Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH INTEGRASI KEISLAMAN BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

Oleh:

Asrul
NIM: 70600116023

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua bahwa dengan segala

keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah pada blok

kedokteran komunitas dengan judul “Pandangan Islam Mengenai Profesi Kedokteran”dalam

rangka menyelesaikan tugas pada mata kuliah blok kedokteran komunitas.

Makalah ini berisikan tentang pandangan Islam terhadap profesi dokter dalam suatu

komunitas. Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi

untuk membuat makalah yang lebih sempurna.

Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah

ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan hati penulis siap menerima

kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari semua pihak.

Makassar, 19 November 2019

Asrul

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

PEMBAHASAN 4

Konsep Dokter Muslim 4

Ide Dokter Muslim 4

Karakteristik Dokter Muslim 4

Sikap dan Sifat Dokter Muslim 5

Pandangan Islam terhadap Pelanggaran Profesi Kedoktran 10

Kesimpulan 17

Daftar Pustaka 18

3
PEMBAHASAN

KONSEP DOKTER MUSLIM

1. IDE DOKTER MUSLIM

Ilmu kedokteran saat sekarang ini berkembang,umumnya bersifat universal


karena itu,bagi kaum Muslimin perlu menyeleksinya,dipilih hanya yang sesuai dengan
kaidah dan norma Islam.

Meski dalam praktiknya dan di kaitkan dengan asal sistem atau metoda
pengobatan yang bersigat universal,tetepi dalam Islam terdapat nilai-nilai yang
berkaitan dengan praktik kedoktern yang dikenal dengan kedokteran Islam.

Jika merujuk pada buku klasik,seperti terdapat dalam buku al-Qanun fi al-Thibb
karya Ibnu Sina,dalam buku tersebut tidak menyinggung soal kedokteran Islam.
Menurut analisis ‘Abdul Hamid,karena masa lalu etika kedokteran tidak dapat
dipasahkan dari ajaran Islam yaitu Al-Qurqn dan sunah Nabi,sehingga kedua sumber itu
senantiasa sebagai pembimbing dalam segala aspek kehidupan manusia termasuk dokter
dan pasiennya

2.KARAKTERISTIK DOKTER MUSLIM

Menurut Ja’far Khadim Yamani,ilmu kedokteran dapat dikatakan Islami,apabila


terpenuhi 9 karakteristik,yaitu: Pertama,dokter harus mengobati pasien dengan insan
dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Al-Quran. Kedua,tiding
menggunakan bahan-bahan yang haram. Ketiga,tidak boleh berakibat kecacatan
terhadap pasien,kecuali tidak ada alternatif lain. Keempat,pengobatan tidak berbau
takhayul,khufarat,dan bid’ah. Kelima,hnya dilakukan oleh tenaga medis yang ahli di
biang medis.Keenam,dokter memiliki sifat-sifat terpuji,tidak memiliki rasa
iri,riya,takabur,senang merendahkan orang lain,serta sikap hina lainnya. Ketujuh,harus
berpenampilan rapi dan bersih. Kedelapan,lembaga-lembaga kesehatan bersifat
simpatik.Kesembilan,menjauhkan dan menjaga diri dari pengaruh non-Islamis.

Abu al-Fadl merinci karakteristik dokter Islam atas 3 hal. Pertama,percaya akan
adanya kematian yang tidak terelakkan seperti yang ditegas kan dalan al-Quran dan
hadist Nabi.Untuk menmdukung prinsip ini ia mengutip pernyataan Ibnu Sina yang

4
menyatakan bahwa pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan itu tidak bisa
membantu untuk menghindari kematian maupun membebaskan diri dari penderitaan
lahir. Ia juga tidak memberikan cara-cara untuk memperpanjang usia agar hidup
selamanya. Dengan demikian tidak berarti dokter muslim menentang teknologi
biomedis,misalnya mempertahankan kehidupan dengan memberikan pasien oksigen dari
tabung oksigen untuk pernafasan,Sebab,berupaya mempertahankan hidup seseorang
adalah tugas mulia,siapa yang menyelamatkan hidup seorang manusia ,seolah dia
menyelamatkan seluruh manusia.ini sejalan dengan penegasan ayat al-Quran (Q.s.al-
Maidat 5:32) yang artinya:

“Barang siapa yang membunuh seseorang manusia,bukan karena orang itu


(membunuh)orang lain,atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,maka
seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya.Dan barang siapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia ,maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
di muka bumi”

Kedua,menghormati pasien,diataranya berbicara baik kepada pasientidak


membocorkan rahasia dan perasaan pasien,damn tidak melakukan pelecehan
seksual,itulah sebabnya disarankan pasien didampingi orang ketiga.

Ketiga,pasrah kepada Allah SWT sebgai Dzat penyembuh.tidak berarti


membebaskan dokter dari segala diagnosis dan pengobatan. Dengan kepasrahan
demikian,maka akan menghindari perasaan bersalah jika seala upaya dilakukan
mendapatkan kegagalan.

3.SIKAP DAN SIFAT SEORANG DOKTER MUSLIM

Menurut Dr Zubair Ahmad al-Sibaidan Dr Muhammad ‘Ali al-Bar dalam karyanya


Al-Thabib,Adabuh wa Fiqhuh ada sikap dan sifat seorang dokter muslim yaitu:

a. Berkeyakinan atas Kehormatan Profesi


Bahwa profesi kedokteran adalah profesi yang sangay mulia tapi tergantung pada dua
syarat,yaitu
1. Dilakulan dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan
2. Menjaga akhlak mulia dalam prilaku dan tindakakan sebagai dokter

5
Seorang dokter diberi di beri amanah untuk memelihara kesehatan yang merupakan
karunia dari Allah SWT yang paling berharga bagi manusia,sebagaimana dinyatakan
dalam hadist Nabi:
Nabi bersabda: “Mohonlah kepada Allah kesehatan,sebab tidak ada sesuatu pun yang di
anunerahkan kepada hamba-Nya yang lebih utama dari kesehatan”.(HR Ahmad,al-
Tharmuzi,dan ibn Majah)
Selain itu dokter juga menjadi tumpuan pasien,keluarga,masyarakat,bahkan bangsa.
Mengingat kedudukan profesi kedokteran tersebut,seharusnya dalam menjalankan
profesi tidak hanya berfikir tentang materi tetapi lebih pada pengabdian dan perbaikan
umat. Keyakinan akan kehormatan profesi tersebut merupakan motivator untuk
memelihara akhlak yang baik dalam hubungannya dengan masyarakat.
b. Berusaha menjernihkan jiwa
Kejernihan jiwa akan menntukan kualitas kualitas perbuatan manusiasecara
keseluruhan,jika dokter hatinya jernih maka perbuatannya akan selalu positif,hal ini
sejalan dengan penegasan Rasulullah:
“Ingatlah bahwa tubuh manusia ada segumpal darah yang apabila baik maka seluruhnya
baik,dan apabila buruk maka seluruh tubuh menjadi buruk,ingatlah itu adalah hati.”(HR
al-Bukhari,Muslim,Ahmad,al-Damiri,dan Ibnu Majah)
c. Lebih Mendalami Ilmu yang Dikuasainya
Dalam hadist Nabi disebutkan bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban sepanjang
hayat.Sebagaimana diketahui bahwa ilmu itu dari hari ke hari mengalami
perkembangan. Oleh karena itu, dokter dituntut untung mengupgrade ilmunya . Dalam
ajaran Islam sangat ditekankan dalam mengamalkan sesuatu dilakukan secara
professional dan penuh ketelitian. Nabi bersabda:
“sesungguhnya Allahmenyukai bila seseorang di antara kalian mengerjakan
pekerjaannya dengan teliti”(HR al-Baihaqi)
d. Menggunakan Metoda Ilmiah dalam Berfikir
Bagi dokter muslim diharuskan dalam berfikir menggunakan metoda ilmiah sesuai
dengan kaidah logika ilmiah sebagaimana yang terjabar dalam disiplin ilmu kedokteran
modern. Ajaran Islam menekankan agar berfikir atau merenung terhadap berbagai
sebab,tujuannya agar mendapatkan keyakinan yang benar. Sesuai dengan firman Allah
SWT dalam surat al-Baqarqh ayat 164 yang artinya:

6
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,silih berganti siang dan
malam,bahtera yang berlayar di laut membawa aap yang berguna bagi manusia,dan apa
yang diturunkan Allah dari langit berupa air,lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati(kering)-nya dan Dia sebarkan sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan,damn pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi;Sungguh (terdapat ) tanda-tanda (keesaan dsn kebesaran ALLAH) bagi kaum yang
memikirkan.”(Q.s.al-Baqarah:164)
Juga firman Allah yang artinya:
“Katakanlah :perhatikan apa yang ada di lagit dan di bumi”(Q.s.yunus;101)
e. Memiliki Rasa Cinta Kasih
Rasa cinta kasih adalah rasa yang timbul dari hati yang paling dalam,dia akan
menyinari hati orang lain,alam semesta,dan segala sesuatu. Cahaya itu kemudian
memantul kepada dirinya sendiri dan melimpah kepada kejernihan,kerelaan,dan
kemantapan. Anjuran Nabi :
“Tidaklah seseorang dari kalian sehingga mencintai bagi saudaranya apa yang
disukai untuk dirinya”( HR al-Bukhari,Muslim,Ahmad,al-Damiri,dan Ibnu Majah,al-
Nasai,dan al-Tumudzi)
Jika seseorang telah memiliki rasa cinta kasih,maka ia akan bebuat baik dan
mengenyampingkan perbuatan tercela.
f. Keharusan Bersifat Benar dan Jujur
Benar dan jujur bagi seorang dokter dalam berkomunikasi engan masyarakat adalah
hal yang terpenting agar mendapatkan kepercayaan dri pasien serta masyarakat.Benar
dan jujur adalahsifat yang kompeherensif dan memiliki banyak makna,termasuk
menepati janji dan menyampaikan amanah. Al-Quran sangat menekankan sifat benar
dan adil di dalam surat at-Taubah ayat 119 yang artinya:
“Hai orang-orang beriman,bertakwalah kamu kepada Allah,dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar”
Dan Allah berfirman dalam surat al-Mu’minun ayat 8 yang berisikan memelihara
amanat.
g. Berendah hati(tawadhu’)
Seorang dokter dituntut untuk rendah hati.Sifat yang sering menyebabkan seseorang
dijauhi oleh orang lain adalah sifat sombong dan keangkuhan. Ajaran Islam sangat

7
mengecam perilaku ini Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 23 yang
artinya:“sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”
h. Keadilan dan Kesetimbangan
Dokter adalah orang yang paling banyak berurusan dengan masalah manusia dan
kemanusiaan. Kehidupan seseorang sangat ditentukan oleh kualitas hubungan
bermasyarakat. Dokter dalam Islam sangat dilarang untuk tidak adil dalam hal
pelayanan masyarakat. Allah berfirman dalam surat al-Baqarqh ayat 142 yang artinya:
“Dan demikian (pula)kami telah menjadikan kamu(umat Islam),umat adil dan pilihan
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan Rasul(Muhammad) menjadi
saksi (perbuatan)kamu (Q.s. al-Baqarah;142)
i.Mawas Diri
Mengingat tugas dokter melayani masyarakat dan tanggung jawab menyangkut
nyawa dan keselamatan orang lain. Mereka sering menjadi sasaran tuduhan ,disebabkan
adanya anggapan masyarakat menganggap mereka orang yang paling mengetahui
rahasia kehidupan dan kematian. Jadi dengan sering seorang dokter mawas diri,seorang
dokter muslim menyadari kekurangannya sebagai seorang dokter,dan terhindar dari
segala sifat tercela. Sesuai dengan tuntunan dalam akhlak islam,dokter harus tulus
ikhlas karena Allah,penyantun,peramah,sabar,penyimpan rahasia,dan bertanggung
jawab.
Berbuat ikhlas sangat dituntut dalam Islam sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran
dalam Al-Quran surat al-Isra’;36 yang artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya.Sesungguhnya pendengaran,penglihatan,damb hati,semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabanya(Q.s.al-Isra’;36)
Nabi juga bersabda:
“Setiap kalian adalah pengembala,dan setiap kalian bertanggung jawab atas gembalanya
itu”.
PANDANGAN ISLAM TERHADAP PELANGGARAN PROFESI
KEDOKTERAN
1. Aborsi Menurut Hukum Islam
Abdurrahman Al-Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam
Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau
sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu

8
setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat
akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan
sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagian lagi tidak
memperbolehkan.
Ulama fiqih memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain
Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena
belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan
alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan. Yang mengharamkan aborsi
sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah
dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan
Rektor Universitas Al-Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma
dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada
kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk
baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi
eksistensinya.
Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin
bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan
sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta
Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Hadisah Pada
Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama
Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin, 1990,
Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini,
halaman 77-79).
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan
aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa
peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud
berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

‫ك ُمضْ َغةً ِم ْث َل َذلِكَ ثُ َّم‬ َ ِ‫ط ِن ُأ ِّم ِه َأرْ بَ ِعينَ يَوْ ًما ثُ َّم يَ ُكونُ فِي َذل‬
َ ِ‫ك َعلَقَةً ِم ْث َل َذل‬
َ ِ‫ك ثُ َّم يَ ُكونُ فِي َذل‬ ْ َ‫ِإ َّن َأ َح َد ُك ْم يُجْ َم ُع َخ ْلقُهُ فِي ب‬
ُ َ‫يُرْ َس ُل ْال َمل‬
َ ُّ‫ك فَيَ ْنفُ ُخ فِي ِه الر‬
‫وح‬
“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari
dalam bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian

9
dalam bentuk ‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya.” [HR al-
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan at-Tirmidzi dari ‘Abdullah bin Mas’ud]
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena
berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori
pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i berikut.
Firman Allah SWT:
‫رْ ُزقُ ُك ْم‬ƒƒَ‫ق نَحْ نُ ن‬ ٍ ‫وا َأوْ اَل َد ُك ْم ِم ْن ِإ ْماَل‬ƒƒُ‫انًا َواَل تَ ْقتُل‬ƒ‫ َدي ِْن ِإحْ َس‬ƒِ‫ ْيًئا َوبِ ْال َوال‬ƒ‫قُلْ تَ َعالَوْ ا َأ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم َأاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش‬
‫ ِه لَ َعلَّ ُك ْم‬ƒِ‫ا ُك ْم ب‬ƒ‫ص‬
َّ ‫ق َذلِ ُك ْم َو‬ ْ ƒِ‫ َّر َم هَّللا ُ ِإاَّل ب‬ƒ‫س الَّتِي َح‬
ِّ ‫ال َح‬ƒ َ ‫وا النَّ ْف‬ƒƒُ‫ا بَطَنَ َواَل تَ ْقتُل‬ƒƒ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َم‬ َ ‫وَِإيَّاهُ ْم َواَل تَ ْق َربُوا ْالفَ َوا ِح‬
َ‫تَ ْعقِلُون‬
 “Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu,
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap
kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah
kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu
yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).” (QS al-
An’âm [6]: 15
ْ ‫انَ ِخ‬ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒ‫رْ ُزقُهُ ْم َوِإيَّا ُك ْم ِإ َّن قَ ْتلَهُ ْم َك‬ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒَ‫ق نَحْ نُ ن‬
‫يرًا‬ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒِ‫طًئا َكب‬ ٍ ‫يَةَ ِإ ْماَل‬ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒ‫وا َأوْ اَل َد ُك ْم خَ ْش‬ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒُ‫َواَل تَ ْقتُل‬
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang
akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS al-Isrâ` [17]: 31).
ِ ƒ‫ف فِي ْالقَ ْت‬
َ‫ان‬ƒƒ‫ل ِإنَّهُ َك‬ƒ ْ ‫ َل َم‬ƒِ‫ق َو َم ْن قُت‬
ْ ‫ ِر‬ƒ‫ ْلطَانًا فَاَل ي ُْس‬ƒ‫ا لِ َولِيِّ ِه ُس‬ƒƒَ‫ ْد َج َع ْلن‬ƒَ‫ا فَق‬ƒƒ‫ظلُو ًم‬ ْ ƒِ‫ َّر َم هَّللا ُ ِإاَّل ب‬ƒ‫س الَّتِي َح‬
ِّ ‫ال َح‬ƒ َ ‫وا النَّ ْف‬ƒƒُ‫َواَل تَ ْقتُل‬
‫ورًا‬ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒ‫ص‬ ُ ‫َم ْن‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim,
maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan.” (Qs. Al-Israa` [17]: 33).
ٍ ‫) بَِأيِّ َذ ْن‬8(‫ت‬
ْ َ‫ب قُتِل‬
)٩(‫ت‬ ْ َ‫َوِإ َذا ْال َموْ ُءو َدةُ ُسِئل‬
“Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia
dibunuh.” (QS at-Takwîr [81]: 8-9).

10
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang
bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu
adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di
atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat
Abdul Qadim Zallum (1998) dan Abdurrahman Al-Baghdadi (1998), hukum syara’
yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat
puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan
pembentukan janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan
hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran
kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz) dan
tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam
Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan
Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Abdurrahman Al-
Baghdadi, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman 129 ).
Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau
40 malam atau lebih adalah hadis Nabi s.a.w berikut:
« ‫ا‬ƒƒَ‫ا َو ِعظَا َمه‬ƒƒَ‫ص َرهَا َو ِج ْل َدهَا َولَحْ َمه‬ َ َ‫ق َس ْم َعهَا َوب‬ َ َ‫ث هَّللا ُ ِإلَ ْيهَا َملَ ًكا ف‬
َ َ‫ص َّو َرهَا َو َخل‬ ْ ُّ‫ِإ َذا َم َّر بِالن‬
َ ‫طفَ ِة ثِ ْنتَا ِن َوَأرْ بَعُونَ لَ ْيلَةً بَ َع‬
‫ك َما َشاء‬ َ ُّ‫ضى َرب‬ِ ‫ال يَا َربِّ َأ َذ َك ٌر َأ ْم ُأ ْنثَى فَيَ ْق‬
َ َ‫ ق‬.‫ ثُ َّم‬. . . ».
“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat
pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu
malaikat itu bertanya (kepada Allah),'Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan)
menjadi laki-laki atau perempuan?' Maka Allah kemudian memberi keputusan...” [HR
Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a.].
Dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w bersabda:
“(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam...”
Hadis di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan
anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan
demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang
sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya
(ma'shumuddam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan
terhadapnya.

11
Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter,
diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur
40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah
berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat
bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh
diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadis
shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah s.a.w bersabda:
‫ضى َرسُو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم فِي َجنِي ِن ا ْم َرَأ ٍة ِم ْن بَنِي لِحْ يَانَ َسقَطَ َميِّتًا بِ ُغ َّر ٍة َع ْب ٍد َأوْ َأ َم ٍة‬
َ َ‫ق‬. . .
“Rasulullah s.a.w memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan
Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak
laki-laki atau perempuan...” [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.]
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka
hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam
rahim belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah
(gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri
minimal sebagai manusia.
Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum
dapat disamakan dengan 'azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kehamilan. 'Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki
kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab 'azl merupakan tindakan mengeluarkan
sperma di luar vagina perempuan. Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel
sperma, sebagaimana akan mengakibatkan matinya sel telur, sehingga akan
mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel telur yang tentu tidak akan
menimbulkan kehamilan.
Rasulullah s.a.w telah membolehkan 'azl kepada seorang laki-laki yang bertanya
kepada beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara dia
tidak menginginkan budak perempuannya hamil. Rasulullah s.a.w bersabda kepadanya:
‫ْأ‬
ِ ‫ َوِإ ْن ِشْئتَ فَالَ تَع‬، ْ‫ ِإ ْن ِشْئتَ فَا ْع ِزل‬: ‫ث لَ ُك ْم فَ تُوا َحرْ ثَ ُك ْم َأنَّى ِشْئتُ ْم) قَا َل‬
‫ َوِإ ْن‬، . ْ‫زل‬ƒƒْ ِ َّ‫ع َْن َس ِعي ِد ْب ِن ْال ُم َسي‬
ٌ ْ‫ب (نِ َساُؤ ُك ْم َحر‬

ِ ‫شْئتَ فَالَ تَع‬.


ْ‫ْزل‬ ِ
 “Dari Sa’id bin al-Musayyab (isteri-isterimu adalah lading bagimu, maka
datangilah ladangmu dari menurut kehendakmu), Rasulullah s.a.w. bersabda:

12
Lakukanlah 'azl padanya jika kamu suka, jika kamu (tak) menghendaki jangan kamu
lalukan!” [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud]
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan
janin, ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan
bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan
janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan
mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah
sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT:
َ َّ‫ َل الن‬ƒَ‫ا قَت‬ƒƒ‫ض فَ َكَأنَّ َم‬
‫ا َو َم ْن‬ƒƒ‫اس َج ِمي ًع‬ ِ ْ‫ا ٍد فِي اَأْلر‬ƒ‫س َأوْ فَ َس‬ ٍ ‫ر نَ ْف‬ƒ ِ ƒ‫ك َكتَ ْبنَا َعلَى بَنِي ِإ ْس َراِئي َل َأنَّهُ َم ْن قَت ََل نَ ْفسًا بِ َغ ْي‬ َ ِ‫ِم ْن َأجْ ِل َذل‬
َ‫ْرفُون‬ِ ‫ض لَ ُمس‬ ِ ْ‫ك فِي اَأْلر‬ ِ ‫اس َج ِميعًا َولَقَ ْد َجا َء ْتهُ ْم ُر ُسلُنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
َ ِ‫ت ثُ َّم ِإ َّن َكثِيرًا ِم ْنهُ ْم بَ ْع َد َذل‬ َ َّ‫َأحْ يَاهَا فَ َكَأنَّ َما َأحْ يَا الن‬
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS al-
Mâ’idah [5]: 32).
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan.
Sedangkan Rasulullah s.a.w telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah
s.a.wbersabda:
« ‫ َر ٍام‬ƒƒƒƒƒƒƒ‫دَا َووْ ا بِ َح‬ƒƒƒƒƒƒƒَ‫دَا َووْ ا َوالَ ت‬ƒƒƒƒƒƒƒَ‫ ِّل دَا ٍء َد َوا ًء فَت‬ƒƒƒƒƒƒƒ‫ َل ِل ُك‬ƒƒƒƒƒƒƒ‫ َّد َوا َء َو َج َع‬ƒƒƒƒƒƒƒ‫ َّدا َء َوال‬ƒƒƒƒƒƒƒ‫زَل ال‬ƒƒƒƒƒƒƒ
َ ‫» ِإ َّن هَّللا َ َأ ْن‬.
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan
pula obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram!”
[HR. Ahmad].
Kaedah fikih dalam masalah ini menyebutkan:
‫ب َأخَ فِّ ِه َما‬ َ ‫ا‬ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒ‫ َدتَا ِن رُوْ ِع َي َأ ْعظَ ُمهُ َم‬ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒ‫ت ال َم ْف َس‬
ِ ‫ا‬ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒ‫ َرراً بِارْ تِ َك‬ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒ‫ض‬ ْ ƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒƒ‫ض‬
َ ‫ِإ َذا تَ َعا َر‬
“Jika berkumpul dua mafsadat (keburukan), maka harus dipertimbangkan yang lebih
besar madharatnya dan dipilih yang lebih ringan (madharatnya).” (Abdul Hamid Hakim,
1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaedah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan
kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini

13
berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu
mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan
kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tidak rasa kurang percaya lagi bahwa
menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan
nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin
tersebut (Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur
dengan sel sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah
pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah
pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah
ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu.
Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah
Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah “sesuatu yang ada pada organisme hidup.” (asy
syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).
Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita,
membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian
kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak)
sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak
ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma.
Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum
terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan.

14
KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan:


1. Bahwa karakter dokter muslim,di samping professional,menguasai ilmu
kedokteran,dan pengembangan pengetahuannya itu,juga berakhlak mulia
sebagaimana dijabarkan butir-butirnya dalam kajian Islam secara umum,baik dalam
hubungannya dengan ALLAH SWT,sesama manusia dan dengan sesama
profesi,secara khusus dapat diterapkan dalam profesi kedoktean dalam
berhubungan dengan teman sejawat,pasien,masyarakat,dan juga kepada Allah.
Seorang dokter muslim harus mempunyai sifat dan sikap yang baik yaitu:
berkeyakinan atas kehomatan profesi,berusaha menjernihkan jiwa,lebih mendalami
ilmu yang dikuasai,menggunakan metoda ilmiah dan berfikir,memiliki rasa cinta
kasih.bersikap benar dan jujur,berendah hati,keadilan dan kesetimbangan,mawas
diri, serta ikhlas,penyantun,ramah,sabar,dan tenang.
2. Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga
problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat.
Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamental-radikal,
yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat dengan
menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat yang bertentangan
dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban Islam yang manusiawi
dan adil.
Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur
kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk
janin yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini
memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang
rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42
(empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan
janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya
belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al Baghdadi, Abdurrahman, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Gema Insani


Press, Jakarta

Hasan, M. Ali, 1995, Masail Fiqhiyah Al Hadisah Pada Masalah-Masalah Kontemporer


Hukum Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
.
Zuhroni, dkk, Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan kedokteran 2 (Jakarta, 2003), hal. 87.

16

Anda mungkin juga menyukai