TAHUN 2019
Proposal Penelitian
Oleh:
ASRUL
NIM: 70600116023
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
pendidikan dokter pada fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN Alauddin
Makassar.
bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan
hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari
semua pihak.
ASRUL
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
iii
4. Frekuensi Sakit .......................................................................... 15
5. Pengetahuan Ibu ........................................................................ 17
6. BBLR ........................................................................................ 17
7. ASI ............................................................................................ 18
C. Kerangka Konsep ............................................................................. 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat (Fitri, 2014). Nutrisi yang memadai sangat penting pada anak usia dini
untuk memastikan pertumbuhan yang sehat, pembentukan dan fungsi organ yang
tepat, membentuk sistem imunitas tubuh yang kuat, perkembangan neurologis dan
masalah gizi ialah bayi dan balita karena memerlukan nutrisi tambahan untuk
gangguan fungsi pada tubuh. Secara umum malnutrisi terbagi atas dua bagian
yaitu undernutrition dan overnutrition. Undernutrition atau yang biasa kita kenal
dengan istilah (Gizi Buruk) terdiri dari marasmus, kwashiorkor, serta marasmus-
yang terjadi pada tahap awal kehidupan dapat meningkatkan risiko infeksi,
penyerapan, dan penggunaan makanan. Status gizi pada balita dapat berpengaruh
terhadap beberapa aspek. Gizi kurang pada balita, membawa dampak negatif
kognitif yang berakibat pada menurunnya prestasi belajar dan keterampilan sosial.
1
2
risiko terserang penyakit atau cacat dan bahkan kematian (Anice, 2018). Gizi
buruk merupakan suatu kondisi seseorang mengalami kekurangan zat gizi yang
diakibatkan oleh rendahnya asupan protein dan energi, yang biasa dikenal sebagai
istilah severely underweight yaitu anak dengan indeks berat badan menurut umur
dimana terjadi kekurangan protein dalam jumlah yang besar, dan marasmus-
Menurut data dari WHO angka kejadian kekurangan gizi pada anak balita tahun
2014 sebanyak 50 juta anak dan gizi buruk sebanyak 16 juta anak (WHO, 2015).
Sedangkan, di Indonesia terjadi peningkatan angka kejadian gizi kurang dan gizi
buruk dari tahun 2010 sebesar 17,9%, dan 4,9% menjadi 19,6%, dan 5,7% pada
tahun 2013. Wilayah Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah dengan
peringkat 10 tertinggi untuk prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita
yaitu 25,6%, dan 6,6% (Depkes RI, 2014). Dan hasil pemetaan yang dilakukan
tersebut selalu diiringi dengan latar belakang lain yang lebih kompleks seperti
kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kondisi lingkungan, dan pola asuh
Faktor pemberian air susu ibu (ASI), riwayat kelahiran premature, dan
BBLR merupakan faktor risiko terbesar (Kurnia, 2017). Hal ini sesuai dengan
antara riwayat penyakit infeksi, riwayat ASI eksklusif, IMD terhadap kejadian
dapatkan faktor risiko yang paling berperan adalah frekuensi sakit balita,
berisiko 14 kali lebih besar mengalami gizi kurang. Rendahnya konsumsi protein,
jarak kelahiran, usia ibu, pengetahuan orang tua, dan peran dari anggota keluarga
dapat menjadi faktor risiko terjadinya gizi kurang dan gizi buruk (Lilis, Nurdin, &
Hermiyanti, 2017).
pemberian gizi dan nutrisi yang baik, pemberian gizi dan nutrisi yang baik
Terjemahnya:
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu,
dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyb ebabkan
kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-
Ku, maka sesungguhnya binasalah ia”.
Gizi buruk merupakan masalah yang kompleks dan penyebab gizi buruk
pada balita mempunyai peranan yang bervariasi, sehingga peneliti tertarik untuk
TAHUN 2019”.
B. Rumusan Masalah
Apakah status sosial ekonomi, pendidikan ibu, Frekuensi Sakit, ASI, Berat
Badan Lahir Rendah, dan pengetahuan ibu merupakan faktor risiko terjadinya
kasus gizi buruk pada balita di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar tahun
2019?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
kota makassar
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Keilmuan
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Pemerintah
TINJAUAN PUSTAKA
2016). Hal ini merupakan suatu bentuk terparah dari proses terjadinya
Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur
(BB/U) < -3 SD (Pudjiadi S,2015) Keadaan balita dengan gizi buruk sering
a. Pengukuran klinis : metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita
tersebut gizi buruk atau tidak. Metode ini pada dasarnya didasari oleh
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, rambut, atau mata
(Paryanto E,2017). Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput
pengukuran antara lain pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar
lengan atas. Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam survei gizi.
Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB
6
7
atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk
1) Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
2) Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.
Panjang Badan:
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus,
a. Marasmus
ditemukan pada balita (Kliegman R, 2017) Ini adalah hasil akhir dari keparahan
8
gizi buruk. Gejala marasmus termasuk anak kurus, rambut tipis dan jarang, kulit
keriput yang disebabkan oleh berkurangnya lemak di bawah kulit, wajah seperti
orang tua (keriput), balita yang cengeng dan cerewet bahkan setelah makan, pantat
Pada awalnya patologi marasmus, pertumbuhan yang buruk dan atrofi otot
hanya untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi juga untuk sistem glukosa
b. Kwashiorkor
asupan karbohidrat normal atau tinggi dan asupan protein yang tidak memadai. Ini
dengan edema ringan dan parah, gejala gastrointestinal, kulit kepala rambut
kulit yang lebih dalam dan lebih luas, hiperpigmentasi dan kulit persik sering,
pembesaran hati, anemia ringan, dalam biopsi hati ditemukan lemak (Depkes,
2012).
hati dan edema. Pada pasien dengan kekurangan protein, tidak ada proses
dengan kalori yang cukup dalam asupan makanan. Kekurangan protein dalam
9
menyebabkan produksi insulin meningkat dan sebagian asam amino dari serum
oleh hati disebabkan oleh pengurangan asam amino dalam serum yang kemudian
c. Marasmiks-Kwashiorkor
beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan Berat Badan
(BB) menurut umur (U) < 60% baku median WHO-NCHS yang disertai oedema
dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang
terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka
jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua
organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah
saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan
hormonal. Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang
disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala
yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah
khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat
resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali
saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering
tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi
melalui konseling gizi, secara umum definisi konseling adalah suatu proses
komunikasi interpersonal/ dua arah antara konselor dan klien untuk membantu
klien mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah
gizi yang dihadapi. Tujuan konseling adalah membantu klien dalam upaya
teratasi. Perilaku yang diubah meliputi ranah pengetahuan, ranah sikap, dan
1. Asupan makanan
tidak cukup atau salah mendapatkan makanan bergizi seimbang, dan pola
makan yang salah (Pudjiadi S, 2015). Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh
balita adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
adalah 15% dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan
kalori yang tetap setiap hari sekitar 500 kalori menyebabkan kenaikan berat
badan 500 gram dalam seminggu (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK
misalnya pada kelompok usia 1-2 tahun, masih perlu menyediakan beras tim
meskipun tidak perlu disaring. Ini karena pertumbuhan gigi susu sudah lengkap
ketika usianya 2-2,5 tahun. Kemudian pada usia 3-5 tahun anak-anak dapat
memilih makanan mereka sendiri sehingga asupan makanan harus diatur sebaik
mungkin. Memilih makanan yang tepat untuk balita harus menentukan jumlah
menentukan jenis makanan yang akan diproses sesuai dengan hidangan yang
2017).
Sebagian besar balita dengan gizi buruk memiliki pola makan yang
kurang beragam. Kurangnya pola makan yang beragam berarti bahwa balita
yaitu lauk pauk dan zat pengatur, yaitu sayuran dan buah-buahan (Soekirman,
protein (OR 2.364) dan energi (OR 1.351) untuk balita adalah faktor risiko
diperintahkan untuk memilih makanan yang akan di konsumsinya baik itu dari sisi
َ ض َح ََل اًل
ط ِّيباا َو ًَل تَت َّ ِّبعُوا ِّ اس ُكلُوا ِّم َّما ِّفي أاْل َ أر ُ ََّيا أَيُّ َها الن
عد ٌُّو ُم ِّبينَ ان ۚ إِّنَّهُ لَ ُك أم َ ش أي
ِّ ط َّ ط َوات ال ُ ُخ
Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
manusia untuk memilih dan memilah makanan yang hendak dikonsumsi, yaitu
merupakan unsur terpenting yang wajib diperhatikan oleh umat Islam terutama
tidak berbahaya bagi tubuh. Maka dalam hal ini dijelaskan bahwasanya
makanan yang halal adalah lawan dari makanan yang haram. Sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an seperti, daging babi, darah, makanan
yang tidak disembelih, yang disembelih untuk berhala dan lain sebagainya.
maka makanan tersebut halal untuk dimakan. Selain itu, manusia juga harus
memperhatikan kualitas yang ada pada makanan tersebut, seperti daging yang
13
suatu konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi keluarga dilihat dari
keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut.
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial
tersebut. Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang
Ibu yang bekerja mempunyai batasan yaitu ibu yang melakukan aktivitas
ekonomi yang mencari penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang
dilakukan secara reguler di luar rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu
Pekerjaan tetap ibu yang mengharuskan ibu meninggalkan anaknya dari pagi
mestinya (Depkes,2012).
dibagi menjadi pekerjaan yang berstatus tinggi yaitu antara lain tenaga
14
administrasi tata usaha, tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin, dan
pekerjaan yang berstatus rendah antara lain petani dan operator alat angkut.
makanan dan nilai makanan adalah hal biasa di setiap negara di dunia.
suasana dan proses belajar sehingga siswa secara aktif mengembangkan potensi
dasar adalah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama atau bentuk-bentuk
menengah yang terdiri dari program diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
4. Frekuensi sakit
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan
a. Diare persisten
dengan diare akut atau berdarah (disentri), kejadian ini sering dikaitkan
dengan penurunan berat badan dan infeksi non-usus. Diare persisten tidak
termasuk diare kronis atau diare berulang seperti penyakit sariawan, enteropati
b. Tuberkulosis
16
tuberculosis, yang merupakan kuman aerob yang dapat hidup teruama di paru-
paru atau di berbagai organ hidup lainnya yang memiliki tekanan parsial
oksigen tinggi. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, oleh karena itu
penularan terjadi pada malam hari. Tuberkulosis dapat terjadi pada semua
c. HIV AIDS
ketika sistem tidak dapat lagi menjalankan fungsinya untuk memerangi infeksi
penting tubuh. Ada hubungan timbal balik antara kejadian penyakit dan
gizi dan kekurangan gizi akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga
rentan terhadap penyakit. Di sisi lain anak-anak yang menderita penyakit akan
perbedaan yang signifikan dalam penyakit antara KEP bayi dan balita yang
5. Pengetahuan ibu
iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan oleh
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram terlepas dari periode kehamilan sedangkan berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah kelahiran (Kosim,
prematur. Bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu pada
umumnya disebabkan oleh tidak memiliki rahim yang dapat menahan janin,
gangguan selama kehamilan, dan pelepasan plasenta lebih awal dari waktu.
Bayi prematur memiliki organ dan organ yang tidak berfungsi secara normal
untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga semakin muda usia kehamilan,
fungsi organ menjadi kurang berfungsi dan prognosisnya juga kurang baik.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga bisa disebabkan oleh bayi
kecil yang dilahirkan untuk hamil, yaitu bayi yang mengalami retardasi
pertumbuhan saat dalam kandungan. Ini disebabkan oleh kondisi ibu atau gizi
buruk. Kondisi bayi kecil ini sangat tergantung pada usia kehamilan saat lahir.
18
anak adalah faktor utama yang disebabkan oleh BBLR (Chairul RN, 2013).
Malnutrisi dapat terjadi jika BBLR bersifat jangka panjang. Pada BBLR zat
makan sehingga asupan makanan yang masuk ke tubuh menurun dan dapat
7. ASI
bayinya hingga enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI
eksklusif dalam waktu kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan oleh
formula, makanan padat, atau campuran ASI dan susu formula (Kliegman R,
2017).
adalah makanan terbaik untuk bayi hingga enam bulan, dan disempurnakan
hingga usia dua tahun. Menyusui bayi sangat bermanfaat, antara lain karena
hubungan psikologis yang erat antara bayi dan ibu yang penting dalam
nutrisi yang diberikan selalu segar dengan suhu optimal dan mengandung
19
mengandung antibodi atau zat imun yang akan melindungi bayi dari infeksi.
Ini menyebabkan balita yang disusui, tidak mudah terserang penyakit dan
dapat berperan langsung dalam status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan
dengan sistem pencernaan bayi sehingga nutrisi diserap dengan cepat. Berbeda
dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan sejak dini pada
bayi. Susu formula sangat sulit diserap usus. Pada akhirnya, bayi mengalami
kesulitan buang air besar. Jika pembuatan susu formula tidak steril, bayi akan
C. Kerangka Konsep
sebagai berikut:
Pendidikan Ibu
ASI Ekslusif
Tingkat Pengetahuan
ibu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
suatu cara penelitian yang dilakukan terhadap objek yang cukup banyak dalam
studi Cross sectional yaitu memperoleh data-data pada saat penelitian dilakukan.
1. Populasi Penelitian
dan jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah anak balita yang tinggal
eksklusi
A. Kriteria Inklusi
21
22
standar pengukuran
B. Kriteria Eksklusi
slovin:
N= 1 + n (d2)
Keterangan:
% (d=0,1)
dengan perhitungan:
N = 1 + n (0,12)
235
= 1 + 235 (0,12)
23
235
= 1 + 235 (0,01)
235
= 1 + 2,35
235
= 3,35
N= 70
konsumsi makanan, riwayat berat badan lahir, faktor orang tua, frekuensi
melalui wawancara.
kurang dan gizi buruk pada anak balita di wilayah Kecamatan Tamalanrea,
F. Instrumen Penelitian
1. Analisis data
frekuensi program Microsoft Excel. Data yang telah diolah akan disajikan
2. Pengolahan data
a. Editing
terjamin.
b. Coding
c. Entry
d. Cleaning
e. Tabulating
26
H. Etika Penelitian
dengan harapan tidak adanya pihak yang merasa dirugikan atas penelitian
yang dilakukan.
kota Makassar.
sebelumnya
27
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim.
Abu A.Ilmu Sosial Dasar.Jakarta:Rineka Cipta;2007.
Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2016.
Anwar K,Juffrie M,Julia M.Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk di Kabupaten
Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat.Jurnal Gizi Klinik
Indonesia .2015.
Baculu Eka PH, Juffrie M, Helmyanti Siti. Faktor risiko gizi buruk pada balita di
Kabupaten) Donggala, Sulawesi Tengah. Jurnal Gizi dan Dietetik
Indonesia. 2015;3(1). Chairul RN.Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED).Jakarta.:EGC;2013.
Departemen Kesehatan RI.Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta:
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI;2012.
Departemen Kesehatan RI.Analisis Situasi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta:Depkes
RI;2014.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan kasus angka kejadian gizi
kurang dan gizi buruk pada anak balita di Indonesia. Indonesia 2014.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Laporan kasus angka kejadian gizi
kurang dan gizi buruk pada anak balita di Kota Makassar. Makassar,
2014.
George Anice, Ansuya, Mundkur Suneel C. Risk factors for malnutrition
among preschool children in rural Kamakata: a case control study.
BMC Public Health. 2018;18: 283.
Hidayat AAA.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan,Jakarta:Salemba Medika;2018.
Kementerian Kesehatan RI. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak.Jakarta: Direktorat Bina Gizi; 2011.
Kosim, Sholeh M.Buku Ajar Neonatologi Edisi I.Jakarta: Badan Penerbit
IDAI;2018.
Kliegman R.Nelson Textbook of Pediatrics. USA: Saunders Elsevier;2017.
Kurnia Febry BA, Dewi,Astuti Puji. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan.
Yogyakarta:Graha Ilmu. 2012.
Manjunath Renuka, K Jagadish, Kulkarni Praveen. Malnutrition among under-five
children of Kadukuruba Tribe: Need to Reach the Unreached. Journal of
Clinical & Diagnostic Research. 2014; 8(7): JC01-JC04.
Fauziah Lilis, Rahman Nurdin,Hermiyanti. Faktor risiko kejadian gizi kurang
pada balita usia 24-59 Bulan di Kelurahan Taipa Kota Palu. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako. 2017.
28