NIM : P07120115006
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2016-2017
LEMBAR PENGESAHAN
Hari/Tanggal :
Bangsal/Ruangan :
Mengetahui,
( ) ( )
2
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN TERMOREGULASI
A. Definisi
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga
suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal,
hubungan antara prodksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.
Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular.
Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu.
(potter & Perry ,Fundamental keperawatan, 2005)
B. Asal panas pada tubuh manusia
1. Laju metabolism basal (Basal Metabolisme Rate, BMR)
BMR merupakan pemanfaatan energy di dalam tubuh.
a. Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
b. Faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya cidera, demam,
dan infeksi.
c. Meningkatnya BMR menunjukkan tingginya metabolism yang dialami
klien.
2. Laju cadangan metabolism yang disebabkan aktifitas otot. Termasuk
kontraksi otot akibat menggigil
3. Peningkatan produksi tiroksin
a. Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas factor releasing.
b. Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk merangsang
pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid.
c. Efek tiroksin meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh dan
memproduksi panas
4. Termogenesis kimia
perangsangan produksi panas melalui sirkulasi norepineprin dan
epineprin atau melalui perangsangan saraf simpatis. Hormon-hormon ini
segera meningkatkan nilai metabolisme sel di jaringan tubuh. Secara
langsung norepineprin dan epineprin mempengaruhihati dan el-sel otot
sehingga meningkatkan aktifitas otot.
5. Demam
3
Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi kimia
meningkat rata-rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10o.
(Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, 1997)
C. Sistem pengaturan suhu
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Titik tetap
tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8-37,4 oC. Apabila
pusat temperature hipotalamus mendekati suhu tubuh yang terlalu panas,
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik
ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk
mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh manusia
memiliki seperangkat system yang memungkinkan tubuh menghasilkan,
mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikanal suhu inti (core
temperature) yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti cranial,
toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya
dipertahankan relative konstan (±37oC). selain itu ada suhu permukaan
(surface temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan
subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40 oC.
Lokasi pengukuran temperature tubuh : ketiak (aksila), sub lingual, atau
rectal (dubur). Temperature dubur lebih tingggi 0,3-0,5oC daripada
temperature aksila. Suhu rectal agak konstan bila dibandingkan dengan
suhu-suhu di daerah lain.
(Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, 1996.)
D. Perbedaan Suhu
4
Tabel USIA SUHU
3 bulan 37.5
6 bulan 37.7
1 tahun 37.7
3 tahun 37.2
5 tahun 37.0
7 tahun 36.8
9 tahun 36.7
11 tahun 36.7
13 tahun 36.6
Dewasa 36.4
>70 tahun 36.0
Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia
(Tamsuri Anas, : 2007)
Macam – macam Pemeriksaan suhu
a. Aksila/Ketiak, dilakukan selama 5-10 menit (Eoff dan Joyce, 1981
b. Oral/mulut, dilakukan selama 2 menit (Baker et.al, 1984)
c. Rectal/Anus, dilakukan selama 2 menit (Kucha, 1972)
d. Timpanik/Telinga, dilakukan selama 2 detik (Erickson et.al,1991)
6
umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian
menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia
e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi
suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan
naik. Saat berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin
rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang
konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu
lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.
(Guyton & Hall,Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9 1997.)
F. Efek panas pada manusia
Efek panas terbagi dalam 3 bagian :
a. Fisik.
Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala
arah.
b. Kimia.
Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan kecepatan
temperature.Reaksi oksidasi permeabilitas pada jaringan akan terjadi
peningkatan metabolisme peningkatan pertukaran zat kimia tubuh dalam
cairan tubuh.
c. Biologis.
Efek panas terhadap fisik dan kimia peningkatan sel darah putih, peradangan
dan dilatasi pembuluh darah peningkatan sirkulasi darah dan peningkatan
tekanan kapiler dan pH darah menurun.
(Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, 1996.)
G. Perubahan suhu
1. Demam
7
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point
hipotalamus.
Pola demam :
a. Terus menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi
(12)oC.
b. Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan
suhu normal.
c. Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali
ke tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan
tingkat suhu normal, episode demam dengan normotermia dapat
memanjang lebih dari 24 jam.
2. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Juga disebabkan olehlingkungan yang panas.
3. Hipotermia
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas.
4. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yg tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda
atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang
mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin, antikolinergik, diuretik,
amfetamin, dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang
menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja
kontruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang,
8
konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan
bahkan inkotinensia. Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit yang
hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar
dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua
organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi
45 ºC, takikardia dan hipotensi.
5. hipotermia
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui
pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak
sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik
dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC,
klien menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi,
dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC,
frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi
sianotik.
(Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusia, 2006.)
Pathway Gangguan Suhu tubuh
Exogenous pyrogens
(seperti : bakteri, virus, kompleks antigen antibody)
↓
Sel host inflamasi
(seperti : makrofag, netrofil, sel kuffer, makrofag splenic dan alveolar)
↓
Memproduksi endogenous pyrogens
(interleukin 1, interieukin 6, factor nekrosis tumor, dan cytokine pyrogenic
lain)
↓
Sintesis PGE2 dalam hipotalamus
9
↓
Pusat termoregulator
(neuron preoptik pada hipotalamus anterior)
↓
Perubahan fisiologi dan tingkah laku
↓
Demam
11
1) Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
2) Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul
gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
f. Riwayat penyakit keluarga.
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
g. Riwayat psikologis.
h. Pemeriksaan fisik :
a) hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (2/4 jam)
b) inspeksi dan palpasi kulit, ceg turgor (dingin, kering, kemerahan,
hangat, turgor menurun)
c) tanda-tanda dehidrasi
d) perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai dengan
sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
(Perry, potter. ( 2005 ). Fundamental keperawatan edisi 4. Konsep, proses
dan praktek.Jakarta)
A. DIAGNOSA
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporsis.
4. Cemas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
(Nanda international. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan
klasifikasi 2012 – 2014. )
C. INTERVENSI
12
selama….x24jam sis infeksius . pola
menujukan demam dapat
2. Pantau suhu
temperatur dalan membantu dalam
lingkungan,
batas normal mendiagnosis
batasi/tambahka
dengan kriteria: (kurva demam
n linen tempat
lanjut berakhir
-Suhu Tubuh tidur sesuai
dalam lebih dari 24 jam
indikasi
menunjukkan
batas normal
3. Berikan pneumonia atau
-bebas dari kompres hangat tifoid,demam
kedinginan
hindri remiten
-suhu tubuh penggunaan (bervariasi hanya
stabil 360-370c
akohol beberapa derajat
-termoregulasi tertentu dalam
dbn 4. Berikan miman
arah)
sesuai kebutuhan
-nadi dbn menunjukkan
<1 bln : 90- - Kolaborasi penyakit paru
170 untuk pemberian
lainnya , suhu
antipiretik
<1 thn : 80- (parasetamol) yang kembali
160 normal dalam 24
2 thn : 80- jam menunjukka
120 episodic septic.
6 thn : 75-
-suhu ruangan
115
hrus dan selimut
10 thn : 70-
hrus dirubah
110
untuk
14 thn : 65-
mempertahankan
100
suhu mendekati
>14thn : 60-
normal.
100
- memberikan
minum dapat
memabantu
mengganti cairan
yang hilang akibat
keringat yang
berlebih atau
kehilangan cairan
melalui yang lain.
-pemberian obat
untuk menangani
demam yang
tinggi jika demam
tidak dapat turun..
- melaksanakan
kolaborasi untuk
pemeriksaan leb
untuk penunjang
data diagnosa
lebih lanjut.
-pemebrian
antibiotic untuk
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme.
-kolaborasi
pemberian cairn
IV utntuk
mengatasi adanya
kekurangan cairan
secara berlebih
atau untuk
menyeimbangkan
cairan yang telah
16
hilang.
-memantau
pemeriksaan lab
untuk mengetahui
diagnose yang
lebih tepat.
-mendiskusikan
recana tindakan
agar mampu
menggunakan
intervensi yang
tepat untuk
penangan.
(M. Wilkinson, judith. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC 2006)
D. IMPLEMENTASI
18
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
Discharge Planning
a. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda - tanda kekambuhan dan laporkan
dokter/perawat
b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d. Instruksikan untuk control ulang
e. Jelaskan factor penyebab deman dan menghindari factor pencetus
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, EGC. Jakarta, 1997.
20