Januari 2021
Buku Panduan
Clinical Skills Lab (CSL)
Semester 4
Editor:
dr. Rizki Hanriko,Sp.PA
dr. Fitria Saftarina,M.Sc
dr. Giska Tri Putri, S.Ked
Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian isi atau seluruh isi
buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seijin penyusun
2
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan buku panduan Clinical Skill Lab (CSL) Semester 4.
Buku ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa maupun instruktur dalam proses
pembelajaran CSL pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung (FK Unila) semester 4 tahun ajaran 2020-2021.
Buku panduan edisi keempat ini disusun dengan mengacu pada kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang dokter yang tertuang dalam Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI). Pada semester ini mahasiswa diharapkan menguasai keterampilan
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Kulit, Pemeriksaan Fisik Orthopedi, Bedah
Minor Lanjut, Anamnesis Penyakit Kardiovaskuler dan Respirasi, Pemeriksaan Fisik
Paru dan Jantung Lanjut, Pemeriksaan JVP, Pemasangan EKG dan Pembacaan serta
Interpretasi EKG, serta Pembacaan Rontgen Thorak.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, semoga buku ini dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya. Untuk kesempurnaan penyempurnaan berikutnya
serta kritik dan saran juga kami harapkan.
3
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Daftar Isi
4
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
1. Kegiatan CSL setiap topik terbagi atas 2 sesi. Buku Panduan CSL akan di-upload di
website;
2. Pada kegiatan CSL terdapat 2 buku, yakni Buku Panduan CSL dan Buku Kegiatan
CSL yang wajib dibawa setiap sesi;
3. Keikutsertaan 100% dan hadir tepat waktu;
4. Pada Sesi 1 akan dilakukan pre-test secara serentak melalui Gform
5. Jika nilai Pretest <70 mahasiswa masih dapat mengikuti CSL dengan mendapat
tugas yang ditentukan oleh PJ Blok;
6. Jika terlambat <30 menit dari jadwal yang ditentukan, mahasiswa diperkenankan
mengikuti CSL;
7. Jika terlambat >30 menit dari jadwal yang ditentukan, mahasiswa tidak
diperkenankan mengikuti CSL;
8. Bagi mahasiswa yang mendapatkan tugas CSL dari PJ Blok, maka tugas Wajib
dikumpulkan maksimal sebelum sesi 1 CSL selanjutnya dimulai;
9. Pada sesi 2 mahasiswa melakukan keterampilan klinik dengan video yang dinilai
oleh instruktur
10. Bila nilai tugas kurang dari 60, wajib memperbaiki dengan catatan ceklis
rekomendasi OSCE tidak di paraf;
11. Jika tidak mengumpulkan tugas tepat waktu maka tidak diperbolehkan mengikuti
remedial OSCE
12. Bagi mahasiswa yang harus mendapat tugas dan tidak melapor pada PJ maksimal
1 hari setelah pertemuan 1 maka tidak diperbolehkan ikut OSCE.
13. Penilaian dilakukan pada buku kegiatan mahasiswa dan ditandatangani oleh
instruktur saat pelaksanaan skills lab berlangsung sebagai bukti otentik latihan
5
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
(……………………………..)
NPM.
TATA TERTIB :
a. Tata tertib umum
1. Mahasiswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan blok CSL 4, yaitu :
6
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Latihan keterampilan klinik/ CSL, 2 kali seminggu kecuali jika ada libur
nasional akan disesuaikan).
Pretest, yang akan diberikan sebelum latihan CSL di pertemuan
pertama
Briefing OSCE dan remediasi
2. Berpakaian rapi
Tidak diperbolehkan memakai kaus oblong, celana blue jeans,
sandal/sepatu sandal khusus mahasiswi memakai kemeja, tidak
diperbolehkan berbaju ketat, transparan dan tanpa lengan atau
terlihat ketiak serta harus memakai rok minimal di bawah lutut.
Rambut harus rapi, tidak diperbolehkan berambut gondrong untuk
laki-laki
Kuku harus pendek, bersih, dan tidak menggunakan cat kuku
3. Sopan santun dan etika
Jujur dan bertanggung jawab
Disiplin
Tidak merokok di lingkungan kampus
Tidak diperbolehkan membawa senjata tajam, NAPZA, alat-alat yang
tidak sesuai dengan tupoksi sebagai mahasiswa.
Tidak diperbolehkan membuat kegaduhan
Tidak diperbolehkan memalsukan tanda tangan PA atau para dosen
Tidak diperbolehkan memalsukan dokumen
Tidak diperkenankan melakukan kecurangan dalam bentuk apapun
pada saat CSL dan OSCE.
7
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
8
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
PENILAIAN
1. Penilaian formatif
a. Kehadiran 100%, kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh
institusi
b. Nilai pretest CSL minimal 70 per keterampilan
c. Nilai sikap profesional (profesional behaviour).
9
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
10
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
LEVEL OF COMPETENCE
Level Kompetensi 1 Mengetahui dan menjelaskan
Level Kompetensi 2 Pernah melihat / didemonstrasikan
Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
Level Kompetensi 3
supervise
Level Kompetensi 4 Mampu melakukan secara mandiri
A. TEMA
Keterampilan Anamnesis dan Pemeriksaan Penyakit Kulit
B. LEVEL KOMPETENSI
Physical Examination Level of Expected
Ability
skin, inspection with magnifying glass -1- -2- -3- -4-
nails, inspection -1- -2- -3- -4-
Terminology of skin lesions
skin lesions description with primary and
secondary changes, as well as size, -1- -2- -3- -4-
distribution, expansion and configuration
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
E. SKENARIO
13
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Bercak Putih
Ny. Kusti, 28 tahun datang ke tempat praktek saudara dengan keluhan
timbul bercak putih pada punggung kanan dan seperti mati rasa sejak 4
bulan lau. Lengan kanannya juga dirasakan sering kesemutan. Keluhan
tersebut menyebabkan ia kurang percaya diri. Anda melakukan anamsesis
dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis.
F. DASAR TEORI
1. Anamnesis
Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik pada masyarakat
diharapkan seorang dokter dapat memberikan penatalaksaan yang tepat.
Penatalaksanaan yang tepat diberikan berdasarkan penegakkan diagnosis
yang tepat pula. Dalam menentukan suatu diagnosis, seorang dokter akan
melalui beberapa tahapan, yakni anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
menyertainya.
4. Riwayat penyakit Dahulu:
a. Riwayat Penyakit yang pernah dialami yang berhubungan dengan
penyakit sekarang
b. Riwayat imunisasi, tes skrining alergi terhadap obat dan alergen
lain, gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit sekarang
5. Riwayat Keluarga
Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial , atau
penyakit infeksi. Pada penyakit kongenital perlu ditanya juga riwayat
kehamilan dan kelahiran
6. Riwayat Pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kebiasaan, termasuk lingkungan tempat tinggal.
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis, tindakan berikutnya adalah melakukan
pemeriksaan fisik berupa inspeksi. Bantuan pemeriksaan dengan kaca
pembesar dapat dilakukan. Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam
ruangan yang terang. Anamnesis terarah biasanya ditanyakan pada
15
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
I. Ukuran:
Miliar sebesar kepala jarum pentul
Lentikular: sebesar biji jagung
Numular: sebesar uang logam 100 rupiah
Plakat: lebih besar dari numular
18
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
G. PROSEDUR
ANAMNESIS
1. Sambung rasa/membina rapport/komunikasi non verbal yang baik
menyambut dengan ramah,
ucapkan salam
persilahkan pasien untuk duduk
perkenalkan diri anda sebagai dokter yang akan membantu
2. Tanyakan identitas pasien,
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan,
status marital, suku bangsa, agama
Selanjutnya sebut nama pasien dalam anamnesis
3. Inform Consent
Beri penjelasan kepada pasien bahwa proses anamnesis dan
pemeriksaan ini untuk kebaikan pasien
minta pasien untuk jujur
beri penjelasan bahwa apa yang dikatakan oleh pasien bersifat
rahasia dan tidak dipublikasikan tanpa seijinnya.
4. Tentukan keluhan utama pasien
Tanyakan keluhan yang menyebabkan pasien datang kepada
anda/ berobat, satu keluhan saja yang terpenting, catat sesuai
bahasa pasien.
5. Gali informasi tentang keluhan yang mendukung atau mendampingi
keluhan utama ( Riwayat Penyakit Sekarang)
Hal-hal yang harus ditanyakan antara lain:
1. Waktu dan lama keluhan berlangsung
2. Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan,
terus-menerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau
berkurang.
3. Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, atau
berpindah-pindah. Tanyakan mengenai gambaran lesi awal,
20
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
21
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
PEMERIKSAAN FISIK
a. Informed consent
b. Meminta pasien untuk membuka pakaian dan memastikan pasien
mendapat pencahayaan yang baik selama pemeriksaan
c. Perhatikanlah daerah dimana letak/ lokasi kelainan kulit tersebut
d. Dengan menggunakan kaca pembesar, perhatikanlah jenis effloresensi
yang tampak pada daerah tersebut : eritema, hipopigmentasi,
hiperpigmentasi, nodul, vesikel, bula, makula, papula, skuama, urtika,
ulkus, krusta
22
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
23
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Bickley Lynn S. Bates’ Guide to Physical Examination & History
Taking. 9th edition. Lippincott Williams &
Wilkins.Philadelphia.2007
2. Budimulja, Unandar. Morfologi dan Cara Membuat Diagnosis
dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. FKUI.
Jakarta. 2008
3. Mc Glynn Burnside. Adams Diagnosis Fisik. Ed 17. EGC. Jakarta
1995.
4. Vitayani Sri, dr., SpKK. Keterampilan Klinik dan Laboratorium
Indera Khusus – Kulit . FK Unhas. 2009
24
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
H. CEKLIS LATIHAN
No Aspek Feedback
I INTERPERSONAL
Sambung Rasa/membina rapport (menyambut dengan
1 ramah, salam, menyilakan duduk, perkenalan diri,
komunikasi non verbal yang baik)
Tanyakan identitas pasien, selanjutnya sebut nama pasien
2
dalam anamnesis
Beri penjelasan kepada pasien bahwa
proses anamnesis dan pemeriksaan ini untuk
kebaikan pasien,
3 minta pasien untuk jujur dan
beri penjelasan bahwa apa yang dikatakan oleh
pasien bersifat rahasia dan tidak dipublikasikan
tanpa seijinnya
II CONTENT
4 Tentukan keluhan utama pasien
Gali informasi tentang keluhan yang mendukung atau
mendampingi keluhan utama Riwayat Penyakit Sekarang:
Waktu dan lama keluhan berlangsung
Sifat dan beratnya serangan
Lokalisasi dan penyebarannya
Hubungan dengan waktu
5 Hubungan dengan aktifitas
Keluhan-keluhan lain yang menyertai serangan,
misalnya apakah disertai rasa panas pada lesi atau
tidak, adakah demam atau tidak, apakah disertai gatal
atau tidak.
Jika ada keluhan lain yang menyertai, tanyakan:
a. Kapan mulai terjadi hal tersebut, apakah
25
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
26
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
27
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
28
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
tepat
Mampu menjelaskan kepentingan membangun sambung rasa
30
dengan pasien
31 Mampu menjelaskan penegakkan diagnosis penyakit kusta
III PROFESIONALISM
321. Mampu menunjukan sikap percaya diri
2. Mampu menunjukkan sikap menghormati pasien
33
(etika,moral,norma sosial)
34 Mampu melakukan dengan kesalahan minimal
A. TEMA
Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dasar pada Muskuloskeletal
Tujuan Khusus
Dapat melakukan inspeksi terhadap keadaan umum, bentuk dan penampilan cara
berjalan dan bentuk badan penderita
Mampu melakukan palpasi pada kelainan muskuloskeletal secara benar
Dapat melakukan pemeriksaan lingkup gerak sendi pada kelainan muskuloskeletal
29
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
D. SKENARIO
Pasien pria gemuk, berusia 48 tahun datang dengan keluhan nyeri tajam pada sendi
lutut sebelah kanan. Keluhan sudah dirasakan hilang timbul selama 2 bulan
belakangan, namun selama 3 hari ini keluhan dirasa terus menerus dan memberat.
Keluhan disertai dengan gerak sendi terbatas karena nyeri, sulit untuk ditekuk maupun
diluruskan, dan rasa kaku sementara pada sendi tersebut setelah bangun tidur.
Keluhan bertambah nyeri apabila sendi digerakkan, sedangkan bila beristirahat
keluhan berkurang. Untuk menegakkan diagnosis anda akan melakukan pemeriksaan
fisik yang sesuai.
E. DASAR TEORI
I. Anamnesis Kelainan Muskuloskeletal
Keluhan Utama
Ada tiga keluhan utama yang sering dikeluhkan penderita yang mengalami gangguan
muskuloskeletal yaitu:
1. Deskripsi Nyeri (PQRST)
Position: dapat menentukan posisi dan lokasi nyeri
Quality: adalah derajat kualitas nyeri seperti rasa menusuk, panas, danlain-lain
Radiation: penjalaran nyeri
Severity: tingkat beratnya nyeri (sering dihubungkan dengan gangguan Activity
Daily Living (ADL)
Timing: kapan timbulnya nyeri, apakah siang, malam, waktu istirahat, dan lain-
lain
2. Perubahan bentuk (Deformitas)
Bengkak: biasanya karena radang, tumor, pasca trauma, dan lain-lain
Bengkok misanya pada:
Varus bengkok keluar
Valgus bengkok kedalam seperti kaki X
Genu varum kaki seperti O
Angulasi/rotasi
Pendek dibandingkan dengan kontralateral yang normal
3. Gangguan Fungsi (Disfungsi) Penurunan/hilangnya fungsi
Afungsi (Tak bisa digerakkan sama sekali)
Kaku (stiffnesss)
Cacat (disability)
30
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
31
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Antagic Gait
Tredelenberg gait
32
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Steppage gait
33
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
1. Look (inspeksi)
2. Feel (palpasi)
3. Move (pergerakan,terutama mengenai lingkup gerak)
Disamping gerak perlu dilakukan pengukuran bagian yang penting untuk membuat
kesimpulan kelainan, apakah suatu pembengkakan atau atrofi, serta melihat adanya
selisih panjang (discrepancy)
1. Look (Inspeksi)
Perhatikan apa yang dilihat, antara lain :
Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan yaitu
bekas pembedahan)
Birth mark (bekas melahirkan)
Fistula
Warna (kemerahan, kebiruan/livide, hiperpigmentasi)
Benjolan/pembengkakan/cekukan dengan hal-hal yang tidak biasa,
misalnya ada rambut diatasnya, dst
Posisi serta bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
Jalan pasien (gait, waktu masuk kamar periksa)
Deformitas: Angulasi, rotasi, shortening
Luka: ukuran luka, terdapat perdarahan atau tidak, tepi luka, dasar
luka, bone exposed, tendon exposed,
2. Feel (palpasi)
Pada waktu ingin palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki agar
dimulai dari posisi netral/posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik bagi pemeriksa
maupun bagi penderita. Karena itu, perlu diperhatikan selalu wajah penderita
atau menanyakan perasaan penderita.
