Anda di halaman 1dari 18

APLIKASI KOMPUTER

TUGAS MEMBUAT DAFTAR ISI

DISUSUN OLEH

Aisyah Chairah 2011102411174

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat


dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Stroke ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Aplikasi
Komputer. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen, selaku


yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 15 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3
A. Pengertian......................................................................................3
B. Klasifikasi......................................................................................3
C. Etiologi...........................................................................................5
D. Patologi Stroke Infark....................................................................5
E. Patofisiologi....................................................................................6
F. Faktor – Faktor Penyebab...............................................................3
G. Faktor Risiko Tidak Terkendali.....................................................7
H. Faktor Risiko Terkendali...............................................................8
I. Gejala Dan Tanda Stroke...............................................................12
J. Penatalaksanaan............................................................................13
DAFTAR ISI...............................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak.
Biasanya terjadi karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak.
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan di-
sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak,
stroke sekunder karena trauma maupun infeksi (Junaidi, 2011).
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat
disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik
disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang menyebabkan
turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami
oklusi (Hacke 2003). Munculnya tanda dan gejala fokal atau global pada
stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa
trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia sampai
anoksia pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak
tersebut. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral atau
perdarahan subrakhnoid (Roveny, 2015).
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat
dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed
stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam
sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati
(stroke in evolution).
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan
Stroke Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena
kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki
urutan pertama di Asia. Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki
urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-
59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan serius menetap no 1 di
seluruh dunia dan stroke Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor
tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei
tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di
seluruh penjuru Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak.
Biasanya terjadi karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak.
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah pada pembuluh darah otak,
mungkin karena aliran yang terlalu perlahan, atau karena aliran yang
terlalu kencang sehingga pecah (perdarahan), akhirnya sel-sel otak yang
diurus oleh pembuluh darah tersebut mati (Junaidi, 2011).
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak
mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Aliran darah yang terhenti membuat
suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga terhenti, sehingga sebagian
otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Junaidi, 2011).

B. Klasifikasi
Menurut Roveny (2015), Stroke diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik
terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis,
yaitu:
- Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam
jaringan otak.
- Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan
lapisan jaringan yang menutupi otak).
b. Stroke iskemik atau stroke non-hemoragik ini dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
- Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang
membuat penggumpalan.
- Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan
darah.
- Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke
seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut
jantung.

Gambar 2.1 hemoragik Stroke dan iskemik Stroke

2. Berdasarkan waktu terjadinya


a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
c. Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
d. Completed stroke

3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler


a. Sistem karotis
- Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
- Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
- Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral,
amaurosis fugaks
- Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
b. Sistem vertebrobasiler
- Motorik : hemiparese alternans, disartria
- Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
- Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
C. Etiologi
Menurut Misbach (2011), etiologi stroke terdiri atas :
1. Trombus
- Aterosklerosis dalam arteri intrakranial dan intrakranial.
- Keadaan yang berkaitan dengan perdarahan intraserebral.
- Artritis yang disebabkan oleh penyakit kolagen (autoimun)
atau artritis bakteri.
- Hiperkoagulasi
- Seperti policythemia.
- Trombosis vena serebral.
2. Emboli
- Kerusakan katub karena penyakit jantung rematik.
- Infark miokardial.
- Fibrilasi arteri.
- Endokarditis bakteri dan endokarditis nonbakteri yang dapat
menyebabkan bekuan pada endokardium.
3. Perdarahan
- Perdarahan intraserebral karena hipertensi.
- Perdarahan subaraknoid.
- Ruptur anurisma.
- Arteri venous malformation
- Hipokoagulasi (pada klien dengan blood dyscrasias).

D. Patologi Stroke Infark


Stroke infark terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.
Aliran darah ke otak normalnya adalah 58 mL/100 gram jaringan otak
per menit, jika turun hingga 18 mL/100 gram jaringan otak per menit,
aktivitas listrik neuron akan terhenti meskipun struktur sel masih baik,
sehingga gejala klinis masih reversibel. Jika aliran darah ke otak turun
sampai <10 mL/100 gram jaringan otak per menit, akan terjadi
rangkaian perubahan biokimiawi sel dan membran yang ireversibel
membentuk daerah infark (Koni, 2009).
E. Patofisiologi
Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di
batang otak terjadi karena kawasan perdarahan suatu arteri tidak/kurang
mendapat jatah darah lagi. Jatah darah tidak disampaikan ke daerah
tersebut. Lesia yang terjadi dinamakan infark iskemik jika arteri
tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Menurut Misbach
(2011), Stroke dapat dibagi dalam :

1. Stroke iskemik / Non Hemorogik


Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh
thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena
berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah,
sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus
menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi
kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut
menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan
komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan
komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan tingkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan
herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat
menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan
pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak
ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
F. Faktor-Faktor Penyebab

Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke,


tetapi pada awalnya adalah dari pengerasan arteri atau yang disebut
juga sebagai arteriosklerosis. Karena arteriosklerosis merupakan
gaya hidup modern yang penuh stress, pola makan tinggi lemak, dan
kurang berolahraga. Ketiganya sebenarnya tergolong dalam faktor
risiko yang dapat dikendalikan. Selain itu, ada pula faktor-faktor lain
yang tidak dapat dikendalikan (Corwin, 2009).

G. Faktor Risiko Tidak Terkendali


Menurut Corwin (2009), ada 4 faktor risiko tidak terkendali
diantaranya yaitu :
1. Usia
Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah
berusia 55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu
sepuluh tahun. Dua pertiga dari semua serangan stroke terjadi
pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti
bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena stroke
dapat menyerang semua kelompok umur .
2. Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi
penelitian menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang
meninggal karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi
daripada wanita, tetapi serangan stroke pada pria terjadi di usia
lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih
tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke,
pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga
kemungkinan meninggal lebih besar.
3. Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga
Nampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor genetik
yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh
darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat
mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah
(cadasil) mungkin merupakan faktor genetik yang paling
berpengaruh dibandingkan faktor risiko stroke yang lain.
4. Ras dan etnik

H. Faktor Risiko Terkendali


Menurut Corwin (2009), ada 9 faktor risiko terkendali diantaranya
yaitu :
1. Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama
yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri.
Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat hingga
enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan
sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita
hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah
di atas 140—90 tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh
karena dampak hipertensi pada keseluruhan risiko stroke
menurun seiring dengan pertambahan umur, pada orang lanjut
usia, faktor-faktor lain di luar hipertensi berperan lebih besar
terhadap risiko stroke. Pada orang yang tidak menderita
hipertensi, risiko stroke meningkat terus hingga usia 90,
menyamai risiko stroke pada orang yang menderita hipertensi.
Sejumlah penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi
dapat mengurangi risiko stroke sebesar 38 persen dan
pengurangan angka kematian karena stroke sebesar 40 persen.
2. Penyakit Jantung
Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit
jantung, terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni
penyakit jantung dengan denyut jantung yang tidak teratur di
bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat
kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini
menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara
insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalan-
gumpalan inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan
menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas 80 tahun,
atrial fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu
di antara empat kasus stroke. Faktor lain dapat terjadi pada
pelaksanaan operasi jantung yang berupaya memperbaiki cacat
bentuk jantung atau penyakit jantung. Tanpa diduga, plak dapat
terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu hanyut
mengikuti aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian
menyebabkan stroke.
3. Diabetes
Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke
dan mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu,
risiko tersebut akan menurun. Namun, ada faktor penyebab lain
yang dapat memperbesar risiko stroke karena sekitar 40 persen
penderita diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi.
4. Kadar kolesterol darah
Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan
kolesterol seperti daging, telur, dan produk susu dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh dan berpengaruh
pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh. Kadar
kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas
240 mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada
risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Memperbaiki tingkat
kolesterol dengan menu makan yang sehat dan olahraga yang
teratur dapat menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke. Dalam
kasus tertentu, dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan
kolesterol.
5. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling
mudah diubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar
dibandingkan perokok ringan. Merokok hampir melipatgandakan
risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor risiko yang lain, dan
dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik hingga
3,5 persen. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke,
yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia
tengah baya atau lebih tua. Sesungguhnya, risiko stroke menurun
dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat jelas
dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perlu
diketahui bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor
penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang
timbulnya aterosklerosis. Pada pasien perokok, kerusakan yang
diakibatkan stroke jauh lebih parah karena dinding bagian dalam
(endothelial) pada sistem pembuluh darah otak (serebrovaskular)
biasanya sudah menjadi lemah. Ini menyebabkan kerusakan yang
lebih besar lagi pada otak sebagai akibat bila terjadi stroke tahap
kedua.
6. Alkohol berlebih
Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan
tekanan darah sehingga memperbesar risiko stroke, baik yang
iskemik maupun hemoragik. Tetapi, konsumsi alkohol yang tidak
berlebihan dapat mengurangi daya penggumpalan platelet dalam
darah, seperti halnya asnirin. Dengan demikian, konsumsi
alkohol yang cukup justru dianggap dapat melindungi tubuh dari
bahaya stroke iskemik. Pada edisi 18 November, 2000 dari The
New England Journal of Medicine, dilaporkan bahwa Physicians
Health Study memantau 22.000 pria yang selama rata-rata 12
tahun mengkonsumsi alkohol satu kali sehari. Ternyata, hasilnya
menunjukkan adanya penurunan risiko stroke secara menyeluruh.
Klaus Berger M.D. dari Brigham and Women’s Hospital di
Boston beserta rekan-rekan juga menemukan bahwa manfaat ini
masih terlihat pada konsumsi seminggu satu minuman.
Walaupun demikian, disiplin menggunakan manfaat alkohol
dalam konsumsi cukup sulit dikendalikan dan efek samping
alkohol justru lebih berbahaya. Lagipula, penelitian lain
menyimpulkan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan dapat
mempengaruhi jumlah platelet sehingga mempengaruhi
kekentalan dan penggumpalan darah, yang menjurus ke
pendarahan di otak serta memperbesar risiko stroke iskemik.

7. Obat-obatan terlarang
Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan senyawa
olahannya dapat menyebabkan stroke, di samping memicu faktor
risiko yang lain seperti hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit
pembuluh darah. Kokain juga meyebabkan gangguan denyut
jantung (arrythmias) atau denyut jantung jadi lebih cepat.
Masing-masing menyebabkan pembentukan gumpalan darah.
Marijuana mengurangi tekanan darah dan bila berinteraksi
dengan faktor risiko lain, seperti hipertensi dan merokok, akan
menyebabkan tekanan darah naik turun dengan cepat. Keadaan
ini pun punya potensi merusak pembuluh darah.

8. Cedera kepala dan leher


Cedera pada kepala atau cedera otak traumatik dapat
menyebabkan pendarahan di dalam otak dan menyebabkan
kerusakan yang sama seperti pada stroke hemoragik. Cedera
pada leher, bila terkait dengan robeknya tulang punggung atau
pembuluh karotid akibat peregangan atau pemutaran leher secara
berlebihan atau adanya tekanan pada pembuluh merupakan
penyebab stroke yang cukup berperan, terutama pada orang
dewasa usia muda.
9. Infeksi
Infeksi virus maupun bakteri dapat bergabung dengan faktor
risiko lain dan membentuk risiko terjadinya stroke. Secara alami,
sistem kekebalan tubuh biasanya melakukan perlawananan
terhadap infeksi dalam bentuk meningkatkan peradangan dan
sifat penangkalan infeksi pada darah. Sayangnya, reaksi
kekebalan ini juga meningkatkan faktor penggumpalan dalam
darah yang memicu risiko stroke embolik-iskemik.

I. Gejala dan tanda stroke


Menurut Junaidi (2011), berikut ini adalah gejala dan
tanda-tanda stroke yang lebih menditail :
- Adanya serang defisit neurologist fokal, berupa kelemahan atau
kelumpuhan lengan atau tungkai, atau salah satu sisi tubuh.
- Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan,
tungkai, atau salah satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah,
terasa kesemutan, terasa seperti terkena cabai, rasa terbakar.
- Mulut, lidah mencong bila diluruskan.
- Gangguan menelan seperti sulit menelan, minum suka tersedak.
- Bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang diucapkan
tidak sesuai dengan keinginan, pelo, sengal, bicara ngaco,
kata-katanya tidak dapat difahami (afasia). Bicara tidak
lancar, hanya sepatah-sepatah kata yang terucap.
- Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
- Tidak memahami pembicaraan orang lain
- Tidak mampu membaca dan menulis, dan tidak memahami
tulisan
- Tidak dapat berhitung, kepadaian menurun
- Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
- Hilangnya kendali terhadap kandung kemih seperti kencing
yang tidak disadari
- Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil Menjadi pelupa
(dimensia)
- Vertigo (pusing, puyeng), atau perasan berputar yang menetap
saat tidak beraktivitas
- Awal terjadinya penyakit (onset), mendadak, dan biasanya
terjadi pada saat beristirahat atau bagun tidur
- Hilangnya penglihatan berupa penglihatan yang terganggu
sebagian lapang pandangan tidak terlihat, gangguan pandangan
tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau ganda sesaat.
- Kelopak mata sulit dibuka atau dalam keadaan terjatuh
- Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran berupa tuli satu
telinga atau pendengaran kurang.
- Menjadi lebih sensitif seperti mudah menagis atau tertawa
- Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur
- Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terorganisasi
dengan baik, sempoyongan, atau terjatuh
- Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri (koma)

J. Penatalaksanaan
1. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat
Darurat dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-
pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas.
Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan
kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin
dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektro-
kardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah
trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia
darah (termasuk elek-trolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas
darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah
memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan
penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang (Muttaqin, 2012).

2. Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor
etiologik maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik,
okupasi, wicara dan psikologis serta telaah sosial untuk
membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada
keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap
pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat
dilakukan keluarga (Muttaqin, 2012).

3. Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah
laku, menelan, terapi wicara, dan bladder training (termasuk
terapi fisik). Meng-ingat perjalanan penyakit yang panjang, di-
butuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah
sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami
dan melaksanakan program preventif primer dan sekunder
(Wilkinson, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.


Junaidi. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: ANDI.
Koni, Endang. 2009. Mengenal dan Mencegah Penyakit Jantung, Kanker
dan Stroke. Yogyakarta: Kirana Publisher.
Misbach. 2011. Stroke : Aspek Diagnosis, Patofisiologo, Manajemen.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Roveny. 2015. Antikoagulan Untuk Stroke Iskemik Kardioemboli. Jakarta:
IAI Continuing Professional Development.
Wilkinson, Judith. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai