Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PERCOBAAN 5
CEMARAN MIKROBA

Disusun Oleh:
Nama : Zahra Zerlina (10060317043)
Ghina Zulia R (10060317044)
Bella Khofila A (10060317045)
Gina Aulia (10060317046)
Silvi Adella M (10060317047)
Shift/Kelompok : B/I
Tanggal Praktikum : 11 Desember 2018
Tanggal Laporan : 18 Desember 2018
Asisten : Nabila Nurul Fitri., S.Farm.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2018 M / 1440 H
I. Tujuan
1.1 Mengamati tingkat pencemaran mikroba pada sampel yang diamati

II. Teori Dasar


Dunia mikroorganisme terdiri dari berbagai kelompok jasad renik,
kebanyakan bersel satu atau uniseluler. Ciri utama yang membedakan
kelompok organisme tertentu dari mikroba yang lain adalah organisasi bahan
selulernya. Dunia mikroba terdiri dari Monera (Virus dan sianobakteri),
Protista, dan Fungi. Mikroorganisme tersebut diantaranya adalah bakteri, jamur,
dan virus. Secara umum, bakteri, jamur, dan virus mempunyai morfologi dan
struktur anatomi yang berbeda. Di dalam kehidupannya beberapa
mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus selalu dipengaruhi oleh
lingkungannya dan untuk mempertahankan hidupnya mikroorganisme
melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini dapat terjadi secara
cepat serta bersifat sementara waktu dan dapat pula perubahan itu bersifat
permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta struktur anatomi dari
bakteri, jamur, dan virus. Untuk mengidentifikasikan suatu mikroorganime
dapat dilakukan dengan mengetahui morfologi dan struktur anatominya.
(Soetrisno. 1996)
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu prokariotik yang hidup bebas
dan dapat ditemukan di beberapa lingkungan seperti udara, tanah, debu, air,
serta hidup di dalam tubuh hewan, tumbuhan, atau manusia. (Pelczar, 2005).
Secara umum fungi dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan atas
tipe selnya yaitu,fungi bersifat uniselluler yang biasa disebut khamir dan fungi
bersifat multiselluler yang biasa disebut kapang (Pelczar, 2005).
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. (Pelczar, 2005).
Khamir (yeast) adalah fungi bersel satu yang mikroskopik, beberapa
generasi ada yang membentuk miselium dengan percabangan.Khamir hidupnya
sebagian ada yang saprofit dan ada beberapa yang parasitik. Sel khamir
mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 μm sampai 20-
50 μm, dan lebar 1-10 μm. (Pelczar, 2005).
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan
pangan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu
makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan
dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut.
Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung
berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan
penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor
lainnya (Dirjen POM, 1979).
Banyak tersedia metode untuk menganalisa jumlah mikroorganisme dalam
suatu sampel, diantaranya adalah plate count (spread plate, pour plate, spiral
plate), membrane filtration, MPN, menghitung langsung dengan Petroff
Hausser ataupun cara lainnya (misalnya aktivitas metabolik, turbidimetri, berat
kering dan lain-lain) (Cowhx, 1969).
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada
pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji
Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau
anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni
yang dapat diamati secara visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/g atau
koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes
dan cara sebar. (Soetrisno. 1996)
Standar plate Count (Angka Lempeng Total) adalah menentukan jumlah
bakteri dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan
banyaknya bakteri dengan mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung
atas formasi bakteri di dalam media tempat tumbuhnya dan masing-masing
bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang tunggal (Natrsir, 2003)
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis
Mikrobiologi yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada
suhu yang sesuai. Pada pengujan Angka Lempeng Total digunakan PDF
(Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan menggunakan PCA
(Plate Count Agar) sebagai media padatnya. (Natrsir, 2003)
Pengenceran adalah suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai
yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu
senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi
dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999).
Pemahaman tentang satuan dalam menghitung sel mikroba khususnya
bakteri adalah sangat penting. Pada hasil akhir penghitungan bakteri pada
cawan digunakan satuan CFU’s/volume atau berat. CFU’s adalah singkatan
dari Coloni Forming Unit’syang artinya unit-unit/satuan pembentuk koloni.
Yang dimaksud satuan pembentuk koloni adalah sel tunggal atau sekumpulan
sel yang jika ditumbuhkan dalam cawan akan membentuk satu koloni tunggal.
(Beishir, 1991)
Uji kapang khamir adalah pengujian yang dilaksanakan untuk menghitung
jumlah kapang dan khamir yang ditumbuhkan pada media tertentu,dilakukan
dengan prinsip hitung cawan, yang apabila satu sel mikroorganisme yang
masih hidup ditumbuhkan pada media yang sesuai maka sel tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloninya dpat dilihat langsung dengan mata
pada media yang digunakan etelah dilakukan inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu. (Cowhx, 1969).
Tujuan dilakukannya uji AKK ini yaitu untuk mengetahui cara dan prinsip
pengujian AKK dalam sediaan farmasi agar kita bisa mengetahui dan
menentukan mutu daya tahan suatu makanan atau sediaan yang diujikan,uji
kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamananya dan uji
bakteri indicator untuk meningkatkan sanitasi sampel tersebut. (Cowhx, 1969).
III. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Cawan petri Media nutrient agar

