Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

NAMA : BAIQ TRI SUDARTI

NIM : P07120115006

KELAS/SEMESTER : 2-A/ III (TIGA)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2016-2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan ini telah disahkan atau disetujui oleh pembimbing


lahan dan pembimbing akademik pada :

Hari/Tanggal :

Bangsal/Ruangan :

Mengetahui,

Pembimbing Lahan, Pembimbing Akademik,

( ) ( )

2
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN TERMOREGULASI
A. Definisi
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga
suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal,
hubungan antara prodksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.
Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular.
Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu.
(potter & Perry ,Fundamental keperawatan, 2005)
B. Asal panas pada tubuh manusia
1. Laju metabolism basal (Basal Metabolisme Rate, BMR)
BMR merupakan pemanfaatan energy di dalam tubuh.
a. Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
b. Faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya cidera, demam,
dan infeksi.
c. Meningkatnya BMR menunjukkan tingginya metabolism yang dialami
klien.
2. Laju cadangan metabolism yang disebabkan aktifitas otot. Termasuk
kontraksi otot akibat menggigil
3. Peningkatan produksi tiroksin
a. Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas factor releasing.
b. Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk merangsang
pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid.
c. Efek tiroksin meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh dan
memproduksi panas
4. Termogenesis kimia
perangsangan produksi panas melalui sirkulasi norepineprin dan
epineprin atau melalui perangsangan saraf simpatis. Hormon-hormon ini
segera meningkatkan nilai metabolisme sel di jaringan tubuh. Secara
langsung norepineprin dan epineprin mempengaruhihati dan el-sel otot
sehingga meningkatkan aktifitas otot.
5. Demam

3
Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi kimia
meningkat rata-rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10o.
(Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, 1997)
C. Sistem pengaturan suhu
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Titik tetap
tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8-37,4 oC. Apabila
pusat temperature hipotalamus mendekati suhu tubuh yang terlalu panas,
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik
ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk
mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh manusia
memiliki seperangkat system yang memungkinkan tubuh menghasilkan,
mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikanal suhu inti (core
temperature) yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti cranial,
toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya
dipertahankan relative konstan (±37oC). selain itu ada suhu permukaan
(surface temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan
subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40 oC.
Lokasi pengukuran temperature tubuh : ketiak (aksila), sub lingual, atau
rectal (dubur). Temperature dubur lebih tingggi 0,3-0,5oC daripada
temperature aksila. Suhu rectal agak konstan bila dibandingkan dengan
suhu-suhu di daerah lain.
(Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, 1996.)

D. Perbedaan Suhu

4
Tabel USIA SUHU
3 bulan 37.5
6 bulan 37.7
1 tahun 37.7
3 tahun 37.2
5 tahun 37.0
7 tahun 36.8
9 tahun 36.7
11 tahun 36.7
13 tahun 36.6
Dewasa 36.4
>70 tahun 36.0
Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia
(Tamsuri Anas, : 2007)
Macam – macam Pemeriksaan suhu
a. Aksila/Ketiak, dilakukan selama 5-10 menit (Eoff dan Joyce, 1981
b. Oral/mulut, dilakukan selama 2 menit (Baker et.al, 1984)
c. Rectal/Anus, dilakukan selama 2 menit (Kucha, 1972)
d. Timpanik/Telinga, dilakukan selama 2 detik (Erickson et.al,1991)

Klasifikasi Suhu Tubuh


a. Hipotermi : suhu tubuh <36oC.
b. Normal : suhu tubuh antara 36-37.5oC
c. Febris/pireksia : suhu tubuh 37.5-40oC
d. Hipertermi : suhu tubuh >40oC
(Tamsuri Anas, : 2007)

E. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Termoregulasi


a. Usia
suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan
suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas
tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup
kepala untuk mencegah pengeluaran panas.
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal
turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu
oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun rentang
5
suhu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap
suhu yang ekstrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama
pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi),
penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat
dan penurunan metabolisme.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan
metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat
meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningatkan suhu
tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih
besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan
menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar
progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas.
Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan
suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti
mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak,
30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang
tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama
periode 24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada
manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00
dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan
kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak
secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di
siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara

6
umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian
menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia
e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi
suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan
naik. Saat berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin
rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang
konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu
lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.
(Guyton & Hall,Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9 1997.)
F. Efek panas pada manusia
Efek panas terbagi dalam 3 bagian :
a. Fisik.
Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala
arah.
b. Kimia.
Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan kecepatan
temperature.Reaksi oksidasi permeabilitas pada jaringan akan terjadi
peningkatan metabolisme peningkatan pertukaran zat kimia tubuh dalam
cairan tubuh.
c. Biologis.
Efek panas terhadap fisik dan kimia peningkatan sel darah putih, peradangan
dan dilatasi pembuluh darah peningkatan sirkulasi darah dan peningkatan
tekanan kapiler dan pH darah menurun.
(Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, 1996.)
G. Perubahan suhu
1. Demam

7
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point
hipotalamus.
Pola demam :
a. Terus menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi
(12)oC.
b. Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan
suhu normal.
c. Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali
ke tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan
tingkat suhu normal, episode demam dengan normotermia dapat
memanjang lebih dari 24 jam.
2. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Juga disebabkan olehlingkungan yang panas.
3. Hipotermia
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas.
4. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yg tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda
atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang
mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin, antikolinergik, diuretik,
amfetamin, dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang
menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja
kontruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang,
8
konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan
bahkan inkotinensia. Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit yang
hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar
dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua
organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi
45 ºC, takikardia dan hipotensi.
5. hipotermia
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui
pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak
sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik
dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC,
klien menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi,
dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC,
frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi
sianotik.
(Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusia, 2006.)
Pathway Gangguan Suhu tubuh

Exogenous pyrogens
(seperti : bakteri, virus, kompleks antigen antibody)

Sel host inflamasi
(seperti : makrofag, netrofil, sel kuffer, makrofag splenic dan alveolar)

Memproduksi endogenous pyrogens
(interleukin 1, interieukin 6, factor nekrosis tumor, dan cytokine pyrogenic
lain)

Sintesis PGE2 dalam hipotalamus
9

Pusat termoregulator
(neuron preoptik pada hipotalamus anterior)

Perubahan fisiologi dan tingkah laku

Demam

H. Mekanisme tubuh ketika terjadi perubahan suhu


1. Mekanisme ketika suhu tubuh naik
a. Vasodilatasi : disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pad kulit, yang memungkinkan percepatan
perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga 8x lipat lebih banyak.
b. Berkeringat : pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi.
c. Penurunan pembentukan panas : beberapa mekanisme pembentukan
panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh saat suhu tubuh turun
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh karena rangsangan pada
pusat simpatis hipotalamus posterior.
b. Piloreksi rangsangan simpatis menyebabkan otot erector pili yang
melekat pada folikel rambut berdiri.
c. Peningkatan pembentukan panas system metabolisme meningkat
melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan
simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.
(Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusi, 2006.)
I. Mekanisme kehilangan panas melalui kulit
1. Radiasi
pemindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain
tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang
elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas
ke kulit dank e pembuluh darah permukaan.
2. Konduksi
perpindahan panas dari suatu objek ke objek lain dengan kontak
langsung. Terjadi melalui getaran dan gerakan elektro bebas. Ketika
kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin maka panas hilang.
Panas berkonduksi melalui benda padat, cair, dan gas.
10
3. Konveksi
perpindahan karena gerakan udara. Aliran konveksidapat terjadi
dikarenakanmassa jenis udara panas sangat ringan dibandingkan dengan
massa jenis udara dingin. Contoh : kipas angin listrik meningkatkan
kehilangan panas melalui konveksi.
4. Evaporasi
perpindahan aliran panas ketika cairan berubah menjadi gas. Evaporasi
ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi
molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
(Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, 1997)
J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien yang mengalami demam
a. Identitas diri :Nama, Umur, jenis kelamin, pekerjaan
b. Status kesehatan :keluhan utama : panas
c. Riwayat penyakit sekarang :
a. Terus menerus: tingginya menetap >24 jam bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan
suhu normal.
c. Remitten : demam memuncak dan turuntanpa kembali ke
tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat
suhu normal,episode demam dengan normotermia dapat
memanjanglebih dari 24 jam.Mulai timbulnya panas, berapalama,
waktu, upaya untuk mengurangi.

1) hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan


tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi
35 ºC, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan,
depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh turun di bawah
34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit
menjadi sianotik.
e. Riwayat kesehatan lalu

11
1) Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
2) Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul
gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
f. Riwayat penyakit keluarga.
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
g. Riwayat psikologis.
h. Pemeriksaan fisik :
a) hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (2/4 jam)
b) inspeksi dan palpasi kulit, ceg turgor (dingin, kering, kemerahan,
hangat, turgor menurun)
c) tanda-tanda dehidrasi
d) perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai dengan
sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
(Perry, potter. ( 2005 ). Fundamental keperawatan edisi 4. Konsep, proses
dan praktek.Jakarta)
A. DIAGNOSA
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporsis.
4. Cemas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
(Nanda international. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan
klasifikasi 2012 – 2014. )
C. INTERVENSI

NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN

KEPERAWATAN TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA
HASIL

1 Hypertermi b/d Setelah . Pantau suhu klien - Suhu tubuh


proses infeksi dilakukan (derajat dan 38,9°C – 41,1°C
tindakan pola) perhatikan menunjukkan
keperawatan menggigil/diafor proses penyakit

12
selama….x24jam sis infeksius . pola
menujukan demam dapat
2. Pantau suhu
temperatur dalan membantu dalam
lingkungan,
batas normal mendiagnosis
batasi/tambahka
dengan kriteria: (kurva demam
n linen tempat
lanjut berakhir
-Suhu Tubuh tidur sesuai
dalam lebih dari 24 jam
indikasi
menunjukkan
batas normal
3. Berikan pneumonia atau
-bebas dari kompres hangat tifoid,demam
kedinginan
hindri remiten
-suhu tubuh penggunaan (bervariasi hanya
stabil 360-370c
akohol beberapa derajat
-termoregulasi tertentu dalam
dbn 4. Berikan miman
arah)
sesuai kebutuhan
-nadi dbn menunjukkan
<1 bln : 90- - Kolaborasi penyakit paru
170 untuk pemberian
lainnya , suhu
antipiretik
<1 thn : 80- (parasetamol) yang kembali
160 normal dalam 24
2 thn : 80- jam menunjukka
120 episodic septic.
6 thn : 75-
-suhu ruangan
115
hrus dan selimut
10 thn : 70-
hrus dirubah
110
untuk
14 thn : 65-
mempertahankan
100
suhu mendekati
>14thn : 60-
normal.
100

-respirasi dbn - dapat membantu


menurunkan suhu
BBL : 30-50
13
x/m tubuh dengan efek

Anak-anak : 15- vasodilatasi


30 x/m pembuluh darah

Dewasa : 12-20 penggunaan

x/m alcohol dan es


dapat kedinginan
dan meningkatkan
suhu secara actual
dan alcohol dapat
mengeringkan
kulit.

- memberikan
minum dapat
memabantu
mengganti cairan
yang hilang akibat
keringat yang
berlebih atau
kehilangan cairan
melalui yang lain.

-pemberian obat
untuk menangani
demam yang
tinggi jika demam
tidak dapat turun..

2. Resiko injuri b/d Setelah . Kaji tanda-tanda - - kaji adanya


infeksi dilakukan komplikasi tanda komplikasi
mikroorganisme
tindakan lanjut dapat membantu
keperawatan menetukan
2. Kaji status
14
selama .....x 24 kardiopulmonar intervensi yang
jam anak bebas baik.
3. Kolaborasi
dari cidera
untuk - mengkaji kardio
dengan kriteria:
pemantauan pulmonary untuk
- menunjukan laboratorium: mengetahui
homeostatis monitor darah keadaan
rutin kardiopulmonar
- tidak ada
perdarahan akibat perubahan
- Kolaborasi
mukosa dan untuk fungsi setelah
bebas dari pembereian adanya
komplikasi lain antibiotik mikroorganisme.

- melaksanakan
kolaborasi untuk
pemeriksaan leb
untuk penunjang
data diagnosa
lebih lanjut.

-pemebrian
antibiotic untuk
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme.

3. Resiko kurang Setelah . Ukur/catat - -mencatat


volume cairan b/d dilakukan haluaran urine haluaran urin dan
intake yang kurang
tindakan dan berat jenis. berat jenis urin
dan deperosis
perawatan Catat ketidak untuk mengetahui
selama ….x 24 seimbangan jumlah cairan
jam volume cairn masukan dan yang telah di
adekuat dengan haluran keluarkan.
kriteria: kumulatif
- -mencatat ketidak
15
- tanda vital dalam2. Pantau tekanan seimbangan
batas normal darah dan masukkan dan
denyut jantung haluaran untuk
- nadi perifer
ukur CVP mengetahui
teraba kuat
intervensi yang
3. Palpasi denyut
- haluran urine tepat.
perifer
adekuat
- -memantau
4. Kaji membran
- tidak ada tanda- tekanan darah dan
mukosa kering,
tanda dehidrasi denyut jantung
tugor kulit yang
untuk mengetahui
kurang baik dan
perubahan tanda-
rasa halus
tanda vital akibat
5. Kolaborasi kurangnya cairan.
untuk pemberian
- - mengkaji
cairan IV sesuai
membrane
indikasi
mukosa
- Pantau nilai kering,turgor
laboratorium, kulit,dan rasa
Ht/jumlah sel
darah merah, haus untuk
BUN,cre, mengetahui tigkat
Elek,LED, GDS dehidrasi dari
pasien.

-kolaborasi
pemberian cairn
IV utntuk
mengatasi adanya
kekurangan cairan
secara berlebih
atau untuk
menyeimbangkan
cairan yang telah
16
hilang.

-memantau
pemeriksaan lab
untuk mengetahui
diagnose yang
lebih tepat.

4. Cemas Setelah . Kaji dan - mengkaji dan


berhubungan dilakukan identifikasi serta mengeidentifikasi
dengan hipertermi,
tindakan luruskan dan meluruskan
efek proses
penyakit perawatan informasi yang informasi tentang
selama 2 x 24 dimiliki klien hipertermi dapat
jam cemas hilang mengenai membantu
dengan kriteria: hipertermi meningkatkan
pengetahuan
- klien dapat 2. Berikan
pasien atau
mengidentifikasi informasi yang
keluarga pasien
hal-hal yang akurat tentang
tentang hipertermi
dapat penyebab
itu sendiri
meningkatkan hipertermi
dan menurunkan - memeberikn
3. Validasi
suhu tubuh informasi yang
perasaan klien
akurat tentang
- klien mau dan yakinkan
penyebab
berpartisipasi klien bahwa
hipertermi agar
dalam setiap kecemasam
pasien tidak salah
tidakan yang merupakan
mengerti
dilakukan respon yang
penyebab dari
normal
- klien hipppertermi yang
mengungkapkan - Diskusikan dialami
penurunan cemas rencana tindakan
yang dilakukan -cemas yang
yang
berhubungan dirasakan pasien
berhubungan dengan
17
dengan hipertermi dan merupakan respon
hipertermi, keadaan yang normal
penyakit
proses penyakit akibat pengaruh
ketidak nyamanan
atau factor
psikologis yang
dipicu akibat
perubahan suhu
tubuh yang
berkepanjangan.
Sehingga perlu di
validasi dan
meyakinkan
pasien agar pasien
tidak semakin
cemas sehingga
tidak
mempengaruhi
kesehatan pasien.

-mendiskusikan
recana tindakan
agar mampu
menggunakan
intervensi yang
tepat untuk
penangan.

(M. Wilkinson, judith. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC 2006)

D. IMPLEMENTASI

18
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

(Perry, potter. ( 2005 ). Fundamental keperawatan edisi 4. Konsep,


proses dan praktek.Jakarta)
E. EVALUASI

Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan


yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

Discharge Planning

a. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda - tanda kekambuhan dan laporkan
dokter/perawat
b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d. Instruksikan untuk control ulang
e. Jelaskan factor penyebab deman dan menghindari factor pencetus

DAFTAR PUSTAKA

Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusia, EGC. Jakarta, 2006.

Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, EGC. Jakarta, 1996.

Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, EGC. Jakarta, 1997.

M. Wilkinson, judith. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi


NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

Nanda international. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012 –


2014. Jakarta : EGC

Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, volume 1, EGC. Jakarta, 2005


19
Perry, potter. ( 2005 ). Fundamental keperawatan edisi 4. Konsep, proses dan
praktek.Jakarta : Kedokteran EGC

Tamsuri Anas. 2007. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku


Kedokteran EGC Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai