Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus

TB MDR pada Anak

Disusun oleh:
dr. Alfa Rezi Ramadhan

Pembimbing:
dr. Yuni Astuti

PUSKESMAS KECAMATAN CIRACAS


JAKARTA TIMUR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan berkah sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “TB MDR pada anak”.
Adapun penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam
menjalani program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Kecamatan Ciracas. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Yuni Astuti selaku dokter
pembimbing dalam penulisan laporan kasus ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan, baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya dari laporan ini.
Dengan demikian, penulis mengharapkan saran dan kritik pembaca, sehingga penulis
dapat memperbaiki laporan kasus ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat memberikan
manfaat yang dapat diterapkan bagi pembaca.

Jakarta, Juli 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis dan telah ada sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Kuman
TB paru dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena
adalah organ paru (90%). Mycobacterium Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga
penduduk di dunia dan untuk itu pada tahun 1993 World Health Organisation (WHO)
mencanangkan kedaruratan global penyakit TB karena pada sebagian besar negara di
dunia, pada pasien yang menderita TB paru harus melakukan pengobatan penyakit TB
yang memerlukan jangka waktu yang lama dan rutin yaitu 6 – 9 bulan.1
Menurut WHO setiap tahun di dunia diperkirakan terdapat 8.7 juta kasus TB paru
dan 1.7 juta kematian akibat TB paru. Bila tidak diupayakan pengendalian yang 25 tahun
kemudian diperkirakan angka kematian akan mencapai 40 juta orang per tahun.4
Penderita TB paru meningkat setiap tahunnya oleh karena setiap satu penderita TB paru
dengan sputum mengandung Bakteri Tahan Asam (BTA) positif akan menularkan pada
10 – 15 orang setiap tahunnya.8
Bersamaan dengan meningkatnya kasus TB, terjadi pula peningkatan kasus TB
yang resisten terhadap beberapa obat antituberkulosis (OAT) termasuk resistensi terhadap
obat isoniazid (INH) dan rifampisin dengan atau tanpa resistensi obat lain. 6 Multi Drug
Resistant (MDR) TB menjadi masalah besar di dalam pengobatan tuberkulosis sekarang
ini. WHO memperkirakan bahwa terdapat 50 juta orang di dunia telah terinfeksi oleh
kuman yang resisten terhadap OAT dan dijumpai 273.000 (3.1 %) dari 8.7 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2000 disebabkan oleh MDR-TB.8 Berdasarkan data WHO,
Indonesia berada pada peringkat ke-8 dari 27 negara dengan kasus TB-MDR terbanyak
di dunia.3
Resistensi terhadap obat antituberkulosis (OAT), khususnya resistensi ganda
OAT atau Multi Drug Resistant (MDR) TB merupakan tantangan penting dalam program
pengendalian TB dan merupakan masalah kesehatan utama di beberapa negara.
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk
menyembuhkan pasien dan menghindari TB MDR. Bila Pasien tidak mematuhi
pengobatan yang adekuat, maka secara teoritis dianggap berperan menyebabkan wabah

3
TB-MDR. Besarnya angka ketidakpatuhan berobat pasien TB akan mengakibatkan
tingginya angka kegagalan pengobatan dan menyebabkan semakin banyak ditemukan
penderita TB paru dengan BTA yang resisten dengan pengobatan standar.2
Kasus resistensi merupakan kasus yang sedang menjadi tantangan dalam
perogram penanggulangan TB. Pencegahan meningkatnya kasus TB yang resistensi obat
menjadi prioritas penting. Prevalensi resistensi OAT diantara pasien yang baru
terdiagnosa merupakan indikator yang sangat penting dalam program pengendalian TB.
Prevalensi resisten diantara orang yang belum pernah diobati merefleksikan gambaran
program selama periode yang panjang dan mengindikasikan tingkat penularan di dalam
masyarakat. Pasien yang menjalani pengobatan kembali merupakan kelompok heterogen
yang terdiri dari pasien kronik yang merupakan kasus gagal pengobatan, kasus relaps,
dan pasien yang kembali setelah putus berobat. Kasus kronik dan pengobatan yang gagal
memiliki risiko yang lebih besar mendapatkan resistensi dan MDR-TB.7

4
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. RK
Umur : 0 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cibubur RT 12/03, Jakarta Timur
Pekerjaan : Belum Bekerja
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
HP/ Telp :-
Nomor RM : 4998/16
Tanggal Periksa : 19 Juli 2019

Anamnesis
- Keluhan Utama :
Demam sejak 6 hari yang lalu.
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang diantar oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan demam sejak 6
hari. Demam dirasakan naik turun. Demam terutama saat sore menjelang malam hari.
Dan biasanya tidak demam pada pagi dan siang hari. Terdapat keluhan tambahan
pusing,mual, batuk dan pilek. Batuk dan pilek sudah 6 hari dan awal muncul bersamaan
dengan demam.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
- Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), asma (-), diabetes melitus (-)

- Riwayat Kehamilan dan Perkembangan


Pasien dikandung cukup bulan dan sesuai masa kehamilan. Ibu pasien
memeriksakan kehamilannya secara teratur selama hamil. Ibu pasien tidak memiliki
keluhan yang berarti.

5
Pasien dilahirkan di klinik di Bantu oleh dokter. Lahir spontan, langsung
menangis, pergerakan aktif dan tidak ada cacat fisik maupun trauma lahir.

Berat badan lahir 3600 gr

Panjang badan lahir 51 cm.

Kesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik.

- Riwayat Imunisasi
Lengkap sesuai usia

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Berat badan : 24 kg
Tinggi badan : 100 cm
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6

Tanda vital
Tekanan darah : Tidak diukur
Frekuensi nadi : 82 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu badan : 39oC

Kepala dan leher


Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran
KGB.

Toraks
Cor : BJ I dan BJ II normal reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : BND vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)

Abdomen
Tidak teraba massa. Terdapat nyeri tekan epigastrium.

6
Ekstremitas
Akral hangat, edem (-/-), parese (-/-)

Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 15 Agustus 2018 :
Pemeriksaan Hasil

Hemoglobin 12,1 g/dL

Leukosit 8.645/uL

Eritrosit 4,6 juta/uL

Hematokrit 42 Vol%

Trombosit 289.000/uL

Widal :
- S Thypi O : 1/320
- S Parathypi B-O : 1/160
- S Parathypi B-H : 1/80

Diagnosis
Demam Thypoid dengan Ispa

Diagnosis Banding
Demam berdarah dengue
Demam dengue

Medikamentosa :

Amoxycilin Syrup 3x2 cth (Seharusnya 2,5 cth)


Paracetamol sirup 3x1 cth
Antasida doen 3x½ cth
GG dan Ctm puyer untuk batuk dan pilek
7
Edukasi :

1. Istirahat total
2. Makanan bergizi dan mudah dicerna
3. Antibiotik diminum sampai 2 minggu, jika obat habis control untuk
mendapatkan antibiotic lanjutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinik
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan Diagnosis
Penatalaksanaan
Komplikasi
Prognosis

BAB IV
ANALISA KASUS

8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai