Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FITOKIMIA

SAPONIN

Di susun oleh:

Kelompok 4

1. .novia erlin
2. Nurul aini
3. Laila harmiza

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN

BAGU LOMBOK TENGAH

2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat allah swt,karena atas rhido dan
hidayatnya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah yg
berjudul “SAPONIN”.selain itu penulisan juga dapat mencoba dan membandingkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama dibangku kuliah dengan kenyataan
yang ada sekarang.

Penulis merasa bahwa dalam menyusun makalah ini masih menemui bebrapa kesulitan dan
hambatan disamping itu juga menyadari bahwa penulis makalah ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangan lainnya,maka dari itu penulis mengharapkan saran dan keritik
yang membangun dari semua pihak.

Bagu 10 november 2020

Disusun oleh:

Kelompok 4

2
DAFTAR FUSTAKA

JUDUL………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang masalah……………………………………………………………

1.2.Rumusan masalah.......................................................................................................

1.3.Tujuan pembahasan....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian saponin

2.2. Sifat-sifat saponin


2.3.Sumber saponin

2.4.klasifikasi saponin

2.5.Biosintesis saponin

2.6.Isolasi saponin

2.7.Kegunaan saponin

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan

3.2.Saran

DAFTAR FUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang disebabkan


karena kita mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika buih ini timbul karena
adanyapenurunan tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan tegangan
permukaan disebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin = sapo) yang
dapat mengkacaukan ikatan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua
bagian yang tidak sama sifat kepolarannya. Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa
sabun yang biasa disebut saponin. Saponin berbeda struktur dengan senywa sabun yang ada.
Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari glikon
(Glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan aalam lainya). Saponin  umumnya berasa
pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat beracun
untuk beberapa hewan berdarah dingin (Najib, 2009).

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan senyawa saponin?
1.2.2 Bagaimana sifat-sifat senyawa saponin?
1.2.3 Apa saja sumber saponin?
1.2.4 Apa saja klasifikasi saponin?
1.2.5 Bagaimana biosintesis saponin?
1.2.6 Bagaimana cara mengisolasi saponin?
1.2.7 Apa kegunaan saponin?
1.3 Tujuan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian saponin

Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada
tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk
busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbrone,1996).
Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa dan
molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger et.al,1998). Saponin diberi nama demikian
karena sifatnya menyerupai sabun “Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif
permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin
bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan
glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut
dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh
dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995).

Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan


triterpen. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat.
Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai
saraponin.Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat.
Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin. Masing-masing senyawa ini
banyak dihasilkan di dalam tumbuhan (Hartono, 2009). Tumbuhan yang mengandung sponin
ini biasanya memiliki Genus Saponaria dari Keluarga Caryophyllaceae. Senywa saponin juga
ditemui pada famili sapindaceae, curcurbitaceae, dan araliaceae.

2.2 Sifat-sifat saponin


Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian
tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam
tumbuh-tumbuhan tidak diketahui mungkin sebagai penyimpan karbohidrat atau merupakan
weste product dan metabolism tumbuh-tumbuhan kemungkinan lain adalah sebagai
pelindung terhadap serangan serangga. Beberapa sifat-sifat saponin :

5
a. Mempunyai rasa pahit
b. Dalam larutan air membentuk busa stabil
c. Menghemolisa eritrosit
d. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
e. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya
f. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
g. Berat molekul relative tinggi dan analisi hanya menghasilkan formula empiris yang
mendekati

Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (Surface


tenstn) dengan hidrolisis lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat
(heksosa, pentose, dan Saccharic acid) (Kim Nio,1989).

2.3 Sumber saponin


Saponin bisa ditemukan pada tanaman liar maupun tanaman peliharaan, pada
binatang laut tingkat rendah (lower marine animals ), dalam beberapa bakteri, namun jarang
ditemukan pada binatang tingkat tinggi (higher animals). Saponin Triterpenoid tersebar luas
dalam lebih dari 500 spesies tanaman seperti, kedele, buncis, teh, beet, bunga matahari,
ginseng, alfalfa, quillaja, spinach, horse chestnut, guar dan banyak lagi. Sedangkan Saponin
Steroid terdapat dalam 85 spesies dari Genera Agave, Discorea and Yucca, dan dalam 56
Genera yang lain seperti, tomat, asparagus, ginseng, dan oat. Dalam legume saponin
berikatan dengan protein, jadi bisa ditemukan dalam bagian tumbuhan yang kaya protein.
Tipe dan macam Saponin berbeda tergantung banyak faktor, misalnya spesies,
umur tanaman, dan bagian tanaman. Selain itu juga bisa dipengarui oleh cuaca, macam tanah,
sinar matahari, tempat bercocok tanam dan banyak lagi. Dalam satu spesies mungkin
mengandung lebih dari satu macam Saponin.

2.4 Klasifikasi saponin


Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu saponin
steroid dan saponin triterpenoid.Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan
molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal
sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan
penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan
asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat
6
kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari
metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung,
hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap jantung.

Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus), Senyawa
ini terkandung di dalam tumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan hutan
kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh
orang afrika (Anonim, 2009).

Saponin tritetpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis


menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang
mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah
turunan -amyrine (Amirt Pal,2002). 

7
Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatosida. Senyawa ini terdapat pada
tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai
antibiotik (Anonim, 2009).

2.5 Biosintesis saponin

Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini hampir sama baik saponin denga steroid
maupun triterpen. Semua senyawa ini melalui jalur asam mevalonat yang diperoleh dari asetil
CoA . Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk senyawa squalen yang
merupakan jenis triterpen yang merupakan gabungan Dari dua farnesil piroposfat. Setelah
membentuk squalen, maka terjadi reaksi oksidasi pada atom C nomor 3 sehingga  terbentuk
OH, setelah itu terjadi pembentukan epoksidasqualen. Senyawa ini akan terjadi siklisasai
menjadi lanosterol yang merupakan bentuk dasar dari senyawa steroid(Arifin, 1986).
Sedangkan perbedaannya dengan triterpen adalah pada jumlah cincin dan bnetuk cincin
keempat dan kelima, pada triterpen masing-masing cincin tersebut memiliki 5 atom karbon.

8
  

9
10
2.6 Isolasi saponin

2.7 Kegunaan saponin

1. Saponin sebagai anti kanker


 Saponin Ginsenosides, dammaranes, mempunyai efek anti tumor dengan
menghambat penyebaran melalui pembuluh darah dengan mekanisme supresi
inducer dalam sel endotel sehingga mencegah pelekatan (adhering), invasi, dan
metastasis.

11
 Dioscin, suatu Saponin steroid dan Aglycone diosgenin mempunyai efek
anti tumor dengan menghentikan siklus sel (cell cycle arrest) dan
apoptosis.

2. Efek anti oksidan


3. Efek anti rematik
4. Menurunkan glukosa darah
5. Mempunyai aktivitas anti virus

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Suatu glikosida yang memiliki aglikon berupa sapogenin disebut saponin.


Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan air, sehingga akan mengakibatkan
terbentuknya buih pada permukaan air setelah dikocok. Senyawa saponin dibagi menjadi 2
berdasarkan jenis sapogeninnya yang menempel pada molekulnya yaitu saponin steroid dan
saponin triterpen. Saponin steroid biasanya bersifat netral, dan disebut juga sebagai
glikosida jantung kaerana mempengaruhi kerja otot jantung. Yang kedua adalah saponin
triterpen yang merupakan saponin yang mememiliki sapogenis berupa triterpen.  Kedua jenis
saponin diatas disintesis melalui jalur asam mevalonat yang berasal dari asam asetat.
Sebelum membentuk sapogeninnya asam mevalonat akan membentuk rantai triterpen yang
disebit squalen. Squalen ini mengalami oksidasi menjadi epoksidasqualen setelah itu terjadi
siklisisasi dan dibagi menjadi dua jalur. Jalur pertama akan di peroleh lanosterol dan jalur
kedua akan membentuk triterpen dengan berbagai bentuk.

3.2 Saran

Kepada para pembaca mohon kritik dan saran yang membangun, jika ada kesalahan
dalam penulisan makalah ini.Agar makalah ini dapat memberi pengetahuan yang benar
kepada pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amirth,Pal,Singh,2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.


Burger,I.,Burger,B,V.Albrecht,C.F.Spicies,H.S.C. and Sandor.P.,1998. Triterpenoid saponin
From Bacium gradivlona Var. Obovatum Phytochemistry.49. 2087-2089.
Depkes RI,1995. Materia Medika Indonesia, Depkes RI : Jakarta.
Harbrone.J.B.,1987.Metode Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menaganalisis Tumbuhan,
Terbitan Kedua,ITB : Bandung Kim Nio, Ocy.,1989. Zat-zat toksik yang secara
alamiah ada pada tumbuhan nabati. Cermin Dunia Kedokteran, No.58.
Morrisey JP dan Ousbon AE, 1999. Fungal Resistence to Plant Antibiotic as a Mechanism of
Phatogenesis. Mikrobiologi and molecular biologi. Reviw 63, 708-729
Robinson ,T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB : Bandung
Yoshiki Y, Kudo & Okobo K,1998. Relationship Between Cemical Structure and Biologica
Activities of Triterpenoid Saponin from Soybean (Reviw) Biosience Biotechnology
and Biochemistry. 62. 2291-2292.

14

Anda mungkin juga menyukai