BAB I
PENDAHULUAN
terdiri dari suhu udara, kelembaban dan radiasi matahari dan dapat
tubuh, frekuensi denyut nadi dan frekuensi respirasi. Kesehatan ternak berbanding
lurus dengan produktivitas, apabila ternak itu sehat produktivitas pada ternak akan
memproduksi susu pada ternak. Setiap produksi susu yang dihasillkan ternak
memiliki kadar lemak yang berbeda, sehingga perlu dilakukan uji berat jenis susu
produksi yang ideal untuk sapi perah setiap hari pagi dan sore selama laktasi dan
kualitas susu berdasarkan berat jenis. Manfaat praktikum ini adalah agar praktikan
ambing, pengukuran berat jenis susu dan mengetahui keturunan setiap individu
ternak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Friesian Holstein (FH) dengan sapi lokal Indonesia (Affandi, 2009). Bentuk dan
sifat sapi PFH sebagian besar dikuasai oleh darah sapi FH, sehingga warna bulu
dan tipe hampir sama dengan sapi FH. Ciri-ciri sapi PFH adalah belang hitam
putih atau merah putih, punggung agak melengkung ke atas, bentuk ambing
seperti cawan dengan puting susu yang kebanyakan kecil dan kurang seragam,
pada dahi terdapat bulu putih yang berbentuk segitiga. Sapi PFH jantan dewasa
dapat mencapai bobot badan antara 800-1.000 kg sedangkan sapi PFH betina
55% (Yani dan Purwanto, 2006). Pertumbuhan dan produktivitas ternak yang
hidup didaerah nyaman dapat maksimal serta tidak banyak energi yang
panas tubuh yang lebih besar sehingga energi yang dihasilkan metabolisme pakan
3
tidak mencukupi untuk produksi dan reproduksi (Utomo et al., 2009). Suhu dan
2.2.2. Kelembaban
pada suhu lingkungan 18,30C dengan kelembaban 55% (Yani dan Purwanto,
penguapan air semakin banyak (Utomo et al., 2009). Suhu dan kelembaban udara
misalnya pengeluaran panas melalui keringat ataupun melalui respirasi akan lebih
Sapiakanmengalamicekamanpanaspadasaatradiasimataharidiatas 450
kkal/m2/jamldansapiakanmengalamicekamanpanasmaksimaldariradiasimataharipa
2.2.4. Perkandangan
kurangefektifmenahanradiasikarenakoefisienkonduksinyabesar,
2002).
homeostasis (Utomo et al., 2009). Kisaran suhu rektal pada sapi perah PFH adalah
dalam dan luar tubuh (Utomo et al., 2009). Mekanisme peningkatan denyut nadi
yaitu terjadi peningkatan suhu darah yang secara langsung mempengaruhi jantung
tinggi. Kisaran normal frekuensi respirasi sapi perah yaitu antara 10 sampai 30
kali per menit (Utomo et al., 2009). Tingginya respirasi dapat disebabkan oleh
tanda sapi perah mengalami stres panas.Semakin tinggi suhu lingkungan ternak
maka frekuensi pernafasan semakin meningkat (Hadziq, 2011). Hal ini merupakan
salah satu upaya tubuh ternak untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuh
Semakintinggisuhulingkunganmakakonsumsi air
Beberapa upaya pengurangan panas yang dapat dilakukan oleh sapi perah antara
feses. Urinasi merupakan salah satu upaya upaya yang dapat dilakukan sapi perah
dalam mengurangi panas akibat suhu lingkungan yang tinggi. Selain itu, upaya
lain yang dapat dilakukan sapi perah antara lain berteduh, mengurangi konsumsi
evaporative heat loss dilakukan dengan pertukaran panas melalui permukaan kulit
(panting) dan sebagian melalui feses dan urin (Yani dan Purwanto, 2006).
Kelenjar mamae atau ambing pada sapi betina terbagi menjadi 4 bagian
menghasilkan susu, diikuti pemberian pakan yang baik terutama pada fase laktasi,
alveol akan mempercepat produksi susu, sehingga ambing cepat penuh dan
Kualitas susu dapat dilihat dari susunan dan keadaannya. Susunan meliputi
apa yang terkandung, keadaan meliputi kondisi organoleptik dan berat jenis. Jadi
berat jenis susu menentukan kualitas susu (Dwitania dan Swacita, 2013). Berat
jenis susu adalah berat suatu benda dibagi dengan volumenya. Nilai berat jenis air
susu pada suhu 20°C dapat bervariasi antara1,0260−1,032. Pengukuran berat jenis
suhu 27,5°C. Penyebab utama bervariasinya berat jenis ini adalah kandungan
2.6. Recording
atau pecatatan kegiatan yang meliputi silsilah, produksi, reproduksi dan kesehatan
maka recording merupakan suatu kegiatan yang harus ada (Talib et al., 2001)
8
BAB III
Praktikum Produksi Ternak dengan materi Anatomi Ambing dan Berat Jenis
Susu dilaksanakan pada hari Kamis, 1 Mei 2014 di Laboratorium Produksi Ternak
Potong dan Perah, sedangkan materi Fisiologi Lingkungan, Fisiologi Ternak dan
Recording dilaksanakan pada hari Minggu, 4 Mei 2014 di kandang sapi perah,
3.1. Materi
Materi yang digunakan adalah air, sapi 2013, preparat awetan ambing sapi,
susu segar dan susu kemasan (Indomilk). Alat yang digunakan adalah
radiasi matahari, ember untuk memberi minum sapi, meteran untuk mengukur
kandang, termometer rektal untuk mengukur suhu rektal sapi, tisu basah untuk
untuk mengukur waktu, nampan untuk wadah preparat, gelas ukur untuk wadah
susu dan laktodensimeter untuk mengukur suhu dan berat jenis susu.
3.2. Metode
higrometer di dalam kandang dan jangan sampai terkena sinar matahari langsung
9
dan untuk mengukur suhu luar kandang dilakukan dengan meletakkan higrometer
di luar kandang dan diusahakan terkena sinar matahari secara langsung. Skala
skala suhu bola kering dan bola basah serta menghitung selisih antara temperatur
bola basah dan bola kering, selanjutnya dilihat pada tabel konversi pada bagian
paling atas selisih tersebut dan diurutkan antara hasil pembacaan dengan DBT.
mengukur radiasi matahari dengan cara mengamati suhu pada black globe,
kandang, tinggi atap, panjang palung, lebar palung, kedalaman palung, tinggi
palung, lebar selokan, panjang selokan, kedalaman selokan, lebar flock, panjang
flock, tinggi flock, dan luas kamar susu. Setelah itu mencatat hasil pengamatan
3.2.2.1. Suhu rektal, metode yang digunakan dalam pengukuran suhu rektal yaitu
secara duplo.
denyut nadi yaitu dengan meletakkan tangan pada pangkal ekor sapi sampai
belakang kaki depan sebelah kiri selama 1 menit. Pengukuran dilakukan secara
duplo.
3.2.2.4. Konsumsi air minum, dilakukan dengan mengisi ember dengan air,
setiap habis ditambah secara ad libitum, setiap penambahan harus dihitung berapa
liter penambahannya.
pengukuran frekuensi urinasi dan defekasi yaitu dengan cara menghitung jumlah
frekuensi urinasi dan defekasi sapi perah kemudian mencatat waktunya setiap
3.2.3.Anatomi ambing
suhu serta berat jenis terukur diamati pada masing-masing sampel, hasil yang
sebenarnya.
3.2.5. Recording
pencatatan identitas sapi, kesehatan sapi, reproduksi sapi dan kebangsaan sapi.
12
BAB IV
sedangkan untuk luar kandang sebesar 270C (Tabel 1). Suhu di dalam kandang
maupun diluar kandang tidak sesuai dengan standar normal sapi PFH. Hal ini
sesuai dengan pendapat Yani dan Purwanto (2006) yang menyatakan bahwa sapi
dapat mempengaruhi tingkat konsumsi air, saat suhu meningkat maka konsumsi
air meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadziq (2011) yang menyatakan
bahwa suhu dan kelembaban udara di dalam kandang dapat mempengaruhi tingkat
dalam kandang yaitu 81,5%, sedangkan untuk luar kandang 89,5% (Tabel 1).
13
Kelembaban ini tergolong sangat tinggi. Yani dan Purwanto (2006) menyatakan
kemudian terjadi peningkatan pada pukul 18.00, hal ini diakibatkan radiasi
matahari yang lebih tinggi pada siang hari.Utomo et al.(2009) menyatakan bahwa
radiasi matahari dan suhu udara sehingga penguapan air semakin banyak.
terjadi pada siang hari yaitu 435,53 kkal/m2/jam. Peningkatan radiasi matahari
pada siang hari disebabkan karena cahaya matahari jatuh tegak lurus terhadap
permukaan bumi. Hal ini sesuai dengan pendapat Johan (2008) yang menyatakan
bahwa intensitas maksimum radiasi pada tiap kawasan terjadi pada saat cahaya
matahari jatuh tegak lurus, yaitu pada waktu tengah hari. Radiasi matahari yang
cekaman panas pada sapi, namun hasil radiasi matahari tersebut belum
menyebabkan cekaman panas pada sapi PFH. Yani dan Purwanto (2006)
menyatakan bahwa sapi mengalami cekaman panas pada saat radiasi matahari
panas yang terjadi pada siang hari karena adanya peningkatan suhu udara.
14
Tabel 2. HasilPengukuranKandang
Parameter Ukuran
PanjangKandang (m) 12,64
LebarKandang (m) 8,33
TinggiKandang (m) 4,25
Lebar Flock (m) 1,36
Tinggi Flock (m) 1,64
Panjang Flock (m) 1,05
Sumber : Data Primer PraktikumProduksiTernakPerah, 2014.
8,33 m, tinggi 4,25 m, lebar flock 1,36 m, tinggi flock 1,64 m dan panjang flock
Tinggikandangsapiperahsudahbaikkarenadenganketinggiantersebutpertukaranudar
adanpanasdaridalamkandangdanluarkandangdapatterjadidenganlancar.
berhawapanashendaknyadibuatagaktinggi agar
15
ruangankandangtidakterlalupanassertadibuatdaribahan yang
tidakpanassepertianyamandaunilalang, gentengatauanyamandaunkelapa.
rektal pada sapi 2013 sebesar 38,9oC (Tabel 3). Suhu tersebut masih tergolong
normal untuk sapi. Meskipun suhu lingkungan tinggi (Tabel 1), suhu tubuh sapi
masih stabil. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo et al. (2009) yang
menyatakan bahwa suhu rektal sapi perah mempunyai kisaran normal antara
dijadikan sebagaiindikator panas tubuh dan kondisi fisiologis tubuh serta respon
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, rerata denyut nadi sapi 2013
sebanyak 62 kali permenit (Tabel 3). Jumlah tersebut masih dalam kisaran normal
yaitu 60-70 kali permenit. Denyut nadi merupakan respon yang diberikan sapi
respondenyut nadi merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi atau
melepaskan panas yang diterima dan untuk menyebarkan panas yang diterima ke
dalam organ-organ yang lebih dingin. Denyut nadi sapi perah normalnya berkisar
denyut nadi yaitu terjadi peningkatan suhu darah yang secara langsung
frekuensi pernafasan sapi perah adalah 27 kali per menit (Tabel 3). Hal ini
normal frekuensi respirasi sapi perah dewasa adalah 24-32 kali per menit. Hal ini
sesuai dengan pendapat Utomo et al. (2009) yang menyatakan bahwa kisaran
normal frekuensi respirasi sapi perah yaitu antara 10 sampai 30 kali per menit.
meningkat. Hal ini merupakan salah satu upaya tubuh ternak untuk
meningkat. Pernyataan ini dibuktikan pada suhu tinggi di siang hari (Tabel 1)
menyebabkan peningkatan frekuensi pernafasan (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan
pendapat Hadziq (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu lingkungan
konsumsi air minum pada sapi perah dalam sehari sebanyak 27,5 L dengan suhu
lingkungan 28,60C. Tinggi rendahnya konsumsi air minum dipengaruhi oleh suhu
sebaliknya suhu yang rendah mengurangi konsumsi air minum. Hal ini sesuai
panas pada ternak berdampak pada peningkatan air minum.Sudrajad dan Adiarto
oleh sapi perah antara lain berteduh, mengurangi konsumsi pakan, memperbanyak
bahwa sapi perah melakukan urinasi sebanyak 5 kali dan defekasi sebanyak 10
kali selama 24 jam (Tabel5). Urinasi merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan sapi perah dalam mengurangi panas akibat suhu lingkungan yang
tinggi. Suhu tinggi pada siang hari (Tabel 1) mengakibatkan urinasi dan defekasi
meningkat (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan pendapat Sudrajad dan Adiarto (2011)
dilakukan oleh sapi perah antara lain berteduh, mengurangi konsumsi pakan,
saliva dan keringat, serta mengeluarkan urin. Yani dan Purwanto (2006)
lobulus, lobus, gland sistern, otot springter, teat sistern dan teat meatus (Ilustrasi
2). Dua kuartir kanan dan dua kuartir kiri dipisahkan oleh selaput yang disebut
medial suspensori ligament. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992)
bahwa ambing dipisah menjadi dua bagian secara vertikal dengan adanya lekukan
Ditambahkan oleh Pabana (2010) bahwa ambing kiri dan kanan dipisahkan oleh
Keterangan:
1. Teat meatus 6. Ligamentum suspensorium medialis
2. Teat cistern 7. Ligamentum suspensorium leteralis
3. Anular ford 8. Fine membrane
4. Gland Cistern 9. Alveolus
5. Sinuslaktoferus 10. Lobus
satu lobus. Susu yang dihasilkan oleh alveolus dikumpulkan atau ditampung
dalam gland cistern melalui milk ductus. Antaragland cisterndan teat cistern
penampungan susu, kemudian susu dikeluarkan melalui saluran teat cistern dan
bermuara di teat meatus. Hal ini sesuai pendapat Taufik dan Depison (2008)
lobulus terdapat dalam satu lobus, susu yang diproduksi oleh alveolus ditampung
dalam gland cistern melalui milk ductus. Susu yang ditampung dilindungi oleh
otot springter agar tidak ada bakteri yang masuk.Rusdiana dan Sejati (2009)
alveolus sangat dipengaruhi oleh hormon. Menurut Mukhtar (2006) hormon yang
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa berat jenis susu kemasan
lebih tinggi daripada susu segar (Tabel 6). Kondisi ini menunjukkan bahwa susu
didasarkan pada pendapat Sumantri et al.(2005) bahwa syarat mutu susu segar
adalah memiliki berat jenis antara 1,026-1,028. Ditambahkan oleh Taufik (2004)
bahwa berat jenis susu segar yang bermutu adalah yang berkisar 1,0282.
yang kurang memperhatikan kualitas pakan untuk diberikan kepada sapi, selain
itu suhu lingkungan pemeliharaan kurang sesuai dengan suhu zona aman sapi
rata 30oC. Suhu tersebut terlalu tinggi untuk pemeliharaan sapi perah sehingga
ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 19,3oC.
4.5. Recording
sapi yang diamati saat praktikum adalah sapi no. 2013. Sapi tersebut sapi dara
yang berumur 3 tahun dan pernah dikawinkan satu kali, kemudian bunting 2
bulan, belum terdiagnosa terserang penyakit dan belum pernah dilakukan vaksin.
Sapi perah yang berada di kandang Fakultas Pertenakan dan Pertanian tidak
dengan rapi, sehingga data yang diperoleh belum pasti. Pencacatan identifikasi
ternak perlu dilakukan dengan mencatat semua informasi tentang nomor atau
nama ternak, nomor registrasi, tanggal lahir dan jenis kelamin. Hal ini sesuai
BAB V
Simpulan
Terbukti dengan kondisi fisiologi ternak yang tidak stabil antara siang dan malam.
Sistem perkandangan sudah memenuhi syarat. Anatomi ambing pada sapi perah
alveolus, lobulus, lobus, gland sistern, otot springter, teat sistern dan teat meatus.
Susu segar yang diperoleh dari petani kurang berkualitas ditinjau dari berat
Saran
Praktikum recording yang sekedar bertanya pada petugas saja belum cukup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Susu segar
Susu olahan