Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ISLAM DAN IPTEK

“Komunikasi Dokter Muslim ”

Disusun oleh :

1. Novi Khamilia (K100160034)


2. Putri Nur Amaliah (K100160035)
3. Ira Wahyuning Saputri (K100160036)

Kelas : A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS FARMASI

2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji hanya bagiNya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beseerta keluarga dan
para sahabatnya, dan juga kepada para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah, inayah-Nya. Sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

Makalah dengan judul “KOMUNIKASI DOKTER MUSLIM” sebagai tugas


mata kuliah Islam dan Iptek.

Penulis berharap penulisan makala ini dapat memberikan manfaat. Penulis


menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna., karena masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Maka penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Surakarta, 20 November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Tujuan 4

1.3 Manfaat 4

Bab II Isi 5

2.1 Landasan Teori 5

2.2 Materi dan Metode 6

2.2.1 Ulasan Materi 6

2.2.2 Metode 8

2.2.3 Hasil Penelitian 9

Bab III Penutup 12

2.1 Kesimpulan 12

Daftar Pustaka13

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Komunikasi merupakan kegiatan manusia yang sangat mendasar dan penting.


Dengan komunikasi, maka kehidupan manusia menjadi lebih bermakna. Komunikasi
merupakan alat yang digunakan oleh seseorang untuk menyampaikan gagasannya atau
bahkan meminta sesuatu dari orang lain. Dengan adanya kegiatan komunikasi maka
kehidupan manusia menjadi baik. Barangkali komunikasi termasuk salah satu
kebutuhan pokok manusia selain sandang, pangan dan papan.

Dalam bidang kesehatan diperlukan pengetahuan tentang cara agar informasi


kesehatan dapat disampaikan dan diketahui secara cepat dan akurat oleh masyarakat
luas. Untuk itu diperlukan suatu teknik penyampaian informasi atau metode komunikasi
yang tersusun rapi dan baik.

Pada proses komunikasi ada 4 komponen penting yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yaitu :

1. Siapa (pengirim (sender), pengode (encoder), komunikator)


 Pengirim : pribadi/ individu, institusi formal/ informal
 Komunikator : individu/ perorangan, kelompok orang terdidik
 Penerima : individu, perorangan, sekelompok masyarakat.
2. Pesan
 Isi pesan : umum, pribadi/ khusus
3. Saluran (media)
 Langsung/ dua arah (two ways)
 Tidak langsung/ satu arah (one way)
4. Efek
 Efek perubahan : terbatas, massal (Chandra, 2009)

4
1.2. Tujuan

Mengetahui komunikasi risiko yang terjadi antara dokter dengan pasien.

1.3. Manfaat

Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan wacana bagi peneliti dan para
akademisi yang mempelajari mengenai perilaku komunikasi risiko yang terjadi antara
dokter dengan pasien.

Manfaat Praktis

Memberikan kontribusi untuk para dokter mengenai komunikasi risiko yang terjadi
antara dokter dengan pasien.

5
BAB II

ISI

2.1. Komunikasi Doketr Pasien

Dalam profesi kedokteran, komunikasi antar dokter dan pasien merupakan salah
satu kompetensi yang harus dikuasai dokter. Keberhasilan kompetensi komunikasi
menentukan keberhasilan dalam membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
Komunikasi antara dokter dan pasien dibedakan menjadi 2, yaitu komunikasi efektif dan
komunikasi tidak efektif. Berikut diberikan contoh hasil komunikasi efektif dan contoh
komunikasi tidak efektif antara dokter dengan pasien.

Contoh hasil komunikasi efektif :

1. Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuan berobat.


Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya. Pasien pun mengerti
anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat
secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium, foto rontgen, scan) dan
memeriksa diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat,
istirahat cukup dan sebagainya).

2. Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang


dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan) sesuai penjelasan dokter.

3. Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami


keterbatasan kemampuannya lalu bersama mencari alernatif sesuai kondisidan
situasinya, dengan segala konsekuensinya.

4. Pasien mau bekerja sama dengan dokter selama menjalankan semua upaya
pengobatan kesehatannya.

Contoh hasil komunikasi tidak efektif:

1. Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskannya,


hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat dan mencatat

6
seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk
kembali, atau memeriksakan ke laboratorium/ foto rontgen, dan sebagainya.

2. Pasien merasa dokter tidak memberi kesempatan untuk bicara, padahal ia


merasakn adanya perubahan pada tubuhnya oleh karena itu dia pergi ke dokter.
Ia merasa usahanya sisa-sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-
apa, hanya mendapat resep saja.

3. Pasien ragu apakah dia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak

4. Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau self therapy

5. Pasien merasa usahanya sia sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu
apa-apa, hanya mendapat resep saja

2.2. Komunikasi dalam Perspektif Islam

Menurut Islam, komunikasi hendaknya dalam rangka mewujudkan keadilan,


kejujuran, kesederhanaan, keberanian. Kedamaian, etos kerja, amanah, kritis (prinsip
tawashau bilhaq dan tawashau bi as-sabr), amar ma’ruf nahi munkar. Komunikasi
merupakan bentuk awal dari interaksi sosial yang terbentuk sedemikian luas dan banyak
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia berawal dari terjalinnya komunikasi.

Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan sarana da’wah illah. Umat


Islam juga menyakini bahwa komunikasi Allah kepada hambanya dengan perantara
malaikat Jibril melalui baginda Rasulullah S.A.W adalah merupakan petunjuk bagi umat
manusia yang harus dipahami, tentu dengan jalan mempelajarinya, mustahil seseorang
bisa mengamalkan sesuatu jika tidak memahami. Jadi mempelajari agar tahu adalah
prasyarat untuk mengalamalkan.

Prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam:

1. Materi komunikasi adalah yang baik

2. Jujur, berkata benar

3. Perkataan yang baik

7
4. Pekataan lemah lembut

5. Bijaksana

6. Diskusi dengan cara baik

7. Bertutur kata yang baik

8. Berkomunikasi yang jelas pada penerima

2.3. Komunikasi Dokter Pasien, Anamnesis, Informed Consent

Dalam memeriksa pasien hal pertama yang dilakukan adalah melakukan


anamnesis (wawancara) kepada pasien. Anamnesia meliputi : keluhan utama, keluhan
penyerta, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga dan
riwayat lingkungan. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik seorang dokter
akan mendiagnosis penyakit yang diderita oleh pasien.

Berikut ini beberapa hal yang harus dilakukan oleh seseorang dokter Muslim
dalam melakukan anamnesis dan memberikan penjelasan pada pasien:

1. Dalam anamnesis hendaklah diniatkan untuk beribada kepada Allah

2. Dokter muslim menggunakan kesempatan anamnesis untuk berdakwah ilallah

3. Dalam bertanya hendaklah bertanya dengan perktaan yang jelas, tidak malas
berkomunikasi karena banyak pasiennya, seorang dokter Muslim harus
menunaikan hak pasien yaiu menyelesaikan pelayanan kepadanya dengan baik
tanpa diganggu oleh waktu yang terbatas sehingga hak pasien untuk bertanya
tidak tertunaikan.

4. Seorang dokter muslim harus sopan dalam berbicara kepada pasiennya

5. Jika ditanya menjawab dengan jelas dan sopan

6. Jika ditanya harus menjawab dnegan jujur

7. tabayyun/klarifikasi dalam hal hal yang perlu

8
Selain anamnesis, maka hal yang juga selalu berkaitan dengan profesi dokter
adalah Informed consenst. Menurut Wujoso (2009), informed consenst dalam
profesi kedokteran (juga tenaga kesehatan lainnya) adalah pernyataan setuju
(consent) atau ijin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa
paksaan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah
mendapatkan informasi cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud.

Dari sudut Islam, maka penyampaian Informed consenst harus dilakukan


dengan jelas, tidak menyembunyikan sesuatu, jujur dengan cara yang baik, dan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk melakukan tabayyun (klarifikasi)
terhadap materi yang ada pada perjanjian tersebut. Pasien jangan sampai merasa
takut sehingga tidak berani menanyakan sesuatu kepada dokter atau pihak
pemberi layanan kesehatan satu dan lain hal.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al Quranul Karim

An Nawawy. Riyadhus Shalihin. Terjemah. Bandung : Alma’arif.

Chandra, B. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta: EGC.

Djauzi, S & Supartondo. 2004. Komunikasi dan Empati Dalam Hubungan Dokter-
Pasien. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Sutrisna EM, Dr. dr., M.Kes., dkk. 2016. Islam dan Iptek. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPIK) Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Konsil Kedokteran Indonesia(a). 2009. Kemitraan dalam Hubungan Dokter-Pasien.


Jakarta: Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia.

Konsil Kedokteran Indonesia (b). 2009. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.


Jakarta: Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia.

Taufik, T. 2012. Etika Komunikasi Islam. Bandung : CV Pustaka Setia.

Wujoso, H. 2009. Kontrak Terapetik. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

10
11

Anda mungkin juga menyukai