Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FREKUENSI NAPAS, PULSUS , DAN SUHU

TUBUH

FISIOLOGI VETERINER II

DISUSUN OLEH:
BERNARD OKAN LOPEZ
2209010022

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KE
UNIVERSITAS NUSA CENDANA TAHUN AJARAN 2022-2023
DOKTERAN HEWAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hewan ternak seperti domba memiliki cara untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan
sekitar di luar tubuh. Oleh karena itu, hewan ternak akan mempunyai beberapa respon
balik terkait dengan kondisi yang dirasakan, misalnya dengan peningkatan denyut
jantung, terjadinya proses thermoregulasi(untuk menjaga suhu ideal yang cocok denggan
kondisi yang dialami, contohnya berkeringat), dan frekuensi napas.

1.2 TUJUAN

Untuk mengetahui proses thermoregulasi yang terjadi pada hewan yang akan diamati
dengan melihat dan mengukur frekuensi napas, pulsus atau denyut jantung, dan suhu
tubuh.

1.3 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN


- Suhu
- Denyut jantung (Pulsus)
- Frekuensi napas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 THERMOREGULASI
Thermoregulasi merupakan suatu proses adaptasi hewan untuk mempertahankan suhu
tubuh agar dalam kisaran normal. Adaptasi ini terjadi secara spontan dari tubuh hewan
ketika berada dalam kondisi yang tidak sesuai atau kondisi yang seharusnya membuat
hewan tidak berada dalam kondisi yang nyaman. Contoh pada saat hujan dimana suhu
dan kelembapan berubah, hewan akan menyesuaikan kondisi tubuhnya dengan
lingkungan luar tubuh. Proses inilah yang dinamakan thermoregulasi. Tujuan utama
dari thermoregulasi sebenarnya cukup sederhana yaitu mempertahankan suhu tubuh
saja, namun pengaruhnya sangatlah banyak dimana salah satunya yaitu, menjaga agar
tubuh tidak terkena hipotermia yang menyebabkan menurunnya daya kerja dari
beberapa organ seperti jantung dan paru-paru. Keadaan ini juga memaksa tubuh
membakar energi yang lebih banyak untuk menyeimbangkan suhu tubuh dengan
menaikkan suhu tubuh. Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu
tubuh, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a. Hewan homeoterm Suhu tubuh hewan selalu konstan, tidak berubah walaupun suhu
lingkungannya berubah.

b. Hewan poikiloterm Suhu tubuh hewan yang selalu berubah seiring dengan
berubahnya suhu lingkungan

sekitarnya (Tim Fisiologi, 2010). Mekanisme perubahan panas tubuh terjadi dengan 4
proses:

L. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda.
2. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui
permukaan tubuh.
3. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet.
Daftar hewan dan suhu normal tubuhnya
1. Kuda 37.5- 38.5
2. Kucing 38-39,5
3. Kelinci 38-40
4. Anjing 37,5-39 37.5
5. Sapi 39.5
6. Kambing 38.5-40.5
7. Unggas 39-41
8.Domba 39.2-40
9. Babi 39-39,5
10. Hamster 38.4-39
11. Cavia 36-40.5

(Tim Fisiologi, 2010).

2.2 DENYUT JANTUNG (PULSUS) DAN FREKUENSI NAPAS


Thermoregulasi memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap perubahan denyut
jantung. Ketika suhu tubuh berada dikisaran yang cukup rendah, maka denyut jantung
dan frekuensi napas akan melambat dikarenakan penurunan metabolisme pada tubuh
hewan, sedangkan pada suhu udara yang cukup tinggi denyut jantung dan frekuensi
napas akan dipercepat, dikarenakan kelarutan O2 di udara yang menurun sehingga
tubuh akan menyesuaikan dengan kondisi itu dengan mempercepat frekuensi napas
dan pulsus yang ditujukan agar pasokan O2 bagi tubuh tetap terpenuhi walaupun
kelarutan O2 di udara sedikit. Hal ini juga terjadi pada hewan yang hidup di dataran
tinggi di mana kondisi tekanan udara yang tinggi namun kandungan O2 dalam udara
rendah, sehingga memaksa tubuh untuk beradaptasi dengan kondisi yang tidak
menguntungkan tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


Tempat diadakannya praktikum adalah Laboratorium Program Studi Kedokteran
Hewan, Universitas Nusa Cendana. Waktunya jam 13.00-15.00 WITA, ditanggal 30
Maret 2023.

3.2 ALAT DAN BAHAN


- Alat tulis
- Kertas
- Stopwatch
- Thermometer

3.3 LANGKAH KERJA


- Memasukan temometer ke rectum dan tunggu hingga berbunyi, setelah itu catat
hasilnya dikertas
- Selanjutnya, menghitung denyut nadi yang dilakukan di sekitar leher dan bagian
bawah ekor selama 1 menit, dan mencatat hasilnya di kertas
- Yang terakhir adalah menghitung frekuensi napas domba selama 1 menit dan catat
hasilnya di kertas
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1 HASIL

NO HAL YANG DIUKUR Ukuran/menit


01 Suhu 39℃
02 Denyut jantung 28/menit
03 Frekuensi napas 33/menit

4.2 PEMBAHASAN
 Suhu tubuh domba diukur saat kondisi lingkungan sedang hujan dan domba sempat
terpapar hujan yang menyebabkan suhu domba sedikit lebih rendah dari suhu
normalnya yaitu, 39,2-40℃. Hal ini dikarenakan domba diukur ketika dalam keadaan
tubuh yang basah dan domba belum sempat menstabilkan suhu normal tubuh dengan
meningkatkan produksi panas metabolismenya.
 Denyut nadi domba yang diukur lebih rendah (28 kali/menit) dari kisaran denyut nadi
domba normal, yaitu 60-120 kali/menit. Hal ini dikarenakan jantung yang akan
berdenyut lebih pelan ketika suhu dingin sehingga dapat menekan pengeluaran panas
dari dalam tubuh ke lingkungan luar tubuh.
 Frekuensi napas domba ketika diukur adalah 33 kali per menit, dimana ukuran ini
lebih tinggi dari kisaran normal frekuensi napas yang seharusnya (15-25 kali/menit)
(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Hal ini dikarenakan pada saat pengukuran
frekuensi napas, domba di tarik dulu dari tempat makannya ke depan tempat
pengukuran yang menyebabkan domba haru mengatur ulang frekuensi napasnya yang
tentunya membutuhkan waktu tertentu. Faktor lain yang mempengaruhi frekuensi
napas domba adalah kondisi saat pengukuran dimana pada saat pengukuran, banyak
orang yang berkumpul di sekitar domba, sehingga memungkinkan domba berada
disituasi yang tidak nyaman dan ikut mempengaruhi kecepatan saat
bernapas/frekuensi napasnya.

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Banyak faktor yang mempengaruhi kestabilan kinerja tubuh hewan (domba) dalam
hal ini adalah frekuensi napas, denyut nadi dan suhu tubuh. Contoh dari faktor-faktor
tersebut salah satunya adalah suhu lingkungan dan kondisi (konsistensi manusia di
sekitar domba) di sekitar domba tersebut. Oleh karena itu, perlunya menjaga
kesehatan domba dengan cara memberi asupan gizi yang memungkinkan, sehingga
domba tidak mudah terganggu sistem kerja dalam tubuhnya (metabolisme).

5.2 SARAN
Dalam pelaksanaan pengukuran yang berhubungan dengan thermoregulasi, perlu di
ingat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi normal domba tersebut,
sehingga hasil data yang didapatkan optimal dan bisa dipertanggungjawabkan
alasannya.

DAFTAR PUSTAKA

 drh. Herlina U. Deta, M. (2023). Petunjuk Praktikum Fisiologi Veteriner II . Kupang.

 Siswanto. (2016). Thermoregulasi. unud.ac.id.

 Syaikhullah, G. (2020). Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis Terhadap Waktu


Pemberian. unsulbar.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai