Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PRODUKSI TERNAK PERAH


“PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN LINGKUNGAN”

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

NAMA NIM

ANANDA MULIA ABDI B1D022058

ANANTA ILHAM BAYU FIRDAUS B1D022059


ANDIKA PUTRA HAMDANI B1D022060

ANDRE KURNIADI B1D022061

ANITA DIANA B1D022062

ANNISA RAHMA KUSUMA B1D022063

ARDI HIDAYAT B1D022064

AULIA SARTIKA RAHMATIN BID022070

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM’
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, kami sampaikan atas nikmat yang Allah berikan
kepada kami. Segala puji kami panjatkan untuk Allah SWT. Atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya. Salam sejahtera, kami persembahkan kepada alam
semesta dan seisinya. Atas segala karunia Allah,Sehingga kami dari kelompok 2 kelas
3A2 dapat melaksanakan praktikum Ilmu Produksi Ternak Perah dan
menyelesaikannya dengan baik meski jauh dari kata sempurna. Laporan ini telah kami
susun sesuai hasil praktikum selama 1 hari di Fakultas Peternakan yang bertepatan di
gedung A Fakultas peternakan.

Hal ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Produksi Ternak
Perah. Dengan selesainya laporan praktikum ini, maka kami tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih. Kami juga menyampaikan terimakasih terutama kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini. Disadari atau tidak, mungkin dalam
penulisan laporan praktikum ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Kami mohon
maaf apabila masih ada banyak kekurangan.

Semoga laporan praktikum ilmu produksi ternak perah yang telah kami susun
berdasarkan hasil penelitian selama 1 hari ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Khususnya juga bermanfaat bagi kami selaku kelompok 2.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suhu adalah besaran yang menyatakan ukuran panas dingin suatu benda,
sedangkan kelembaban adalah suatu keadaan lingkungan udara basah yang
disebabkan oleh ada atau tidak adanya uap air. Suhu dan kelembaban udara
merupakan salah satu hal yang harus di perhatikan dalam menjalani kehidupan,
terutama dalam hal perawatan ternak, sehingga perubahannya harus
terpantau,terkendali dan terekam sesuai dengan hal yang di perlukan. Selain itu suhu
dan kelembapan juga penting dalam laboraturium kalibrasi. Pengukuran suhu dan
kelembaban udara umumnya di lakukan dengan menggunakan
termohigrometer.Kalibrasi di lakukan untuk mengetahui kebenaran hasil pengukuran
suatu termohigrometer. Salah satu metode kalibrasi tersebut yaitu menggunakan
teknik pengukuran kelembaban relatif dari suhu terendah sampai dengan tertinggi
pada rentang suhu ruangan.

1.2 Tujuan dan kegunaan praktikum

1.2.1 Tujuan Praktikum


a. Untuk mengetahui suhu dalam ruangan.
b. Untuk mengetahui kelembaban dalam ruangan.

1.2.2 Kegunaan Praktikum


a. Agar mengetahui suhu dalam ruangan.
b. Agar mengetahui kelembaban dalam ruangan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Thermohygrometer
Thermohygrometer merupakan sebuah alat yang menggabungkan antara fungsi
termometer dengan hygrometer itu alat untuk mengukur suhu udara dan kelembaban, baik
di ruang tertutup ataupun di luar ruangan. Ukurannya beragam, ada yang sedikit lebih
besar dari korek gas, ada pula yang seukuran telepon genggam. Pada umumnya kita lebih
mengenal termometer dari pada hygrometer, karena fungsinya sebagai pengukur suhu
sering dipakai dalam dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan hygrometer relatif jarang
terdengar bagi orang awam karena ia hanya berguna untuk mengukur kelembaban udara
baik di dalam maupun di luar ruangan. Alat thermohygrometer ini dapat dipakai untuk
mengukur suhu udaradan kelembaban baik di ruang tertutup maupun diluar ruangan.

1.2 Pengertian Kelembaban


Kelembaban udara adalah kondisi yang menyatakan banyaknya uap air dalam udara.
Ketika udara mengandung banyak air, kelembaban dapat dikatakan tinggi. Tingginya
jumlah air di udara terjadi karena uap air. Jumlah uap air yang ditampung di udara
tersebut sangat dipengaruhi oleh temperatur. Ketika temperatur udara rendah, uap air
yang dibutuhkan untuk menjenuhkan udara sedikit. Kondisi tersebut terjadi ketika udara
mulai jenuh. Pergerakan angin mempengaruhi temperatur ruangan dikarenakan adanya
perbedaan tekanan. Udara dingin yang menyusut ketika malam hari dan memuai pada
siang hari sehingga udara yang lebih ringan akan naik dan tergantikan dengan udara yang
lebih dingin.

1.3 Suhu efektif


Suhu efektif adalah suhu yang dimanfaatkan oleh ternak untuk kehidupannya,
dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara (RH), radiasi matahari dan kecepatan angin
(West, 1994). Suhu efektif dapat memperlihatkan tingkat kenyamanan dan stress bagi sapi
perah. Hubungan suhu efektif dengan paremeter iklim mikro ditunjukkan pada beberapa
persamaan berikut (Yamamoto, 1983): (1) hubungan suhu efektif dengan suhu bola basah
dan bola kering; (2) hubungan suhu efektif dengan suhu bola kering (suhu tubuh sapi) dan
kecepatan angin; (3) hubungan suhu efektif dengan suhu bola kering (suhu pernafasan)
dan kecepatan angin; (4) hubungan suhu efektif dengan suhu bola kering dan radiasi
matahari; (5) hubungan suhu efektif dengan suhu bola basah dan suhu udara lingkungan.

1.4 Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara Terhadap Sapi Perah FH


Suhu dan kelembaban udara merupakan dua faktor iklim yang mempengaruhi
produksi sapi perah, karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam
tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan keseimbangan tingkah laku
ternak (Hafez, 1968; Esmay, 1978). McDowell (1974) menyatakan bahwa untuk
kehidupan dan produksinya, ternak memerlukan suhu lingkungan yang optimum. Zona
termonetral suhu nyaman untuk sapi Eropa berkisar 17 – 21℃ (Hafez, 1968); 13 – 18℃
(McDowell, 1972); 4 – 25℃ (Yousef, 1985), 5 – 25℃ (Jones & Stallings, 1999). Bligh
dan Johnson (1985) membagi beberapa wilayah suhu lingkungan berdasarkan perubahan
produksi panas hewan, sehingga didapatkan batasan suhu yang nyaman bagi ternak, yaitu
antara batas suhu kritis minimum dengan maksimum. Hubungan besaran suhu dan
kelembaban udara atau biasa disebut “Temperature Humidity Index (THI)” yang dapat
mempengaruhi tingkat stres sapi perah dapat dilihat pada. Sapi perah FH akan nyaman
pada nilai THI di bawah 72. Jika nilai THI melebihi 72, maka sapi perah FH akan
mengalami stres ringan (72 ≤ THI ≤ 79), stres sedang (80 ≤ THI ≤ 89) dan stres berat ( 90
≤ THI ≤ 97) (Wierema, 1990).

Untuk sapi perah FH, penampilan produksi terbaik akan dicapai pada suhu lingkungan
18,3℃ dengan kelembaban 55%. Bila melebihi suhu tersebut, ternak akan melakukan
penyesuaian secara fisiologis dan secara tingkah laku (behaviour). Secara fisiologis
ternak atau sapi FH yang mengalami cekaman panas akan berakibat pada : 1) penurunan
nafsu makan; 2) peningkatan konsumsi minum; 3) penurunan metabolisme dan
peningkatan katabolisme; 4) peningkatan pelepasan panas melalui penguapan; 5)
penurunan konsentrasi hormon dalam darah; 6) peningkatan temperatur tubuh, respirasi
dan denyut jantung (McDowell, 1972); dan 7) perubahan tingkah laku (Ingram &
Dauncey, 1985) dan 8) meningkatnya intensitas berteduh sapi (Combs, 1996).
Cekaman panas dapat direduksi dengan menurunkan suhu tubuh sapi FH melalui
penyemprotan air dingin ke seluruh permukaan tubuh (Shibata, 1996). Hasil simulasi
menunjukkan bahwa penurunan suhu lingkungan mikro (sekitar kandang) sebesar 5℃
dapat meningkatkan produksi susu sapi FH sebesar 10 kg/hari yaitu dari 35 kg/hari
menjadi 45 kg/hari (Berman, 2005).
Perubahan suhu pada kandang dapat mempengaruhi perubahan denyut jantung dan
frekuensi pernapasan sapi FH. Denyut jantung sapi FH yang sehat pada daerah nyaman
(suhu tubuh 38,6℃) adalah 60 – 70 kali/menit dengan frekuensi nafas 10 – 30 kali/menit
(Ensminger, 1971). Reaksi sapi FH terhadap perubahan suhu yang dilihat dari respons
pernapasan dan denyut jantung merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi
atau melepaskan panas yang diterima dari luar tubuh ternak. Peningkatan denyut jantung
merupakan respons dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas yang diterima ke dalam
organ-organ yang lebih dingin (Anderson, 1983).

1.5 Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah FH

Distribusi suhu dan kelembaban udara (RH) pada kandang sapi perah FH dipengaruhi
oleh luas dan tinggi bangunan, jumlah ternak, suhu lingkungan, sistem ventilasi, radiasi
matahari, peralatan peternakan, kecepatan angin, pergerakan udara di sekitar bangunan. Pada
bangunan pertanian (greenhouse), faktor desain yang sangat menentukan distribusi suhu dan
kelembaban udara adalah dimensi bangunan, posisi dinding atau atap ventilasi, sudut
pembukaan ventilasi, jumlah span dan sebagainya (Boutet, 1987). Pertukaran udara dalam
kandang sapi perah dipengaruhi oleh besarnya suhu lingkungan, produksi panas hewan,
kelembaban, konsentrasi gas dalam kandang, jenis bahan atap bangunan, pindah panas dari
lantai, sistem dan luasan ventilasi, luas dan tinggi bangunan kandang (Hellickson dan Walker,
1983).

Pindah panas pada kandang sapi perah dapat terjadi secara radiasi, konveksi maupun
konduksi (Wathes dan Charles, 1994) yang mengakibatkan adanya distribusi suhu dalam
kandang. Pindah panas secara radiasi dipengaruhi oleh besarnya radiasi matahari atau bahan,
kecepatan angin dan suhu lingkungan. Pindah panas pada bahan bangunan kandang
dipengaruhi oleh konduktivitas bahan, tebal bahan dan waktu, sedangkan secara konveksi
sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kecepatan angin, waktu dan luasan daerah
konveksi.
1.6 Ventilasi

Ventilasi pada bangunan pertanian digunakan untuk mengendalikan suhu, kelembaban


udara, kotoran ternak dan pergerakan udara sehingga kondisi lingkungan mikro yang
dibutuhkan ternak dapat terpenuhi. Ventilasi terjadi jika terdapat perbedaan tekanan udara.
Ventilasi dengan tekanan udara tertentu dapat mempengaruhi kecepatan pergerakan udara,
arah pergerakan, intensitas dan pola aliran serta rintangan setempat (Takakura, 1979). Laju
ventilasi diukur dengan satuan massa udara per unit waktu (Mastalerz, 1977). Laju ventilasi
minimum pada kandang biasanya didasarkan pada kebutuhan pergerakan udara untuk kontrol
kelembaban (Esmay, 1986).

Di daerah tropis seperti Indonesia, ventilasi bangunan kandang yang biasanya digunakan
adalah ventilasi alami karena dapat menekan biaya dan tenaga kerja dibandingkan dengan
ventilasi lainnya. Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara akibat faktor
angin dan faktor termal. Faktor angin dan termal ini dimanfaatkan untuk menggerakkan udara
dan menentukan laju ventilasi alami yang terjadi. Laju ventilasi alami memiliki hubungan
yang linier dengan kecepatan udara dan tergantung pada perbedaan tekanan udara yang
ditimbulkan oleh perbedaan temperatur lingkungan (Takakura, 1979). Laju pertukaran udara
dipengaruhi oleh total luas bukaan, arah bukaan, kecepatan angin dan perbedaan temperatur
di luar dan di dalam kandang (Mastalerz, 1977).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 16 November 2023 jam 06.39 WITA,
12.39 WITA, dan 16.39 WITA bertempat di gedung A, ruangan 3.2 Fakultas Peternakan
Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum


3.3. Alat Praktikum
a. Thermohygrometer

3.4. Variabel atau Parameter yang diukur

Variabel Parameter
Suhu Derajat Celcius (℃)
Kelembaban Relative Humidity (RH) %

3.5. Cara Kerja Praktikum


a. Meletakkan Thermohygrometer pada ruangan yang ingin diukur suhu dan
kelembabannya.
b. Menunggu kurang lebih 20 menit.
c. Mengamati skala yang ada pada Thermohygrometer, skala bagian atas menunjukkan
suhu, sedangkan skala bagian bawah menunjukkan kelembaban.

3.6. Analisa Data


ITH = 1,8 * TL – (1- Kelbn ) * ( TL- 14,3 ) + 32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Nama Alat Suhu ℃ Kelembaban


Thermohygromete Pagi Siang Sore Rata/hari Pagi Siang Sore Rata/hari
r Digital Clock 6.39 12.39 16.39 28,83333 6.39 12.39 16.3 46,33333
9
27,3 29,4 29,8 54 37 48
ITH
Pagi Siang Sore Rata/hari
6.39 12.39 16.39 737,6
770,14 628,52 814,14

4.2 Pembahasan Praktikum


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Kesimpulan

5.3 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai