Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

ACARA IV: PENDUGAAN PARAMETER PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS


IKAN DENGAN DATA FREKUENSI PANJANG MENGGUNAKAN SOFTWARE
FISAT II

Disusun Oleh:
Imron Thoha
18/430483/PN/15800
Kelompok 7

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
a) L asimtot, Nilai k, Rn
Panjang asimtot adalah panjang optimum dari suatu spesies ikan secara teoritis dilihat
dari data frekuensi panjang setiap bulan. Nilai k adalah koefisien pertumbuhan ikan dalam
satuan waktu tertentu. Rn merupakan goodness fit of index yang didefinisikan sebagai Rn
= 10ESP/ASP/10. ASP (Availabe Sums of Peaks) dihitung dengan menambah nilai atau value
terbaik dari puncak (peak) yang tersedia. ESP (Explained Sum of Peaks) dihitung dengan
menambahkan semua nilai puncak (peak) dan melalui “hit” oleh pertumbuhan kurva dari
persamaan Lt = L∞ (1 - EXP(-K(t - to) + Sts + Sto) dengan Sts = (CK/2π) · sin (2π(t-ts)), Sto
= (CK/2 π) · sin (2 π (to-ts)), dan Lt adalah pajang pada waktu t (Gayanilo dkk., 2005).
Sederhananya, Rn dalam metode analisis RSM sebagai nilai ’respon’ terbaik.
Dalam praktikum ini, untuk mendapatkan nilai panjang asimtot, koefisien
pertumbuhan, dan Rn menggunakan fitur ELEFAN I dalam FiSAT II. ELEFAN I dapat
digunakan untuk mengidentifikasi (berosilasi secara musiman) pertumbuhan kurva yang
“terbaik” cocok untuk satu set data frekuensi panjang dengan menggunakan nilai Rn
sebagai kriteria (Gayanilo dkk., 2005). Dalam praktikum ini untuk menentukan panjang
asimtot dan koefisien panjang yang akan digunakan menggunakan fitur ELEFAN I dengan
metode RSM untuk menentukan nilai respon/Rn terbaik/tertinggi. Ikan belanak yang
didapat di Sungai Serang total sebanyak 167 dalam rentang bulan April hingga September
dengan sampel sebanyak 9. Data frekuensi panjang ikan belanak di Sungai Serang
kemudian dianalisis menggunakan FiSAT II dengan metode ELEFAN I analisis RSM
(Respond Surface Method) lalu mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil analisis RSM ELEFAN I frekuensi panjang ikan belanak di Sungai
Serang
No Sampel Loo K Rn
1 (20/04/2014) 85 0,1 0,34
2 (04/05/2014) 71 0,1 0,202
3 (01/06/2014) 71 1,59 0,18
4 (15/06/2014) 57 1,09 0,232
5 (29/06/2014) 79,75 0,1 0,269
6 (10/08/2014) 79,75 0,1 0,299
7 (24/08/2014) 79,75 0,1 0,316
8 (07/09/2014) 79,75 0,1 0,355
9 (21/09/2014) 79,75 0,1 0,335

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui hasil panjang asimtot, koefisien pertumbuhan, dan
Rn dari 9 sampel frekuensi panjang ikan belanak di Sungai Serang. Untuk menentukan
panjang asimtot dan koefisien pertumbuhan ikan belanak diihat dari nilai Rn. Semakin
tinggi nilai Rn, maka panjang asimtot dan koefisien pertumbuhan yang paling sesuai
berdasarkan data frekuensi panjang yang diperoleh. Nilai Rn tertinggi berada di sampel 8
dengan nilai 0,355, berarti nilai panjang asimtot dan koefisien pertumbuhan (k) yang
digunakan adalah masing-masing 79,75 dan 0,1.

b) Hasil dan Pembahasan

Gambar 1. VBGF dan plot range frekuensi panjang ikan belanak di Sungai Serang

Berdasarkan gambar 1 dapat diketahu grafik plot VBGF dan plot range frekuensi
panjang yang didapatkan berdasarkan panjang asimtot dan koefisien pertumbuhan sebesar
masing-masing 79,75 dan 0,1. Dari gambar 1 dapat disimpulkan bahwa data yang
dihasilkan tidak merata setiap bulan sehingga data kurang baik. Data yang baik atau bagus
merupakan data apabila diproyeksikan dengan VBGF dan plot range frekuensi panjang
menghasilkan grafik berbentuk piramida. Bentuk grafik tidak merata disebabkan karena
data frekuensi panjang yang ada terlalu sedikit, sehingga menyebabkan data kurang
representatif atau kurang mewakili populasi ikan belanak sesungguhnya.
Gambar 2. Range length converted catch ikan belanak di Sungai Serang
Berdasarkan gambar 2, dapat diketahui grafik length-converted catch curve ikan
belanak di Sungai Serang dengan data panjang asimtot 79,75 dan koefisien pertumbuhan
0,1. Grafik tersebut dapat digunakan untuk mengetahui mortalitas total ikan belanak di
Sungai Serang. Grafik yang digunakan adalah bagian grafik yang mengalami penurunan
terakhir dikarenakan asumsi grafik menurun terjadi mortalitas dari penangkapan maupun
alami. Dari grafik tersebut didaptakn estimasi mortalitas total (Z) sebesar 0,51.
Untuk menentukan nilai mortalitas alami (M) menggunakan analisis persamaan Pauly’s
M dikarenakan ikan belanak merupakan ikan yang habitat aslinya di daerah tropis. Analisis
Pauly’s M menggunakan data panjang asimtot, koefisien pertumbuhan, dan rata-rata suhu
habitat ikan belanak. Data panjang asimtot ikan belanak adalah 79,75, koefisien
pertumbuhannya adalah 0,1 dan suhu habitatnya rata-rata 29 oC. Kemudian mortalitas alami
dihitung dalam persamaan empiris log(M) = -0,0066 – 0,279 log(Loo) + 0,6543 log(K) +
0,4634 log(T) dengan M adalah mortalitas alami, Loo adalah panjang asimtot, K adalah
koefisien pertumbuhan, dan T adalah rata-rata suhu habitat ikan belanak. Dari persamaan
tersebut dihasilkan estimasi mortalitas alami ikan belanak di Sungai Serang sebesar 0,31.
𝐹
Untuk mengeteahui tingkat eksploitasi digunakan persamaan E = dengan E adalah
𝑍

tingkat eksploitasi, F merupakan tingkat mortalitas penangkapan dan Z adalah tingkat


mortalitas total (mortalitas penangkapan + mortalitas alami). Nilai E diharapkan sebanding
dengan mortalitas alaminya sehingga eksploitasi optimum yang diharapkan sebesar 0,31
(Sudrajat, 2006). Nilai F diketahui dengan rumus F = Z – M dengan nilai Z dan M yang
telah diperoleh sebesar masing-masing 0,51 dan 0,31 sehingga F diperoleh sebesar 0,20.
𝐹
Setelah nilai F diketahui kemudian dimasukkan ke dalam persamaan E = sehingga
𝑍

diperoleh nilai E sebesar 0,40. Tingkat eksploitasi yang didapat melebihi tingkat mortalitas
alami sehingga tingkat eksploitasi ikan belanak di Sungai Serang tergolong overeksploitasi.
Oleh karena itu, tindakan yang dapat diambil adalah dengan membatasi/mengurangi jumlah
tangkapan ikan belanak atau melarang penangkapan ikan belanak ketika musim pemijahan.

Gambar 3. Pola rekruitmen ikan belanak di Sungai Serang


Berdasarkan gambar 3, dapat diketahui pola rekrutmen ikan belanak di Sungai Serang.
Rekrutmen ikan belanak di Sungai Serang terjadi setiap bulan. Rekrutmen tertinggi terjadi
di sampel ke 8 yaitu pada tanggal 7 September 2014 sedangkan rekrutmen terendah berada
di sampel ke 1 yaitu pada tanggal 20 April 2014.

c) Kesimpulan
Ikan belanak di Sungai Serang pada bulan April hingga bulan September sebanyak 167
ekor. Tingkat eksplotasi ikan belanak di Sungai Serang sebesar 0,40 dengan tingkat
mortalitas alami 0,31 sehingga digolongkan sebagai overeksploitasi. Solusinya adalah
membatasi/mengurangi jumlah tangkapan ikan belanak atau melarang penangkapan ikan
belanak ketika musim pemijahan.
Daftar Pustaka
Gayanilo, F. C., Sparre, P., dan Pauly, D. 2005. FAO-ICLARM Stock Assessment Tools II
(FiSAT II). Revised version. User's guide. FAO Computerized Information Series
(Fisheries). No. 8, Revised version. Rome.
Sudrajat, A. 2006. Studi pertumbuhan, mortalitas, dan tingkat eksploitasi ikan selar kuning,
Selaroides leptolepis (Cuvier dan Valenciennes) di Perairan Bintan, Riau. Jurnal
Perikanan 8(2): 223 – 228.

Anda mungkin juga menyukai