau pemegang jarum dan tarik jarum.
Kemudian masukkan jarum menembus belahan yang kedua
87
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Gambar 2-A
88
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Gambar 2-B
Gambar 2-C
89
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Pemilihan Jarum
Jarum terdiri dari :
o Jarum traumatis : jarum yang mempunyai „mata‟ untuk memasukkan benang di
bagian ujung tumpulnya sehingga benangnya bisa diganti. Pada bagian yang
bermata ukurannya lebih besar dari bagian ujung yang tajam.
o Jarum atraumatis : jarum yang tidak memiliki mata sehingga ujung jarumnya
langsung dihubungkan dengan benang dan memiliki ukuran penampang yang
sama.
o Jarum cutting : jarum yang penampangnya berbentuk segitiga atau pipih dan tajam.
Dipakai untuk menjahit kulit dan tendon
o Jarun non-cutting (tappered) : jarum yang penampangnya bulat dan ujungnya saja
yang tajam. Dipakai untuk menjahit jaringan yang lunak
Pemilihan Benang
Benang terdiri dari :
90
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
91
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
93
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Sumber : Dudley,HAF dkk. 1995. Pedoman tindakan praktis medik dan bedah.
EGC. Jakarta
94
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
95
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Cutting
Reverse Cutting
Taper
96
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
TEKNIK INSISI
Insisi adalah sayatan yang dilakukan pada jaringan dengan instrumen yang tajam tanpa
melakukan pengangkatan organ atau jaringan tersebut. Insisi harus cukup panjang agar
operasi dapat leluasa dikerjakan tanpa retraksi yang berlebihan. Retraksi yang
berlebihan akan meningkatkan rasa nyeri pasca bedah. Usahakan agar insisi dibuat
hanya dengan satu sayatan, karena sayatan tambahan akan meninggalkan bekas yang
lebih buruk
Insisi dilakukan sebagai akses awal menuju daerah tujuan operasi. Insisi dilakukan
setelah mengkaji kembali diagnosa dan tujuan terapi bedah. Perencanaan insisi harus
disertai dengan perencanaan penutupan defek yang ditimbulkannya. Pengambilam
masa di subkutis yang tidak membuang kulit mungkin tidak akan menimbulkan masalah
saat penutupan defek, tetapi jika kulit ikut diambil maka ada kemungkinan timbul
masalah saat penutupan luka apalagi jika jariongsan kulit yang diambil luas.
Insisi harus cukup panjang agar operasi dapat leluasa dikerjakan tanpa retraksi yang
berlebihan. Retraksi yang berlebihan akan meningkatkan rasa nyeri pasca bedah.
Usahakan agar insisi dibuat hanya dengan satu sayatan, karena sayatan tambahan
akan meninggalkan bekas yang lebih buruk.
Arah insisi harus direncanakan dengan teliti agar jaringan parut yang terbentuk tidak
terlalu menyolok. Insisi sejajar garis Langer akan menyembuh dengan parut yang halus,
karena kolagen kulit terarah dengan baik. Arah kolagen kulit diidentifikasi
dengan relaxed skin tension lines (RSTL). RSTL diketahui dengan mencubit kulit dan
melihat arah kerutan serta penonjolan yang terbentuk. Cubitan tegak lurus terhadap
RSTL akan lebih mudah dikerjakan dan menghasilkan kerutan dan tonjolan yang lebih
besar. Namun kadang-kadang keleluasaan operasi mengalahkan pertimbangan
kosmetis.
Di lengan dan tungkai, insisi tidak boleh memotong lipat sendi secara tegak lurus. Ini
dapat dihindari dengan:
97
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
2. Memasukkan lipat sendi sebagai bagian dari insisi. Di proksimal dan distal lipat
sendi, insisi dapat dibuat longitudinal. Cara ini dikerjakan di fosa poplitea.
3. Jauhi lipat sendi. Contohnya insisi midlateral pada jari.
PROSEDUR
1. Kulit disayat dengan satu gerakan menggunakan mata skalpel yang tajam. Lebih
mudah bila kulit ditegangkan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sementara
skalpel disayatkan dari kiri ke kanan.
2. Jika membuat insisi yang panjang dan lurus, gagang skalpel bermata no. 10
dipegang seperti menggenggam pisau dengan jari telunjuk diletakkan di sisi atas
gagang agar pengendalian gerakan lebih mantap. Untuk insisi yang lebih kecil dan
rumit (misalnya di daerah tangan), gagang skalpel bermata no. 15 dipegang seperti
memegang pena sehingga perubahan arah insisi dapat dikerjakan dengan lebih
halus.
3. Tekanan sayatan di atur sedemikian rupa agar sayatan tepat membelah epidermis
dan dermis. Luka akan merekah dan lemak subkutis dapat terlihat. Jika ragu-ragu,
lebih baik menyayat dengan tekanan ringan, meregangkan kulit agar luka terbuka,
kemudian memperdalam sayatan.
4. Insisi harus tegak lurus kulit sehingga penutupannya lebih baik.
5. Diseksi lebih dalam dilakukan dengan melakukan diseksi tajam ataupun tumpul
menggunakan skalpel, gunting, atau klem arteri. Bila terdapat vena dan saraf
permukaan yang melintas di lapangan operasi, insisi dapat dilakukan sejajar
terhadap arah saraf atau pembuluh darah, sejauh tidak mengurangi ruang gerak
dan pandangan di daerah operasi. Jika tidak mungkin, lebih baik potong saja
daripada terkena cedera, teregang atau terputus secara tidak sengaja..
1.Insisi Linier
Insisi dalam satu lintasan atau garis lurus, atau melengkung. Insisi ini digunakan jika
daerah operasi atau masa yang diambil tidak melekat/ berhubungan dengan kulit.
98
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Misalnya mengambil masa lipoma yang letaknya di subkutis maka insisi linier digunakan
sebagai akses masuk dan diseksi sebagai lanjutan untuk evakuasi masa.
Digunakan sebagai akses jika target operasi masa yang akan diambil berhubungan atau
berada di kulit. Misalnya skin tag, granuloma, atau keloid. Dilakukan juga untuk massa
dilokasi lebih dalam dari kulit tetapi berhubungan dengan kulit misalnya kista aterom,
atau masa di subkutis lainnya yang terinfeksi sampai kulit sehingga kulit diatasnya harus
dibuang.
Pada pembuatannya tentukan lebih dulu lebar dan incisi sesuai dengan lesi, kemudian
panjang insisi harus = 3x lebar
99
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Perhatikan ujung lancip tiap sisi. Jahitan tidak boleh sekaligus tetapi harus dua kali
karena arah jarum harus tegak lurus dengan tepi insisi . Untuk menghindari regangan
dapat dikerjakan teknik “undermining”
3. Insisi S atau Z
Insisi dalam satu lintasan berbentuk huruf S atau Z (tidak berbetuk lurus). Insisi ini
digunakan jika daerah operasi atau masa yang diambil biasanya tidak berhubungan
dengan kulit tetapi letaknya di persendian. Misalnya mengambil masa Becker cyst di
fosa poplitea. Insisi ini digunakan sebagai akses masuk dan diseksi sebagai lanjutan jika
masa sudah ditemukan. Tujuan dari bentuk yang tidak lurus adalah untuk mencegah
terjadinya kontraktur seteleh luka sembuh.
100
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Insisi dilakukan jika lokasi didaerah persendian dan masa tidak berhubungan dengan
kulit.
4. Insisi tangensial/transversal
Insisi secara mendatar, sejajar dengan masa. Dilakukan pada masa solid yang letaknya
di kulit.Untuk bedah minor, insisi ini dilakukan pada insisi klavus dimana klavus
ditipiskan dahulu sampai inti yang masuk ditemukan yang dilanjutkan dengan insisi
ellips.
5. Insisi Poligonal
Digunakan sebagai akses sekaligus diseksi tajam jika target operasi masa yang akan
diambil berhubungan atau berada di kulit. Dibuat banyak sisi tajam atau poligonal
bertujuan untuk menghabiskan akar-akanr dari masa yang dibuang. Misalnya tumor
ganas kulit. Poligonal juga berfungsi untuk mengecek tiap sisi apakah bebas dari masa
tumor atau tidak.
Penutupan Defek
Pengambilan masa bersamaan dengan kulit diatasnya menimbulkan deffek yang dapat
ditutup dengan mendekatkan tepi luka. Mungkin juga jika defek terlalu lebar maka kedua
tepi luka tidak dapat didekatkan. Untuk itulah diperlukan teknik khusus untuk menutup
defek.
Sekali lagi, petutupan defek ini harus difikirkan saat merencanakan insisi, bagaimana
kemungkinan defek yang terjadi dan cara untuk menutupnya. Dengan demikian, pada
saat insisi telah tergambar rencana teknik penutupan defeknya.
Adapun teknik yang dapat dipakai adalah, advancement, flaps, STSG (split thickness
skin graff ), FTSG (full thickness) dan lain-lain
Menutup defek dengan cara mendekatkan 2 sisi insisi. Dilakukan jika masing-masing
tepi longgar. Jika tidak maka dilakukan pembebasan jaringan subkutis dari masing-
101
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
masing tepi agar menjadi longgar sehingga masing-masi tepi bisa bertemu sehingga
jahitan tidak terlalu tegang /tension.
102
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Adakalanya diujung luka kulit lebih menonjol dan seakan seperti masa kulit. Kelebihan
kulit ini menyerupai telinga anjing sehingga sering disebut dog ear. Antisipasi
terbentuknya dog ear ini dilakukan saat insisi, yaitu ujung insisi pada insisi elips
diusahakan lebih lancip, tidak lengkung.
Bandingkan kedua ujung insisi yang lancip dengan lengkung. Dog ear terbetntuk dari
insisi yang lebih lengkung.
Untuk memperbaikinya, luka operasi terlebih dahulu dijahit seperti biasa untuk menilai
sebesar apa ear dog yang terbentuk. Kemudiaan baru dikoreksi dengan membuat insisi
berikutnya seperti pada gambar dibawah ini
103
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Gambar diatas mengoreksi dog ear dengan membuat insisi elips pada tepi sayatan
sebelumnya, sedangkan gambar bawah membuat insisi dua segitiga.
Ekstirpasi adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya atau
pengangkatan seluruh jaringan atau organ yang rusak.
Indikasi
Kista Aterom. Kista aterom adalah kista retensi dari kelenjar sebasea akibat penutupan
104
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
saluran pori rambut yang terdiri dari kapsul jaringan ikat padat dengan isi mengandung
banyak lemak seperti bubur.
Pada pemeriksaan tampak sebagai tonjolan bulat, superfisial-subkutan, lunak-kenyal. Isi
aterom kadang-kadang dapat dipijat keluar. Predileksi di bagian tubuh yang berambut
(kepala, wajah, belakang telinga, leher, punggung, dan daerah genital).
Tindakan
o Ekstirpasi total dengan eksisi pada daerah bekas muara kelenjar, dengan indikasi
kosmetik, rasa nyeri, mengganggu
o Insisi dan drainase bila ada infeksi atau abses
105
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Skor
No Feedback
0 1 2
Interaksi Dokter-Pasien
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Informed consent
Prosedural
A. Penjahitan (Hecting)
Mencuci tangan WHO, pemasangan Handchoen
4 Ambil needle holder, needle, pasangkan benang
5 Tepi jaringan dipegang dengan dengan pinset,
lakukan traksi
6 Tusukkan jarum dengan arah tegak lurus pada
permukaan kulit dan tepi luka. Posisi lengan bawah
dalam pronasi lalu lakukan gerakan rotasi lengan
menjadi supinasi
7 Tembuskan jarum sampai kurang lebih mencapai
pertengahan lengkung, sambut dengan pinset lalu
sambut dengan needle holder, tarik
8 Siapkan jarum pada posisi semula (forehand,ujung
needle holder, 1/3 bagian distal jarum) untuk memulai
manuver selanjutnya
9 Ulangi hal yang sama pada tepi luka lain, dimulai dari
bagian dalam luka dan diarahkan ke permukaan kulit
10 Selesai melakukan manuver ini, benang ditarik
menyisakan ujung benang kurang lebih 2-3 cm dari
needle bite untuk membuat simpul
11 Lakukan manuver pembuatan simpul.
Simpul pertama dengan sekali puntiran backhand dan
simpul kedua dengan dua kali puntiran forehand
12 Tegangkan kedua ujung benang dan potong dengan
menyisakan kurang lebih 0,5-1 cm dari simpul
13 Jahitan ketiga, keempat dan seterusnya dikerjakan
secara berutuan sehingga mencapai ujung luka
14 Ambil needle holder, needle, pasangkan benang
15 Tepi jaringan dipegang dengan dengan pinset,
lakukan traksi
106
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
107
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Keterangan
0= Tidak Melakukan
1: Melakukan tidak sempurna
2:Melakukan Sempurna
DAFTAR PUSTAKA
1. Dudley,HAF dkk. 1995. Pedoman tindakan praktis medik dan bedah. EGC. Jakarta
2. Anonim. Prinsip-prinsip Dasar Bedah Minor.
3. Tintinalli,JT dkk. 2004. Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study
Guide, Seventh edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
4. Anonim. ETHICON Wound Closure Manual. Ethicon,Inc.
5. Coffee, H.L. 1993 .Ditch Medicine: Advanced Field Procedures for Emergencies.
Paladin Press. USA
108
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
EDUKASI PASIEN
dr. Azelia Nusadewiarti, MPH
A. TEMA :
Edukasi pasien, rencana menginformasikan kepada pasien tentang informasi
secara umum tentang penyakit, pemeriksaan penunjang, tindakan dan terapi,
rehabilitasi.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
109
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
D. SKENARIO
Mahasiswa, laki-laki, 20 tahun, datang dengan keluhan demam tinggi
mendadak sejak 3 hari lalu. Keluhan ini disertai dengan nyeri kepala, mual, nafsu makan
berkurang, dan badan terasa lemas. Pada hari keempat, saat bangun tidur pada
lengannya terlihat bintik kemerahan. Penderita tidak batuk pilek. Sudah minum obat
parasetamol, tetapi demam tetap tinggi, sehingga dia memeriksakan diri ke pada
saudara dokter keluarga di KDK Avicenna.
Hasil pemeriksaan tanda vital T 110/90 mmHg N 120x/mnt tes pembendungan
(RL) ternyata hasilnya positif. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah
leukosit 3.500/mm3, hematokrit 42% serta jumlah trombosit 50.000/mm3. Pemeriksaan
serologi IgG dan IgM anti dengue positif. Seminggu yang lalu tetangga penderita umur 3
tahun ada yang meninggal karena demam berdarah.
E. DASAR TEORI
Penatalaksanaan Penyakit dengan pendekatan keluarga (5 level prevention)
110
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Pemulihan (Rehabilitation)
• Penyediaan fasilitas pelatihan di RS dan masyarakat agar kemampuan yang
tersisa dapat dimanfaatkan secara maksimum
• Edukasi masyarakat dan industri agar menerima mereka yang telah
direhabilitasi
• Sedapat mungkin diusahakan supaya semua dapat bekerja Kualitas hidup
yang baik dan bermanfaat
111
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Edukasi pasien pada pasien tergantung kasusnya pada tingkat/level pencegahan yang
ditemukan
112
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
5. Di mana menyampaikannya
• Di ruang praktik dokter.
• Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.
• Di ruang diskusi.
• Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan
dokter.
6. Bagaimana menyampaikannya
• Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui
telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,
faksimile, sms, internet.
• Persiapan meliputi:
materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis,
prognosis sudah disepakati oleh tim);
ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang
lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon;
waktu yang cukup;
mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh
keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya
lebih dari satu orang).
Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan
dibicarakan.
Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang
diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi
yang akan diberikan.
113
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.
Salam:
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya.
Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar
pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan
bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya,
serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka
maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.
Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan
mengenai penyakit, tindak medis dan terapi, pemeriksaan penunjang yang
relevan, rehabilitasi atau apapun secara jelas dan detil.
Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan
berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian
akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk
persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti
benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua
belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang
penting
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar Azrul, Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Yayasan Penerbit
IDI, Jakata;1996
2. Gan, Goh Lee, at all, A primer On Family Medicine Practice, Singapore
International Foundation, Singapore, 2004
114
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
115
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan belum sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
116
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. TEMA :
Keterampilan Komunikasi Anamnesis Penyakit Gastrointestinal
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
D. SKENARIO
117
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
E. DASAR TEORI
118
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
peritoneal. Tidak jarang pula suatu keluhan tertentu diekspresikan secara berbeda,
terutama dalam istilah, tergantung pada latar belakang pendidikan, sosial, budaya
pasien.
Berikut akan kita bahas beberapa keluhan yang disebabkan oleh penyakit GI dan
perkiraan penyakit yang mendasarinya, sehingga diharapkan dengan teknik
anamnesis yang baik dapat membantu dalam menegakkan diagnosis penyakit
tersebut:
1. Dispepsia
Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau
kumpulan gejala yang terdiri nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati,
kembung, mual,muntah,sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa
penuh/begah. Keluhan ini tidak perlu selalu semua ada pada tiap pasien, dan
bahkan pada satu pasien pun keluhan dapat berganti atau bervariasi baik dari
segi jenis keluhan maupun kualitasnya.
Etiologi dispepsia:
Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna; tukak gaster/
duodenum, gastritis, tumor, infeksi Helicobacter pylori.
Obat- obatan : OAINS, aspirin, beberapa jenis antibiotik dsb.
Penyakit pada hati, pankreas, sistem bilier: hepatitis, pankreatitis,
kolesistitis kronik.
Penyakit sistemik: diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung
koroner.
Bersifat fungsional: yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang
tidak terbukti adanya kelainan/gangguan organik/ struktural biokimia.
Dikenal sebagai dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus.
2. Disfagia
Disfagia adalah sensasi gangguan pasase makanan dari mulut ke lambung.
Pasien mengeluh sulit menelan atau makanan terasa mengganjal di leher/
dada atau makanan terasa tidak turun ke lambung. Harus dibedakan dengan
odinofagia (rasa sakit waktu menelan). Disfagia dapat disebabkan oleh
gangguan pada masing-masing fase menelan yaitu pada fase orofaringeal
dan fase esofageal. Keluhan disfagia pada fase orofaringeal berupa keluhan
adanya regurgitasi ke hidung, terbatuk waktu berusaha menelan atau sulit
untuk mulai menelan. Sedangkan disfagia fase esofageal, pasien mampu
119
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
menelan tapi terasa bahwa yang ditelan terasa tetap mengganjal atau tidak
mau turun serta sering disertai nyeri retrosternal. Disfagia yang pada awalnya
terutama terjadi pada waktu menelan makanan padat dan secara progresif
kemudian terjadi pula pada makanan cair, diperkirakan bahwa penyebabnya
adalah kelainan mekanik atau struktural. Sedangkan bila gabungan makanan
padat dan cair diperkirakan penyebabnya adalah gangguan neuromuskular.
Bila keluhan bersifat progresif bertambah berat, sangat dicurigai adanya
proses keganasan.
Etiologi disfagia:
Fase orofaringeal: penyakit serebrovaskular, miastenia gravis,
kelainan muskular, tumor, divertikulum Zenker, gangguan
motilitas/sfingter esofagus atas.
Fase esofageal: inflamasi, striktur esofagus, tumor, ring/web,
penekanan dari luar esofagus, akalasia, spasme esofagus difus,
skleroderma.
Setiap kasus muntah harus harus dinilai keadaan sistemik yang menyertainya
serta adanya keluhan neurologi seperti nyari kepala hebat, vertigo, rasa
lemas yang mencolok dan sebagainya. Muntah yang disertai nyeri perut
hebat harus diwaspadai adanya rangsang peritoneum, obstruksi intestinal
akut, atau penyakit pankreatobilier.
120
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Manifestasi klinis perdarahan saluran cerna dapat timbul mulai dari yang
seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai keadaan yang
mengancam hidup. Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar)
atau hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya
perdarahan saluran cerna bagian atas atau proksimal ligamentum Treitz.
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), terutama dari duodenum
dapat juga bermanifes dalam bentuk keluarnya darah segar per anum bila
perdarahannya banyak. Melena (feses berwarna hitam) biasanya berasal dari
perdarahan SCBA, walaupun perdarahan usus halus dan bagian proksimal
kolon dapat juga bermanifes dalam bentuk melena. Hematoskezia (darah
segar keluar per anum) biasanya berasal dari perdarahan saluran cerna
bagian bawah (kolon). Maroon stools (feses berwarna merah hati) dapat
berasal dari perdarahan kolon bagian proksimal (ileo-caecal).
Etiologi:
Saluran cerna bagian atas (SCBA): pecahnya varises esofagus,
perdarahan tukak peptik, gastritis erosif (terutama akibat OAINS),
gastropati hipertensi porta, esofagitis, tumor,dsb.
Saluran cerna bagian bawah (SCBB): kolitis (infeksi, radiasi, iskemik),
tumor, divertikulosis, inflammatory bowel disease (IBD), hemoroid.
5. Diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali
sehari dan konsistensi feses menjadi cair. Diare dapat digolongkan menjadi
diare akut atau bila berlangsung lebih dari dua minggu dikategorikan sebagai
diare kronik.
Diare akut
Etiologi: virus, protozoa (Giardia lamblia, Entamoeba hystolitica), bakteri:
yang memproduksi enterotoksin (S.aureus, C.perfringens, E.coli, V.cholera,
C.difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shigella,
Salmonella sp, Yersinia), iskemia intestinal, kolitis radiasi, IBD.
Untuk diare akut perlu ditanyakan adanya riwayat makan makanan tertentu
(terutama makanan siap santap) dan adanya keadaan yang sama pada orang
lain, sangat mungkin merupakan keracunan makanan yang disebabkan oleh
121
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Diare kronis
Etiologi:
Diare osmotik: disebabkan osmolaritas intralumen usus lebih tinggi
daripada osmolaritas serum, misalnya pada intoleransi laktosa, obat
laksatif (laktulosa, magnesium sulfat), obat (antasid)
Diare sekretorik: sekresi intestinal berlebih dan berkurangnya absorbsi
menimbulkan diare yang cair dan banyak, misalnya akibat tumor
endokrin, malabsorbsi garam empedu, laksatif katartik
Diare karena gangguan motilitas: disebabkan oleh transit usus yang
cepat atau justru karena stasis yang menimbulkan perkembangan
berlebih bakteri intralumen usus, misalnya pada irritabel bowel
syndrome.
Diare inflamatorik: akibat faktor inflamasi seperti IBD
Malabsorpsi: akibat penyakit usus halus, reseksi sebagian usus,
obstruksi limfatik, defisiensi enzim pankreas, pertumbuhan bakteri
berlebih.
Infeksi kronik: G.lamblia, E. Hystolitica, nematoda usus
6. Konstipasi
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya
frekuensi BAB, sensasi tidak puas/lampias BAB, terdapat rasa sakit, perlu
ekstra mengejan atau feses keras. Frekuensi BAB normal adalah 3 kali dalam
sehari sampai 3 hari sekali.
Etiologi:
Pola hidup : diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan BAB tidak
teratur, kurang olahaga.
122
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
7. Nyeri perut
Dapat berasal dari nyeri viseral abdomen akibat rangsang mekanik (seperti
regangan, spasme) atau kimiawi (seperti inflamasi, iskemik). Nyeri visceral
bersifat tumpul, rasa terbakar dan samar batas lokasinya. Sedangkan nyeri
peritoneum parietal lebih bersifat tajam dan lokasinya lebih jelas. Ujung saraf
nyeri pada organ seperti hati dan ginjal terbatas pada kapsulanya, jadi rasa
nyeri timbul bila ada regangan karena pembesaran organ. Referred pain
dapat dijelaskan pada keadaan dimana serat nyeri visceral dan serat somatik
berada pada satu tingkat di susunan saraf spinal.
Etiologi:
Inflamasi peritoneum parietal: perforasi, peritonitis, appendisitis,
pankreatitis, dsb
Kelainan mukosa visceral : tukak peptik, esofagitis, dsb
Obstruksi visceral : ileus obstruksi, kolik bilier, dsb
Regangan kapsul organ: hepatitis, pielonefritis, dsb
Gangguan vaskular: iskemia atau infark intestinal
Gangguan motilitas: irritable bowel disease, dispepsia fungsional
Ekstra abdominal: herpes, trauma muskuloskeletal, dsb
Lokasi nyeri:
Daerah epigastrium: kemungkinan dugaan sumber nyeri pada organ
gaster, pankreas dan duodenum.
123
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Kualitas nyeri: pada dasarnya harus dibedakan rasa nyeri kolik seperti pada
obstruksi intestinal dan bilier, rasa nyeri yang bersifat tumpul seperti pada batu
ginjal, rasa seperti diremas pada kolesistitis, rasa panas seperti pada
esofagitis, dan appendisitis tidak jarang menimbulkan rasa nyeri tumpul dan
menetap.
Intensitas nyeri: pada keadaan akut, intensitas nyeri dapat diurut berdasarkan
intensitas nyeri yang paling hebat sampai ke relatif ringan yaitu: perforasi ulkus,
pankreatitis akut, kolik ginjal, ileus obstruksi, kolesistitis, appendisitis, tukak
peptik, gastroenteritis dan esofagitis. Sedangkan nyeri kronik lebih sulit
menentukannya karena banyak faktor psikologis yang berperan.
Faktor yang memperberat dan memperingan nyeri: bila nyeri dapat diringankan
dengan minum antasid maka kemungkinan menderita tukak peptik (terutama
tukak duodenum). Pada penyakit kolon, rasa nyeri berkurang setelah buang air
besar. Nyeri pada penyakit pankreas dan juga iskemia intestinal sering terjadi
setelah makan.
F. PROSEDUR
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat penyakit dalam
keluarga, dan riwayat pribadi.
1. Identitas Pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis.
Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika,
maupun hukum. Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa pasien yang
124
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud, selain itu juga
diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain sebagainya.
Identitas meliputi:
Nama lengkap pasien
Umur atau tanggal lahir
Jenis kelamin
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Suku bangsa
Agama.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien yang
membawanya pergi ke dokter untuk berobat. Keluhan utama sangat dibutuhkan
dalam mengumpulan informasi masalah. Dalam menuliskan keluhan utama,
harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal
tersebut. Contoh: buang air besar encer seperti cucian beras sejak 3 jam lalu.
Perlu diketahui bahwa keluhan utama tidak selalu keluhan yang pertama
disampaikan oleh pasien. Pasien sering mengeluhkan hal-hal yang sebenarnya
bukan masalah pokok atau keluhan utama pasien tersebut, misalnya mengeluh
lemas dan tidak nafsu makan sejak beberapa hari lalu, tetapi sesungguhnya ia
menderita demam yang tidak diceritakan segera pada waktu ditanyakan dokter.
Riwayat perjalan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai
pasien datang berobat. Pasien diminta menceritakan gejala-gejala yang muncul
dengan kata-katanya sendiri. Informasi tambahan tentang keluhan pasien
dapat diperoleh dengan mengajukan pertanyaan yang spesifik. Riwayat
perjalanan penyakit disusun dalam bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan
apa yang diceritakan pasien, tidak boleh menggunakan bahasa kedokteran,
apalagi melakukan interpretasi dari apa yang dikatakan oleh pasien. Dalam
mewawancarai pasien gunakanlah kalimat terbuka (kata tanya apa, mengapa,
125
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
126
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
G. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Buku Panduan Skill Lab FK UGM. Yogyakarta
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Ilmu Penyakit
Dalam FKUI: Jakarta
127
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Nilai
No Prosedur/ Aspek Latihan
0 1 2
ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN
1 Mengucapkan salam pada awal wawancara
2 Mempersilakan duduk berhadapan
3 Memperkenalkan diri
Informed
4 menjelaskan kepentingan penggalian informasi yang
benar tentang sakit pasien
Consent
5 Meminta waktu & ijin untuk melakukan alloanamnesis
jika diperlukan
ITEM PROSEDURAL
Menanyakan identitas pasien :
Nama , Umur , jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu
ditanyakan), alamat lengkap, pekerjaan, agama dan suku
6 bangsa.
Pastikan menggali identitas tidak terkesan interogasi,tidak
harus berurutan, boleh diselang-seling saat anamnesis
berlangsung
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
a. Menanyakan keluhan utama
7 Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama
8 b. Menanyakan keluhan lain/ tambahan
c. Menggali informasi tentang riwayat penyakit sekarang
waktu dan lama
sifat
lokalisasi dan penyebaran
9 hubungan dengan waktu dan aktifitas
keluhan yang mendahului dan menyertai serangan
keluhan muncul pertama kali/ sudah berulang
faktor resiko dan pencetus serangan
riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
128
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
perkembangan penyakit
upaya pengobatan & hasilnya
Menanyakan riwayat penyakit dahulu (menanyakan riwayat
penyakit yang pernah diderita sebelumnya, adanya riwayat
operasi, riwayat alergi obat dan makanan, riwayat obat -
10
obatan yang pernah diminum, riwayat transfusi, riwyat
imunisasi, dan riwayat pemeriksaan medis yang pernah
dilakukan sebelumnya).
Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
11 (riwayat penyakit herediter, familial, atau penyakit infeksi
dalam keluarga)
Menggali informasi tentang riwayat Pribadi
(kebiasaan berolahraga, riwayat merokok, minuman
alkohol, kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan dalam
jangka panjang (misalnya: OAINS, steroid, antibiotik) dan
12
penyalahgunaan obat-obat terlarang, pola diet/ kebiasaan
makan dan minum, anamnesis mengenai lingkungan
tempat tinggal pasien, perlu juga ditanyakan riwayat
bepergian)
ITEM PENALARAN KLINIS
Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan
13
terhadap apa yang dikatakan pasien)
Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang
14
jelas, atau pertanyaan yang kurang jelas).
15 Mencatat semua hasil anamnesis
16 Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis
ITEM PROFESIONALISME
17 Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi
18 Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik
TOTAL
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tetapi tidak benar/lengkap/sempurna
2 : Dilakukan dengan benar /lengkap/sempurna
129
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. TEMA
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
C. LEVEL KOMPETENSI
Level
No. Jenis Kompetensi
Kompetensi
1. Inspection 1 2 3 4
2. Auscultation (bowel, sounds, bruits) 1 2 3 4
3. Percussion (especially liver, Traube’s area, bladder dullness) 1 2 3 4
4. Palpation (abdominal wall, colon, liver,spleen, aorta, rigidity) 1 2 3 4
5. Eliciting abdominal tenderness and rebound tenderness 1 2 3 4
6. Eliciting shifting dullness 1 2 3 4
7. Eliciting a fluid thrill 1 2 3 4
8. Eliciting renal tenderness 1 2 3 4
Catatan: dasar dan beberapa prosedur telah dipelajari pada CSL dengan tema
pemeriksaan abdomen dasar. Harap mahasiswa mempelajari kembali.
1. Bed pemeriksaan
130
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
2. Meja dokter
3. Kursi dokter dan pasien
4. Stetoskop
5. Alkohol 70%
6. Penggaris
E. SKENARIO
Anda seorang dokter muda yang tengah jaga malam di UGD RS. Datang seorang
pasien dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan. Nyeri dirasakan bertambah jika pasien
bergerak atau berjalan sehingga pasien lebih nyaman berbaring dengan posisi kaki kanan
menekuk. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan tanda vital, Anda melakukan
pemeriksaan abdomen. Lakukanlah!
F. DASAR TEORI
Pada CSL abdomen dasar telah dipelajari mengenai tahap pemeriksaan abdomen
yang mencakup inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi. Pelajari kembali dasar
pemeriksaan abdomen tersebut dan lanjutkan dengan pemeriksaan abdomen lanjut ini.
Pada pemeriksaan dengan auskultasi dapat ditemukan beberapa informasi yang
penting tentang bowel motility. Lakukanlah auskultasi sebelum melakukan perkusi ataupun
palpasi. Lakukanlah latihan auskultasi sesering mungkin sehingga Anda terbiasa dengan
variasi normal dari suara pergerakan usus dan dapat mendeteksi jika terdapat kecurigaan
obstruksi atau inflamasi. Pada keadaan obstruksi, dapat terdengar metalic sound. Pada
auskultasi juga dapat terdengar bruits (desah sistolik) yang merupakan suara turbulensi
aliran darah. Titik untuk mendengarkan bruits pembuluh darah diilustrasikan pada gambar
berikut.
aorta
a. renalis
a. illiaca
a. femoralis
Gambar 1. Titik-titik untuk mendengarkan bruits pembuluh darah.
131
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
PEMERIKSAAN HEPAR
Oleh karena sebagian besar hepar terletak di bawah costa, maka penilaiannya
lebih sulit. Ukuran dan bentuknya dapat diperkirakan dengan perkusi dan palpasi. Palpasi
dapat pula menilai permukaan, konsistensi, dan ketegangannya.
Perkusi
Batas atas hepar dapat ditentukan dengan menemukan pekak hepar dengan
melakukan perkusi pada garis midclavicula kanan, pada saat terdapat perbedaan suara
timpani menuju pekak (telah dipelajari pada CSL abdomen dasar). Batas atas hepar
penting untuk ditentukan terutama pada pasien dengan kecurigaan hepatomegali untuk
menyingkirkan kemungkinan hepatoptosis.
Batas bawah hepar dapat ditentukan dengan melakukan perkusi pada garis
midclavicula kanan, dimulai dari sejajar atas umbilikus (timpani), menuju atas sampai
terdengar pekak hepar.
132
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Palpasi
Tempatkan tangan kiri Anda di belakang pasien sejajar dan menyangga costa
11 dan 12 kanan. Minta pasien untuk rileks. Tekan menuju depan untuk memudahkan
tangan kanan Anda meraba hepar.
Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen kanan bawah pasien, lateral
dari m. rectus dan sejajar umbilicus. Minta pasien untuk bernafas dalam, lakukan
palpasi ringan dan dengan menggunakan ujung jari Anda, rasakan batas bawah hepar
pasien. Ulangi pemeriksaan dengan menaikkan tangan kanan Anda menuju arcus
costarum. Jika telah teraba, kurangi tekanan Anda dan lakukan palpasi ringan
sehingga Anda dapat merasakan permukaan anterior hepar. Normalnya hepar lembut,
133
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
regular, permukaan halus dan berbatas tajam. Pada saat pasien inspirasi, hepar dapat
teraba 3 cm di bawah arcus costarum kanan pada garis midclavicula.
PEMERIKSAAN SPLEEN
Jika lien membesar akan ekspansi ke arah anterior, bawah, dan medial sehingga seringkali
mengubah suara timpani pada abdomen dan kolon dengan suara pekak dari organ padat.
Lien dapat teraba di bawah arcus costarum kiri. Perkusi tidak dapat memastikan terdapat
pembesaran lien, namun dapat mendukung kecurigaan. Palpasi dapat memastikan
pembesaran organ tersebut.
Perkusi
Terdapat 2 cara dalam mendeteksi splenomegaly, yakni:
134
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
1) Perkusi bagian bawah dinding dada anterior kiri pada garis aksila anterior menuju
garis mid aksila pada ICS 9 (disebut Traube’s space). Umumnya akan terdengar
suara timpani. Jika terdapat pembesaran lien akan terdengar perubahan suara
berupa timpani berkurang atau pekak.
Normal spleen
Gambar 6. Posisi spleen.
2) Periksa splenic percussion sign dengan melakukan perkusi pada ICS kiri terbawah
pada garis aksila anterior (normalnya timpani). Kemudian minta pasien untuk
bernafas dalam dan perkusi kembali (normalnya tetap timpani).
x
Titik perkusi
x
Anterior axillary line
Midaxillary line
135
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
136
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
PEMERIKSAAN GINJAL
Walaupun seringkali ginjal tidak dapat diraba, Anda dapat mempelajari dan
berlatih tekniknya.
Palpasi Ginjal Kiri
Tempatkan tangan kanan Anda di belakang pasien sejajar dengan costa 12
kiri. Dengan ujung jari Anda, raihlah sudut costovertebra (costovertebral angel).
Usahakan menekan ginjal ke arah depan. Tempatkan tangan kiri Anda pada kuadran
kiri atas, lateral dan sejajar dari m. rectus. Minta pasien untuk bernafas dalam dan saat
puncak inspirasi, usahakan untuk merasakan ballotement ginjal pasien dengan
menggunakan kedua tangan Anda. Kemudian minta pasien untuk menghembuskan
nafas dan tahan sesaat, secara perlahan Anda melepaskan tekanan tangan kiri Anda
dan usahakan meraba ginjal pada posisi ekspirasi. Jika ginjal teraba, deskripsikan
ukuran dan konturnya.
Teknik lain, pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan
pemeriksaan lien (posisi pasien berbaring).
Normalnya kandung kemih tidak dapat diraba terkecuali jika terdapat distensi
diatas simfisis pubis. Kandung kemih teraba halus dan bulat. Lakukan perkusi untuk
138
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
memeriksa pekak dan menentukan berapa tinggi kandung kemih berada di atas simfisis
pubis. Jika ditemukan kandung kemih bulging maka mintalah dahulu pasien untuk miksi
untuk menghindari overdiagnosis karena kandung kemih yang penuh dengan urine. Jika
masih teraba, pikirkan kemungkinan pembesaran prostat pada pasien pria atau gravida
pada pasien wanita.
PEMERIKSAAN AORTA
Tekan dalam dari atas abdomen pada sebelah kiri garis tengah (sedikit lateral kiri
dari umbilicus) dan identifikasi pulsasi aorta. Pada orang berusia di atas 50 tahun, usahakan
untuk menilai lebar aorta tersebut dengan menekan abdomen dengan satu tangan pada tiap
sisi aorta (lihat gambar). Normalnya diameter aorta tidak lebih dari 3 cm (rata-rata 2,5 cm).
PEMERIKSAAN ASITES
139
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
1. Minta pasien untuk menunjukkan lokasi nyeri berawal. Minta pasien untuk batuk dan
tanyakan bagaimana dan di mana nyeri yang dirasakan.
2. Cari dan periksa ketengangan setempat (local tenderness).
3. Periksa muskular rigiditas.
140
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
4. Lakukan pemeriksaan rektal dan pada wanita, pemeriksaan panggul. Teknik ini tidak
terlalu membantu Anda dalam membedakan appendiks yang normal dan meradang,
namun dapat dapat membantu dalam mengidentifikasi peradangan appendiks atipikal
yang berlokasi dalam rongga panggul. Hal ini juga dapat menyebabkan nyeri perut.
Beberapa pemeriksaan yang dapat membantu:
G. PROSEDUR
141
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
1. Interpersonal
2. Inspeksi Abdomen
3. Auskultasi Bising Usus (Gerak Peristaltik)
Letakkanlah diafragma stetoskop pada abdomen pada kuadran kanan bawah.
Dengarkan suara pergerakan usus (peristaltik), perhatikan karakter dan
frekuensinya.
Normalnya akan terdengar suara „klik‟ atau „gurgles‟ dengan frekuensi 5 s.d. 12 kali
per menit.
4. Auskultasi Bruits
aorta
a. renalis
a. illiaca
a. femoralis
5. Pemeriksaan Hepar
Perkusi batas atas hepar
- Perkusi pada garis midcavicula kanan mulai ICS 1 ke bawah, tentukan
perubahan suara timpani – pekak
- Lakukan tes peranjakan hati dengan meminta pasien bernafas dalam dan
perkusi kembali batas tadi (pekak timpani)
Perkusi batas bawah hepar
- Perkusi garis midclavicula kanan, dimulai dari sejajar atas umbilikus (timpani),
menuju atas sampai terdengar pekak hepar.
Palpasi hepar
- Tempatkan tangan kiri Anda dibelakang pasien sejajar costa 11 dan 12 kanan,
minta pasien untuk rileks.
- Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen kanan pasien, lateral dari m.
rectus sejajar umbilicus.
- Tekan tangan kiri Anda menuju depan untuk memudahkan tangan kanan Anda
meraba hepar.
142
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
- Minta pasien untuk bernafas dalam, dengan menggunakan ujung jari Anda,
rasakan batas bawah hepar pasien.
- Ulangi pemeriksaan seraya menaikkan palpasi Anda menuju menuju arcus
costarum.
- Jika telah teraba, kurangi tekanan Anda dan lakukan palpasi ringan sehingga
Anda dapat merasakan permukaan anterior hepar. Normalnya hepar lembut,
regular, permukaan halus, dan berbatas tajam. Pada saat pasien inspirasi,
hepar dapat teraba 3 cm di bawah arcus costarum kanan pada garis
midclavicula.
6. Pemeriksaan Spleen
Perkusi
- Perkusi bagian bawah dinding dada anterior kiri pada garis aksila anterior
menuju garis mid aksila pada ICS 9 (disebut Traube’s space). Umumnya akan
terdengar suara timpani. Jika terdapat pembesaran lien akan terdengar
perubahan suara berupa timpani berkurang atau pekak.
- Splenic percussion sign dengan melakukan perkusi pada ICS kiri terbawah
pada garis aksila anterior (normalnya timpani).
- Minta pasien untuk bernafas dalam dan perkusi kembali (normalnya tetap
timpani).
Palpasi
- Tempatkan tangan kiri Anda di belakang pasien sejajar costa kiri bawah dan
tekan ke arah depan.
- Tempatkan tangan kanan Anda di bawah arcus costarum kiri dan tekan ke arah
dalam untuk menemukan lien.
- Minta pasien untuk bernafas dalam dan ulangi pemeriksaan. Perhatikan kontur
lien dan ukur jarak antara batas bawah lien dengan arcus costarum kiri.
- Pemeriksaan dapat pula dilakukan dengan meminta pasien berbaring pada sisi
sebelah kanan dengan tungkai bawah fleksi pada sendi pinggul dan lutut.
- Ulangi pemeriksaan.
143
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
7. Pemeriksaan Ginjal
Palpasi Ginjal Kiri
- Tempatkan tangan kanan Anda di belakang pasien sejajar dengan costa 12 kiri.
- Dengan ujung jari, raihlah sudut costovertebra dan usahakan menekan ginjal ke
arah depan.
- Tempatkan tangan kiri Anda pada kuadran kiri atas, lateral dan sejajar dari m.
rectus.
- Minta pasien untuk bernafas dalam dan saat puncak inspirasi, usahakan untuk
merasakan ballotement ginjal pasien dengan menggunakan kedua tangan
Anda.
- Minta pasien untuk menghembuskan nafas dan tahan sesaat, secara perlahan
lepaskan tekanan tangan kiri Anda dan usahakan meraba ginjal pada posisi
ekspirasi.
- Deskripsikan ukuran dan konturnya.
Palpasi Ginjal Kanan
- Pemeriksaan berada di sebelah kanan pasien.
- Gunakan tangan kiri Anda untuk menyangga pasien dari belakang dan tangan
kanan Anda ditempatkan pada kuadran kanan atas.
- Prosedur selanjutnya sama dengan palpasi ginjal kiri.
8. Pemeriksaan Aorta
Tekan dalam dari atas abdomen pada sebelah kiri garis tengah (sedikit lateral kiri
umbilicus) dan identifikasi pulsasi aorta.
Pada orang berusia di atas 50 tahun, usahakan untuk menilai lebar aorta tersebut
dengan menekan abdomen dengan satu tangan pada tiap sisi aorta (lihat gambar).
Normalnya diameter aorta tidak lebih dari 3 cm (rata-rata 2,5 cm).
9. Pemeriksaan Khusus
a. Pemeriksaan Kemungkinan Appendisitis
Minta pasien untuk menunjukkan lokasi nyeri berawal.
Minta pasien untuk batuk dan tanyakan bagaimana dan dimana nyeri yang
dirasakan.
145
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
H. DAFTAR PUSTAKA
I. EVALUASI
146
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
CEKLIST LATIHAN
Skor
No. Aspek
0 1 2
I. Interpersonal
1. Sambung rasa dan informed consent
II. Prosedur
2. Inspeksi Abdomen
Auskultasi Bising Usus (Gerak Peristaltik)
3. Letakkanlah diafragma stetoskop pada abdomen pada kuadran kanan
bawah.
4. Dengarkan suara pergerakan usus (peristaltik), perhatikan karakter dan
frekuensinya.
Auskultasi Bruits
5. Aorta
6. a. renalis dextra et sinistra
7. a. iliaca dextra et sinistra
Pemeriksaan Hepar
Perkusi:
8. Tentukan batas atas hepar dengan perkusi pada garis midclavicula kanan
mulai ICS 1 kebawah sampai terdapat tentukan perubahan suara timpani
pekak.
9. Lakukan tes peranjakan hati dengan meminta pasien bernafas dalam dan
perkusi kembali batas tadi (pekak timpani).
10. Tentukan batas bawah hepar pada garis midclavicula kanan, dimulai dari
sejajar atas umbilikus menuju atas sampai terdengar pekak hepar.
Palpasi:
11. Tempatkan tangan kiri Anda dibelakang pasien sejajar costa 11 dan 12
kanan, tekan menuju depan dan minta pasien untuk rileks.
12. Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen kanan pasien, lateral dari
m.rectus sejajar umbilicus.
13. Minta pasien untuk bernafas dalam, dengan menggunakan ujung jari Anda,
rasakan batas bawah hepar pasien.
Ulangi pemeriksaan seraya menaikkan palpasi Anda menuju menuju arcus
costarum.
14. Jika telah teraba, kurangi tekanan Anda dan lakukan palpasi ringan
sehingga Anda dapat merasakan permukaan anterior hepar.
Pemeriksaan Spleen
147
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Perkusi:
15. Perkusi ruang Traube yakni pada garis aksila anterior menuju garis mid
aksila pada ICS 9 kiri.
16. Lakuan splenic percussion sign pada ICS kiri terbawah pada garis aksila
anterior.
17. Minta pasien untuk bernafas dalam dan perkusi kembali.
Palpasi :
18. Tempatkan tangan kiri Anda dibelakang pasien sejajar costa kiri bawah dan
tekan ke arah depan.
19. Tempatkan tangan kanan Anda dibawah arcus costarum kiri dan tekan ke
arah dalam untuk menemukan lien.
20. Minta pasien untuk bernafas dalam dan ulangi pemeriksaan. Perhatikan
kontur lien dan ukur jarak antara batas bawah lien dgn arcus costarum kiri.
Pemeriksaan Ginjal
Palpasi Ginjal Kiri
21. (Pemeriksa berada disebelah kiri pasien)
Tempatkan tangan kanan Anda dibelakang pasien sejajar costa 12 kiri dan
dengan ujung jari raihlah sudut costovertebra, usahakan menekan ginjal ke
arah depan.
22. Tempatkan tangan kiri Anda pada kuadran kiri atas, lateral dan sejajar dari
m. rectus.
23. Minta pasien untuk bernafas dalam dan saat puncak inspirasi, usahakan
untuk merasakan ballotement ginjal pasien dengan menggunakan kedua
tangan Anda.
24. Minta pasien untuk menghembuskan nafas dan tahan sesaat, secara
perlahan lepaskan tekanan tangan kiri Anda dan usahakan meraba ginjal
pada posisi ekspirasi.
Palpasi Ginjal Kanan
25. (Pemeriksaan kembali berada di sebelah kanan pasien)
Gunakan tangan kiri Anda untuk menyangga pasien dari belakang dan
tangan kanan Anda ditempatkan pada kuadran kanan atas.
26. Lakukan prosedur yang sama dengan palpasi ginjal kiri.
Nyeri Ketok Ginjal pada CVA
27. (Pemeriksaan dilakukan dari belakang pasien)
Kepalkan tangan Anda dan pukulkan permukaan ulnaris pada daerah sudut
costovertebra (kekuatan yang cukup dan tidak menyakitkan pada orang
dalam keadaan normal).
Pemeriksaan Aorta
28. Tekan dalam dari atas abdomen pada sebelah kiri garis tengah (sedikit
148
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tetapi tidak benar/lengkap/sempurna
149
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
150
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
PEMASANGAN NGT
dr. Hanna Mutiara, dr. Dwita Oktaria
A. TEMA
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
C. LEVEL KOMPETENSI
1. Spatula
2. Model NGT
3. NGT/selang sump Levin atau Salem
4. Segelas es
5. Pelumas larut air
6. Tabung suntik 60 ml ujung kateter
7. Segelas air dengan sedotan
8. Stetoskop Gambar 17. Stomach tube (Levin type),
9. Bengkok
18 Fr × 48 in (121 cm)
10. Plester dan gunting
11. Handschoen
E. SKENARIO
Anda seorang dokter jaga di UGD RS XXX. Kemudian datang seorang pasien
yang tampak tidak sadar. Keluarga pasien mengatakan ia baru saja melakukan percobaan
bunuh diri dengan meminum puluhan tablet obat flu. Anda memutuskan untuk melakukan
bilas lambung melalui NGT. Lakukanlah pemasangan NGT terlebih dahulu!
151
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
F. DASAR TEORI
NGT berdiameter besar, kurang fleksibel, lebih kaku, digunakan untuk pemberian
obat, dekompresi/pengurangan tekanan udara di lambung, dan untuk pemberian makan
jangka pendek (biasanya kurang dari 1 minggu).
Penggunaan NGT ukuran kecil sebagai tindakan profilaksis untuk pencegahan
gastro-oesofageal reflux dan mikro-aspirasi isi lambung ke dalam jalan napas bagian bawah
masih kontroversial sebagaimana yang lain menunjukkan tak ada hubungan antara ukuran
NGT dan komplikasi-komplikasi ini.
Displacement dapat terjadi pada ukuran besar maupun kecil, namun ukuran kecil
lebih mudah dislokasi, sering ke dalam jalan napas dan tanpa tanda-tanda yang dapat
terlihat dari luar, serta mudah terjadi kemacetan dan melilit.
G. PROSEDUR
1) Informed consent
2) Persiapkan alat.
3) Atur posisi pasien.
4) Pasang perlak atau pengalas pada daerah dada pasien.
5) Cuci tangan dan memakai sarung tangan.
6) Tentukan seberapa panjang selang NGT yang akan dimasukkan dengan mengukur
panjang dari nares ke cuping telinga ipsilateral lanjutkan menuju prosesus xiphoideus
(lebih kurang 40 – 45 cm pada pasien dewasa).
7) Masukan ujung selang ke dalam segelas es untuk mengeraskannya.
8) Olesi selang NGT dengan aqua jelly (sepanjang 15 cm dari ujung NGT).
9) Memasukkan NGT malalui lubang hidung dan meminta pasien untuk menelan (jika
pasien tidak sadar tekan lidah pasien dengan spatula).
10) Minta pasien untuk menekukan leher dan dengan perlahan masukan selang ke dalam
lubang hidung pasien dengan arah paralel dasar hidung dan arah distall sedikit
menekuk (mengikuti bentuk alami rongga hidung).
11) Dorong selang ke dalam faring mengarah ke posterior, minta pasien untuk menelan
(apabila memungkinkan).
12) Setelah selang tertelan, pastikan bahwa pasien dapat berbicara dengan jelas dan
bernapas, tanpa kesulitan dan dengan lembut dorong selang sampai panjang yang
telah diperkirakan. Apabila pasien mampu dan sadar, dapat pula dilakukan teknik
meminta pasien minum melalui sedotan, sementara pasien menelan, Anda mendorong
selang dengan lembut.
153
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
13) Pastikan pemasangan NGT telah benar dengan posisi NGT di dalam lambung.
Terdapat beberapa cara untuk memastikan hal tersebut, yakni (cukup lakukan salah
satu):
a. Aspirasi cairan lambung dengan spuit 10 cc jika terdapat cairan bercampur isi
lambung berarti sudah masuk ke lambung.
b. Masukan ujung NGT ke dalam air dalam kom apabila ada gelembung berarti
NGT berada dalam paru-paru.
c. Suntikkan kira-kira 20 ml udara dengan menggunakan spuit melalui ujung selang
NGT sambil melakukan auskultasi pada daerah epigastrium. Apabila terdengar
suara udara tersebut, maka NGT berada di lambung.
14) Dengan menggunakan peniti atau plester, selang direkatkan ke baju pasien.
15) Merapikan kembali pasien sehingga pasien berada dalam posisi nyaman dan aman.
16) Rapikan kembali alat-alat.
17) Lepaskan sarung tangan, simpan pada tempat sampah yang telah disiapkan.
18) Cuci tangan
19) Catat dan tempelkan pada selang NGT kapan dan oleh siapa pemasangan NGT
dilakukan.
20) Pada kasus tertentu diperlukan irigasi selang tiap 4 jam dengan salin 15 ml. Selang
sump salem juga memerlukan penyuntikan 15 ml udara melalui saluran sump (biru)
setiap 4 jam agar selang tetap berfungsi baik. Pantau pH lambung setiap 4 – 6 jam dan
perbaiki dengan pemberian antasid apabila pH < 4,5.
21) Lakukan pemantauan residu apabila selang NGT digunakan untuk pemberian makan
secara enteral. (Lakukan foto thorax untuk memastikan letak selang yang benar
sebelum menggunakan selang untuk menyalurkan makanan).
H. DAFTAR PUSTAKA
I. EVALUASI
CEKLIST LATIHAN
Skor
No. Aspek
0 1 2
I. Interpersonal
1. Senyum, salam, sapa
2. Informed consent
II. Prosedur
3. Siapkan alat-alat untuk pemasangan NGT.
154
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tetapi tidak benar/lengkap/sempurna Skor = x 100 = ............
2 : Dilakukan dengan benar /lengkap/sempurna 48
155
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. Tema
Keterampilan menggali anamnesis system cardiovascular
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis system cardiovascular dengan
terarah cepat, dan tepat
2. Tujuan instruksional khusus
Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan
dengan permasalahan
Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami
responden
Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
Mahasiswa dapat melakukan cross check
Mahasiswa dapat bersikap netral
Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
Mahasiswa dapat menentukan kasus emergency kardiovacular
D. Skenario
Seorang pasien laki-laki umur 59 tahun datang dengan keluhan sesak, dan lemas
lakukan anamnesis terhadap pasien tersebut
E. Dasar Teori
1. Pengertian anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara .
anamnesis harus dilakukan secara tenang , ramah dan sabar, dalam
156
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
suasana yang rahasia dengan bahasan yang mudah di mengerti oleh pasien.
Anamnesis dapat dilakukan terhadap pasien ( auto anamnesis) atau
terhadap keluarga dan pengantarnya ( alo-anamnesis).
Berikut akan kita bahas beberapa simtom/ keluhan utama yang di sebabkan
oleh penyakit kardiovaskular, sehingga diharapkan dengan teknik anamnesis
yang baik kita sudah bisa membedakan apa keluhan tersebut berasal dari
system kasrdiovaskular atau berasal di luar system cardiovascular.
1. Nyeri dada
Keluhan nyeri dada pada pasien yang disebabkan oleh kelainan
cardiovascular disebabkan oleh sindrom coroner acute
Karakteristik dari nyeri dada yang dicurigai karena sindrom koroner
akut adalah sebagai berikut:
Nyeri dada biasanya di deskripsikan oleh pasien sebagai perasaan
yang tidak nyaman di dada seperti di tekan, diremas, terbakar, rasa
berat di tengah dada “squeezing”, “bursting”, “burning”, “a band
around the chest”, “a weight in the centre of the chest” or a “vise
tightening around the chest”. Clenching the fist in front of the
sternum (Levine‟s sign) is a strong indication of an ischemic origin
of the pain.
• It is important to note that the sensation is often not described as being
severe. Rasa tidak nyaman dapat menjalar ke leher, rahang, gigi,
epigastrium, bahu , atau lengan (biasanya sebelah kiri). Kejadian
ini juga sering berkaitan dengan nafas memendek, lemas, mual-
muntah, dan terkadang berkaitan dengan perasaan tak nyaman di
perut. with gas, belching or “indigestion”.
•perasaan tidak nyaman biasa dapat membaik bahkan pulih dengan
nitrogliserin, tetapi dapat juga tidak berespon dengan nitrogliserin.
Nyeri dada ini bisa saja dicetuskan akibat aktifitas yang berat,
cuaca yang dingin, strees emosi . dan nyeri dada tersebut dapat
berkurang dengan istirahat atau penggunaan nitrogliserin.
• nyeri dada dapat berlangsung lebih dari 10 menit atau dapat timbul
saat istirahat , dicurigai mengarah kepada unstable angina. Nyeri
dada yang berlangsung selama lebih adri 20 menit di curigai
mengarah kepada infark miokard acute. Sindrom corone r akut
dapat juga terjadi dengan gejala pernafasan memendek dengan
atau tanpa nyeri dada.
• nyeri terlokalisir pada area kecil di dada ( diameter < 3 cm) , atau nyeri yang
menjalar kea rah yng lebih inferior dari nyeri awalnya.
• nyeri bersifat tajam , seperti di sayat dan bertambah nyeri dengan menarik nafas
atau memutar dada.
• nyeri memberat pada posisi supinasi , dan nyeri berkurang pada posisi duduk
tegap . curiga mengarah ke pericarditis.
•nyeri berlangsung kurang dari 15 detik jarang disebekan karena kejadian
iskemik.
• Diseksi aorta nyeri di belakang dada terkan di depan dada.
2. Sesak
Sesak yang biasa ditemukan pada penyakit cardiovascular disebabkan karena
congestif heart failure. Dimana karakteristik sesak biasanya digambarkan pasien
dengan ktidaknyamana saat bernafas. Hal ini merupakan perasaan yang
subjective dimana tidak terdapat pengukuran yang objektif terhadap keluhan
sesak tersebut.
Sesak yang disebabkan karena aktifitas, adalah salah satu karakteristik sesak
yang biasa disebabkan karena gagal jantung. Pada awal stage dari gagal jantung,
sesak hanya terjadi akibat aktifitas yang berat. Tetapi saat kondisi gagal jantung
memburuk sesak dapat timbul walaupun aktifitas yang ringan.
Sesak juga dapat timbul karena sebab yang lain. Termasuk yang dikenal dengan
istilah orthopnoe dan paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), ortophnoe adalah
sesak yang bertambah berat saat posisi tidur (supinasi), pasien dengan gagal
jantung membutuhkan beberapa bantal saat tidur untuk menghindari kejadian
orthopnoe. Jumlah bantal yang dibutuhkan dapat menggambrkan tingkat
keparahan dari gagal jantung. PND adalah serangan sesak yang terjadi di malam
hari yang menyebabkan pasien terbangun dari tidur.
Pada gagal jantung tingkat lanjut dapat terlihat perubahan pola dari pernafasan
dengan karakteristik terdiri dari periode tachipnoe dan periode apnoe yang disebut
pernafasan cheyne-stokes
Riwayat penyakit sebelumnya juga dapat menjadi faktor comorbidseperti
hipertensi, hiperlipidemia, diabetes mellitus meningkatkan kejadian gagal jantung.
Riwayat merokok, peminum alcohol berat juga merupakan faktor resiko yang
penting . riwayat penyakit keluarga seperti penyakit pembuluh darah coroner,
cardiomiopaty dilatasi, sudden cardiac death meruapakan informasi yang penting
untuk mengetahui etiologi gagal jantung, riwayat penyakit keluarga yang detail
dapat membantu untuk mengidentifikasi apakah terdapat predisposisi untuk
kejadian penyakit arterosklerosis. Penyakit pembuluh darah coroner dipercaya
menjadi penyebab dari gagal jantung.
158
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Gagal jantung ditandai oleh gejala spesifik pada riwayat penyakitnya. Riwayat
penyakit harus focus pada beberapa pertanyaan berikut:
Kapan keluhan mulai timbul?
Apakah keluhan terjadi setelah beraktifitas atau saat istirahat..?
Apakah terdapat keluhan tambahan seperti nyeri dada..?
Apakah ada gejala ortophnoe atau PND..?
Apakah ada edema pada ektremitas inferior..?
Klasifikasi gagal jantung NYHA memiliki keterbatasan menentukan tinggat
keparahan gagal jantung terkait aktifitas yang dilakukan terhadap timbulnya
gejala. Pertanyaan berikut ini dapat membantu mengklasifikasi pasien yang
termasuk gagal jantung class II dan class III.
Dapatkan anda berpakaian tanpa merasakan sesak..?
Apakan anda merasa sesak ketika mandi..?
Dapatkan anda menaiki 1 lantai anak tangga tanpa berhenti..?
3. Edema
Faktor terpenting dari penyakit jantung adalah peningkatan tekanan vena,
peningkatan volume ekstraselular ( retensi garam dan air) , secondary
hyperaldosteronism, hypoalbuminemia, (kongesti hepar, anorexia, dan diet yang
kurang) , penyakit pembuluh vena, dan gagal ginjal sekunder
Edema akut dan asites dapat terjadi pada kontriksi pericardial, kekurangan protein
dapat terjadi , peningkatan tekanan vena yang berkepanjangan menyebabkan
edem.
4. Sinkope
159
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
5. Palpitasi
Palpitasi adalah kesadaran yang meningkat mengenai denyut jantung, pasien
meraskan berdebar-debar. Kita bisa meminta pasien untuk menentuak
iramanya , apakah konstan atau intermiten. Denyut yang premature atau
ekstrasistol memberikan sensasi denyutan yang menghilang.
160
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
F. Prosedur
Anamnesis yang baik akan terdiri dari: Identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayata penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis
susunan system, anamnesis pribadi.
Identitas:
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis
kelamin, nama orang tua atau istri atau suami atau penanggung jawab,
alamat, pendidikan, pekerjaan , suku bangsa dan agama. Untuk memastikan
bahwa pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud,
selain itu juga diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain
sebagainya.
Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter atau mencari pertolongan, keluhan utama harus meliputi onset waktu.
161
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kebiasaan. Kebiasaan pasien yang harus ditanyakan riwayat merokok,
minuman alcohol, dan penyalahgunaan obat-obat terlarang ( Narkoba)
Nilai
No Prosedur/ Aspek Latihan
0 1 2
ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN
1 Mengucapkan salam pada awal wawancara
2 Mempersilakan duduk berhadapan
3 Memperkenalkan diri
162
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Informed
menjelaskan kepentingan penggalian
4
informasi yang benar tentang sakit
pasien
Consent
5 Meminta waktu & ijin untuk melakukan
alloanamnesis jika diperlukan
ITEM PROSEDURAL
Menanyakan identitas pasien :
Nama , Umur , jenis kelamin (dicatat saja
tidak perlu ditanyakan), alamat lengkap,
pekerjaan, agama dan suku bangsa
6
Pastikan menggali identitas tidak terkesan
interogasi
tidak harus berurutan dicari lengkap, boleh
diselang-seling saat anamnesis berlangsung
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
a. Menanyakan keluhan utama
7
Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama
8 b.Menanyakan keluhan lain/ tambahan
c.Menggali informasi tentang riwayat penyakit
sekarang (waktu dan lama, sifat, lokalisasi
dan penyebaran,hubungan dengan waktu dan
9
aktifitas, keluhan yang mendahului dan
menyertai, pertama kali/ tidak, faktor resiko
dan pencetus, upaya pengobatan & hasilnya)
Menanyakan riwayat penyakit yang pernah
diderita
(Penyakit-penyakit yang meningkatkan
10 prevalensi penyakit jantung, Hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung bawaan,
demam rematik), riwayat pemeriksaan
sebelumnya (rontgen, EKG, Echocardiografi)
Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
11 (riwayat orang tua dengan gagal jantung,
MCI, stroke, DM, Hipertensi)
Menggali informasi tentang riwayat Pribadi
12 (riwayat merokok, minuman alcohol, dan
penyalahgunaan obat-obat terlarang (
163
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
H. Daftar Pustaka
Hunt. A Sharon et all
164
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
ANAMNESIS PARU
Oleh : dr. Anggi Setiorini
A. TEMA
Keterampilan komunikasi : anamnesis
B. LEVEL KOMPETENSI
Level Kompetensi
No Kompetensi SKDI Target
Capaian
1 Inspection at rest 4 4
2 Inspection during respiration 4 4
3 Palpation of respiratory expansion 4 4
4 Palpation of tactile fremitus 4 4
Percussion of lungs, lung bases, cardiac
5 4 4
size
6 Auscultation of lungs 4 4
(Sumber : Standar Kompetensi Dokter, 2006)
C. TUJUAN PEMBELAJARAN :
a.Tujuan instruksional umum
Mampu melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik paru dengan benar.
E. SKENARIO
165
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
E. DASAR TEORI
Dasar diagnosa penyakit paru ada tiga, yaitu:
1. Riwayat penyakit (anamnesa)
2. Tanda penyakit (pemeriksaan fisik)
3. Pemeriksaan penunjang (radiologi & lab.)
Anamnesa dan pemeriksaan fisik sangatlah penting, karena, dengan anamnesa
yang baik dan pemeriksaan fisik yang tepat, kelainan paru dapat didiagnosis secara
cepat dan tepat. Pemeriksaan penunjang harus sesuai sesuai indikasi. Manifestasi
penyakit paru, dapat digolongkan menjadi
1. Pulmoner
Primer (langsung)
Sekunder (tdk langsung)
2. Ekstra pulmoner
Metastasis
Non-metastasis
ANAMNESA
Anamnesa adalah wawancara untuk menggali riwayat penyakit. Anamnesa
harus dilakukan secara runtut, cermat, & mengarah. Ada 2 macam anamnesa, yaitu
Auto anamnesa dan Alloanamnesa. Pada penyakit paru dapat dijumpai keluhan atau
tanpa keluhan. Penting untuk ditanyakan adalah riwayat kontak dengan penderita TB,
tes tuberkulin, merokok, paparan debu pabrik / polusi udara, onset gejala, keluarga,
obat, dan penyakit dahulu
Anamnesis itu sendiri terbagi menjadi :
166
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Beberapa hal yag perlu dipersiapkan ketika melakukan anamnesa kepada pasien
adalah sebagai berikut:
Identitas Pasien, sebelum memulai anamnesa kepada seorang pasien, pastikan bahwa
identitasnya sesuai dengan catatan medis yang dibawa. Sebenarnya ini hal yang
sepele, tetapi sering terjadi kesalahan fatal dan terkadang berakhir ke meja hijau karena
melakukan tindakan medis kepada orang yang salah. Ada baiknya juga seorang dokter
memperkenalkan diri.
Privasi, Pasien yang berhadapan dengan dokter merupakan orang terpenting saat itu.
Oleh karena itu, pastikan bahwa anamnesa dilakukan ditempat yang tertutup dan
menjaga kerahasiaan pasien.
Pendamping, hadirkan pendamping pasien dan pendamping dokter (paramedis). Hal ini
dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang mungkin kurang baik untuk pasien dan juga
untuk dokter terutama ketika dokter dan pasiennya berlainan jenis kelamin. Selain itu,
pendamping pasien juga bisa membantu memperjelas informasi yang dokter butuhkan
(terutama pasien lansia dan anak-anak yang susah diajak berkomunikasi).
167
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Batuk darah merupakan gejala paling penting, keluhan inilah yang biasanya
membawa pasien berobat. Batuk darah dapat merupakan gejala gawat darurat paru.
Perlu pula dibedakan batuk dengan muntah darah
Keluhan nyeri dada dapat disebabkan oleh gangguan paru atau luar paru.
Keluhan ini sukar dinilai (subyektif). Ada 5 kelompok nyeri dada, yaitu nyeri
pleuropulmonal, trakeobronkial, kardiovaskuler, mediastinal, dan, neuromuskuloskeletal.
Tanyakan sifat nteri dadanya, berat, lokasi, durasi, intensitas, penyebaran, faktor yang
memperberat nyeri dan faktor yang memperingan nyeri
Sesak napas dapat disebabkan oleh kelainan paru atau luar paru. Keluhan ini
biasanya akan membawa pasien segera berobat. Perlu ditanyakan lamanya sesak
(akut/kronis), intensitas sesaknya, progresifitas, apakah terkait aktivitas (sesak kardial) &
posisi tubuh, rekurensi, apakah disertai suara mengi, tanyakan pula riwayat keluarga.
Sesak nafas dibagi 3 menjadi sesak akut, sesak progresif menahun, dan sesak
paroksismal berulang
Napas bunyi (wheezing/mengi) disebabkan obstruksi saluran napas kecil.
Lokasi timbulnya mengi dapat berupa difus (asma bronkial., bronkitis kronis, PPOK,
pasca TB) atau lokal (benda asing, karsinoma bronkogenik, pasca TB)
Selain hal hal yang telah disebutkan diatas perlu juga ditanyakan apakah ada
gejala umum (demam, keringat malam, anoreksia, BB ,Malaise) dan Gejala lain/khusus
(sakit kepala, suara parau, bengkak wajah & leher, Sindroma Horner, nyeri lengan &
bahu, poliarthralgia, rhinitis/sinusitis)
Dimulai dari keluhan pertama kali sampai penderita berobat. Hal ini berguna untuk
mengetahui perjalanan penyakit dari awal sampai dengan ke dokter atau ke rumah sakit
dan untuk menyingkirkan sebagian diagnose banding
Riwayat pengobatan
Untuk mengetahui apakah ada efek samping dari obat-obatan yang telah digunakan
Riwayat keluarga
168
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Mengenai penyakit tbc paru adanya kontak dengan keluarga serumah atau teman
sekerja dan keadaan social ekonomi penting untuk pengobatan jangka panjang
Riwayat pekerjaan
Penyakit paru akibat pekerjaan : pneumokoniasis seperti pada pekerja tambang batu
bara.
Dan untuk mengakhiri anamnesa sebaiknya kita melakukan rangkuman dari anamnesis
pasien tersebut, lakukan cross check untuk mengantisipasi adanya data yang salah atau
terlewat. Setelah anamnesis dirasa cukup maka akhiri anamnesis dan beritahukan
pasien bahwa selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan fisik.
Demikianlah anamnesis pasien terbukti sangat penting untuk menjadi penentu tindakan
dokter selanjutnya. Tiap - tiap langkah anamnesis hendaknya :
- Menggunakan bahasa verval yang dipahami dan bahasa non verbal selama proses
wawancara
- Menunjukkan empati kepada pasien.
- Menjadi pendengar yang baik dan mendengarkan keluhan pasien secara efektif.
- Dapat menunjukkan keterampilan yang baik (dapat memfasilitasi pasien,
mengulang/menggaris bawahi keluhan pasien).
- Penampilan yang ramah dan baik.
- Mengutarakan riwayat penyakit seraca runut.
PROSEDUR
Anamnesis :
Senyum, Salam, Sapa
Membina sambung rasa
Menggali identitas pasien
Menanyakan memastikan keluhan utama (menggali dan mengaitkan dengan 6
gejala kardinal untuk keluhan sistem respirasi)
Menggali lebih dalam keluhan utama (lokasi, kualitas, kuantitas (or severity),
waktu (onset, durasi, dan frekuensi), setting, faktor yang memperberat atau
meringankan gejala, manifestasi yang berhubungan)
169
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Menanyakan RPS, RPD, RPK serta Riwayat sosial, pekerjaan dan lingkungan
yang terkait seperti faktor resiko, dll
Anamnesis sistem yang terkait, terutama untuk menegakkan diagnosis maupun
menyingkirkan diagnosis banding
Merangkum hasil anamnesis dan mencatat pada lembar rekam medis
170
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Suara Nafas
`Suara nafas ditimbulkan oleh aliran udara yang mengalir dalam sal. napas
yang menimbulkan pusaran & benturan aliran udara pada saat menumbuk percabangan
bronkus. Pusaran dan benturan aliran udara tersebut akan menghasilkan getaran suara
yang akan dihantarkan melalui lumen bronkus & dd bronkus. Alveoli merupakan
selective transmitter yang akan menahan getaran sampai frekuensi 100-150 cycle/detik.
Pada alveoli sakit, kemampuan selective transmitter alveoli akan menurun. Hal
ini akan menyebabkan frekuensi suara napas meningkat.
Suara napas dapat dikelompokkan menjadi:
1. Suara napas dasar :
a. Vesikuler
b. Bronkovesikuler
c. Bronkial
d. Trakeal
2. Suara napas tambahan
a. Ronki basah (halus, sedang, kasar)
b. Ronki kering (wheezing)
Suara Napas Vesikuler merupakan suara napas normal, biasanya ditemukan
pada paru bagian bawah. Bunyi vesikuler merupakan nada rendah, dan terdengar
sepanjang fase inspirasi. Pada fase ekspirasi, bunyi vesikuler terdengar lebih lemah,
lebih pendek, dan dengan nada lebih rendah daripada fase inspirasi. Pada bunyi ini
tidak ada “silent gap”
Suara Napas Bronkovesikuler merupakan suara nafas normal yang terdengar
pada daerah paru dekat bronkus. Sifat suaranya diantara suara napas vesikuler &
Bronkial. Pada fase inspirasi & ekspirasi suara ini terdengar jelas seluruhnya dengan
nada tinggi. Pada bunyi nafas ini tidak ada “silent gap”
Suara Napas Bronkial adalah suara nafas normal yang terdengar diatas
manubrium dengan kualitas tubuler. Bunyi nafas ini terdengar di sepanjang fase
inspirasi dengan nada tinggi. Saat ekspirasi nada terdengar lebih tinggi, bunyi ini
terdengar sepanjang fase ekspirasi, lebih keras, dan lebih lama. Pada bunyi ini juga
ditemukan “silent gap”
Suara Napas Trakeal, normalnya hanya terdengar di daerah Trakea. Suara ini
terdengar sangat keras, nada tinggi, dengan kualitas “distinct harsh hollow”. Komponen
inspirasi & ekspirasi sama, ada jeda diantaranya.
171
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Pada paru yang sakit akan terdapat beberapa perubahan suara napas dasar,
timbul suara napas tambahan, atau ditemukannya suara abnormal. Perubahan suara
napas dasar :
1. Vesikuler menguat
2. Vesikuler melemah
3. Peningkatan suara napas menjadi bronkial
Vesikuler menguat, dapat merupakan hal yang normal pada anak-anak, orang
kurus, latihan jasmani,dan terdengar simetris di kedua paru. Vesikuler menguat
disebabkan adanya sebagian paru yang sakit yang mengakibatkan fungsi paru secara
keseluruhan berkurang, agar kinerja paru tidak terganggu maka bagian paru yang sehat
akan meningkatkan fungsi fungsi dan kinerjanya , hal ini akan menyebabkan bunyi
vesikuler menguat (compensatory breath sound).
Bunyi Vesikuler melemah,dapat ditimbulkan oleh beberapa penyebab:
Efusi pleura, pneumotoraks
Awal pneumonia, edema paru, emfisema paru
Nyeri pleuritik, fraktur kosta, asites,distensi abd.
Spasme/ edema glotis, obstruksi trakea/bronkus/bronkiolus
Peningkatan suara napas vesikuler menjadi bronkovesikuler atau bronkial
biasanya terdengar pada penyakit paru dimana terjadi proses pemadatan atau
konsolidasi (pneumonia,awal TB paru) & kompresi (massa besar) dengan syarat
bronkus terbuka
Suara napas tambahan yang terdengar selalu pertanda patologis karena suara
ini tidak terdengar pada paru yg sehat. Suara ini timbul karena adanya sekret dalam
saluran napas, penyempitan lumen saluran napas,atau terbukanya alveoli yg kolaps.
Suara ini lebih dikenal dengan istilah “Ronki”
Ada 2 macam ronki, yaitu ronki basah & ronki kering. Ronki Basah Terdengar
terputus-putus, terutama saat inspirasi dlm. Atas dasar kualitas, dibagi menjadi:
Ronki basah kasar, ditimbulkan oleh suara gelembung udara besar yang
pecah, gelembung ini ditimbulkan oleh banyaknya sekret di saluran napas
besar akibat batuk tidak adekuat.
Ronki basah sedang ditimbulkan oleh suara gelembung udara kecil yang
pecah, gelembung terbentuk dari banyaknya sekret di saluran napas kecil.
Bunyi ini ditemukan pada bronkiektasi dan bronkopneumonia
Ronki basah halus, ditimbulkan oleh krepitasi/gesekan rambut (cilia) saluran
nafas,dijumpai pada early lung edema & pneumonia
172
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
173
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Frekuensi yang rendah akan menghasilkan nada rendah dan frekuensi tinggi akan
menghasilkan nada tinggi. Panjang dan lebar penampang tabung mempengaruhi
kualitas suara yang dihasilkan. Semakin pendek dan kecil penampang, maka nada yang
dihasilkan akan semakin tinggi. Intensitas suara dipengaruhi energi dan frekuensi suara.
Intensitas suara akan berubah bila melalui medium yang berbeda, misalnya, perubahan
medium suara dari lumen bronkus ke dinding toraks. Timbre adalah sifat/kualitas suara.
Timbre suara tergantung pada perbandingan relatif nada dasar dengan overtone.
Berdasarkan timbrenya, di paru dapat dibedakan suara bernapas,berbicara, berbisik,
dan, perkusi.
Pendekatan umum pemeriksaan fisik paru
Pemeriksaan harus dilakukan pada dada anterior dan dada posterior
Pasien dalam posisi duduk, baju atas dilepas, dan harus dalam cahaya terang
Walaupun mungkin laju respirasi sudah dilakukan pada pemeriksaan vital sign,
lebih baik jika dilakukan lagi pengamatan pada laju, ritme, kedalaman dan ada
atau tidaknya usaha bernafas.
Untuk memeriksa bagian posterior, lengan terlipat di dada, untuk bagian
anterior pasien berbaring
Urut-urutan pemeriksaan:
Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Bandingkan sisi yg satu dg yg lain
Mulai dari atas ke bawah
Gambarkan kelainan yang terjadi dan lokasi kelainan
Inspeksi
Bentuk & ukuran toraks (simetris, lbh besar/kecil)
Pergerakan pernapasan (simetris, salah satu bagian tertinggal)
Tipe & frekuensi pernapasan
Kelainan lain (deviasi trakea, vena ektasi, ginekomasti, hipertrofi otot napas,
retraksi ics, ics lebar/sempit, pernafasan cuping hidung)
Palpasi
Posisi mediastinum (deviasi trakea, iktus kordis)
174
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
175
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Perkusi
Cara melakukan perkusi sbb :
Perkusi hanya dapat mendeteksi kelainan yg berada 5-7 cm dalamnya dari
dinding dada.
Hiperektensikan jari tengah tangan kiri (disebut jari fleksimeter) , tekan dengan
lembut pada sendi interphalang distal permukaan yang akan diperkusi. Hindari
kontak permukaan dengan bagian lain dari tangan, karena hal ini akan
mengurangi vibrasi, jari 2,4,dan 5 tidak menyentuh dada.
Posisikan tangan kanan cukup dekat dengan permukaan dengan jari tengah
agak fleksi, lemaskan dan siap untuk mengetuk.
Dengan gerakan cepat tapi santai, pada sendi pergelangan tangan, ketuk jari
fleksimeter dengan menggunakan ujung jari tengah tangan kanan. ketukan
dilakukan dengan cepat untuk menghindari pengurangan fibrasi.
Lakukan perkusi secara sistematis membandingkan kanan dan kiri serta dari
atas ke bawah dari bagian yang sehat (urutan lihat gambar)
Perkusi batas atas hepar dengan melakukan perkusi dari midclavicula kanan
sampai terjadi perubahan suara menjadi pekak, sedangkan dari midklavikula
kiri sampai terjadi suara timpani menunjukkan adanya udara didalam gaster.
176
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
\
Gambar 4. Cara Perkusi Thoraks
177
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
178
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Asma
bronkiale,
emfisema Konsolidasi Efusi pleura pneumothoraks fibrosis
Bentuk dada
tetap, Asimetris, Asimetris,
Simetris, gerakan gerak nafas Asimetris, gerak gerak nafas
hiperinflasi, nafas menurun, ics nafas menurun, menurun, ics
Inspeksi ics melebar menurun melebar ics melebar menyempit
Ekspansi
menurun,fre
mitus tactil Fremitus Fremitus Fremitus Fremitus
Palpasi menurun meningkat menurun menurun meningkat
Hipersonor,
diafragma
Perkusi menurun Redup Redup hipersonor redup
suara nafas
Wheezing menurun suara nafas suara nafas
(+), ekspirasi bronkial, sampai tak menurun sampai menurun,
Auskultasi memanjang Ronki (+) terdengar tak terdengar ronkhi (+)
F. PROSEDUR
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dimulai dengan general assesment, pemeriksaan dinding dada
posterior dengan pasien duduk kemudian dilanjutkan dengan meminta pasien
berbaring untuk pemeriksaan dinding dada anterior. Urutan pemeriksaan
adalah Inspeksi-Palpasi-Perkusi-Auskultasi (I-P-P-A)
Mintalah pasien melepas pakaian sampai pinggang untuk menampilkan daerah
dada saat pemeriksaan. Untuk pasien perempuan pakaian diposisikan untuk
menutupi daerah payudara. (informed consent)
General Assesment
Inspeksi/perhatikanlah :
o Ekspresi wajah pasien tampak sesak/distress pernafasan, pursed
lip breathing, nafas cuping hidung, suara nafas (stridor, wheezing) dll
o Posture pasien posisi patologis pada pasien gangguan pernafasan
misal tripod position, ataupun berbaring dengan bantal ditinggikan dll
o Inspeksi leher ada tidaknya bernafas dengan otot-otot tambahan
o Konfigurasi dinding dada; normal, barrel chest, kyphosis/skoliosis,
pectus excavatum, pectus carinatum
o Warna kulit ada tidaknya cyanosis dan tangan ada tidaknya clubbing
finger
179
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Dada Posterior
Meminta pasien duduk tegak diatas tempat tidur, rileks dan pemeriksa
memposisikan diri di belakang pasien
Inspeksi : inspeksilah dinding dada posterior terhadap adanya kelainan ;
deformitas, asimetris, retraksi abnormal dan ketinggalan gerak
Palpasi : Palpasi dilakukan untuk 4 hal sbb:
o Palpasi dan identifikasi daerah nyeri palpasilah ada tidaknya
daerah nyeri tekan di dinding dada posterior
o Menilai jika adanya kelainan; tumor, massa, daerah peradangan
o Menilai simetrisitas dan pengembangan dada (lihat gambar)
mintalah pasien ekspirasi maksimalpalpasikemudian pasien
diminta inspirasi dalam perhatikan perbedaan jarak antar kedua
tangan pemeriksa.
o Menilai taktil fremitus; letakkan bagian ulnar dari tangan kanan
pemeriksa secara horizontal sesuai lokasi (lihat gambar) tekan
agak dalam minta pasien bicara/ mengucapkan ”tujuh-
tujuh”bandingkan sisi kanan dan kiri serta dari atas ke bawah
Perkusi
o Perkusilah dinding dada posterior sesuai urutan (lihat gambar)
o Mulailah membandingkan kedua sisi kemudian dari atas ke bawah
o Cara perkusi baik dan benar serta suara perkusi yang dihasilkan
sesuai
o Perkusi juga dilakukan untuk menilai naik turunnya diafragma dengan
melakukan perkusi di perbatasan paru-hepar (SIC 7, linea midscapula
kanan) dengan meminta pasien menahan nafas saat ekspirasi dan
inspirasi sekitar 4-6cm
Auskultasi
o Ambil dan Periksalah stetoskop, gunakan bagian diafragma
o Lakukan auskultasi sesuai dengan urutan (lihat gambar)
o Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi di setiap titik pemeriksaan
o Dengarkanlah suara nafas pasien serta ada tidaknya suara abnormal/
suara nafas tambahan
Dada Anterior
180
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Inspeksi
o Mintalah pasien tetap duduk di tempat tidur dan pemeriksa berada di
depan pasien
o Inspeksi deformitas, asimetris, retraksi, ataupun ketinggalan gerak
dada depan
o Inspeksi juga posisi trakhea ada tidaknya deviasi
Palpasi
o Lakukanlah sedikit penekanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan pada lekukan suprasternal, gerakkan ke kanan dan kiri untuk
mengetahui posisi dari trakhea
o Mintalah pasien berbaring supine dengan kedua tangan sedikit
abduksi, pastikan baju menutupi daerah payudara kanan untuk
pemeriksaan dinding dada kiri dan sebaliknya secara bergantian untuk
pasien wanita.
o Lakukanlah penilaian ekspansi dinding dada seperti sebelumnya
o Minta paisen inspirasi dan ekspirasi
o Lakukanlah penilaian taktil fremitus seperti sebelumnya (lokasi lihat
gambar)
Perkusi
o Lakukan perkusi dinding dada depan sesuai urutan dengan
membandingkan kedua sisi dari atas ke bawah (lokasi lihat gambar)
o Jantung menimbulkan suara pekak di SIC 3-5 kiri, perkusi paru kiri
dilakukan agak lebih ke lateral
o Tentukan letak/ perbatasan paru-hepar di garis midklavikula kanan
mulai dari atas menurun ke bawah sampai perubahan suara perkusi
menjadi pekak
o Tentukan batas bawah paru kiri dengan perkusi di bagian bawah
sampai terdengar suara perkusi timpani akibar udara pada gaster
Auskultasi
o Auskultasi dinding dada depan dimulai dari fosa supraclavicula
dilanjutkan ke SIC dinding dada depan dan lateral.
o Bandingkan kanan dan kiri dan dari atas ke bawah (sesuai gambar)
dan minta pasien inspirasi dan ekspirasi setiap pemeriksaan
181
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
G. DAFTAR PUSTAKA
1. © Elsevier. Swartz: Textbook of Physical Diagnosis. History and Examination.
5e – www.studentconsult.com didownload dari
http://www.studentconsult.com/content/default.cfm?ISBN=141600307X&ID=S1
2. Guyton and Hall, 1996 , Fisiologi Kedokteran, edisi 9,,EGC,
3. Snell,Richard S, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi 6,
EGC, Jakarta.
4. Szilagy, Peter G. , 2002 , Bate's guide to physical examination, McGraw – Hill
, Chapter 5: 155-208
5. Harrison, 2005, Principles of Internal Medicine, edisi 16,McGraw – Hill, Part
14,2067 – 2231
H. EVALUASI
1. Cek List Latihan
Skor
No Item Latihan
0 1 2
Pemeriksaan Fisik
1 General assessment (laporkan hasil Inspeksi)
Pemeriksaan Dada Posterior
2 Meminta pasien duduk tegak diatas tempat tidur, rileks dan
memposisikan diri di belakang pasien
3 Inspeksi dinding dada posterior (laporkan hasil)
4 Palpasi dinding dada posterior (daerah nyeri tekan atau
adanya kelainan)
5 Lakukan palpasi ekspansi dinding dada
6 Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi
7 Lakukan penilaian taktil fremitus (letakkan bagian ulnar
tangan kanan horizontal sesuai lokasi)
8 Minta pasien mengucapkan “tujuh-tujuh”
9 Ulangi kedua instruksi sebelumnya untuk lokasi-lokasi
lainnya
10 Lakukan dari kiri ke kanan, atas ke bawah sesuai urutan
182
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
183
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. TEMA
B. TUJUAN
Stetoskop
Kapas dan alkohol
D. SKENARIO
Seorang kakek berumur 60 tahun dibawa kerumah sakit karena sesak nafas sejak 1 hari yang
lalu. Dari anamnesa didapatkan sesaknya sudak lama dirasakan terutama saat berjalan
beberapa meter saja sudah sesak dan meningkat sejak 1 hari yang lalu. Malam hari si kakek
sering terbangun karena sesak dan lebih suka menggunakan bantal tinggi. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum sakit berat. TD 160/90, frekuensi nadi 70x/menit, frekuensi nafas
30x/menit. Pemeriksaan paru Ronki +/+. Pemeriksaan Jantung JVP 5 cm dari angulus sterni,
ictus teraba 2 jari RIC IV, 1 jari kelateral LMC. Auskultasi dalam batas normal. Tungkai edema +.
Bagaimana cara pemeriksaan fisik jantung?
184
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
E. DASAR TEORI
Letak topografi jantung adalah 2/3 bagian jantung terletak di rongga dada kiri dan 1/3 sisanya
terletak disebelah kanan. Di bagian bawah berbatas langsung dengan diagfragma.
Sisi kanan dibatasi oleh atrium kanan sedangkan sisi kiri dibatasi sebagian besar ventrikel kiri
dan sisanya oleh atrium kiri. Batas antara atrium kiri dan ventrikel kiri adalah pinggang jantung.
Di bagian atas terdapat vena kava superior, aorta asendens, arteri pulmonalis dengan
percabangan kiri dan kanan.
Dalam melakukan pemeriksaan fisis jantung diperlukan patokan berupa garis-garis dan titik
tertentu.
Garis-garis patokan adalah sebagai berikut :
Garis mid sternal, yaitu garis tengah yang ditarik mulai dari manubrium sterni sampai
processus xypoideus.
Garis sternal adalah garis yang melalui titik-titik batas antara sternum dengan tulang
rawan iga dari atas ke bawah dan didapatkan kiri dan kanan.
Garis midclavicular didapat kiri dan kanan. Mula-mula diraba keseluruhan tulang
clavikula. Kemudian ditentukan titik tengahnya. Dari titik tengah ini ditarik garis lurus ke
caudal. Biasanya pada pria normal garis midclavikula ini melewati papila mammae.
Garis parasternal adalah garis paralel dengan garis midclavikula yang ditarik dari titik
tengah jarak antara garis midclavikula dengan garis sternal.
Garis aksila anterior adalah garis yang ditarik melalui tepi lipatan ketiak anterior ke arah
caudal.
Garis aksila posterior adalah garis yang ditarik melalui tepi ketiak posterior ke arah
caudal.
Garis mid aksila adalah garis di tengah antara garis aksila anterior dan garis aksila
posterior.
Titik Patokan :
Angulus Ludovici adalah perbatasan antara manubrium sterni dan corpus sterni yang
diraba terasa menonjol. Titik ini merupakan perlengketan antara tulang iga II dengan
sternum. Titik ini dipakai juga sebagai patokan dalam mengukur vena jugularis
eksterna.
Area apeks : terletak di sela iga V sekitar 2 jari medial dari garis midclavikula kiri. Titik
ini merupakan titik lokasi untuk auskultasi katup mitral, karena bunyi jantung dari katup
mitral paling optimal terdengar di titik tersebut.
185
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Area trikuspid : terletak di sela iga IV-V sternal kiiri dan sela iga IV-V sternal kanan.
Titik ini merupakan titik lokasi untuk auskultasi katup trikuspid karena bunyi jantung
trikuspidal paling optimal terdengar di titik tersebut.
Area septal terletak di sela iga III sternal kiri merupakan titik auskultasi optimal untuk
mendengarkan bising akibat aliran shunt di septum karena terdapat defek yaitu pada
ASD dan VSD.
Area pulmonal terletak di sela iga II sternal kiri merupakan titik auskultasi optimal untuk
mendengarkan bunyi jantung katup pulmonal.
Area aorta terletak di sela iga II garis sternalis kanan merupakan titik auskultasi optimal
untuk bunyi jantung aorta.
Titik carotis setinggi processus thyroideus kiri dan kanan untuk mendengarkan bila ada
bising yang menjalar dari katup aorta.
Pada area apeks, tricuspidal, pulmonal dan aorta dapat dilihat pulsasi yang berlebihan, getaran
(thrill), gerakan-gerakan dinding jatung abnormal yang teraba.
Pada pemeriksaan jantung seperti juga pada pemeriksaan organ lain, menerapkan urutan
sebagai berikut :
1. Inspeksi yaitu memperhatikan
2. Palpasi yaitu meraba
3. Perkusi yaitu mengetuk-ngetuk dinding dada
4. Auskultasi yaitu mendengarkan bunyi-bunyi dari jantung dengan menggunakan
stetoskop.
Stetoskop mempunyai dua jenis sisi pendengar, yaitu :
Membran untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan frekuensi tinggi, seperti
bunyi jantung I dan II
Sungkup untuk mendengarkan bunyi dengan frekuensi rendah, misalnya
bunyi jantung III.
Inspeksi
Dimulai dengan inspeksi vena-vena servikal. Periksa tingkat distensi vena leher dan fluktuasi
tekanan vena (pemeriksaan JVP).
Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus diamati, misalnya
tampak capek, kelelahan akibat cardiac out put rendah. Frekuensi nafas meningkat, sesak yang
menunjukan dadanya bendungan paru atau edema paru. Sianosis sentral dengan clubbing finger
dan kaki berkaitan dengan adanya aliran shunt kanan ke kiri. Begitu juga ada tidaknya edema.
Khusus inspeksi pada organ jantung adalah dengan melihat pulsasi apeks, tricuspid, pulmonal
dan aorta. Pemeriksaan daerah Prekordium dengan memperhatikan kesimetrisan dada.
Penyakit jantung congenital dengan pembesaran ventrikel dapat mengubah bentuk dada
sehingga pericardium prekordium anterior kiri menonjol ke depan. Pulsasi apeks akan terlihat
pada orang kurus.
186
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Bentuk dada, gerakan nafas dibicarakan sewaktu melakukan pemeriksaan fisis paru.
Palpasi
Denyut arteri : untuk melihat ejeksi ventrikel kiri. Kontur dan volume pulsasi di dalam arteri
karotis mencerminkan kejadian di dalam jantung dan ventrikel. Pulsasi tersebut teredam dan
diubah pada waktu mencapai pembuluh-pembuluh darah yang lebih lateral. Pusatkanlah
perhatian pada ciri-ciri tiap denyut nadi. Biasanya upstroke karptis kira-kira 0,04 detik setelah
bunyi jantung pertama. Letakan tiga jari pertama pada arteri karotis dan perhatikanlah intensitas
pulsasi meningkat dan turun secara tiba-tiba. Pada orang normal, dapat dirasakan bahwa
penurunan ini sedikit tertunda ketika katup aorta menutup, takik dikrotik. Ada dua bentuk
kelainan. Pertama laju lebih cepat atau lambat, kedua volumenya mungkin meningkat.
( skill lab pemeriksaan vital sign).
Dengan mempergunakan ujung-ujung jari atau telapak tangan , tergantung rasa
sensivitasnya, meraba area-area apeks, ticuspidal, septal, pulmonal dan aorta. Yang diperiksa
adalah:
Pulsasi
Thrill yaitu getaran terasa pada tangan pemeriksa tadi. Hal ini dapa teraba karena
adanya bising minimal derajat 3. di beadakan thrill sistolik dan thrill diastolik tegantung
di fase mana berada.
Heaving yaitu rasa gelombang yang kita rasakan di tangan kita. Hal ini karena overload
ventrikel kiri, misalnya pada insufisiensi mitral.
Lift yaitu rasa gelombang yang kita rasakan di tangan pemeriksa. Hal ini karena
adanya peningkatan tekanan di ventrikel, misalnya pada stenosis mitral.
Iktus cordis yaitu pulsasi di apeks. Diukur berapa cm diameter, dimana normalnya
adalah 2 cm dan ditentukan lokasinya yang biasanya terletak pada 2 jari medial garis
midclavikula kiri.
Apeks teraba sebagai pulsasi yang berukuran kira-kira setengah mata uang dolar.
Pembentukan denyut apeks rumit. Ventrikel kanan mempunyai aktivitas seperti puputan dan
tidak benar-benar memegang peranan pada saat dirasakan. Ventrikel kiri berotasi ke anterior dan
kekanan selama sistole, sehingga mendorong apeks nya keluar dinding dada. Inilah yang kita
rasakan. Denyut apeks teraba paling jelas pada satu atau dua sela iga ke berapa dan jaraknya
pada sternum , misalnya apeks teraba pada sela iga ke empat 8 cm dari garis midsternal. Dua
macam perubahan ventrikel yang mengubah denyut apeks, hipertrofi dan dilatasi. Ventrikel kiri
mengalami hipertrofi karena beban tekanan yang berlebihan dan berdilatasi karena beban
volume yang berlebihan. Hipertrofi dan stenosis aorta adalah contoh beban yang belebihan.
Ventrikel yang mengalami hipertrofi memukul dada dengan kuat, tetapi dalam suatu
daerah kecil pada posisi yang diharapkan. Ketukan atau angkatan ini mudah dilihat dan diraba.
Dilatasi ventrikel pada insufisiensi aorta dan mitral membesar ke lateral dan apeks akan jauh dari
garis midsternalis. Daerah impuls menjadi sangat luas dan seluruh perikordium kiri
menyembul/menggelombang (heave). Apeks dan titik impuls maksimum biasanya sama. Pada
pasien normal biasanya ditemukan di dekat garis midklavikula di dalam sela iga kekempat kiri.
Apeks merupakan pulsasi prekordium yang paling lateral dan titik impuls maksimum merupakan
tempat ditemukan impuls maksimum.
Penyakit ventrikel kanan yang sudah lanjut menimbulkan perbedaan antara titik impuls
maksimum dan denyut apeks. Hipertrofi menimbulkan gerakan menggelombang prekordial yang
terba tepat di kiri sternum, sedangkangkan apeks tetap terlihat dan teraba di sebelah lateralnya.
Paru-paru yang mengalami hiperinflasi pada penyakit kronis paru-paru dapat juga memindahkan
denyut apeks dan titik impuls maksimum sehingga teraba di bawah xipoid. Pada keadaan ini
venrikel kanan teraba dengan memasukan jari tangan di atas xipoid dan menekannya ke dalam
dan keatas. Palpasi thrill adalah sensasi getaran superficial yang teraba pada kulit di atas daerah
188
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
turbulensi. Adanya thrill menunjukan bising (murmur) yang kuat. Merasakan thrill yang baik
dengan tulang metacarpal ditekankan dengan sangat ringan pada kulit. Palpasi thrill biasanya
kurang penting karena auskultasi akan terdengar adanya bising kuat (yang menimbulkan thrill
tersebut).
Perkusi
Telapak tangan kiri berikut jari-jarinya diletakan di dinding dada, dengan jari tengah sebagai
landasan ketok, sedangkan telapak tangan dan keempat jari lain agak diangkat. Tujuannya
adalah supaya tidak meredam suara ketukan. Sebagai jari pengetuk adalah jari tengah tangan
kanan. Pada awaktu pengetukan hanya menggerakan sendi pergelangan tangan dan tidak
menggerakan sendi siku. Dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas jantung, pinggang
jantung dan countur jantung.
189
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Seandainya pasien sudah makan banyak, bunyi timpani yang merupakan batas paru lambung
tidak muncul, maka dilakukan teknik pemeriksaan lain untuk menentukan batas jantung kiri.
Mula-mula dilakukan penetuan batas paru-hati lebih dahulu se[erti di atas, kemudian diukurkan 2
jari ke kranial. Dari titik ini ditarik garis lurus sejajar iga, memotong garis aksila anterior kiri. Dari
titik ini dilakukan perkusi tegak lurus iga ke arah medial untuk menetukan titik perubahan bunyi
sonor ke redup, yang merupakan batas jantung kiri.
Pinggang Jantung
Tentukan lebih dahulu garis parasternal kiri. Kemudian dilakukan perkusi ke arah kaudal mulai
dari titik teratas garis tersebut, dengan posisi tengah sejajar iga. Yang dicari adalah perubahan
bunyi sonor-redup. Normal terletak pada sela Iga III kiri.
Bila titik batasnya misalnya pada sela iga II. Berati pinggang jantung hilang. Hal ini terjadi karena
pembesaran atrium kiri. Misalnya pada mitral vitium.
Countur jantung
Untuk menggambarkan bentuk jantung, memastikan besarnya jantung dan apakah masih ada
pinggang jantung.
Pemeriksaan dimulai dari sela iga I kanan dilakukan dari lateral ke medial dengan jari tengah
sejajar iga sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup. Kemudian dilakukan perkusi dari
sela iga II kanan dengan cara yang sama dan seterusnya sampai ke kaudal. Titik-titik batas tadi
ditentukan kemudian ditarik garis ehingga terdapat garis batas jantung kanan. Begitu juga
dilakukan pada sisi jantung kiri dengan cara yang sama. Akhirnya didapatkan gambaran garis
batas jantung kanan dan juga terlihat gambaran pinggang jantung.
Pada pembesaran jantung atau pada gagal jantung, batas-batas jantung bergeser.
190
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Auskultasi
Auskultasi berguna untuk mendengarkan bunyi-bunyi jantung dengan menggunakan
stetoskop. Auskultasi yang baik memerlukan ruangan yang tenang. Usaha kan jangan ada suara
– suara tambahan. Bagian telinga stetoskop diarahkan ke anterior atau sejajar dengan arah
kanal auditoris eksternal. Auskultasi daerah-daerah jantung, pemeriksa harus berada pada sisi
kanan pasien sementara pasien berbaring telentang
Untuk mendapatkan hasil yang baik, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
didalam ruangan yang tenang, perhatian terfokus untuk mendengarkan bunyi yang lemah,
sinkronisasi nadi untuk menetukan bunyi jantung I dan seterusnya menentukan fase sistolik dan
diastolik dan menentukan bunyi-bunyi jantung dan bising secara teliti.
Lokasi titik pemeriksaan auskultasi adalah :
1. Apeks untuk mendengarkan bunyi jantung yang bersal dari katup mitral
2. Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan bunyi jantung
yang bersal dari katup trikuspidal.
3. Sela Iga III kiri untuk mendengarkan bunyi patologis yang bersal dari septal bila ada
kelainan yaitu ASD atau VSD.
4. Sela iga II kiri untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal.
5. Sela iga II kanan untuk mendengarkan bunyi yang berasal dari katup aorta.
6. Arteri karotis kanan dan kiri untuk mendengarkan bila ada penjalaran bising dari katup
aorta ataupun kalau ada stenosis di arteri karotis sendiri.
Pemeriksaan auskultasi hendaknya dilakukan secara sistemik mulai dari apeks sampai ke titik
aorta. Bunyi jantung normal terdiri atas bunyi jantung I dan bunyi jantung II.
191
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Di area apeks dan trikuspid BJ lebih keras daripada BJ II. Sedangkan area basal yaitu pulmonal
dan aorta BJ lemah dari BJ II. BJ I merupakan suara yang dihasilkan dari penutupan katup-katup
mitral dan trikuspidal. Sedangkan BJ II adalah karena menutupnya katup-katup aorta dan
pulmonal. Untuk menentukan yang mana BJ I adalah dengan meraba arteri radialis atau arteri
karotis atau iktus kordis, dimana BJ I sinkron dengan denyut nadi arteri-arteri tersebut atau
dengan denyut iktus kordis.
Fase antara BJ I dan BJ II disebut fase sistolik, sedangkan fase antara BJ II dan BJ I disebut fase
diatolik. Fase sistolik lebih pendek dari pada fase diastolik.
Irama Jantung
1. Normalnya adalah reguler, dengan denyut jantung berkisar antara 60-100 menit.
2. Irreguler :
192
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Terdengar ekstrasistole, yaitu irama dasarnya reguler tetapi diselingi oleh denyut
jantung ekstra.
Irama dasarnya memang sudah tidak teratur, yaitu pada kelainan aritmia fibrilasi atrial.
3. Irama Gallop (derap kuda)
Irama jantungnya cepat dan bunyi-bunyi jantungya terdiri atas tiga komponen atau
empat komponen, yaitu terdiri dari BJ I –BJ II dan BJ III atau terdiri atas : BJ IV-BJ II
atau BJ III. Biasanya dapat didengar di apeks dan terdapat pada kasus gagal jantung.
Bising Jantung
Pada tiap kali melakukan auskultasi pada titik-titik area harus diperhatikan apakah ada bising
jantung. Bila ada bising, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Terletak di fase manakah bising tersebut yaitu dengan membandingkannya dengan BJ
I dan setelah itu ditentukan letak bising tersebut.
2. Bagaimana kualitas bising tersebut, yaitu apakah kasar seperti ada gesekan yang
sering disebut rumble dan biasanya didapat pada kasus stenosis mitral sebagai bising
diastolik. Sekaligus ditentukan posisi bising diastolik tersebut, apakah early mid
diastolik atau pra sistolik. Dicari juga bunyi jantung tambahan atau opening snap dan
biasanya mengisi fase sistolik . Tentukan posisi letak bising, yaitu early late systolik
ataupun pan (holo) sistolik. Pan sistolik bising seringdidapat pada kelainan insufisiensi
mitral. Disini juga fase BJ I melemah dan cari juga apakah ada BJ III. Type ejection
yaitu bising dengan nada keras, karena dipompakan melalui celah yang sempit.
Didapat pada kasus stenosis aorta. Continuous murmur yaitu bising yang terdengar
terus-menerus di fase sistolik dan fase diastolik. Didapatkan pada kasus PDA (Paten
Duktus Arteriosus).
3. Punctum maksimum bising jantung harus ditentukan, misalnya pada apeks, trikuspidal,
ataupun lainnya. Bila pada apeks kurang keras, misal karena obesitas, pasien dapat
dimiringkan kekiri, sehingga bising jantung dapat terdengar lebih jelas. Untuk
triskuspidal, supaya lebih jelas, pasien disuruh bernapas dalam (inspirasi) kemudian
tahan. Bising jantung akan terdengar lebih keras pada inspirasi dan pada ekspirasi
bising akan melemah. Untuk mendengar bising di katup aorta dan pulmonal, pasien
disuruh duduk dengan stetoskop tetap di lokasi.
4. Penjalaran harus diperhatikan. Misalnya pada kasus Mitral valve prolapse (MPV) tidak
terjadi penjalaran bising. Pada kasus dengan kelainan katup aorta akan menjalar ke
arteri karotis, sehingga perlu dilakukan auskultasi karotis.
5. Derajat intensitas bising terdapat 6 tingkat, yaitu:
Derajat 1 terdengar samar-samar.
Derajat 2 terdengar halus.
Derajat 3 terdengar jelas dan agak keras
193
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Derajat 4 terdengar keras. Dapat juga dengan cara telapak tangan pemeriksa
diletakkan misalnya pada apeks kemudian dapat didengar dengan stetoskop
yang diletakan pada punggung telapak tangan tersebut.
Derajat 5 terdengar sangat keras. Dapat dilakukan dengan cara telapak
tangan pemeriksa diletakkan di apeks, kemudian stetoskop diletakkan di
lengan bawah dan bising jantung masih terdengar.
Derajat 6 sudah terdengar meskipun stetoskop tidak diletakkan di dinding
dada.
Khusus untuk bising sistolik perlu diperhatikan bahwa tidak semuanya akibat dari kelainan
organik katup jantung. Ada kemungkinan karena over volume misalnya pada anemia berat,
perempuan hamil. Biasanya bising sistolik ini halus dan terdengar pada semua ostia.
Pemebesaran ventrikel, biasanya pada ventrikel kanan terjadi dilatasi sekunder karena stenosis
mitral, terjadi pelebaran annulus trikuspidal sehingga akan terdengar arus regurgitasi pada katup
trikuspidal. Pada tumor mikson yang menutupi katup mitral akan menyebabkan bising diastolik.
Telentang
Dekubitus lateral kiri
Duduk tegak lurus
Duduk membungkuk ke depan.
195
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Gambar 6. Posisi auskultasi jantung : A Posisi telentang . B Posisi lateral decubitus. C. Posisi
duduk tegak. D.Posisi membungkuk kedepan
F. PROSEDUR
Inspeksi
Mengamati ada tidaknya asimetris dada, bentuk dada, gerakan dada, pulsasi diarea apeks,
trikuspidal, pulmonal, aorta.
Palpasi
Perkusi
196
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Batas Atas
197
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Pinggang Jantung
Tentukan lebih dahulu garis parasternal kiri.
Kemudian dilakukan perkusi ke arah kaudal mulai dari titik teratas garis tersebut,
dengan posisi tengah sejajar iga. Yang dicari adalah perubahan bunyi sonor-
redup. Normal terletak pada sela Iga III kiri.
Bila titik batasnya misalnya pada sela iga II. Berati pinggang jantung hilang.
Countur Jantung
Pemeriksaan dimulai dari sela iga I kanan dilakukan dari lateral ke medial dengan
jari tengah sejajar iga sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup.
Kemudian dilakukan perkusi dari sela iga II kanan dengan cara yang sama dan
seterusnya sampai ke kaudal. Titik-titik batas tadi ditentukan kemudian ditarik
garis sehingga terdapat garis batas jantung kanan. Begitu juga dilakukan pada sisi
jantung kiri dengan cara yang sama.
Auskultasi
1. Posisi pemeriksa tetap disebelah kanan pasien dan di dalam ruang yang sunyi.
2. Pemeriksaan boleh mulai dari apeks atau basal.
3. Tetapkan stetoskop erat-erat ke dinding dada.
4. Gunakan sisi diagfragma untuk mendengarkan bunyi jantung frekuensi rendah,
misalnya bunyi jantung III
5. Menggunakan sisi bel untuk mendengarkan bunyi Jantung I dan II.
198
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, dkk. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. FKUI, Jakarta,
2006. Hal 1455-1467
2. ADAMS. Diagnosis Fisik. Edisi 17. terjemahan. EGC, jakarta,1995. hal 213-255
3. Erickson, B. Bunyi jantung dan Murmur : Terjemahan. Edisi 4. EGC, jakarta, 2008.
Hal 1-213
4. Snell,S : Anatomi klinik Untuk mahasiswa Kedokteran. Terjemahan. Edisi 3. EGC,
Jakarta. 2008. hal 68-69
H. EVALUASI
24 Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan
bunyi jantung yang bersal dari katup trikuspidal.
25 Sela Iga III kiri untuk mendengarkan bunyi patologis yang berasal dari
septal bila ada kelainan yaitu ASD atau VSD
26 Sela iga II linea parasternal kiri untuk mendengarkan bunyi jantung
yang berasal dari katup pulmonal
27 Sela iga II linea parasternal kanan untuk mendengarkan bunyi yang
berasal dari katup aorta.
28 Arteri karotis kanan dan kiri untuk mendengarkan bila ada penjalaran
200
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
bising dari katup aorta ataupun kalau ada stenosis di arteri karotis
sendiri
ITEM PENALARAN KLINIS
29 Mampu menyimpulkan hasil pemeriksaan fisik jantung.
30 Mampu menyarankan langkah selanjutnya dari hasil yang didapat dari
pemeriksaan jantung.
III ITEM PROFESIONALISME
32 Tunjukkan sikap percaya diri
33 Tunjukkan sikap menghormati pasien
34 Tutup, memberikan salam serta mencatat pada medical record
TOTAL
Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1= Dilakukan tidak sempurna/lengkap/benar
2= Dilakukan dengan sempurna
201
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. TEMA
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
D. SKENARIO
Seorang kakek berumur 60 tahun dibawa kerumah sakit karena sesak nafas sejak 1
hari yang lalu. Dari anamnesa didapatkan sesaknya sudah lama dirasakan terutama saat
berjalan beberapa meter saja sudah sesak dan meningkat sejak 1 hari yang lalu. Malam hari si
kakek sering terbangun karena sesak dan lebih suka menggunakan bantal tinggi. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/90, frekuensi nadi 70x/menit, frekuensi nafas 30x/menit.
Pemeriksaan Jantung JVP 3 cm dari angulus sterni, Pemeriksaan Thorax : paru Ronki +/+.
Jantung: ictus teraba 1 jari lateral linea midclavicula RIC VI, auskultasi dalam batas normal.
Tungkai edema +.
Bagaimana mengukur JVP?
E. DASAR TEORI
Anatomi Sternum
Sternum terdiri dari tiga bagian :
1. Manubrium sterni
202
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
2. Corpus sterni
3. Processus xipoideus
Manubrium Sterni
Merupakan bagian atas sternum, dan bersendi dengan klavikula dan kosta 1 dan bagian atas
rawan kosta II pada masing-masing sisi. Manubrium sterni terletak berhadapan denagn thoracica
III dan IV.
Corpus Sterni
Di atas bersendi dengan sendi fibrokartilago, articulatio manubrio sternalis. Di bawah corpus
sterni bersendi dengan processus xipoideus. Pada samping corpus sterni terdapat lekukan-
lekukan untuk bersendi dengan bagian bawah rawan costa II dan rawan costa III sampai VII.
Rawan II sampai VII bersendi dengan sternum melalui sendi sinovial.
Processus xipoideus
Merupakan bagian terbawah dan terendah sternum. Merupakan rawan hialin yang tipis yang
pada orang dewasa mengalami osifikasi pada ujung proximalnya.
Angulus sterni (sudut Louis) yang dibentuk oleh persendian manubrium sterni dengan corpus
sterni, dapat dikenal dengan adanya peninggian transversal pada permukaan anterior sternum.
Peninggian transversal terletak setinggi rawan costa II, tempat dimana semua rawan costa dan
costa dihitung. Angulus sterni terletak berhadapan dengan diskus intervetebralis antara vertebra
thoracica IV dan V.
203
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Sistem vena mempunyai tekanan lebih rendah dari pada arteri. Dinding vena sedikit
mengandung otot dari pada arteri, hal ini mengurangi kekakuan vena dan lebih
menggelembung. Hal lain yang menentukan tekanan vena adalah volume darah dan
kapasitas jantung kanan untuk memompa darah ke system arteri pulmonalis.
204
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
F. PROSEDUR
205
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
206
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, dkk. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. FKUI, Jakarta,
2006. Hal 1455-1467
2. ADAMS. Diagnosis Fisik. Edisi 17. terjemahan. EGC, jakarta,1995. hal 213-255
3. Snell,S : Anatomi klinik Untuk mahasiswa Kedokteran. Terjemahan. Edisi 3.
EGC, Jakarta. 2008. hal 68-69
4. Bate’s. Guide To Phycal Examination And History Taking. Ed 9. Philadelphia.
2007.
H. EVALUASI
Skor
No LANGKAH KLINIK YANG DINILAI
0 1 2
207
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
209
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
PEMASANGAN EKG
A. TEMA
Keterampilan Pemasangan EKG
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dan alat EKG
Mahasiswa mampu meletakkan elektroda pada tempatnya
Mahasiswa mampu melakukan penyadapan
Mahasiswa mampu membuat elektrokardiogram dan keterangan
Mahasiswa mengetahui konsep dasar pemeriksaan EKG
Mahasiswa mengetahui indikasi pemeriksaan EKG
D. SKENARIO
Nyeri dada
Tn. Budi umur 44 tahun adalah seorang pengusaha sukses, dalam suatu rapat
dengan kliennya, tiba-tiba terjatuh karena kesakitan, dia dibawa ke IGD . Dari
anamnesa didapatkan bahwa dadanya rasa terhimpit dan menjalar ke bahu
secara tiba-tiba. Kejadian ini baru pertama kali, Pak Budi sudah 4 tahun
menderita hipertensi. Dari pemerksaan fisik keadaan umum tampak sakit
berat, TD 130/80 mmhg, frekuensi nadi 60x/menit, frekuensi nafas 20/menit.
Pemeriksaan fisik jantung dalam batas normal. Dari pemeriksaan EKG
didapatkan ST elevasi.
E. DASAR TEORI
210
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
211
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
212
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
214
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
215
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
7. Sadapan dada atau V melihat jantung dari depan dan sisi kiri pada
bidang horizontal. Sadapan V1 diposisikan di atas ventrikel kanan.
Dan sadapan V6 di atas ventrikel kiri.
8. Septum didepolarisasikan dari sisi kri ke kanan.
9. Pada jantung normal, ventrikel kiri mempengauruhi EKG lebih besar
dari pada ventrikel kanan.
F. PROSEDUR
Langkah-langkah pemasangan EKG
1. Melakukan persiapan alat-alat.
Alat EKG lengkap dan siap pakai
Kapas alkohol pada tempatnya
Kassa
2. Mempersiapkan Pasien
Memberikan penjelasan pada pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan
Mempersilahkan pasien untuk tidur terlentang datar
3. Urutan Perekaman EKG
Melakukan cuci tangan menurut WHO.
Minta pasien untuk membuka baju. Bila pasien memakai jam
tangan, gelang dan logam lain untuk dilepaskan terlebih dahulu
Bersihkan daerah dada penderita yang akan diperiksa dan
bersihkan elektroda dengan alkohol.
Mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda
Hubungkan EKG ke sumber listrik, hidupkan, lalu tes dan
matikan.
Tempatkan Lead V4: putih coklat interkostal 5 linea
midklavikularis
216
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Hampton, J.R . Dasar-dasar EKG. Edisis 6. Terjemahan. EGC, Jakarta, 2004. hal
1-133
2. Green, JM, Chiaramida, A. EKG 12 – Sadapan Terpercaya. Terjemahan. EGC,
jakarta, 2007
3. Tim skill lab. Skill laboratory Manual: EKG. UGM, Jogyakarta, 2006
4. Tim skill lab. Skill laboratory Manual: Sistem Kardiovaskuler. FK UNHAS,
Makasar, 2009
5. Braunwald, E, ed. Heart Desease: A Textbook of cardiovascular Medicine. 5 th.
WB. Saunders Company, Philadelphia, 1997
H. EVALUASI
217
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
218
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
219
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. TEMA
Keterampilan pembacaan dan interpretasi EKG
B. TUJUAN
Setelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu untuk :
Mengetahui gelombang dan interpretasinya pada elektrokardiogram normal
Mengetahui gangguan irama jantung
Mengetahui pembesaran jantung
Mengetahui kelainan iskemik jantung
D. SKENARIO
Saat sedang jaga UGD Rumah Sakit, pasien Tn W, 55 tahun, datang dengan
keluhan nyeri dada sebelah kiri, dada seperti terbakar, dan ada penjalaran
nyeri ke tangan kiri. Nyeri dada ini terjadi mendadak, dan mulai sakit dada
saat pasien ingin pergi bekerja. Pasien sangat cemas sekali dengan
keadaannya saat ini. Anda lalu memberikan O2 pada pasien dan melakukan
pemeriksaan EKG. Hasil rekaman EKG lalu anda baca dan interpretasikan.
E. DASAR TEORI
Gambaran Elektrokardiografi Normal
Kertas EKG mempunyai garis-garis baik vertikal maupun horisontal berjarak 1
mm. Garis yang lebih tebal mempunyai jarak 5 mm. Mengenai “waktu” diukur
sepanjang garis horisontal 1 mm = 0,04 detik atau 40 milidetik, 5 mm = 0,2 detik atau
1 kotak kecil sama dengan 0,04 detik dan 1 kotak besar terdiri dari 5 kotak kecil sama
dengan 0,2 detik. “Voltage” listrik diukur sepanjang garis vertikal dan dinyatakan
dalam milimeter (10 mm = imV). Untuk praktisnya kecepatan pencatatan adalah 25
mm/detik. Dibawah ini adalah jenis-jenis kompleks elektrokardiografi normal :
220
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
221
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara kompleks
EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan adanya
gambaran EKG yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena itu sebagai
222
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
patokan, maka berikut ini disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada beberapa
penyakit.
Kelainan Gelombang P
Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya, bentuknya) gelombang P pada
irama dan kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai dengan
gelombang P yang tinggi dan lebar pada sandapan I dan II, gelombang P lebar dan
bifasik pada VI dan V3. Gambaran ini menunjukkan adanya hipertrofi atrium kiri
terutama pada stenosis mitralis.
223
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
224
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
P-R > 0,22 detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada
miokarditis, intoksikasi digitalis, PJK, idiopatik.
Pada AV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan kecepatan normal,
tetapi tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S - T
dan T.
Interval P-R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi
tetap jaraknya. Blok jantung A-V2 : 1 atau 3 : 1., berarti terdapat 2 P dan
hanya 1 QRS atau 3P&1QRS.
Pada blok jantung tingkat III atau blok jantung komplit irama dan kecepatan
gelombang P normal, irama kompleks QRS teratur tetapi lebih lambat (20-40
kali per menit) dari gelombang P. Jadi terdapat disosiasi komplit antara atrium
dan ventrikel. Gambaran diatas ini dapat ditemukan pada PJK, intoksikasi
digitalis, IMA.
225
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Kelainan Gelombang Q
Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan dalamnya >2 mm (lebih
1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya miokard
yang nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan gambaran
yang normal.
226
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya “ left axis deviati on”.
Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan
menjumlahkan voltase (kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 +
R V6 > 35 mm atau gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.
227
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi
iramanya teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok
komplit terutama pada PJK, PJR, penyakit jantung bawaan.
Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu
pada sinus takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi
ventrikel. Ditemukan pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit
Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit Jantung Rematik), infark miokard,
intoksikasi digitalis.
Irama QRS tidak tetap
Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya “ AV
nodal premature beat”, “ventricular premature beat”. Ditemukan pada PJK
dan intoksikasi digitalis. Irama kompleks QRS sama sekali tidak teratur
yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan pada PJH, PJR, infark
miokard dan intoksikasi digitalis.
228
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
229
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
230
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Kelainan Gelombang U
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada sandapan
yang sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.
231
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
4. Interval P-R
Interval PR normal adalah kurang dari 0,2 detik. Lebih dari 0.2 detik disebut blok
AV derajat satu. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang delta
menunjukkan Wolff-Parkinson- White syndrome.
5. Morfologi
a. Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah
ada P pulmonal atau P-mitral.
b. Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial
infarction (tentukan bagian jantung mana yang mengalami infark
melalui petunjuk sandapan yang terlibat). Bagaimana amplitudo
gelombang R dan S di sandapan prekordial. Gelombang R yang tinggi
di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau
infark dinding posterior). Gelombang R yang tinggi di sandapan V5
232
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
F. PROSEDUR
G. DAFTAR PUSTAKA
233
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
1. Hampton, J.R . Dasar-dasar EKG. Edisis 6. Terjemahan. EGC, Jakarta, 2004. hal
1-133
2. Green, JM, Chiaramida, A. EKG 12 – Sadapan Terpercaya. Terjemahan. EGC,
jakarta, 2007
3. Tim skill lab. Skill laboratory Manual: Sistem Kardiovaskuler. FK UNHAS,
Makasar, 2009
4. Braunwald, E, ed. Heart Desease: A Textbook of cardiovascular Medicine. 5th.
WB. Saunders Company, Philadelphia, 1997
5. Sudoyo, dkk. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. FKUI, Jakarta,
2006. Hal 1455-1467
H. EVALUASI
234
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1= Tidak sempurna
2= sempurna
235
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. TEMA
Keterampilan membaca foto rontgen thoraks.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk :
1. Mengetahui langkah-langkah membaca foto thorax
2. Menilai kualitas suatu foto rontgen thoraks baik atau tidak
3. Mengetahui foto thorax normal
D. SKENARIO
Seorang kakek berumur 60 tahun di bawa ke rumah sakit oleh anaknya
karena batuk berdahak bercampur darah sejak 1 minggu. Dari anamnesis
sebelum batuk berdahak bercampur darah, pasien mengaku sudah batuk –
batuk kurang lebih 3 bulan. Selain itu sang kakek juga mengeluhkan badan
agak demam terutama pada saat malam hari kurang lebih 1 bulan.
Sebelumnya kakek sudah berobat ke salah satu tenaga kesehatan di desanya
namun tidak sembuh akhirnya sang kakek hanya minum obat warung saja.
Namun keluhan tidak sembuh malah makin lama makin parah. Menurut
pengakuan pasien malah berat badannya makin lama makin turun.
E. DASAR TEORI
1. Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas,partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari
sumber radiasi. Salah satu penggunaan sinar X yaitu pada penggunaan rontgen
umum (general X-rays). Rontgen umum (General X-rays). termasuk rontgen (x-
ray) paru-paru atau thoraks, rontgen (x-ray) tulang dan rontgen (x-ray) bagian
perut. Alat ini langsung menyorot sinar menembus bagian tubuh yang sedang
236
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. . D a y a T e m b u s .
Sinar X dapat menembus batas, dengan daya tembus sangatbesar dan digunakan dalam
radiografi,makin tinggitegangantabungmakamakintinggidayatembusnya.
B. . P e r t e b a r a n .
Apabila berkas sinar-x melalui suatu bahan atau suatu zat,maka berkas tersebut akan
bertebaran ke segalapenjuru/jurusan, menimbulkan radiasi sekunder pada bahan zatyang
dilaluinya.
C. . P e n y e r a p a n .
Sinar dalam radiografy, diserap oleh bahan atau zat denganberat atom atau kepadatan
bahan/xattersebut.
D. . E f e k F o t o g r a f i
Sinar X dapat mengitamkan emulsi film sejalan diproses secarakimiawi dikamar gelap agar
menjadifoto.
E. Efek Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu sepertikalsium tungstat atau zink
sulfide memendarkan cahaya(luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
• Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu adaradiasi Sinar x saja.
• Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsungbeberapa saat walaupun
radiasi Sinar x sudahdimatikan (after – glow).
F. E f e k I o n i s a s i
Efek primer dari Sinar X apabila mengenai suatu bahanatau zat dapat
menimbulkan ionisasi (perubahan partikelbebas menjadi ion) partikel-partikel
atau zat tersebut.
G. Efek Biologik
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakandalam pengobatan radioterapi.
237
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
2. Pembuatan Radiografi
Dalampembuatansuatu rongtenthorak
ataupunyanglainnyadibutuhkan
perlengkapanyangterdiridari:
Film rontgen
Intensifying screen
Kaset
Grid
Alat – alat fixasi
Alat – alat proteksi
Marker/tanda/kode.
Film rontgen
Lapisan-lapisan Film Rongten:
Supercoat untuk melindungi emulsi film
Emulsi film terdiri atas AgBr, AgCl, dan AgJ.
Substratum: perekat antara emulsi dan alas film
Film base / Alas film tdd polyesterbase
Jenis-jenisFilm
1. Screen film: film yang dalam penggunaanya selalu menggunakan
intensifying screen
2. Non- screen film : film yang dalam penggunaanya tanpa intensifying
screen
Dental film
Mammographi
Filmuntukextremitas
3. Sensitivitasnya:
Blue sensitive
Green sensitive
Intensifying screen
Merupakan alat yang terbuat dari kardus (card board) khusus yang
mengandung lapisan tipis emulsi fosfor dengan bahan pengikat yang sesuai.
Yang banyak digunakan adalah kalsium tungstat.
238
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Kaset
Kaset sinar – X adalah suatu tabung ( container) tahan cahaya yang berisi 2
buah intensifying screen yang memungkinkan untuk dimasukkan film rongten
diantara keduannya dengan mudah.
Grid ( kisi-kisi)
Merupakan alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar
tidak sampai ke film rongten.
Jenis – jenis grid yaitu
1. Grid diam ( stationary grid)
2. Grid bergerak( moving grid ).
Alat-alat fiksasi
Gunanya mebantu agar objek yg difoto tak bergerak
Contohnya antara lain:
Bantal pasir
Bantal spons / Sponge / soft bags
Compressor band
Klemkepala(headclamps)
Alat-alat pelindung
Diafragma cahaya (light beamdiaphragm)
Conus
Pelindung gonad / gonad shield
Pelindung ovarium / ovarium shield
Aprontimbal/Lead apron
Lead gloves
Pencegah pelindung / Protective shielding
Lead glass
Karet timbal / lead rubber
Marker/tanda/kode
Tandauntukidentifikasifotomilikpasien
Identitas Pasien : Nama, umur,kelamin
Tandaletakanatomi :Rright±LLeft
239
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
3. Prosesterjadinyagambarradiografi
1.Gambar laten
Kerapatanobjektinggi-fluoresensiintensifying screen rendah - perak-halogen
hampir tak berubah.Kerapatan objek rendah - fluoresensitinggi - perubahan
perak halogenfilm terjadi baik.
2. Gambar tampak, setelah masuk developer.Selanjutnyadifixer.
240
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
241
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
a. Paru – paru
Lakukan pemindaian pada kedua paru, di mulai dari bagian apeks dan
terus ke bawah. Bandingkan penampakan setiap zona dengan sisi
lainnya. Satu – satunya bayangan yang terlihat secara normal, selain
fisura, pastilah berasal dari vaskuler, sehingga kosentrasilah untuk
mencari bayangan homogeny pada tiap area atau lesi massa.
b. Bayangan hilus
Merupakan tempat yang paling sering untuk limfadenopati dan
karsinoma bronkus , cari peningkatan dan ketidakteraturan seperti
pembesaran bayangan hillus.
c. Bayangan jantung
Perhatikan ukuran dan bentuk jantung. Pembesaran ruang jantung
tertentu sering sulit diedentifikasi perhatikan dan berikan tanggapan
pada ukuran jantung secara keseluruhan.
d. Mediastinum
Nilai adanya lesi massa dan pergeseran mediastinum oleh trakea dan
bayangan jantung.
e. Diagfragma
Sudut kostrofenicus harus terlihat jelas, lancip dan dalam. Sudut yang
tumpul mungkin mengindikasikan adanya efusi pleura atau penebalan
pleura lama. Permukaan bagian atas harus tegas ketegasan yang
buruk sering menunjukkan adanya kelainan paru basal. Pendataran
digfragma menunjukkan adanya hiperinfilasi dan penyakit jalan nafas
obstruksi kronis.
f. Tulang dan jaringan lunak
Perhatikan bagian tepi film, perhatian iga untuk mengetahui adanya
fraktur atau deposit sekunder penampakan bayangan payudara dan
apakah telah dilakukan mastektomi, bagian bawah digfragma, bahu
dan sebagainya.
F. PROSEDUR
242
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
TulangClaviculaberbentukhurufVdanjarakantaraujungclaviculadenganprocesus
spinosusadalahsama
VertebraThorakalistampakdariVth1-Vth5
Softtissuetidaktampak
terlihatseluruh lapanganparu
3. Tentukanposisi foto.
PadafotoAP
clavicula akan tampak mendatar, scapula berada di dalam lapangan paru, dan yang tampak
depan adalah costaeanterior.
PadafotoPA
costaeposteriortampakdepan, claviculamenjungkit,danscapulaberadadiluarlapanganparu.
243
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
4. Dindingthorak
CostadanIntercosta-Claviculadan Scapula-TulangVertebrae-
Softtissuedindingthorak–BayanganPleura-
Tracheapadaleher.
SinusCostoprenicus(normalLancip)
Diafragma (letak tinggi/rendah/normal ( diafragma kanan lebih tinggi 2,5 cm dari
diafragmakiri)
Hilus merupakan tempat keluar masuknya arteri dan vena pulmonalis, bronkus, dan
jugasaluranlimfe.Normalnyadiameterhilussamadengandiametertrakea.
Cor/Jantung(bentukdanukuran)
244
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
CTR(Cardiothoracoratio).< 50%,
Caramenghitungnyaadalah a+b /c
Mediastinum
Corakan bronkovaskuler normalnya hanya terdapat pada 1/3 lapangan paru dari central pada
dewasa, sedangkanpadaanakhanya1/4darilapanganparu.
245
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
APatauPA
4. Dindingthorak:
CostadanIntercosta-Claviculadan Scapula-TulangVertebrae-
Softtissuedindingthorak–BayanganPleura-
Tracheapadaleher.
SinusCostoprenicus(normalLancip)
. Diafragma (letak tinggi/rendah/normal ( diafragma kanan lebih tinggi 2,5
cmdaridiafragmakiri)
Hilus
Cor : CTR(Cardiothoracoratio).< 50%,
Mediastinum
H. DAFTAR PUSTAKA
246
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
B. TEMA
Keterampilan Prosedural Punksi Pleura/ Thoracocentesis
C. LEVEL KOMPETENSI
Level Kompetensi
No Kompetensi SKDI Target
Capaian
Contraventil needle
1 (needle 2 2-3
decompression)
2 Pneumothorax,
3B 3B
Hemothorax
(Sumber : SKDI, 2006)
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mengenal dan mampu menjelaskan tentang Punksi Pleura
Mahasiswa mampu menyebutkan indikasi Punksi Pleura
Mahasiswa mampu melakukan procedural Punksi Pleura
Mahasiswa mampu menjelaskan penalaran klinis Punksi Pleura
F. SKENARIO
Dyspnea
G. DASAR TEORI
I. Definisi
Punksi Pleura/ Thoracocentesis merupakan suatu prosedur klinik dengan
melakukan punksi pada dinding dada untuk mengeluarkan cairan/udara dari rongga
pleura. Punksi pleura biasanya dilakukan pada pasien dewasa baik rawat inap maupun
rawat jalan.
248
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
249
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
pleura dapat menampung beberapa liter cairan dan udara. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut
250
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
252
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
H. PROSEDUR
Evaluasi awal
o Anamnesis : Riw. Keganasan, Pansitopenia, Penggunaan
antikoagulan, Ax Efusi Pleura
o Px Fisik : KU, VS, febris, pulse oxymetri, Thorak : Tanda dan Gejala
efusi (Look, Listen, Feel)
o Penunjang : Rö Thorax PA, Lateral, CT-Scan, Lab : DL, CT-
BT,LDh,Albumin,GDS
Persiapan Pasien :
o Informed : Jelaskan Tujuan, manfaat dan resiko, langkah-langkah
prosedur serta instruksi untuk pasien, anestesi infiltrasi, tanyakan riw.
Alergi anestesi local atau antiseptic yang digunakan.
o Consent : Meminta persetujuan tertulis
Pengecekan dan persiapan alat dan diri operator
Pelaksanaan :
o Memposisikan pasien duduk (memeluk bantal lihat gambar) atau
tidur miring pada sisi sakit (lengan ipsilateral diatas kepala)
o Cari lokasi/ titik tusukan (konfirmasi Rontgen dengan perkusi lokasi
biasanya midaxila atau midposterior SIC 5. Tandai ballpoint. Untuk
dekompresi pada pneumothorax biasanya SIC II midclavicula)
o Cuci tangan WHO dan Pasang Hanschoen steril
o Sterilisasi lokasi dengan prosedur aseptic (central-perifer)
o Pasang duk steril
o Anestesi local (spuit 3cc jarum 27 atau 22G + lidocaine 1%)
253
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
254
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
I. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Pleural Aspiration Protocol for Oncology/ Palliative Care
Patients. CDHB Hospital Palliative Care Service.
Astowo, Pudjo. 2009. Efusi Pleura, Efusi Pleura Ganas, Empyema. Department
Pulmonology and Repiration Medicine, Division Critical Care Medicine and
Pulmonary Intervention, Medical Faculty University of Indonesia-Persahabatan
Hospital.
Reid, Elaine. 2009. Thoracocentesis (Pleural aspiration or pleural tap): Patients
Information. Cambridge University Hospitals - NHS Foundation Trust
Shinohara Yoshitomo, 1999. A New Method of Thoracocentesis Using CT
Guidance in Patients with a Small Amount of Pleural Fluid. Cardiovasc.
Intervent. Radiol (1999) 22:260-261
Sugito, et al. 1992. Efusi Pleura Masif. Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus
No. 80; 95-97
Szilagy, Peter. G. Bate‟s Guide to Phsycal Examination Chapter 6
255
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Thomsen, Todd W. et al, 2006. Video Thoracentesis. The New England Journal
of Medicine. Mount Auburn Hospital, Cambridge & Harvard Medical School,
Boston, Massachusetts.
TR Collins and SA Sahn. 1987. Thoracocentesis. Clinical value, complications,
technical problems, and patient experience. Chest:91; hal 817-822 didownload
dari http://chestjournal.chestpubs.org/content/91/6/817
256
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. TEMA
Keterampilan Prosedural Pemasangan dan Pencabutan CHEST TUBE
B. LEVEL KOMPETENSI
Level Kompetensi
No Kompetensi SKDI Target
Capaian
Water Seal Drainage (Chest
1 2 2-3
Tube Insertion)
(Sumber : SKDI, 2006)
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu menjelaskan indikasi , tujuan dan hasil pemasangan Chest-Tube
Mampu memilih alat yang akan digunakan
Mampu melakukan prosedur pemasangan dan pencabutan Chest-tube
Mampu melakukan evaluasi dan perawatan Chest-Tube
Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemasangan Chest-
Tube
E. SKENARIO
F. DASAR TEORI
I. Pengertian
Pemasangan Chest-Tube merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura (system drainase) dengan
menggunakan pipa penghubung (chest tube) dan disambungkan dengan alat water seal
drainage (air sebagai klep).
II. Tujuan
Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga
thorak
Mengembalikan/mempertahankan tekanan negative pada rongga pleura
Mengembangkan kembali paru yang kolaps
Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
III. Indikasi
a) Pneumothoraks :
Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
Tension pneumotoraks
Pneumotoraks bilateral
Luka tusuk tembus
Klem dada yang terlalu lama
Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b) Hematothorax
Robekan pleura
Kelebihan antikoagulan
Pasca bedah thoraks
c) Thorakotomy
258
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Lobektomy
Pneumektomy
d) Emfiema
Penyakit paru serius
Inflammasi
e) Efusi Pleura Masif
IV. Jenis WSD
a) WSD Aktif continuous suction. Gelembung berasal dari udara system
b) WSD Pasif gelembung udara berasal dari cavum thorax pasien
V. Syarat Pipa Chest-Tube
Transparan (agar bisa melihat undulasi)
Lunak (agar bisa dipijit bila ada jendalan darah)
Tidak terlalu panjang
Besar (agar aliran lancer)
VI. Tempat Pemasangan Chest-Tube
a) Bagian apex paru (apical)
SIC ke 2 linea midclavicula
fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura (biasanya
dengan Punksi Pleura)
b) Bagian basal
Yang dianjurkan SIC V linea midaxillaris
Di beberapa literature SIC VIII-IX linea axillaris posterior
fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura
G. PROSEDUR
a) Pemasangan Chest-Tube
260
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
1. Posisikan pasien dalam posisi duduk, atau setengah duduk (kedua tangan
memeluk bantal/dimeja) atau bila tidak posisi tiduran dengan sedikit miring ke
sisi yang sehat (tangan diatas kepala)
2. Cuci tangan WHO & Pasang Handschoen secara aseptik
3. Tentukan dan tandai tempat pemasangan Chest-Tube hitung SIC dengan
palpasi
4. Bersihkan daerah pemasangan dengan antiseptic (sentral perifer)
5. Tutup dengan duk steril
6. Anastesi local daerah tempat masuk selang dengan anastesi infiltrasi (kulit, sub
cutan, tulang costae (periosteum), dan pleura parietal (teraspirasi cairan pleura/
aspirat dapat digunakan untuk diagnostic analisis cairan pleura)
7. Perhatikan kedalaman rongga pleura dengan melihat jarum infiltrasi tadi,
ukurlah
8. Insisi kulit dan subkutis di sela iga dengan arah transversal tepat diatas tepi
iga ke VI agar tidak mencederai saraf dan pembuluh darah dibawah iga
9. Dengan klem arteri irisan diteruskan secara tumpul sampai menembus otot
intercosta dan mencapai pleura parietalis
10. Tusukkan secara tumpul (dengan ujung klem)
11. Klem selang Chest tube dan dorong masuk ke rongga pleura ± 5 cm
12. Fiksasi slang sesuai dengan tanda pada slang (dengan jahitan kulit sederhana
dengan menyisakan satu jahitan ditengah yang tidak disimpul untuk
pencabutan Chest-Tube)
13. Daerah luka dibersihkan dan diberi salf/vaseline kemudian ditutup kasa
14. Sambung slang NGT dengan botol steril yang berisi NaCl 100 cc atau larutan
antiseptic atau dapat juga ke alat suction khusus untuk Chest-Tube aktif
15. Tandai & catat tinggi awal cairan dalam botol
b) Pencabutan Chest-Tube
1. Sediakan alat untuk melepas jahitan dan juga kasa
2. Lepas jahitan pengikat selang kemudian minta pasien inspirasi dalam
kemudian ekspirasi.
3. Saat pasien ekspirasi dalam minta untuk ditahan
4. Cabut selang Chest-Tube
5. Ikatkan benang jahitan yang disisakan saat pemasangan untuk penutupan luka
6. Tutup dengan kasa steril
261
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
A. TEMA
Keterampilan Klinis Resusitasi Jantung Paru.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti CSL ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melakukan penilaian awal situasi dan kondisi pasien, menentukan henti nafas dan henti
jantung.
2. Melakukan kompresi dada.
3. Memberikan nafas buatan.
4. Mengevaluasi keberhasilan resusitasi.
C. LEVEL KOMPETENSI
Level
No. Jenis Kompetensi
Kompetensi
262
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
E. SKENARIO
Anda seorang dokter umum yang sedang jaga malam di RS daerah. Tiba-tiba
ada panggilan dari ruangan perawatan. Keluarga pasien melaporkan bahwa pasien tiba-
tiba tidak sadarkan diri. Setelah memastikan bahwa nadi tidak teraba, Anda segera
mengaktifkan kode biru, dan melakukan resusitasi jantung paru.
F. DASAR TEORI
Penyakit jantung dan pembuluh darah sampai saat ini masih merupakan
penyebab kematian nomor satu di dunia. Dari survei yang dilakukan WHO pada 2004,
diperkirakan sebanyak 17,1 juta orang meninggal (29,1% dari jumlah kematian total)
karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Manifestasi komplikasi penyakit jantung dan
pembuluh darah yang paling sering diketahui dan bersifat fatal adalah kejadian henti
jantung mendadak. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, terutama jika henti
jantung mendadak tersebut disaksikan, maka tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) harus
secepatnya dilakukan. Bantuan hidup jantung dasar sering didengar dengan nama
Resusitasi Jantung Paru (RJP).
BHD merupakan dasar tindakan penyelamatan jiwa setelah terjadi keadaan henti
jantung. Tindakan ini bisa dilakukan oleh seorang penolong ataupun lebih secara simultan.
Tujuan awal pelaksanaan BHD adalah memperbaiki sirkulasi sistemik yang hilang pada
penderita henti jantung mendadak dengan melakukan kompresi dada secara efektif dan
benar, diikuti dengan pemberian ventilasi yang efektif sampai didapatkan kembalinya
sirkulasi sistemik secara spontan atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap untuk
melaksanakan Bantuan Hidup Jantung Lanjut (Advanced Cardiac Life Support [ACLS])
atau tindakan dihentikan karena tidak ada respon dari penderita setelah dilakukan
beberapa saat.
Apabila kita dapat melakukan Bantuan Hidup Jantung Dasar dengan baik dan
tepat, maka kita dapat mengharapkan bahwa:
1. Henti jantung dapat dicegah dan perujukan dapat cepat dilaksanakan.
2. Fungsi jantung paru dapat diperbaiki dengan menggunakan AED (automated external
defibrillation) dan kompresi.
3. Otak dapat dijaga dengan baik karena suplai darah ke otak dapat terpelihara selama
263
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
1. Ada permintaan dari penderita atau keluarga inti yang berhak secara sah dan
ditandatangani oleh penderita dan keluarga penderita.
2. Henti jantung terjadi pada penyakit dengan stadium akhir yang telah mendapat
pengobatan secara optimal.
3. Pada neonatus atau bayi dengan kelainan yang memiliki angka mortalitas tinggi,
misalnya bayi prematur, anensefali, atau kelainan kromosom seperti trisomi 13.
Henti jantung terjadi di luar sarana atau fasilitas kesehatan
1. Tanda-tanda klinis kematian yang irreversibel, seperti kaku mayat, lebam mayat,
dekapitasi, atau pembusukan.
2. Upaya RJP dengan risiko membahayakan penolong.
3. Penderita dengan truma yang tidak bisa diselamatkan, seperti hangus terbakar,
dekapitasi, hemikorporektomi.
Kapan Menghentikan RJP
264
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
1. Penolong sudah melakukan BHD atau lanjut secara optimal, antara lain RJP,
defibrilasi, pemberian vasopressin atau epinefrin intravena, membuka jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi menggunakan bantuan jalan nafas tingkat lanjut serta sudah
melakukan semua pengobatan irama sesuai dengan pedoman yang ada.
2. Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar bahan beracun atau
mengalami overdosis obat yang akan menghambat susunan sistem saraf pusat.
3. Kejadian henti jantung tidak disaksikan penolong.
4. Penolong telah merekam melalui monitor adanya asistol yang menetap selama 10
menit atau lebih.
5. Penderita yang tidak respons setelah dilakukan Bantuan Hidup Jantung Lanjut
minimal 20 menit.
6. Secara etik, penolong RJP selalu menerima keputusan klinik yang layak untuk
memperpanjang usaha pertolongan (misalnya karena konsekuensi psikologis dan
emosional). Juga menerima alasan klinis untuk mengakhiri resusitasi dengan segera
(karena kemungkinan hidup kecil).
Penilaian respon dilakukan setelah penolong yakin bahwa dirinya sudah aman
untuk melakukan pertolongan. Penilaian respon dilakukan dengan menepuk-nepuk dan
menggoyangkan penderita sambil berteriak memanggil penderita.
Hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penilaian respon penderita:
Bila penderita menjawab atau bergerak terhadap respon yang diberikan, maka
usahakan tetap mempertahankan posisi seperti pada saat ditemukan (kecuali ada
bahaya pada posisi tersebut), atau diposisikan ke dalam posisi mantap (recovery
position); sambil terus melakukan pemantauan tanda-tanda vital sampai bantuan
datang.
Posisi mantap merupakan pertolongan yang ditujukan untuk mempertahankan jalan
napas bebas dari sumbatan pangkal lidah dan memperkecil kemungkinan aspirasi isi
lambung/muntahan. Caranya sebagai berikut:
266
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Bila penderita tidak memberikan respon serta tidak bernafas atau bernafas tidak
normal (gasping), maka penderita dianggap mengalami kejadian henti jantung.
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan aktivasi sistem layanan
gawat darurat.
267
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Untuk kasus trauma, tenggelam, dan overdosis pada dewasa, atau anak,
sebaiknya penolong melakukan bantuan RJP selama 1 menit sebelum menghubungi
sistem gawat darurat.
Tindakan pemeriksaan denyut nadi bisa tidak dilakukan oleh penolong awam dan
langsung mengasumsikan penderita mengalami henti jantung jika penderita
mengalami pingsan mendadak, atau tidak merespon, tidak bernafas, atau bernafas
tidak normal.
Pemeriksaan arteri karotis dilakukan dengan memegang leher penderita dan mencari
trakea dengan 2 – 3 jari. Selanjutnya dilakukan perabaan bergeser ke lateral sampai
menemukan batas trakea dengan otot samping leher (tempat lokasi arteri karotis
berada).
Jika tidak teraba nadi dalam 10 detik, mulai lakukan kompresi.
268
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
269
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
- Menentukan lokasi kompresi dada dengan cara meletakkan telapak tangan yang
telah saling berkaitan di bagian setengah bawah sternum.
270
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
- Posisi tangan menetap, posisi lengan lurus, kekuatan tekanan tangan pada badan.
Airway
Pada penderita yang tidak sadarkan diri, maka tonus-tonus otot tubuh akan
melemah termasuk otot rahang dan leher. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lidah
dan epiglotis terjatuh ke belakang dan menyumbat jalan nafas. Jalan nafas dapat dibuka
oleh penolong dengan metode:
Teknik angkat kepala-angkat dagu (head tilt-chin lift) pada penderita yang diketahui
tidak mengalami cedera leher.
271
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Breathing
Pemberian nafas bantuan dilakukan setelah jalan nafas terlihat aman. Tujuan
primer pemberian bantuan nafas adalah untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Dilakukan dengan metode:
1. Mulut ke Mulut
Merupakan metode yang paling mudah dan cepat. Oksigen yang dipakai berasal dari
272
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
(a) (b)
Buka sedikit mulut penderita, tarik nafas panjang, dan tempelkan rapat bibir
penolong melingkari mulut penderita, kemudian hembuskan nafas lambat,
setiap tiupan selama 1 detik dan pastikan sampai dada terangkat.
Tetap pertahankan head tilt-chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut
penderita, lihat apakah dada penderita turun waktu ekshalasi.
2. Mulut ke Hidung
Nafas bantuan dilakukan bila pernafasan mouth-to-mouth sulit dilakukan, misalnya
karena trismus. Caranya adalah katupkan mulut penderita disertai chin lift, kemudian
hembuskan udara seperti pernafasan mouth-to-mouth. Buka mulut penderita ketika
ekshalasi.
273
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
274
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan bantuan nafas, antara lain:
Memberikan nafas bantuan dalam waktu 1 detik.
Sesuai volume tidal yang cukup untuk mengangkat dinding dada.
Diberikan 2 kali nafas bantuan setelah 30 kali kompresi.
Tunggu dada kembali turun penuh sebelum memberi tiupan berikutnya (2 – 4 detik).
Pada kondisi terdapat 2 orang penolong atau lebih, dan telah berhasil memasukkan
alat untuk mempertahankan jalan nafas (seperti pipa endotrakeal, combitube, atau
sungkup laring), maka nafas bantuan diberikan setiap 6 – 8 detik, sehingga
menghasilkan pernafasan dengan frekuensi 8 – 10 kali/menit.
Penderita dengan hambatan jalan nafas atau komplians paru buruk memerlukan
bantuan nafas dengan tekanan yang lebih tinggi sampai memperlihatkan dinding
dada terangkat.
Pemberian nafas bantuan yang berlebihan tidak diperlukan dan dapat menimbulkan
distensi lambung serta komplikasinya, seperti reurgitasi dan aspirasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi saat melakukan BHD, antara lain:
275
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
1. Aspirasi reurgitasi
2. Fraktur costae-sternum
3. Pneumothoraks, hematothoraks, kontusio paru
4. Laserasi hati atau limpa
276
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
G. PROSEDUR
277
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
278
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah tangan lainnya di bawah bagian
ujung tulang rahang penderita.
Menengadahkan kepala dan menahan/menekan dahi penderita secara
bersamaan sampai kepala pasien pada posisi ekstensi.
8. Breathing: pemberian nafas bantuan.
Mempertahankan posisi head tilt-chin lift, yang dilanjutkan dengan menjepit
hidung menggunakan ibu jari dan telunjuk.
Buka sedikit mulut penderita, tarik nafas panjang, dan tempelkan rapat bibir
penolong melingkari mulut penderita, kemudian hembuskan nafas lambat,
setiap tiupan selama 1 detik dan pastikan sampai dada terangkat.
Memberikan 2 kali nafas bantuan masing-masing dalam waktu 1 detik.
Sesuai volume tidal yang cukup untuk mengangkat dinding dada.
Diberikan 2 kali nafas bantuan setelah 30 kali kompresi.
Tetap pertahankan head tilt-chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut
penderita, lihat apakah dada penderita turun waktu ekshalasi.
9. Melakukan kompresi dada sebanyak 5 siklus (2 menit), lalu evaluasi denyut nadi arteri
karotis.
10. Penolong terus melakukan RJP hingga AED (automated external defibrillator) tiba, atau
hingga terjadi ROSC (return of spontaneous circulation), atau penolong kelelahan
sehingga kalau diteruskan akan membahayakan penolong.
11. Jika denyut nadi arteri karotis teraba dan nafas spontan, selanjutnya membaringkan
pasien dalam posisi mantap.
H. DAFTAR PUSTAKA
1) Konsil Kedokteran Indonesia. Standar kompetensi dokter Indonesia. Jakarta; 2012.
2) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Buku panduan kursus
bantuan hidup jantung dasar. Edisi 2013. Jakarta; 2013.
279
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Rekomendasi
Tidak teraba nadi dalam 10 detik (hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan)
280
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
Pada penolong terlatih tanpa alat bantu nafas lanjutan, berika 2 kali nafas
buatan setelah 30 kompresi. Bila terpasang alat bantu nafas lanjutan, berikan
nafas setiap 6 – 8 detik (8 – 10 kali/menit).
Interupsi kompresi minimal, baik sebelum atau sesudah kejut listrik. Lanjutkan
RJP, diawali dengan kompresi segera setelah kejut listrik.
281
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
282
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
I. EVALUASI
CEKLIST LATIHAN
Skor
No. Aspek
0 1 2
CIRCULATION
283
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
11. Jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat agar tidak ikut menekan.
12. Posisi tangan menetap, posisi lengan lurus, kekuatan tekanan tangan
pada badan.
16. Buka sedikit mulut penderita, tarik nafas panjang, dan tempelkan rapat
bibir penolong melingkari mulut penderita, kemudian hembuskan nafas
lambat, setiap tiupan selama 1 detik dan pastikan sampai dada
terangkat.
284
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016
Buku Panduan CSL Semester 5 2016
18. Sesuai volume tidal yang cukup untuk mengangkat dinding dada.
20. Tetap pertahankan head tilt-chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut
penderita, lihat apakah dada penderita turun waktu ekshalasi.
22. Jika denyut nadi arteri karotis teraba dan nafas spontan, selanjutnya
membaringkan pasien dalam posisi mantap.
PROFESIONALISME
TOTAL
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
285
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2016