Anda di halaman 1dari 18

PERAWATAN PALIATIF DENGAN PASIEN

COVID 19

Kelompok 2
Ambar Sari

Desi Riska Yulianti S

Erhan Hardiana

Kania Putri Aisyah

Meske Aulia Mutiara

Sely Julistiani
PENGERTIAN PERAWAT PALIATIF
Perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang
pasien dan keluarganya yang memiliki penyakit yang
tidak dapat disembuhkan, namun dengan cara
memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi
gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan
memperhatikan aspek psikologis dan spiritual.
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan
terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi antara dokter,
perawat, terapis, petugas sosial-medis, psikolog,
rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang diperlukan.
TUJUAN
Tujuan perawat paliatif untuk mengurangi penderitaan
pasien, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan
support kepada keluarganya
PRINSIP-PRINSIP PERAWATAN PALIATIF
Prinsip-prinsip Perawatan Paliatif adalah menghargai
setiap kehidupan, menganggap kematian sebagai proses
yang normal, tidak mempercepat atau menunda
kematian, menghargai keinginan pasien dalam
mengambil keputusan, menghilangkan nyeri dan keluhan
lain yang mengganggu, mengintegrasikan aspek
psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien
dan keluarga, menghindari tindakan medis yang sia-sia,
memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap
aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat,
memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa
duka cita.
COVID 19

Coronavirus Desease 2019 (COVID 19) adalah


penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
PERAWATAN DIRAWAT INAP DAN RUANG INTENSIF
COVID 19

Perlu digaris bawah bahwa isolasi bukan obat dari Covid-19, tetapi
isolasi adalah upaya memutus rantai persebaran, sedangkan esensinya
adalah perawatan, pengobatan, pemulihan, dan kerja sama pasien,
dengan perawat dan semua tenaga kesehatan dalam memulihkan
kesehatan adalah komponen yang sangat utama. Sebagai garda terdepan
pada era Covid 19, menurut Liu, 2020dalam “The Lancet Global
Health” perawat mempunyai peran dalam asesmen, meminimalkan
komplikasi dengan melaksanakan monitoring ketat, melaksanakan
manajemen jalan napas, melakukan perubahan posisi, melakukan
edukasi dan kolaborasi dalam pemberian obat.Perawat juga akan
membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, termasuk
pemberian carian dan nutrisi, pemenuhan kebutuhan eliminasi
(BAB/BAK) dan juga kebersihan diri. Dari mulai skrining, tindakan
kegawatdaruratan, perawatan isolasi, sampai penanganan kasus kritis
yang dilaksanakan secara berkolaborasi oleh tim kesehatan merupakan
tugas dari perawat.
Tidak hanya kebutuhan fisik yang harus dibantu, juga
kebutuhan pemenuhan kebutuhan psikologis, kebutuhan
spiritual serta kebutuhan untuk didengar dan dimengerti
menjadi esensi perawatan pasien.
Dampak perawatan isolasi ini menyebabkan perubahan
yang sangat besar dan mendorong seluruh perawat untuk lebih
melakukan asuhan secara komprehensif dari seluruh komponen
bio, psiko, sosial, spiritual, dan budaya.
Sejatinya asuhan selalu dilandasi dengan konsep dan teori, salah
satu pendekatan asuhan disampaikan oleh Henderson yang dikenal
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, hal ini sangat
relevan dengan kebutuhan pada pasien Covid-19. Di mana perawat
harus memenuhi kebutuhan bernapas pasien, sesuai tingkat
kebutuhannya, dari mulai pengkajian pernapasan, pemberian
oksigen sampai kebutuhan yang harus dikolaborasikan untuk
mendapatkan perawatan intensif menggunakan ventilator.
Demikian juga bagaimana memelihara kestabilan suhu pasien,
kebutuhan makan dan minum, membantu pemenuhan kebutuhan
BAB, BAK, kebersihan diri dan lingkungan, pergerakan seperti
olahraga dan istiharat serta tidur dengan nyaman.
Manajemen klinis adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk menegakkan
diagnosis, melaksanakan tata laksana pengobatan dan tindakan
terhadap pasien Covid 19 sesuai indikasi klinis.
 Terapi dan penatalaksanaan klinis pasien Covid 19, dilakukan
pada pasien Covid 19 tanpa gejala, sakit ringan, sakit sedang,
sakit berat, kondisi kritis. Berikut tatalaksana klinis pasien
terkonfirmasi covid 19
1. Tatalaksana klinis pasien terkonfirmasi covid 19 tanpa gejala,
sakit ringan atau sakit sedang
a. Pasien terkonfirmasi tanpa gejala
Pada prinsipnya pasien terkonfirmasi covid 19 yang tanpa gejala
tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit, tetapi pasien harus
menjalani isolasi selama 10 hari sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah maupun di
fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah. Isolasi ini penting
untuk menurunkan tingkat penularan yang terjadi di masyarakat.
b. Pasien terkonfirmasi sakit ringan
Pada prinsipnya tatalaksana pasien terkonfirmasi covid 19 yang
mengalami sakit ringan sama dengan pasien terkonfirmasi yang
tanpa gejala. Pasien harus menjalani isolasi minimal 10 hari
sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan
ganggan pernafasan. Pasien yang sakit ringan dapat diberikan
pengobatan simptomatik misalnya pemberian antipiretik bila
mengalami demam. Pasien harus diberikan inforrmasi mengenai
gejala dan tanda pemburukan yang mungkin terjadi. Pasien
yang sakit ringan tetapi memiliki faktor penyulit atau komorbid
akan menjalani perawatan di Rumah sakit. Prinsip tatalaksana
untuk pasien yang sakit sedang adalah pemberian terapi
simptomatis untuk gejala yang ada dan fungsi pemantauan,
dilaksankan sampai gejala menghilang dan pasien memenuhi
kriteriaa untuk dipulangkan dari RS.
2. Tatalaksana pasien terkonfirmasi covid 19 yang sakit berat
a. Terapi suportif dini dan pemantauan
Pemberian terapi suplementasi oksigen segara pada pasien
ISPA berat dan pasien yang mengalami distress pernapasan,
hipoksemia, atau syok
b. Terapi kewaspadaan kontak saat memegang alat-alat untuk
menghantarkan oksigen( nasal kanul, sungkup muka sederhana,
sungkup dengan kantong reservoir) yang terkontaminasi dalam
pengawasan atau terbukti covid 19. Pasien covid 19 yang menjalani
rawat inap memerlukan pemantaun vital sign secara rutin.
c. Pahami pasien yang memiliki komorbid untuk menyesuaikan
pengobatan dan penilaian prognosisnya
d. Melakukan manajemen cairan secara konservatif pada pasien
dengan ISPA berat harus hati-hati dalam pemberain cairan
intravena, karen resusitasi cairan yang agresif dapat memperburuk
oksigenasi, terutama dalam kondisi keterbatasan ketersediaan
ventilasi mekanik.
SPRITUAL CARE PADA PASIEN COVID 19

Spritual care adalah kegiatan dalam keperawatan


untuk membantu pasien yang dilakukan melalui sikap
dan tindakan praktek keperawatan berdasarkan nilai-nilai
keperawatan spritual yaitu mengakui martabat manusia,
kebaikan, belas kasih, ketenangan, dan kelemah
lembutan (Meehan 2012) . Perawat harus berupaya
membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai
bagian dari kebutuhan menyeluruh klien. Kesejahteraan
spiritual dari individu dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan perilaku perawatan diri yaitu sumber
dukungan untuk dapat menerima perubahan yang
dialami (Achir Yani H, 2005).
Seseorang yang berada di dalam ruang ICU umumnya
merasakan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan,
kematian dan ancaman terhadap integritas.Klien mungkin
mempunyai ketidakpastian tentang makna kematian sehingga
mereka menjadi rentan terhadap distress spiritual. Terdapat
juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan
yang membuat mereka mampu untuk menghadapi kematian
tanpa rasa takut (Potter & Perry, 2005). Spiritualitas adalah
keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta. (Achir Yani H, 2008) spiritualitas meliputi
aspek berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan, menemukan arti dan tujuan
hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan keterikatan
dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi
Perawat dapat memberikan pemenuhan kebutuhan
spiritualitas kepada pasien dengan memberikan dukungan
emosional, membantu dan mengajarkan doa, memotivasi dan
mengingatkan waktu ibadah sholat, mengajarkan relaksasi
dengan berzikir ketika sedang kesakitan, berdiri di dekat
pasien, memberikan sentuhan selama perawatan (Potter &
Perry, 2005).
ketika perawat menciptakan rasa kekeluargaan dengan
klien, berusaha mengerti maksud klien, berusaha untuk selalu
peka terhadap ekspresi non verbal, berusaha mendorong klien
untuk mengekspresikan perasaannya, berusaha mengenal dan
menghargai klien maka bimbingan spiritual yang diberikan
akan direspon positif oleh pasien.
Pasien yang berada di ruang rawat intensif umumnya terintubasi dan tidak
sadarkan diri. Kondisi ini berdampak secara  psikologis, sosial, dan spiritual.
Seringkali kondisi tersebut menimbulkan ketidakberdayaan dan keputusasaan
pada pasien dan pada akhirnya jatuh dalam kondisi distres spiritual dimana
pasien sudah tidak lagi percaya pada Tuhan, tidak lagi melakukan ibadah, dan
hilang pengharapan terhadap Tuhan. Proses penyembuhan dan mekanisme
koping tentunya akan terhambat jika pasien mengalami distres spiritual.
Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa peran perawat dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual masih belum optimal. Perawat di ruang rawat intensif
lebih banyak menekankan pada kebutuhan fisik saja, seperti menstabilkan
tanda vital pasien dan mengatasi nyeri, namun mereka jarang memberikan
perhatian pada kebutuhan spiritual.
Kondisi ini disebabkan karena perawat kurang mengetahui bagaimana cara
memberikan perawatan spiritual kepada pasien dengan perawatan intensif
yang kondisinya terintubasi dan tidak berdaya serta meminimalkan waktu
bersama pasien karena untuk menghindari terjadinya transmisi paparan virus
covid 19.
Pemenuhan kebutuhan spiritual tidak hanya terbatas pada
ritual peribadatan saja. Komunikasi adalah komponen yang
penting untuk dilakukan. Intervensi sederhana seperti
komunikasi bersama pasien, mendengarkan keluh kesah
pasien, dan melakukan tanya jawab seputar keyakinan pasien
dapat dilakukan. Bersama dengan pasien, perawat dapat
mengetahui pasien dalam mengekspresikan pengalaman rasa
sakit, ketidaknyamanan, dan mendengarkan ekspresi emosi dan
kecemasan, seperti depresi, kesedihan, ketakutan atau
kesepian, yang bisa menghambat kesehatan mereka secara
fisik, emosional dan spiritual.
Identifikasi kebaikan pasien,  menghormati, berbicara dan
mendengarkan, dan berdoa adalah aspek-aspek penting dari
perawatan spiritual  mereka. Berdoa bersama atau berdoa
 untuk pasien, mendengarkan pasien secara verbal tentang
ketakutan dan kecemasan mereka, menunjukkan rasa hormat
terhadap martabat dan keyakinan spiritual agama mereka,
menunjukkan kebaikan dan peduli dan menawarkan harapan
adalah hal-hal yang penting dan sederhana yang dapat
dilakukan untuk pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai