DISUSUN
KELOMPOK 5 :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengadaan simplisia yang baik menurut CPOTB
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Obat Tradisional. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang memahami mengenai Pengadaan simplisia yang baik menurut CPOTB bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu, selaku dosen mata kuliah Obat Tradisional yang telah
memberikan tugas ini sehinggga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.........................................................................................................................................i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................................................1
BAB II
ISI............................................................................................................................................................2
A. Jenis-Jenis
Simplisia..........................................................................................................................3
B. Pengadaan
Simplisia..........................................................................................................................9
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................................................12
A.
Kesimpulan........................................................................................................................................12
B.
Saran...................................................................................................................................................12
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya semua tumbuhan yang telah menghijaukan muka bumi ini menyimpan berjuta manfaat.
Bukan hanya tumbuhan yang dibudidayakan atau sengaja ditanam yang bermanfaat bagi manusia.
Ternyata tumbuhan liar yang tersebar disekitar kita sering diabaikan juga menyimpan potensi luar
biasa, khususnya sebagai obat (Dalimartha, S., Hembing, W, 1997).Tetapi pada dewasa ini banyak
orang yang kembali ke pengobatan alam atau pengobatan tradisional karena disamping mudah didapat
juga pada umumnya kurang menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh.
Hampir di seluruh pelosok negeri ini terdapat berbagai jenis tumbuh-tumbuhan baik yang merupakan
tumbuhan asli Indonesia maupun yang berasal dari luar negeri yang dapat digunakan untuk
pengobatan. Selebihnya banyak tanaman obat yang belum banyak dibahas dalam literatur seperti pada
literatur Materia Medika Indonesia, jilid V(1989).
Sebagian obat tradisional yang ada melalui seleksi ilmiah yang dalam pemakaiannya belum
memenuhi persyaratan ilmiah. Penggunaan obat tradisional hingga kini belum mampu menggeser
obat sintetik sebagai sarana pengobatan formal terutama untuk tujuan kuratif dan diagnosa, dan hanya
terbatas pada pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), maupun perbaikan
(rehabilitatif). Pengembangan obat tradisional perlu dilaksanakan dengan tepat sehingga baik
keamanan maupun khasiatnya secara medik dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya
pengembangan obat tradisional ke arah fitofarmaka (Hargono, 1992).
4
BAB II
ISI
A. Jenis-Jenis Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewan dan simplisia mineral.
1. Simplisianabati
a. Pengertian
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau
ekskudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan sendiri adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tumbuhan atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya. Sedangkan bagian tumbuhan adalah bagian
yang dijadikan simplisia, yaitu:
a. Akar (radix)
b. Rimpang (rhizoma)
c. Umbi (tuber)
d. Umbi lapis (bulbus)
e. Batang (lignum)
f. Kulit batang (korteks)
g. Daun (folium)
h. Bunga (flos)
i. Buah (functus)
j. Biji (semen)
Simplisia nabati terdiri dari dua jenis, yaitu simplisia basah dan simplisia kering. Simplisia basah
adalah tumbuhan segar yang belum dikeringkan, sedangkan simplisia kering adalah tumbuhan yang
telah dikeringkan, dan digunakan untuk pengobatan serta belum mengalami pengolahan kecuali
dinyatakan lain. Suhu pengeringan tidak boleh lebih dari 60 derajat Celsius, dan bisa dibentuk
sebagai serbuk simplisia.
Penggunaan jenis-jenis simplisia ini sangat menentukan sekali, terutama dalam pembuatan jamu.
Apabila simplisia yang digunakan memiliki kondisi yang kurang baik, zat aktif yang terkandung
dalam bahan baku jamu akan berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Untuk memastikan kebenaran identitas simplisia yang akan digunakan, kemudian pilih simplisia
nabati yang bermutu baik, tidak tercampur dengan tumbuhan lain, bersih dari tanah atau bahan
asing lainnya, serta tidak rusak karena penyakit tanaman atau serangan hama.
a. Penampilan
5
b. Kerusakan
c. Ukuran
d. Warna
e. Bau
f. Rasa
Jangan menggunakan simplisia yang sudah terkontaminasi pertumbuhan kapang. Sebab, beberapa
jenis kapang dapat menghasilkan senyawa toksik atau mitotoksin yang dapat berakibat negatif bagi
kesehatan.
2. Simplisia hewani
a. Pengertian
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yg dihasilkan oleh hewan
dan belum berupa bahan kimia murni.
1. Adeps Lanae
Kegunaan: Sebagai basis salep penyerap air, bahan kosmetik dan krim, sabun, pasta, pil.
Bagian yang digunakan: Lemak yang dimurnikan dari bulu domba.
Kandungan : ester asam lemak dengan kolesterol, lanosterol, dihidrolanosterol, asam-asam lemak
(palmitat, miristinat, lanosterat, dan karnaubat), alkohol alifatis (seril- dan setil- alkohol)
Cara memperoleh :
2. Cera Flava
6
Pemerian : Zat padat, jika dingin agak rapuh, jika hangat menjadi elastis, bekas patahan buram dan
berbutir warna coklat kekuningan, bau enak seperti madu.
Kegunaan : bahan salep dan krim
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Sediaan : Oculentum Hydrargyri Oxydi Flavi (FOI)
3. Cera Alba
4. Adeps Suillus
5. Spermaseti
Cara memperoleh : Binatang menyusui ini kepalanya besar, bagian atas kepala berisi cairan yang
setelah binatangnya mati, menjadi padat putih seperti bunga karang, merupakan campuran setaseum
dan minyak lemak. Dengan perasan, pencucian dengan soda dan lain sebagainya diperoleh
7
setaseum murni.
Sediaan : Unguentum Leniens (Form. Nas).
6. Gelatinum
Kualitas dan sifat-sifat gelatina ditetapkan oleh perbandingan antara glutina dan khondrina yang
terdapat padanya.
Kegunaan : Coating agent; film-former; gelling agent; suspending agent; tablet binder; viscosity-
increasing agent, cangkang kapsul lunak dan keras; pembawa injeksi Pikti; bahan makanan jelly;
pelapis kuku utk merawat kuku
Dua macam tipe gelatin yaitu :
Type A dengan titik iso-elektrik pada pH 7-9, diperoleh dari partial acid hydrolysis
Type B dengan titik iso-elektrik pada pH 4,7-5,0, diperoleh dari partial alkaline hydrolysis
Gelatina makanan dapat dibuat dari 3 sumber utama, yaitu :
tulang-tulang yang sudah bersih : Tulang yang diolah dengan asam klorida menghasilkan garam
kalsium yang larut dalam Osein
kulit babi yang baru dibekukan : Kulit babi yang diolah dengan asam klorida dan disari pada pH 3,5
– 5 akan menghasilkan lemak dan gelatin tipe A.
kulit sapi muda : Osein dan kulit sapi muda jika diolah dengan kapur, memberikan kolagen kotor.
7. Chitosan
Cara memperoleh :
8
• supernatan dinetralkan dengan larutan NaOH,
• endapan putih (kitosan),
Cara lain:
• serbuk cangkang + HCl encer 5% diamkan 24 jam + CaCl2 (Ca dan pengotor dihilangkan),
• ekstrak cair warna pink dipucatkan dgn H2O2 dlm asam 5-6 jam pada suhu ruang. Hasilnya
diasetilasi pd suhu 120,
• C dgn campuran KOH )3 bag)’ etanol (1 bag); dan etilen glikol (1 bag),
• Chitosan diperoleh sbg padatan amorf.
3. Simplisia mineral
a. Pengertian
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa pelikan atau mineral yang belum diolah
dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni.
1. Paraffinum
2. Vaselinum
Cara memperoleh : vaselin kuning merupakan residu semisolid sisa dari proses destilasi
vakum atau uap petroleum. Residu ini mengalami proses pembuatan malam dan/atau
pencampuran dengan bahan dari sumber lain. pemurnian akhir dilakukan dengan kombinasi
hidrogenasi tekanan tinggi atau diberi asam sulfur kemudian disaring melewati adsorben.
Suatu antioxidan yang cocok dapat ditambahkan.
Vaselin putih adalah vaselin yang mengalami proses pemucatan (penghilangan warna).
B. Pengadaan Simplisia
1. Simplisia nabati
9
Hal pertama dalam mengolah simplisia yang aman adalah pastikan terlebih dahulu peralatan yang
digunakan dan tempat dalam kondisi cukup bersih. Untuk peralatan, gunakanlah yang berbahan
stainless steel.
1. Utamakan Kebersihan Diri
Gunakanlah pakaian yang bersih lalu cucilah tangan sebelum mengolah bahan. Bila perlu
gunakan masker serta sarung tangan.
2. Lakukan Pemilahan
Pilahlah dan pisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing yang menempel seperti tanah,
kerikil, bagian simplisia yang rusak dan yang tercampur dengan tumbuhan lain.
3. Cuci Berulang Kali
Bahan harus dicuci berulang kali sampai benar-benar bersih agar simplisia tidak tercemar.
Apabila kotoran melekat kuat dapat dilakukan dengan menyemprot air bersih dibantu tangan atau
sikat yang lembut.
4. Lakukan Penirisan
Setelah mencuci sampai bersih, Sahabat segera melakukan penirisan pada bahan untuk
mengurangi atau menghilangkan air sisa pencucian yang ada di permukaan simplisia.
5. Merajang dengan Pisau Tajam
Perajangan dilakukan setelah Sahabat meniriskan bahan. Perajangan ini adalah untuk
memperkecil ukuran dengan cara memotong atau mengiris menggunakan pisau tajam yang
terbuat dari logam nirkarat. Penggunaan pisau ini akan dapat memberikan hasil penyarian lebih
optimal pada tahap perebusan.
Saat Sahabat hendak merebus bahan setelah merajang, rebuslan dengan air bersih secukupnya,
dan gunakanlah wadah berbahan logam nirkarat atau keramik dengan air mendidih. Lama
pendiaman disesuaikan dengan simplisia yang digunakan. Untuk akar, rimpang, kayu, kulit
batang, buah, atau biji pendiaman bisa lebih untuk mendapatkan sari zat khasiatnya jika
dibandingkan dengan simplisia dari bunga dan daun
7. Ketika merebus, yang perlu diperhatikan lagi adalah simplisia nabati segar/kering direbus dalam
air mendidih, dengan suhu 100 derajat Celsius selama 15-30 menit tergantung kemudahan
penyarian. Untuk serbuk kering dapat diseduh dalam satu gelas air mendidih selama 5 menit.
Setelah melakukan perebusan, Sahabat tentunya sudah bisa mengonsumsi dalam kondisi yang
hangat. Jangan lupa, simpanlah dalam wadah yang sesuai. Hindari botol bekas, kondisi wadah
harus bersuhu sejuk, dan tidak disimpan terlalu lama. Pastikan sebelum dikonsumsi tidak terjadi
perubahan organoleptik dari obat tradisional yang disimpan.
Berikut ini adalah simplisia tumbuhan yang bisa dimanfaatkan:
1. Sambiloto
Sambiloto adalah salah satu jenis tanaman herbal yang rasanya terkenal pahit. Meski begitu,
tanaman ini mempunyai berbagai macam manfaat karena kandungannya yang berfungsi sebagai
antiinflamasi, antibakteri, antipiretik, dan analgesik. Tanaman dapat dijadikan herba kering dan
herba segar, dengan berat 3-9 gram dan 25-75 gram untuk dosis tunggal sesuai kebutuhan.
2. Meniran
Meniran adalah sejenis tanaman liar yang sering ditemui di jalan atau alam bebas. Daunnya
berbentuk bulat dan berukuran kecil sehingga sekilas mirip dengan putri malu. Daun, batang
10
daun, dan akar tanaman meniran ini digunakan sebagai obat herbal yang dipercaya dapat
mengatasi berbagai macam penyakit seperti batu ginjal, batu empedu, kesehatan hati, dan
diabetes. Selain itu, meniran dapat meningkatkan sistem imun tubuh. Dosis konsumsinya untuk
herba segar adalah 2-3 kali sehari dari berat 15-30 gram.
3. Rimpang Jahe
Jahe merupakan salah satu tanaman rimpang yang cukup populer untuk digunakan sebagai obat
herbal. Jahe sendiri terdiri berbagai jenis seperti jahe kuning dan jahe merah. Tanaman ini
bermanfaat sebagai obat rematik, mengurangi mual dan muntah, menurunkan kolesterol, dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Jahe dapat dijadikan sebagai serbuk kering dengan dosis 2-4
gram per hari.
4. Jambu Biji
Jambu biji merupakan salah satu buah yang cukup populer di masyarakat, dan diketahui
mengandung vitamin C untuk daya tahan tubuh. Selain sebagai buah, jambu biji juga dapat
dijadikan sebagai obat herbal yang mampu mencegah kanker, melancarkan pencernaan,
menurunkan kolesterol, dan menyehatkan mata. Untuk konsumsinya adalah buah dapat dimakan
langsung berukuran sedang dengan berat 55 gram, dan daun dapat diolah dengan berat 15 gram,
baik segar maupun kering per hari.
5. Rimpang Kunyit
Selain sebagai salah satu bahan masakan, kunyit ternyata juga dapat dijadikan sebagai obat
herbal. Tanaman rimpang ini berfungsi untuk mengobati disentri, mengatasi amandel, dan
mengobati hepatitis. Tak hanya itu, kunyit juga berkhasiat untuk mengobati diabetes. Tanaman
ini dapat dikonsumsi dari bentuk irisan rimpang kering dengan berat dan dosis 3-9 gram per hari
dan serbuk kering sebanyak 1,5-3 gram per hari.
6. Rimpang Temulawak
Tanaman terakhir dari simplisia nabati yang bisa dimanfaatkan adalah temulawak. Tanaman
empon-empon ini sering dijadikan sebagai jamu. Khasiatnya adalah dapat menjadi obat batuk
pada anak, meredakan demam, maag, asam urat, dan kolestrol. Temulawak dapat dikonsumsi
dari irisan rimpang segar, 25 gram per hari.
Keunggulan dan Kekurangan Simplisia
Simplisia mempunyai keunggulan, yaitu:
1. Efek samping relatif lebih kecil daripada obat-obatan kimia.
2. Mempunyai komposisi yang saling mendukung untuk mencapai efektivitas pengobatan.
3. Baik untuk penyakit metabolik dan degeneratif.
Sedangkan kekurangannya adalah:
1. Memiliki efek pengobatan yang lemah.
2. Bahan baku belum tersandar.
3. Belum ada uji klinis.
4. Mudah tercemar berbagai mikroorganisme.
Karena itu, supaya aman hendaknya menggunakan simplisia tumbuhan dari kelompok obat
fitofarmaka atau fitoterapi yang sudah teruji khasiat dan keamanannya, teruji secara klinis, dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan memenuhi indikasi medis.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagianobattradisionalyangadamelaluiseleksiilmiahyangdalampemakaiannyabelummemenuhipers
yaratanilmiah.Penggunaanobattradisionalhinggakinibelummampumenggeserobatsintetiksebagaisara
napengobatanformalterutamauntuktujuankuratifdandiagnosa,danhanyaterbataspadapencegahan(pre
ventif),peningkatankesehatan(promotif),maupunperbaikan(rehabilitatif).Pengembanganobattradisio
nalperludilaksanakandengantepatsehinggabaikkeamananmaupunkhasiatnyasecaramedikdapatdipert
anggungjawabkandalamupayapengembanganobattradisionalkearahfitofarmaka(Hargono,1992).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai Obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga. Simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia nabati,hewani dan mineral( pelikan). Terdapat beberapa cara dalam pembuatan simplisia
yaitu dengan cara pengeringan, fermentasi,dan di proses khusus dan simplisia pada proses
memerlukan air.
B. Saran
Saranyangbisapenulisberikanperluadanyametodepenilitianlebihlanjutakanupayapeningkatandikusite
rhadap pengadaan simplisia menurut CPOBT.
12
DAFTAR PUSTAKA
13