Anda di halaman 1dari 220

Edisi Ke 6

Januari 2021

Buku Panduan
Clinical Skills Lab (CSL)
Semester 4
Editor:
dr. Rizki Hanriko,Sp.PA
dr. Fitria Saftarina,M.Sc
dr. Giska Tri Putri, S.Ked

Clinical Skills Lab (CSL)


Fakultas Kedokteran Univeritas Lampung
Jln. Prof. Soemantri Bojonegoro No. 1 Bandar Lampung-Indonesia
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


Edisi 6: 2021

Buku Panduan Clinical Skills Lab (CSL)


Semester 4

Unit Clinical Skills Lab (CSL)


Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Bandar Lampung
2021

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian isi atau seluruh isi
buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seijin penyusun

2
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan buku panduan Clinical Skill Lab (CSL) Semester 4.
Buku ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa maupun instruktur dalam proses
pembelajaran CSL pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung (FK Unila) semester 4 tahun ajaran 2020-2021.

Buku panduan edisi keempat ini disusun dengan mengacu pada kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang dokter yang tertuang dalam Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI). Pada semester ini mahasiswa diharapkan menguasai keterampilan
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Kulit, Pemeriksaan Fisik Orthopedi, Bedah
Minor Lanjut, Anamnesis Penyakit Kardiovaskuler dan Respirasi, Pemeriksaan Fisik
Paru dan Jantung Lanjut, Pemeriksaan JVP, Pemasangan EKG dan Pembacaan serta
Interpretasi EKG, serta Pembacaan Rontgen Thorak.

Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kontributor yang


telah memberikan masukan demi memperkaya materi buku ini, maupun pihak-pihak
lain yang turut membantu hingga selesainya buku ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, semoga buku ini dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya. Untuk kesempurnaan penyempurnaan berikutnya
serta kritik dan saran juga kami harapkan.

Bandar Lampung, Maret 2021

Editor & PJ CSL 4 Tahun II

3
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................... 3


Daftar Isi.................................................................................................. 4
Tata tertib & Regulasi CSL....................................................................... 5
CSL 1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik penyakit kulit.......................... 14
CSL 2. Pemeriksaan fisik orthopedi......................................................... 33
CSL 3. Pembidaian................................................................................... 56
CSL 4. Bedah minor lanjut....................................................................... 68
CSL 5. Anamnesis penyakit kardiovaskuler............................................. 91
CSL 6. Pemeriksaan fisik jantung lanjut...................................................101
CSL 7. Pemeriksaan fisik JVP....................................................................121
CSL 8. Pemeriksaan Tredelenberg...........................................................129
CSL 9. Anamnesis penyakit respirasi.......................................................144
CSL 10. Pemeriksaan fisik paru lanjut......................................................151
CSL 11. Pemasangan EKG........................................................................169
CSL 12. Pembacaan serta Interpretasi EKG.............................................181
CSL 13. Pembacaan Rontgen Thorak.......................................................212
Pengayaan: Punksi pleura.......................................................................228

4
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Regulasi Pembelajaran Clinical Skill Laboratory


CSL 4 TA 2020/2021 Dalam Jaringan
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

SURAT PERNYATAAN MENGIKUTI REGULASI CSL

1. Kegiatan CSL setiap topik terbagi atas 2 sesi. Buku Panduan CSL akan di-upload di
website;
2. Pada kegiatan CSL terdapat 2 buku, yakni Buku Panduan CSL dan Buku Kegiatan
CSL yang wajib dibawa setiap sesi;
3. Keikutsertaan 100% dan hadir tepat waktu;
4. Pada Sesi 1 akan dilakukan pre-test secara serentak melalui Gform
5. Jika nilai Pretest <70 mahasiswa masih dapat mengikuti CSL dengan mendapat
tugas yang ditentukan oleh PJ Blok;
6. Jika terlambat <30 menit dari jadwal yang ditentukan, mahasiswa diperkenankan
mengikuti CSL;
7. Jika terlambat >30 menit dari jadwal yang ditentukan, mahasiswa tidak
diperkenankan mengikuti CSL;
8. Bagi mahasiswa yang mendapatkan tugas CSL dari PJ Blok, maka tugas Wajib
dikumpulkan maksimal sebelum sesi 1 CSL selanjutnya dimulai;
9. Pada sesi 2 mahasiswa melakukan keterampilan klinik dengan video yang dinilai
oleh instruktur
10. Bila nilai tugas kurang dari 60, wajib memperbaiki dengan catatan ceklis
rekomendasi OSCE tidak di paraf;
11. Jika tidak mengumpulkan tugas tepat waktu maka tidak diperbolehkan mengikuti
remedial OSCE
12. Bagi mahasiswa yang harus mendapat tugas dan tidak melapor pada PJ maksimal
1 hari setelah pertemuan 1 maka tidak diperbolehkan ikut OSCE.
13. Penilaian dilakukan pada buku kegiatan mahasiswa dan ditandatangani oleh
instruktur saat pelaksanaan skills lab berlangsung sebagai bukti otentik latihan
5
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

serta tidak boleh disobek;


14. Pada halaman terakhir Buku Kegiatan CSL terdapat Bukti Penilaian Formatif CSL
yang harus diparaf setiap selesai latihan oleh instruktur yang bertugas;
15. Pada akhir blok, mahasiswa wajib mengumpulkan bukti CSL yaitu screenshot di
akhir sesi CSL maksimal 1 minggu sebelum OSCE berlangsung secara online via
PDF agar rekapitulasi bukti penilaian tersebut dapat diperiksa dan diberikan
rekomendasi layak/tidaknya mengikuti OSCE oleh PJ CSL blok yang bersangkutan;
16. Seluruh mahasiswa Wajib hadir pada saat breafing OSCE, bagi yang tidak hadir
tidak diperkenankan mengikuti remedial OSCE;
17. Mahasiswa/i yang tidak menghadiri CSL maka harus mendapatkan rekomendasi
dari Dekan Fakultas Kedokteran Unila untuk mengikuti CSL susulan dengan
menanggung biaya pelaksanaan CSL tersebut (seperti biaya BHP dan
pemeliharaan alat);
18. Wajib mentaati Tata Tertib dan semua aturan yang berlaku di FK Unila;
19. Hal-hal yang belum diatur dalam regulasi ini akan ditetapkan kemudian.

Bandar Lampung, …-…..-2021

(……………………………..)
NPM.

TATA TERTIB :
a. Tata tertib umum
1. Mahasiswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan blok CSL 4, yaitu :

6
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Latihan keterampilan klinik/ CSL, 2 kali seminggu kecuali jika ada libur
nasional akan disesuaikan).
 Pretest, yang akan diberikan sebelum latihan CSL di pertemuan
pertama
 Briefing OSCE dan remediasi
2. Berpakaian rapi
 Tidak diperbolehkan memakai kaus oblong, celana blue jeans,
sandal/sepatu sandal khusus mahasiswi memakai kemeja, tidak
diperbolehkan berbaju ketat, transparan dan tanpa lengan atau
terlihat ketiak serta harus memakai rok minimal di bawah lutut.
 Rambut harus rapi, tidak diperbolehkan berambut gondrong untuk
laki-laki
 Kuku harus pendek, bersih, dan tidak menggunakan cat kuku
3. Sopan santun dan etika
 Jujur dan bertanggung jawab
 Disiplin
 Tidak merokok di lingkungan kampus
 Tidak diperbolehkan membawa senjata tajam, NAPZA, alat-alat yang
tidak sesuai dengan tupoksi sebagai mahasiswa.
 Tidak diperbolehkan membuat kegaduhan
 Tidak diperbolehkan memalsukan tanda tangan PA atau para dosen
 Tidak diperbolehkan memalsukan dokumen
 Tidak diperkenankan melakukan kecurangan dalam bentuk apapun
pada saat CSL dan OSCE.

7
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

4. Mentaati peraturan akademik FK Universitas Lampung dan peraturan


akademik Universitas Lampung

b.Tata tertib Khusus


1. Kehadiran harus 100%
2. Wajib hadir tepat waktu
3. Wajib mengikuti pretest melalui Gform
4. Jika terlambat ≤ 15 menit pada pertemuan 2, mahasiswa dapat mengikuti CSL
dengan persetujuan instruktur yang bertugas pada CSL tersebut
5. Jika terlambat 15-30 menit sejak CSL dimulai sesuai jadwal pada pertemuan 1,
dianggap tidak lulus dan wajib melapor pada PJ CSL, dan diperbolehkan
mengikuti CSL
6. Jika terlambat > 30 menit sejak CSL dimulai sesuai jadwal, tidak
diperkenankan mengikuti CSL pada hari tersebut dan tidak diperkenankan
mengikuti CSL pada pertemuan kedua
7. Jika terlambat > 15 menit pada pertemuan kedua dimulai sesuai jadwal maka
tidak diperkenankan mengikuti CSL pada hari itu.
8. Pada pertemuan 1 akan dilakukan pretest secara serentak melalui Gform
9. Bila mahasiswa melakukan kecurangan pada saat pretest, maka langsung
dinyatakan tidak lulus pretest dan tidak diperbolehkan mengikuti CSL pada
hari itu
10. Nilai kelulusan pretest (minimal 70) akan diumumkan pada awal pertemuan
kedua.
11. Mahasiswa yang mendapat nilai < 70 akan mendapat giliran pertama untuk

8
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

mempraktikkan keterampilan tersebut dengan mendapat perhatian lebih dari


instruktur.
12. Mahasiswa wajib membawa buku panduan CSL dan buku kegiatan CSL di
setiap pertemuan/ sesi
13. Mengikuti pre test dan latihan CSL
14. Pada pertemuan ke-2:
a. Instruktur akan memberi umpan balik terkait video yang telah dibuat
mahasiswa, kemudian mahasiswa harus menuliskan umpan balik
tersebut pada kolom umpan balik di buku kegiatan CSL mahasiswa.
b. Instruktur menandatangani buku kegiatan setelah mengoreksi kolom
isian umpan balik sudah sesuai dengan masukan yang diberikan.
15. Bila tidak mengikuti briefing OSCE maka tidak diperkenankan mengikuti
REMEDIAL OSCE

PENILAIAN
1. Penilaian formatif
a. Kehadiran 100%, kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh
institusi
b. Nilai pretest CSL minimal 70 per keterampilan
c. Nilai sikap profesional (profesional behaviour).

9
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

1. Nilai sikap profesional diperoleh dari penilaian sikap mahasiswa


selama blok berlangsung pada seluruh proses kegiatan
pembelajaran. Penilaian dilakukan menggunakan lembar Penilaian
Sikap Profesional (Professional behaviour) pada buku log masing-
masing mahasiswa. Hasil penilaian berupa sufficient atau insuffisient.
2. Poin penilaian meliputi kedisiplinan, kejujuran, sopan santun,
penilaian, sikap sesama teman (Altruism).
d. Telah mengerjakan semua tugas yang diberikan
e. Semua penilaian formatif ini adalah prasyarat untuk mengikuti OSCE
f. Ujian OSCE akan diadakan setiap akhir semester
2. Penilaian Sumatif
Persentase penilaian akhir blok terdiri dari :
OSCE 100%

3. Nilai Akhir Blok


Huruf Mutu Bobot Skore Nilai
A 4 > 76
B+ 3,5 71- <76
B 3 66 - <71
C+ 2,5 61 - <66
C 2 56 - <61
D 1 50 -<56
E 0 <50

10
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

LESSON PLAN CSL SESI 1


No Kegiatan Alokasi Waktu
1 Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i 5 menit
2 Pre Test 10 menit
3 Overview materi 5 menit
4 Demonstrasi 10 menit
5 Mahasiswa/i berlatih 60 menit
6 Feed back dan penutup 10 menit

LESSON PLAN CSL SESI 2


No Kegiatan Alokasi Waktu
1 Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i 5 menit
2 Persiapan dan pengaturan latihan 5 menit
3 Penilaian terhadap mahasiswa yang berlatih 80 menit
4 Feed back dan penutup 10 menit

DAFTAR KETERAMPILAN CSL SEMESTER 4

No Materi Jenis Keterampilan Level


kompetensi
1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Anamnesis dan 4
Penyakit Kulit Pemeriksaan Fisik
2 Pemeriksaan fisik orthopedi Pemeriksaan Fisik 4
3 Bedah Minor Lanjut Prosedural 4
4 Stabilisasi (Pembidaian) Prosedural 4
5 Anamnesis Penyakit Kardiovaskuler Anamnesis 4
6 Anamnesis Penyakit Respirasi Anamnesis 4
7 Pemeriksaan fisik paru lanjut lanjut Pemeriksaan Fisk 4
8 Pemeriksaan fisik jantung lanjut Pemeriksaan Fisik 4
9 Pemeriksaan JVP Pemeriksaan Fisik 4
10 Pemeriksaan Tes Brodie Pemeriksaan Fisik 4
11 Pemasangan EKG Prosedural Klinik 4
12 Pembacaan dan interpretasi EKG Prosedural Klinik 4 11
13 PembacaanFakultas
Rontgen Kedokteran
Thorak Universitas Lampung
Prosedural Klinik 4
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

LEVEL OF COMPETENCE
Level Kompetensi 1 Mengetahui dan menjelaskan
Level Kompetensi 2 Pernah melihat / didemonstrasikan
Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
Level Kompetensi 3
supervise
Level Kompetensi 4 Mampu melakukan secara mandiri

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN KULIT


dr. Hanna Mutiara, M.Kes, dr. Rizki Hanriko, Sp. PA, dr. Dina Tri Amalia, dr.Dwi
Indria Anggraini,M.Sc.,SpKK

A. TEMA
Keterampilan Anamnesis dan Pemeriksaan Penyakit Kulit

B. LEVEL KOMPETENSI
Physical Examination Level of Expected
Ability
skin, inspection with magnifying glass -1- -2- -3- -4-
nails, inspection -1- -2- -3- -4-
Terminology of skin lesions
skin lesions description with primary and
secondary changes, as well as size, -1- -2- -3- -4-
distribution, expansion and configuration

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan instruksional umum


12
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Mahasiswa mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik


penyakit kulit dengan baik dan benar

2. Tujuan instruksional khusus


 Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
 Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di
akhir
 Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan
dengan permasalahan terutama masalah penyakit kulit
 Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
 Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
 Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang
dipahami responden
 Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
 Mahasiswa dapat melakukan cross check
 Mahasiswa dapat bersikap netral
 Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
 Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
 Mahasiswa mampu menciptakan hubungan dokter - pasien yang
baik dan sewajarnya dengan pasien.
 Mahasiswa mampu mengidentifikasi efloresensi kelainan kulit.
 Mampu melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis

D. ALAT DAN BAHAN


 Kapas
 Peniti
 Tabung reaksi berisi air dingin dan air panas
 Kaca objek
 Kaca pembesar

E. SKENARIO
13
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Bercak Putih
Ny. Kusti, 28 tahun datang ke tempat praktek saudara dengan keluhan
timbul bercak putih pada punggung kanan dan seperti mati rasa sejak 4
bulan lau. Lengan kanannya juga dirasakan sering kesemutan. Keluhan
tersebut menyebabkan ia kurang percaya diri. Anda melakukan anamsesis
dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis.

F. DASAR TEORI
1. Anamnesis
Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik pada masyarakat
diharapkan seorang dokter dapat memberikan penatalaksaan yang tepat.
Penatalaksanaan yang tepat diberikan berdasarkan penegakkan diagnosis
yang tepat pula. Dalam menentukan suatu diagnosis, seorang dokter akan
melalui beberapa tahapan, yakni anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

Peranan anamnesis cukup besar dalam mengarahkan dokter untuk


melakukan tahapan selanjutnya. Anamnesis yang baik akan memberikan
banyak informasi yang akan membantu dokter untuk mengarahkan
pemeriksaan selanjutnya dan anamnesis yang baik dapat tercapai jika
terdapat hubungan baik yang sewajarnya antara dokter dan pasien.

Dalam melakukan anamnesis harus mencakup komponen - komponen:


1. Identitas pasien:
 Identitas meliputi: nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama
 Identifikasi sumber informasi  dapat autoanamnesis (sumber dari
pasien) atau alloanamnesis (sumber dari keluarga atau teman
pasien, surat rujukan)
2. Tentukan Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Deskripsi yang menerangkan keluhan utama dan gejala yang
14
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

menyertainya.
4. Riwayat penyakit Dahulu:
a. Riwayat Penyakit yang pernah dialami yang berhubungan dengan
penyakit sekarang
b. Riwayat imunisasi, tes skrining alergi terhadap obat dan alergen
lain, gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit sekarang
5. Riwayat Keluarga
Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial , atau
penyakit infeksi. Pada penyakit kongenital perlu ditanya juga riwayat
kehamilan dan kelahiran
6. Riwayat Pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kebiasaan, termasuk lingkungan tempat tinggal.

Anamnesis dilakukan secara sistematis dan rasional dimana pertanyaan


yang diajukan harus terarah dan memiliki nilai diagnostik. Dalam
melakukan anamnesis,ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni:
1. Komunikasi yang mempunyai hak-hak istimewa  dialog ini harus
dijaga kerahasiannya
2. Penilaian moral  tidak ada penyakit, pola tingkah laku atau gaya
hidup yang perlu mendapat komentar benar atau salah. Anda
harus dapat bersikap profesional dan mampu memisahkan
perasaan anda tentang tingkah laku pasien.
3. Kejujuran dalam komunikasi  pemberian informasi yang benar
pada pasien
4. Hindari sikap meng-interogasi
5. Pilihan kata-kata anda sebagai dokter

2. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis, tindakan berikutnya adalah melakukan
pemeriksaan fisik berupa inspeksi. Bantuan pemeriksaan dengan kaca
pembesar dapat dilakukan. Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam
ruangan yang terang. Anamnesis terarah biasanya ditanyakan pada
15
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

penderita bersamaan dengan dilakukannya inspeksi untuk melengkapi


data diagnostik. Misalnya penderita yang menderita dermatitis pada
tangannya perlu ditanyakan ada tidaknya kelainan di tempat lain. Dalam
hal ini juga perlu dilakukan inspeksi seluruh kulit tubuh penderita.
Demikian pula perlu dilakukan pemeriksaan rambut, kuku dan selaput
lendir terutama pada penyakit tertentu, misalnya liken planus atau
psoriasis.
Pada inspeksi diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran,
batas, dan efloresensi yang khusus. Bila terdapat kemerahan pada kulit
ada tiga kemungkinan: eritema,purpura, dan teleangiektasis. Cara
membedakannya yakni ditekan dengan jari dan digeser. Cara lain ialah
diaskopi yaitu menekan dengan benda transparan (diaskop) pada tempat
kemerahan tersebut. Diaskopi positif jika warna merah menghilang
(eritema), disebut negatif jika warna merah tidak menghilang (purpura
atau teleangiektasis).

Setelah inspeksi selesai, dilakukan palpasi. Pada pemeriksaan ini


diperhatikan ada tidaknya tanda radang akut atau tidak, misalnya kalor,
dolor, fungsiolesa (rubor dan tumor dapat pula dilihat), ada tidaknya
indurasi, fluktuasi dan pembesaran KGB regional maupun generalisata.

Menurut PRAKKEN (1966) yang disebut efloresensi primer adalah :


makula, papul, plak, urtika, nodus, nodulus, vesikel, bula, pustul, dan
kista. Sedangkan efloresensi sekunder adalah skuama, krusta, erosi, ulkus
dan sikatriks. Berikut definisi berbagai kelainan kulit.
 Makula: kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna
semata-mata
 Eritema: kemerahan kulit akibat vasodilatasi kapiler reversibel
 Vesikel: gelembung berisi cairan serum, beratap, ukuran < 1/2cm
garis tengah, dan mempunyai dasar.
 Pustul: vesikel berisi nanah.
 Bula: vesikel berukuran lebih besar.
 Kista: ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel.
16
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Kista terbentuk bukan dari peradangan.


 Abses: kumpulan nanah dalam jaringan.
 Papul: penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskripta,
diameter <1/2 cm, dan berisi zat padat.
 Nodus: massa padat sirkumskripta, terletak di kutan atau
subkutan, dapat menonjol, jika diameter <1cm disebut nodulus.
 Plak: peninggian di atas permukaan kulit, permukaan rata dan
berisi zat padat (biasanya infiltrat), diameter 2 cm atau lebih.
 Tumor: istilah umum untuk benjolan berdasarkan pertumbuhan
sel maupun jaringan
 Infiltrat: tumor terdiri atas kumpulan sel radang.
 Sikatriks: jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan
kulit licin, dan tidak terdapat adneksa kulit.
 Erosi: kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basal.
Contoh: kulit bila digaruk sampai stratum spinosum akan keluar
cairan serosa dari bekas garukan
 Ekskoriasi: kehilangan jaringan samapi dengan stratum papilare.
Contoh: bila garukan lebih dalam lagi hingga tergores sampai
ujung papil, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum.
 Ulkus: hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi. Ulkus
memiliki tepi, dinding, dasar, dan isi.
 Skuama: lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
 Krusta: cairan badan yang mengering.
 Likenifikasi: penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.
 Guma: infiltrat sirkumskripta, menahun, destruktif, biasanya
melunak.
 Monomorf: kelainan kulit yang pada satu ketika terdiri atas hanya
satu macam ruam kulit.
 Polimorf: kelainan kulit yang sedang berkembang, terdiri dari
bermacam-macam efloresensi.

Berbagai isitilah ukuran, susunan kelainan/bentuk serta penyebaran


dan lokalisasi dijelaskan sebagai berikut:
17
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

I. Ukuran:
 Miliar sebesar kepala jarum pentul
 Lentikular: sebesar biji jagung
 Numular: sebesar uang logam 100 rupiah
 Plakat: lebih besar dari numular

II. Susunan kelainan/bentuk


 Liniar: seperti garis lurus
 Sirsinar/anular: seperti lingkaran
 Arsinar: seperti bulan sabit
 Polisiklik: bentuk pinggiran yang sambung menyambung
 Korimbiformis: susunan seperti induk ayam yang dikelilingi
anak-anaknnya

III. Penyebaran dan lokalisasi


 Sirkumskripta: berbatas tegas
 Difus: tidak berbatas tegas
 Generalisata: tersebar pada sebagian besar tubuh
 Regional: mengenai daerah tertentu badan
 Universal: seluruh atau hampir seluruh tubuh (90%-100%)
 Solitar: hanya satu lesi
 Herpetiformis: vesikel berkelompok seperti pada herpes zoster
 Konfluens: dua atau lebih lesi yang menjadi satu
 Diskret: terpisah satu dengan yang lain
 Serpiginosa: proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti
penyembuhan pada bagian yang ditinggalkan
 Simetrik: mengenai kedua belah badan yang sama
 Bilateral: mengenai kedua belah badan
 Unilateral: mengenai sebelah badan
Berikut akan dibahas secara singkat salah satu penyakit kulit yang masih
merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia, yaitu penyakit

18
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

kusta. Masalah ini diperberat dengan kompleksnya epidemiologi dan


banyaknya penderita kusta yang mencari pengobatan ketika sudah dalam
keadaan cacat sebagai akibat masih adanya stigma dan kurangnya
pemahaman pada sebagian besar masyarakat Indonesia.

Dokter umum sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan diharapkan


dapat melakukan deteksi dini penyakit kusta dan dapat memberikan
intervensi secara dini pada pasien. Deteksi dini ini dapat dilakukan melalui
anamnesis yang tepat dan pemeriksaan fisik dasar.

Adapun tanda kardinal (tanda utama) dalam mendiagnosis penyakit kusta


diantaranya:
1. Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula) atau
meninggi (plak). Hypesthesia pada bercak bersifat total atau
sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu dan rasa nyeri
2. Penebalan saraf tepi
Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa
gangguan fungsi syaraf yang terkena, yaitu:
 Gangguan fungsi sensoris: paresthesia
 Gangguan fungsi motoris: paresis atau paralisis
 Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema,
pertumbuhan rambut yang terganggu
3. Ditemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi
kulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari
biopsi kulit atau syaraf

Untuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus


ditemukan satu tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan,
maka kita hanya dapat mengatakan tersangka kusta dan pasien perlu
diamati dan diperiksa ulang setelah 3-6 bulan sampai diagnosis kusta
19
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

dapat ditegakkan atau disingkirkan.

G. PROSEDUR
ANAMNESIS
1. Sambung rasa/membina rapport/komunikasi non verbal yang baik
 menyambut dengan ramah,
 ucapkan salam
 persilahkan pasien untuk duduk
 perkenalkan diri anda sebagai dokter yang akan membantu
2. Tanyakan identitas pasien,
 Nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan,
status marital, suku bangsa, agama
 Selanjutnya sebut nama pasien dalam anamnesis
3. Inform Consent
 Beri penjelasan kepada pasien bahwa proses anamnesis dan
pemeriksaan ini untuk kebaikan pasien
 minta pasien untuk jujur
 beri penjelasan bahwa apa yang dikatakan oleh pasien bersifat
rahasia dan tidak dipublikasikan tanpa seijinnya.
4. Tentukan keluhan utama pasien
 Tanyakan keluhan yang menyebabkan pasien datang kepada
anda/ berobat, satu keluhan saja yang terpenting, catat sesuai
bahasa pasien.
5. Gali informasi tentang keluhan yang mendukung atau mendampingi
keluhan utama ( Riwayat Penyakit Sekarang)
Hal-hal yang harus ditanyakan antara lain:
1. Waktu dan lama keluhan berlangsung
2. Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan,
terus-menerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau
berkurang.
3. Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, atau
berpindah-pindah. Tanyakan mengenai gambaran lesi awal,

20
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

dimana lokasi awalnya, bagaimana perkembangan lesinya serta


distribusi lesi selanjutnya
4. Hubungan dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang
dan sore, atau terus-menerus tidak mengenal waktu
5. Hubungannya dengan aktifitas, misalnya bertambah berat jika
melakukan aktifitas, atau bertambah ringan jika beristirahat.
6. Keluhan-keluhan lain yang menyertai serangan, misalnya apakah
disertai rasa panas pada lesi atau tidak, adakah demam atau tidak,
apakah disertai gatal atau tidak.
Jika ada keluhan lain yang menyertai, tanyakanlah:
a. Kapan mulai terjadi hal tersebut, apakah terjadi mendadak
atau tidak
b. Apakah muncul bersamaan, mendahului, ataukah sesudahnya
2. Apakah keluhan pertama kali atau sudah berulang
3. Faktor risiko dan pencetus serangan , termasuk faktor-faktor yang
memperberat atau meringankan serangan.
Tanyakan apakah kelainan kulit ini ada hubungannya dengan
a. Penggunaan pakaian baru
b. Membersihkan tanaman atau rumah
c. Gigitan serangga atau luka (trauma) dan lain - lain
4. Apakah ada saudara sedarah atau teman-teman dekat yang
menderita keluhan yang sama/menanyakan adanya riwayat kontak
dengan penderita penyakit dengan gejala yang sama
5. Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi
atau gejala sisa
6. Upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi keluhan dan
bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum oleh
pasien, juga tidakan medis yang dilakukan (riwayat pengobatan
kuratif maupun preventif)
6. Gali informasi mengenai riwayat penyakit dahulu
 Tanyakan adanya penyakit yang pernah diderita secara kronologis
(apa, kapan, berapa lama, terapi, respons pengobatannya)

21
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Tanyakanlah apakah pasien pernah mengalami keluhan yang


sama pada masa lampau
 Tanyakan apakah sedang mendapat perawatan kesehatan
 Tanyakan riwayat imunisasi
 Tanyakan adanya riwayat alergi terhadap obat dan allergen lain
7. Selidiki hubungan keluhan/ lesi dengan riwayat pada keluarga
 Tanyakanlah riwayat penyakit yang sama dalam lingkup keluarga
atau lingkungan sekitar tempat tinggal
 Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial ,
atau penyakit infeksi. Pada penyakit kongenital perlu ditanya juga
riwayat kehamilan dan kelahiran
8. Riwayat Pribadi
 Data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Kebiasaan
pasien yang juga harus ditanyakan adalah kebiasaan berolahraga,
riwayat merokok, minuman alkohol, kebiasaan mengkonsumsi
obat-obatan. Bila ada indikasi, riwayat perkawinan dan kebiasaan
seksualnya harus ditanyakan. Anamnesis juga mengenai
lingkungan tempat tinggal pasien, serta pola diet/ kebiasaan
makan dan minum sehari-hari pasien juga penting ditanyakan.
9. Jelaskanlah pada pasien bahwa anamnesis merupakan suatu rangkaian
pemeriksaan untuk dapat mengetahui penyakit pasien dan diperlukan
pemeriksaan fisis serta pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Informed consent
b. Meminta pasien untuk membuka pakaian dan memastikan pasien
mendapat pencahayaan yang baik selama pemeriksaan
c. Perhatikanlah daerah dimana letak/ lokasi kelainan kulit tersebut
d. Dengan menggunakan kaca pembesar, perhatikanlah jenis effloresensi
yang tampak pada daerah tersebut : eritema, hipopigmentasi,
hiperpigmentasi, nodul, vesikel, bula, makula, papula, skuama, urtika,
ulkus, krusta
22
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

e. Jika seluruh permukaan lesi rata, perhatikanlah bagaimana gambaran


permukaan kulit kering yang terlihat : kering atau basah.
f. Perhatikanlah bentuk dan gambaran kelainan kulit yang tampak pada
pasien.
g. Perhatikanlah bagaimana ukuran dan distribusi kelainan kulit yang
terlihat pada pasien.
h. Perhatikanlah secara keseluruhan kulit disekitar kelainan yang ada
apakah terdapat tanda-tanda kekeringan kulit atau kulit tampak
pecah-pecah.
i. Tes fungsi sensoris (ingat CSL SS)

j. Pemeriksaan Fenomena Tetesan Lilin


Dilakukan pada pasien psoriasis, pada skuama dilakukan :
- Menggores bagian tengah skuama lesi pasien secara perlahan
dengan menggunakan pinggiran kaca objek.
- Perhatikanlah perubahan yang terjadi akibat goresan tersebut.
- Interpretasi: Positifjika terjadi perubahan warna menjadi lebih
putih.
k. Pemeriksaan fenomena Auzpits
Dilakukan pada pasien psoriasis, dimana pada skuama dilakukan:
- Menggores bagian tengah skuama lesi pasien dengan
menggunakan pinggiran kaca objek secara perlahan sampai
skuamanya terbuang habis.
- Kemudian goreslah kembali perlahan dan perhatikanlah
perubahan yang
terjadi akibat goresan tersebut.
- Interpretasi: Positif  jika terjadi perubahan dan timbul bintik-
bintik perdarahan.
l. Pemeriksaan Alopesia (pada rambut kepala)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan adanya kerontokan
rambut kepala (alopesia). Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
- Perhatikanlah secara seksama rambut kepala pasien.

23
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

- Peganglah rambut kepala pasien secara lembut dengan


menggunakan 3 jari: ibu jari, jari tengah dan jari telunjuk.
Yakinkan rambut terpegang dengan baik. Pemeriksaan dengan
menggunakan handschoen.
- Dengan tekanan ringan – sedang lakukanlah tarikan perlahan pada
rambut yang telah dipegang.
- Interpretasi:
 Normal: jika rambut yang tercabut kurang dari 6 lembar
pada ketiga jari tersebut.
 Aktif: jika yang tercabut lebih dari 6 lembar pada 3 jari yang
memegang rambut
m. Jelaskan pada pasien/keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan yang
ditemukan dan masih diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang
untuk menegakkan diagnosis.
n. Jelaskan tentang diagnosis penyakitnya, rencana pengobatan,
prognosis dan komplikasi dan berikan konseling yang diperlukan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan mengubah kebiasaan atau pola
hidup pasien menjadi lebih baik

G. DAFTAR PUSTAKA
1. Bickley Lynn S. Bates’ Guide to Physical Examination & History
Taking. 9th edition. Lippincott Williams &
Wilkins.Philadelphia.2007
2. Budimulja, Unandar. Morfologi dan Cara Membuat Diagnosis
dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. FKUI.
Jakarta. 2008
3. Mc Glynn Burnside. Adams Diagnosis Fisik. Ed 17. EGC. Jakarta
1995.
4. Vitayani Sri, dr., SpKK. Keterampilan Klinik dan Laboratorium
Indera Khusus – Kulit . FK Unhas. 2009

24
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

H. CEKLIS LATIHAN
No Aspek Feedback
I INTERPERSONAL
Sambung Rasa/membina rapport (menyambut dengan
1 ramah, salam, menyilakan duduk, perkenalan diri,
komunikasi non verbal yang baik)
Tanyakan identitas pasien, selanjutnya sebut nama pasien
2
dalam anamnesis
Beri penjelasan kepada pasien bahwa
 proses anamnesis dan pemeriksaan ini untuk
kebaikan pasien,
3  minta pasien untuk jujur dan
 beri penjelasan bahwa apa yang dikatakan oleh
pasien bersifat rahasia dan tidak dipublikasikan
tanpa seijinnya
II CONTENT
4 Tentukan keluhan utama pasien
Gali informasi tentang keluhan yang mendukung atau
mendampingi keluhan utama  Riwayat Penyakit Sekarang:
 Waktu dan lama keluhan berlangsung
 Sifat dan beratnya serangan
 Lokalisasi dan penyebarannya
 Hubungan dengan waktu
5  Hubungan dengan aktifitas
 Keluhan-keluhan lain yang menyertai serangan,
misalnya apakah disertai rasa panas pada lesi atau
tidak, adakah demam atau tidak, apakah disertai gatal
atau tidak.
Jika ada keluhan lain yang menyertai, tanyakan:
a. Kapan mulai terjadi hal tersebut, apakah
25
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

terjadi mendadak atau tidak


b. Apakah muncul bersamaan, mendahului,
ataukah sesudahnya
 Apakah keluhan pertama kali atau sudah berulang
 Faktor risiko dan pencetus serangan, termasuk faktor
yang memperberat atau meringankan serangan.
Tanyakan apakah kelainan kulit ini ada hubungannya
dengan:
a. Penggunaan pakaian baru
b. Membersihkan tanaman atau rumah
c. Gigitan serangga atau luka (trauma)
d. dan lain-lain
 Apakah ada saudara sedarah, atau teman-teman
dekat yang menderita keluhan yang sama /adanya
riwayat kontak dengan penderita penyakit dengan
gejala yang sama
 Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi
komplikasi atau gejala sisa
 Upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi
keluhan dan bagaimana hasilnya
Gali informasi mengenai riwayat penyakit dahulu secara
kronologis (apa, kapan, berapa lama, terapi, respons),
6
riwayat imunisasi, alergi terhadap obat dan allergen lain,
perawatan kesehatan,kondisi fisik
7 Selidiki hubungan gejala dengan riwayat pada keluarga
Gali informasi mengenai riwayat pribadi berupa data sosial,
ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan (kebiasaan
8 berolahraga, pola diet, riwayat merokok, minuman alkohol,
konsumsi obat-obatan), riwayat perkawinan dan kebiasaan
seksual serta lingkungan tempat tinggal pasien.
9 Jelaskan dan beri instruksi kepada pasien tentang
pemeriksaan fisik yang akan dilakukan dan meminta izin

26
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

serta kerjasama pasien


Berdiri disebelah kanan pasien.
10

Pemeriksaan Fisis Kelainan Kulit


Perhatikan di mana letak/lokasi kelainan kulit tersebut
Perhatikanlah bentuk dan gambaran kelainan kulit yang
tampak pada pasien
11
Perhatikanlah jenis effloresensi yang tampak dengan kaca
pembesar: eritema, hipopigmentasi, hiperpigmentasi,nodul,
vesikel, bula, makula, papula, skuama, urtika, ulkus, krusta
Bila seluruh permukaan lesi rata, perhatikan bagaimana
12 gambaran permukaan kulit kering yang terlihat: kering atau
basah.
Perhatikan bagaimana ukuran dan distribusi kelainan kulit yang
13
terlihat pada pasien
Perhatikanlah secara keseluruhan kulit disekitar kelainan yang
14 ada apakah terdapat tanda-tanda kekeringan kulit atau kulit
tampak pecah-pecah.
A RASA RABA
a. Pasien dalam keadaan duduk, jelaskan bahwa bilamana merasa
disinggung bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus
15
menunjukkan kulit mana yang disinggung dengan jari
telunjuknya (dikerjakan dengan mata terbuka)
b. Apabila pasien sudah paham  Minta pasien memejamkan
16
matanya atau ditutup menggunakan penutup mata
17
c. Periksa lesi di kulit dan bagian kulit lain yang dicurigai
18
d. Periksa sensibilitas kulit yang sehat dan yang tersangka sakit
19
e. Periksa bercak pada bagian tengahnya, bukan di pinggirnya.
RASA NYERI
20
a. Tusuk kulit dengan ujung jarum yang tajam dan dengan
pangkal tangkainya yang tumpul (Pasien harus mengatakan

27
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

mana tusukan yang tajam dan mana tusukan yang tumpul)


RASA SUHU (diperiksa dengan memakai 2 tabung reaksi)
a. Siapkan tabung reaksi yang berisi air panas (40 oC) dan air
21
dingin (20oC)
b. Minta pasien untuk menutup matanya atau menoleh ke
22
tempat lain
c. Lakukan tes kontrol  kedua tabung tersebut ditempelkan
23 pada daerah kulit yang normal secara bergantian untuk
memastikan pasien dapat membedakan panas dan dingin
d. Lakukan tes pada daerah kulit yang dicurigai dengan
menempelkan kedua tabung tersebut secara bergantian (Bila
24 pada daerah kulit yang dicurigai beberapa kali pasien salah
menyebutkan rasa pada tabung yang ditempelkan, dapat
disimpulkan bahwa sensasi suhu daerah tersebut terganggu)
B PEMERIKSAAN ALOPESIA (PADA RAMBUT KEPALA)
25 Perhatikanlah secara seksama rambut kepala pasien.
Peganglah rambut kepala pasien secara lembut dengan
menggunakan 3 jari: ibu jari, jari tengah dan jari telunjuk.
26
Yakinkan rambut terpegang dengan baik. Pemeriksaan
menggunakan handschoen!
Dengan tekanan ringan – sedang lakukanlah tarikan perlahan
pada rambut yang telah dipegang.
27
Interpretasi :
Normal/Aktif
Akhiri wawancara dengan memberikan ringkasan tentang hal-
hal penting dari wawancara dan pemeriksaan fisik tersebut dan
28 berikan konseling yang diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien dan mengubah kebiasaan atau pola hidup
pasien menjadi lebih baik
II PENALARAN KLINIK
29 Mampu menjelaskan kepentingan anamnesis dalam
penegakkan diagnosis sehinga didapat penatalaksanaan yang

28
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

tepat
Mampu menjelaskan kepentingan membangun sambung rasa
30
dengan pasien
31 Mampu menjelaskan penegakkan diagnosis penyakit kusta
III PROFESIONALISM
321. Mampu menunjukan sikap percaya diri
2. Mampu menunjukkan sikap menghormati pasien
33
(etika,moral,norma sosial)
34 Mampu melakukan dengan kesalahan minimal

PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL


dr. Anggi Setiorini, dr. Dina Tri Amalia, dr.Ahmad Fauzi,SpOT.,dr.Dewi
Nurfiana,SpKFR

A. TEMA
Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dasar pada Muskuloskeletal

Tujuan Khusus
 Dapat melakukan inspeksi terhadap keadaan umum, bentuk dan penampilan cara
berjalan dan bentuk badan penderita
 Mampu melakukan palpasi pada kelainan muskuloskeletal secara benar
 Dapat melakukan pemeriksaan lingkup gerak sendi pada kelainan muskuloskeletal

C. ALAT DAN BAHAN


1. Bed periksa pasien
2. Meja dan kursi periksa
3. Goniometri

29
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

D. SKENARIO

Pasien pria gemuk, berusia 48 tahun datang dengan keluhan nyeri tajam pada sendi
lutut sebelah kanan. Keluhan sudah dirasakan hilang timbul selama 2 bulan
belakangan, namun selama 3 hari ini keluhan dirasa terus menerus dan memberat.
Keluhan disertai dengan gerak sendi terbatas karena nyeri, sulit untuk ditekuk maupun
diluruskan, dan rasa kaku sementara pada sendi tersebut setelah bangun tidur.
Keluhan bertambah nyeri apabila sendi digerakkan, sedangkan bila beristirahat
keluhan berkurang. Untuk menegakkan diagnosis anda akan melakukan pemeriksaan
fisik yang sesuai.
E. DASAR TEORI
I. Anamnesis Kelainan Muskuloskeletal
Keluhan Utama
Ada tiga keluhan utama yang sering dikeluhkan penderita yang mengalami gangguan
muskuloskeletal yaitu:
1. Deskripsi Nyeri (PQRST)
 Position: dapat menentukan posisi dan lokasi nyeri
 Quality: adalah derajat kualitas nyeri seperti rasa menusuk, panas, danlain-lain
 Radiation: penjalaran nyeri
 Severity: tingkat beratnya nyeri (sering dihubungkan dengan gangguan Activity
Daily Living (ADL)
 Timing: kapan timbulnya nyeri, apakah siang, malam, waktu istirahat, dan lain-
lain
2. Perubahan bentuk (Deformitas)
 Bengkak: biasanya karena radang, tumor, pasca trauma, dan lain-lain
 Bengkok misanya pada:
 Varus  bengkok keluar
 Valgus  bengkok kedalam seperti kaki X
 Genu varum  kaki seperti O
 Angulasi/rotasi
 Pendek  dibandingkan dengan kontralateral yang normal
3. Gangguan Fungsi (Disfungsi) Penurunan/hilangnya fungsi
 Afungsi (Tak bisa digerakkan sama sekali)
 Kaku (stiffnesss)
 Cacat (disability)

30
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Gerakan tak stabil (instability)

Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat trauma sebelumnya, mekanisme trauma, penanganan
pertama/awal,transportasi
b. Riwayat infeksi tulang dan sendi seperti osteomielitis/arthritis
c. Riwayat pembengkakan/tumor yang diderita
d. Riwayat kelainan kongenital muskuloskeletal seperti CTEV
e. Riwayat penyakit –penyakit diturunkan seperti skoliosis, dan lain-lain
II. Pemeriksaan Fisik Umum dan Cara Berjalan
1. Pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital
o Keadaan umum tampak sehat, sakit, sakit berat
o Tanda – tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, napas, dan
temperatur
2. Bentuk dan penampilan tubuh sewaktu datang
a. Bentuk tubuh: Normal, Athletic, dwarfi, bongkok, miring
b. Cara penderita datang: Normal, pincang, digendong
3. Cara berjalan penderita yang normal dan kelainan cara berjalan
Fase jalan normal:
1. Meletakkan tumit Heel strike
2. Fase menapak Stance Phase
3. Ujung jari bertumpu Toe Off
4. Mengayun langkah Swing Phase

Kelainan Cara Berjalan

31
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

1. Antalgic gait (anti=against, algic=pain) = Nyeri waktu menapak sehingga langkah


memendek

Antagic Gait

2. Tredelenberg gait (paralise n. ischiadicus)

Tredelenberg gait

32
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

3. Stepage gait (langkah pendek-pendek)

Steppage gait

4. Pemeriksaan tonus otot


 Tonus otot diperiksa biasanya pada otot-otot ekstremitas dimana posisi
ekstremitas tersebut harus posisi relaksasi.
 Pemeriksaan dengan cara perabaan dan dibandingkan dengan otot pada sisi
lateral tubuh penderita, atau otot lainnya. Dapat juga dibandingkan dengan
otot pemeriksa yang tonusnya normal
 Yang paling sering adalah memeriksa tonus otot –otot femur pada lesi medula
spinalis
 Tonus otot bisa:
 Eutonus  tonus normal
 Hipertonus  tonus meninggi
 Hipotonus  tonus melemah

5. Pemeriksaan atrofi otot


Otot atrofi atau tidak dapat dinilai dengan cara:
 Membandingkan dengan ukuran otot pada sisi lateralnya
 Mengukur lingkaran anggota yang atropi dan dibandingkan dengan anggota
sebelahnya
III. Pemeriksaan Fisik Regional pada Kelainan Ortopedi
Pada pemeriksaan lokalis ortopedi/musculoskeletal yang penting adalah :

33
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

1. Look (inspeksi)
2. Feel (palpasi)
3. Move (pergerakan,terutama mengenai lingkup gerak)
Disamping gerak perlu dilakukan pengukuran bagian yang penting untuk membuat
kesimpulan kelainan, apakah suatu pembengkakan atau atrofi, serta melihat adanya
selisih panjang (discrepancy)

1. Look (Inspeksi)
Perhatikan apa yang dilihat, antara lain :
 Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan yaitu
bekas pembedahan)
 Birth mark (bekas melahirkan)
 Fistula
 Warna (kemerahan, kebiruan/livide, hiperpigmentasi)
 Benjolan/pembengkakan/cekukan dengan hal-hal yang tidak biasa,
misalnya ada rambut diatasnya, dst
 Posisi serta bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
 Jalan pasien (gait, waktu masuk kamar periksa)
 Deformitas: Angulasi, rotasi, shortening
 Luka: ukuran luka, terdapat perdarahan atau tidak, tepi luka, dasar
luka, bone exposed, tendon exposed,

2. Feel (palpasi)
Pada waktu ingin palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki agar
dimulai dari posisi netral/posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik bagi pemeriksa
maupun bagi penderita. Karena itu, perlu diperhatikan selalu wajah penderita
atau menanyakan perasaan penderita.
Yang dicatat pada palpasi adalah:
 Suhu serta kelembaban kulit dibandingkan dengan anggota gerak
kontralateral
 Nadi/pulsasi  terutama pada tumor
 Nadi distal (trauma pada fraktur)
 Nyeri  nyeri tekan & nyeri sumbu (terutama pada fraktur)
 Krepitasi  fraktur klavikula, OA sendi
 Fungsi saraf sensorik, motorik, dan refleks
34
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Otot, tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi


 Apabila ada pembengkakan apakah terdapat fluktuasi atau hanya
oedem, terutama daerah persendian
 Sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya dan
pergerakan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau tidak dan
ukurannya.

3. Move (pergerakan)
Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan
anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.
Perlu diingat, pemeriksaan ini bisa jadi menimbulkan nyeri sehingga perlu
dilakukan inform consent ulang sebelum melakukan pemeriksaan ini.

Pada pemeriksaan Move, periksalah anggota bagian tubuh yang normal


terlebih dahulu. Selain untuk mendapatkan kerjasama dari penderita juga
untuk mengetahui gerakan normal penderita.
 Apabila ada fraktur tentunya akan terdapat gerakan abnormal di
daerah fraktur (kecuali fraktur incomplete)
 Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran
metric. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada
gangguan gerak.
 Kekauan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh
faktor intraartikuler atau ekstraartikuler
 Pergerakan yang perlu dilihat adalah pergerakan aktif (bila penderita
sendiri yang menggerakkan) dan gerak pasif (bila pemeriksa yang
menggerakkan)
 Range of motion (ROM) : apakah terbatas karena adanya nyeri

Pada pemeriksaan selain penderita duduk atau berbaring juga perlu dilihat
waktu berdiri dan berjalan. Pada pemeriksaan jalan, perlu dinilai unutuk
mengetahui adanya pincang atau tidak. Pincang dapat disebabkan oleh
instability, nyeri, discrepancy atau fixed deformity.

Pemeriksaan Sendi

35
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan
lain-lain
 Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-lain
 Adanya bunyi “klik, krepitasi
 Adanya kontraktur sendi
 Nilai lingkup gerak sendi secara aktif atau pasif

Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi


Pemeriksaan lingkup gerak sendi (LGS) adalah pemeriksaan dengan
melakukan pengukuran luas gerakan sendi (derajat) yang terjadi dari kontraksi
dan pergerakan otot. Pemeriksaan dilakukan dengan meminta klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif ataupun pasif.

Jenis pemeriksaan lingkup gerak sendi (LGS)


a. LGS pasif, pemeriksa melakukan gerakan persendian klien sesuai
dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %
b. LGS aktif, pemeriksa memberikan motivasi dan membimbing klien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan
rentang gerak sendi normal (klien aktif). Kekuatan otot 75 %
Jenis gerakan:
a. Fleksi
b. Ekstensi
c. Hiper ekstensi
d. Rotasi
e. Sirkumduksi
f. Supinasi
g. Pronasi
h. Abduksi
i. Aduksi
j. Oposisi
Sendi yang digerakan:
ROM Pasif
Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang
terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
 Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)

36
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Bahu tangan kanan dan kiri (fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi,


Rotasi bahu)
 Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
 Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi,
abduksi/adduksi)
 Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/ adduksi,
oposisi)
 Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi
internal/eksternal)
 Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, rotasi)
 Jari kaki (fleksi/ekstensi)

Indikasi:
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama
e. Pasca trauma

Kontra Indikasi:
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (misalnya: jantung)

Pemeriksaan Goniometri
Goniometri
Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yang
berarti sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometri
berkaitan dengan pengukuran sudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari
sendi melalui tulang-tulang ditubuh manusia. Goniometri merupakan bagian
yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga meliputi jaringan lunak.

37
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Goniometri digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan gerakan


sendi aktif dan pasif. Goniometri juga digunakan untuk menggambarkan
secara akurat posisi abnormal sendi.

Prosedur
Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.
1. Meletakkan goniometer:
a. Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
b. Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen
tubuh yang statik.
c. Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
2. Membaca besaran lingkup gerak sendi (LGS) pada posisi awal
pengukuran dan mendokumentasikannya
3. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal
yang ada
4. Membaca besaran LGS

Gambar. Goniometri

38
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar. Pemeriksaan ROM dengan menggunakan goniometri

F. PROSEDUR
1. Melakukan pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital: cek keadaan umum
(tampak sehat, sakit, sakit berat) dan tanda–tanda vital seperti tekanan darah,
frekuensi nadi, napas, dan temperatur
2. Memperhatikan bentuk dan penampilan tubuh pasien sewaktu datang:
bentuk tubuh dan cara berjalan
3. Pemeriksaan Status Lokalis Muskuloskeletal
3.a. Look (Inspeksi)
Perhatikan adanya hal-hal berikut:
 Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan yaitu
bekas pembedahan)
 Birth mark (bekas melahirkan)
 Fistula
 Warna (kemerahan, kebiruan/livid, hiperpigmentasi)
 Benjolan/pembengkakan/cekukan dengan hal-hal yang tidak biasa,
misalnya ada rambut di atasnya, dst
 Posisi serta bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
 Jalan pasien (gait, waktu masuk kamar periksa)
 Perhatikan adanya angulasi (bengkok membentuk sudut) dan
diskrepensi (pemendekan) pada anggota gerak biasanya pada
fraktur

39
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Deformitas: Angulasi, rotasi, shortening


 Luka: ukuran luka, terdapat perdarahan atau tidak, tepi luka, dasar
luka, bone exposed, tendon exposed,

3.b. Feel (Palpasi)


 Periksa suhu serta kelembaban kulit dibandingkan dengan anggota
gerak kontralateral
 Cek nadi/pulsasi  terutama pada tumor
 Cek nadi distal (trauma pada fraktur)
 Raba apakah ada nyeri tekan & nyeri sumbu (terutama pada fraktur)
 Cek adanya krepitasi  fraktur klavikula, OA sendi
 Memeriksa fungsi saraf sensorik, motorik, dan refleks
 Memeriksa tonus otot pada waktu relaksasi atau kontraksi: dengan
cara meraba dan membandingkan dengan otot-otot disekitarnya
 Memeriksa adanya atrofi otot dengan cara:
 membandingkan dengan ukuran otot pada sisi lateralnya
 mengukur lingkaran anggota yang atropi dan dibandingkan
dengan anggota sebelahnya
 Memeriksa adanya angulasi dan diskrepensi pada anggota gerak
dengan membandingkan dengan anggota gerak yang lain
 Bila ada pembengkakan, periksa apakah terdapat fluktuasi atau
hanya oedem, terutama daerah persendian
 Mendeskripsikan sifat benjolan (permukaannya, konsistensinya dan
pergerakan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau tidak dan
ukurannya)
3.c. Move (Gerak)
 Informed consent (ulang). Jelaskan bahwa pemeriksaan akan terasa
nyeri dan membuat tidak nyaman serta jelaskan kemungkinan risiko
yang mungkin terjadi.
 Periksalah anggota bagian tubuh yang normal terlebih dahulu.
 Pergerakan yang perlu dilihat adalah pergerakan aktif (bila penderita
sendiri yang menggerakkan) dan gerak pasif (bila pemeriksa yang
menggerakkan)
 Perhatikan adanya gerakan abnormal di daerah fraktur (kecuali
fraktur incomplete)

40
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Menilai pergerakan sendi: adanya nyeri gerak, adanya krepitasi,


adanya kekakuan sendi
 Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran
metric.
 Nilai Lingkup gerak sendi (LGS)secara aktif atau pasif
4. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
1. PEMERIKSAAN SENDI BAHU
a. Inspeksi
 Inspeksi apakah terdapat deformitas, pembengkakan, atrofi otot
atau fasikulasi.
 Jika ada riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk lokasi
nyeri karena lokasi nyeri bisa menjadi petunjuk letak lesi,
misalnya:
o Tepat diatas bahu, menyebar sampai ke leher: sendi
acromioclavicular
o Lateral bahu, menyebar ke insersi dari musculus deltoideus-
lesi dari cuff rotator
o Bahu bagian depan: lesi dari tendon bicipitalis

Gambar Prosedur pemeriksaan LGS sendi bahu

41
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

2. PEMERIKSAAN SIKU
a. Inspeksi
 Topang lengan pasien dengan tangan pemeriksa sehingga siku
menjadi fleksi 70°.
 Inspeksi medial dan lateral epicondylus dan olecranon.
 Inspeksi kontur dari siku, termasuk permukaan ekstensor dari
ulna. Catat adanya nodul atau pembengkakan.

b. Palpasi
 Palpasi daerah olekranon dan tekan epicondylus untuk nyeri
tekan, catat jika ada dislokasi dari olekranon.
 Palpasi grooves antara epicondylus dan olekranon, perhatikan
adakah nyeri, pembengkakan atau penebalan

c. Pemeriksaan LGS Siku


 Pemeriksaan rom siku mencakup gerakan fleksi dan ekstensi
siku serta gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah.
 Pada saat pemeriksaan dengan pronasi dan supinasi,
sebelumnya mintalah pasien untuk memposisikan lengannya
fleksi pada siku untuk meminimalisasi gerakan sendi bahu.

Gambar Pemeriksaan LGS siku

3. PEMERIKSAAN PERGELANGAN TANGAN DAN JARI TANGAN


a. Inspeksi
 Inspeksi daerah palmar dan dorsal dari tangan, juga tulang dari
setiap jari tangan apakah terdapat deformitas, pembengkakan
atau angulasi.
b. Palpasi
42
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Palpasi daerah pergelangan tangan pada bagian distal radius


dan ulna dengan menggunakan kedua ibu jari pada bagian
dorsum pergelangan tangan.
 Perhatikan adakah pembengkakan, bogginess atau nyeri. Nyeri
daerah distal radius dapat menjadi pertanda adanya fraktur
colless.
 Palpasi daerah jari tangan PIP dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk,
 Perhatikan apakah terdapat nyeri, pembengkakan, dan
pembesaran tulang. Bila ditemukan nodul (pembesaran tulang)
biasanya merupakan tanda dari Osteoarthritis.

Gambar Palpasi Pergelangan Tangan dan Jari Tangan

c. Pemeriksaan LGS pergelangan tangan


Flexion
 Tempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa
memegang siku pasien.
 Posisikan pergelangan tangan pasien pada posisi ekstensi dan jari
pemeriksa pada telapak tangan pasien.
 Minta pasien untuk memfleksikan pergelangan tangannya melawan
gravitasi

Extension
 Tempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa
memegang siku pasien.

43
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Posisikan pergelangan tangan pasien pada posisi fleksi dan


tempatkan tangan pemeriksa pada punggung tangan pasien.
 Minta pasien untuk mengekstensikan pergelangan tangannya
melawan gravitasi.

Ulnar and radial deviation


 Posisikan telapak tangan pasien menghadap ke bawah.
 Salah satu tangan pemeriksa memegang pergelangan tangan pasien
dan tangan lainnya menopang telapak tangan pasien
 Minta pasien untuk menggerakan pergelangan tangannya ke arah
lateral dan medial.

Gambar Pemeriksaan LGS pergelangan tangan

d. Pemeriksaan LGS jari tangan


Flexion dan extension
 Minta pasien untuk mengepalkan tangannya kemudian
memekarkan jari-jarinya secara bergantian. Normalnya
pergerakan tersebut dapat dilakukan dengan lancar.
Abduction dan adduction
 Minta pasien untuk memekarkan jari-jarinya (abduksi) dan
merapatkan jarinya (adduksi) secara bergantian.
 Pada ibu jari, nilailah pergerakan fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi dan oposisi:
 Tes Fleksi dengan meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari
menyilang telapak tangan dan menyentuh dasar jari kelingking.
 Tes ekstensi dengan meminta pasien kembali menggerakkan
ibu jarinya

44
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Tes Abduksi dengan meminta pasien untuk memposisikan


jarinya dalam keadaan netral, telapak tangan menghadap ke
atas. Kemudian gerakkan ibu jari ke arah anterior menjauh dari
telapak tangan
 Tes adduksi dengan gerakan kembali ibu jari ke arah belakang.
 Tes oposisi dengan meminta pasien untuk menggerakkan ibu
jari menyilang telapak tangan,ibu jari menyentuh setiap ujung
jari yang lain.

Gambar Pemeriksaan ROM jari tangan

4. Pemeriksaan lutut dan ekstremitas bawah


a. Inspeksi
 inspeksi cara dan irama berjalan pasien saat memasuki ruang
pemeriksaan. Perhatikan bentuk dan kontur lutut, apakah
terdapat atrofi m. quadriceps apakah terdapat pembengkakan.
b. Palpasi
 Mintalah pasien untuk duduk di tepi bed pemeriksaan dengan
lutut dalam posisi fleksi. Pada posisi ini landmark tulang dapat
lebih mudah terlihat sementara otot, tendon dan ligament lebih
rileks, sehingga palpasi lebih mudah dilakukan.

45
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Palpasi dan identifikasi condylus femoralis media dan lateral,


epicondylus femoralis media dan lateral
 Palpasilah ligamen, batas meniscus dan bursa dari lutut,
perhatikan jika terdapat kekakuan.

c. Pemeriksaan LGS lutut


 Prinsip pemeriksaan rom lutut adalah fleksi, ekstensi, rotasi
internal dan eksternal.
 Minta pasien untuk menggerakan fleksi dan ekstensi lututnya
dalam keadaan duduk.
 Jika diperlukan, pemeriksaan dapat dilakukan dengan meminta
pasien berjongkok-berdiri yang juga dapat menilai
keseimbangan pasien.
 Minta pasien untuk memutar kakinya kearah medial dan lateral
untuk menilai rotasi.
Terkadang juga diperlukan pemeriksaan stabilitas ligament dan
integritas meniscus terutama jika terdapat riwayat trauma atau
teraba kekakuan. Pemeriksaan tersebut mencakup Abduction Stress
Test, Adduction Stress Test, Anterior Drawer Sign, Lachman Test,
Posterior Drawer Sign, dan McMurray Test yang dapat Anda pelajari
sendiri pada literatur pemeriksaan fisik.

5. Pemeriksaan pergelangan kaki dan kaki


a. Inspeksi
 Inspeksi daerah pergelangan kaki dan kaki, perhatikan apakah
terdapat deformitas, pembengkakan, nodule dan atau calus

b. Palpasi
 Palpasi dengan menggunakan kedua ibu jari pada bagian
anterior dari pergelangan kaki dan perhatikan adakah
pembengkakan dan nyeri. Nyeri lokal dapat ditemukan pada
kasus arthritis, cedera ligament, atau infeksi daerah
pergelangan kaki.
 Palpasi juga dilakukan di sendi-sendi Metatarsofalang dengan
cara menekan kaki dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk. Nyeri yang didapatkan oleh karena penekanan bisa

46
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

menjadi pertanda stadium awal dari RA atau inflamasi akut yang


disebakan oleh GOUT.

Gambar Pemeriksaan pergelangan kaki dan kaki

c. Pemeriksaan LGS pergelangan kaki dan kaki


 LGS dari pergelangan kaki adalah dorsofleksi dan
plantarfleksi.
 LGS kaki terdiri dari eversi dan inversi dengan cara
memegang pergelangan kaki dan tumit kaki pasien
kemudian minta pasien menggerakan kakinya inversi dan
eversi.

Gambar Pemeriksaan LGS pergelangan kaki dan kaki

G. DAFTAR PUSTAKA
 Bate’s barbara. Guide to Physical Examination. Lippincot. 2007. Chapter 15
 Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta:
2006

47
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

CEKLIST PEMERIKSAAN FISIK ORTHOPEDI

Feedback
No Aspek

I Sambung Rasa dan Informed consent


II PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
2 Melakukan pemeriksaan umum dan tanda-tanda
vital
3 Memperhatikan bentuk dan penampilan tubuh
pasien sewaktu datang
4 Look (Inspeksi):
Perhatikan adanya hal-hal berikut :
 Sikatrik
 Birth mark (bekas melahirkan)
 Fistula
 Warna
 Benjolan/pembengkakan/cekukan dengan
hal-hal yang tidak biasa
 Posisi serta bentuk dari ekstrimitas
(deformitas)
 Jalan pasien
 Perhatikan adanya angulasi (bengkok
membentuk sudut) dan diskrepensi
(pemendekan) pada anggota gerak
 Deformitas: Angulasi, rotasi, shortening
 Luka: ukuran luka, terdapat perdarahan atau
tidak, tepi luka, dasar luka, bone exposed,
tendon exposed
5 Feel (Palpasi):
 Periksa suhu serta kelembaban kulit
 Cek nadi/pulsasi
 Cek nadi distal (trauma pada fraktur)
 Raba apakah ada nyeri tekan & nyeri sumbu
(terutama pada fraktur)

48
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Cek adanya krepitasi  fraktur klavikula, OA


sendi
 Memeriksa fungsi saraf sensorik, motorik,
dan refleks
 Memeriksa tonus otot pada waktu relaksasi
atau kontraksi
 Memeriksa adanya atrofi otot dengan cara
 Memeriksa adanya angulasi dan diskrepensi
pada anggota gerak
 Bila ada pembengkakan, periksa apakah
terdapat fluktuasi atau hanya oedem,
terutama daerah persendian
 Mendeskripsikan sifat benjolan
(permukaannya, konsistensinya dan
pergerakan terhadap permukaan atau dasar,
nyeri atau tidak dan ukurannya)
6 Move (Pergerakan):
 Informed consent (ulang)
 Periksalah anggota bagian tubuh normal
dahulu.
 Melakukan pemeriksaan pergerakan aktif
(bila penderita sendiri yang menggerakkan)
dan gerak pasif (bila pemeriksa yang
menggerakkan)
 Periksa adanya gerakan abnormal di daerah
fraktur (kecuali fraktur incomplete)
 Menilai pergerakan sendi: adanya nyeri
gerak, adanya krepitasi, adanya kekakuan
sendi
 Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat
gerakan dari tiap arah pergerakan, mulai dari
titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran
metric.
 Nilai Lingkup gerak sendi (LGS)secara aktif
atau pasif
III Lgs
49
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

a. Bahu
7 Lakukan inspeksi: apakah terdapat deformitas,
pembengkakan, atrofi otot atau fasikulasi
8 Jika ada riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk
menunjuk lokasi nyeri, lakukan palpasi pada area
tersebut.
9 Lakukan pemeriksaan LGS sendi bahu dengan
memegang sendi bahu pasien dan meminta pasien
untuk:
10 Mengangkat lengannya (abduksi) setinggi bahu
(90°) dengan telapak tangan menghadap ke atas
11 Mengangkat lengannya vertical di atas kepala
dengan telapak tangan saling berhadapan
12 Menempatkan kedua tangan di belakang lehernya
dengan siku menghadap keluar
13 Menempatkan kedua tangan dibelakang tubuh
b. Siku
14 Lakukan inspeksi dengan menopang lengan pasien
dengan tangan pemeriksa sehingga siku menjadi
fleksi 70°. Perhatikan epicondylus medial dan lateral
serta olecranon. Perhatikan kontur siku, apakah
terdapat nodul atau pembengkakan.
15 Lakukan palpasi daerah olekranon dan tekan
epicondylus untuk nyeri tekan. Perhatikan apakah
terdapat dislokasi olekranon, adakah nyeri,
pembengkakan atau penebalan antara epicondylus
dan olekranon.
16 Lakukan pemeriksaan LGS Siku dengan meminta
pasien untuk:
17 Melakukan gerakan fleksi pada sikunya
18 Melakukan gerakan ekstensi pada sikunya
19 Memposisikan sikunya fleksi kemudian melakukan
gerakan pronasi (telapak tangan menghadap ke
bawah)
20 Lengan tetap fleksi pada siku kemudian melakukan

50
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

gerakan supinasi (telapak tangan menghadap ke


atas)

C LGS Jari dan Pergelangan Tangan


21 Lakukan inspeksi daerah palmar dan dorsal tangan
serta jari tangan, perhatikan apakah terdapat
deformitas, pembengkakan atau angulasi.
22 Lakukan palpasi daerah pergelangan tangan pada
bagian distal radius dan ulna dengan menggunakan
kedua ibu jari. Perhatikan adakah pembengkakan,
bogginess atau nyeri. Palpasi daerah jari tangan
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
Perhatikan adakah nyeri, pembengkakan atau
pembesaran tulang.
23 Lakukan pemeriksaan LGS pergelangan tangan:
24 Flexion:
a) Menempatkan lengan bawah pasien di atas
meja periksa, pemeriksa memegang siku
pasien.
b) Memposisikan pergelangan tangan pasien
pada posisi ekstensi dan jari pemeriksa pada
telapak tangan pasien.
c) Meminta pasien untuk memfleksikan
pergelangan tangannya melawan gravitasi
25 Extension:
a) Menempatkan lengan bawah pasien di atas
meja periksa, pemeriksa memegang siku
pasien.
b) Memposisikan pergelangan tangan pasien
pada posisi fleksi dan tangan pemeriksa pada
punggung tangan pasien.
c) Meminta pasien untuk mengekstensikan
pergelangan tangannya melawan gravitasi.
26 Ulnar and radial deviation:
a) Memposisikan telapak tangan pasien
menghadap ke bawah.

51
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

b) Memegang pergelangan tangan pasien dan


menopang telapak tangan pasien
c) Meminta pasien untuk menggerakan
pergelangan tangannya ke arah lateral dan
media
27 Lakukan pemeriksaan LGS jari tangan :
28 Flexion dan extension:
Meminta pasien untuk mengepalkan tangannya
kemudian memekarkan jari-jarinya secara
bergantian
29 Abduction dan adduction:
Meminta pasien untuk memekarkan jari-jarinya
(abduksi) dan merapatkan jarinya (adduksi) secara
bergantian
30 Lakukan pemeriksaan LGS ibu jari:
31 Tes Fleksi:
Meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari
menyilang telapak tangan dan menyentuh dasar jari
kelingking
32 Tes ekstensi :
Meminta pasien kembali menggerakkan ibu jarinya
33 Tes Abduksi:
Meminta pasien untuk memposisikan jarinya dalam
keadaan netral, telapak tangan menghadap ke atas.
Kemudian gerakkan ibu jari ke arah anterior
menjauh dari telapak tangan.
34 Tes adduksi:
Meminta pasien menggerakan kembali ibu jari ke
arah belakang.
35 Tes oposisi:
Meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari
menyilang telapak tangan,ibu jari menyentuh setiap
ujung jari yang lain
D LGS Lutut
36 Lakukan inspeksi cara dan irama berjalan pasien.
Perhatikan pula bentuk dan kontur lutut, apakah
52
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

terdapat atrofi M. quadriceps, apakah terdapat


pembengkakan.
37 Lakukan palpasi dengan meminta pasien untuk
duduk di tepi bed pemeriksaan dengan lutut fleksi.
Palpasi dan identifikasi condylus femoralis media
dan lateral, epicondylus femoralis media dan lateral
serta ligamen, batas meniscus, perhatikan jika
terdapat kekakuan.
38 Lakukan pemeriksaan LGS lutut:
39 Fleksi dan Ekstensi:
Meminta pasien untuk menggerakan fleksi dan
ekstensi lututnya dalam keadaan duduk.
40 Rotasi internal dan eksternal:
Meminta pasien untuk memutar kakinya kearah
medial dan lateral
E LGS Pergelangan Kaki
41 Lakukan inspeksi daerah pergelangan kaki dan kaki,
perhatikan apakah terdapat deformitas,
pembengkakan, nodule dan atau calus
42 Lakukan palpasi dengan menggunakan kedua ibu
jari pada bagian anterior dari pergelangan kaki.
Perhatikan adakah pembengkakan dan nyeri.
Palpasi sendi metatarsofalang dengan menekan
kaki dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk.Perhatikan adakah pembengkakan dan
nyeri
43 Lakukan pemeriksaan LGS pergelangan kaki dan
kaki dengan:
44 Meminta pasien melakukan gerakan dorsofleksi dan
plantarfleksi
45 Eversi dan inversi:
Peganglah pergelangan kaki dan tumit kaki pasien
Pinta pasien menggerakan kakinya inversi
(memutar ke medial) dan eversi (memutar ke
lateral)
IV PROFESIONALISME
53
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

46 Melakukan dengan percaya diri


47 Melakukan dengan kesalahan minimal

STABILISASI (PEMBIDAIAN)
dr. Reni Zuraida, M.Si, dr.Rizki Hanriko, dr.Ahmad Fauzi,SpOT

A. TEMA
Keterampilan prosedural pembidaian

B. LEVEL KOMPETENSI

Physical Examination Level of Expected


Ability
Assessment and care external injuries -1- -2- -3- -4-
(wounds, bleeding, burns, distortion,
dislocation, fractures)

54
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

stop bleeding (direct pressure, pressure -1- -2- -3- -4-


point, Pressure bandage)
Fracture stabilisation (without plaster) -1- -2- -3- -4-

C. TUJUAN PEMBELAJARAN:
 Mampu melakukan terapi pembidaian
 Mampu memilih alat untuk pembidaian
 Mampu menjelaskan tujuan dan intrepretasi hasil pembidaian
 Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pembidaian

D. ALAT DAN BAHAN


 Bidai
 Sendok es krim/ belahan bambu yang kecil
 Kassa gulung
 Kapas
 Plester lakban
 Elastic perban
 Mitela/ kain

E. SKENARIO
Trauma
“Muskel, berumur 30 tahun merasakan nyeri hebat pada bagian lengan
kanannya. Ia baru saja mengalami kecelakaan sepeda motor. Ia melihat
lengannya bengkak dan nampak deformitas. Akibatnya ia tidak dapat
menggerakkan lengannya. Penduduk yang datang membantu, Muskel
kemudian dibawa ke dokter praktek umum yang ada di dekat tempat
kejadian. Oleh sang dokter, lengan Muskel dibalut lalu di gantung pada
bahunya dengan menggunakan selendang. Selanjutnya Muskel dirujuk ke
rumah sakit dan setibanya disana muskel lalu dirontgen sesuai
permintaan. Hasilnya dikatakan bahwa lengannya patah……

F. DASAR TEORI

55
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Pembidaian adalah tindakan memfixasi/imobilisasi bagian tubuh yang


mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku
maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator.

Tipe-tipe bidai:
1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium
atau bahan lainyang keras.
2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut
atau bahan yang lunak lainnya.
3. Bidai Traksi
Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur
femur sehingga dapat terhindari kerusakan yang lebih lanjut.
Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk
menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah
meregangkan atau menggerakkan tulang yang patah sampai
ujung-ujung tulang yang patah menyatu.

Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan :


1. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
2. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
3. Dislokasi persendian

Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian
tubuh ditemukan:
1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi
“krek”.
2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau
mengalami angulasi abnormal
3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
4. Posisi ekstremitas yang abnormal
5. Memar
6. Bengkak
7. Perubahan bentuk
56
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

8. Nyeri gerak aktif dan pasif


9. Nyeri sumbu
10. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan
ekstremitas yang mengalami cedera (Krepitasi)
11. Fungsiolesa
12. Perdarahan bisa ada atau tidak
13. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
14. Kram otot di sekitar lokasi cedera
Catatan: Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka
perlakukanlah pasien seperti orang yang mengalami fraktur.

Tujuan pembidaian:
1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;
2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah,
otot, saraf dan lainnya.
3. Mempermudah transportasi pasien
Prinsip Pembidaian:
1. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;
2. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak
perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;
3. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat Pembidaian:
1. Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam,
gelang dll)
2. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan
sesudah pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya.
3. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah
fraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di
bawah dan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai
bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi
pergelangan kaki maupun lutut.

57
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

4. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami


fraktur maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan
jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam
meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. Pada
trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di
bagian proksimal dan distal.
5. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat
terbantu dengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika
saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau
pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk
melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi,
jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami
fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang
yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan
dan berisiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.
6. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang
dibidai terutama pada daerah tubuh yang
keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi sela
antara ekstremitas dengan bidai.
7. Pasang bidai pada 3 sisi, yakni sisi lateral, medial, dan dorsal/volar
8. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat
tepat di bagian yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4
ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik yang berada pada
posisi:
a. superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur,
b. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama,
c. inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur ,
d. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)
9. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat
sehingga mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai.
Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu mencegah
pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera.
10. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat.
58
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

11. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;


12. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan
dalam tindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan
bahan yang sesuai untuk membidai, cedera pada tungkai bawah
seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang
cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa
diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari
disebelahnya sebagai perlindungan sementara.

Kontra Indikasi Pembidaian


Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas,
pernapasan dan sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat
gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan yang berat pada distal
daerah fraktur, jika ada risiko memperlambat sampainya penderita ke
rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.

Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut
bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian:
1. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur
oleh ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau
manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur
saat memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat
3. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita
menunggu terlalu lama selama proses pembidaian.
G. PROSEDUR
1. Mempersiapkan penderita
a. Ingat prosedur BLS: D R A B C.
b. Tenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa anda akan memberikan
pertolongan kepada penderita.
c. Cari tanda adanya fraktur atau dislokasi (ingat 14 tanda kecurigaan
fraktur di atas).
59
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

d. Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang


prosedur tindakan yang akan dilakukan.
e. Minimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan atau
memindahkan korban sampai daerah yang patah tulang
distabilkan kecuali jika keadaan mendesak dan berbahaya.
f. Robek/ guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jika
diperlukan, kainnya dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
g. Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka
jelaskan pada penderita bahwa sebaiknya perhiasan yang dipakai
pada lokasi itu dilepaskan.
h. Jika luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahannya.
Bersihkan luka dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan
dengan kasa steril (Pressure bandage). Jika luka tersebut
mendekati lokasi fraktur, maka anggap patah tulang terbuka.
Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul
dengan bahan yang se-steril mungkin. Pada fraktur terbuka,
kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial. Jangan
pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pula
mencoba untuk membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur
terbuka tanpa sterilitas hanya akan menambah masalah.
i. Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur
i. Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah,
ataukah bahkan mungkin menghilang?
ii. Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari pada
ekstremitas yang cedera dan ekstremitas kontralateral secara
bersamaan. Lepaskan tekanan secara bersamaan. Periksalah
apakah pengembalian warna kemerahan terjadi bersamaan
ataukah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang
mengalami fraktur.
iii. Jika terdapat gangguan pulsasi atau sensasi raba boleh
dilakukan tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami
deformitas. Proses pelurusan ini harus hati-hati agar tidak
makin memperberat cedera.
60
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

iv. Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus


langsung dibawa ke rumah sakit secepatnya.

2. Persiapan alat
a. Gunakan alat bidai standar yang telah dipersiapkan, namun juga bisa
dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting
pohon, papan kayu.
b. Panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang akan
dibidai. Ukur pada bagian tubuh yang sehat.
c. Jika menggunakan bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll)
sebaiknya dibungkus/dibalut terlebih dahulu dengan bahan yang
lebih lembut (kain, kassa, dll). Sebelum dipasang lapisi bidai yang
telah dibalut dengan kapas.
d. Siapkan elastic perban untuk fraktur clavicula.
e. Siapkan plester lakban untuk fraktur costae.

4. Pelaksanaan Pembidaian
a. Fraktur calvicula, lakukan imobilisasi dengan cara:
Minta pasien meletakkan kedua tangan
pada pinggang
Minta pasien membusungkan dada,
tahan
Gunakan perban elastik, lingkarkan
membentuk angka 8 (Ransel perban).

b. Fraktur humerus bagian medial


Kalau ada berikan analgetik/ kompres es
Gunting mitella jadi 2/ 4 tapi tidak putus
Rapatkan lengan pada dinding dada,
pasang bidai pada sisi luar
Ikat dan balut dengan mitela/kain
61
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

c. Fraktur humerus bagian distal


 Siku sukar dilipat (nyeri), luruskan saja
 Pasang dua buah bidai dari ketiak sampai
pergelangan tangan
 Ikat dengan kain 4 tempat. (ingat teori di atas)

d. Fraktur antebrachii
Pasang dua buah bidai sepanjang siku sampai ujung
jari
Ikat bidai mengelilingi ekstremitas, tapi jangan terlalu
keras
Gantung bidai dengan mitela/kain ke pundak-leher

e. Fraktur digiti
Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau
gunakan jari sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang
fraktur, gunakan jari telunjuk dan jari manis sebagai
pengganti bidai, kemudian ikat dengan plester.
f. Fraktur costae, lakukan imobilisasi dengan cara:
 Bersihkan dinding dada
 Minta penderita menarik napas dan
menghembuskan napas sekuatnya.
 Pasang plester stripping pada saat ekspirasi
maksimal tersebut.
 Plester dipasang sejajar iga mulai dari iga terbawah.
 Ulangi prosedur sampai plester terpasang
.
g. Fraktur tulang panggul ( os simfisis
pubis)
Rapatkan kedua kaki
62
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Pasang bantal dibawah lutut dan sisi kiri kanan panggul


Ikat kedua kaki pada 3 tempat (lihat gambar)

h. Fraktur femur
Pasang bidai di bagian
dalam,luar dan sisi
belakang paha
Jika patah paha bagian atas, bidai sisi luar harus sampai
pinggang

i. Fraktur patella
Pasang bidai pada bagian
bawah
Pasang bantal lunak di bawah lutut dan pergelangan kaki

j. Fraktur tungkai bawah


Pasang bidai melewati 2 sendi,yakni
pada sisi luar, sisi dalam serta
belakang tungkai
Pasang padding

k. Fraktur tulang telapak kaki


pasang bantalan (kassa/kain)pada telapak kaki
pasang bidai di telapak kaki, kemudian ikat.

H. DAFTAR PUSTAKA
 Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.
 Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007
 Burnside-Mc Glynn: Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta: 1995

I. CEKLIS LATIHAN PEMBIDAIAN

63
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

No Aspek Feedback

INTERPERSONAL
1 Cek keadaan penderita  D-R-A-B-C
2 Perkenalkan diri anda
3 Beritahu penderita bahwa anda akan menolong
CONTENT
4 Cek tanda-tanda fraktur
 Tanyakan apakah Penderita merasakan tulangnya terasa
patah atau mendengar bunyi “krek”.
5  Lihat apakah ekstremitas yang cedera lebih pendek dari
yang sehat, atau mengalami angulasi abnormal
6  Minta penderita untuk menggerakkan ekstremitas yang
cedera ( tidak bisa)
7  Apakah penderita kesakitan? Atau merasa nyeri saat
diminta menggerakkan ekstremitas yang cedera?
8  Tanyakan apakah ada Krepitasi
9  Perhatikan apakah posisi ekstremitas abnormal
10  Lihat apakah ada Memar
11  Perhatikan adanya Bengkak
12  Perhatikan adanya perubahan bentuk
13  Perhatikan ada tidaknya perdarahan
14  Raba pulsasi.
 Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi
cedera
15  Palpasi adanya Kram otot di sekitar lokasi cedera
16 Bebaskan area fraktur
 Lepaskan segala atribut yang melekat ( cincin, jam dll)
 Robek/ gunting pakaian yang menutupi
17 Siapkan bidai, ukuran bidai harus meliputi 2 sendi dari tulang yang
fraktur.
Ukur bidai pada anggota tubuh yang tidak sakit.
18 Balut bidai dengan kassa gulung
19 Sebelum dipasang, letakkan kapas pada bidai
Fraktur clavicula

64
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

20 Minta pasien meletakkan kedua tangan di pinggang


21 Minta pasien membusungkan dada, ekstensi bahu
22 Pergunakan elastic perban
Balut melewati kedua bahu membentuk angka 8 ( tas ransel)
Fraktur humerus bagian medial
23 Kalau ada berikan analgetik/ kompres es
24 Gunting mitella jadi 2/ 4 tapi tidak putus
25 Rapatkan lengan pada dinding dada, pasang bidai pada sisi luar
26 Ikat dan balut dengan mitela/kain, gantungkan ke pundak-leher
Fraktur humerus bagian distal
27 Siku sukar dilipat (nyeri), luruskan saja
28 Pasang dua buah bidai dari ketiak sampai pergelangan tangan
29 Ikat dengan kain 4 tempat
Fraktur antebrachii
30 Pasang dua buah bidai sepanjang siku sampai ujung jari
31 Ikat bidai mengelilingi ekstremitas, tapi jangan terlalu keras
32 Gantung bidai dengan mitela/kain ke pundak-leher
Fraktur digiti
33 Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau
gunakan jari sebelahnya
34 kemudian ikat dengan plester.
Fraktur costae
35 Minta penderita menarik napas dan menghembuskan napas
sekuatnya, tahan.
36 Pasang plester stripping pada saat ekspirasi maksimal tersebut.
37 Plester dipasang sejajar iga mulai dari iga terbawah.
Fraktur tulang panggul ( os simfisis pubis)
38 Rapatkan kedua kaki penderita
39 Pasang bantal dibawah lutut dan sisi kiri kanan panggul
40 Ikat kedua kaki pada 3 tempat
Fraktur femur
41 Pasang bidai di bagian dalam dan luar paha
42 Jika patah paha bagian atas, bidai sisi luar harus sampai pinggang
Fraktur patella
43 Pasang bidai pada bagian bawah

65
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

44 Pasang bantal lunak di bawah lutut dan pergelangan kaki


45 Ikat pada 4 tempat
Fraktur tungkai bawah
46 Pasang bidai melewati 2 sendi, luar dan dalam
47 Ikat pada 4 tempat
Fraktur tulang telapak kaki
48 Pasang bantalan (kassa/kain)pada telapak kaki
49 Pasang bidai di telapak kaki, kemudian ikat.
50 Periksa kembali pulsasi daerah distal dari fraktur
51 Rujuk pasien ke rumah sakit
PROFESSIONALISM
52 Clinical reasoning
53 Melakukan dengan penuh percaya diri
54 Melakukan dengan kesalahan minimal

66
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

BEDAH MINOR LANJUT


dr. M. Ricky R., M. Sc., dr. Reni Zuraida, M.Si,
dr. Hanna M, M.Kes., dr. Anggi Setiorini, dr.Nisa Karimah,M.Sc

A. Tema
Jahitan, simpul, insisi, dan ekstirpasi

B. Tujuan
 Mahasiswa mampu melakukan pembersihan luka
 Mahasiswa mampu melakukan aseptik dan antiseptik sebelum
melakukan tindakan
 Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan jenis jahitan dan simpul
 Mahasiswa mampu melakukan teknik menjahit dan membuat simpul
 Mahasiswa mampu melakukan teknik melepaskan jahitan
 Mahasiswa mampu melakukan tindakan insisi
 Mahasiswa mampu melakukan tindakan ekstirpasi

C. Alat dan Bahan


 Air steril atau NaCl 0,9%
 Kassa steril
 Set aseptic dan antiseptic (Doek sudah dalam keadaan terpasang)
 Minor set
 Needle
 Benang jahit (Siede)
 Busa
 Handschoen

D. Skenario

67
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Seorang anak A, umur 12 tahun merasakan nyeri setelah terjatuh dari pohon
dan terkena pecahan kaca pada lengannya. Ia dapat melihat luka robek pada
lengannya dan mengeluarkan darah.

E. Dasar Teori

Pembersihan luka dilakukan untuk mengurangi potensi infeksi dan juga


mengoptimalisasi penyembuhan luka. Kotoran, bakteri, eksudat, materi
purulen, dan juga bahan sisa obat topikal dapat dicuci bersih. Hampir seluruh
luka harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan.
Cairan dan bahan pembersihan luka :
1. Larutan Fisiologis NaCl 0,9% (Normal Saline)
Saline menjadi cairan pembersih yang paling sering digukan karena
bersifat fisiologis dan selalu aman. Namun tidak maksimal untuk
membersihkan luka yang kotor maunpun luka nekrosis. Cairan yang
digunakan harus yang baru dibuka karena 24 jam setelah dibuka,
pertumbuhan bakteri dapat terjadi.

2. Povidone Iodine
Cairan ini bersifat sitotoksik pada jaringan yang sehat dan juga jaringan
bergranulasi. Dapat terjadi perubahan warna pada kulit dan juga cepat
mengering serta dapat menimbulkan iritasi lokal pada kulit sekitar
luka. Cairan ini juga tidak efektif membunuh bakteri pada konsentrasi
yang aman untuk menyembuhkan jarinagn. Penggunaannya sekarang
tidak direkomendasikan.

3. Hidrogen Peroksida
Cairan ini bersifat sitotoksik pada jaringan yang sehat dan juga jaringan
bergranulasi. Cairan ini juga tidak efektif membunuh bakteri pada
konsentrasi yang aman untuk menyembuhkan jarinagn.
Penggunaannya sekarang tidak direkomendasikan.

4. Pembersih luka komersial


68
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Luka kering dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu ditekan dan


digosok pelan-pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi
dengan air steril atau NaCl 0,9% . Luka basah dan mudah berdarah dibersihkan
dengan cara disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa dengan
air matang) atau NaCl 0,9 (teknik irigasi).

Penjahitan luka dilakukan untuk merapatkan tepi-tepi luka sebagai usaha


penyembuhan luka per primum dengan edema minimal dan tidak ada infeksi
loka. Oleh karena itu diperlukan suatu pengetahuan teknik menjahit yang lige
artis. Teknik menjahit sangat tergantung dari beberapa hal antara lain luka
(bentuk sayatan, bersih atau kotor, ada tidaknya kehilangan jaringan) dan juga
pada instrumen, benang, jarum, jahitan dan simpul. Dan semuanya
memnentukan penyembuhan luka dan perawatannya.

Peralatan yang digunakan:


1. Tissue forceps (pinset) terdiri dari dua bentuk yaitu pinset yang bergigi di
ujungnya (surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu atraumatic
tissue forceps
2. Needle holders yaitu pemegang jarum, seperti klem tetapi biasanya
mempunyai lubang di tengah
3. Suture needle (jarum)
4. Hemostatic forceps ujung tak bergigi (pean) dan ujung bergigi (kocher)

Sebelum melakukan penjahitan luka, tahapan yang harus dilakukan adalah :


(1) Prinsip aseptik dan antiseptik pada baik pada tenaga medis dan pasien
(2) Melakukan pembersihan luka dahulu apabila lukanya kotor dengan
menggunakan antiseptik
(3) Melakukan anestesi lokal dengan teknik infiltrasi
(4) Melakukan esksisi jaringan apabila ada jaringan yang rusak, mati, atau
kotor, apabila ada perdarahan maka dilakukan hemostasis perdarahan
(penghentian perdarahan)

69
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Peralatan dengan pegangan berbentuk cincin:


Semua peralatan ini harus digunakan oleh tangan dalam posisi
setengah supinasi atau supinasi sempurna; bila tangan diputar menjadi
supinasi.
Menggunakan Benang halus dan pemegang jarum :
Sebagian besar jahitan sederhana yang paling baik dikerjakan menggunakan
jarum kecil jenis cutting berbentuk setengah lingkaran pada sebuah pemegang
jarum. Sebaiknya menggunakan jarum tanpa mata kecuali pada keadaan yang
tidak memungkinkan.

(1) Angkat dan sedikit balikkan keluar lipatan dengan pinset bergigi
(2) Pegang pemegang jarum baik dengan cara memegang standar melalui
cincin, atau bila dengan telapak tangan Anda
(3) Arahkan jarum pertama kali vertikal menembus lipatan dan diikuti gerakan
memutar sementara anda menahan jaringan dengan menggunakan pinset
(4) tangkap ujung jarum dengan pinset atau pemegang jarum dan tarik jarum.
Kemudian masukkan jarum menembus belahan yang kedua

70
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 1-A s/d 1-D Teknik penjahitan

71
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 2-A s/d 2-E Teknik Simpul

Pemilihan Jarum
Jarum terdiri dari:
72
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

o Jarum traumatis: jarum yang mempunyai ‘mata’ untuk memasukkan


benang di bagian ujung tumpulnya sehingga benangnya bisa diganti. Pada
bagian yang bermata ukurannya lebih besar dari bagian ujung yang tajam.
o Jarum atraumatis: jarum yang tidak memiliki mata sehingga ujung
jarumnya langsung dihubungkan dengan benang dan memiliki ukuran
penampang yang sama.
o Jarum cutting: jarum yang penampangnya berbentuk segitiga atau pipih
dan tajam. Dipakai untuk menjahit kulit dan tendon
o Jarun non-cutting (tappered): jarum yang penampangnya bulat dan
ujungnya saja yang tajam. Dipakai untuk menjahit jaringan yang lunak

Pemilihan Benang
Benang terdiri dari :
o Benang yang dapat diserap (absorbable) digunakan untuk menjahit
jaringan di bawah kulit ,contoh :
 catgut : terbuat dari usus halus dan kucing
 benang sintesis : multifilamen (asam poliglikoliat dan asam
 poliglaktik) dan monofilamen (polidiaksone)
o Benang yang tidak diserap (non aborbable) digunakan untuk menjahit kulit
 Sutera
 Poliester (dacron)
 Polipropilene (prolene)
 Kawat baja

Teknik Penjahitan Luka:


1. Penjahitan terputus (Interrupted suture):
 Merupakan standar baku dan jenis jahitan yang paling sering
digunakan.
 Bisa dilakukan pada semua jenis luka.
 Memiliki kekuatan tarik lebih besar dan kecenderungan minimal dalam
menyebabkan edema luka dan gangguan sirkulasi kulit
 Bisa berupa jahitan terputus sederhana (simple interrupted suture)
2. Penjahitan continuous
73
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Sering digunakan untuk menjahit luka yang lama dimana ketegangan


kulit dapat diminamalisasi dengan penjahitan yang dalam.
 Sering digunakan untuk penutupan kulit kepala
 Memberikan keuntungan dalam hemostasis dengan mengkompresi
tepi luka.
3. Penjahitan Matras
 Jahitan matras vertikal teknik ini digunakan jika eversi tepi luka tidak
bisa dicapai hanya dengan menggunakan jahitan terputus, misalnya di
daerah yang lemak sunkutannya tipis dan tepi luka cenderung masuk
ke dalam.
 Jahitan matras horizontal teknik ini digunakan untuk menautkan fascia
dan aponeurosis. Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit
lemak subkutan karena membuat kulit di atasnya bergelombang.
4. Penjahitan Subcuticular
 Dapat dilakukan secara terputus atau kontinyu.
 Pada penutupan subkutan kontinyu, jarum lewat secara horizontal
pada dermis superfisial sejajar permukaan kulit untuk mendekatkan
permukaan kulit
 Teknik ini menghindari perlunya jahitan kulit luar dan mengurangi
kemungkinan timbulnya bekas jahitan pada kulit

Pengangkatan Jahitan (Up Hecting):


Pengangkatan jahitan dapat dilakukan dapat dilakukan setelah kira-kira 7-10
hari. Pengangkatan jahitan bisa dipengaruhi lokasi penjahitan luka, dan ada
atau tidaknya infeksi. Sebelum pengangkatan jahitan, adanya crusta pada
jahitan dilakukan debridemen menggunakan hidrogen peroksida yang dilapisi
kasa.

74
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar Pencabutan Simpul

Tabel 1. Lama Waktu Penjahitan Luka sampai Pelepasan Jahitan

Lokasi Lama Hari


Wajah 3-5
Kulit Kepala 10
Dada 8-10
Punggun 10-14
Lengan 10-14
Jari 8-10
Telapak tangan 8-10
Ekstermitas bawah 8-12
Telapak kaki 10-12

Sumber: Tintinalli, JT dkk. 2004. Tintinalli's Emergency Medicine: A Comp

75
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar. Jenis-jenis jahitan

Gambar. Tehnik Jahitan simple interupted

76
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar. Cara memegang peralatan bercincin


Sumber : Dudley,HAF dkk. 1995. Pedoman tindakan praktis medik dan
bedah. EGC. Jakarta

77
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar Anatomi Jarum


Sumber : ETHICON Wound Closure Manual. Ethicon,Inc.

Tabel Jenis Jarum


Jenis jarum Gambar

Cutting

78
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Reverse Cutting

Taper

Sumber: ETHICON Wound Closure Manual.


Ethicon,Inc.

TEKNIK INSISI
Insisi adalah sayatan yang dilakukan pada jaringan dengan instrumen yang
tajam tanpa melakukan pengangkatan organ atau jaringan tersebut. Insisi
harus cukup panjang agar operasi dapat leluasa dikerjakan tanpa retraksi yang
berlebihan. Retraksi yang berlebihan akan meningkatkan rasa nyeri pasca
bedah. Usahakan agar insisi dibuat hanya dengan satu sayatan, karena sayatan
tambahan akan meninggalkan bekas yang lebih buruk

Insisi dilakukan sebagai akses awal menuju daerah tujuan operasi. Insisi
dilakukan setelah mengkaji kembali  diagnosa dan tujuan terapi bedah.
Perencanaan insisi  harus disertai dengan perencanaan penutupan defek yang
ditimbulkannya. Pengambilam masa di subkutis yang tidak membuang kulit
mungkin tidak akan menimbulkan masalah saat penutupan defek, tetapi jika

79
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

kulit ikut diambil maka ada kemungkinan timbul masalah saat penutupan luka
apalagi jika jariongsan kulit yang diambil luas.  
Insisi harus cukup panjang agar operasi dapat leluasa dikerjakan tanpa retraksi
yang berlebihan. Retraksi yang berlebihan akan meningkatkan rasa nyeri pasca
bedah. Usahakan agar insisi dibuat hanya dengan satu sayatan, karena sayatan
tambahan akan meninggalkan bekas yang lebih buruk.

Arah insisi harus direncanakan dengan teliti agar jaringan parut yang terbentuk
tidak terlalu menyolok. Insisi sejajar garis Langer akan menyembuh dengan
parut yang halus, karena kolagen kulit terarah dengan baik. Arah kolagen kulit
diidentifikasi dengan relaxed skin tension lines  (RSTL). RSTL diketahui dengan
mencubit kulit dan melihat arah kerutan serta penonjolan yang terbentuk.
Cubitan tegak lurus terhadap RSTL akan lebih mudah dikerjakan dan
menghasilkan kerutan dan tonjolan yang lebih besar. Namun kadang-kadang
keleluasaan operasi mengalahkan pertimbangan kosmetis.

Di lengan dan tungkai, insisi tidak boleh memotong lipat sendi secara tegak
lurus. Ini dapat dihindari dengan:
1. Sayatan memotong lipat sendi ke arah miring. Contohnya insisi Brunner di
permukaan ventral jari.
2. Memasukkan lipat sendi sebagai bagian dari insisi. Di proksimal dan distal
lipat sendi, insisi dapat dibuat longitudinal. Cara ini dikerjakan di fosa
poplitea.
3. Jauhi lipat sendi. Contohnya insisi midlateral pada jari. 

PROSEDUR
1. Pasang sarung tangan tidak steril

80
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

2. Luka kering dibersihkan dengan teknik swabbing yauti ditekan dan


digosok pelan-pelan menggunakan kassa steril yang dibasahi air steril atau
NaCl 0,9%
3. Luka basah dibersihkan dengan disemprot lembut dengan air steril atau
NaCl 0,9%.
4. Kulit disayat dengan satu gerakan menggunakan mata skalpel yang tajam.
Lebih mudah bila kulit ditegangkan dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, sementara skalpel disayatkan dari kiri ke kanan.
5. Jika membuat insisi yang panjang dan lurus, gagang skalpel bermata no.
10 dipegang seperti menggenggam pisau dengan jari telunjuk diletakkan
di sisi atas gagang agar pengendalian gerakan lebih mantap. Untuk insisi
yang lebih kecil dan rumit (misalnya di daerah tangan), gagang skalpel
bermata no. 15 dipegang seperti memegang pena sehingga perubahan
arah insisi dapat dikerjakan dengan lebih halus.
6. Tekanan sayatan di atur sedemikian rupa agar sayatan tepat membelah
epidermis dan dermis. Luka akan merekah dan lemak subkutis dapat
terlihat. Jika ragu-ragu, lebih baik menyayat dengan tekanan ringan,
meregangkan kulit agar luka terbuka, kemudian memperdalam sayatan.
7. Insisi harus tegak lurus kulit sehingga penutupannya lebih baik.
8. Diseksi lebih dalam dilakukan dengan melakukan diseksi tajam ataupun
tumpul menggunakan skalpel, gunting, atau klem arteri. Bila terdapat
vena dan saraf permukaan yang melintas di lapangan operasi, insisi dapat
dilakukan sejajar terhadap arah saraf atau pembuluh darah, sejauh tidak
mengurangi ruang gerak dan pandangan di daerah operasi. Jika tidak
mungkin, lebih baik potong saja daripada terkena cedera, teregang atau
terputus secara tidak sengaja..

Menurut bentuknya insisi dikelompokan menjadi:

1.Insisi Linier
Insisi dalam satu lintasan atau garis lurus, atau melengkung. Insisi ini
digunakan jika daerah operasi atau masa yang diambil tidak melekat/
81
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

berhubungan dengan kulit. Misalnya mengambil masa lipoma yang letaknya di


subkutis maka insisi linier digunakan sebagai akses masuk dan diseksi sebagai
lanjutan untuk evakuasi masa.

Pastikan masa yang akan diambil tidak berhubungan dengan kulit.

2.Insisi elips atau bulat


Digunakan sebagai akses jika target operasi masa yang akan diambil
berhubungan atau berada di kulit. Misalnya skin tag, granuloma, atau keloid.
Dilakukan juga untuk massa dilokasi lebih dalam dari kulit tetapi berhubungan
dengan kulit misalnya kista aterom, atau masa di subkutis lainnya yang
terinfeksi sampai kulit sehingga kulit diatasnya harus dibuang.

Pada pembuatannya tentukan lebih dulu lebar dan incisi sesuai dengan lesi,
kemudian panjang insisi harus = 3x lebar

82
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Perhatikan ujung lancip tiap sisi. Jahitan tidak boleh sekaligus tetapi harus dua
kali karena arah jarum harus tegak lurus dengan tepi insisi . Untuk menghindari
regangan dapat dikerjakan teknik “undermining”

3.Insisi S atau Z
Insisi dalam satu lintasan berbentuk huruf S atau Z (tidak berbetuk lurus).
Insisi ini digunakan jika daerah operasi atau masa yang diambil biasanya tidak
berhubungan dengan kulit tetapi letaknya di persendian. Misalnya mengambil
masa Becker cyst di fosa poplitea. Insisi ini digunakan sebagai akses masuk dan
diseksi sebagai lanjutan jika masa sudah ditemukan. Tujuan dari bentuk yang
tidak lurus adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur seteleh luka sembuh.

Perhatikan jahitan ditiap sudut.

Insisi dilakukan jika lokasi didaerah persendian dan masa tidak berhubungan
dengan kulit.
4.Insisi tangensial/transversal
Insisi secara mendatar, sejajar dengan masa. Dilakukan pada masa solid yang
letaknya di kulit.Untuk bedah minor, insisi ini dilakukan pada insisi klavus

83
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

dimana klavus ditipiskan dahulu sampai inti yang masuk ditemukan yang
dilanjutkan dengan insisi ellips.

5.Insisi Poligonal
Digunakan sebagai akses sekaligus diseksi tajam jika target operasi masa yang
akan diambil berhubungan atau berada di kulit. Dibuat banyak sisi tajam atau
poligonal bertujuan untuk menghabiskan akar-akanr dari masa yang dibuang.
Misalnya tumor ganas kulit. Poligonal juga berfungsi untuk mengecek tiap sisi
apakah bebas dari masa tumor atau tidak.

Penutupan Defek
Pengambilan masa bersamaan dengan kulit diatasnya menimbulkan deffek
yang dapat ditutup dengan mendekatkan tepi luka. Mungkin juga jika defek
terlalu lebar maka kedua tepi luka tidak dapat didekatkan. Untuk itulah
diperlukan teknik khusus untuk menutup defek.

Sekali lagi, petutupan defek ini harus difikirkan saat merencanakan insisi,
bagaimana kemungkinan defek yang terjadi dan cara untuk menutupnya.
Dengan demikian, pada saat insisi telah tergambar rencana teknik penutupan
defeknya.

Adapun teknik yang dapat dipakai adalah, advancement, flaps, STSG (split
thickness skin graff ), FTSG (full thickness) dan lain-lain

Menutup defek dengan cara mendekatkan 2 sisi insisi. Dilakukan jika masing-
masing tepi longgar. Jika tidak maka dilakukan pembebasan jaringan subkutis
dari masing-masing tepi agar menjadi longgar sehingga masing-masi tepi bisa
bertemu sehingga jahitan tidak terlalu tegang /tension.

84
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar penutupan defek dengan flap

Gambar advancement flaps dengan single pedicle

Gambar advancment flaps dengan 2 buah flaps

Koreksi Dog Ear

85
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Adakalanya diujung luka kulit lebih menonjol dan seakan seperti masa kulit.
Kelebihan kulit ini menyerupai telinga anjing sehingga sering disebut dog ear.
Antisipasi terbentuknya dog ear ini dilakukan saat insisi, yaitu ujung insisi pada
insisi elips diusahakan lebih lancip, tidak lengkung.

Bandingkan kedua ujung insisi yang lancip dengan lengkung. Dog ear
terbetntuk dari insisi yang lebih lengkung.

Untuk memperbaikinya, luka operasi terlebih dahulu dijahit seperti biasa untuk
menilai sebesar apa ear dog yang terbentuk. Kemudiaan baru dikoreksi dengan
membuat insisi berikutnya seperti pada gambar dibawah ini

Dog ear pada ujung luka

86
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

TEKNIK BEDAH MINOR

Ekstirpasi adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta


kapsulnya atau pengangkatan seluruh jaringan atau organ yang rusak.

Ekstirpasi adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta


kapsulnya.
 
Indikasi
Kista Aterom.  Kista aterom adalah kista retensi dari kelenjar sebasea akibat
penutupan saluran pori rambut yang terdiri dari kapsul jaringan ikat padat
dengan isi mengandung banyak lemak seperti bubur. 

Pada pemeriksaan tampak sebagai tonjolan bulat, superfisial-subkutan, lunak-


kenyal. Isi aterom kadang-kadang dapat dipijat keluar. Predileksi di bagian
tubuh yang berambut (kepala, wajah, belakang telinga, leher, punggung, dan
daerah genital).

Kista ini mempunyai diagnosis banding kista epitel, fibroma, lipoma.


 
Tindakan
Ekstirpasi total dengan eksisi pada daerah bekas muara kelenjar, dengan
indikasi kosmetik, rasa nyeri, mengganggu. Insisi dan drainase bila ada infeksi
atau abses
 
Alat dan Bahan
o Lidokain 2%
o Spuit
o Pisau insisi (skapel)
o Pinset
o Gunting jaringan
o Klem jaringan
87
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

o Needle holder
o Jarum dan benang

Teknik
a. Bersihkan daerah operasi
b. Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrasi) pada daerah operasi
c. Eksisi kulit yang terdapat kista berbentuk bulat telur (elips) runcing
dengan arah sesuai garis lipatan kulit. Panjang dibuat lebih dari ukuran
benjolan yang teraba dan lebar kulit yang dieksisi ¼ garis
tengah kista tersebut.
d. Gunakan gunting tumpul untuk melepaskan jaringan subkutan yang
meliputi kista, pisahkan seluruh dinding kista dari kulit.
e. Usahakan kista tidak pecah agar dapat diangkat kista secara in-toto.
Bilakista telah pecah keluarkan isi kista dan dinding kista. Jepit
dinding kistadengan klem dan gunting untuk memisahkannya dengan
jaringan kulit.
f. Jahit rongga bekas kista dengan jahitan subkutaneus
g. Jahit dan tutup luka operasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Dudley,HAF dkk. 1995. Pedoman tindakan praktis medik dan bedah. EGC.
Jakarta
2. Anonim. Prinsip-prinsip Dasar Bedah Minor.
3. Tintinalli,JT dkk. 2004. Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive
Study Guide, Seventh edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
4. Anonim. ETHICON Wound Closure Manual. Ethicon,Inc.
5. Coffee, H.L. 1993 .Ditch Medicine: Advanced Field Procedures for
Emergencies. Paladin Press. USA

88
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

CEK LIST KETERAMPILAN KLINIK BEDAH MINOR LANJUT

No Aspect Feedback
Interaksi Dokter-Pasien
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Informed consent
Prosedural
A. Penjahitan (Hecting)
Mencuci tangan WHO, pemasangan
Handchoen
4 Ambil needle holder, needle, pasangkan benang
5 Tepi jaringan dipegang dengan dengan pinset,
lakukan traksi
6 Tusukkan jarum dengan arah tegak lurus pada
permukaan kulit dan tepi luka. Posisi lengan
bawah dalam pronasi lalu lakukan gerakan rotasi
lengan menjadi supinasi
7 Tembuskan jarum sampai kurang lebih mencapai
pertengahan lengkung, sambut dengan pinset
lalu sambut dengan needle holder, tarik
8 Siapkan jarum pada posisi semula
(forehand,ujung needle holder, 1/3 bagian distal
jarum) untuk memulai manuver selanjutnya
89
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

9 Ulangi hal yang sama pada tepi luka lain, dimulai


dari bagian dalam luka dan diarahkan ke
permukaan kulit
10 Selesai melakukan manuver ini, benang ditarik
menyisakan ujung benang kurang lebih 2-3 cm
dari needle bite untuk membuat simpul
11 Lakukan manuver pembuatan simpul.
Simpul pertama dengan sekali puntiran
backhand dan simpul kedua dengan dua kali
puntiran forehand
12 Tegangkan kedua ujung benang dan potong
dengan menyisakan kurang lebih 0,5-1 cm dari
simpul
13 Jahitan ketiga, keempat dan seterusnya
dikerjakan secara berutuan sehingga mencapai
ujung luka
14 Ambil needle holder, needle, pasangkan benang
15 Tepi jaringan dipegang dengan dengan pinset,
lakukan traksi
B. Mengangkat jahitan (Uphecting)
16 Lakukan prosedur A dan antisepsis pada
daerah luka
17 Pegang benang jahitan yang akan diangkat
pada simpulnya menggunakan pinset anatomik
18 Lakukan sedikit traksi ,lakukan pemotongan
benang
19 Menarik keseluruhan benang, jangan sampai
benang yang terpapar di permukaan masuk ke
dalam jaringan melalui jalur benang
C. Insisi
Mencuci tangan WHO, pemasangan handscoen
20 kulit disayat dengan satu gerakan menggunakan
mata skalpel yang tajam. Lebih mudah bila kulit
ditegangkan dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, sementara skalpel disayatkan dari kiri ke
kanan.
90
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

21 Jika membuat insisi yang panjang dan lurus,


gagang skalpel bermata no. 10 dipegang seperti
menggenggam pisau dengan jari telunjuk
diletakkan di sisi atas gagang agar pengendalian
gerakan lebih mantap. Untuk insisi yang lebih
kecil dan rumit (misalnya di daerah tangan),
gagang skalpel bermata no. 15 dipegang seperti
memegang pena sehingga perubahan arah insisi
dapat dikerjakan dengan lebih halus.
22 Tekanan sayatan di atur sedemikian rupa agar
sayatan tepat membelah epidermis dan dermis.
Luka akan merekah dan lemak subkutis dapat
terlihat. Jika ragu-ragu, lebih baik menyayat
dengan tekanan ringan, meregangkan kulit agar
luka terbuka, kemudian memperdalam sayatan
23 Insisi harus tegak lurus kulit sehingga
penutupannya lebih baik
D.Ekstirpasi
Cuci tangan WHO, pemasangan handscoen
24 Bersihkan daerah operasi
25 Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrasi) pada
daerah operasi
26 Eksisi kulit yang terdapat kista berbentuk bulat
telur (elips) runcing dengan arah sesuai garis
lipatan kulit
27 Gunakan gunting tumpul untuk melepaskan
jaringan subkutan yang meliputiki kista
pisahkan seluruh dinding kista dari kulit
28 Usahakan kista tidak pecah agar dapat
diangkat kista secara in-toto
29 Jahit rongga bekas kista dengan jahitan
subkutaneus
30 Jahit dan tutup luka operasi
Profesionalisme
16 Percaya diri, minimal error
17 Melakukan dengan profesionalisme
91
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

ANAMNESIS SISTEM CARDIOVASCULAR


Oleh: dr. Johan Salim

A. Tema
Keterampilan menggali anamnesis system cardiovascular

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis system cardiovascular
dengan terarah cepat, dan tepat
2. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara
urut
 Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup
di akhir
 Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun
relevan dengan permasalahan
 Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
 Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
 Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang
dipahami responden
 Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
 Mahasiswa dapat melakukan cross check
 Mahasiswa dapat bersikap netral
 Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
 Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
 Mahasiswa dapat menentukan kasus emergency kardiovacular

C. Alat dan Bahan


 Pasien Simulasi
92
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Meja dan kursi periksa

D. Skenario
Seorang pasien laki-laki umur 59 tahun datang dengan keluhan sesak,
dan lemas lakukan anamnesis terhadap pasien tersebut.
E. Dasar Teori
1. Pengertian anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara.
anamnesis harus dilakukan secara tenang, ramah dan sabar, dalam
suasana yang rahasia dengan bahasan yang mudah di mengerti oleh
pasien. Anamnesis dapat dilakukan terhadap pasien (autoanamnesis)
atau terhadap keluarga dan pengantarnya (alo-anamnesis).

Berikut akan kita bahas beberapa simtom/keluhan utama yang di


sebabkan oleh penyakit kardiovaskular, sehingga diharapkan dengan
teknik anamnesis yang baik kita sudah bisa membedakan apa keluhan
tersebut berasal dari system kasrdiovaskular atau berasal di luar system
cardiovascular.

1. Nyeri dada
Keluhan nyeri dada pada pasien yang disebabkan oleh kelainan cardiovascular
disebabkan oleh sindrom coroner acute
 Karakteristik dari nyeri dada yang dicurigai karena sindrom koroner akut
adalah sebagai berikut:
 Nyeri dada biasanya di deskripsikan oleh pasien sebagai perasaan yang
tidak nyaman di dada seperti di tekan, diremas/“squeezing”,
terbakar/“burning, rasa berat di tengah dada “a band around the
chest”/“a weight in the centre of the chest”/“vise tightening around the
chest”. Rasa seperti ditinju tepat di sternum (Levine’s sign) merupakan
indikasi kuat nyeri karena iskemik.
 Perlu diinget juga bahwa keluhan nyeri dada bisa jadi tidak berat. Nyeri
dada iskemik bisa juga berupa rasa tidak nyaman yang dapat menjalar ke
leher, rahang, gigi, epigastrium, bahu , atau lengan (biasanya sebelah
kiri). Kejadian ini juga sering berkaitan dengan napas memendek, lemas,
mual-muntah, dan terkadang berkaitan dengan perasaan tak nyaman di

93
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

perut, sehingga sering menyerupai nyeri karena masalah lambung atau


ganguan cerna.
 Perasaan tidak nyaman biasa dapat membaik bahkan pulih dengan
nitrogliserin, tetapi dapat juga tidak berespon dengan nitrogliserin. Nyeri
dada ini bisa saja dicetuskan akibat aktifitas yang berat, cuaca yang
dingin, stres emosi, dan nyeri dada tersebut dapat berkurang dengan
istirahat atau penggunaan nitrogliserin.
 nyeri dada dapat berlangsung lebih dari 10 menit atau dapat timbul saat
istirahat, dicurigai mengarah kepada unstable angina. Nyeri dada yang
berlangsung selama lebih dari 20 menit dicurigai mengarah kepada infark
miokard acute. Sindrom coroner akut dapat juga terjadi dengan gejala
pernapasan memendek dengan atau tanpa nyeri dada.

Karakteristik nyeri dada yang tidak mengarah ke sindrom coroner acute


 nyeri atau tidak nyaman terlokalisir di kulit atau dinding dada dan
dapat diperberat dengan penekanan.
 nyeri terlokalisir pada area kecil di dada (diameter < 3 cm), atau
nyeri yang menjalar kea rah yng lebih inferior dari nyeri awalnya.
 nyeri bersifat tajam, seperti di sayat dan bertambah nyeri dengan
menarik napas atau memutar dada.
 nyeri memberat pada posisi supinasi , dan nyeri berkurang pada
posisi duduk tegap curiga mengarah ke pericarditis.
 nyeri berlangsung kurang dari 15 detik jarang disebekan karena
kejadian iskemik.
 Diseksi aorta nyeri di belakang dada terkan di depan dada.

2. Sesak
Sesak yang biasa ditemukan pada penyakit cardiovascular disebabkan
karena congestif heart failure. Dimana karakteristik sesak biasanya
digambarkan pasien dengan ktidaknyamana saat bernapas. Hal ini
merupakan perasaan yang subjective dimana tidak terdapat pengukuran
yang objektif terhadap keluhan sesak tersebut.

Sesak yang disebabkan karena aktifitas, adalah salah satu karakteristik


sesak yang biasa disebabkan karena gagal jantung. Pada awal stage dari
gagal jantung, sesak hanya terjadi akibat aktifitas yang berat. Tetapi saat

94
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

kondisi gagal jantung memburuk sesak dapat timbul walaupun aktifitas


yang ringan.

Sesak juga dapat timbul karena sebab yang lain. Termasuk yang dikenal
dengan istilah orthopnoe dan paroxysmal nocturnal dyspnea (PND),
ortophnoe adalah sesak yang bertambah berat saat posisi tidur (supinasi),
pasien dengan gagal jantung membutuhkan beberapa bantal saat tidur
untuk menghindari kejadian orthopnoe. Jumlah bantal yang dibutuhkan
dapat menggambrkan tingkat keparahan dari gagal jantung. PND adalah
serangan sesak yang terjadi di malam hari yang menyebabkan pasien
terbangun dari tidur.

Pada gagal jantung tingkat lanjut dapat terlihat perubahan pola dari
pernapasan dengan karakteristik terdiri dari periode tachipnoe dan
periode apnoe yang disebut pernapasan cheyne-stokes Riwayat penyakit
sebelumnya juga dapat menjadi faktor comorbidseperti hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes mellitus meningkatkan kejadian gagal jantung.
Riwayat merokok, peminum alcohol berat juga merupakan faktor risiko
yang penting . riwayat penyakit keluarga seperti penyakit pembuluh
darah coroner, cardiomiopaty dilatasi, sudden cardiac death meruapakan
informasi yang penting untuk mengetahui etiologi gagal jantung, riwayat
penyakit keluarga yang detail dapat membantu untuk mengidentifikasi
apakah terdapat predisposisi untuk kejadian penyakit arterosklerosis.
Penyakit pembuluh darah coroner dipercaya menjadi penyebab dari gagal
jantung.

Gagal jantung ditandai oleh gejala spesifik pada riwayat penyakitnya.


Riwayat penyakit harus focus pada beberapa pertanyaan berikut:
 Kapan keluhan mulai timbul?
 Apakah keluhan terjadi setelah beraktifitas atau saat istirahat..?
 Apakah terdapat keluhan tambahan seperti nyeri dada..?
 Apakah ada gejala ortophnoe atau PND..?
 Apakah ada edema pada ektremitas inferior..?

Klasifikasi gagal jantung NYHA memiliki keterbatasan menentukan tinggat


keparahan gagal jantung terkait aktifitas yang dilakukan terhadap

95
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

timbulnya gejala. Pertanyaan berikut ini dapat membantu mengklasifikasi


pasien yang termasuk gagal jantung class II dan class III.
 Dapatkan anda berpakaian tanpa merasakan sesak..?
 Apakan anda merasa sesak ketika mandi..?
 Dapatkan anda menaiki 1 lantai anak tangga tanpa berhenti..?

Klasifikasi gagal jantung NYHA


Class Symptom
1 (mild) Aktifitas sehari-hari tidak menyebabkan gejala
II (mild) Nyaman saat istirahat, tetapi saat
mengerjakan pekerjaan sehari-hari mulai
menimbulkan keluhan
III ( moderate) Keluhan tidak terdapat saat istirahat tetapi
saat mengerjakan kegiatan sehari-hari yang
ringan dapat menimbulkan keluhan
IV (severe) Keluhan timbul saat istirahat.

3. Edema
Faktor terpenting dari penyakit jantung adalah peningkatan tekanan
vena, peningkatan volume ekstraselular ( retensi garam dan air) ,
secondary hyperaldosteronism, hypoalbuminemia, (kongesti hepar,
anorexia, dan diet yang kurang) , penyakit pembuluh vena, dan gagal
ginjal sekunder

Edema akut dan asites dapat terjadi pada kontriksi pericardial,


kekurangan protein dapat terjadi , peningkatan tekanan vena yang
berkepanjangan menyebabkan edem.

4. Sinkope
Sinkope bisa disebabkan oleh beberapa kondisi
 Vasovagal: biasanya disebabkan dilatasi dari pembuluh darah
vena secara mendadak yang berkaitan dengan vagal induce
bradikardi. Biasanya diinduksi oleh nyeri, ketakutan, dan emosi
 Hipotensi postural: biasanya disebabkan oleh efek obat, dapat
terjadi karena penurunan ion tubuh (diuretics) atau hipovolemia
96
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Sinkop sinus karotis: kondisi yang jarang terjadi dimana terjadi


stimulasi sinus caroticus yang hipersensitif (keras yang sempit)
yang menyebabkan bradikardi berat.
 Disritmia jantung: biasanya yang terjadi sinus arrest, AV block
komplet, dan ventricular tachycardia, dibutuhkan pengawasan
EKG 24 jam
 Lesi obtruktif: stenosis katup pulmonal atau katup aorta,
myxoma atrium kiri, thrombus pada katup, emboli paru massive.
 Penyebab cerebral: hypoxia mendadak, obstruksi arteri cerebral,
spasme atau emboli
 Pingsan akibat batuk: dapat terjadi sebagai akibat dari obstuksi
pembuluh darah bali vena cerebral yang terus-menerus.
 Micturition syncope: sering terjadi pada malam hari , dan kapan
saja pada pria dengan gejala prostat, hal ini terjadi sebagian
karena disebabkan oleh hiperaktivitas vagal, sebagian karena
hipotensi postural.

5. Palpitasi
Palpitasi adalah kesadaran yang meningkat mengenai denyut
jantung, pasien meraskan berdebar-debar. Kita bisa meminta pasien
untuk menentuak iramanya, apakah konstan atau intermiten. Denyut
yang premature atau ekstrasistol memberikan sensasi denyutan yang
menghilang.

6. Masalah/keluhan pasien terkait cardiovascular system disorder


Ada beberapa keluhan utama yang disebabkan olah penyakit
cardivaskular yang menyebabkan pasien datang menemui dokter:
1. Nyeri dada
2. Sesak
3. Oedem
4. Sinkop
5. Palpitasi
Di saat pasien datang dengan keluhan menyerupai penyakit yang
disebabkan oleh penyakit cardiovascular , kita juga harus sudah
memikirkan diagnosis bandingnya.

97
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

F. Prosedur
Anamnesis yang baik akan terdiri dari: Identitas, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayata penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam
keluarga, anamnesis susunan system, anamnesis pribadi.

Identitas:
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
nama orang tua atau istri atau suami atau penanggung jawab, alamat,
pendidikan, pekerjaan , suku bangsa dan agama. Untuk memastikan bahwa
pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud, selain itu
juga diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain sebagainya.

Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter
atau mencari pertolongan, keluhan utama harus meliputi onset waktu.

Riwayat penyakit sekarang


Riwayat perjalan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai
pasien datang berobat.

Dalam melakukan anamnesis , harus diusahakan mendapatkan data-data


sebagai berikut:
4. Waktu dan lama keluhan berlangsung
5. Sifat dan beratnya serangan, misal mendadak, perlahan-lahan, terus-
menerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang
6. Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar , atau berpindah-
pindah
7. Hubungan dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan
sore. Atau terus-menerus tidak mengenal waktu
8. Hubungannya dengan aktifitas, misalnya bertambah berat jika melakukan
aktifitas, atau bertambah ringan jika beristirahat.
9. Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang
mendahului serangan, atau keluahn lain yang bersamaan dengan
serangan
10. Apakah keluhan pertama kali atau sudah berulang

98
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

11. Faktor risiko dan pencetus serangan , termasuk faktor-faktor yang


memperberat atau meringankan serangan
12. Apakah ada saudara sedarah , atau teman-teman dekat yang menderita
keluhan yang sama
13. Perkembangan penyakit, kemungkina telah terjadi komplikasi atau gejala
sisa
14. Upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi keluhan, termasuk obat-
obatan dan tidakan medis.

Setelah semua data terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis


sementara dan diagnosis diferensial.

Riwayat penyakit dahulu


Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan
penyakit yang pernah di derita dengan penyakit sekarang. Termasuk riwayat
kecelakaan, operasi, obat-obatan yng pernah diminum, pemeriksaan-
pemeriksaan medic

Anamnesis susunan system


Anamnesis susunan system bertujuan mengumpulkan data-data poitif dan
negative yang berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien berdasarkan
alat tubuh yang sakit. Misal jantung: sesak napas, ortopnu, PND, palpitasi,
hipertensi

Riwayat penyakit dalam keluarga


Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, failial , atau penyakit
infeksi. Pada penyakit yang bersifat congenital perlu ditanya juga riwayat
kehamilan dan kelahiran

Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kebiasaan. Kebiasaan pasien yang harus ditanyakan riwayat merokok,
minuman alcohol, dan penyalahgunaan obat-obat terlarang ( Narkoba)

99
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

G. CEK LIST LATIHAN ANAMNESIS SISTEM CARDIOVASCULAR

No Prosedur/ Aspek Latihan Feedback


ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN
1 Mengucapkan salam pada awal wawancara
2 Mempersilakan duduk berhadapan
3 Memperkenalkan diri
Informed
4  menjelaskan kepentingan penggalian
informasi yang benar tentang sakit pasien
Consent
5  Meminta waktu & ijin untuk melakukan
alloanamnesis jika diperlukan
ITEM PROSEDURAL
6 Menanyakan identitas pasien :
Nama, Umur, jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu

100
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

ditanyakan), alamat lengkap, pekerjaan, agama dan


suku bangsa. Pastikan menggali identitas tidak
terkesan interogasi tidak harus berurutan dicari
lengkap, boleh diselang-seling saat anamnesis
berlangsung
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
a. Menanyakan keluhan utama
7
Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama
8 b.Menanyakan keluhan lain/ tambahan
c.Menggali informasi tentang riwayat penyakit
sekarang (waktu dan lama, sifat, lokalisasi dan
penyebaran,hubungan dengan waktu dan aktifitas,
9
keluhan yang mendahului dan menyertai, pertama
kali/ tidak, faktor risiko dan pencetus, upaya
pengobatan & hasilnya)
Menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita
(Penyakit-penyakit yang meningkatkan prevalensi
penyakit jantung, Hipertensi, diabetes mellitus,
10
penyakit jantung bawaan, demam rematik), riwayat
pemeriksaan sebelumnya (rontgen, EKG,
Echocardiografi)
Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
11 (riwayat orang tua dengan gagal jantung, MCI,
stroke, DM, Hipertensi)
Menggali informasi tentang riwayat Pribadi
(riwayat merokok, minuman alcohol, dan
12
penyalahgunaan obat-obat terlarang ( Narkoba),
pola diet, aktifitas )
ITEM PENALARAN KLINIS
Melakukan cross check (paraphrase atau
13
pengulangan terhadap apa yang dikatakan pasien)
Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang
14
kurang jelas, atau pertanyaan yang kurang jelas).
15 Mencatat semua hasil anamnesis
Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil
16
anamnesis
101
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

ITEM PROFESIONALISME
17 Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi
18 Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik

102
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG LANJUT

A. TEMA
Keterampilan pemeriksaan fisik jantung

B. TUJUAN
Tujuan Insruksional umum
Mampu melakukan pemeriksaan fisik jantung yang benar.

Tujuan Instruksional khusus


 Mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan fisik jantung dengan benar.
 Mampu melakukan pemeriksaan inspeksi jantung dengan benar.
 Mampu melakukan pemeriksaan fisik palpasi jatung dengan benar
 Mampu melakukan pemeriksaan perkusi jantung dengan benar.
 Mampu melakukan pemeriksaan auskultasi jantung dengan benar.
 Mampu menyimpulkan, serta menyarankan langkah selanjutnya dari hasil
pemeriksaan fisik jantung

C. ALAT DAN BAHAN


Stetoskop
Kapas dan alkohol

D. SKENARIO

Seorang kakek berumur 60 tahun dibawa kerumah sakit karena sesak napas sejak 1
hari yang lalu. Dari anamnesa didapatkan sesaknya sudak lama dirasakan terutama
saat berjalan beberapa meter saja sudah sesak dan meningkat sejak 1 hari yang lalu.
Malam hari si kakek sering terbangun karena sesak dan lebih suka menggunakan
bantal tinggi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat. TD
160/90, frekuensi nadi 70x/menit, frekuensi napas 30x/menit. Pemeriksaan paru Ronki
+/+. Pemeriksaan Jantung JVP 5 cm dari angulus sterni, ictus teraba 2 jari RIC IV, 1 jari
kelateral LMC. Auskultasi dalam batas normal. Tungkai edema +.
Bagaimana cara pemeriksaan fisik jantung?
E. DASAR TEORI

103
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Letak topografi jantung adalah 2/3 bagian jantung terletak di rongga dada kiri dan 1/3
sisanya terletak disebelah kanan. Di bagian bawah berbatas langsung dengan
diagfragma.

Sisi kanan dibatasi oleh atrium kanan sedangkan sisi kiri dibatasi sebagian besar
ventrikel kiri dan sisanya oleh atrium kiri. Batas antara atrium kiri dan ventrikel kiri
adalah pinggang jantung. Di bagian atas terdapat vena kava superior, aorta asendens,
arteri pulmonalis dengan percabangan kiri dan kanan.

Dalam melakukan pemeriksaan fisik jantung diperlukan patokan berupa garis-garis dan
titik tertentu.

Garis-garis patokan adalah sebagai berikut:


 Garis mid sternal, yaitu garis tengah yang ditarik mulai dari manubrium sterni
sampai processus xypoideus.
 Garis sternal adalah garis yang melalui titik-titik batas antara sternum dengan
tulang rawan iga dari atas ke bawah dan didapatkan kiri dan kanan.
 Garis midclavicular didapat kiri dan kanan. Mula-mula diraba keseluruhan
tulang clavikula. Kemudian ditentukan titik tengahnya. Dari titik tengah ini
ditarik garis lurus ke caudal. Biasanya pada pria normal garis midclavikula ini
melewati papila mammae.
 Garis parasternal adalah garis paralel dengan garis midclavikula yang ditarik
dari titik tengah jarak antara garis midclavikula dengan garis sternal.
 Garis aksila anterior adalah garis yang ditarik melalui tepi lipatan ketiak
anterior ke arah caudal.
 Garis aksila posterior adalah garis yang ditarik melalui tepi ketiak posterior ke
arah caudal.
 Garis mid aksila adalah garis di tengah antara garis aksila anterior dan garis
aksila posterior.

Titik Patokan:
 Angulus Ludovici adalah perbatasan antara manubrium sterni dan corpus
sterni yang diraba terasa menonjol. Titik ini merupakan perlengketan antara
tulang iga II dengan sternum. Titik ini dipakai juga sebagai patokan dalam
mengukur vena jugularis eksterna.

104
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Area apeks: terletak di sela iga V sekitar 2 jari medial dari garis midclavikula
kiri. Titik ini merupakan titik lokasi untuk auskultasi katup mitral, karena bunyi
jantung dari katup mitral paling optimal terdengar di titik tersebut.
 Area trikuspid : terletak di sela iga IV-V sternal kiiri dan sela iga IV-V sternal
kanan. Titik ini merupakan titik lokasi untuk auskultasi katup trikuspid karena
bunyi jantung trikuspidal paling optimal terdengar di titik tersebut.
 Area septal terletak di sela iga III sternal kiri merupakan titik auskultasi
optimal untuk mendengarkan bising akibat aliran shunt di septum karena
terdapat defek yaitu pada ASD dan VSD.
 Area pulmonal terletak di sela iga II sternal kiri merupakan titik auskultasi
optimal untuk mendengarkan bunyi jantung katup pulmonal.
 Area aorta terletak di sela iga II garis sternalis kanan merupakan titik
auskultasi optimal untuk bunyi jantung aorta.
 Titik carotis setinggi processus thyroideus kiri dan kanan untuk mendengarkan
bila ada bising yang menjalar dari katup aorta.

Pada area apeks, tricuspidal, pulmonal dan aorta dapat dilihat pulsasi yang berlebihan,
getaran (thrill), gerakan-gerakan dinding jatung abnormal yang teraba.

Pada pemeriksaan jantung seperti juga pada pemeriksaan organ lain, menerapkan
urutan sebagai berikut:
1. Inspeksi yaitu memperhatikan
2. Palpasi yaitu meraba
3. Perkusi yaitu mengetuk-ngetuk dinding dada
4. Auskultasi yaitu mendengarkan bunyi-bunyi dari jantung dengan
menggunakan stetoskop.

Stetoskop mempunyai dua jenis sisi pendengar, yaitu:


 Membran untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan frekuensi tinggi,
seperti bunyi jantung I dan II
 Sungkup untuk mendengarkan bunyi dengan frekuensi rendah,
misalnya bunyi jantung III.

Inspeksi
Dimulai dengan inspeksi vena-vena servikal. Periksa tingkat distensi vena leher dan
fluktuasi tekanan vena (pemeriksaan JVP).

105
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus diamati,
misalnya tampak capek, kelelahan akibat cardiac out put rendah. Frekuensi napas
meningkat, sesak yang menunjukan dadanya bendungan paru atau edema paru.
Sianosis sentral dengan clubbing finger dan kaki berkaitan dengan adanya aliran shunt
kanan ke kiri. Begitu juga ada tidaknya edema.

Khusus inspeksi pada organ jantung adalah dengan melihat pulsasi apeks, tricuspid,
pulmonal dan aorta. Pemeriksaan daerah Prekordium dengan memperhatikan
kesimetrisan dada. Penyakit jantung congenital dengan pembesaran ventrikel dapat
mengubah bentuk dada sehingga pericardium prekordium anterior kiri menonjol ke
depan. Pulsasi apeks akan terlihat pada orang kurus.

Bentuk dada dan gerakan napas akan dibahas lebih lanjut dalam topik pemeriksaan
fisik paru.

Palpasi
Denyut arteri: untuk melihat ejeksi ventrikel kiri. Kontur dan volume pulsasi di dalam
arteri karotis mencerminkan kejadian di dalam jantung dan ventrikel. Pulsasi tersebut
teredam dan diubah pada waktu mencapai pembuluh-pembuluh darah yang lebih
lateral. Pusatkanlah perhatian pada ciri-ciri tiap denyut nadi. Biasanya upstroke karptis
kira-kira 0,04 detik setelah bunyi jantung pertama. Letakan tiga jari pertama pada
arteri karotis dan perhatikanlah intensitas pulsasi meningkat dan turun secara tiba-
tiba. Pada orang normal, dapat dirasakan bahwa penurunan ini sedikit tertunda ketika
katup aorta menutup, takik dikrotik. Ada dua bentuk kelainan. Pertama laju lebih cepat
atau lambat, kedua volumenya mungkin meningkat.
(ingat kembali skill lab pemeriksaan vital sign).

Dengan mempergunakan ujung-ujung jari atau telapak tangan, tergantung rasa


sensivitasnya, meraba area-area apeks, ticuspidal, septal, pulmonal dan aorta. Yang
diperiksa adalah:
 Pulsasi
 Thrill yaitu getaran terasa pada tangan pemeriksa tadi. Hal ini dapa teraba
karena adanya bising minimal derajat 3. di beadakan thrill sistolik dan thrill
diastolik tegantung di fase mana berada.
 Heaving yaitu rasa gelombang yang kita rasakan di tangan kita. Hal ini karena
overload ventrikel kiri, misalnya pada insufisiensi mitral.

106
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Lift yaitu rasa gelombang yang kita rasakan di tangan pemeriksa. Hal ini
karena adanya peningkatan tekanan di ventrikel, misalnya pada stenosis
mitral.
 Iktus cordis yaitu pulsasi di apeks. Diukur berapa cm diameter, dimana
normalnya adalah 2 cm dan ditentukan lokasinya yang biasanya terletak pada
2 jari medial garis midclavikula kiri.

Gambar 1. Palpasi apeks Jantung

Gambar 2. Palpasi apeks Jantung dengan 2 jari

Apeks teraba sebagai pulsasi yang berukuran kira-kira setengah mata uang dolar.
Pembentukan denyut apeks rumit. Ventrikel kanan mempunyai aktivitas seperti

107
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

puputan dan tidak benar-benar memegang peranan pada saat dirasakan. Ventrikel kiri
berotasi ke anterior dan kekanan selama sistole, sehingga mendorong apeks nya keluar
dinding dada. Inilah yang kita rasakan. Denyut apeks teraba paling jelas pada satu atau
dua sela iga ke berapa dan jaraknya pada sternum , misalnya apeks teraba pada sela
iga ke empat 8 cm dari garis midsternal. Dua macam perubahan ventrikel yang
mengubah denyut apeks, hipertrofi dan dilatasi. Ventrikel kiri mengalami hipertrofi
karena beban tekanan yang berlebihan dan berdilatasi karena beban volume yang
berlebihan. Hipertrofi dan stenosis aorta adalah contoh beban yang belebihan.

Ventrikel yang mengalami hipertrofi memukul dada dengan kuat, tetapi dalam suatu
daerah kecil pada posisi yang diharapkan. Ketukan atau angkatan ini mudah dilihat dan
diraba. Dilatasi ventrikel pada insufisiensi aorta dan mitral membesar ke lateral dan
apeks akan jauh dari garis midsternalis. Daerah impuls menjadi sangat luas dan seluruh
perikordium kiri menyembul/menggelombang (heave). Apeks dan titik impuls
maksimum biasanya sama. Pada pasien normal biasanya ditemukan di dekat garis
midklavikula di dalam sela iga kekempat kiri. Apeks merupakan pulsasi prekordium
yang paling lateral dan titik impuls maksimum merupakan tempat ditemukan impuls
maksimum.

Penyakit ventrikel kanan yang sudah lanjut menimbulkan perbedaan antara titik impuls
maksimum dan denyut apeks. Hipertrofi menimbulkan gerakan menggelombang
prekordial yang terba tepat di kiri sternum, sedangkangkan apeks tetap terlihat dan
teraba di sebelah lateralnya. Paru-paru yang mengalami hiperinflasi pada penyakit
kronis paru-paru dapat juga memindahkan denyut apeks dan titik impuls maksimum
sehingga teraba di bawah xipoid. Pada keadaan ini venrikel kanan teraba dengan
memasukan jari tangan di atas xipoid dan menekannya ke dalam dan keatas. Palpasi
thrill adalah sensasi getaran superficial yang teraba pada kulit di atas daerah
turbulensi. Adanya thrill menunjukan bising (murmur) yang kuat. Merasakan thrill yang
baik dengan tulang metacarpal ditekankan dengan sangat ringan pada kulit. Palpasi
thrill biasanya kurang penting karena auskultasi akan terdengar adanya bising kuat
(yang menimbulkan thrill tersebut).

Perkusi
Telapak tangan kiri berikut jari-jarinya diletakan di dinding dada, dengan jari tengah
sebagai landasan ketok, sedangkan telapak tangan dan keempat jari lain agak diangkat.
Tujuannya adalah supaya tidak meredam suara ketukan. Sebagai jari pengetuk adalah

108
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

jari tengah tangan kanan. Pada awaktu pengetukan hanya menggerakan sendi
pergelangan tangan dan tidak menggerakan sendi siku. Dengan perkusi dapat
ditentukan batas-batas jantung, pinggang jantung dan countur jantung.
Batas Jantung Kanan
Mula-mula ditentukan lebih dahulu titik tengah garis midclavikula kanan, jari-jari
tangan kanan diletakkan sejajar dengan iga. Kemudian dilakukan perkusi mulai dari
titik tengah tadi, dari cranial ke arah caudal. Suara normal yang didapat adalah bunyi
sonor yang berasal dari paru. Perkusi diteruskan sampai timbul suara redup, biasanya
pada sela iga VI kanan. Bunyi redup ini berasal dari batas antara paru dan puncak hati.
Puncak hati ini ditutupi oleh diagfragma dan masih ada jaringan paru di atas jaringan
puncak hati itu, sehingga terdapat gabungan antara masa padat dan sedikit udara dai
paru. Setelah didapat titik batas sonor-redup, di atas titik tersebut diukur dua jari
kearah cranial. Pada titik yang baru ini, diletakkan kembali jari-jari diposisikan dengan
arah jari menjadi tegak lurus terhadap iga. Kemudian dilakukan perkusi ke arah medial
untuk mencari perubahan suara dari sonor ke redup yang merupakan batas relatif
kanan jantung dan normal adalah pada garis sternal kanan. Dari titik batas ini
selanjutnya dilakukan perkusi sampai mendapat suara pekak, yang merupakan batas
absolut jantung kanan, biasanya pada garis midsternal.

Batas Jantung Kiri


Mula-mula ditentukan garis aksila anterior kiri. Bila terdapat pembesaran jantung ke
kiri, perkusi dapat dimulai dari garis aksila medial. Kemudian jari tengah diletakan pada
titik teratas garis aksila anterior dengan arah jari sejajar dengan iga. Perkusi dari kranial
ke kaudal untuk mencari perubahan bunyi dari sonor ke timpani yang merupakan
batas paru dan lambung, biasanya pada sela iga VIII kiri. Dari titik ini diukur dua jari ke
arah kranial dengan posisi jari kiri tegak lurus terhadap iga, sampai timbul perubahan
suara dari sonor ke redup, yang merupakan batas relatif jantung paru. Biasanya
terletak pada 2 jari medial garis midclavicular kiri. Perkusi diteruskan ke medial, sampai
terjadi perubahan suara dari redup ke pekak yang merupakan batas absolut jantung
kiri. Pada keadaan empfisema paru batas-batas jantung absolut akan mengecil.

Seandainya pasien sudah makan banyak, bunyi timpani yang merupakan batas paru
lambung tidak muncul, maka dilakukan teknik pemeriksaan lain untuk menentukan
batas jantung kiri. Mula-mula dilakukan penetuan batas paru-hati lebih dahulu seperti
di atas, kemudian dari titk batas tersebut diukurkan 2 jari ke kranial. Dari titik ini ditarik
garis lurus sejajar iga, memotong garis aksila anterior kiri. Dari titik ini dilakukan

109
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

perkusi tegak lurus iga ke arah medial untuk menetukan titik perubahan bunyi sonor ke
redup, yang merupakan batas jantung kiri.
Batas Jantung Atas
Tentukan garis sternal kiri lebih dahulu. Dari titi teratas dilakukan perkusidan arah
sejajar iga ke arah kaudal, sampai terajadi perubahan suara dari sonor ke redup.
Normal adalah sela iga II kiri.

Pinggang Jantung
Tentukan lebih dahulu garis parasternal kiri. Kemudian dilakukan perkusi ke arah
kaudal mulai dari titik teratas garis tersebut, dengan posisi tengah sejajar iga. Yang
dicari adalah perubahan bunyi sonor-redup. Normal terletak pada sela Iga III kiri.
Bila titik batasnya misalnya pada sela iga II. Berati pinggang jantung hilang. Hal ini
terjadi karena pembesaran atrium kiri. Misalnya pada mitral vitium.

Kontur jantung
Untuk menggambarkan bentuk jantung, memastikan besarnya jantung dan apakah
masih ada pinggang jantung. Pemeriksaan dimulai dari sela iga I kanan dilakukan dari
lateral ke medial dengan jari tengah sejajar iga sampai terjadi perubahan suara dari
sonor ke redup. Kemudian dilakukan perkusi dari sela iga II kanan dengan cara yang
sama dan seterusnya sampai ke kaudal. Titik-titik batas tadi ditentukan kemudian
ditarik garis ehingga terdapat garis batas jantung kanan. Begitu juga dilakukan pada sisi
jantung kiri dengan cara yang sama. Akhirnya didapatkan gambaran garis batas jantung
kanan dan juga terlihat gambaran pinggang jantung. Pada pembesaran jantung atau
pada gagal jantung, batas-batas jantung bergeser.

110
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 3. Perkusi Jantung Gambar 4. Posisi pekak Jantung

Auskultasi
Auskultasi berguna untuk mendengarkan bunyi-bunyi jantung dengan menggunakan
stetoskop. Auskultasi yang baik memerlukan ruangan yang tenang. Usaha kan jangan
ada suara-suara tambahan. Bagian telinga stetoskop diarahkan ke anterior atau sejajar
dengan arah kanal auditoris eksternal. Auskultasi daerah-daerah jantung, pemeriksa
harus berada pada sisi kanan pasien sementara pasien berbaring telentang.

Untuk mendapatkan hasil yang baik, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
didalam ruangan yang tenang, perhatian terfokus untuk mendengarkan bunyi yang
lemah, sinkronisasi nadi untuk menetukan bunyi jantung I dan seterusnya menentukan
fase sistolik dan diastolik dan menentukan bunyi-bunyi jantung dan bising secara teliti.
Lokasi titik pemeriksaan auskultasi adalah :
1. Apeks untuk mendengarkan bunyi jantung yang bersal dari katup mitral
2. Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan bunyi
jantung yang berasal dari katup trikuspidal.
3. Sela Iga III kiri untuk mendengarkan bunyi patologis yang bersal dari septal
bila ada kelainan yaitu ASD atau VSD.
4. Sela iga II kiri untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup
pulmonal.
5. Sela iga II kanan untuk mendengarkan bunyi yang berasal dari katup aorta.

111
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

6. Arteri karotis kanan dan kiri untuk mendengarkan bila ada penjalaran bising
dari katup aorta ataupun kalau ada stenosis di arteri karotis sendiri.

Pemeriksaan auskultasi hendaknya dilakukan secara sistemik mulai dari apeks sampai
ke titik aorta. Bunyi jantung normal terdiri atas bunyi jantung I dan bunyi jantung II. Di
area apeks dan trikuspid BJ lebih keras daripada BJ II. Sedangkan area basal yaitu
pulmonal dan aorta BJ lemah dari BJ II. BJ I merupakan suara yang dihasilkan dari
penutupan katup-katup mitral dan trikuspidal. Sedangkan BJ II adalah karena
menutupnya katup-katup aorta dan pulmonal. Untuk menentukan yang mana BJ I
adalah dengan meraba arteri radialis atau arteri karotis atau iktus kordis, dimana BJ I
sinkron dengan denyut nadi arteri-arteri tersebut atau dengan denyut iktus kordis.
Fase antara BJ I dan BJ II disebut fase sistolik, sedangkan fase antara BJ II dan BJ I
disebut fase diatolik. Fase sistolik lebih pendek dari pada fase diastolik.

Bunyi Jantung Tambahan


 Bunyi jantung III yaitu, bunyi jantung yang terdengar tidak lama sesudah BJ II,
0,14-0,16 sekon dan didengar pada area apeks. BJ III ini berintensitas rendah,
merupakan bunyi yang dihasilkan karena aliran darah yang mendadak dengan
jumlah banyak dari atrium kiri keventrikel kiri, pada permulaan fase diastolik.
Biasanya terdapat pada kasus insufisiensi mitral.
 Bunyi jantung IV yaitu bunyi jantung yang terdengar sesaat sebelum BJ I, yang
juga dapat didengar di apeks, merupakan bunyi akibatkontraksi atrium yang
kuat dalam memompa darah ke ventrikel. Hal ini terjadi karena terdapat
bendungan diventrikel sehingga atrium harus memompakan lebih kuat untuk
mengosongakan atrium. Biasanya didapat pada kasus gagal jantung.
 Split BJ II yaitu BJ II terpecah dengan intensitas yang sama dan jarak keduanya
dekat. Hal ini terjadi karena penutupan katup-katup pulmonal dan aorta tidak
jatuh bersamaan sehingga tidak sinkron. Perbedaan ini terjadi karena
ventrikel kanan misalnya lebih besar sehingg aktup pulmonal menutup lebih
lambat. Misalnya terjadi pada kasus ASD.
 Opening snap yaitu terbukanya katup mitral yang kaku dengan mendadak,
sehingga terdengar bunyi dengan intensitas tinggi sesudah BJ II. Didapat pada
kasus stenosis mitral. Makin dekat jarak opening snap dengan BJ II. Makin
berat derajat MS, berkisar antara 0,04-0,12 s.
 Aortic click adalah bunyi yang dihasilkan karena katup aorta yang membuka
secara cepat dan didapat pada kelainan stenosis aorta.

112
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Pericardial Rab . didapat pada kasus perikarditis konstriktiva. terjadi gesekan


antara perikard lapis viseral dan lapis parietal. Bunyi ini tidak dipengaruhi oleh
pernapasan. Bunyinya kasar dan dapat di dengar di area tricuspidal dan apical
dan bisa terdengar pada fase sistolik atau diastolik atau keduanya.

Irama Jantung
1. Normalnya adalah reguler, dengan denyut jantung berkisar antara 60-100
menit.
2. Irreguler:
Terdengar ekstrasistole, yaitu irama dasarnya reguler tetapi diselingi oleh
denyut jantung ekstra.
Irama dasarnya memang sudah tidak teratur, yaitu pada kelainan aritmia
fibrilasi atrial.
3. Irama Gallop (derap kuda)
Irama jantungnya cepat dan bunyi-bunyi jantungya terdiri atas tiga komponen
atau empat komponen, yaitu terdiri dari BJ I –BJ II dan BJ III atau terdiri atas :
BJ IV-BJ II atau BJ III. Biasanya dapat didengar di apeks dan terdapat pada
kasus gagal jantung.
Bising Jantung
Pada tiap kali melakukan auskultasi pada titik-titik area harus diperhatikan apakah ada
bising jantung. Bila ada bising, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Terletak di fase manakah bising tersebut yaitu dengan membandingkannya
dengan BJ I dan setelah itu ditentukan letak bising tersebut.
2. Bagaimana kualitas bising tersebut, yaitu apakah kasar seperti ada gesekan
yang sering disebut rumble dan biasanya didapat pada kasus stenosis mitral
sebagai bising diastolik. Sekaligus ditentukan posisi bising diastolik tersebut,
apakah early mid diastolik atau pra sistolik. Dicari juga bunyi jantung
tambahan atau opening snap dan biasanya mengisi fase sistolik . Tentukan
posisi letak bising, yaitu early late systolik ataupun pan (holo) sistolik. Pan
sistolik bising seringdidapat pada kelainan insufisiensi mitral. Disini juga fase
BJ I melemah dan cari juga apakah ada BJ III. Type ejection yaitu bising dengan
nada keras, karena dipompakan melalui celah yang sempit. Didapat pada
kasus stenosis aorta. Continuous murmur yaitu bising yang terdengar terus-
menerus di fase sistolik dan fase diastolik. Didapatkan pada kasus PDA (Paten
Duktus Arteriosus).

113
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

3. Punctum maksimum bising jantung harus ditentukan, misalnya pada apeks,


trikuspidal, ataupun lainnya. Bila pada apeks kurang keras, misal karena
obesitas, pasien dapat dimiringkan kekiri, sehingga bising jantung dapat
terdengar lebih jelas. Untuk triskuspidal, supaya lebih jelas, pasien disuruh
bernapas dalam (inspirasi) kemudian tahan. Bising jantung akan terdengar
lebih keras pada inspirasi dan pada ekspirasi bising akan melemah. Untuk
mendengar bising di katup aorta dan pulmonal, pasien disuruh duduk dengan
stetoskop tetap di lokasi.
4. Penjalaran harus diperhatikan. Misalnya pada kasus Mitral valve prolapse
(MPV) tidak terjadi penjalaran bising. Pada kasus dengan kelainan katup aorta
akan menjalar ke arteri karotis, sehingga perlu dilakukan auskultasi karotis.
5. Derajat intensitas bising terdapat 6 tingkat, yaitu:
 Derajat 1 terdengar samar-samar.
 Derajat 2 terdengar halus.
 Derajat 3 terdengar jelas dan agak keras
 Derajat 4 terdengar keras. Dapat juga dengan cara telapak tangan
pemeriksa diletakkan misalnya pada apeks kemudian dapat didengar
dengan stetoskop yang diletakan pada punggung telapak tangan
tersebut.
 Derajat 5 terdengar sangat keras. Dapat dilakukan dengan cara
telapak tangan pemeriksa diletakkan di apeks, kemudian stetoskop
diletakkan di lengan bawah dan bising jantung masih terdengar.
 Derajat 6 sudah terdengar meskipun stetoskop tidak diletakkan di
dinding dada.

Khusus untuk bising sistolik perlu diperhatikan bahwa tidak semuanya akibat dari
kelainan organik katup jantung. Ada kemungkinan karena over volume misalnya pada
anemia berat, perempuan hamil. Biasanya bising sistolik ini halus dan terdengar pada
semua ostia. Pemebesaran ventrikel, biasanya pada ventrikel kanan terjadi dilatasi
sekunder karena stenosis mitral, terjadi pelebaran annulus trikuspidal sehingga akan
terdengar arus regurgitasi pada katup trikuspidal. Pada tumor mikson yang menutupi
katup mitral akan menyebabkan bising diastolik.

114
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 5. Posisi katup Jantung


Empat Posisi Standar Untuk Auskultasi:
 Telentang
 Dekubitus lateral kiri
 Duduk tegak lurus
 Duduk membungkuk ke depan.

115
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 6. Posisi auskultasi jantung (A) Posisi telentang. (B) Posisi lateral decubitus. (C)
Posisi duduk tegak (D) Posisi membungkuk kedepan
F. PROSEDUR

1. Senyum salam sapa


2. Berikan penjelasan kepada penderita apa yang akan anda lakukan.
3. Pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita.
4. Cuci tangan WHO
5. Minta pasien membuka bajunya.
6. Posisi penderita berbaring telentang 30 derajat dengan mengelevasi ujung
tempat tidur. Ruang pemeriksaan harus tenang
7. Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus
diamati misalnya tampak capek, kelelahan, frekuensi napas meningkat, sesak,
sianosis dan edema.

Inspeksi

Mengamati ada tidaknya asimetris dada, bentuk dada, gerakan dada, pulsasi
diarea apeks, trikuspidal, pulmonal, aorta.

Palpasi

1. Berusaha menghangatkan tangan sebelum menyentuh penderita

116
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

2. Meletakkan jari 2 dan 3 pada leher meraba denyut arteri karotis untuk
melihat ejeksi ventrikel kiri (denyut, kontur dan volume di dalam arteri karotis
yang mencerminkan kejadian-kejadian didalam jantung dan ventrikel.
3. Meraba dada penderita dengan seluruh telapak tangan dan merasakan
gerakan pernapasan untuk palpasi dada
4. Membandingkan gerakan dada kanan dan kiri dengan meletakkan satu tangan
di dada kanan dan satu tangan didada kiri.
5. Gunakan ujung permukaan bawah ujung jari anda untuk meraba apeks
jantung, diukur berapa cm diameter, tentukan lokasinya. Apeks teraba
sebagai pulsasi yang berukuran kira-kira setengah mata uang logam (2 cm)
dan lokasinya terletak 2 jari medial dari garis midclavikula kiri.
6. Laporkan hasilnya:
Denyut arteri karotis: frekuensi, volume, kualitas upstroke, penurunan dan
waktu ejeksi.
Denyut apeks: lokasi, ukuran dan intensitas. Apakah ada thrill, heaving, lift

Perkusi
1. Pemeriksaan tetap disebelah kanan tempat tidur pasien.
2. Telapak tangan kiri diletakkan di dinding dada, dengan jari tengah (jari ke-3)
sebagai landasan ketok, sedangakan telapak tangan dan keempat jari agak
diangkat. Mengetuk dengan jari tengah kanan
3. Jari tengah tangan kanan tegak lurus pada jari tengah tangan kiri
4. Sikap tangan kanan rileks, gerakan pada sendi pergelangan tangan dan tidak
menggerakkan siku.

Batas Jantung Kanan


 Mula-mula ditentukan lebih dahulu titik tengah garis midclavikula kanan,
jari-jari tangan kanan diletakkan sejajar dengan iga.
 Kemudian dilakukan perkusi mulai dari titik tengah tadi, dari cranial ke
arah caudal. Suara normal yang didapat adalah bunyi sonor yang berasal
dari paru. Perkusi diteruskan sampai timbul suara redup, biasanya pada
sela iga VI kanan.
 Setelah didapat titik batas sonor-redup, dari batas tadi diukur dua jari
kearah cranial. Pada titik yang baru ini diletakkan kembali jari-jari
diposisikan dengan arah jari tegak lurus terhadap iga.

117
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Kemudian dilakukan perkusi ke arah medial untuk mencari perubahan


suara dari sonor ke redup yang merupakan batas relatif kanan jantung
dan normal adalah pada garis sternal kanan.
 Dari titik batas ini selanjutnya dilakukan perkusi sampai mendapat suara
pakak, yang merupakan batas absolut jantung kanan, biasanya pada garis
midsternal.

Batas Jantung Kiri


 Mula-mula ditentukan garis aksila anterior kiri.
 Bila terdapat pembesaran jantung kekiri, perkusi dapat dimulai dari garis
aksila medial.
 Kemudian jari tengah diletakan pada titik teratas garis aksila anterior
dengan arah jari sejajar dengan iga. Perkusi dari kranial ke kaudal untuk
mencari perubahan bunyi dari sonor ke timpani yang merupakan batas
paru dan lambung, biasanya pada sela iga VIII kiri.
 Dari titik ini diukur dua jari ke arah kranial dengan posisi jari kiri tegak
lurus terhadap iga, sampai timbul perubahan suara dari sonor ke redup,
yang merupakan batas relatif jantung paru. Biasanya terletak pada 2 jari
medial garis midclavicular kiri.
 Perkusi diteruskan ke medial, sampai terjadi perubahan suara dari redup
ke pekak yang merupakan batas absolut jantung kiri.

Batas Atas
 Tentukan garis sternal kiri lebih dahulu.
 Dari titi teratas dilakukan perkusi dan arah sejajar iga ke arah kaudal,
sampai terajadi perubahan suara dari sonor ke redup. Normal adalah sela
iga II kiri.

Pinggang Jantung
 Tentukan lebih dahulu garis parasternal kiri.
 Kemudian dilakukan perkusi ke arah kaudal mulai dari titik teratas garis
tersebut, dengan posisi tengah sejajar iga. Yang dicari adalah perubahan
bunyi sonor-redup. Normal terletak pada sela Iga III kiri.
 Bila titik batasnya misalnya pada sela iga II. Berati pinggang jantung
hilang.

118
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Kontur Jantung
 Pemeriksaan dimulai dari sela iga I kanan dilakukan dari lateral ke medial
dengan jari tengah sejajar iga sampai terjadi perubahan suara dari sonor
ke redup.
 Kemudian dilakukan perkusi dari sela iga II kanan dengan cara yang sama
dan seterusnya sampai ke kaudal. Titik-titik batas tadi ditentukan
kemudian ditarik garis sehingga terdapat garis batas jantung kanan.
Begitu juga dilakukan pada sisi jantung kiri dengan cara yang sama.

Auskultasi
1. Posisi pemeriksa tetap disebelah kanan pasien dan di dalam ruang yang sunyi.
2. Pemeriksaan boleh mulai dari apeks atau basal.
3. Tetapkan stetoskop erat-erat ke dinding dada.
4. Gunakan sisi diagfragma untuk mendengarkan bunyi jantung frekuensi
rendah, misalnya bunyi jantung III
5. Menggunakan sisi bel untuk mendengarkan bunyi Jantung I dan II.

Lokasi titik pemeriksaan auskultasi adalah:


 Apeks untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
 Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan
bunyi jantung yang bersal dari katup trikuspidal.
 Sela Iga III kiri untuk mendengarkan bunyi patologis yang berasal dari
septal bila ada kelainan yaitu ASD atau VSD.
 Sela iga II kiri untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup
pulmonal.
 Sela iga II kanan untuk mendengarkan bunyi yang berasal dari katup
aorta.
 Arteri karotis kanan dan kiri untuk mendengarkan bila ada penjalaran
bising dari katup aorta ataupun kalau ada stenosis di arteri karotis sendiri.

G. DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, dkk. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. FKUI,
Jakarta, 2006. Hal 1455-1467

119
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

2. ADAMS. Diagnosis Fisik. Edisi 17. terjemahan. EGC, jakarta,1995. hal 213-
255
3. Erickson, B. Bunyi jantung dan Murmur : Terjemahan. Edisi 4. EGC,
jakarta, 2008. Hal 1-213
4. Snell,S : Anatomi klinik Untuk mahasiswa Kedokteran. Terjemahan. Edisi
3. EGC, Jakarta. 2008. hal 68-69

H. EVALUASI

Ceklist Latihan Pemeriksaan Fisik Jantung Lanjut


Feed Back
No LANGKAH KLINIK YANG DINILAI

I ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN


1 Senyum, salam dan sapa
2 Jelaskan pentingnya pemeriksaan ini lalu lakukan informed
consent
II ITEM PROSEDURAL
3 Persiapan Alat
4 Cuci Tangan WHO
5 Minta pasien membuka baju dan membaringkan pasien
terlentang 30 derajat
Inspeksi
6 Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit
jantung harus diamati misalnya tampak capek, kelelahan,
frekuensi napas meningkat, sesak, sianosis dan edema.
7 Mengamati ada tidaknya asimetris dada, bentuk dada, gerakan
dada, pulsasi diarea apeks, trikuspidal, pulmonal, aorta.
Palpasi
8 Berusaha menghangatkan tangan sebelum menyentuh
penderita
9 Meletakan jari 2 dan 3 pada leher meraba denyut arteri karotis
untuk melihat ejeksi ventrikel kiri (denyut, kontur dan volume
di dalam arteri karotis yang mencerminkan kejadian-kejadian
didalam jantung dan ventrikel

120
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

10 Meletakan jari 2 dan 3 pada leher meraba denyut arteri karotis


untuk melihat ejeksi ventrikel kiri (denyut, kontur dan volume
di dalam arteri karotis yang mencerminkan kejadian-kejadian
didalam jantung dan ventrikel.
11 Meraba dada penderita dengan seluruh telapak tangan dan
merasakan gerakan pernapasan untuk palpasi dada
12 Membandingkan gerakan dada kanan dan kiri dengan
meletakkan satu tangan di dada kanan dan satu tangan didada
kiri.
13 Gunakan ujung permukaan bawah ujung jari anda untuk
meraba apeks jantung , diukur berapa cm diameter, tentukan
lokasinya. Apeks teraba sebagai pulsasi yang berukuran kira-
kira setengah mata uang logam (2 cm) dan lokasinya terletak 2
jari medial dari garis midclavikula kiri
Perkusi
14 Pemeriksaan tetap disebelah kanan tempat tidur pasien.
15 Telapak tangan kiri diletakkan di dinding dada, dengan jari
tengah (jari ke-3, phalanx) sebagai landasan ketok, sedangakan
telapak tangan dan keempat jari agak diangkat. Mengetuk
dengan jari tengah kanan
16 Menilai Batas Kanan Jantung
17 Menilai Batas Kiri Jantung
18 Menilai Batas Atas Jantung
19 Menilai Pinggang Jantung
20 Menilai Countur Jantung
Auskultasi
21 Gunakan sisi diagfragma untuk mendengarkan bunyi jantung
frekuensi rendah, misalnya bunyi jantung III
22 Menggunakan sisi bel untuk mendengarkan bunyi Jantung I dan
II
23 Lokasi titik pemeriksaan auskultasi adalah :
Apeks untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari
katup mitral

24 Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk
121
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

mendengarkan bunyi jantung yang bersal dari katup trikuspidal.


25 Sela Iga III kiri untuk mendengarkan bunyi patologis yang
berasal dari septal bila ada kelainan yaitu ASD atau VSD
26 Sela iga II linea parasternal kiri untuk mendengarkan bunyi
jantung yang berasal dari katup pulmonal
27 Sela iga II linea parasternal kanan untuk mendengarkan bunyi
yang berasal dari katup aorta.
28 Arteri karotis kanan dan kiri untuk mendengarkan bila ada
penjalaran bising dari katup aorta ataupun kalau ada stenosis di
arteri karotis sendiri
ITEM PENALARAN KLINIS
29 Mampu menyimpulkan hasil pemeriksaan fisik jantung.
30 Mampu menyarankan langkah selanjutnya dari hasil yang
didapat dari pemeriksaan jantung.
III ITEM PROFESIONALISME
32 Tunjukkan sikap percaya diri
33 Tunjukkan sikap menghormati pasien
34 Tutup, memberikan salam serta mencatat pada medical record

122
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

PEMERIKSAAN JUGULAR VENOUS PRESSURE (JVP)

A. TEMA
Pemeriksaan Jugular venous pressure (JVP)

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan JVP

Tujuan Instruksional khusus


 Mampu melakukan pemeriksaan JVP dengan benar.
 Mampu menyimpulkan hasil pemeriksaan.

C. ALAT DAN BAHAN


 2 buah penggaris/mistar
 Pulpen
 Kapas dan alkohol

D. SKENARIO

Seorang kakek berumur 60 tahun dibawa kerumah sakit karena sesak napas
sejak 1 hari yang lalu. Dari anamnesa didapatkan sesaknya sudah lama dirasakan
terutama saat berjalan beberapa meter saja sudah sesak dan meningkat sejak 1 hari
yang lalu. Malam hari si kakek sering terbangun karena sesak dan lebih suka
menggunakan bantal tinggi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/90, frekuensi
nadi 70x/menit, frekuensi napas 30x/menit. Pemeriksaan Jantung JVP 3 cm dari
angulus sterni, Pemeriksaan Thorax : paru Ronki +/+. Jantung: ictus teraba 1 jari
lateral linea midclavicula RIC VI, auskultasi dalam batas normal. Tungkai edema +.

Bagaimana mengukur JVP?

E. DASAR TEORI

123
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Anatomi Sternum
Sternum terdiri dari tiga bagian:
1. Manubrium sterni
2. Corpus sterni
3. Processus xipoideus

Manubrium Sterni
Merupakan bagian atas sternum, dan bersendi dengan klavikula dan kosta 1 dan
bagian atas rawan kosta II pada masing-masing sisi. Manubrium sterni terletak
berhadapan denagn thoracica III dan IV.

Corpus Sterni
Di atas bersendi dengan sendi fibrokartilago, articulatio manubrio sternalis. Di bawah
corpus sterni bersendi dengan processus xipoideus. Pada samping corpus sterni
terdapat lekukan-lekukan untuk bersendi dengan bagian bawah rawan costa II dan
rawan costa III sampai VII. Rawan II sampai VII bersendi dengan sternum melalui sendi
sinovial.

Processus xipoideus
Merupakan bagian terbawah dan terendah sternum. Merupakan rawan hialin yang
tipis yang pada orang dewasa mengalami osifikasi pada ujung proximalnya.

Angulus sterni (sudut Louis) yang dibentuk oleh persendian manubrium sterni dengan
corpus sterni, dapat dikenal dengan adanya peninggian transversal pada permukaan
anterior sternum. Peninggian transversal terletak setinggi rawan costa II, tempat
dimana semua rawan costa dan costa dihitung. Angulus sterni terletak berhadapan
dengan diskus intervetebralis antara vertebra thoracica IV dan V.

124
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 1. Costae, manubrium sterni

Gambar 2. Posisi vena jugularis externa


Fisiologi Tekanan Vena

125
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Sistem vena mempunyai tekanan lebih rendah dari pada arteri. Dinding vena sedikit
mengandung otot dari pada arteri, hal ini mengurangi kekakuan vena dan lebih
menggelembung. Hal lain yang menentukan tekanan vena adalah volume darah dan
kapasitas jantung kanan untuk memompa darah ke system arteri pulmonalis.

Penyakit jantung dapat mengubah berbagai variabel, mempengaruhi tekanan vena


sentral. Misalnya gagalnya tekanan vena ketika output ventrikel kiri atau volume darah
berkurang secara signifikan, atau meningkat ketika kegagalan jantung kanan atau
ketika tekanan meningkat di kantong pericardial akan menghambat darah balik ke
atrium. Perubahan tekanan vena direfleksikan dengan tingginya kolom darah di vena
jogularis. Yang disebut Jogular venous Pressure (JVP). Tekanan vena jugularis
mereflksikan tekanan atrium kanan, yang memberikan indikator klinis yang penting
untuk fungsi jantung dan hemodinamik jantung kanan. JVP biasanya diukur vertikal
jarak di atas angulus sternum: pertemuan ujung klavikula denan Kosta kedua dan
manubrium sterni. Tinggi normal JVP adalah 5 -2 cm H2O sampai 5 +2 cm H2O

F. PROSEDUR
Cara 1
1. Melakukan cuci tangan menurut WHO.
2. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita
3. Menjelaskan maksud pemeriksaan dan meminta persetujuan serta buat
pasien nyaman.
4. Penderita berbaring dengan membuat sudut 30 derajat dari bidang
horizontal.
5. Aturlah posisi kepala sedemikian rupa (biasanya menoleh ke kiri) sehingga
aliran vena jugularis terlihat jelas
6. Bendunglah bagian proximal vena jugularis (di atas clavicula) dengan satu jari,
kemudian bendunglah bagian distal vena jugularis (di bawah mandibula), lalu
lepas bendungan bagian proximal.
7. Identifikasi pulsasi vena jugularis, dan tandai
8. Tentukan titik angulus sternalis (pertemuan manubrium sterni dengan corpus
sterni)
9. Dengan mistar plastik pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara
horizontal ke dada sampai titik manubrium sterni.
10. Kemudian mistar kedua letakkan vertikal ke angulus sternalis.
11. Ukurlah hasil pembacaan (hasil yang dibaca 5 + angka didapat pada mistar)

126
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Tambahan:
a) Untuk melihat kenaikan vena jugularis Tempatkan telapak tangan pada
tengah abdomen
b) Tekan telapak tangan ke arah dalam
c) Tahan 30-60 detik
d) Mengamati ada tidaknya kenaikan tekanan vena jugularis.
e) Melakukan cuci tangan.

Gambar 3. Palpasi vena leher

127
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 4. Pengukuran JVP

Gambar 5. Posisi dan proyeksi Vena Jugularis external

G. DAFTAR PUSTAKA

128
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

1. Sudoyo, dkk. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. FKUI, Jakarta,
2006. Hal 1455-1467
2. ADAMS. Diagnosis Fisik. Edisi 17. terjemahan. EGC, jakarta,1995. hal 213-255
3. Snell,S : Anatomi klinik Untuk mahasiswa Kedokteran. Terjemahan. Edisi 3.
EGC, Jakarta. 2008. hal 68-69
4. Bate’s. Guide To Phycal Examination And History Taking. Ed 9. Philadelphia.
2007.

H. EVALUASI
Cek List Latihan Pemeriksaan JVP
Feedback
No LANGKAH KLINIK YANG DINILAI

I ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN


1 Senyum, salam dan sapa
2 Jelaskan pentingnya pemeriksaan ini lalu lakukan informed
consent
II ITEM PROSEDURAL
3 Persiapan Alat
4 Cuci Tangan WHO
5 Minta pasien membuka baju dan membaringkan pasien
terlentang 30 derajat
6 Identifikasi vena jugularis
7 Membendung vena jugular bagian proximal (atas clavikula) dan
bagian distal (bawah mandibula), melepas bendungan bagian
proximal dan menemukan titik teratas pada pulsasi vena
jugularis
8 Tentukan titik angulus sternalis
9 Dengan mistar pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena
secara horizontal
10 Mistar kedua letakkan vertikal ke angulus sternalis
11 Ukur lah jarak antara titik angulus strnalis vertikal ke titik
pertemuan kedua mistar
12 Cuci tangan
ITEM PENALARAN KLINIS
13 Mampu menyimpulkan hasil yang didapat

129
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

III ITEM PROFESIONALISME


14 Tunjukkan sikap percaya diri
15 Tunjukkan sikap menghormati pasien
16 Tutup, memberikan salam serta mencatat pada medical record

TES (BRODIE) TRENDELENBURG


Dr.Hanna Mutiara,M.Kes

A. TEMA
Pemeriksaan Tredelenberg

130
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Tredelenberg dengan benar.
- Mahasiswa mampu menyimpulkan hasil pemeriksaan.

C. ALAT DAN BAHAN


 Bed periksa pasien

E. DASAR TEORI
Tungkai mempunyai banyak pembuluh darah balik dengan fungsi utama
untuk mengembalikan darah dari tungkai ke jantung. Dalam vena terdapat
katub satu arah yang mengarahkan darah agar mengalir kembali ke atrium dan
mencegah darah kembali ke bagian proksimal. Darah mengalir dari kapiler ke
sistem vena superfisial dan profunda tungkai. Vena superfisial mengalirkan
darah ke vena profunda melalui vena komunikans. Vena superfisial tungkai
saling bergabung membentuk vena safena magna dan bermuara ke vena
femoralis.
Apabila terjadi inkompetensi katup vena maka darah akan mengalir
kembali ke bagian proksimal vena dan menyebabkan distensi dan pelebaran
vena yang disebut varises. Dengan melakukan pembendungan vena safena
magna, dapat ditentukan lokasi katup yang inkompeten. Oleh karena itu,
pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai ada tidaknya vena
varikosa melalui penilaian kompetensi katup vena saphena magna dan vena
comunikan tungkai.

E. Prosedur Pemeriksaan
 Minta pasien untuk berbaring dan mengelevasikan tungkainya
sebesar 90o untuk mengosongkan vena
 Oklusi vena savena magna pada paha bagian atas dengan
kompresi manual atau menggunakan torniquet, gunakanlah
tekanan yang cukup untuk menekan vena superfisial namun
tidak menekan vena dalam
 Minta pasien untuk berdiri dengan tetap mengoklusi vena
131
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Amati pengisian vena pada tungkai. Normalnya, vena superfisial


terisi dari bawah dan memerlukan waktu sekitar 35 detik.
 Setelah pasien berdiri selama 20 detik, lepaskan kompresi dan
lihat adanya tambahan pengisian vena.

Gambar Pemeriksaan Tredelenberg


F.Analisi Hasil Pemeriksaan
 Normalnya pengisian vena superfisial memerlukan waktu 35 detik.
Pengisian vena yang cepat saat vena superfisial dioklusi menandakan
inkompetensi vena-vena komunikans.
 Adanya pengisian vena mendadak setelah kompresi dilepas
menandakan inkompetensi katup-katup vena pada vena saphena.
 Interpretasi hasil pemeriksaan sebagai berikut:
 Negatif-negatif : hasil normal
 Positif-positif : keduanya abnormal
 Respon negatif-positif dan positif-negatif juga dapat ditemukan

132
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

G. DAFTAR PUSTAKA
Pengurus besar ikatan dokter Indonesia. 2017. Panduan Keterampilan Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta

H. EVALUASI
Cek List Latihan Pemeriksaan Tredelenberg
Feedback
No LANGKAH KLINIK YANG DINILAI

I ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN


1 Senyum, salam dan sapa
2 Jelaskan pentingnya pemeriksaan ini lalu lakukan informed
consent
II ITEM PROSEDURAL
3 Persiapan Alat
4 Cuci Tangan WHO
5 Minta pasien membuka baju dan membaringkan pasien
terlentang serta mengelevasikan tungkainya sebesar 90 o
6 Oklusi vena savena magna pada paha bagian atas dengan
kompresi manual atau menggunakan torniquet
7 Minta pasien untuk berdiri dengan tetap mengoklusi vena

8 Amati pengisian vena pada tungkai

9 Setelah pasien berdiri selama 20 detik, lepaskan kompresi dan


lihat adanya tambahan pengisian vena.
12 Cuci tangan
ITEM PENALARAN KLINIS
13 Mampu menyimpulkan hasil yang didapat
III ITEM PROFESIONALISME
14 Tunjukkan sikap percaya diri
15 Tunjukkan sikap menghormati pasien
16 Tutup, memberikan salam serta mencatat pada medical record

133
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

ANAMNESIS SISTEM RESPIRASI


dr. Anggi Setiorini

A. TEMA
Keterampilan komunikasi : anamnesis

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan instruksional umum
Mampu melakukan anamnesis terkait sistem paru/respirasi dengan
benar.

B. Tujuan instruksional khusus


a. Mampu melakukan anamnesis paru dengan benar
b. Mampu menggali informasi yang relevan
c. Mampu mencatat hasil anamnesis dan menyimpulkan hasil
anamnesis

134
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

C. SKENARIO
Koch Pulmonum (KP)
Pak Joni ,30 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada kanan. Pak Joni
menderita batuk berdahak selama tiga bulan disertai subfebri pada malam hari
dan berkeringat. Sudah diobati dengan obat batuk tetapi tidak sembuh. Nafsu
makan berkurang dan berat badannnya juga turun 4 kilogram selama 3 bulan.
Badan tidak enak dan mudah lelah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan
darah 100/60 mmHg, konjungtiva pucat, pembesaran kelenjar getah bening di
leher. Ditemukan suara ronkhi basah pada auskultasi paru. Pada tes mantoux
(-), LED meningkat, limfositosis. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik paru
pada pasien!

E. DASAR TEORI
Dasar diagnosa penyakit paru ada tiga, yaitu:
1. Riwayat penyakit (anamnesa)
2. Tanda penyakit (pemeriksaan fisik)
3. Pemeriksaan penunjang (radiologi & lab)

Anamnesa dan pemeriksaan fisik sangatlah penting, karena, dengan anamnesa


yang baik dan pemeriksaan fisik yang tepat, kelainan paru dapat didiagnosis
secara cepat dan tepat. Pemeriksaan penunjang harus sesuai sesuai indikasi.
Manifestasi penyakit paru, dapat digolongkan menjadi pulmoner dan ektra
pulmoner.

1. Pulmoner
 Primer (langsung)
 Sekunder (tdk langsung)
2. Ekstra pulmoner
 Metastasis
 Non-metastasis

ANAMNESA
135
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Pada penyakit paru dapat dijumpai keluhan atau tanpa keluhan. Penting untuk
ditanyakan adalah riwayat kontak dengan penderita TB, tes tuberkulin,
merokok, paparan debu pabrik/polusi udara, onset gejala, keluarga, obat, dan
penyakit dahulu.

Identitas Pasien, sebelum memulai anamnesa kepada seorang pasien, pastikan


bahwa identitasnya sesuai dengan catatan medis yang dibawa. Sebenarnya ini
hal yang sepele, tetapi sering terjadi kesalahan fatal dan terkadang berakhir ke
meja hijau karena melakukan tindakan medis kepada orang yang salah. Ada
baiknya juga seorang dokter memperkenalkan diri.

Privasi, Pasien yang berhadapan dengan dokter merupakan orang terpenting


saat itu. Oleh karena itu, pastikan bahwa anamnesa dilakukan ditempat yang
tertutup dan menjaga kerahasiaan pasien.

Pendamping, hadirkan pendamping pasien dan pendamping dokter


(paramedis). Hal ini dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang mungkin
kurang baik untuk pasien dan juga untuk dokter terutama ketika dokter dan
pasiennya berlainan jenis kelamin. Selain itu, pendamping pasien juga bisa
membantu memperjelas informasi yang dokter butuhkan (terutama pasien
lansia dan anak-anak yang susah diajak berkomunikasi).

Ada 6 gejala kardinal/utama pada penyakit paru:


1. Batuk (Cough)
2. Dahak
3. Batuk darah (Hemoptysis)
4. Nyeri dada (Chest pain)
5. Sesak napas (Dyspnea)
6. Napas bunyi/mengi (Wheezing)
Batuk merupakan mekanisme membersihkan saluran napas dan merupakan
gejala paling sering & penting, namun bersifat tidak spesifik. Batuk dapat
bersifat sementara, akut, kronis. Batuk juga dibedakan menjadi batuk kering
atau berdahak. Perlu pula ditanyakan lama batuk, apakah batuk itu
136
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

memberat/menetap), kekerapan,waktu timbul batuk (apakah terkait posisi


tubuh & aktivitas pasien)

Apabila batuk disertai dengan dahak, maka perlu ditanyakan sifat & jumlah
dahaknya, karena hal ini merupakan petunjuk yang mengarah kepada suatu
penyakit. Tanyakan pula warna dahak (merah, kuning, hijau), apakah
bercampur darah? Bagaimana baunya (busuk, anyir). Batuk darah merupakan
gejala paling penting, keluhan inilah yang biasanya membawa pasien berobat.
Batuk darah dapat merupakan gejala gawat darurat paru. Perlu pula dibedakan
batuk dengan muntah darah.

Keluhan nyeri dada dapat disebabkan oleh gangguan paru atau luar paru.
Keluhan ini sukar dinilai (subyektif). Ada 5 kelompok nyeri dada, yaitu nyeri
pleuropulmonal, trakeobronkial, kardiovaskuler, mediastinal, dan,
neuromuskuloskeletal. Tanyakan sifat nteri dadanya, berat, lokasi, durasi,
intensitas, penyebaran, faktor yang memperberat nyeri dan faktor yang
memperingan nyeri

Sesak napas dapat disebabkan oleh kelainan paru atau luar paru. Keluhan ini
biasanya akan membawa pasien segera berobat. Perlu ditanyakan lamanya
sesak (akut/kronis), intensitas sesaknya, progresifitas, apakah terkait aktivitas
(sesak kardial) & posisi tubuh, rekurensi, apakah disertai suara mengi,
tanyakan pula riwayat keluarga. Sesak napas dibagi 3 menjadi sesak akut, sesak
progresif menahun, dan sesak paroksismal berulang

Napas bunyi (wheezing/mengi) disebabkan obstruksi saluran napas kecil.


Lokasi timbulnya mengi dapat berupa difus (asma bronkial., bronkitis kronis,
PPOK, pasca TB) atau lokal (benda asing, karsinoma bronkogenik, pasca TB)

Selain hal hal yang telah disebutkan diatas perlu juga ditanyakan apakah ada
gejala umum (demam, keringat malam, anoreksia, BB ,Malaise) dan Gejala
lain/khusus (sakit kepala, suara parau, bengkak wajah & leher, Sindroma
Horner, nyeri lengan & bahu, poliarthralgia, rhinitis/sinusitis)
137
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Riwayat perjalanan penyakit


Dimulai dari keluhan pertama kali sampai penderita berobat. Hal ini berguna
untuk mengetahui perjalanan penyakit dari awal sampai dengan ke dokter
atau ke rumah sakit dan untuk menyingkirkan sebagian diagnose banding.

Riwayat pengobatan
Untuk mengetahui apakah ada efek samping dari obat-obatan yang telah
digunakan

Riwayat keluarga
Mengenai penyakit tbc paru adanya kontak dengan keluarga serumah atau
teman sekerja dan keadaan social ekonomi penting untuk pengobatan jangka
panjang

Riwayat pekerjaan
Penyakit paru akibat pekerjaan: pneumokoniasis seperti pada pekerja tambang
batu bara.

Dan untuk mengakhiri anamnesa sebaiknya kita melakukan rangkuman dari


anamnesis pasien tersebut, lakukan cross check untuk mengantisipasi adanya
data yang salah atau terlewat. Setelah anamnesis dirasa cukup maka akhiri
anamnesis dan beritahukan pasien bahwa selanjutnya akan dilakukan
pemeriksaan fisik.

Demikianlah  anamnesis pasien terbukti sangat penting untuk menjadi penentu


tindakan dokter selanjutnya. Tiap-tiap langkah anamnesis hendaknya:
- Menggunakan bahasa verbal yang dipahami dan bahasa non verbal
selama proses wawancara
- Menunjukkan empati kepada pasien.
- Menjadi pendengar yang baik dan mendengarkan keluhan pasien secara
efektif.

138
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

- Dapat menunjukkan keterampilan yang baik (dapat memfasilitasi pasien,


mengulang/menggaris bawahi keluhan pasien).
- Penampilan yang ramah dan baik.
- Mengutarakan riwayat penyakit seraca runut.

PROSEDUR
Anamnesis
 Senyum, Salam, Sapa
 Membina sambung rasa
 Menggali identitas pasien
 Menanyakan memastikan keluhan utama (menggali dan mengaitkan
dengan 6 gejala kardinal untuk keluhan sistem respirasi)
 Menggali lebih dalam keluhan utama (lokasi, kualitas, kuantitas (or
severity), waktu (onset, durasi, dan frekuensi), setting, faktor yang
memperberat atau meringankan gejala, manifestasi yang
berhubungan)
 Menanyakan RPS, RPD, RPK serta Riwayat sosial, pekerjaan dan
lingkungan yang terkait seperti faktor risiko, dll
 Anamnesis sistem yang terkait, terutama untuk menegakkan diagnosis
maupun menyingkirkan diagnosis banding
 Merangkum hasil anamnesis dan mencatat pada lembar rekam medis

Cek List Latihan


No Item Latihan Feed Back
Item Interaksi dokter-Pasien
1 Senyum, Salam, Sapa
2 Membina sambung rasa
Item Prosedural
Anamnesis
3 Menggali identitas pasien
4 Menanyakan memastikan keluhan utama
5 Menggali lebih dalam keluhan utama
139
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

6 Menanyakan RPS, RPD, RPK serta Riwayat sosial,


pekerjaan dan lingkungan
7 Anamnesis sistem yang terkait
8 Merangkum hasil anamnesis dan mencatat pada
lembar rekam medis
ITEM PENALARAN KLINIS
Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan
9
terhadap apa yang dikatakan pasien)
Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang
10
jelas, atau pertanyaan yang kurang jelas).
11 Mencatat semua hasil anamnesis
12 Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis
ITEM PROFESIONALISME
13 Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi
14 Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik

140
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

PEMERIKSAAN FISIK PARU LANJUT


dr. Oktadoni Saputra, M.Med.Ed., dr. Hanna M, M.Kes, dr. Syazili M,
dr. Anggi Setiorini, dr. Muhammad Aditya

Level Kompetensi:
Kompetensi Level
Mampu melakukan inspeksi paru saat istirahat 4
Mampu melakukan inspeksi paru saat respirasi 4
Mampu melakukan pemeriksaan palpasi ekspansi dinding thorax 4
Mampu melakukan pemeriksaan palpasi fremitus taktil 4
Mampu melakukan pemeriksaan perkusi paru 4
Mampu melakukan pemeriksaan auskultasi paru 4

Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik paru lanjut
2. Mahasiswa mampu menentukan alat yang akan digunakan dalam
pemeriksaan fisik paru
3. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan fisik paru

Suara napas
Suara napas ditimbulkan oleh aliran udara yang mengalir dalam saluran napas
yang menimbulkan pusaran & benturan aliran udara pada saat menumbuk
percabangan bronkus. Pusaran dan benturan aliran udara tersebut akan
menghasilkan getaran suara yang akan dihantarkan melalui lumen bronkus &
dinding bronkus. Alveoli merupakan selective transmitter yang akan menahan
getaran sampai frekuensi 100-150 cycle/detik.

Pada alveoli sakit, kemampuan selective transmitter alveoli akan menurun. Hal
ini akan menyebabkan frekuensi suara napas meningkat.

Suara napas dapat dikelompokkan menjadi:


141
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

1. Suara napas dasar


a. Vesikuler
b. Bronkovesikuler
c. Bronkial
d. Trakeal
2. Suara napas tambahan
a. Ronki basah (halus, sedang, kasar)
b. Ronki kering (wheezing)

Suara Napas Vesikuler merupakan suara napas normal, biasanya ditemukan


pada paru bagian bawah. Bunyi vesikuler merupakan nada rendah, dan
terdengar sepanjang fase inspirasi. Pada fase ekspirasi, bunyi vesikuler
terdengar lebih lemah, lebih pendek, dan dengan nada lebih rendah daripada
fase inspirasi. Pada bunyi ini tidak ada jeda antara inspirasi dan ekspirasi atau
“silent gap”

Suara Napas Bronkovesikuler merupakan suara napas normal yang terdengar


pada daerah paru dekat bronkus. Sifat suaranya diantara suara napas vesikuler
& bronkial. Pada fase inspirasi & ekspirasi suara ini terdengar jelas seluruhnya
dengan nada tinggi. Pada bunyi napas ini tidak ada “silent gap”

Suara Napas Bronkial adalah suara napas normal yang terdengar di atas
manubrium dengan kualitas tubuler. Bunyi napas ini terdengar di sepanjang
fase inspirasi dengan nada tinggi. Saat ekspirasi nada terdengar lebih tinggi,
bunyi ini terdengar sepanjang fase ekspirasi, lebih keras, dan lebih lama. Pada
bunyi ini juga ditemukan “silent gap”

Suara Napas Trakeal, normalnya hanya terdengar di daerah Trakea. Suara ini
terdengar sangat keras, nada tinggi, dan lebih kasar. Komponen inspirasi &
ekspirasi sama, ada jeda diantaranya.

142
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Pada paru yang sakit akan terdapat beberapa perubahan suara napas dasar,
timbul suara napas tambahan, atau ditemukannya suara abnormal. Perubahan
suara napas dasar:
1. Vesikuler menguat
2. Vesikuler melemah
3. Peningkatan suara napas menjadi bronkial

Vesikuler menguat, dapat merupakan hal yang normal pada anak-anak, orang
kurus, latihan jasmani,dan terdengar simetris di kedua paru. Vesikuler
menguat disebabkan adanya sebagian paru yang sakit yang mengakibatkan
fungsi paru secara keseluruhan berkurang, agar kinerja paru tidak terganggu
maka bagian paru yang sehat akan meningkatkan fungsi fungsi dan kinerjanya ,
hal ini akan menyebabkan bunyi vesikuler menguat (compensatory breath
sound).

Bunyi Vesikuler melemah,dapat ditimbulkan oleh beberapa penyebab:


 Efusi pleura, pneumotoraks
 Awal pneumonia, edema paru, emfisema paru
 Nyeri pleuritik, fraktur kosta, asites, distensi abdomen
 Spasme/edema glotis, obstruksi trakea/bronkus/bronkiolus
Peningkatan suara napas vesikuler menjadi bronkovesikuler atau bronkial
biasanya terdengar pada penyakit paru dimana terjadi proses pemadatan atau
konsolidasi (pneumonia, awal TB paru) & kompresi (massa besar) dengan
syarat bronkus terbuka.

Suara napas tambahan yang terdengar selalu pertanda patologis karena suara
ini tidak terdengar pada paru yg sehat. Suara ini timbul karena adanya sekret
dalam saluran napas, penyempitan lumen saluran napas,atau terbukanya
alveoli yg kolaps. Suara ini lebih dikenal dengan istilah “Ronki” Ada 2 macam
ronki, yaitu ronki basah & ronki kering.

Ronki Basah Terdengar terputus-putus, terutama saat inspirasi dalam. Atas


dasar kualitas, dibagi menjadi:
143
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Ronki basah kasar, ditimbulkan oleh suara gelembung udara besar


yang pecah, gelembung ini ditimbulkan oleh banyaknya sekret di
saluran napas besar akibat batuk tidak adekuat.
 Ronki basah sedang ditimbulkan oleh suara gelembung udara kecil
yang pecah, gelembung terbentuk dari banyaknya sekret di saluran
napas kecil. Bunyi ini ditemukan pada bronkiektasi dan
bronkopneumonia
 Ronki basah halus, ditimbulkan oleh krepitasi/gesekan rambut (cilia)
saluran napas, dijumpai pada early lung edema & pneumonia

Ronki Kering terdengar kontinyu/terus-menerus, lebih jelas terdengar saat


ekspirasi. Atas dasar nada, ronki kering dibedakan menjadi:
 Ronki kering bernada rendah, bunyinya seperti suara orang
mengerang. Bunyi ini dapat ditemukan pada obstruksi parsial saluran
napas besar.
 Ronki kering bernada tinggi, disebut dengan wheezing, terjadi akibat
obstruksi pada saluran napas kecil.

Suara abnormal
Suara abnormal dapat berasal dari pleura, mediastinum, parenkim. Pada
kelainan yang terjadi di pleura dapat ditemukan pleuritis sicca-pleural friction
rub, dan fluidopneumotoraks/hidropneumotoraks yang dapat disertai dengan
succusio hipocrates (bunyi kocakan air dalam ruang berudara). Bila terdapat
kelainan pada mediastinum dapat ditemukan suara abnormal yang berupa
pneumomediastinum crunching sound. Pada parenkim paru yang mengalami
gangguan, dapat didengar suara abnormal berupa suara kavitas, amforik,
cogwheel.

Penyakit paru, dapat menyebabkan dapat terjadi kelainan pada saluran napas,
parenkim, atau pleura. Kelainan tersebut dapat mengakibatkan perubahan
pada bentuk dan ukuran toraks, distensibilitas/pergerakan pernapasan, dan,
sifat penghantaran getaran. Perubahan bentuk dan ukuran toraks, dapat
berupa penambahan volume thoraks, misalnya, adanya massa dan emfisema
144
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

yang terdapat pada parenkim, serta terjadinya efusi pleura, atau


pneumotoraks yang terjadi pada pleura. Pengurangan volume thoraks dapat
terjadi akibat kelainan pada jaringan parenkim paru (misalnya pada fibrotik
dan atelektasis ) atau kelainan pada pleura (fibrotik/schwarte). Pada kelainan
paru yang berupa konsolidasi volume thorak tidak berubah/tetap.

Pergerakan dinding toraks yang berkurang, dapat disebabkan oleh mekanisme


berikut:
a. Pengembangan paru yang menurun, hal ini dapat disebabkan adanya
fibrosis, atelektasis, dan, konsolidasi pada jaringan paru.
b. Jaringan paru tertekan, misalnya pada keadaan efusi pleura,
pneumotoraks, dan tumor
c. Hiperinflasi paru, misalnya pada emfisema.
d. Kelemahan otot-otot pernapasan, misalnya pada Gullian Barre Syndrome,
muscular dystrophy, dan poliomyelitis
e. Tahanan dinding toraks yang meningkat, misalnya pada pasien dengan
obesitas,atau, kifoskoliosis.

Suara dapat dibedakan karena adanya perbedaan nada, intensitas, dan timbre.
Nada ditentukan oleh frekuensi dan panjang/lebarnya penampang tabung.
Frekuensi yang rendah akan menghasilkan nada rendah dan frekuensi tinggi
akan menghasilkan nada tinggi. Panjang dan lebar penampang tabung
mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan. Semakin pendek dan kecil
penampang, maka nada yang dihasilkan akan semakin tinggi. Intensitas suara
dipengaruhi energi dan frekuensi suara. Intensitas suara akan berubah bila
melalui medium yang berbeda, misalnya, perubahan medium suara dari
lumen bronkus ke dinding toraks. Timbre adalah sifat/kualitas suara. Timbre
suara tergantung pada perbandingan relatif nada dasar dengan overtone.
Berdasarkan timbrenya, di paru dapat dibedakan suara bernapas, berbicara,
berbisik, dan perkusi.

Pendekatan umum pemeriksaan fisik paru


 Pemeriksaan harus dilakukan pada dada anterior dan dada posterior
145
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Pasien dalam posisi duduk, baju atas dilepas, dan harus dalam cahaya
terang
 Walaupun mungkin laju respirasi sudah dilakukan pada pemeriksaan
vital sign, lebih baik jika dilakukan lagi pengamatan pada laju, ritme,
kedalaman, dan ada atau tidaknya usaha bernapas.
 Untuk memeriksa bagian posterior, lengan pasien terlipat di dada.
Untuk memeriksa bagian anterior, posisi pasien berbaring.
 Urut-urutan pemeriksaan:
 Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
 Bandingkan sisi yg satu dengan yang lain
 Mulai dari atas ke bawah
 Gambarkan kelainan yang terjadi dan lokasi kelainan

Inspeksi
 Bentuk & ukuran toraks (simetris, lbh besar/kecil)
 Pergerakan pernapasan (simetris, salah satu bagian tertinggal)
 Tipe & frekuensi pernapasan
 Kelainan lain (deviasi trakea, vena ektasi, ginekomasti, hipertrofi otot
napas, retraksi ics, ics lebar/sempit, pernapasan cuping hidung)
 Retraksi biasanya ditemukan pada asma berat, PPOK, atau obstruksi
saluran napas atas. Pernapasan tertinggal pada salah satu sisi paru
biasanya disebabkan penyakit paru atau pleura.

Palpasi
 Posisi mediastinum (deviasi trakea, iktus kordis)
 Kelenjar getah bening (leher & supraklavikula) lokasi, ukuran,
konsistensi, soliter/multipel, mobilitas, nyeri tekan
 Gerakan dinding dada (lobus superior, medius, inferior)
 Lokasi nyeri dada
 Fremitus raba (tactile fremitus)

146
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Pada fremitus dirasakan getaran yang ditransmisikan dari cabang


bronkopulmoner ke dinding dada pasien saat pasien berbicara. Untuk
mendeteksi fremitus, gunakan telapak tangan untuk mengoptimalkan
sensitifitas getaran. Minta pasien mengulangi kata “tujuh-tujuh”, minta pasien
untuk berbicara lebih keras atau suara lebih dalam. Bandingkan antara
fremitus kiri dan kanan dengan menukar tangan kanan dan tangan kiri secara
bergantian. Lakukan pemeriksaan pada dinding dada depan dan belakang.
Untuk lebih jelasnya lokasi pemeriksaan tactile fremitus dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 2. Palpasi untuk menilai ekspansi dinding dada

147
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 3. Lokasi perabaan fremitus

Fremitus raba meningkat pada konsolidasi & fibrosis luas dengan bronkus
terbuka.
Fremitus raba menurun pada efusi pleura, pneumotoraks, atelektasis
obstruksi, obesitas.

Perkusi
Cara melakukan perkusi sbb :
 Perkusi hanya dapat mendeteksi kelainan yg berada 5-7 cm dalamnya
dari dinding dada.
 Hiperektensikan jari tengah tangan kiri (disebut jari fleksimeter) , tekan
dengan lembut pada sendi interphalang distal permukaan yang akan
diperkusi. Hindari kontak permukaan dengan bagian lain dari tangan,
karena hal ini akan mengurangi vibrasi, jari 2,4, dan 5 tidak menyentuh
dada.
 Posisikan tangan kanan cukup dekat dengan permukaan dengan jari
tengah agak fleksi, lemaskan, dan siap untuk mengetuk.
 Dengan gerakan cepat tapi santai, pada sendi pergelangan tangan,
ketuk jari fleksimeter dengan menggunakan ujung jari tengah tangan

148
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

kanan. ketukan dilakukan dengan cepat untuk menghindari


pengurangan fibrasi.
 Lakukan perkusi secara sistematis membandingkan kanan dan kiri
serta dari atas ke bawah dari bagian yang sehat (urutan lihat gambar)
 Perkusi batas atas hepar dengan melakukan perkusi dari midclavicula
kanan sampai terjadi perubahan suara menjadi pekak, sedangkan dari
midklavikula kiri sampai terjadi suara timpani menunjukkan adanya
udara di dalam gaster.

Tabel 1. Suara Hasil Perkusi


suara nada waktu densitas
pekak >tinggi > pendek padat
redup tinggi pendek <padat
sonor normal normal normal
hipersonor rendah panjang < udara
timpani >rendah >panjang udara

\
Gambar 4. Cara Perkusi Thoraks

149
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 5. Perkusi batas atas hepar


Auskultasi
Idealnya, auskultasi dilakukan dalam ruangan sunyi. Terkadang suara yang
dapat mengganggu pemeriksaan ini berasal dari gesekan stetoskop dengan
kulit/rambut/pakaian, kontraksi otot. Perlu banyak latihan agar kemampuan
auskultasi menjadi handal. Hal hal yang perlu dievaluasi adalah adanya suara
napas dasar, suara napas tambahan, dan suara abnormal

Gambar 6. Lokasi Perkusi dan Auskultasi

150
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 7. Karakteristik suara napas

Diagnosa Fisik Beberapa Kelainan Paru

151
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Tabel 2. Kelainan Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi


Asma
bronkiale,
emfisema Konsolidasi Efusi pleura pneumothoraks fibrosis
Bentuk dada
tetap, Asimetris, Asimetris,
Simetris, gerakan gerak nafas Asimetris, gerak gerak nafas
hiperinflasi, nafas menurun, ics nafas menurun, menurun, ics
Inspeksi ics melebar menurun melebar ics melebar menyempit

Ekspansi
menurun,fre
mitus tactil Fremitus Fremitus Fremitus Fremitus
Palpasi menurun meningkat menurun menurun meningkat
Hipersonor,
diafragma
Perkusi menurun Redup Redup hipersonor redup

suara nafas
Wheezing menurun suara nafas suara nafas
(+), ekspirasi bronkial, sampai tak menurun sampai menurun,
Auskultasi memanjang Ronki (+) terdengar tak terdengar ronkhi (+)

D. PROSEDUR
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan dimulai dengan general assesment, pemeriksaan dinding
dada posterior dengan pasien duduk kemudian dilanjutkan dengan
meminta pasien berbaring untuk pemeriksaan dinding dada anterior.
Urutan pemeriksaan adalah Inspeksi-Palpasi-Perkusi-Auskultasi (I-P-P-
A)
 Mintalah pasien melepas pakaian sampai pinggang untuk
menampilkan daerah dada saat pemeriksaan. Untuk pasien
perempuan pakaian diposisikan untuk menutupi daerah payudara.
(informed consent)

General Assesment
 Inspeksi/perhatikanlah:

152
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

o Ekspresi wajah pasien  tampak sesak/distress pernapasan,


pursed lip breathing, napas cuping hidung, suara napas
(stridor, wheezing) dll
o Posture pasien  posisi patologis pada pasien gangguan
pernapasan misal tripod position, ataupun berbaring dengan
bantal ditinggikan dll
o Inspeksi leher  ada tidaknya bernapas dengan otot-otot
tambahan
o Konfigurasi dinding dada; normal, barrel chest,
kyphosis/skoliosis, pectus excavatum, pectus carinatum
o Warna kulit ada tidaknya cyanosis dan tangan ada tidaknya
clubbing finger
Dada Posterior
 Meminta pasien duduk tegak diatas tempat tidur, rileks dan pemeriksa
memposisikan diri di belakang pasien
 Inspeksi: inspeksilah dinding dada posterior terhadap adanya kelainan
deformitas, asimetris, retraksi abnormal, dan ketinggalan gerak
 Palpasi: Palpasi dilakukan untuk 4 hal sbb:
o Palpasi dan identifikasi daerah nyeri  palpasilah ada tidaknya
daerah nyeri tekan di dinding dada posterior
o Menilai jika adanya kelainan; tumor, massa, daerah
peradangan
o Menilai simetrisitas dan pengembangan dada (lihat gambar) 
mintalah pasien ekspirasi maksimalpalpasikemudian pasien
diminta inspirasi dalam perhatikan perbedaan jarak antar
kedua tangan pemeriksa.
o Menilai taktil fremitus; letakkan kedua telapak tangan sesuai
lokasi (lihat gambar) tekan agak dalam  minta pasien bicara
atau mengucapkan ”tujuh-tujuh” bandingkan sisi kanan dan
kiri dengan cara menukar kedua tangan secara bergantian,
lakukan pemeriksaan secara sistematis dari atas ke bawah
 Perkusi
o Perkusilah dinding dada posterior sesuai urutan (lihat gambar)
153
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

o Mulailah membandingkan kedua sisi kemudian dari atas ke


bawah
o Cara perkusi baik dan benar serta suara perkusi yang
dihasilkan sesuai
o Perkusi juga dilakukan untuk menilai naik turunnya diafragma
dengan melakukan perkusi di perbatasan paru-hepar (SIC 7,
linea midscapula kanan) dengan meminta pasien menahan
napas saat ekspirasi dan inspirasi sekitar 4-6cm

 Auskultasi
o Ambil dan Periksalah stetoskop, gunakan bagian diafragma
o Lakukan auskultasi sesuai dengan urutan (lihat gambar)
o Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi di setiap titik
pemeriksaan
o Dengarkanlah suara napas pasien serta ada tidaknya suara
abnormal/ suara napas tambahan

Dada Anterior
 Inspeksi
o Mintalah pasien tetap duduk di tempat tidur dan pemeriksa
berada di depan pasien
o Inspeksi deformitas, asimetris, retraksi, ataupun ketinggalan
gerak dada depan
o Inspeksi juga posisi trakhea ada tidaknya deviasi

 Palpasi
o Lakukanlah sedikit penekanan dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan pada lekukan suprasternal, gerakkan ke kanan
dan kiri untuk mengetahui posisi dari trakhea
o Mintalah pasien berbaring supine dengan kedua tangan
sedikit abduksi, pastikan baju menutupi daerah payudara
154
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

kanan untuk pemeriksaan dinding dada kiri dan sebaliknya


secara bergantian untuk pasien wanita.
o Lakukanlah penilaian ekspansi dinding dada seperti
sebelumnya
o Minta paisen inspirasi dan ekspirasi
o Lakukanlah penilaian taktil fremitus seperti sebelumnya (lokasi
lihat gambar)

 Perkusi
o Lakukan perkusi dinding dada depan sesuai urutan dengan
membandingkan kedua sisi dari atas ke bawah (lihat gambar)
o Jantung menimbulkan suara pekak di SIC 3-5 kiri, perkusi paru
kiri dilakukan agak lebih ke lateral
o Tentukan letak/perbatasan paru-hepar di garis midklavikula
kanan mulai dari atas menurun ke bawah sampai perubahan
suara perkusi menjadi pekak
o Tentukan batas bawah paru kiri dengan perkusi di bagian
bawah sampai terdengar suara perkusi timpani akibar udara
pada gaster

 Auskultasi
o Auskultasi dinding dada depan dimulai dari fosa supraclavicula
dilanjutkan ke SIC dinding dada depan dan lateral.
o Bandingkan kanan dan kiri dan dari atas ke bawah (sesuai
gambar) dan minta pasien inspirasi dan ekspirasi setiap
pemeriksaan
o Dengarkanlah suara napas normal dan ada tidaknya suara
napas tambahan/ abnormal

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Swartz: Textbook of Physical Diagnosis. History and Examination. 5e.
Saunders
2. Guyton and Hall, 1996 , Fisiologi Kedokteran, edisi 9,,EGC,
155
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

3. Snell,Richard S, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran,


edisi 6, EGC, Jakarta.
4. Szilagy, Peter G. , 2002 , Bate's guide to physical examination,
McGraw – Hill , Chapter 5: 155-208
5. Harrison, 2005, Principles of Internal Medicine, edisi 16,McGraw – Hill,
Part 14,2067 – 2231

CEK LIST LATIHAN


No Item Latihan Feed Back
Pemeriksaan Fisik
1 General assessment (laporkan hasil Inspeksi)
Pemeriksaan Dada Posterior
2 Meminta pasien duduk tegak diatas tempat tidur,
rileks dan memposisikan diri di belakang pasien
3 Inspeksi dinding dada posterior (laporkan hasil)
4 Palpasi dinding dada posterior (daerah nyeri tekan
atau adanya kelainan)
5 Lakukan palpasi ekspansi dinding dada
156
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

6 Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi


7 Lakukan penilaian taktil fremitus (letakkan bagian
ulnar tangan kanan horizontal sesuai lokasi)
8 Minta pasien mengucapkan “tujuh-tujuh”
9 Ulangi kedua instruksi sebelumnya untuk lokasi-
lokasi lainnya
10 Lakukan dari kiri ke kanan, atas ke bawah sesuai
urutan dan nilailah suara yang dihasilkan
11 Perkusi dinding dada belakang sesuai urutan
12 Cara perkusi baik dan benar serta suara perkusi
sesuai
13 Perkusi untuk menilai naik turunnya diafragma
14 Ambil dan periksa stetoskop, gunakan bagian
diafragma
15 Lakukan auskultasi sesuai urutan
16 Minta pasien inspirasi dan ekspirasi setiap titik
pemeriksaan
Pemeriksaan Dada Anterior
17 Pindahlah ke posisi berhadapan dengan pasien
18 Lakukan inspeksi dada depan dan posisi trakea
19 Palpasilah lokasi trakea pada lekukan suprasternal
20 Mintalah pasien berbaring
21 Lakukan penilaian ekspansi dada seperti sebelumnya
22 Minta pasien inspirasi dan ekspirasi
23 Lakukan penilaian taktil fremitus
24 Lakukan perkusi dinding dada depan sesuai urutan
lokasi
25 Perkusilah dan tandai batas paru-hepar (tepi atas
hepar) (sonorpekak)
26 Perkusilah dan tandai batas bawah paru kiri-gaster
(sonortympani)
27 Lakukan auskultasi dinding dada depan sesuai urutan

157
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

lokasi
28 Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi di setiap titik
pemeriksaan
29 Dengarkanlah suara napas di setiap titik pemeriksaan
30 Akhirilah pemeriksaan dengan baik dan jelaskan hasil
pemeriksaan kepada pasien
Item Professionalisme
31 Percaya diri
32 Minimal error

158
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

PEMASANGAN EKG
A. TEMA
Keterampilan Pemasangan EKG

B. TUJUAN
 Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dan alat EKG
 Mahasiswa mampu meletakkan elektroda pada tempatnya
 Mahasiswa mampu melakukan penyadapan
 Mahasiswa mampu membuat elektrokardiogram dan keterangan
 Mahasiswa mengetahui konsep dasar pemeriksaan EKG
 Mahasiswa mengetahui indikasi pemeriksaan EKG

C. ALAT DAN BAHAN


a. Jelly, alkohol, kasa
b. EKG dan elektrodanya
c. Sumber listrik
d. Meja periksa

D. SKENARIO

Nyeri dada
Tn. Budi umur 44 tahun adalah seorang pengusaha sukses, dalam suatu rapat
dengan kliennya, tiba-tiba terjatuh karena kesakitan, dia dibawa ke IGD . Dari
anamnesa didapatkan bahwa dadanya rasa terhimpit dan menjalar ke bahu
secara tiba-tiba. Kejadian ini baru pertama kali, Pak Budi sudah 4 tahun
menderita hipertensi. Dari pemerksaan fisik keadaan umum tampak sakit
berat, TD 130/80 mmhg, frekuensi nadi 60x/menit, frekuensi napas 20/menit.
Pemeriksaan fisik jantung dalam batas normal. Dari pemeriksaan EKG
didapatkan ST elevasi.

E. DASAR TEORI

159
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Sifat-Sifat listrik sel Jantung


Sel-sel otot jantung mempunyai susunan ion yang berbeda antara ruang
dalam sel (intaseluler) dan ruang luar sel (ekstraseluler). Dari ion-ion ini
yang terpenting adalah ialah ion Natrium (Na+) dan ion kalium (K+). Kada K+
intraseluler sekitar 30 kali lebih tinggi dalam ruang extraseluler daripada
dalam ruang intraseluler.

Membran sel otot jantung ternyata lebih permeabel untuk ion negatif
daripada untuk ion Na+. Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar
ion-ion, potensial membran bagian dalam dan bagiaan luar tidak sama.
Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada keadaan polarisasi,
dengan bagian dalam. Selisih potensial ini disebut potensial membran, yang
dalam keadaan istirahat berkisar -90 mV. Bila membran otot jantung
dirangsang, sifat permeabel membran berubah sehingga ion Na+ masuk
kedalam sel, yang menyebabkan potensial membran berubah dari -90 mV
menjadi +20 mV (potensial diukur intraseluler terhadap extraseluler).
Perubahan potensial membran karena stimulus ini ndisebut depolarisasi
selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan semula, yang
disebut depolarisasi.

Sistem Konduksi jantung:


Pada umumnya, sel otot jantung yang mendapat stimulus dari luar, akan
menjawab dengan timbulnya potensial aksi, yang disertai dengan kontraksi
dan kemudian repolarisasi yang disertai dengan relaksasi. Potensial aksi dari
satu sel otot jantung yang akan diteruskan ke arah sekitarnya. Sehingga
sel=sel otot jantung disekitarnya akan mengalami juga proses eksitasi,
kontraksi dan relaksasi. Penjalaran peristiwa listrik ini disebut konduksi.

Berlainan dengan sel-sel jantung biasa, dalam jatung terdapat kumpulan sel-
sel jantung khusus yang mempunyai sifat dapat menimbulkan potensial aksi
sendiri tanpa adanya stimulus dari luar. Sifat sel-sel ini disebut sifat
automatisitas. Sel-sel ini terkumpul dalam suatu sistem konduksi jantung.
Sistem koduksi jantung terdiri dari atas:
Simpul Sinoatrial (sering disebut nodus sinus, disingkat sinus). Simpul ini
terletak pada batas antara vena kava superior dan atrium kanan. Simpul ini
mempunyai sifat automatisitas yang tertinggi dalam sistem konduksi jantung.

160
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Sistem konduksi Intra-Atrial


Akhir-akhir ini dianggap bahwa dalam atrium terdapat jalur-jalur khusus
sistem konduksi jantung yang terdiri dari 3 jalur internodular yang
menghubungkan simpul sino atrial dan simpul atrioventrikular, dan jalur
Bachman yang menghubungkan atrium kanan dan atrium kiri.

Simpul Atrio-ventrikular
(sering disebut nodus atrioventrikuler disingkat nodus)
Simpul ini terletak di bagian bawah atrium kanan, antara sinus koronarius dan
daun katup trikuspid bagian septal.

Berkas his
Berkas His. Berkas his adalah sebuah berkas adalah berkas yang pendek yang
merupakan lelanjutan bagian bagian bawah simpul atrioventrikular yang
menembus anulus fibrosus dan septum bagian membran. Simpul
atrioventrikuler bersama berkas his disebut penghubung atrio-ventrikuler.

Cabang berkas
Ke arah distal , berkas his bercabang menjadi dua bagian yaitu cabang berkas
kiri dan cabang berkas kanan. Cabang berkas kiri memberikan cabang-cabang
ke ventrikel kiri, sedangkan cabang berkas kanan bercabang-cabanf ke arah
ventrikel kanan.

Fasikel
Cabang berkas kiri bercabang menjadi dua bagian, yaitu fasikel kiri anterior
dan fasikel kiri posterior.

Serabut purkinye
Bagian terakhir dari sistem konduksi jantung ialah serabut-serabut Purkinye
yang merupakan anyaman halus dan berhungan erat dengan sel-sel jantung.

Gambaran Siklus Jantung pada Elektrokardiogram

161
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

EKG adalah rekaman potensial listrik yang timbul sebagai akibat aktivitas
jantung. Yang dapat direkam adalah aktivitas listrik yang timbul pada waktu
otot-otot jantung berkontraksi. Sedangkan potensial aksi pada sistem
konduksi jantung takterukur dari luar karena kecil.
 Gelombang P: hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri
 Segmen PR: garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang P dan
gelombang QRS
 Gelombang kopleks QRS: suatu kelompok gelombang yang
merupakan hasil depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Gelombang
kompleks QRS pada umumnya terdiri dari gelombang Q yang
merupakan gelombang ke bawah yang pertama, gelombang r
merupakan gelombang ke atas yang pertama, gelombang S yang
merupakan ke bawah pertama setelah gelombang R.
 Segment ST: Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang
menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T.
 Gelombang T: potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri.
 Gelombang U: gelombang ini berukuran kecil dan sering tidak ada.

162
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 1. Gambaran EKG normal

Sadapan-sadapan Ektroda
Pada EKG konvensional terdapat 10 elektroda. 4 buah elektroda ekstremitas
dan 6 buah elektroda prekordial.
RA = lengan kanan
LA = lengan kiri
RL = tungkai kanan
LL = tungkai kiri

Elektroda prekordial: V = C
V1 : garis parasternal kanan, pada interkostal IV
V2 : garis parasternal kiri, pada interkostal IV

163
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

V3 : titik tengah antara V2 dan V4


V4 : garis klavikula tengah, pada interkostal V
V5 : garis aksila depan, sama tinggi dengan V4
V6 : garis aksila tengah, sama tinggi dengan V4 dan V5

Gambar 2. Lokasi penempatan elektroda EKG

164
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

165
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 3. Lokasi penempatan elektroda precordial


Hal-hal yang harus diingat:
1. EKG dibentuk oleh perubahan listrik yang disertai dengan aktivasi
atrium dan kemudian ventrikel
2. Aktivasi atrium menimbulkan gelombang P
3. Aktivasi atrium menimbulkan gelombang kompleks QRS
Defleksi pertama adalah gelombang Q. Setiap defleksi ke atas adalah
gelombang R. Defleksi kebawah sesudah gelombang R adalah
gelombang S.
4. Pada saat gelombang depolarisasi menyebar ke arah sadapan ,
defleksi terutama ke atas. Pada saat gelombang menjauhi sadapan,
defleksi terutama ke bawah.
5. Enam sadapan tungkai (I, II, III, VR, VL, dan VF) melihat jantung dari
samping dan kaki pada vertikal.
6. Sumbu jantung merupakan rata-rata penyebaran pola depolarisasi
dilihat dari depan, dan diperkirakan dari sadapan I, II, dan III.
7. Sadapan dada atau V melihat jantung dari depan dan sisi kiri pada
bidang horizontal. Sadapan V1 diposisikan di atas ventrikel kanan.
Dan sadapan V6 di atas ventrikel kiri.
8. Septum didepolarisasikan dari sisi kri ke kanan.
9. Pada jantung normal, ventrikel kiri mempengauruhi EKG lebih besar
dari pada ventrikel kanan.

Indikasi Pemeriksaan EKG :


Pemeriksaan EKG dilakukan untuk mengetahui :
1. Adanya kelainan-kelainan irama jantung.
2. Adanya kelainan-kelainan miokard seperti infark
3. Adanya pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
4. Gangguan Elektrolit
5. Perikarditis
6. Pembesaran jantung.

F. PROSEDUR
Langkah-langkah pemasangan EKG
1. Melakukan persiapan alat-alat.
 Alat EKG lengkap dan siap pakai

166
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Kapas alkohol pada tempatnya


 Kassa
2. Mempersiapkan Pasien
 Memberikan penjelasan pada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
 Mempersilahkan pasien untuk tidur terlentang datar
3. Urutan Perekaman EKG
 Melakukan cuci tangan menurut WHO.
 Minta pasien untuk membuka baju. Bila pasien memakai jam
tangan, gelang dan logam lain untuk dilepaskan terlebih dahulu
 Bersihkan daerah dada penderita yang akan diperiksa dan
bersihkan elektroda dengan alkohol.
 Mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda
 Hubungkan EKG ke sumber listrik, hidupkan, lalu tes dan
matikan.
 Tempatkan Lead V4: putih coklat interkostal 5 linea
midklavikularis
 Lead N / RL: hitam: pergelangan kaki kanan
 Lead F / LL: hijau: pergelangan kaki kiri
 Lead R / RA : merah pergelangan tangan kanan
 Lead L / LL: kuning: pergelangan tangan kiri
 Lead V1: putih/merah: ruang interkostal 4 sebelah kanan garis
sternum
 Lead v2: putih/kuning: ruang interkostal 4 sebelah kiri garis
sternum
 Lead V3: putih/hijau : dipasang antara V4 dan V2
 Lead V6; putih/violet: di linea midaxilaris sejajar V4
 Lead V5:putih hitam ; antara V4 dan V6
 Melakukan kalibrasi 10 mm dengan keadaan 25 mm/volt/detik.
 Membuat rekaman secara berurutan sesuai dengan pilihan lead
yang terdapat pada mesin EKG
 Melakukan kalibrasi kembali setelah rekaman selesai.
 Memberi identitas pasien pada hasil rekaman : nama, umur.
Tanggal, dan jam rekaman serta no lead dan nama pembuat
rekaman EKG.
 Merapikan alat-alat dan mencuci tangan kembali.
167
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

G. DAFTAR PUSTAKA
1. Hampton, J.R . Dasar-dasar EKG. Edisis 6. Terjemahan. EGC, Jakarta, 2004. hal
1-133
2. Green, JM, Chiaramida, A. EKG 12 – Sadapan Terpercaya. Terjemahan. EGC,
jakarta, 2007
3. Tim skill lab. Skill laboratory Manual: EKG. UGM, Jogyakarta, 2006
4. Tim skill lab. Skill laboratory Manual: Sistem Kardiovaskuler. FK UNHAS,
Makasar, 2009
5. Braunwald, E, ed. Heart Desease: A Textbook of cardiovascular Medicine. 5 th.
WB. Saunders Company, Philadelphia, 1997

H. EVALUASI
Ceklist Latihan Pemasangan EKG
Feedback
No LANGKAH KLINIK YANG DINILAI

I ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN


1 Senyum, salam dan sapa
2 Jelaskan pentingnya pemeriksaan ini lalu lakukan informed
consent
II ITEM PROSEDURAL
Persiapan Alat
1 Menyiapkan EKG, Kapas Alkohol, Kassa
Persiapan Pasien
2 Mempersilahkan pasien untuk tidur terlentang
Perekaman EKG
3 Cuci tangan WHO
4 Minta pasien untuk membuka baju. Bila pasien memakai jam
tangan, gelang dan logam lain untuk dilepaskan terlebih dahulu
5 Bersihkan daerah dada penderita yang akan diperiksa dan
bersihkan elektroda dengan alkohol.
6 Mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda
7 Hubungkan EKG ke sumber listrik, hidupkan, lalu tes dan
matikan
8  Tempatkan Lead V4: putih coklat interkostal 5 linea

168
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

midklavikularis
 Lead N: hitam: pergelangan kaki kanan
 Lead F: hijau: pergelangan kaki kiri
 Lead R : merah pergelangan tangan kanan
 Lead L: kuning: pergelangan tangan kiri
 Lead V1: putih/merah: ruang intrkostal 4 sebelah kanan
garis sternum
 Lead v2: putih/kuning: ruang interkostal 4 sebelah kiri garis
sternum
 Lead V3: putih/hijau : dipasang antara V4 dan V2
 Lead V6; putih/violet: di linea midaxilaris sejajar V4
Lead V5:putih hitam ; antara V4 dan V6
9 Melakukan kalibrasi 10 mm dengan keadaan 25 mm/volt/detik
10 Membuat rekaman secara berurutan sesuai dengan pilihan lead
yang terdapat pada mesin EKG
11 Melakukan kalibrasi kembali setelah rekaman selesai.
12 Memberi identitas pasien pada hasil rekaman : nama, umur.
Tanggal, dan jam rekaman serta no lead dan nama pembuat
rekaman EKG.
13 Merapikan alat-alat dan mencuci tangan kembali
III ITEM PROFESIONALISME
14 Tunjukkan sikap percaya diri
15 Tunjukkan sikap menghormati pasien
16 Tutup, memberikan salam serta mencatat pada medical record

169
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

PEMBACAAN DAN INTERPRETASI EKG


dr. Exsa Hadibrata, dr. Muhammad Aditya

A. TEMA
Keterampilan pembacaan dan interpretasi EKG

B. TUJUAN
Setelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
 Mengetahui gelombang dan interpretasinya pada elektrokardiogram normal
 Mengetahui gangguan irama jantung
 Mengetahui pembesaran jantung
 Mengetahui kelainan iskemik jantung

C. ALAT DAN BAHAN


 Hasil rekaman EKG
 Alat tulis

D. SKENARIO
Saat sedang jaga UGD Rumah Sakit, pasien Tn W, 55 tahun, datang dengan keluhan
nyeri dada sebelah kiri, dada seperti terbakar, dan ada penjalaran nyeri ke tangan kiri.
Nyeri dada ini terjadi mendadak, dan mulai sakit dada saat pasien ingin pergi bekerja.
Pasien sangat cemas sekali dengan keadaannya saat ini. Anda lalu memberikan O2
pada pasien dan melakukan pemeriksaan EKG. Hasil rekaman EKG lalu anda baca dan
interpretasikan.

E. DASAR TEORI
Gambaran Elektrokardiografi Normal
Kertas EKG mempunyai garis-garis baik vertikal maupun horisontal berjarak 1 mm.
Garis yang lebih tebal mempunyai jarak 5 mm. Waktu diukur sepanjang garis
horisontal; 1 mm = 0,04 detik atau 40 milidetik, 5 mm = 0,2 detik; atau 1 kotak kecil
sama dengan 0,04 detik dan 1 kotak besar terdiri dari 5 kotak kecil sama dengan 0,2
detik. “Voltage” listrik diukur sepanjang garis vertikal dan dinyatakan dalam milimeter
(10 mm = imV). Untuk praktisnya kecepatan pencatatan adalah 25 mm/detik. Di bawah
ini adalah jenis-jenis kompleks elektrokardiografi normal:

170
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Gelombang QRS menunjukkan gelombang-gelombang yang relatif besar


(5mm); huruf kecil (qrs) menunjukkan gelombang-gelombang kecil (dibawah 5
mm).

 Gelombang P (P wave) : defleksi yang dihasilkan oleh depolarisasi atrium.


 Gelombang Q (q) atau Q wave : defleksi negatif pertama yang dihasilkan oleh
depolarisasi ventrikel dan mendahului defleksi positif pertama (R).
 Gelombang R (r) atau R wave : defleksi positif pertama dari depolarisasi
ventrikel.
 Gelombang S (s) atau S wave : defleksi negatif pertama dari depolarisasi
ventrikel setelah defleksi positif pertama R. Gelombang T (T wave) defleksi
yang dihasilkan sesudah gelombang QRS oleh repolarisasi ventrikel.
 Gelombang U (U wave) : suatu defleksi (biasanya positif) terlihat setelah
gelombang T dan mendahului gelombang P berikutnya. Biasanya terjadi
repolarisasi lambat pada sistem konduksi inverventrikuler (Purkinje).

171
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 1. Gambaran EKG normal

172
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 2. Bentuk dasar EKG dan nama-nama Interval


Nilai Interval Normal
Interval R - R adalah jarak antara 2 gelombang R berturut-turut. Bila irama ventrikel
teratur, interval antara 2 gelombang R berturut-turut dibagi dalam 60 detik akan
memberikan kecepatan jantung permenit (heart rate). Bila irama ventrikel tidak
terartur, jumlah gelombang R pada suatu periode waktu (misalnya 10 detik) harus
dihitung dan hasilnya dinayatakan dalam jumlah permenit.

Contoh: bila 20 gelombang yang dihitung dalam suatu interval 10 detik, maka frekuensi
jantung adalah 120 per menit.

Interval P-P : pada sinus ritme interval P-P akan sama dengan interval R-R.
Tetapi bila irama ventrikel tidak teratur atau bila kecepatan atrium dan venrikel
berbeda tetapi teratur, maka interval P-P diukur dari titik yang sama pada 2 gelombang
P berturut-turut dan frekwensi atrial per menit dihitung seperti halnya frekwensi
ventrikel.

Interval P-R Pengukuran interval ini untuk mengetahui waktu konduksi atrio ventrikel.
Termasuk disini waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan sebagian
depolarisasi atrium, tambah perlambatan eksitasi daripada nodus atrio ventrikuler.
Diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS.
Sebenarnya lebih tepat interval ini disebut P-Q. Nilai normalnya 0,12 - 0,20 detik.

Interval QRS: Interval ini adalah pengukuran seluruh waktu depolarisasi ventrikel.
Diukur dari permulaan gelombang Q (R bila tidak terlihat Q) sampai akhir gelombang S.
Batas atas nilai normalnya adalah 0,1 detik. Kadangkadang pada sandapan prekordial
V2 atau V3, interval ini mungkin 0,11 detik.

Interval Q-T: Interval ini diukur dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang
T. Dengan ini diketahui lamanya sistole elektrik. Interval Q-T normal tidak melebihi
0,42 detik pada pria dan 0,43 detik pada wanita.

Interval Q-U: pengukuran ini mulai dari awal gelombang Q sampai akhir
gelombang U. Tidak diketahui arti kliniknya.

173
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 3. EKG Normal

Kelainan Kompleks Pada Beberapa Penyakit


Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara kompleks
EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan adanya
gambaran EKG yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena itu sebagai
patokan, maka berikut ini disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada beberapa
penyakit.

Gelombang P
Menggambarkan aktivitas depolarisasi atrium kanan dan kiri (dari kanan ke kiri dan ke
bawah). Karakteristik EKG gelombang P:
 Arah gelombang P normal: Selalu posiif di II dan selalu negatif di aVR.
 Tinggi: kurang dari 3mm (2,5 mm)
 Durasi (lebar): kurang dari 3 mm (0.10 detik)

Kepentingannya:
 Menandakan adanya aktivitas atrium
 Menunjukkan arah aktivitas atrium

174
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Menunjukkan tanda-tanda hipertrofi atrium

Kelainan Gelombang P
Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya, bentuknya) gelombang P pada irama dan
kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang
tinggi dan lebar pada sandapan I dan II, gelombang P lebar dan bifasik pada VI dan
V3. Gambaran ini menunjukkan adanya hipertrofi atrium kiri terutama pada stenosis
mitralis.

Sedangkan P pulmonale ditandai dengan adanya gelombang P yang tinggi, runcing


pada sandapan II dan III, dan mungkin disertai gelombang P tinggi dan bifasik pada
sandapan VI dan V2. Ditemukan pada korpulmonale dan penyakit jantung kogenital.

175
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa kelainan
tunggal gelombang P misalnya “atrial premature beat” yang bisa ditemukan pada
penyakit jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan
kelainan pada semua gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya
fibrilasi atrium yang dapat disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), pada infark
miokard.
Kelainan gelombang P lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-
T timbul lebih cepat dari pada biasanya. Misalnya “AV nodal premature beat” pada
PJK, intoksikasi digitalis, dimana bentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa
istirahat kompensatoir. Kelainan lain berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK,
intoksikasi digitalis.

Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah
normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul
akibat intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH).

Gelombang P seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks
QRS. Misalnya ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit
jantung hipertensi (PJH).

176
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Kelainan Interval P-R


 Interval P-R panjang
Interval P-R memanjang menunjukkan adanya keterlambatan atau blok
konduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang P diikuti
P-R>0,20 detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada
miokarditis, intoksikasi digitalis, PJK, idiopatik.

AV Blok Derajat I
Dasar diagnosis: interval PR memanjang >0,2 detik

Pada AV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan kecepatan normal, tetapi
tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S - T dan T. Interval P-
R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi tetap jaraknya.
Blok jantung A-V2 : 1 atau 3 : 1., berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau 3P&1QRS.

AV Block Derajat II
Tipe Mobitz I (Wenckebach)
Dasar diagnosis: Interval PR semakin memanjang dan pada suatu saat ada
gelombang QRS yang menghilang

177
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Tipe Mobitz II
Interval PR tetap, pada suatu saat ada gelombang QRS yang menghilang.

AV Block Derajat III


Pada blok jantung tingkat III atau blok jantung komplit/total, irama dan
kecepatan gelombang P normal, irama kompleks QRS teratur tetapi lebih lambat
(20-40 kali per menit) dari gelombang P. Jadi terdapat disosiasi komplit antara
atrium dan ventrikel (atria dan ventrijel berdenyut sendiri-sendiri). Gambaran
diatas ini dapat ditemukan pada PJK, intoksikasi digitalis, IMA.

178
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambaran EKG secara khas menunjukkan letak gelombang-gelombang P yang tidak


ada hubungannya dengan letak gelombang-gelombang QRS

 Interval P-R pendek


Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa
kelainan bentuk QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma
Wolff-Parkinson-White syndrome (WPW-syndrome).

Kelainan Gelombang Q/Q Patologis


Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm (atau > 0,04 detik) dan dalamnya >2 mm
(lebih 25% dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya
miokard yang nekrosis (Infark Miokard). Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR
merupakan gambaran yang normal.

Kelainan Gelombang R dan Gelombang S


Gelombang R dan Gelombang S menggambarkan axis jantung. Pada axis jantung
normal, gelombang R dan S sama pada lead I. Dengan membandingkan gelombang R
dan S disandapan I dan III yaitu gelombang S di I dan R di III menunjukkan adanya
“right axis deviation”. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kanan, stenosis
mitral, penyakit jantung bawaan, korpulmonale.

179
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 8. Gambaran right axis deviation di lead I

Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya “ left axis deviati on”.
Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan
menjumlahkan voltase (kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 +
R V6 > 35 mm atau gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.

Gambar 9. Gambaran left axis deviation di lead III

Kelainan Kompleks QRS

180
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar
dan atau “notched” dengan gelombang P dan interval P-R normal. Ditemukan
pada PJK, PJR (Penyakit Jantung Rematik).
 Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi
iramanya teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok
komplit terutama pada PJK, PJR, penyakit jantung bawaan.
 Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu
pada sinus takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi
ventrikel. Ditemukan pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit
Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit Jantung Rematik), infark miokard,
intoksikasi digitalis.

 Irama QRS tidak tetap


Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya “ AV
nodal premature beat”, “ventricular premature beat”. Ditemukan pada PJK
dan intoksikasi digitalis. Irama kompleks QRS sama sekali tidak teratur
yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan pada PJH, PJR, infark
miokard dan intoksikasi digitalis.

Hipertrofi Ventrikel Kiri (LVH)


Terdapat peningguan voltase QRS karena:
1. Terdapat peningkatan masa otot karena dilatasi ventrikel atau penebalan
dinding vertikel
2. Peningkatan tenanan transmural dan intraventrikuler

181
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar EKG LVH

Right Bundle Branch Block (RBBB)


Gambaran EKG:
1. Interval QRS memanjang ≥ 0.10 detik
2. S yang lebar di I dan V6
182
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

3. R yang lebar di V1
Bila interval QRS 0.10 - 0.12 detik : RBBB inkomplit
Bila interval interval QRS ≥ 0.12 detik : RBBB komplit

Left Bundle Branch Block (LBBB)


Gambaran EKG:
1. Interval QRS melebar≥ 0.10 detik
2. Gelombang R yang lebar, sering berlekuk di I, V5, dan V6 dengan WAV >
0.08 detik
183
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

3. rS atau QS di V1 disrtai rotasi seara jarum jam

Bila interval QRS 0.10-0.12 detik: LBBB inkomplit


Bila interval QRS ≥ 0.12 detik: LBBB komplit

Kelainan segmen S-T


Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu,
sebaiknya dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri
perekaman. Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm
atau depresi tidak melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara
klinik elevasi atau depresi segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai
deviasi yang sama pada sandapan yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi
koroner.
Adanya elevasi segmen S-T merupakan petunjuk adanya infark miokard akut
atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada sandapan prekordial menunjukkan adanya
infark dinding anterior, sedangkan infark dinding inferior dapat diketahui dengan
adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF. Untuk perikarditis biasanya
tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di hampir semua sandapan.
Elevasi segmen S-T pada V4 VR ditemukan pada infark ventrikel kanan.

184
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 10. Lokasi miocard infark dilihat dari EKG lead

185
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 11. Derajat kerusakan jantung dan gambaran EKG

186
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 12. Gambaran ST depresi

187
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 13. ST Elevasi

Kelainan Gelombang T
Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel.
Untuk itu dikemukakan beberapa patokan yaitu:
 Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan.
188
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan gelombang R


menyolok.
 Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.
 Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8 mm pada
sandapan I,II, III.
Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka dalam
menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan mempertimbangkan seluruh
gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak dapat dibuat atas dasar perubahan -
perubahan yang tidak khas. Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai
segmen S-T konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard.

189
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Kadang-kadang gelombang T sangat tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan


dimana defleksi QRS positif pada sandapan I, sedangkan gelombang T pada sandapan I
terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di sandapan III menunjukkan adanya
insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam pada semua sandapan kecuali
aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T yang tinggi dan simentris
dengan depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding posterior.

Kelainan Gelombang U
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada sandapan yang
sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi. Sedangkan gelombang U
terbalik menandakan iskhemia.

190
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Prinsip Membaca EKG


Untuk membaca EKG secara mudah dan tepat, sebaiknya setiap EKG dibaca mengikuti
urutan petunjuk di bawah ini
1. Irama
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS
didahului oleh sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka berarti
bukan irama sinus (asinus). Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang
mungkin fibrilasi, blok AV derajat dua atau tiga, irama jungsional, takikardia
ventrikular, dan lain lain.

2. Laju QRS (QRS Rate)


Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar antara 60 - 100 kali/min, kurang dari 60
kali disebut bradikardia sinus, lebih dari 100 kali disebut takikardia sinus. Laju QRS
lebih dari 150 kali/min biasanya disebabkan oleh takikardia supraventrikular
(kompleks QRS sempit), atau takikardia ventrikular (kompleks QRS lebar). Pada
blok AV derajat tiga, selain laju QRS selalu harus dicantumkan juga laju gelombang
P (atrial rate). EKG normal selalu regular. Irama yang tidak regular ditemukan pada
fibrilasi atrium, atau pada keadaan mana banyak ditemukan ekstrasistol (atrium
maupun ventrikel), juga pada sick sinus syndrome.

191
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Cara menghitungnya dengan menghitung jarak antara R-R, dengan cara tentukan
satu gelombang P yang tepat berhimpit dengan garis vertikal pada kertas ekg,
kemudian tentukan gelombang P ke dua, lalu hitung jaraknya.
Bila menggunakan kotak kecil = 1500/jarak R-R
Bila menggunakan kotak besar =300/ jarak R-R

3. Aksis
Aksis normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih dari -30° disebut
deviasi aksis kiri, lebih dari +110° disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari
+180° disebut aksis superior. Kadang kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka
ditulis undeterminable, misalnya pada EKG dimana defleksi positif dan negatif
pada kompleks QRS di semua sandapan sama besarnya.

Menilai axis jantung dapat kita lakukan dengan membandingkan defleksi


gelombang QRS di lead I dan aVF, seperti gambar di bawah ini.

192
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Menentukan aksis QRS pada bidang horizontal:


 Pilih 2 sadapan: yang termudah dan saling tegak lurus yaitu I dan aVF
 Tentukan jumlah aljabar pada masing-masing vektor pada masing masing
sumbu.
 Buat resultante yang menggambarkan asis QRS.

193
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

4. Interval P-R
Interval PR normal adalah 0,12-0,2 detik (tergantung heart rate). Lebih dari 0.2
detik disebut blok AV. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang delta
menunjukkan Wolff-Parkinson-White syndrome. Interval PR yang berubah-ubah
bisa terjadi pada kelainan wandering pacemaker.

5. Morfologi
a. Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah
ada P-pulmonal atau P-mitral.
b. Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial
infarction (tentukan bagian jantung mana yang mengalami infark
melalui petunjuk sandapan yang terlibat). Bagaimana amplitudo
gelombang R dan S di sandapan prekordial. Gelombang R yang tinggi
di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau
infark dinding posterior). Gelombang R yang tinggi di sandapan V5
194
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

dan V6 dengan gelombang S yang dalam di sandapan V1 dan V2


menunjukkan hipertofi ventrikel kiri (LVH). Interval QRS yang lebih
dari 0,1 detik harus dicari apakah ada right bundle branch block
(RBBB), left bundle branch block (LBBB) atau ekstrasistol ventrikel.
c. Segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian
mana dari jantung yang mengalami infark). Depresi segmen ST
menandakan iskemia.
d. Gelombang T
Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia. Gelombang T
terbalik (T-inverted) menandakan iskemia atau mungkin suatu
aneurisma. Gelombang T yang runcing menandakan hiperkalemia.
e. Gelombang U
Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan hipokalemi
Gelombang U yang terbalik menunjukkan iskemia miokard yang
berat.

F. PROSEDUR
Prosedur pembacaan EKG:
1. Perhatikan identitas pasien
2. Tentukan apakah rekaman EKG sudah sesuai dengan standar dan layak di
interpretasikan.
3. Melakukan penilaian secara sistematis
 Menentukan irama dan jenis irama
 Menetapkan frekuensi jantung
 Menentukan arah aksis (sumbu) elektris jatung
 Menetukan bentuk gelombang P
 Menentukan bentuk gelombang QRS, ada tidaknya LBBB, RBBB, dan
LVH
 Menentukan posisi segment ST
 Menentukan bentuk gelombang T
 Menentukan bentuk gelombang U
4. Menentukan interpretasi secara keseluruhan

195
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

G. DAFTAR PUSTAKA
1. Hampton, J.R . Dasar-dasar EKG. Edisis 6. Terjemahan. EGC, Jakarta, 2004. hal
1-133
2. Green, JM, Chiaramida, A. EKG 12 – Sadapan Terpercaya. Terjemahan. EGC,
jakarta, 2007
3. Tim skill lab. Skill laboratory Manual: Sistem Kardiovaskuler. FK UNHAS,
Makasar, 2009
4. Braunwald, E, ed. Heart Desease: A Textbook of cardiovascular Medicine. 5 th.
WB. Saunders Company, Philadelphia, 1997
5. Sudoyo, dkk. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. FKUI, Jakarta,
2006. Hal 1455-1467

Cek List Latihan Pembacaan dan Interpretasi EKG

196
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Feed Back
No LANGKAH KLINIK YANG DINILAI

I ITEM INTERAKSI DOKTER DAN PASIEN


1 Senyum–salam–sapa
II ITEM PROSEDURAL
1 Melihat hasil rekaman EKG dengan memperhatikan identitas
pasien
2 Menentukan apakah rekaman ini sudah sesuai dengan standar
dan layak di interpretasi
3 Menentukan irama jantung
4 Menetapkan frekuensi denyut jantung
5 Menentukan Arah aksis (sumbu) elektris jantung
6 Menentukan bentuk gelombang P
7 Menentukan bentuk gelombang QRS
8 Menentukan posisi segment ST
9 Menentukan bentuk gelombang T
10 Menentukan bentuk gelombang U
11 Mengambil Kesimpulan hasil EKG
12 Menyerahkan hasil rekaman EKG kepada yang berkepentingan
III ITEM PROFESIONALISME
1 Tunjukkan sikap percaya diri
2 Menjelaskan kesimpulan EKG kepada pasien
3 Tutup, memberikan salam serta mencatat pada medical record

197
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

PEMBACAAN RONTGEN THORAKS


oleh: dr. Catur Ari Wibowo

A. TEMA
Keterampilan membaca foto rontgen thoraks.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
1. Mengetahui langkah-langkah membaca foto thorax
2. Menilai kualitas suatu foto rontgen thoraks baik atau tidak
3. Mengetahui foto thorax normal

C. ALAT DAN BAHAN


 Illuminator
 Film rontgen

D. SKENARIO
Seorang kakek berumur 60 tahun di bawa ke rumah sakit oleh anaknya
karena batuk berdahak bercampur darah sejak 1 minggu. Dari anamnesis
sebelum batuk berdahak bercampur darah, pasien mengaku sudah batuk-
batuk kurang lebih 3 bulan. Selain itu, sang kakek juga mengeluhkan badan
agak demam terutama pada saat malam hari kurang lebih 1 bulan tanpa
sebab yang jelas. Sebelumnya kakek sudah berobat ke salah satu tenaga
kesehatan di desanya namun tidak sembuh akhirnya sang kakek hanya
minum obat warung saja. Keluhan tidak sembuh justru bertambah parah.
Menurut pengakuan pasien, berat badannya semakin lama semakin turun.
Setelah anda menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dahak, anda
mengajukan pemeriksaan penunjang foto rontgen thorax PA.

E. DASAR TEORI
1. Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari
sumber radiasi. Salah satu penggunaan sinar X yaitu pada penggunaan
rontgen umum (general X-rays). Rontgen umum (General X-rays). termasuk
198
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

rontgen (x-ray) paru-paru atau thoraks, rontgen (x-ray) tulang dan rontgen (x-
ray) bagian perut. Alat ini langsung menyorot sinar menembus bagian tubuh
yang sedang diperiksa keatas film yang khusus. radiographi ini biasannya
memberikan jumlah radiasi sedikit.

SIFAT-SIFAT SINAR X
A. Daya Tembus
Sinar X dapat menembus batas, dengan daya tembus sangat besar dan
digunakan dalam radiografi, makin tinggi tegangan tabung maka makin tinggi
daya tembusnya.

B. Pertebaran
Apabila berkas sinar-x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
tersebut akan bertebaran ke segala penjuru/jurusan, menimbulkan radiasi
sekunder pada bahan zat yang dilaluinya.

C. Penyerapan
Sinar dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat dengan berat atom atau
kepadatan bahan/xat tersebut.

D. Efek Fotografi
Sinar-x dapat mengitamkan emulsi film sejalan diproses secara kimiawi
dikamar gelap agar menjadi foto.

E. Efek Fluoresensi
Sinar-x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau
zink sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu:
 Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-x
saja
 Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat
walaupun radiasi Sinar-x sudah dimatikan (after glow).

F. Efek Ionisasi
Efek primer dari sinar-x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi (perubahan partikel bebas menjadi ion) partikel-partikel
atau zat tersebut.

199
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

G. Efek Biologik
Sinar-x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

2. Pembuatan Radiografi
Dalam pembuatan suatu rongten
thorak ataupun yang lainnya
dibutuhkan perlengkapan yang
terdiri dari:
 Film rontgen
 Intensifying screen
 Kaset
 Grid
 Alat – alat fixasi
 Alat – alat proteksi
 Marker/tanda/kode.

Film rontgen
Lapisan-lapisan Film Rongten:
 Supercoat untuk melindungi emulsi film
 Emulsi film terdiri atas AgBr, AgCl, dan AgJ.
 Substratum: perekat antara emulsi dan alas film
 Film base/Alas film tdd polyesterbase

Jenis-jenis Film
1. Screen film: film yang dalam penggunaanya selalu menggunakan
intensifying screen
2. Non- screen film: film yang dalam penggunaanya tanpa intensifying
screen
 Dental film
 Mammographi
 Film untuk extremitas
3. Sensitivitasnya:
 Blue sensitive
 Green sensitive
200
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Intensifying screen
Merupakan alat yang terbuat dari kardus (card board) khusus yang
mengandung lapisan tipis emulsi fosfor dengan bahan pengikat yang sesuai.
Yang banyak digunakan adalah kalsium tungstat.

Kaset
Kaset sinar-X adalah suatu tabung (container) tahan cahaya yang berisi 2 buah
intensifying screen yang memungkinkan untuk dimasukkan film rongten di
antara keduannya dengan mudah.

Grid (kisi-kisi)
Merupakan alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar
tidak sampai ke film rongten.
Jenis–jenis grid yaitu
1. Grid diam (stationary grid)
2. Grid bergerak (moving grid ).

Alat-alat fiksasi
Gunanya membantu agar objek yg difoto tak bergerak
Contohnya antara lain:
 Bantal pasir
 Bantal spons/sponge/soft bags
 Compressor band
 Klem kepala (head clamps)

Alat-alat pelindung
 Diafragma cahaya (light beamdiaphragm)
 Conus
 Pelindung gonad/gonad shield
 Pelindung ovarium/ovarium shield
 Apron timbal/Lead apron
 Lead gloves
 Pencegah pelindung/Protective shielding

201
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Lead glass
 Karet timbal/lead rubber

Marker/tanda/kode
  Tanda untuk identifikasi foto milikpasien
 Identitas Pasien : Nama, umur,kelamin
 Tanda letak anatomi : R right ± L Left

3. Proses terjadinya gambar radiografi


1.Gambar laten
Kerapatan objek tinggi - fluoresensi intensifying screen rendah, perak
halogen film hampir tak berubah. Bila kerapatan objek rendah - fluoresensi
tinggi - perubahan perak halogen film terjadi baik.
2. Gambar tampak, setelah masuk developer, selanjutnya difixer.

Radiolusen dan radioopak
Daya tembus sinar-x berbeda-beda sesuai dengan benda yang dilaluinya.
Benda yang mudah tembus sinar-x akan member bayangan hitam
(radiolusen). Sedangkan benda-benda yang sukar ditembus sinar-x memberi
bayangan putih (radioopak)

Gambar film yang timbul oleh karena sinar-x


o Melalui objek kerapatan rendah, bayangan hitam = Radiolusen (RL)
o Melalui objek kerapatan tinggi, bayangan putih = Radioopak (RO)
o Tidak terlalu hitam = Moderately Radiolusen (MRL)
o Tidak terlalu putih = Moderately radioopak(MRO)
o Antara MRL & MRO, Keputih-putihan= Intermediate (I)

Berdasarkan mudah tembusnya bagian tubuh dibedakan atas:


Radiolusen (RL) :Gas, udara
Radioopak (RO) :Logam, logam berat
Moderately Radiolusen (MRL) :Jaringan lemak
Intermediate(I) :Jaringan ikat, otot ,darah, cartilago,
epitel , batu cholesterol, batu asam urat
Moderately radioopak(MRO) :Tulang, garam kalsium

202
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Pembacaan Rontgen Thorax


Pemeriksaan radiologi thoraks merupakan pemeriksaan yang sangat penting.
Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan rontgen saat ini dianggap tidak lengkap.
Pemeriksaan foto rontgen yang dibuat pada suatu saat tertentu dapat
merupakan dokumen yang abadi dari penyakit seorang penderita dan setiap
waktu dapat dipergunakan dan diperbandingkan dengan foto rontgen thoraks
yang dibuat saat ini.
1. Inspeksi Rongten Thorax
Inspeksi rontgen thorax untuk menilai kekuatan pencahayaan (tulang
belakang, thorakal bawah terlihat), diambil pada saat inspirasi penuh
(diagfragma setinggi iga ke 5 atau iga ke 6 di bagian anterior) dan
rotasi (prosesus spinosus dari vertebra thorakal bagian atas berada
ditengah ujung medial dari klavikula. Inspeksi pada rontgen thoraks
bisa di mulai dengan melihat mula-mula dari paru-paru, bayangan
hilus, bayangan jantung, mediastinum, diagfragma, tulang, dan
jaringan lunak. Di bawah ini merupakan gambaran yang bisa kita
lihat pada rontgen thorak normal pada seseorang.

203
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

a. Paru-paru
Lakukan pemindaian pada kedua paru, di mulai dari bagian apeks dan
terus ke bawah. Bandingkan penampakan setiap zona dengan sisi
lainnya. Satu-satunya bayangan yang terlihat secara normal, selain
fisura, pastilah berasal dari vaskuler, sehingga kosentrasilah untuk
mencari bayangan homogen pada tiap area atau lesi massa.
b. Bayangan hilus
Merupakan tempat yang paling sering untuk limfadenopati dan
karsinoma bronkus, cari peningkatan dan ketidakteraturan seperti
pembesaran bayangan hillus.
c. Bayangan jantung
Perhatikan ukuran dan bentuk jantung. Pembesaran ruang jantung
tertentu sering sulit diedentifikasi perhatikan dan berikan tanggapan
pada ukuran jantung secara keseluruhan.
d. Mediastinum
Nilai adanya lesi massa dan pergeseran mediastinum oleh trakea dan
bayangan jantung.
e. Diagfragma

204
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Sudut kostrofrenicus harus terlihat jelas, lancip dan dalam. Sudut yang
tumpul mungkin mengindikasikan adanya efusi pleura atau penebalan
pleura lama. Permukaan bagian atas harus tegas ketegasan yang
buruk sering menunjukkan adanya kelainan paru basal. Pendataran
digfragma menunjukkan adanya hiperinfilasi dan penyakit jalan napas
obstruksi kronis.
f. Tulang dan jaringan lunak
Perhatikan bagian tepi film, perhatian iga untuk mengetahui adanya
fraktur atau deposit sekunder penampakan bayangan payudara dan
apakah telah dilakukan mastektomi, bagian bawah diafragma, bahu
dan sebagainya.

F. PROSEDUR

1. Pastikan Identitas foto rontgennya


2. Menilai kualitas foto yang baik atau tidak baik
Inspirasi maksimum:
 Tampak Iga anteroir ke-6 berpotongan di tengah dengan diafragma
 Tulang Clavicula berbentuk huruf V dan jarak antara ujung clavicula
dengan procesus spinosus adalah sama
 Vertebra Thorakalis tampak dari Vth1- Vth5
 Soft tissue tidak tampak
  terlihat seluruh lapangan paru
3. Tentukan posisi foto
 Pada foto AP
clavicula akan tampak mendatar, scapula berada di dalam lapangan paru, dan
yang tampak depan adalah costae anterior.

205
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

 Pada foto PA
costaeposterior tampak depan, clavicula menjungkit, dan scapula berada di
luar lapangan paru.

206
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

4. Dinding thorak 
 Costa dan Intercosta, Clavicula dan Scapula, Tulang Vertebrae
 Soft tissue dinding thorak  (Bayangan Pleura)
 Trachea pada leher
 Sinus Costoprenicus (normal Lancip)
 Diafragma (letak tinggi/rendah/normal) (diafragma kanan lebih tinggi 2,5
cm dari diafragma kiri)
 Hilus merupakan tempat keluar masuknya arteri dan vena pulmonalis,
bronkus, dan juga saluranlimfe. Normalnya diameter hilus sama dengan
diameter trakea.
 Cor/Jantung (bentuk dan ukuran)
 Paru-paru, mulai dari apex hingga ke basal paru kedua sisi.

CTR (Cardiothoraco ratio) < 50%,


Cara menghitungnya adalah (a + b )/ c

 Mediastinum

207
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Corakan bronkovaskuler normalnya hanya terdapat pada 1/3 lapangan paru


dari central pada dewasa, sedangkan pada anak hanya 1/4 dari lapangan
paru.
 

G. CEK LIST LATIHAN PEMBACAAN FOTO THORAX

No Langkah Klinik yang Dinilai Feed Back

1 Pastikan Identitas foto rontgennya


2 Menilai kualitas foto
Inspirasi maksimum :
 Tampak Iga ke-6 berpotongan ditengah dengan
diafragma
 Tulang Clavicula berbentuk huruf V dan jarak antara
ujung clavicula dengan procesus spinosus adalah sama
 Vertebra Thorakalis tampak dari Vth1 - Vth 5
 Soft tissue tidak tampak
  terlihat seluruh lapangan paru
3 Posisi foto:
 AP atau PA
4. Dinding thorak:
 Costa dan Intercosta, Clavicula dan Scapula, Tulang
Vertebrae
 Soft tissue dinding thorak 
 Trachea pada leher
 Sinus Costoprenicus
 Diafragma
 Hilus
 Cor: Bentuk dan CTR (Cardiothoraco ratio). < 50%
 Paru-paru
 Mediastinum

H. DAFTAR PUSTAKA

208
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Atlas Teknik Radiologi. Jakarta : EGC


Patel, Pradip R. 2005. Lecture Notes Radiologi. Jakarta: EGC
Petunjuk Membaca Foto untuk Dokter Umum. 1995. Jakarta : EGC
Soeroso, Luhur. S. 2007. Atlas Radiologi dan Ilustrasi Kasus. Jakarta: EGC

PUNKSI PLEURA (THORACOCENTESIS)


Oleh: dr. Oktadoni Saputra, M.Med.Ed

B. TEMA
Keterampilan Prosedural Punksi Pleura/Thoracocentesis
209
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

C. LEVEL KOMPETENSI
Level Kompetensi
No Kompetensi SKDI Target
Capaian
Contraventil needle
1 (needle 2 2-3
decompression)
2 Pneumothorax,
3B 3B
Hemothorax
(Sumber: SKDI, 2006)

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Mahasiswa mengenal dan mampu menjelaskan tentang Punksi
Pleura
 Mahasiswa mampu menyebutkan indikasi Punksi Pleura
 Mahasiswa mampu melakukan procedural Punksi Pleura
 Mahasiswa mampu menjelaskan penalaran klinis Punksi Pleura

E. ALAT DAN BAHAN


 Handschoen steril
 Triway
 Blood transfer set/Transfusi set
 Abbocath 18-20 G
 Spuit 3 cc dan jarum 27 G
 Spuit 50 cc
 Lidokain 1%
 Antiseptik; betadine
 Plester & Kassa Steril
 Gunting kassa
 Botol penampung 1 liter
 Tempat specimen (jika diperlukan) 2/3 buah

210
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

F. SKENARIO
Dyspnea

Seorang wanita umur 68 tahun, datang ke UGD tempat saudara


bekerja dengan sesak. Sesak dirasakan sejak 2 bulan terakhir, kadang
disertai batuk dan nyeri pada dada kanan. Sesak dirasakan terus
menerus dan tidak bertambah berat saat beraktivitas. Bahkan sejak
seminggu terakhir pasien merasakan sesaknya bertambah berat dan
sampai mengalami kesulitan bernapas. Pasien lebih senang berbaring
ke sisi kanan untuk mengurangi sesaknya. 1 bulan yll pasien pernah
memeriksakan keluhannya ke puskesmas karena batuk yang disertai
darah. Pasien dikatakan harus periksa dahak dan rontgen tapi pasien
tidak datang berobat lagi alasan biaya.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan: KU tampak sakit berat & sesak,


kesadaran compos mentis. TD: 130/85 mmHg, N: 108x/menit, RR:
40x/menit, Temp: afebris. Pemeriksaan fisik thorak inspeksi (look):
pembesaran hemithorax dextra. Auskultasi (listen): S1-S2 murni,
regular ST(-), penurunan suara vesikuler hemithorax dextra mulai dari
SIC III dan menghilang di daerah Basal. Perkusi: redup pada
hemithorax dextra SIC IV ke bawah, konfigurasi jantung dalam batas
normal; dan Palpasi (feel): adanya ketinggalan gerak pada dada
sebelah kanan. Egophony (+). Rontgen: Perselubungan pada 2/3 basal
hemitoraks dextra dengan sinus costofrenicus kanan tumpul.

Anda memutuskan untuk melakukan punksi pleura untuk diagnostic


dan life saving pada pasien.

G. DASAR TEORI

Definisi

211
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Punksi Pleura/thoracocentesis merupakan suatu prosedur klinik dengan


melakukan punksi pada dinding dada untuk mengeluarkan cairan/udara dari
rongga pleura. Punksi pleura biasanya dilakukan pada pasien dewasa baik
rawat inap maupun rawat jalan.

Tujuan, Indikasi dan Kontraindikasi


Punksi pleura/ Thoracocentesis dilakukan baik untuk prosedur diagnostic
(analisis cairan pleura) misalnya pada kasus efusi pleura, maupun prosedur
terapeutik (mengeluarkan cairan berlebih pada cavum pleura yang
menyebabkan distress respirasi) misalnya pada kasus efusi pleura massif,
pneumothorak maupun hematothorak massif.

Indikasi Thoracocentesis antara lain:


 Non Trauma: Segala hal yang menyebabkan peningkatan cairan cavum
pleura atau disebut dengan efusi pleura (biasanya dilakukan di SMF
Paru)
 Trauma: Hematothorak massif, Pneumothorak (biasanya dilakukan
bagian Bedah dan kadang diikuti dengan pemasangan Chest Tube)

Kontraindikasi punksi pleura/Thoracocentesis:


 Absolut: Gangguan perdarahan (Coagulopathy), Pemakaian zat
antikoagulan disertai PTT&APTT memanjang > 1,5 x normal,
Trombositopenia (AT) < 20.000/mmk, gangguan hemodinamik atau
irama jantung, serta distress respirasi bukan karena efusi pleura
 Relatif: infeksi local pada dinding dada, kurangnya kooperatif dari
pasien, keadaan umum pasien yang lemah/buruk serta batuk
berlebihan.

Lokasi Punksi
 SIC V atau VI linea midaxillaris, atau
 SIC V linea linea midscapula
 SIC II linea midclavicula (untuk pneumothorax)

212
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Untuk kasus efusi pleura yang terlokalisir kadang diperlukan bantuan USG
bahkan panduan CT-Scan untuk menentukan lokasi tusukan

Anatomi, Fisiologi Cavum Pleura dan Patofisiologi efusi pleura

Cavum Pleura adalah rongga diantara paru dan dinding dada, dibatasi oleh
Pleura visceral yang melapisi paru dan pleura parietal yang melapisi bagian
dalam dinding dada. Pleura ini merupakan membrane serosa yang kuat. Tebal
rongga pleura 10-20 mikron. Secara normal cavum pleura menghasilkan 25-
50cc cairan yang berfungsi sebagai pelicin. Peningkatan jumlah cairan yang
berlebihan pada cavum inilah yang dikenal sebagai efusi pleura. Cairan pleura
normal mengandung protein dalam jumlah rendah serta terdapat tekanan
negative yang berguna dalam menjaga pengembangan paru saat respirasi.

Cairan pleura dibentuk oleh kapiler pleura parietalis dan direabsorsi oleh
kapiler pleura viseralis dan pembuluh getah bening pleura parietal.
Keseimbangan ini tergantung pada tekanan hidrostatik dan penyaluran cairan
pleura oleh saluran getah bening. Secara fisiologis keseimbangan cairan ini
terjaga karena adanya tekanan hidrostatik 9 mmHg oleh produksi pleura
parietal diimbangi oleh tekanan koloid osmotic 10 mmHg oleh pleura visceral
untuk direabsorpsi. Pada keadaan patologis rongga pleura dapat menampung
beberapa liter cairan dan udara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut

213
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 9. Anatomi dan fisiologi Cavum Pleura

Penyebab terjadinya efusi pleura akibat transudasi/ eksudasi yang berlebihan,


antara lain:
 Pembentukan lebih banyak daripada penyerapan, atau
 Pembentukan normal tetapi penyerapan terganggu

Ad 1. Peningkatan Pembentukan:
 Peningkatan cairan interstisial paru
o Gagal Jantung Kiri
o Pneumonia
o Emboli Paru
 Peningkatan tekanan intravaskuler di pleura
o Gagal Jantung Kanan/Kiri
o Syndrome Vena Cava Superior
 Peningkatan kadar protein cairan pleura; atelektasis
 Peningkatan cairan dalam rongga peritoneal; robeknya pembuluh
darah atau saluran getah bening, asites dan dialysis peritoneal
 Penurunan tekanan osmotik koloid darah akibat hipoproteinemia
Ad 2. Penurunan absorbsi cairan pleura
 Obstruksi saluran limfe parietal
 Peningkatan tekanan vaskuler sistemik (SVR); Sindrom vena cava,
Gagal Jantung Kanan

214
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Jumlah dan jenis cairan efusi pleura


Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rorigga pleura yang
disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari
permukaan pleura. Efusi pleura bukanlah merupakan suatu diagnosis penyakit,
tetapi suatu gejala penyakit serius yang dapat mengancam jiwa.

Efusi pleura masif adalah penumpukan cairan pleura yang mencapai lebih 2/3
hemitoraks. Berbagai penyakit bisa menimbulkan efusi pleura masif, namun
yang paling sering ditemukan karena proses keganasan dan tuberkulosis.

Efusi pleura masif harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena


cairan pleura akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada dan dapat
menimbulkan kematian. Selain pengobatan terhadap penyakit yang mendasari,
pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif adalah
dengan melakukan Torakosentesis. Jumlah cairan yang dikeluarkan seperlunya
hingga sesak - berkurang (lega); jangan lebih 1-1,5 liter pada setiap kali
aspirasi, Zangelbaum dan Pare menganjurkan jangan lebih 1.500 ml dengan
waktu antara 20-30 menit. Torakosentesis ulang dapat dilakukan pada hari
berikutnya.

Torakosentesis untuk tujuan diagnosis setiap waktu dapat dikerjakan,


sedangkan untuk tujuan terapeutik pada efusi pleura misalnya akibat
tuberkulosis dilakukan atas beberapa indikasi:
a) Adanya keluhan subjektif yang berat misalnya nyeri dada, perasaan
tertekan pada dada.
b) Cairan sudah mencapai sela iga ke-2 atau lebih, sehingga akan
mendorong dan menekan jantung dan alat mediastinum lainnya, yang
dapat menyebabkan kematian secara tiba-tiba.
c) Suhu badan dan keluhan subjektif masih ada, walaupun sudah melewati
masa 3 minggu. Dalam hal seperti ini biasanya cairan sudah berubah
menjadi pyotoraks.
d) Penyerapan cairan yang terlambat dan waktu sudah mendekati 6
minggu, namun cairan masih tetap banyak
215
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Gambar 10. Lokasi punksi dan efusi pleura


Tabel 3. Perbedaan Transudat dan Eksudat
Keterangan Transudat Eksudat
Uji Rivalta -- +
Protein < 3,0 gr% > 3,0 gr%
Nisbah protein CP/ < 0,5 > 0,5
Plasma
Berat Jenis < 1,016 > 1,016
LDH < 200 / µ > 200 / µ
Nisbah LDh CP/Plasma < 0,6 > 0,6
Lekosit < 1000 > 1000
Hitung Jenis < 50% limfosit > 50% limfosit
pH > 7,3 < 7,3
Glukosa ≥ plasma < plasma
Amilase = plasma > Plasma
Alkali Fosfatase < 75 µ > 75 µ
Contoh Gagal Jantung Kongestif, Inflamasi; TBC,
Hipoproteinemia. Chirosis, Pneumonia bacterial,
Meig sindrom,Nephrosis, Keganasan, Infeksi sub-
Myxoedema,pankreatitis diafragma, infeksi jamur

216
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

Efek Samping dan komplikasi tindakan


 Pneumothoraks
 Perdarahan, hemothorax
 Nyeri tempat tusukan
 Infeksi terlokalisasi
 Batuk
 Syok vasovagal
 Kecemasan
 Intrabdominal organ injury
 Emboli udara.
PROSEDUR
 Evaluasi awal
o Anamnesis: Riw. Keganasan, Pansitopenia, Penggunaan
antikoagulan, Ax Efusi Pleura
o Px Fisik: KU, VS, febris, pulse oxymetri, Thorak: Tanda dan
Gejala efusi (Look, Listen, Feel)
o Penunjang: Rö Thorax PA, Lateral, CT-Scan, Lab: DL, CT-BT,
LDh, Albumin, GDS

 Persiapan Pasien:
o Informed: Jelaskan Tujuan, manfaat dan risiko, langkah-
langkah prosedur serta instruksi untuk pasien, anestesi
infiltrasi, tanyakan riw. Alergi anestesi local atau antiseptic
yang digunakan.
o Consent: Meminta persetujuan tertulis
 Pengecekan dan persiapan alat dan diri operator
 Pelaksanaan:
o Memposisikan pasien duduk (memeluk bantal  lihat gambar)
atau tidur miring pada sisi sakit (lengan ipsilateral diatas
kepala)
o Cari lokasi/ titik tusukan (konfirmasi Rontgen dengan perkusi
lokasi biasanya midaxila atau midposterior SIC 5.  Tandai

217
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

ballpoint. Untuk dekompresi pada pneumothorax biasanya SIC


II midclavicula)
o Cuci tangan WHO dan Pasang Hanschoen steril
o Sterilisasi lokasi dengan prosedur aseptic (central-perifer)
o Pasang duk steril
o Anestesi local (spuit 3cc jarum 27 atau 22G + lidocaine 1%)
 Blok N. Intercostalis  tegak lurus tepi bawah costa V-
sampai os costa arahkan kebawah, aspirasi lalu
injeksikan
 Infiltrasi: Tusukkan spuit tepat tepi atas costa VI dari
luar kedalam disertai dengan aspirasi dan injeksi
infiltrasi lidokain 1% sampai didapatkan cairan pleura)
o Tandai batas jarum masuk ke cavum pleura dengan klem arteri
o Masukkan Abbocath tepat ditepi atas costa VI, tegak lurus,
pelan dan pasti sampai menembus pleura parietalis dan keluar
cairan dari rongga pleura  cabut jarum penuntun 
masukkan catheter lebih dalam dan tutup dengan telunjuk.
o Pasang Triway pada spuit 50 cc, sesuaikan arah stop cock dan
sambungkan ke catheter kemudian lakukan aspirasi
o Sambungkan dengan blood set dan botol penampungan,
jangan lupa merubah arah stop cock triway saat memindahkan
arah aliran cairan pleura ke botol penampungan.
o Alirkan sampai jumlah yang diperkirakan, maksimal 1-1,5 liter,
amati keadaan pasien (syok vasovagal, batuk, cemas, usahakan
selalu berinteraksi dengan pasien untuk mengurangi
kecemasan)
o Lepaslah spuit 50 cc dan tampung cairan pada tempat
specimen untuk pemeriksaan lab
o Setelah selesai, tekan dengan kassa steril kemudian mintalah
pasien menarik napas panjang, berdeham atau batuk lalu
lepaslah kateter dan tutup dengan plester
o Lepaslah duk dan bersihkan daerah tindakan serta peralatan

218
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

o Cuci tangan sesuai WHO


o Jelaskan prosedur pada pasien telah selesai dan jelaskan
instruksi selanjutnya
 Penutup  menutup hasil procedural dengan baik

Gambar 11. Posisi Punksi Pleura


(Sumber : Elaine Reid. 2009. Thoracocentesis : Patient Informations)

219
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021

H. DAFTAR PUSTAKA
 Anonim, 2008. Pleural Aspiration Protocol for Oncology/Palliative Care
Patients. CDHB Hospital Palliative Care Service.
 Astowo, Pudjo. 2009. Efusi Pleura, Efusi Pleura Ganas, Empyema.
Department Pulmonology and Repiration Medicine, Division Critical
Care Medicine and Pulmonary Intervention, Medical Faculty University
of Indonesia-Persahabatan Hospital.
 Reid, Elaine. 2009. Thoracocentesis (Pleural aspiration or pleural tap):
Patients Information. Cambridge University Hospitals - NHS Foundation
Trust
 Shinohara Yoshitomo, 1999. A New Method of Thoracocentesis Using
CT Guidance in Patients with a Small Amount of Pleural Fluid.
Cardiovasc. Intervent. Radiol (1999) 22:260-261
 Sugito, et al. 1992. Efusi Pleura Masif. Cermin Dunia Kedokteran. Edisi
Khusus No. 80; 95-97
 Szilagy, Peter. G. Bate’s Guide to Phsycal Examination Chapter 6
 Thomsen, Todd W. et al, 2006. Video Thoracentesis. The New England
Journal of Medicine. Mount Auburn Hospital, Cambridge & Harvard
Medical School, Boston, Massachusetts.
 TR Collins and SA Sahn. 1987. Thoracocentesis. Clinical value,
complications, technical problems, and patient experience. Chest:91;
hal 817-822 didownload dari
http://chestjournal.chestpubs.org/content/91/6/817

220
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021

Anda mungkin juga menyukai