Iffi Rizkiya*, Alma Luthfiani, Chloe Jasmine Fatimah A.L, Setyawan Heru Tandyo
Prodi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2018
ABSTRAK
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Berdasarkan kemampuannya untuk
mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu poikiloterm
dan homoiterm. Pada hewan poikiloterm (berdarah dingin) belum mempunyai pengatur suhu
tubuh, sehingga suhu tubuhnya cenderung mengikuti temperatur lingkungan sekitar. Tujuan
dari praktikum ini adalah mengetahui pengaruh suhu lingkungan terhadap aktivitas jantung
katak dan laju respirasi pada ikan. Praktikum dilaksanakan pada Laboratorium Fisiologi di
Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode yang digunakan
dengan mengukur suhu tubuh katak dengan perlakuan suhu panas, suhu normal, dan suhu
dingin, serta mengukur buka tutup operkulum pada ikan dengan perlakuan suhu panas, suhu
normal, dan suhu dingin. Katak mempertahankan suhu tubuhnya sesuai dengan suhu
lingkungan sekitarnya sehingga termasuk ke dalam kelompok hewan poikilotermik. Laju
respirasi pada ikan juga menyesuaikan buka tutup operkulumnya terhadap suhu
lingkungannya.
Kata kunci : termoregulasi, poikiloterm, suhu, katak, ikan, operkulum.
PENDAHULUAN
Termoregulasi adalah suatu metabolisme hanya akan bertambah seiring
mekanisme makhluk hidup untuk dengan kenaikan suhu hingga batas
mempertahankan suhu internal agar berada tertentu saja. Hal ini disebabkan
di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Suhu metabolisme di dalam tubuh diatur oleh
berpengaruh kepada tingkat metabolisme. enzim (salah satunya) yang memiliki suhu
Suhu yang tinggi akan menyebabkan optimum dalam bekerja. Jika suhu
aktivitas molekul-molekul semakin tinggi lingkungan atau tubuh meningkat atau
karena energi kinetiknya makin besar dan menurun drastis, enzim-enzim tersebut
kemungkinan terjadinya tumbukan antara dapat terdenaturasi dan kehilangan
molekul satu dengan molekul lain semakin fungsinya (Campbell, 2004).
besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas
Berdasarkan kemampuannya untuk METODOLOGI
mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu Praktikum dilaksanakan pada hari
poikiloterm dan homoiterm. Hewan Jum'at, 2 Maret 2018 pukul 10.00 sampai
poikiloterm yaitu hewan yang suhu 12.00 dan berlokasi di Laboratorium
tubuhnya selalu berubah seiring dengan Fisiologi Pusat Laboratorium Terpadu
berubahnya suhu lingkungan. Sementara, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada
hewan homoiterm yaitu hewan yang suhu praktikum ini digunakan alat dan bahan
tubuhnya selalu konstan atau tidak berubah yang meliputi termometer, baki plastik,
sekalipun suhu lingkungannya sangat ranting berbentuk Y, stopwatch, counter,
berubah. Hewan poikiloterm juga dapat gelas kaca 500 mL, selang kecil, Bufo sp.,
disebut sebagai ektoterm karena suhu ikan kecil, air, es batu, dan air panas.
tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh
Terdapat dua percobaan pada prak-
suhu lingkungan eksternalnya. Sementara,
tikum ini yaitu pengamatan pengaruh suhu
homoiterm dapat disebut endoterm karena
lingkungan terhadap aktifitas jantung katak
suhu tubuhnya diatur oleh oleh produksi
serta laju respirasi ikan. Praktikum
panas yang terjadi didalam tubuh (Isnaeni,
pertama adalah pengamatan terhadap katak
2006).
yang dilakukan dengan cara meletakkan
Pada hewan poikiloterm (berdarah seekor katak pada baki plastik dan
dingin) belum mempunyai pengatur suhu ditelentangkan. Baki diisi sedikit air,
tubuh, sehingga suhu tubuhnya cenderung kemudian diukur suhu air dan suhu tubuh
mengikuti temperatur lingkungan sekitar. katak. Pengukuran suhu katak dilakukan
Pada lingkungan panas seekor katak akan dengan memasukkan termometer raksa ke
naik suhu tubuhnya, dan pada suhu dalam mulut katak hingga mencapai
lingkungan dingin seekor katak suhu esofagus. Pengukuran dilakukan selama
tubuhnya akan turun (Team Teaching, lima menit. Kemudian dilakukan pula
2014). perhitungan jumlah denyut jantung katak
dalam suhu normal selama satu menit
Ikan termasuk hewan yang bersifat dengan pengulangan tiga kali. Hasil
poikiloterm, serta selalu membutuhkan air pengukuran dicatat sebagai suhu dan
untuk hidupnya, karena ikan merupakan denyut jantung normal katak.
hewan air yang mengalami kehidupan
sejak lahir atau menetas dari telurnya Setelah itu, air pada baki diganti
sampai akhir hidupnya di air. Selanjutnya dengan air yang lebih dingin. Ditambahkan
dijelaskan bahwa air merupakan habitat es batu hingga suhunya menurun 10°C.
ikan yang erat kaitannya dengan Kemudian kembali dilakukan pengukuran
pembentukan struktur tubuh ikan, proses suhu tubuh serta denyut jantung katak pada
pernafasan, cara pergerakan, cara kondisi lingkungan dingin tersebut.
memperoleh makanan, reproduksi dan Terakhir, air pada baki kembali diganti
segala hal yang diperlukan bagi ikan dengan air hangat. Ditambahkan air panas
(Odum, 1996). hingga suhu bertambah 10°C dari suhu
normal. Dilakukan pula pengukuran suhu
Tujuan dari praktikum ini adalah tubuh serta denyut jantung katak pada
untuk mengetahui pengaruh suhu kondisi lingkungan panas. Hasil yang
lingkungan terhadap aktivitas jantung didapat dicatat, kemudian dihitung nilai
katak dan untuk mengetahui laju respirasi Q10 dari data tersebut.
pada ikan
Percobaan kedua adalah
pengamatan pengaruh suhu lingkungan
terhadap laju respirasi ikan. Diambil air ke
dalam gelas kaca 500 mL dan diukur suhu tubuhnya terhadap suhu lingkungan
suhunya. Dicatat suhu tersebut sebagai yang dialaminya. Hal ini disebabkan
suhu ruang. Dimasukkan ikan kecil ke karena katak termasuk ke dalam kelas
dalam gelas kaca tersebut dan dihitung laju amphibi. Hewan amphibi merupakan
respirasinya dengan menghitung berapa hewan poikiloterm yang suhu tubuh hewan
kali ikan tersebut membuka dan menutup ini ditentukan oleh keseimbangannya
mulut. Perhitungan dilakukan selama satu dengan kondisi suhu lingkungan, dan
menit dengan tiga kali pengulangan. Hasil berubah-ubah seperti berubah-
yang didapat dicatat sebagai kondisi ikan ubahnya kondisi suhu lingkungan. Hewan
pada suhu normal. Kemudian, air dalam ini mampu mengatur suhu tubuhnya
gelas kaca tersebut dinaikkan suhunya sehingga mendekati suhu lingkungan.
10°C diatas suhu normal dengan Pengaturan untuk menyesuaiakan terhadap
menambahkan air panas sedikit demi suhu lingkungan dingin dilakukan dengan
sedikit ke dalam gelas kaca. Dihitung cara memanfaatkan input radiasi sumber
kembali laju respirasinya pada kondisi panas yang ada di sekitarnya sehingga
lingkungan panas. Terakhir, suhu air suhu tubuh di atas suhu lingkungan dan
dalam gelas kaca diturunkan 10°C dari pengaturan untuk menyesuaiakan terhadap
suhu normal dengan menambahkan es suhu lingkungan panas dengan penguapan
batu. Dihitung pula laju respirasinya pada air melalui kulit dan organ-organ
kondisi lingkungan dingin. Setelah semua respiratori menekan suhu tubuh beberapa
data didapat, dihitung Q10 dengan derajat di bawah suhu lingkungan. Oleh
menggunakan rumus: karena itu, ketika suhu lingkungan turun,
suhu tubuh katak juga ikut turun
menyesuaikan dengan lingkungannya. Hal
ini juga dikarenakan karena katak belum
memiliki centrum pengatur suhu sehingga
tidak bisa mempertahankan suhu tubuhnya
agar tetap stabil. Demikian halnya pada
HASIL DAN PEMBAHASAN suhu lingkungan yang panas (Kay, 1998).
KESIMPULAN
Termoregulasi adalah proses
pengaturan suhu tubuh. Berdasarkan
pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu
hewan, maka hewan dibagi menjadi dua
golongan, yaitu poikiloterm dan
homoiterm. Hewan poikiloterm (berdarah
dingin) belum mempunyai pengatur suhu
tubuh, sehingga suhu tubuhnya cenderung
mengikuti temperatur lingkungan sekitar.
Katak mempertahankan suhu tubuhnya
sesuai dengan suhu lingkungan sekitarnya
sehingga termasuk ke dalam kelompok
hewan poikilotermik. Laju respirasi pada
ikan juga menyesuaikan buka tutup
operkulumnya terhadap suhu
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2004. Biology. Jakarta:
Erlangga
Chang, R. 1996. Essential Chemistry. Mc
Graw Hill Company, Inc,
USA.Fujaya
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostey.
Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. .