Yang dicatat pada palpasi adalah:
Suhu serta kelembaban kulit dibandingkan dengan anggota gerak
kontralateral
Nadi/pulsasi terutama pada tumor
Nadi distal (trauma pada fraktur)
Nyeri nyeri tekan & nyeri sumbu (terutama pada fraktur)
Krepitasi fraktur klavikula, OA sendi
Fungsi saraf sensorik, motorik, dan refleks
34
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
3. Move (pergerakan)
Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan
anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.
Perlu diingat, pemeriksaan ini bisa jadi menimbulkan nyeri sehingga perlu
dilakukan inform consent ulang sebelum melakukan pemeriksaan ini.
Pada pemeriksaan selain penderita duduk atau berbaring juga perlu dilihat
waktu berdiri dan berjalan. Pada pemeriksaan jalan, perlu dinilai unutuk
mengetahui adanya pincang atau tidak. Pincang dapat disebabkan oleh
instability, nyeri, discrepancy atau fixed deformity.
Pemeriksaan Sendi
35
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan
lain-lain
Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-lain
Adanya bunyi “klik, krepitasi
Adanya kontraktur sendi
Nilai lingkup gerak sendi secara aktif atau pasif
36
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Indikasi:
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama
e. Pasca trauma
Kontra Indikasi:
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (misalnya: jantung)
Pemeriksaan Goniometri
Goniometri
Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yang
berarti sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometri
berkaitan dengan pengukuran sudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari
sendi melalui tulang-tulang ditubuh manusia. Goniometri merupakan bagian
yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga meliputi jaringan lunak.
37
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Prosedur
Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.
1. Meletakkan goniometer:
a. Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
b. Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen
tubuh yang statik.
c. Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
2. Membaca besaran lingkup gerak sendi (LGS) pada posisi awal
pengukuran dan mendokumentasikannya
3. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal
yang ada
4. Membaca besaran LGS
Gambar. Goniometri
38
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
F. PROSEDUR
1. Melakukan pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital: cek keadaan umum
(tampak sehat, sakit, sakit berat) dan tanda–tanda vital seperti tekanan darah,
frekuensi nadi, napas, dan temperatur
2. Memperhatikan bentuk dan penampilan tubuh pasien sewaktu datang:
bentuk tubuh dan cara berjalan
3. Pemeriksaan Status Lokalis Muskuloskeletal
3.a. Look (Inspeksi)
Perhatikan adanya hal-hal berikut:
Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan yaitu
bekas pembedahan)
Birth mark (bekas melahirkan)
Fistula
Warna (kemerahan, kebiruan/livid, hiperpigmentasi)
Benjolan/pembengkakan/cekukan dengan hal-hal yang tidak biasa,
misalnya ada rambut di atasnya, dst
Posisi serta bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
Jalan pasien (gait, waktu masuk kamar periksa)
Perhatikan adanya angulasi (bengkok membentuk sudut) dan
diskrepensi (pemendekan) pada anggota gerak biasanya pada
fraktur
39
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
40
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
41
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
2. PEMERIKSAAN SIKU
a. Inspeksi
Topang lengan pasien dengan tangan pemeriksa sehingga siku
menjadi fleksi 70°.
Inspeksi medial dan lateral epicondylus dan olecranon.
Inspeksi kontur dari siku, termasuk permukaan ekstensor dari
ulna. Catat adanya nodul atau pembengkakan.
b. Palpasi
Palpasi daerah olekranon dan tekan epicondylus untuk nyeri
tekan, catat jika ada dislokasi dari olekranon.
Palpasi grooves antara epicondylus dan olekranon, perhatikan
adakah nyeri, pembengkakan atau penebalan
Extension
Tempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa
memegang siku pasien.
43
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
44
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
45
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
b. Palpasi
Palpasi dengan menggunakan kedua ibu jari pada bagian
anterior dari pergelangan kaki dan perhatikan adakah
pembengkakan dan nyeri. Nyeri lokal dapat ditemukan pada
kasus arthritis, cedera ligament, atau infeksi daerah
pergelangan kaki.
Palpasi juga dilakukan di sendi-sendi Metatarsofalang dengan
cara menekan kaki dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk. Nyeri yang didapatkan oleh karena penekanan bisa
46
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
G. DAFTAR PUSTAKA
Bate’s barbara. Guide to Physical Examination. Lippincot. 2007. Chapter 15
Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta:
2006
47
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Feedback
No Aspek
48
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
a. Bahu
7 Lakukan inspeksi: apakah terdapat deformitas,
pembengkakan, atrofi otot atau fasikulasi
8 Jika ada riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk
menunjuk lokasi nyeri, lakukan palpasi pada area
tersebut.
9 Lakukan pemeriksaan LGS sendi bahu dengan
memegang sendi bahu pasien dan meminta pasien
untuk:
10 Mengangkat lengannya (abduksi) setinggi bahu
(90°) dengan telapak tangan menghadap ke atas
11 Mengangkat lengannya vertical di atas kepala
dengan telapak tangan saling berhadapan
12 Menempatkan kedua tangan di belakang lehernya
dengan siku menghadap keluar
13 Menempatkan kedua tangan dibelakang tubuh
b. Siku
14 Lakukan inspeksi dengan menopang lengan pasien
dengan tangan pemeriksa sehingga siku menjadi
fleksi 70°. Perhatikan epicondylus medial dan lateral
serta olecranon. Perhatikan kontur siku, apakah
terdapat nodul atau pembengkakan.
15 Lakukan palpasi daerah olekranon dan tekan
epicondylus untuk nyeri tekan. Perhatikan apakah
terdapat dislokasi olekranon, adakah nyeri,
pembengkakan atau penebalan antara epicondylus
dan olekranon.
16 Lakukan pemeriksaan LGS Siku dengan meminta
pasien untuk:
17 Melakukan gerakan fleksi pada sikunya
18 Melakukan gerakan ekstensi pada sikunya
19 Memposisikan sikunya fleksi kemudian melakukan
gerakan pronasi (telapak tangan menghadap ke
bawah)
20 Lengan tetap fleksi pada siku kemudian melakukan
50
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
51
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
STABILISASI (PEMBIDAIAN)
dr. Reni Zuraida, M.Si, dr.Rizki Hanriko, dr.Ahmad Fauzi,SpOT
A. TEMA
Keterampilan prosedural pembidaian
B. LEVEL KOMPETENSI
54
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
C. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mampu melakukan terapi pembidaian
Mampu memilih alat untuk pembidaian
Mampu menjelaskan tujuan dan intrepretasi hasil pembidaian
Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pembidaian
E. SKENARIO
Trauma
“Muskel, berumur 30 tahun merasakan nyeri hebat pada bagian lengan
kanannya. Ia baru saja mengalami kecelakaan sepeda motor. Ia melihat
lengannya bengkak dan nampak deformitas. Akibatnya ia tidak dapat
menggerakkan lengannya. Penduduk yang datang membantu, Muskel
kemudian dibawa ke dokter praktek umum yang ada di dekat tempat
kejadian. Oleh sang dokter, lengan Muskel dibalut lalu di gantung pada
bahunya dengan menggunakan selendang. Selanjutnya Muskel dirujuk ke
rumah sakit dan setibanya disana muskel lalu dirontgen sesuai
permintaan. Hasilnya dikatakan bahwa lengannya patah……
F. DASAR TEORI
55
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Tipe-tipe bidai:
1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium
atau bahan lainyang keras.
2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut
atau bahan yang lunak lainnya.
3. Bidai Traksi
Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur
femur sehingga dapat terhindari kerusakan yang lebih lanjut.
Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk
menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah
meregangkan atau menggerakkan tulang yang patah sampai
ujung-ujung tulang yang patah menyatu.
Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian
tubuh ditemukan:
1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi
“krek”.
2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau
mengalami angulasi abnormal
3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
4. Posisi ekstremitas yang abnormal
5. Memar
6. Bengkak
7. Perubahan bentuk
56
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Tujuan pembidaian:
1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;
2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah,
otot, saraf dan lainnya.
3. Mempermudah transportasi pasien
Prinsip Pembidaian:
1. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;
2. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak
perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;
3. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat Pembidaian:
1. Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam,
gelang dll)
2. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan
sesudah pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya.
3. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah
fraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di
bawah dan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai
bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi
pergelangan kaki maupun lutut.
57
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut
bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian:
1. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur
oleh ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau
manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur
saat memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat
3. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita
menunggu terlalu lama selama proses pembidaian.
G. PROSEDUR
1. Mempersiapkan penderita
a. Ingat prosedur BLS: D R A B C.
b. Tenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa anda akan memberikan
pertolongan kepada penderita.
c. Cari tanda adanya fraktur atau dislokasi (ingat 14 tanda kecurigaan
fraktur di atas).
59
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
2. Persiapan alat
a. Gunakan alat bidai standar yang telah dipersiapkan, namun juga bisa
dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting
pohon, papan kayu.
b. Panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang akan
dibidai. Ukur pada bagian tubuh yang sehat.
c. Jika menggunakan bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll)
sebaiknya dibungkus/dibalut terlebih dahulu dengan bahan yang
lebih lembut (kain, kassa, dll). Sebelum dipasang lapisi bidai yang
telah dibalut dengan kapas.
d. Siapkan elastic perban untuk fraktur clavicula.
e. Siapkan plester lakban untuk fraktur costae.
4. Pelaksanaan Pembidaian
a. Fraktur calvicula, lakukan imobilisasi dengan cara:
Minta pasien meletakkan kedua tangan
pada pinggang
Minta pasien membusungkan dada,
tahan
Gunakan perban elastik, lingkarkan
membentuk angka 8 (Ransel perban).
d. Fraktur antebrachii
Pasang dua buah bidai sepanjang siku sampai ujung
jari
Ikat bidai mengelilingi ekstremitas, tapi jangan terlalu
keras
Gantung bidai dengan mitela/kain ke pundak-leher
e. Fraktur digiti
Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau
gunakan jari sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang
fraktur, gunakan jari telunjuk dan jari manis sebagai
pengganti bidai, kemudian ikat dengan plester.
f. Fraktur costae, lakukan imobilisasi dengan cara:
Bersihkan dinding dada
Minta penderita menarik napas dan
menghembuskan napas sekuatnya.
Pasang plester stripping pada saat ekspirasi
maksimal tersebut.
Plester dipasang sejajar iga mulai dari iga terbawah.
Ulangi prosedur sampai plester terpasang
.
g. Fraktur tulang panggul ( os simfisis
pubis)
Rapatkan kedua kaki
62
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
h. Fraktur femur
Pasang bidai di bagian
dalam,luar dan sisi
belakang paha
Jika patah paha bagian atas, bidai sisi luar harus sampai
pinggang
i. Fraktur patella
Pasang bidai pada bagian
bawah
Pasang bantal lunak di bawah lutut dan pergelangan kaki
H. DAFTAR PUSTAKA
Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.
Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007
Burnside-Mc Glynn: Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta: 1995
63
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
No Aspek Feedback
INTERPERSONAL
1 Cek keadaan penderita D-R-A-B-C
2 Perkenalkan diri anda
3 Beritahu penderita bahwa anda akan menolong
CONTENT
4 Cek tanda-tanda fraktur
Tanyakan apakah Penderita merasakan tulangnya terasa
patah atau mendengar bunyi “krek”.
5 Lihat apakah ekstremitas yang cedera lebih pendek dari
yang sehat, atau mengalami angulasi abnormal
6 Minta penderita untuk menggerakkan ekstremitas yang
cedera ( tidak bisa)
7 Apakah penderita kesakitan? Atau merasa nyeri saat
diminta menggerakkan ekstremitas yang cedera?
8 Tanyakan apakah ada Krepitasi
9 Perhatikan apakah posisi ekstremitas abnormal
10 Lihat apakah ada Memar
11 Perhatikan adanya Bengkak
12 Perhatikan adanya perubahan bentuk
13 Perhatikan ada tidaknya perdarahan
14 Raba pulsasi.
Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi
cedera
15 Palpasi adanya Kram otot di sekitar lokasi cedera
16 Bebaskan area fraktur
Lepaskan segala atribut yang melekat ( cincin, jam dll)
Robek/ gunting pakaian yang menutupi
17 Siapkan bidai, ukuran bidai harus meliputi 2 sendi dari tulang yang
fraktur.
Ukur bidai pada anggota tubuh yang tidak sakit.
18 Balut bidai dengan kassa gulung
19 Sebelum dipasang, letakkan kapas pada bidai
Fraktur clavicula
64
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
65
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
66
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
A. Tema
Jahitan, simpul, insisi, dan ekstirpasi
B. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pembersihan luka
Mahasiswa mampu melakukan aseptik dan antiseptik sebelum
melakukan tindakan
Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan jenis jahitan dan simpul
Mahasiswa mampu melakukan teknik menjahit dan membuat simpul
Mahasiswa mampu melakukan teknik melepaskan jahitan
Mahasiswa mampu melakukan tindakan insisi
Mahasiswa mampu melakukan tindakan ekstirpasi
D. Skenario
67
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Seorang anak A, umur 12 tahun merasakan nyeri setelah terjatuh dari pohon
dan terkena pecahan kaca pada lengannya. Ia dapat melihat luka robek pada
lengannya dan mengeluarkan darah.
E. Dasar Teori
2. Povidone Iodine
Cairan ini bersifat sitotoksik pada jaringan yang sehat dan juga jaringan
bergranulasi. Dapat terjadi perubahan warna pada kulit dan juga cepat
mengering serta dapat menimbulkan iritasi lokal pada kulit sekitar
luka. Cairan ini juga tidak efektif membunuh bakteri pada konsentrasi
yang aman untuk menyembuhkan jarinagn. Penggunaannya sekarang
tidak direkomendasikan.
3. Hidrogen Peroksida
Cairan ini bersifat sitotoksik pada jaringan yang sehat dan juga jaringan
bergranulasi. Cairan ini juga tidak efektif membunuh bakteri pada
konsentrasi yang aman untuk menyembuhkan jarinagn.
Penggunaannya sekarang tidak direkomendasikan.
69
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
(1) Angkat dan sedikit balikkan keluar lipatan dengan pinset bergigi
(2) Pegang pemegang jarum baik dengan cara memegang standar melalui
cincin, atau bila dengan telapak tangan Anda
(3) Arahkan jarum pertama kali vertikal menembus lipatan dan diikuti gerakan
memutar sementara anda menahan jaringan dengan menggunakan pinset
(4) tangkap ujung jarum dengan pinset atau pemegang jarum dan tarik jarum.
Kemudian masukkan jarum menembus belahan yang kedua
70
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
71
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Pemilihan Jarum
Jarum terdiri dari:
72
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Pemilihan Benang
Benang terdiri dari :
o Benang yang dapat diserap (absorbable) digunakan untuk menjahit
jaringan di bawah kulit ,contoh :
catgut : terbuat dari usus halus dan kucing
benang sintesis : multifilamen (asam poliglikoliat dan asam
poliglaktik) dan monofilamen (polidiaksone)
o Benang yang tidak diserap (non aborbable) digunakan untuk menjahit kulit
Sutera
Poliester (dacron)
Polipropilene (prolene)
Kawat baja
74
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
75
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
76
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
77
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Cutting
78
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Reverse Cutting
Taper
TEKNIK INSISI
Insisi adalah sayatan yang dilakukan pada jaringan dengan instrumen yang
tajam tanpa melakukan pengangkatan organ atau jaringan tersebut. Insisi
harus cukup panjang agar operasi dapat leluasa dikerjakan tanpa retraksi yang
berlebihan. Retraksi yang berlebihan akan meningkatkan rasa nyeri pasca
bedah. Usahakan agar insisi dibuat hanya dengan satu sayatan, karena sayatan
tambahan akan meninggalkan bekas yang lebih buruk
Insisi dilakukan sebagai akses awal menuju daerah tujuan operasi. Insisi
dilakukan setelah mengkaji kembali diagnosa dan tujuan terapi bedah.
Perencanaan insisi harus disertai dengan perencanaan penutupan defek yang
ditimbulkannya. Pengambilam masa di subkutis yang tidak membuang kulit
mungkin tidak akan menimbulkan masalah saat penutupan defek, tetapi jika
79
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
kulit ikut diambil maka ada kemungkinan timbul masalah saat penutupan luka
apalagi jika jariongsan kulit yang diambil luas.
Insisi harus cukup panjang agar operasi dapat leluasa dikerjakan tanpa retraksi
yang berlebihan. Retraksi yang berlebihan akan meningkatkan rasa nyeri pasca
bedah. Usahakan agar insisi dibuat hanya dengan satu sayatan, karena sayatan
tambahan akan meninggalkan bekas yang lebih buruk.
Arah insisi harus direncanakan dengan teliti agar jaringan parut yang terbentuk
tidak terlalu menyolok. Insisi sejajar garis Langer akan menyembuh dengan
parut yang halus, karena kolagen kulit terarah dengan baik. Arah kolagen kulit
diidentifikasi dengan relaxed skin tension lines (RSTL). RSTL diketahui dengan
mencubit kulit dan melihat arah kerutan serta penonjolan yang terbentuk.
Cubitan tegak lurus terhadap RSTL akan lebih mudah dikerjakan dan
menghasilkan kerutan dan tonjolan yang lebih besar. Namun kadang-kadang
keleluasaan operasi mengalahkan pertimbangan kosmetis.
Di lengan dan tungkai, insisi tidak boleh memotong lipat sendi secara tegak
lurus. Ini dapat dihindari dengan:
1. Sayatan memotong lipat sendi ke arah miring. Contohnya insisi Brunner di
permukaan ventral jari.
2. Memasukkan lipat sendi sebagai bagian dari insisi. Di proksimal dan distal
lipat sendi, insisi dapat dibuat longitudinal. Cara ini dikerjakan di fosa
poplitea.
3. Jauhi lipat sendi. Contohnya insisi midlateral pada jari.
PROSEDUR
1. Pasang sarung tangan tidak steril
80
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
1.Insisi Linier
Insisi dalam satu lintasan atau garis lurus, atau melengkung. Insisi ini
digunakan jika daerah operasi atau masa yang diambil tidak melekat/
81
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Pada pembuatannya tentukan lebih dulu lebar dan incisi sesuai dengan lesi,
kemudian panjang insisi harus = 3x lebar
82
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Perhatikan ujung lancip tiap sisi. Jahitan tidak boleh sekaligus tetapi harus dua
kali karena arah jarum harus tegak lurus dengan tepi insisi . Untuk menghindari
regangan dapat dikerjakan teknik “undermining”
3.Insisi S atau Z
Insisi dalam satu lintasan berbentuk huruf S atau Z (tidak berbetuk lurus).
Insisi ini digunakan jika daerah operasi atau masa yang diambil biasanya tidak
berhubungan dengan kulit tetapi letaknya di persendian. Misalnya mengambil
masa Becker cyst di fosa poplitea. Insisi ini digunakan sebagai akses masuk dan
diseksi sebagai lanjutan jika masa sudah ditemukan. Tujuan dari bentuk yang
tidak lurus adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur seteleh luka sembuh.
Insisi dilakukan jika lokasi didaerah persendian dan masa tidak berhubungan
dengan kulit.
4.Insisi tangensial/transversal
Insisi secara mendatar, sejajar dengan masa. Dilakukan pada masa solid yang
letaknya di kulit.Untuk bedah minor, insisi ini dilakukan pada insisi klavus
83
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
dimana klavus ditipiskan dahulu sampai inti yang masuk ditemukan yang
dilanjutkan dengan insisi ellips.
5.Insisi Poligonal
Digunakan sebagai akses sekaligus diseksi tajam jika target operasi masa yang
akan diambil berhubungan atau berada di kulit. Dibuat banyak sisi tajam atau
poligonal bertujuan untuk menghabiskan akar-akanr dari masa yang dibuang.
Misalnya tumor ganas kulit. Poligonal juga berfungsi untuk mengecek tiap sisi
apakah bebas dari masa tumor atau tidak.
Penutupan Defek
Pengambilan masa bersamaan dengan kulit diatasnya menimbulkan deffek
yang dapat ditutup dengan mendekatkan tepi luka. Mungkin juga jika defek
terlalu lebar maka kedua tepi luka tidak dapat didekatkan. Untuk itulah
diperlukan teknik khusus untuk menutup defek.
Sekali lagi, petutupan defek ini harus difikirkan saat merencanakan insisi,
bagaimana kemungkinan defek yang terjadi dan cara untuk menutupnya.
Dengan demikian, pada saat insisi telah tergambar rencana teknik penutupan
defeknya.
Adapun teknik yang dapat dipakai adalah, advancement, flaps, STSG (split
thickness skin graff ), FTSG (full thickness) dan lain-lain
Menutup defek dengan cara mendekatkan 2 sisi insisi. Dilakukan jika masing-
masing tepi longgar. Jika tidak maka dilakukan pembebasan jaringan subkutis
dari masing-masing tepi agar menjadi longgar sehingga masing-masi tepi bisa
bertemu sehingga jahitan tidak terlalu tegang /tension.
84
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
85
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Adakalanya diujung luka kulit lebih menonjol dan seakan seperti masa kulit.
Kelebihan kulit ini menyerupai telinga anjing sehingga sering disebut dog ear.
Antisipasi terbentuknya dog ear ini dilakukan saat insisi, yaitu ujung insisi pada
insisi elips diusahakan lebih lancip, tidak lengkung.
Bandingkan kedua ujung insisi yang lancip dengan lengkung. Dog ear
terbetntuk dari insisi yang lebih lengkung.
Untuk memperbaikinya, luka operasi terlebih dahulu dijahit seperti biasa untuk
menilai sebesar apa ear dog yang terbentuk. Kemudiaan baru dikoreksi dengan
membuat insisi berikutnya seperti pada gambar dibawah ini
86
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
o Needle holder
o Jarum dan benang
Teknik
a. Bersihkan daerah operasi
b. Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrasi) pada daerah operasi
c. Eksisi kulit yang terdapat kista berbentuk bulat telur (elips) runcing
dengan arah sesuai garis lipatan kulit. Panjang dibuat lebih dari ukuran
benjolan yang teraba dan lebar kulit yang dieksisi ¼ garis
tengah kista tersebut.
d. Gunakan gunting tumpul untuk melepaskan jaringan subkutan yang
meliputi kista, pisahkan seluruh dinding kista dari kulit.
e. Usahakan kista tidak pecah agar dapat diangkat kista secara in-toto.
Bilakista telah pecah keluarkan isi kista dan dinding kista. Jepit
dinding kistadengan klem dan gunting untuk memisahkannya dengan
jaringan kulit.
f. Jahit rongga bekas kista dengan jahitan subkutaneus
g. Jahit dan tutup luka operasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Dudley,HAF dkk. 1995. Pedoman tindakan praktis medik dan bedah. EGC.
Jakarta
2. Anonim. Prinsip-prinsip Dasar Bedah Minor.
3. Tintinalli,JT dkk. 2004. Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive
Study Guide, Seventh edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
4. Anonim. ETHICON Wound Closure Manual. Ethicon,Inc.
5. Coffee, H.L. 1993 .Ditch Medicine: Advanced Field Procedures for
Emergencies. Paladin Press. USA
88
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
No Aspect Feedback
Interaksi Dokter-Pasien
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Informed consent
Prosedural
A. Penjahitan (Hecting)
Mencuci tangan WHO, pemasangan
Handchoen
4 Ambil needle holder, needle, pasangkan benang
5 Tepi jaringan dipegang dengan dengan pinset,
lakukan traksi
6 Tusukkan jarum dengan arah tegak lurus pada
permukaan kulit dan tepi luka. Posisi lengan
bawah dalam pronasi lalu lakukan gerakan rotasi
lengan menjadi supinasi
7 Tembuskan jarum sampai kurang lebih mencapai
pertengahan lengkung, sambut dengan pinset
lalu sambut dengan needle holder, tarik
8 Siapkan jarum pada posisi semula
(forehand,ujung needle holder, 1/3 bagian distal
jarum) untuk memulai manuver selanjutnya
89
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
A. Tema
Keterampilan menggali anamnesis system cardiovascular
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis system cardiovascular
dengan terarah cepat, dan tepat
2. Tujuan instruksional khusus
Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara
urut
Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup
di akhir
Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun
relevan dengan permasalahan
Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang
dipahami responden
Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
Mahasiswa dapat melakukan cross check
Mahasiswa dapat bersikap netral
Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
Mahasiswa dapat menentukan kasus emergency kardiovacular
D. Skenario
Seorang pasien laki-laki umur 59 tahun datang dengan keluhan sesak,
dan lemas lakukan anamnesis terhadap pasien tersebut.
E. Dasar Teori
1. Pengertian anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara.
anamnesis harus dilakukan secara tenang, ramah dan sabar, dalam
suasana yang rahasia dengan bahasan yang mudah di mengerti oleh
pasien. Anamnesis dapat dilakukan terhadap pasien (autoanamnesis)
atau terhadap keluarga dan pengantarnya (alo-anamnesis).
1. Nyeri dada
Keluhan nyeri dada pada pasien yang disebabkan oleh kelainan cardiovascular
disebabkan oleh sindrom coroner acute
Karakteristik dari nyeri dada yang dicurigai karena sindrom koroner akut
adalah sebagai berikut:
Nyeri dada biasanya di deskripsikan oleh pasien sebagai perasaan yang
tidak nyaman di dada seperti di tekan, diremas/“squeezing”,
terbakar/“burning, rasa berat di tengah dada “a band around the
chest”/“a weight in the centre of the chest”/“vise tightening around the
chest”. Rasa seperti ditinju tepat di sternum (Levine’s sign) merupakan
indikasi kuat nyeri karena iskemik.
Perlu diinget juga bahwa keluhan nyeri dada bisa jadi tidak berat. Nyeri
dada iskemik bisa juga berupa rasa tidak nyaman yang dapat menjalar ke
leher, rahang, gigi, epigastrium, bahu , atau lengan (biasanya sebelah
kiri). Kejadian ini juga sering berkaitan dengan napas memendek, lemas,
mual-muntah, dan terkadang berkaitan dengan perasaan tak nyaman di
93
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
2. Sesak
Sesak yang biasa ditemukan pada penyakit cardiovascular disebabkan
karena congestif heart failure. Dimana karakteristik sesak biasanya
digambarkan pasien dengan ktidaknyamana saat bernapas. Hal ini
merupakan perasaan yang subjective dimana tidak terdapat pengukuran
yang objektif terhadap keluhan sesak tersebut.
94
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Sesak juga dapat timbul karena sebab yang lain. Termasuk yang dikenal
dengan istilah orthopnoe dan paroxysmal nocturnal dyspnea (PND),
ortophnoe adalah sesak yang bertambah berat saat posisi tidur (supinasi),
pasien dengan gagal jantung membutuhkan beberapa bantal saat tidur
untuk menghindari kejadian orthopnoe. Jumlah bantal yang dibutuhkan
dapat menggambrkan tingkat keparahan dari gagal jantung. PND adalah
serangan sesak yang terjadi di malam hari yang menyebabkan pasien
terbangun dari tidur.
Pada gagal jantung tingkat lanjut dapat terlihat perubahan pola dari
pernapasan dengan karakteristik terdiri dari periode tachipnoe dan
periode apnoe yang disebut pernapasan cheyne-stokes Riwayat penyakit
sebelumnya juga dapat menjadi faktor comorbidseperti hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes mellitus meningkatkan kejadian gagal jantung.
Riwayat merokok, peminum alcohol berat juga merupakan faktor risiko
yang penting . riwayat penyakit keluarga seperti penyakit pembuluh
darah coroner, cardiomiopaty dilatasi, sudden cardiac death meruapakan
informasi yang penting untuk mengetahui etiologi gagal jantung, riwayat
penyakit keluarga yang detail dapat membantu untuk mengidentifikasi
apakah terdapat predisposisi untuk kejadian penyakit arterosklerosis.
Penyakit pembuluh darah coroner dipercaya menjadi penyebab dari gagal
jantung.
95
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
3. Edema
Faktor terpenting dari penyakit jantung adalah peningkatan tekanan
vena, peningkatan volume ekstraselular ( retensi garam dan air) ,
secondary hyperaldosteronism, hypoalbuminemia, (kongesti hepar,
anorexia, dan diet yang kurang) , penyakit pembuluh vena, dan gagal
ginjal sekunder
4. Sinkope
Sinkope bisa disebabkan oleh beberapa kondisi
Vasovagal: biasanya disebabkan dilatasi dari pembuluh darah
vena secara mendadak yang berkaitan dengan vagal induce
bradikardi. Biasanya diinduksi oleh nyeri, ketakutan, dan emosi
Hipotensi postural: biasanya disebabkan oleh efek obat, dapat
terjadi karena penurunan ion tubuh (diuretics) atau hipovolemia
96
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
5. Palpitasi
Palpitasi adalah kesadaran yang meningkat mengenai denyut
jantung, pasien meraskan berdebar-debar. Kita bisa meminta pasien
untuk menentuak iramanya, apakah konstan atau intermiten. Denyut
yang premature atau ekstrasistol memberikan sensasi denyutan yang
menghilang.
97
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
F. Prosedur
Anamnesis yang baik akan terdiri dari: Identitas, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayata penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam
keluarga, anamnesis susunan system, anamnesis pribadi.
Identitas:
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
nama orang tua atau istri atau suami atau penanggung jawab, alamat,
pendidikan, pekerjaan , suku bangsa dan agama. Untuk memastikan bahwa
pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud, selain itu
juga diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain sebagainya.
Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter
atau mencari pertolongan, keluhan utama harus meliputi onset waktu.
98
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kebiasaan. Kebiasaan pasien yang harus ditanyakan riwayat merokok,
minuman alcohol, dan penyalahgunaan obat-obat terlarang ( Narkoba)
99
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
100
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
ITEM PROFESIONALISME
17 Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi
18 Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik
102
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
A. TEMA
Keterampilan pemeriksaan fisik jantung
B. TUJUAN
Tujuan Insruksional umum
Mampu melakukan pemeriksaan fisik jantung yang benar.
D. SKENARIO
Seorang kakek berumur 60 tahun dibawa kerumah sakit karena sesak napas sejak 1
hari yang lalu. Dari anamnesa didapatkan sesaknya sudak lama dirasakan terutama
saat berjalan beberapa meter saja sudah sesak dan meningkat sejak 1 hari yang lalu.
Malam hari si kakek sering terbangun karena sesak dan lebih suka menggunakan
bantal tinggi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat. TD
160/90, frekuensi nadi 70x/menit, frekuensi napas 30x/menit. Pemeriksaan paru Ronki
+/+. Pemeriksaan Jantung JVP 5 cm dari angulus sterni, ictus teraba 2 jari RIC IV, 1 jari
kelateral LMC. Auskultasi dalam batas normal. Tungkai edema +.
Bagaimana cara pemeriksaan fisik jantung?
E. DASAR TEORI
103
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Letak topografi jantung adalah 2/3 bagian jantung terletak di rongga dada kiri dan 1/3
sisanya terletak disebelah kanan. Di bagian bawah berbatas langsung dengan
diagfragma.
Sisi kanan dibatasi oleh atrium kanan sedangkan sisi kiri dibatasi sebagian besar
ventrikel kiri dan sisanya oleh atrium kiri. Batas antara atrium kiri dan ventrikel kiri
adalah pinggang jantung. Di bagian atas terdapat vena kava superior, aorta asendens,
arteri pulmonalis dengan percabangan kiri dan kanan.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik jantung diperlukan patokan berupa garis-garis dan
titik tertentu.
Titik Patokan:
Angulus Ludovici adalah perbatasan antara manubrium sterni dan corpus
sterni yang diraba terasa menonjol. Titik ini merupakan perlengketan antara
tulang iga II dengan sternum. Titik ini dipakai juga sebagai patokan dalam
mengukur vena jugularis eksterna.
104
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Area apeks: terletak di sela iga V sekitar 2 jari medial dari garis midclavikula
kiri. Titik ini merupakan titik lokasi untuk auskultasi katup mitral, karena bunyi
jantung dari katup mitral paling optimal terdengar di titik tersebut.
Area trikuspid : terletak di sela iga IV-V sternal kiiri dan sela iga IV-V sternal
kanan. Titik ini merupakan titik lokasi untuk auskultasi katup trikuspid karena
bunyi jantung trikuspidal paling optimal terdengar di titik tersebut.
Area septal terletak di sela iga III sternal kiri merupakan titik auskultasi
optimal untuk mendengarkan bising akibat aliran shunt di septum karena
terdapat defek yaitu pada ASD dan VSD.
Area pulmonal terletak di sela iga II sternal kiri merupakan titik auskultasi
optimal untuk mendengarkan bunyi jantung katup pulmonal.
Area aorta terletak di sela iga II garis sternalis kanan merupakan titik
auskultasi optimal untuk bunyi jantung aorta.
Titik carotis setinggi processus thyroideus kiri dan kanan untuk mendengarkan
bila ada bising yang menjalar dari katup aorta.
Pada area apeks, tricuspidal, pulmonal dan aorta dapat dilihat pulsasi yang berlebihan,
getaran (thrill), gerakan-gerakan dinding jatung abnormal yang teraba.
Pada pemeriksaan jantung seperti juga pada pemeriksaan organ lain, menerapkan
urutan sebagai berikut:
1. Inspeksi yaitu memperhatikan
2. Palpasi yaitu meraba
3. Perkusi yaitu mengetuk-ngetuk dinding dada
4. Auskultasi yaitu mendengarkan bunyi-bunyi dari jantung dengan
menggunakan stetoskop.
Inspeksi
Dimulai dengan inspeksi vena-vena servikal. Periksa tingkat distensi vena leher dan
fluktuasi tekanan vena (pemeriksaan JVP).
105
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus diamati,
misalnya tampak capek, kelelahan akibat cardiac out put rendah. Frekuensi napas
meningkat, sesak yang menunjukan dadanya bendungan paru atau edema paru.
Sianosis sentral dengan clubbing finger dan kaki berkaitan dengan adanya aliran shunt
kanan ke kiri. Begitu juga ada tidaknya edema.
Khusus inspeksi pada organ jantung adalah dengan melihat pulsasi apeks, tricuspid,
pulmonal dan aorta. Pemeriksaan daerah Prekordium dengan memperhatikan
kesimetrisan dada. Penyakit jantung congenital dengan pembesaran ventrikel dapat
mengubah bentuk dada sehingga pericardium prekordium anterior kiri menonjol ke
depan. Pulsasi apeks akan terlihat pada orang kurus.
Bentuk dada dan gerakan napas akan dibahas lebih lanjut dalam topik pemeriksaan
fisik paru.
Palpasi
Denyut arteri: untuk melihat ejeksi ventrikel kiri. Kontur dan volume pulsasi di dalam
arteri karotis mencerminkan kejadian di dalam jantung dan ventrikel. Pulsasi tersebut
teredam dan diubah pada waktu mencapai pembuluh-pembuluh darah yang lebih
lateral. Pusatkanlah perhatian pada ciri-ciri tiap denyut nadi. Biasanya upstroke karptis
kira-kira 0,04 detik setelah bunyi jantung pertama. Letakan tiga jari pertama pada
arteri karotis dan perhatikanlah intensitas pulsasi meningkat dan turun secara tiba-
tiba. Pada orang normal, dapat dirasakan bahwa penurunan ini sedikit tertunda ketika
katup aorta menutup, takik dikrotik. Ada dua bentuk kelainan. Pertama laju lebih cepat
atau lambat, kedua volumenya mungkin meningkat.
(ingat kembali skill lab pemeriksaan vital sign).
106
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Lift yaitu rasa gelombang yang kita rasakan di tangan pemeriksa. Hal ini
karena adanya peningkatan tekanan di ventrikel, misalnya pada stenosis
mitral.
Iktus cordis yaitu pulsasi di apeks. Diukur berapa cm diameter, dimana
normalnya adalah 2 cm dan ditentukan lokasinya yang biasanya terletak pada
2 jari medial garis midclavikula kiri.
Apeks teraba sebagai pulsasi yang berukuran kira-kira setengah mata uang dolar.
Pembentukan denyut apeks rumit. Ventrikel kanan mempunyai aktivitas seperti
107
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
puputan dan tidak benar-benar memegang peranan pada saat dirasakan. Ventrikel kiri
berotasi ke anterior dan kekanan selama sistole, sehingga mendorong apeks nya keluar
dinding dada. Inilah yang kita rasakan. Denyut apeks teraba paling jelas pada satu atau
dua sela iga ke berapa dan jaraknya pada sternum , misalnya apeks teraba pada sela
iga ke empat 8 cm dari garis midsternal. Dua macam perubahan ventrikel yang
mengubah denyut apeks, hipertrofi dan dilatasi. Ventrikel kiri mengalami hipertrofi
karena beban tekanan yang berlebihan dan berdilatasi karena beban volume yang
berlebihan. Hipertrofi dan stenosis aorta adalah contoh beban yang belebihan.
Ventrikel yang mengalami hipertrofi memukul dada dengan kuat, tetapi dalam suatu
daerah kecil pada posisi yang diharapkan. Ketukan atau angkatan ini mudah dilihat dan
diraba. Dilatasi ventrikel pada insufisiensi aorta dan mitral membesar ke lateral dan
apeks akan jauh dari garis midsternalis. Daerah impuls menjadi sangat luas dan seluruh
perikordium kiri menyembul/menggelombang (heave). Apeks dan titik impuls
maksimum biasanya sama. Pada pasien normal biasanya ditemukan di dekat garis
midklavikula di dalam sela iga kekempat kiri. Apeks merupakan pulsasi prekordium
yang paling lateral dan titik impuls maksimum merupakan tempat ditemukan impuls
maksimum.
Penyakit ventrikel kanan yang sudah lanjut menimbulkan perbedaan antara titik impuls
maksimum dan denyut apeks. Hipertrofi menimbulkan gerakan menggelombang
prekordial yang terba tepat di kiri sternum, sedangkangkan apeks tetap terlihat dan
teraba di sebelah lateralnya. Paru-paru yang mengalami hiperinflasi pada penyakit
kronis paru-paru dapat juga memindahkan denyut apeks dan titik impuls maksimum
sehingga teraba di bawah xipoid. Pada keadaan ini venrikel kanan teraba dengan
memasukan jari tangan di atas xipoid dan menekannya ke dalam dan keatas. Palpasi
thrill adalah sensasi getaran superficial yang teraba pada kulit di atas daerah
turbulensi. Adanya thrill menunjukan bising (murmur) yang kuat. Merasakan thrill yang
baik dengan tulang metacarpal ditekankan dengan sangat ringan pada kulit. Palpasi
thrill biasanya kurang penting karena auskultasi akan terdengar adanya bising kuat
(yang menimbulkan thrill tersebut).
Perkusi
Telapak tangan kiri berikut jari-jarinya diletakan di dinding dada, dengan jari tengah
sebagai landasan ketok, sedangkan telapak tangan dan keempat jari lain agak diangkat.
Tujuannya adalah supaya tidak meredam suara ketukan. Sebagai jari pengetuk adalah
108
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
jari tengah tangan kanan. Pada awaktu pengetukan hanya menggerakan sendi
pergelangan tangan dan tidak menggerakan sendi siku. Dengan perkusi dapat
ditentukan batas-batas jantung, pinggang jantung dan countur jantung.
Batas Jantung Kanan
Mula-mula ditentukan lebih dahulu titik tengah garis midclavikula kanan, jari-jari
tangan kanan diletakkan sejajar dengan iga. Kemudian dilakukan perkusi mulai dari
titik tengah tadi, dari cranial ke arah caudal. Suara normal yang didapat adalah bunyi
sonor yang berasal dari paru. Perkusi diteruskan sampai timbul suara redup, biasanya
pada sela iga VI kanan. Bunyi redup ini berasal dari batas antara paru dan puncak hati.
Puncak hati ini ditutupi oleh diagfragma dan masih ada jaringan paru di atas jaringan
puncak hati itu, sehingga terdapat gabungan antara masa padat dan sedikit udara dai
paru. Setelah didapat titik batas sonor-redup, di atas titik tersebut diukur dua jari
kearah cranial. Pada titik yang baru ini, diletakkan kembali jari-jari diposisikan dengan
arah jari menjadi tegak lurus terhadap iga. Kemudian dilakukan perkusi ke arah medial
untuk mencari perubahan suara dari sonor ke redup yang merupakan batas relatif
kanan jantung dan normal adalah pada garis sternal kanan. Dari titik batas ini
selanjutnya dilakukan perkusi sampai mendapat suara pekak, yang merupakan batas
absolut jantung kanan, biasanya pada garis midsternal.
Seandainya pasien sudah makan banyak, bunyi timpani yang merupakan batas paru
lambung tidak muncul, maka dilakukan teknik pemeriksaan lain untuk menentukan
batas jantung kiri. Mula-mula dilakukan penetuan batas paru-hati lebih dahulu seperti
di atas, kemudian dari titk batas tersebut diukurkan 2 jari ke kranial. Dari titik ini ditarik
garis lurus sejajar iga, memotong garis aksila anterior kiri. Dari titik ini dilakukan
109
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
perkusi tegak lurus iga ke arah medial untuk menetukan titik perubahan bunyi sonor ke
redup, yang merupakan batas jantung kiri.
Batas Jantung Atas
Tentukan garis sternal kiri lebih dahulu. Dari titi teratas dilakukan perkusidan arah
sejajar iga ke arah kaudal, sampai terajadi perubahan suara dari sonor ke redup.
Normal adalah sela iga II kiri.
Pinggang Jantung
Tentukan lebih dahulu garis parasternal kiri. Kemudian dilakukan perkusi ke arah
kaudal mulai dari titik teratas garis tersebut, dengan posisi tengah sejajar iga. Yang
dicari adalah perubahan bunyi sonor-redup. Normal terletak pada sela Iga III kiri.
Bila titik batasnya misalnya pada sela iga II. Berati pinggang jantung hilang. Hal ini
terjadi karena pembesaran atrium kiri. Misalnya pada mitral vitium.
Kontur jantung
Untuk menggambarkan bentuk jantung, memastikan besarnya jantung dan apakah
masih ada pinggang jantung. Pemeriksaan dimulai dari sela iga I kanan dilakukan dari
lateral ke medial dengan jari tengah sejajar iga sampai terjadi perubahan suara dari
sonor ke redup. Kemudian dilakukan perkusi dari sela iga II kanan dengan cara yang
sama dan seterusnya sampai ke kaudal. Titik-titik batas tadi ditentukan kemudian
ditarik garis ehingga terdapat garis batas jantung kanan. Begitu juga dilakukan pada sisi
jantung kiri dengan cara yang sama. Akhirnya didapatkan gambaran garis batas jantung
kanan dan juga terlihat gambaran pinggang jantung. Pada pembesaran jantung atau
pada gagal jantung, batas-batas jantung bergeser.
110
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Auskultasi
Auskultasi berguna untuk mendengarkan bunyi-bunyi jantung dengan menggunakan
stetoskop. Auskultasi yang baik memerlukan ruangan yang tenang. Usaha kan jangan
ada suara-suara tambahan. Bagian telinga stetoskop diarahkan ke anterior atau sejajar
dengan arah kanal auditoris eksternal. Auskultasi daerah-daerah jantung, pemeriksa
harus berada pada sisi kanan pasien sementara pasien berbaring telentang.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
didalam ruangan yang tenang, perhatian terfokus untuk mendengarkan bunyi yang
lemah, sinkronisasi nadi untuk menetukan bunyi jantung I dan seterusnya menentukan
fase sistolik dan diastolik dan menentukan bunyi-bunyi jantung dan bising secara teliti.
Lokasi titik pemeriksaan auskultasi adalah :
1. Apeks untuk mendengarkan bunyi jantung yang bersal dari katup mitral
2. Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan bunyi
jantung yang berasal dari katup trikuspidal.
3. Sela Iga III kiri untuk mendengarkan bunyi patologis yang bersal dari septal
bila ada kelainan yaitu ASD atau VSD.
4. Sela iga II kiri untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup
pulmonal.
5. Sela iga II kanan untuk mendengarkan bunyi yang berasal dari katup aorta.
111
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
6. Arteri karotis kanan dan kiri untuk mendengarkan bila ada penjalaran bising
dari katup aorta ataupun kalau ada stenosis di arteri karotis sendiri.
Pemeriksaan auskultasi hendaknya dilakukan secara sistemik mulai dari apeks sampai
ke titik aorta. Bunyi jantung normal terdiri atas bunyi jantung I dan bunyi jantung II. Di
area apeks dan trikuspid BJ lebih keras daripada BJ II. Sedangkan area basal yaitu
pulmonal dan aorta BJ lemah dari BJ II. BJ I merupakan suara yang dihasilkan dari
penutupan katup-katup mitral dan trikuspidal. Sedangkan BJ II adalah karena
menutupnya katup-katup aorta dan pulmonal. Untuk menentukan yang mana BJ I
adalah dengan meraba arteri radialis atau arteri karotis atau iktus kordis, dimana BJ I
sinkron dengan denyut nadi arteri-arteri tersebut atau dengan denyut iktus kordis.
Fase antara BJ I dan BJ II disebut fase sistolik, sedangkan fase antara BJ II dan BJ I
disebut fase diatolik. Fase sistolik lebih pendek dari pada fase diastolik.
112
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Irama Jantung
1. Normalnya adalah reguler, dengan denyut jantung berkisar antara 60-100
menit.
2. Irreguler:
Terdengar ekstrasistole, yaitu irama dasarnya reguler tetapi diselingi oleh
denyut jantung ekstra.
Irama dasarnya memang sudah tidak teratur, yaitu pada kelainan aritmia
fibrilasi atrial.
3. Irama Gallop (derap kuda)
Irama jantungnya cepat dan bunyi-bunyi jantungya terdiri atas tiga komponen
atau empat komponen, yaitu terdiri dari BJ I –BJ II dan BJ III atau terdiri atas :
BJ IV-BJ II atau BJ III. Biasanya dapat didengar di apeks dan terdapat pada
kasus gagal jantung.
Bising Jantung
Pada tiap kali melakukan auskultasi pada titik-titik area harus diperhatikan apakah ada
bising jantung. Bila ada bising, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Terletak di fase manakah bising tersebut yaitu dengan membandingkannya
dengan BJ I dan setelah itu ditentukan letak bising tersebut.
2. Bagaimana kualitas bising tersebut, yaitu apakah kasar seperti ada gesekan
yang sering disebut rumble dan biasanya didapat pada kasus stenosis mitral
sebagai bising diastolik. Sekaligus ditentukan posisi bising diastolik tersebut,
apakah early mid diastolik atau pra sistolik. Dicari juga bunyi jantung
tambahan atau opening snap dan biasanya mengisi fase sistolik . Tentukan
posisi letak bising, yaitu early late systolik ataupun pan (holo) sistolik. Pan
sistolik bising seringdidapat pada kelainan insufisiensi mitral. Disini juga fase
BJ I melemah dan cari juga apakah ada BJ III. Type ejection yaitu bising dengan
nada keras, karena dipompakan melalui celah yang sempit. Didapat pada
kasus stenosis aorta. Continuous murmur yaitu bising yang terdengar terus-
menerus di fase sistolik dan fase diastolik. Didapatkan pada kasus PDA (Paten
Duktus Arteriosus).
113
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Khusus untuk bising sistolik perlu diperhatikan bahwa tidak semuanya akibat dari
kelainan organik katup jantung. Ada kemungkinan karena over volume misalnya pada
anemia berat, perempuan hamil. Biasanya bising sistolik ini halus dan terdengar pada
semua ostia. Pemebesaran ventrikel, biasanya pada ventrikel kanan terjadi dilatasi
sekunder karena stenosis mitral, terjadi pelebaran annulus trikuspidal sehingga akan
terdengar arus regurgitasi pada katup trikuspidal. Pada tumor mikson yang menutupi
katup mitral akan menyebabkan bising diastolik.
114
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
115
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Gambar 6. Posisi auskultasi jantung (A) Posisi telentang. (B) Posisi lateral decubitus. (C)
Posisi duduk tegak (D) Posisi membungkuk kedepan
F. PROSEDUR
Inspeksi
Mengamati ada tidaknya asimetris dada, bentuk dada, gerakan dada, pulsasi
diarea apeks, trikuspidal, pulmonal, aorta.
Palpasi
116
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
2. Meletakkan jari 2 dan 3 pada leher meraba denyut arteri karotis untuk
melihat ejeksi ventrikel kiri (denyut, kontur dan volume di dalam arteri karotis
yang mencerminkan kejadian-kejadian didalam jantung dan ventrikel.
3. Meraba dada penderita dengan seluruh telapak tangan dan merasakan
gerakan pernapasan untuk palpasi dada
4. Membandingkan gerakan dada kanan dan kiri dengan meletakkan satu tangan
di dada kanan dan satu tangan didada kiri.
5. Gunakan ujung permukaan bawah ujung jari anda untuk meraba apeks
jantung, diukur berapa cm diameter, tentukan lokasinya. Apeks teraba
sebagai pulsasi yang berukuran kira-kira setengah mata uang logam (2 cm)
dan lokasinya terletak 2 jari medial dari garis midclavikula kiri.
6. Laporkan hasilnya:
Denyut arteri karotis: frekuensi, volume, kualitas upstroke, penurunan dan
waktu ejeksi.
Denyut apeks: lokasi, ukuran dan intensitas. Apakah ada thrill, heaving, lift
Perkusi
1. Pemeriksaan tetap disebelah kanan tempat tidur pasien.
2. Telapak tangan kiri diletakkan di dinding dada, dengan jari tengah (jari ke-3)
sebagai landasan ketok, sedangakan telapak tangan dan keempat jari agak
diangkat. Mengetuk dengan jari tengah kanan
3. Jari tengah tangan kanan tegak lurus pada jari tengah tangan kiri
4. Sikap tangan kanan rileks, gerakan pada sendi pergelangan tangan dan tidak
menggerakkan siku.
117
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Batas Atas
Tentukan garis sternal kiri lebih dahulu.
Dari titi teratas dilakukan perkusi dan arah sejajar iga ke arah kaudal,
sampai terajadi perubahan suara dari sonor ke redup. Normal adalah sela
iga II kiri.
Pinggang Jantung
Tentukan lebih dahulu garis parasternal kiri.
Kemudian dilakukan perkusi ke arah kaudal mulai dari titik teratas garis
tersebut, dengan posisi tengah sejajar iga. Yang dicari adalah perubahan
bunyi sonor-redup. Normal terletak pada sela Iga III kiri.
Bila titik batasnya misalnya pada sela iga II. Berati pinggang jantung
hilang.
118
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Kontur Jantung
Pemeriksaan dimulai dari sela iga I kanan dilakukan dari lateral ke medial
dengan jari tengah sejajar iga sampai terjadi perubahan suara dari sonor
ke redup.
Kemudian dilakukan perkusi dari sela iga II kanan dengan cara yang sama
dan seterusnya sampai ke kaudal. Titik-titik batas tadi ditentukan
kemudian ditarik garis sehingga terdapat garis batas jantung kanan.
Begitu juga dilakukan pada sisi jantung kiri dengan cara yang sama.
Auskultasi
1. Posisi pemeriksa tetap disebelah kanan pasien dan di dalam ruang yang sunyi.
2. Pemeriksaan boleh mulai dari apeks atau basal.
3. Tetapkan stetoskop erat-erat ke dinding dada.
4. Gunakan sisi diagfragma untuk mendengarkan bunyi jantung frekuensi
rendah, misalnya bunyi jantung III
5. Menggunakan sisi bel untuk mendengarkan bunyi Jantung I dan II.
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, dkk. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. FKUI,
Jakarta, 2006. Hal 1455-1467
119
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
2. ADAMS. Diagnosis Fisik. Edisi 17. terjemahan. EGC, jakarta,1995. hal 213-
255
3. Erickson, B. Bunyi jantung dan Murmur : Terjemahan. Edisi 4. EGC,
jakarta, 2008. Hal 1-213
4. Snell,S : Anatomi klinik Untuk mahasiswa Kedokteran. Terjemahan. Edisi
3. EGC, Jakarta. 2008. hal 68-69
H. EVALUASI
120
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
24 Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk
121
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
122
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
A. TEMA
Pemeriksaan Jugular venous pressure (JVP)
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan JVP
D. SKENARIO
Seorang kakek berumur 60 tahun dibawa kerumah sakit karena sesak napas
sejak 1 hari yang lalu. Dari anamnesa didapatkan sesaknya sudah lama dirasakan
terutama saat berjalan beberapa meter saja sudah sesak dan meningkat sejak 1 hari
yang lalu. Malam hari si kakek sering terbangun karena sesak dan lebih suka
menggunakan bantal tinggi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/90, frekuensi
nadi 70x/menit, frekuensi napas 30x/menit. Pemeriksaan Jantung JVP 3 cm dari
angulus sterni, Pemeriksaan Thorax : paru Ronki +/+. Jantung: ictus teraba 1 jari
lateral linea midclavicula RIC VI, auskultasi dalam batas normal. Tungkai edema +.
E. DASAR TEORI
123
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Anatomi Sternum
Sternum terdiri dari tiga bagian:
1. Manubrium sterni
2. Corpus sterni
3. Processus xipoideus
Manubrium Sterni
Merupakan bagian atas sternum, dan bersendi dengan klavikula dan kosta 1 dan
bagian atas rawan kosta II pada masing-masing sisi. Manubrium sterni terletak
berhadapan denagn thoracica III dan IV.
Corpus Sterni
Di atas bersendi dengan sendi fibrokartilago, articulatio manubrio sternalis. Di bawah
corpus sterni bersendi dengan processus xipoideus. Pada samping corpus sterni
terdapat lekukan-lekukan untuk bersendi dengan bagian bawah rawan costa II dan
rawan costa III sampai VII. Rawan II sampai VII bersendi dengan sternum melalui sendi
sinovial.
Processus xipoideus
Merupakan bagian terbawah dan terendah sternum. Merupakan rawan hialin yang
tipis yang pada orang dewasa mengalami osifikasi pada ujung proximalnya.
Angulus sterni (sudut Louis) yang dibentuk oleh persendian manubrium sterni dengan
corpus sterni, dapat dikenal dengan adanya peninggian transversal pada permukaan
anterior sternum. Peninggian transversal terletak setinggi rawan costa II, tempat
dimana semua rawan costa dan costa dihitung. Angulus sterni terletak berhadapan
dengan diskus intervetebralis antara vertebra thoracica IV dan V.
124
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
125
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Sistem vena mempunyai tekanan lebih rendah dari pada arteri. Dinding vena sedikit
mengandung otot dari pada arteri, hal ini mengurangi kekakuan vena dan lebih
menggelembung. Hal lain yang menentukan tekanan vena adalah volume darah dan
kapasitas jantung kanan untuk memompa darah ke system arteri pulmonalis.
F. PROSEDUR
Cara 1
1. Melakukan cuci tangan menurut WHO.
2. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita
3. Menjelaskan maksud pemeriksaan dan meminta persetujuan serta buat
pasien nyaman.
4. Penderita berbaring dengan membuat sudut 30 derajat dari bidang
horizontal.
5. Aturlah posisi kepala sedemikian rupa (biasanya menoleh ke kiri) sehingga
aliran vena jugularis terlihat jelas
6. Bendunglah bagian proximal vena jugularis (di atas clavicula) dengan satu jari,
kemudian bendunglah bagian distal vena jugularis (di bawah mandibula), lalu
lepas bendungan bagian proximal.
7. Identifikasi pulsasi vena jugularis, dan tandai
8. Tentukan titik angulus sternalis (pertemuan manubrium sterni dengan corpus
sterni)
9. Dengan mistar plastik pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara
horizontal ke dada sampai titik manubrium sterni.
10. Kemudian mistar kedua letakkan vertikal ke angulus sternalis.
11. Ukurlah hasil pembacaan (hasil yang dibaca 5 + angka didapat pada mistar)
126
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Tambahan:
a) Untuk melihat kenaikan vena jugularis Tempatkan telapak tangan pada
tengah abdomen
b) Tekan telapak tangan ke arah dalam
c) Tahan 30-60 detik
d) Mengamati ada tidaknya kenaikan tekanan vena jugularis.
e) Melakukan cuci tangan.
127
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
G. DAFTAR PUSTAKA
128
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
1. Sudoyo, dkk. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. FKUI, Jakarta,
2006. Hal 1455-1467
2. ADAMS. Diagnosis Fisik. Edisi 17. terjemahan. EGC, jakarta,1995. hal 213-255
3. Snell,S : Anatomi klinik Untuk mahasiswa Kedokteran. Terjemahan. Edisi 3.
EGC, Jakarta. 2008. hal 68-69
4. Bate’s. Guide To Phycal Examination And History Taking. Ed 9. Philadelphia.
2007.
H. EVALUASI
Cek List Latihan Pemeriksaan JVP
Feedback
No LANGKAH KLINIK YANG DINILAI
129
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
A. TEMA
Pemeriksaan Tredelenberg
130
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Tredelenberg dengan benar.
- Mahasiswa mampu menyimpulkan hasil pemeriksaan.
E. DASAR TEORI
Tungkai mempunyai banyak pembuluh darah balik dengan fungsi utama
untuk mengembalikan darah dari tungkai ke jantung. Dalam vena terdapat
katub satu arah yang mengarahkan darah agar mengalir kembali ke atrium dan
mencegah darah kembali ke bagian proksimal. Darah mengalir dari kapiler ke
sistem vena superfisial dan profunda tungkai. Vena superfisial mengalirkan
darah ke vena profunda melalui vena komunikans. Vena superfisial tungkai
saling bergabung membentuk vena safena magna dan bermuara ke vena
femoralis.
Apabila terjadi inkompetensi katup vena maka darah akan mengalir
kembali ke bagian proksimal vena dan menyebabkan distensi dan pelebaran
vena yang disebut varises. Dengan melakukan pembendungan vena safena
magna, dapat ditentukan lokasi katup yang inkompeten. Oleh karena itu,
pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai ada tidaknya vena
varikosa melalui penilaian kompetensi katup vena saphena magna dan vena
comunikan tungkai.
E. Prosedur Pemeriksaan
Minta pasien untuk berbaring dan mengelevasikan tungkainya
sebesar 90o untuk mengosongkan vena
Oklusi vena savena magna pada paha bagian atas dengan
kompresi manual atau menggunakan torniquet, gunakanlah
tekanan yang cukup untuk menekan vena superfisial namun
tidak menekan vena dalam
Minta pasien untuk berdiri dengan tetap mengoklusi vena
131
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
132
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
G. DAFTAR PUSTAKA
Pengurus besar ikatan dokter Indonesia. 2017. Panduan Keterampilan Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta
H. EVALUASI
Cek List Latihan Pemeriksaan Tredelenberg
Feedback
No LANGKAH KLINIK YANG DINILAI
133
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
A. TEMA
Keterampilan komunikasi : anamnesis
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan instruksional umum
Mampu melakukan anamnesis terkait sistem paru/respirasi dengan
benar.
134
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
C. SKENARIO
Koch Pulmonum (KP)
Pak Joni ,30 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada kanan. Pak Joni
menderita batuk berdahak selama tiga bulan disertai subfebri pada malam hari
dan berkeringat. Sudah diobati dengan obat batuk tetapi tidak sembuh. Nafsu
makan berkurang dan berat badannnya juga turun 4 kilogram selama 3 bulan.
Badan tidak enak dan mudah lelah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan
darah 100/60 mmHg, konjungtiva pucat, pembesaran kelenjar getah bening di
leher. Ditemukan suara ronkhi basah pada auskultasi paru. Pada tes mantoux
(-), LED meningkat, limfositosis. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik paru
pada pasien!
E. DASAR TEORI
Dasar diagnosa penyakit paru ada tiga, yaitu:
1. Riwayat penyakit (anamnesa)
2. Tanda penyakit (pemeriksaan fisik)
3. Pemeriksaan penunjang (radiologi & lab)
1. Pulmoner
Primer (langsung)
Sekunder (tdk langsung)
2. Ekstra pulmoner
Metastasis
Non-metastasis
ANAMNESA
135
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Pada penyakit paru dapat dijumpai keluhan atau tanpa keluhan. Penting untuk
ditanyakan adalah riwayat kontak dengan penderita TB, tes tuberkulin,
merokok, paparan debu pabrik/polusi udara, onset gejala, keluarga, obat, dan
penyakit dahulu.
Apabila batuk disertai dengan dahak, maka perlu ditanyakan sifat & jumlah
dahaknya, karena hal ini merupakan petunjuk yang mengarah kepada suatu
penyakit. Tanyakan pula warna dahak (merah, kuning, hijau), apakah
bercampur darah? Bagaimana baunya (busuk, anyir). Batuk darah merupakan
gejala paling penting, keluhan inilah yang biasanya membawa pasien berobat.
Batuk darah dapat merupakan gejala gawat darurat paru. Perlu pula dibedakan
batuk dengan muntah darah.
Keluhan nyeri dada dapat disebabkan oleh gangguan paru atau luar paru.
Keluhan ini sukar dinilai (subyektif). Ada 5 kelompok nyeri dada, yaitu nyeri
pleuropulmonal, trakeobronkial, kardiovaskuler, mediastinal, dan,
neuromuskuloskeletal. Tanyakan sifat nteri dadanya, berat, lokasi, durasi,
intensitas, penyebaran, faktor yang memperberat nyeri dan faktor yang
memperingan nyeri
Sesak napas dapat disebabkan oleh kelainan paru atau luar paru. Keluhan ini
biasanya akan membawa pasien segera berobat. Perlu ditanyakan lamanya
sesak (akut/kronis), intensitas sesaknya, progresifitas, apakah terkait aktivitas
(sesak kardial) & posisi tubuh, rekurensi, apakah disertai suara mengi,
tanyakan pula riwayat keluarga. Sesak napas dibagi 3 menjadi sesak akut, sesak
progresif menahun, dan sesak paroksismal berulang
Selain hal hal yang telah disebutkan diatas perlu juga ditanyakan apakah ada
gejala umum (demam, keringat malam, anoreksia, BB ,Malaise) dan Gejala
lain/khusus (sakit kepala, suara parau, bengkak wajah & leher, Sindroma
Horner, nyeri lengan & bahu, poliarthralgia, rhinitis/sinusitis)
137
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Riwayat pengobatan
Untuk mengetahui apakah ada efek samping dari obat-obatan yang telah
digunakan
Riwayat keluarga
Mengenai penyakit tbc paru adanya kontak dengan keluarga serumah atau
teman sekerja dan keadaan social ekonomi penting untuk pengobatan jangka
panjang
Riwayat pekerjaan
Penyakit paru akibat pekerjaan: pneumokoniasis seperti pada pekerja tambang
batu bara.
138
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
PROSEDUR
Anamnesis
Senyum, Salam, Sapa
Membina sambung rasa
Menggali identitas pasien
Menanyakan memastikan keluhan utama (menggali dan mengaitkan
dengan 6 gejala kardinal untuk keluhan sistem respirasi)
Menggali lebih dalam keluhan utama (lokasi, kualitas, kuantitas (or
severity), waktu (onset, durasi, dan frekuensi), setting, faktor yang
memperberat atau meringankan gejala, manifestasi yang
berhubungan)
Menanyakan RPS, RPD, RPK serta Riwayat sosial, pekerjaan dan
lingkungan yang terkait seperti faktor risiko, dll
Anamnesis sistem yang terkait, terutama untuk menegakkan diagnosis
maupun menyingkirkan diagnosis banding
Merangkum hasil anamnesis dan mencatat pada lembar rekam medis
140
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Level Kompetensi:
Kompetensi Level
Mampu melakukan inspeksi paru saat istirahat 4
Mampu melakukan inspeksi paru saat respirasi 4
Mampu melakukan pemeriksaan palpasi ekspansi dinding thorax 4
Mampu melakukan pemeriksaan palpasi fremitus taktil 4
Mampu melakukan pemeriksaan perkusi paru 4
Mampu melakukan pemeriksaan auskultasi paru 4
Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik paru lanjut
2. Mahasiswa mampu menentukan alat yang akan digunakan dalam
pemeriksaan fisik paru
3. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan fisik paru
Suara napas
Suara napas ditimbulkan oleh aliran udara yang mengalir dalam saluran napas
yang menimbulkan pusaran & benturan aliran udara pada saat menumbuk
percabangan bronkus. Pusaran dan benturan aliran udara tersebut akan
menghasilkan getaran suara yang akan dihantarkan melalui lumen bronkus &
dinding bronkus. Alveoli merupakan selective transmitter yang akan menahan
getaran sampai frekuensi 100-150 cycle/detik.
Pada alveoli sakit, kemampuan selective transmitter alveoli akan menurun. Hal
ini akan menyebabkan frekuensi suara napas meningkat.
Suara Napas Bronkial adalah suara napas normal yang terdengar di atas
manubrium dengan kualitas tubuler. Bunyi napas ini terdengar di sepanjang
fase inspirasi dengan nada tinggi. Saat ekspirasi nada terdengar lebih tinggi,
bunyi ini terdengar sepanjang fase ekspirasi, lebih keras, dan lebih lama. Pada
bunyi ini juga ditemukan “silent gap”
Suara Napas Trakeal, normalnya hanya terdengar di daerah Trakea. Suara ini
terdengar sangat keras, nada tinggi, dan lebih kasar. Komponen inspirasi &
ekspirasi sama, ada jeda diantaranya.
142
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Pada paru yang sakit akan terdapat beberapa perubahan suara napas dasar,
timbul suara napas tambahan, atau ditemukannya suara abnormal. Perubahan
suara napas dasar:
1. Vesikuler menguat
2. Vesikuler melemah
3. Peningkatan suara napas menjadi bronkial
Vesikuler menguat, dapat merupakan hal yang normal pada anak-anak, orang
kurus, latihan jasmani,dan terdengar simetris di kedua paru. Vesikuler
menguat disebabkan adanya sebagian paru yang sakit yang mengakibatkan
fungsi paru secara keseluruhan berkurang, agar kinerja paru tidak terganggu
maka bagian paru yang sehat akan meningkatkan fungsi fungsi dan kinerjanya ,
hal ini akan menyebabkan bunyi vesikuler menguat (compensatory breath
sound).
Suara napas tambahan yang terdengar selalu pertanda patologis karena suara
ini tidak terdengar pada paru yg sehat. Suara ini timbul karena adanya sekret
dalam saluran napas, penyempitan lumen saluran napas,atau terbukanya
alveoli yg kolaps. Suara ini lebih dikenal dengan istilah “Ronki” Ada 2 macam
ronki, yaitu ronki basah & ronki kering.
Suara abnormal
Suara abnormal dapat berasal dari pleura, mediastinum, parenkim. Pada
kelainan yang terjadi di pleura dapat ditemukan pleuritis sicca-pleural friction
rub, dan fluidopneumotoraks/hidropneumotoraks yang dapat disertai dengan
succusio hipocrates (bunyi kocakan air dalam ruang berudara). Bila terdapat
kelainan pada mediastinum dapat ditemukan suara abnormal yang berupa
pneumomediastinum crunching sound. Pada parenkim paru yang mengalami
gangguan, dapat didengar suara abnormal berupa suara kavitas, amforik,
cogwheel.
Penyakit paru, dapat menyebabkan dapat terjadi kelainan pada saluran napas,
parenkim, atau pleura. Kelainan tersebut dapat mengakibatkan perubahan
pada bentuk dan ukuran toraks, distensibilitas/pergerakan pernapasan, dan,
sifat penghantaran getaran. Perubahan bentuk dan ukuran toraks, dapat
berupa penambahan volume thoraks, misalnya, adanya massa dan emfisema
144
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Suara dapat dibedakan karena adanya perbedaan nada, intensitas, dan timbre.
Nada ditentukan oleh frekuensi dan panjang/lebarnya penampang tabung.
Frekuensi yang rendah akan menghasilkan nada rendah dan frekuensi tinggi
akan menghasilkan nada tinggi. Panjang dan lebar penampang tabung
mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan. Semakin pendek dan kecil
penampang, maka nada yang dihasilkan akan semakin tinggi. Intensitas suara
dipengaruhi energi dan frekuensi suara. Intensitas suara akan berubah bila
melalui medium yang berbeda, misalnya, perubahan medium suara dari
lumen bronkus ke dinding toraks. Timbre adalah sifat/kualitas suara. Timbre
suara tergantung pada perbandingan relatif nada dasar dengan overtone.
Berdasarkan timbrenya, di paru dapat dibedakan suara bernapas, berbicara,
berbisik, dan perkusi.
Pasien dalam posisi duduk, baju atas dilepas, dan harus dalam cahaya
terang
Walaupun mungkin laju respirasi sudah dilakukan pada pemeriksaan
vital sign, lebih baik jika dilakukan lagi pengamatan pada laju, ritme,
kedalaman, dan ada atau tidaknya usaha bernapas.
Untuk memeriksa bagian posterior, lengan pasien terlipat di dada.
Untuk memeriksa bagian anterior, posisi pasien berbaring.
Urut-urutan pemeriksaan:
Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Bandingkan sisi yg satu dengan yang lain
Mulai dari atas ke bawah
Gambarkan kelainan yang terjadi dan lokasi kelainan
Inspeksi
Bentuk & ukuran toraks (simetris, lbh besar/kecil)
Pergerakan pernapasan (simetris, salah satu bagian tertinggal)
Tipe & frekuensi pernapasan
Kelainan lain (deviasi trakea, vena ektasi, ginekomasti, hipertrofi otot
napas, retraksi ics, ics lebar/sempit, pernapasan cuping hidung)
Retraksi biasanya ditemukan pada asma berat, PPOK, atau obstruksi
saluran napas atas. Pernapasan tertinggal pada salah satu sisi paru
biasanya disebabkan penyakit paru atau pleura.
Palpasi
Posisi mediastinum (deviasi trakea, iktus kordis)
Kelenjar getah bening (leher & supraklavikula) lokasi, ukuran,
konsistensi, soliter/multipel, mobilitas, nyeri tekan
Gerakan dinding dada (lobus superior, medius, inferior)
Lokasi nyeri dada
Fremitus raba (tactile fremitus)
146
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
147
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Fremitus raba meningkat pada konsolidasi & fibrosis luas dengan bronkus
terbuka.
Fremitus raba menurun pada efusi pleura, pneumotoraks, atelektasis
obstruksi, obesitas.
Perkusi
Cara melakukan perkusi sbb :
Perkusi hanya dapat mendeteksi kelainan yg berada 5-7 cm dalamnya
dari dinding dada.
Hiperektensikan jari tengah tangan kiri (disebut jari fleksimeter) , tekan
dengan lembut pada sendi interphalang distal permukaan yang akan
diperkusi. Hindari kontak permukaan dengan bagian lain dari tangan,
karena hal ini akan mengurangi vibrasi, jari 2,4, dan 5 tidak menyentuh
dada.
Posisikan tangan kanan cukup dekat dengan permukaan dengan jari
tengah agak fleksi, lemaskan, dan siap untuk mengetuk.
Dengan gerakan cepat tapi santai, pada sendi pergelangan tangan,
ketuk jari fleksimeter dengan menggunakan ujung jari tengah tangan
148
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
\
Gambar 4. Cara Perkusi Thoraks
149
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
150
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
151
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Ekspansi
menurun,fre
mitus tactil Fremitus Fremitus Fremitus Fremitus
Palpasi menurun meningkat menurun menurun meningkat
Hipersonor,
diafragma
Perkusi menurun Redup Redup hipersonor redup
suara nafas
Wheezing menurun suara nafas suara nafas
(+), ekspirasi bronkial, sampai tak menurun sampai menurun,
Auskultasi memanjang Ronki (+) terdengar tak terdengar ronkhi (+)
D. PROSEDUR
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dimulai dengan general assesment, pemeriksaan dinding
dada posterior dengan pasien duduk kemudian dilanjutkan dengan
meminta pasien berbaring untuk pemeriksaan dinding dada anterior.
Urutan pemeriksaan adalah Inspeksi-Palpasi-Perkusi-Auskultasi (I-P-P-
A)
Mintalah pasien melepas pakaian sampai pinggang untuk
menampilkan daerah dada saat pemeriksaan. Untuk pasien
perempuan pakaian diposisikan untuk menutupi daerah payudara.
(informed consent)
General Assesment
Inspeksi/perhatikanlah:
152
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Auskultasi
o Ambil dan Periksalah stetoskop, gunakan bagian diafragma
o Lakukan auskultasi sesuai dengan urutan (lihat gambar)
o Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi di setiap titik
pemeriksaan
o Dengarkanlah suara napas pasien serta ada tidaknya suara
abnormal/ suara napas tambahan
Dada Anterior
Inspeksi
o Mintalah pasien tetap duduk di tempat tidur dan pemeriksa
berada di depan pasien
o Inspeksi deformitas, asimetris, retraksi, ataupun ketinggalan
gerak dada depan
o Inspeksi juga posisi trakhea ada tidaknya deviasi
Palpasi
o Lakukanlah sedikit penekanan dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan pada lekukan suprasternal, gerakkan ke kanan
dan kiri untuk mengetahui posisi dari trakhea
o Mintalah pasien berbaring supine dengan kedua tangan
sedikit abduksi, pastikan baju menutupi daerah payudara
154
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Perkusi
o Lakukan perkusi dinding dada depan sesuai urutan dengan
membandingkan kedua sisi dari atas ke bawah (lihat gambar)
o Jantung menimbulkan suara pekak di SIC 3-5 kiri, perkusi paru
kiri dilakukan agak lebih ke lateral
o Tentukan letak/perbatasan paru-hepar di garis midklavikula
kanan mulai dari atas menurun ke bawah sampai perubahan
suara perkusi menjadi pekak
o Tentukan batas bawah paru kiri dengan perkusi di bagian
bawah sampai terdengar suara perkusi timpani akibar udara
pada gaster
Auskultasi
o Auskultasi dinding dada depan dimulai dari fosa supraclavicula
dilanjutkan ke SIC dinding dada depan dan lateral.
o Bandingkan kanan dan kiri dan dari atas ke bawah (sesuai
gambar) dan minta pasien inspirasi dan ekspirasi setiap
pemeriksaan
o Dengarkanlah suara napas normal dan ada tidaknya suara
napas tambahan/ abnormal
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Swartz: Textbook of Physical Diagnosis. History and Examination. 5e.
Saunders
2. Guyton and Hall, 1996 , Fisiologi Kedokteran, edisi 9,,EGC,
155
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
157
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
lokasi
28 Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi di setiap titik
pemeriksaan
29 Dengarkanlah suara napas di setiap titik pemeriksaan
30 Akhirilah pemeriksaan dengan baik dan jelaskan hasil
pemeriksaan kepada pasien
Item Professionalisme
31 Percaya diri
32 Minimal error
158
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
PEMASANGAN EKG
A. TEMA
Keterampilan Pemasangan EKG
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dan alat EKG
Mahasiswa mampu meletakkan elektroda pada tempatnya
Mahasiswa mampu melakukan penyadapan
Mahasiswa mampu membuat elektrokardiogram dan keterangan
Mahasiswa mengetahui konsep dasar pemeriksaan EKG
Mahasiswa mengetahui indikasi pemeriksaan EKG
D. SKENARIO
Nyeri dada
Tn. Budi umur 44 tahun adalah seorang pengusaha sukses, dalam suatu rapat
dengan kliennya, tiba-tiba terjatuh karena kesakitan, dia dibawa ke IGD . Dari
anamnesa didapatkan bahwa dadanya rasa terhimpit dan menjalar ke bahu
secara tiba-tiba. Kejadian ini baru pertama kali, Pak Budi sudah 4 tahun
menderita hipertensi. Dari pemerksaan fisik keadaan umum tampak sakit
berat, TD 130/80 mmhg, frekuensi nadi 60x/menit, frekuensi napas 20/menit.
Pemeriksaan fisik jantung dalam batas normal. Dari pemeriksaan EKG
didapatkan ST elevasi.
E. DASAR TEORI
159
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Membran sel otot jantung ternyata lebih permeabel untuk ion negatif
daripada untuk ion Na+. Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar
ion-ion, potensial membran bagian dalam dan bagiaan luar tidak sama.
Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada keadaan polarisasi,
dengan bagian dalam. Selisih potensial ini disebut potensial membran, yang
dalam keadaan istirahat berkisar -90 mV. Bila membran otot jantung
dirangsang, sifat permeabel membran berubah sehingga ion Na+ masuk
kedalam sel, yang menyebabkan potensial membran berubah dari -90 mV
menjadi +20 mV (potensial diukur intraseluler terhadap extraseluler).
Perubahan potensial membran karena stimulus ini ndisebut depolarisasi
selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan semula, yang
disebut depolarisasi.
Berlainan dengan sel-sel jantung biasa, dalam jatung terdapat kumpulan sel-
sel jantung khusus yang mempunyai sifat dapat menimbulkan potensial aksi
sendiri tanpa adanya stimulus dari luar. Sifat sel-sel ini disebut sifat
automatisitas. Sel-sel ini terkumpul dalam suatu sistem konduksi jantung.
Sistem koduksi jantung terdiri dari atas:
Simpul Sinoatrial (sering disebut nodus sinus, disingkat sinus). Simpul ini
terletak pada batas antara vena kava superior dan atrium kanan. Simpul ini
mempunyai sifat automatisitas yang tertinggi dalam sistem konduksi jantung.
160
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Simpul Atrio-ventrikular
(sering disebut nodus atrioventrikuler disingkat nodus)
Simpul ini terletak di bagian bawah atrium kanan, antara sinus koronarius dan
daun katup trikuspid bagian septal.
Berkas his
Berkas His. Berkas his adalah sebuah berkas adalah berkas yang pendek yang
merupakan lelanjutan bagian bagian bawah simpul atrioventrikular yang
menembus anulus fibrosus dan septum bagian membran. Simpul
atrioventrikuler bersama berkas his disebut penghubung atrio-ventrikuler.
Cabang berkas
Ke arah distal , berkas his bercabang menjadi dua bagian yaitu cabang berkas
kiri dan cabang berkas kanan. Cabang berkas kiri memberikan cabang-cabang
ke ventrikel kiri, sedangkan cabang berkas kanan bercabang-cabanf ke arah
ventrikel kanan.
Fasikel
Cabang berkas kiri bercabang menjadi dua bagian, yaitu fasikel kiri anterior
dan fasikel kiri posterior.
Serabut purkinye
Bagian terakhir dari sistem konduksi jantung ialah serabut-serabut Purkinye
yang merupakan anyaman halus dan berhungan erat dengan sel-sel jantung.
161
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
EKG adalah rekaman potensial listrik yang timbul sebagai akibat aktivitas
jantung. Yang dapat direkam adalah aktivitas listrik yang timbul pada waktu
otot-otot jantung berkontraksi. Sedangkan potensial aksi pada sistem
konduksi jantung takterukur dari luar karena kecil.
Gelombang P: hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri
Segmen PR: garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang P dan
gelombang QRS
Gelombang kopleks QRS: suatu kelompok gelombang yang
merupakan hasil depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Gelombang
kompleks QRS pada umumnya terdiri dari gelombang Q yang
merupakan gelombang ke bawah yang pertama, gelombang r
merupakan gelombang ke atas yang pertama, gelombang S yang
merupakan ke bawah pertama setelah gelombang R.
Segment ST: Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang
menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T.
Gelombang T: potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri.
Gelombang U: gelombang ini berukuran kecil dan sering tidak ada.
162
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Sadapan-sadapan Ektroda
Pada EKG konvensional terdapat 10 elektroda. 4 buah elektroda ekstremitas
dan 6 buah elektroda prekordial.
RA = lengan kanan
LA = lengan kiri
RL = tungkai kanan
LL = tungkai kiri
Elektroda prekordial: V = C
V1 : garis parasternal kanan, pada interkostal IV
V2 : garis parasternal kiri, pada interkostal IV
163
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
164
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
165
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
F. PROSEDUR
Langkah-langkah pemasangan EKG
1. Melakukan persiapan alat-alat.
Alat EKG lengkap dan siap pakai
166
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Hampton, J.R . Dasar-dasar EKG. Edisis 6. Terjemahan. EGC, Jakarta, 2004. hal
1-133
2. Green, JM, Chiaramida, A. EKG 12 – Sadapan Terpercaya. Terjemahan. EGC,
jakarta, 2007
3. Tim skill lab. Skill laboratory Manual: EKG. UGM, Jogyakarta, 2006
4. Tim skill lab. Skill laboratory Manual: Sistem Kardiovaskuler. FK UNHAS,
Makasar, 2009
5. Braunwald, E, ed. Heart Desease: A Textbook of cardiovascular Medicine. 5 th.
WB. Saunders Company, Philadelphia, 1997
H. EVALUASI
Ceklist Latihan Pemasangan EKG
Feedback
No LANGKAH KLINIK YANG DINILAI
168
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
midklavikularis
Lead N: hitam: pergelangan kaki kanan
Lead F: hijau: pergelangan kaki kiri
Lead R : merah pergelangan tangan kanan
Lead L: kuning: pergelangan tangan kiri
Lead V1: putih/merah: ruang intrkostal 4 sebelah kanan
garis sternum
Lead v2: putih/kuning: ruang interkostal 4 sebelah kiri garis
sternum
Lead V3: putih/hijau : dipasang antara V4 dan V2
Lead V6; putih/violet: di linea midaxilaris sejajar V4
Lead V5:putih hitam ; antara V4 dan V6
9 Melakukan kalibrasi 10 mm dengan keadaan 25 mm/volt/detik
10 Membuat rekaman secara berurutan sesuai dengan pilihan lead
yang terdapat pada mesin EKG
11 Melakukan kalibrasi kembali setelah rekaman selesai.
12 Memberi identitas pasien pada hasil rekaman : nama, umur.
Tanggal, dan jam rekaman serta no lead dan nama pembuat
rekaman EKG.
13 Merapikan alat-alat dan mencuci tangan kembali
III ITEM PROFESIONALISME
14 Tunjukkan sikap percaya diri
15 Tunjukkan sikap menghormati pasien
16 Tutup, memberikan salam serta mencatat pada medical record
169
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
A. TEMA
Keterampilan pembacaan dan interpretasi EKG
B. TUJUAN
Setelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
Mengetahui gelombang dan interpretasinya pada elektrokardiogram normal
Mengetahui gangguan irama jantung
Mengetahui pembesaran jantung
Mengetahui kelainan iskemik jantung
D. SKENARIO
Saat sedang jaga UGD Rumah Sakit, pasien Tn W, 55 tahun, datang dengan keluhan
nyeri dada sebelah kiri, dada seperti terbakar, dan ada penjalaran nyeri ke tangan kiri.
Nyeri dada ini terjadi mendadak, dan mulai sakit dada saat pasien ingin pergi bekerja.
Pasien sangat cemas sekali dengan keadaannya saat ini. Anda lalu memberikan O2
pada pasien dan melakukan pemeriksaan EKG. Hasil rekaman EKG lalu anda baca dan
interpretasikan.
E. DASAR TEORI
Gambaran Elektrokardiografi Normal
Kertas EKG mempunyai garis-garis baik vertikal maupun horisontal berjarak 1 mm.
Garis yang lebih tebal mempunyai jarak 5 mm. Waktu diukur sepanjang garis
horisontal; 1 mm = 0,04 detik atau 40 milidetik, 5 mm = 0,2 detik; atau 1 kotak kecil
sama dengan 0,04 detik dan 1 kotak besar terdiri dari 5 kotak kecil sama dengan 0,2
detik. “Voltage” listrik diukur sepanjang garis vertikal dan dinyatakan dalam milimeter
(10 mm = imV). Untuk praktisnya kecepatan pencatatan adalah 25 mm/detik. Di bawah
ini adalah jenis-jenis kompleks elektrokardiografi normal:
170
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
171
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
172
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Contoh: bila 20 gelombang yang dihitung dalam suatu interval 10 detik, maka frekuensi
jantung adalah 120 per menit.
Interval P-P : pada sinus ritme interval P-P akan sama dengan interval R-R.
Tetapi bila irama ventrikel tidak teratur atau bila kecepatan atrium dan venrikel
berbeda tetapi teratur, maka interval P-P diukur dari titik yang sama pada 2 gelombang
P berturut-turut dan frekwensi atrial per menit dihitung seperti halnya frekwensi
ventrikel.
Interval P-R Pengukuran interval ini untuk mengetahui waktu konduksi atrio ventrikel.
Termasuk disini waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan sebagian
depolarisasi atrium, tambah perlambatan eksitasi daripada nodus atrio ventrikuler.
Diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS.
Sebenarnya lebih tepat interval ini disebut P-Q. Nilai normalnya 0,12 - 0,20 detik.
Interval QRS: Interval ini adalah pengukuran seluruh waktu depolarisasi ventrikel.
Diukur dari permulaan gelombang Q (R bila tidak terlihat Q) sampai akhir gelombang S.
Batas atas nilai normalnya adalah 0,1 detik. Kadangkadang pada sandapan prekordial
V2 atau V3, interval ini mungkin 0,11 detik.
Interval Q-T: Interval ini diukur dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang
T. Dengan ini diketahui lamanya sistole elektrik. Interval Q-T normal tidak melebihi
0,42 detik pada pria dan 0,43 detik pada wanita.
Interval Q-U: pengukuran ini mulai dari awal gelombang Q sampai akhir
gelombang U. Tidak diketahui arti kliniknya.
173
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Gelombang P
Menggambarkan aktivitas depolarisasi atrium kanan dan kiri (dari kanan ke kiri dan ke
bawah). Karakteristik EKG gelombang P:
Arah gelombang P normal: Selalu posiif di II dan selalu negatif di aVR.
Tinggi: kurang dari 3mm (2,5 mm)
Durasi (lebar): kurang dari 3 mm (0.10 detik)
Kepentingannya:
Menandakan adanya aktivitas atrium
Menunjukkan arah aktivitas atrium
174
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Kelainan Gelombang P
Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya, bentuknya) gelombang P pada irama dan
kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang
tinggi dan lebar pada sandapan I dan II, gelombang P lebar dan bifasik pada VI dan
V3. Gambaran ini menunjukkan adanya hipertrofi atrium kiri terutama pada stenosis
mitralis.
175
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa kelainan
tunggal gelombang P misalnya “atrial premature beat” yang bisa ditemukan pada
penyakit jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan
kelainan pada semua gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya
fibrilasi atrium yang dapat disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), pada infark
miokard.
Kelainan gelombang P lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-
T timbul lebih cepat dari pada biasanya. Misalnya “AV nodal premature beat” pada
PJK, intoksikasi digitalis, dimana bentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa
istirahat kompensatoir. Kelainan lain berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK,
intoksikasi digitalis.
Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah
normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul
akibat intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH).
Gelombang P seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks
QRS. Misalnya ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit
jantung hipertensi (PJH).
176
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
AV Blok Derajat I
Dasar diagnosis: interval PR memanjang >0,2 detik
Pada AV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan kecepatan normal, tetapi
tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S - T dan T. Interval P-
R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi tetap jaraknya.
Blok jantung A-V2 : 1 atau 3 : 1., berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau 3P&1QRS.
AV Block Derajat II
Tipe Mobitz I (Wenckebach)
Dasar diagnosis: Interval PR semakin memanjang dan pada suatu saat ada
gelombang QRS yang menghilang
177
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Tipe Mobitz II
Interval PR tetap, pada suatu saat ada gelombang QRS yang menghilang.
178
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
179
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya “ left axis deviati on”.
Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan
menjumlahkan voltase (kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 +
R V6 > 35 mm atau gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.
180
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar
dan atau “notched” dengan gelombang P dan interval P-R normal. Ditemukan
pada PJK, PJR (Penyakit Jantung Rematik).
Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi
iramanya teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok
komplit terutama pada PJK, PJR, penyakit jantung bawaan.
Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu
pada sinus takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi
ventrikel. Ditemukan pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit
Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit Jantung Rematik), infark miokard,
intoksikasi digitalis.
181
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
3. R yang lebar di V1
Bila interval QRS 0.10 - 0.12 detik : RBBB inkomplit
Bila interval interval QRS ≥ 0.12 detik : RBBB komplit
184
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
185
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
186
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
187
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Kelainan Gelombang T
Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel.
Untuk itu dikemukakan beberapa patokan yaitu:
Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan.
188
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
189
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Kelainan Gelombang U
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada sandapan yang
sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi. Sedangkan gelombang U
terbalik menandakan iskhemia.
190
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
191
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Cara menghitungnya dengan menghitung jarak antara R-R, dengan cara tentukan
satu gelombang P yang tepat berhimpit dengan garis vertikal pada kertas ekg,
kemudian tentukan gelombang P ke dua, lalu hitung jaraknya.
Bila menggunakan kotak kecil = 1500/jarak R-R
Bila menggunakan kotak besar =300/ jarak R-R
3. Aksis
Aksis normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih dari -30° disebut
deviasi aksis kiri, lebih dari +110° disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari
+180° disebut aksis superior. Kadang kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka
ditulis undeterminable, misalnya pada EKG dimana defleksi positif dan negatif
pada kompleks QRS di semua sandapan sama besarnya.
192
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
193
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
4. Interval P-R
Interval PR normal adalah 0,12-0,2 detik (tergantung heart rate). Lebih dari 0.2
detik disebut blok AV. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang delta
menunjukkan Wolff-Parkinson-White syndrome. Interval PR yang berubah-ubah
bisa terjadi pada kelainan wandering pacemaker.
5. Morfologi
a. Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah
ada P-pulmonal atau P-mitral.
b. Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial
infarction (tentukan bagian jantung mana yang mengalami infark
melalui petunjuk sandapan yang terlibat). Bagaimana amplitudo
gelombang R dan S di sandapan prekordial. Gelombang R yang tinggi
di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau
infark dinding posterior). Gelombang R yang tinggi di sandapan V5
194
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
F. PROSEDUR
Prosedur pembacaan EKG:
1. Perhatikan identitas pasien
2. Tentukan apakah rekaman EKG sudah sesuai dengan standar dan layak di
interpretasikan.
3. Melakukan penilaian secara sistematis
Menentukan irama dan jenis irama
Menetapkan frekuensi jantung
Menentukan arah aksis (sumbu) elektris jatung
Menetukan bentuk gelombang P
Menentukan bentuk gelombang QRS, ada tidaknya LBBB, RBBB, dan
LVH
Menentukan posisi segment ST
Menentukan bentuk gelombang T
Menentukan bentuk gelombang U
4. Menentukan interpretasi secara keseluruhan
195
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Hampton, J.R . Dasar-dasar EKG. Edisis 6. Terjemahan. EGC, Jakarta, 2004. hal
1-133
2. Green, JM, Chiaramida, A. EKG 12 – Sadapan Terpercaya. Terjemahan. EGC,
jakarta, 2007
3. Tim skill lab. Skill laboratory Manual: Sistem Kardiovaskuler. FK UNHAS,
Makasar, 2009
4. Braunwald, E, ed. Heart Desease: A Textbook of cardiovascular Medicine. 5 th.
WB. Saunders Company, Philadelphia, 1997
5. Sudoyo, dkk. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. FKUI, Jakarta,
2006. Hal 1455-1467
196
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Feed Back
No LANGKAH KLINIK YANG DINILAI
197
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
A. TEMA
Keterampilan membaca foto rontgen thoraks.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
1. Mengetahui langkah-langkah membaca foto thorax
2. Menilai kualitas suatu foto rontgen thoraks baik atau tidak
3. Mengetahui foto thorax normal
D. SKENARIO
Seorang kakek berumur 60 tahun di bawa ke rumah sakit oleh anaknya
karena batuk berdahak bercampur darah sejak 1 minggu. Dari anamnesis
sebelum batuk berdahak bercampur darah, pasien mengaku sudah batuk-
batuk kurang lebih 3 bulan. Selain itu, sang kakek juga mengeluhkan badan
agak demam terutama pada saat malam hari kurang lebih 1 bulan tanpa
sebab yang jelas. Sebelumnya kakek sudah berobat ke salah satu tenaga
kesehatan di desanya namun tidak sembuh akhirnya sang kakek hanya
minum obat warung saja. Keluhan tidak sembuh justru bertambah parah.
Menurut pengakuan pasien, berat badannya semakin lama semakin turun.
Setelah anda menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dahak, anda
mengajukan pemeriksaan penunjang foto rontgen thorax PA.
E. DASAR TEORI
1. Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari
sumber radiasi. Salah satu penggunaan sinar X yaitu pada penggunaan
rontgen umum (general X-rays). Rontgen umum (General X-rays). termasuk
198
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
rontgen (x-ray) paru-paru atau thoraks, rontgen (x-ray) tulang dan rontgen (x-
ray) bagian perut. Alat ini langsung menyorot sinar menembus bagian tubuh
yang sedang diperiksa keatas film yang khusus. radiographi ini biasannya
memberikan jumlah radiasi sedikit.
SIFAT-SIFAT SINAR X
A. Daya Tembus
Sinar X dapat menembus batas, dengan daya tembus sangat besar dan
digunakan dalam radiografi, makin tinggi tegangan tabung maka makin tinggi
daya tembusnya.
B. Pertebaran
Apabila berkas sinar-x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
tersebut akan bertebaran ke segala penjuru/jurusan, menimbulkan radiasi
sekunder pada bahan zat yang dilaluinya.
C. Penyerapan
Sinar dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat dengan berat atom atau
kepadatan bahan/xat tersebut.
D. Efek Fotografi
Sinar-x dapat mengitamkan emulsi film sejalan diproses secara kimiawi
dikamar gelap agar menjadi foto.
E. Efek Fluoresensi
Sinar-x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau
zink sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu:
Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-x
saja
Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat
walaupun radiasi Sinar-x sudah dimatikan (after glow).
F. Efek Ionisasi
Efek primer dari sinar-x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi (perubahan partikel bebas menjadi ion) partikel-partikel
atau zat tersebut.
199
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
G. Efek Biologik
Sinar-x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
2. Pembuatan Radiografi
Dalam pembuatan suatu rongten
thorak ataupun yang lainnya
dibutuhkan perlengkapan yang
terdiri dari:
Film rontgen
Intensifying screen
Kaset
Grid
Alat – alat fixasi
Alat – alat proteksi
Marker/tanda/kode.
Film rontgen
Lapisan-lapisan Film Rongten:
Supercoat untuk melindungi emulsi film
Emulsi film terdiri atas AgBr, AgCl, dan AgJ.
Substratum: perekat antara emulsi dan alas film
Film base/Alas film tdd polyesterbase
Jenis-jenis Film
1. Screen film: film yang dalam penggunaanya selalu menggunakan
intensifying screen
2. Non- screen film: film yang dalam penggunaanya tanpa intensifying
screen
Dental film
Mammographi
Film untuk extremitas
3. Sensitivitasnya:
Blue sensitive
Green sensitive
200
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Intensifying screen
Merupakan alat yang terbuat dari kardus (card board) khusus yang
mengandung lapisan tipis emulsi fosfor dengan bahan pengikat yang sesuai.
Yang banyak digunakan adalah kalsium tungstat.
Kaset
Kaset sinar-X adalah suatu tabung (container) tahan cahaya yang berisi 2 buah
intensifying screen yang memungkinkan untuk dimasukkan film rongten di
antara keduannya dengan mudah.
Grid (kisi-kisi)
Merupakan alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar
tidak sampai ke film rongten.
Jenis–jenis grid yaitu
1. Grid diam (stationary grid)
2. Grid bergerak (moving grid ).
Alat-alat fiksasi
Gunanya membantu agar objek yg difoto tak bergerak
Contohnya antara lain:
Bantal pasir
Bantal spons/sponge/soft bags
Compressor band
Klem kepala (head clamps)
Alat-alat pelindung
Diafragma cahaya (light beamdiaphragm)
Conus
Pelindung gonad/gonad shield
Pelindung ovarium/ovarium shield
Apron timbal/Lead apron
Lead gloves
Pencegah pelindung/Protective shielding
201
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Lead glass
Karet timbal/lead rubber
Marker/tanda/kode
Tanda untuk identifikasi foto milikpasien
Identitas Pasien : Nama, umur,kelamin
Tanda letak anatomi : R right ± L Left
Radiolusen dan radioopak
Daya tembus sinar-x berbeda-beda sesuai dengan benda yang dilaluinya.
Benda yang mudah tembus sinar-x akan member bayangan hitam
(radiolusen). Sedangkan benda-benda yang sukar ditembus sinar-x memberi
bayangan putih (radioopak)
202
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
203
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
a. Paru-paru
Lakukan pemindaian pada kedua paru, di mulai dari bagian apeks dan
terus ke bawah. Bandingkan penampakan setiap zona dengan sisi
lainnya. Satu-satunya bayangan yang terlihat secara normal, selain
fisura, pastilah berasal dari vaskuler, sehingga kosentrasilah untuk
mencari bayangan homogen pada tiap area atau lesi massa.
b. Bayangan hilus
Merupakan tempat yang paling sering untuk limfadenopati dan
karsinoma bronkus, cari peningkatan dan ketidakteraturan seperti
pembesaran bayangan hillus.
c. Bayangan jantung
Perhatikan ukuran dan bentuk jantung. Pembesaran ruang jantung
tertentu sering sulit diedentifikasi perhatikan dan berikan tanggapan
pada ukuran jantung secara keseluruhan.
d. Mediastinum
Nilai adanya lesi massa dan pergeseran mediastinum oleh trakea dan
bayangan jantung.
e. Diagfragma
204
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Sudut kostrofrenicus harus terlihat jelas, lancip dan dalam. Sudut yang
tumpul mungkin mengindikasikan adanya efusi pleura atau penebalan
pleura lama. Permukaan bagian atas harus tegas ketegasan yang
buruk sering menunjukkan adanya kelainan paru basal. Pendataran
digfragma menunjukkan adanya hiperinfilasi dan penyakit jalan napas
obstruksi kronis.
f. Tulang dan jaringan lunak
Perhatikan bagian tepi film, perhatian iga untuk mengetahui adanya
fraktur atau deposit sekunder penampakan bayangan payudara dan
apakah telah dilakukan mastektomi, bagian bawah diafragma, bahu
dan sebagainya.
F. PROSEDUR
205
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Pada foto PA
costaeposterior tampak depan, clavicula menjungkit, dan scapula berada di
luar lapangan paru.
206
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
4. Dinding thorak
Costa dan Intercosta, Clavicula dan Scapula, Tulang Vertebrae
Soft tissue dinding thorak (Bayangan Pleura)
Trachea pada leher
Sinus Costoprenicus (normal Lancip)
Diafragma (letak tinggi/rendah/normal) (diafragma kanan lebih tinggi 2,5
cm dari diafragma kiri)
Hilus merupakan tempat keluar masuknya arteri dan vena pulmonalis,
bronkus, dan juga saluranlimfe. Normalnya diameter hilus sama dengan
diameter trakea.
Cor/Jantung (bentuk dan ukuran)
Paru-paru, mulai dari apex hingga ke basal paru kedua sisi.
Mediastinum
207
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
H. DAFTAR PUSTAKA
208
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
B. TEMA
Keterampilan Prosedural Punksi Pleura/Thoracocentesis
209
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
C. LEVEL KOMPETENSI
Level Kompetensi
No Kompetensi SKDI Target
Capaian
Contraventil needle
1 (needle 2 2-3
decompression)
2 Pneumothorax,
3B 3B
Hemothorax
(Sumber: SKDI, 2006)
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mengenal dan mampu menjelaskan tentang Punksi
Pleura
Mahasiswa mampu menyebutkan indikasi Punksi Pleura
Mahasiswa mampu melakukan procedural Punksi Pleura
Mahasiswa mampu menjelaskan penalaran klinis Punksi Pleura
210
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
F. SKENARIO
Dyspnea
G. DASAR TEORI
Definisi
211
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Lokasi Punksi
SIC V atau VI linea midaxillaris, atau
SIC V linea linea midscapula
SIC II linea midclavicula (untuk pneumothorax)
212
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Untuk kasus efusi pleura yang terlokalisir kadang diperlukan bantuan USG
bahkan panduan CT-Scan untuk menentukan lokasi tusukan
Cavum Pleura adalah rongga diantara paru dan dinding dada, dibatasi oleh
Pleura visceral yang melapisi paru dan pleura parietal yang melapisi bagian
dalam dinding dada. Pleura ini merupakan membrane serosa yang kuat. Tebal
rongga pleura 10-20 mikron. Secara normal cavum pleura menghasilkan 25-
50cc cairan yang berfungsi sebagai pelicin. Peningkatan jumlah cairan yang
berlebihan pada cavum inilah yang dikenal sebagai efusi pleura. Cairan pleura
normal mengandung protein dalam jumlah rendah serta terdapat tekanan
negative yang berguna dalam menjaga pengembangan paru saat respirasi.
Cairan pleura dibentuk oleh kapiler pleura parietalis dan direabsorsi oleh
kapiler pleura viseralis dan pembuluh getah bening pleura parietal.
Keseimbangan ini tergantung pada tekanan hidrostatik dan penyaluran cairan
pleura oleh saluran getah bening. Secara fisiologis keseimbangan cairan ini
terjaga karena adanya tekanan hidrostatik 9 mmHg oleh produksi pleura
parietal diimbangi oleh tekanan koloid osmotic 10 mmHg oleh pleura visceral
untuk direabsorpsi. Pada keadaan patologis rongga pleura dapat menampung
beberapa liter cairan dan udara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut
213
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Ad 1. Peningkatan Pembentukan:
Peningkatan cairan interstisial paru
o Gagal Jantung Kiri
o Pneumonia
o Emboli Paru
Peningkatan tekanan intravaskuler di pleura
o Gagal Jantung Kanan/Kiri
o Syndrome Vena Cava Superior
Peningkatan kadar protein cairan pleura; atelektasis
Peningkatan cairan dalam rongga peritoneal; robeknya pembuluh
darah atau saluran getah bening, asites dan dialysis peritoneal
Penurunan tekanan osmotik koloid darah akibat hipoproteinemia
Ad 2. Penurunan absorbsi cairan pleura
Obstruksi saluran limfe parietal
Peningkatan tekanan vaskuler sistemik (SVR); Sindrom vena cava,
Gagal Jantung Kanan
214
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Efusi pleura masif adalah penumpukan cairan pleura yang mencapai lebih 2/3
hemitoraks. Berbagai penyakit bisa menimbulkan efusi pleura masif, namun
yang paling sering ditemukan karena proses keganasan dan tuberkulosis.
216
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
Persiapan Pasien:
o Informed: Jelaskan Tujuan, manfaat dan risiko, langkah-
langkah prosedur serta instruksi untuk pasien, anestesi
infiltrasi, tanyakan riw. Alergi anestesi local atau antiseptic
yang digunakan.
o Consent: Meminta persetujuan tertulis
Pengecekan dan persiapan alat dan diri operator
Pelaksanaan:
o Memposisikan pasien duduk (memeluk bantal lihat gambar)
atau tidur miring pada sisi sakit (lengan ipsilateral diatas
kepala)
o Cari lokasi/ titik tusukan (konfirmasi Rontgen dengan perkusi
lokasi biasanya midaxila atau midposterior SIC 5. Tandai
217
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
218
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
219
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
Buku Panduan CSL Semester 4 2021
H. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Pleural Aspiration Protocol for Oncology/Palliative Care
Patients. CDHB Hospital Palliative Care Service.
Astowo, Pudjo. 2009. Efusi Pleura, Efusi Pleura Ganas, Empyema.
Department Pulmonology and Repiration Medicine, Division Critical
Care Medicine and Pulmonary Intervention, Medical Faculty University
of Indonesia-Persahabatan Hospital.
Reid, Elaine. 2009. Thoracocentesis (Pleural aspiration or pleural tap):
Patients Information. Cambridge University Hospitals - NHS Foundation
Trust
Shinohara Yoshitomo, 1999. A New Method of Thoracocentesis Using
CT Guidance in Patients with a Small Amount of Pleural Fluid.
Cardiovasc. Intervent. Radiol (1999) 22:260-261
Sugito, et al. 1992. Efusi Pleura Masif. Cermin Dunia Kedokteran. Edisi
Khusus No. 80; 95-97
Szilagy, Peter. G. Bate’s Guide to Phsycal Examination Chapter 6
Thomsen, Todd W. et al, 2006. Video Thoracentesis. The New England
Journal of Medicine. Mount Auburn Hospital, Cambridge & Harvard
Medical School, Boston, Massachusetts.
TR Collins and SA Sahn. 1987. Thoracocentesis. Clinical value,
complications, technical problems, and patient experience. Chest:91;
hal 817-822 didownload dari
http://chestjournal.chestpubs.org/content/91/6/817
220
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021