Tabung reaksi Media SDA

Rak tabung reaksi Aquadest steril

Pipet agar 10 ml Sampel yang akan diuji : air Unisba

Pipet ukur 1 ml

IV. Prosedur
Media dicairkan lalu didiamkan hingga bersuhu 45-50ᵒC. pengenceran sampel
dibuat dengan tingkat pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4 dengan aquadest steril.
Kemudian 10 cawan petri disiapkan dan diberi tanda, pada cawan petri 1-5 untuk
media NA dengan 4 tingkat pengenceran dan 1 media kontrol. Pada cawan petri 6-
10 untuk media SDA dengan 4 tingkat pengenceran dan 1 media kontrol. Kemudian
1 ml sampel dimasukan ke tiap tiap cawan petri sesuai tingkat pengenceran.
Kemudian, 20 ml media agar dimasukan ke cawan petri berisi sampel, lalu
goyangkan cawan petri 5 kali searah jarum jam dan 5 kali berlawanan arah jarum
jam. Media dibiarkan memadat lalu kemudian diinkubasikan pada suhu yang sesuai
yaitu 35oC selama 2 hari pada media NA dan 20oC selama 6 hari pada media SDA.
Kemudian diamati pertumbuhan bakteri, kapang dan khamir. Setelah itu dihitung
ALT, dan angka kapang dan khamir.
V. Data Pengamatan

5.1 Tabel Pengamtan

Media dan Kelompok 1 Kelompok 2


Pengenceran

Nutrient
agar media
kontrol

Tidak terdapat koloni yang Tidak terdapat koloni yang


tumbuh tumbuh

Nutrient
agar 10-1

Terdapat 1 koloni bakteri yang Tidak terdapat koloni yang


tumbuh tumbuh
Nutrient
agar 10-2

Tidak terdapat koloni yang Terdapat 2 koloni bakteri yang


tumbuh tumbuh

Nutrient
agar 10-3

Tidak terdapat koloni yang Terdapat 7 koloni bakteri yang


tumbuh tumbuh

Nutrient
agar 10-4

Tidak terdapat koloni yang Terdapat 2 koloni bakteri yang


tumbuh tumbuh
SDA media
kontrol

Tidak terdapat pertumbuhan Tidak terdapat koloni yang


koloni tumbuh

SDA 10-1

Tidak terdapat pertumbuhan Tidak terdapat koloni yang


koloni tumbuh

SDA 10-2

Tidak terdapat pertumbuhan Tidak terdapat koloni yang


koloni tumbuh
SDA 10-3

Tidak terdapat pertumbuhan Tidak terdapat koloni yang


koloni tumbuh

SDA 10-4

Tidak terdapat pertumbuhan Tidak terdapat koloni yang


koloni tumbuh

5.2 Tabel pertumbuhan koloni bakteri pada media Nutrient Agar

Cawan petri 10-1 10-2 10-3 10-4

Kelompok 1 1 0 0 0

Kelompok 2 0 2 7 2

Karena jumlah kolono kurang dari 30-300 koloni maka angka lempeng total nya
yaitu <10 koloni/ml.
5.3 Tabel pertumbuhan kapang dan khamir pada media SDA

Cawan petri 10-1 10-2 10-3 10-4

Kelompok 1 0 0 0 0

Kelompok 2 0 0 0 0

Karena jumlah kapang dan khamir kurang dari 40-60 maka jumlah kapang dan
khamir yaitu <10 koloni/ml.

VI. Pembahasan
Pada praktikum cemaran mikroba dengan prinsip metode hitungan cawan
dimana jumlah mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar,
mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode
hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah
mikroba (Fardiaz, 1992). Pada praktikum kali ini digunakan 2 media ialah media
Nutrient Agar (NA) dan media Sabouraud Dexstrosa Agar (SDA). Media nutrient
agar (NA) adalah medium pertumbuhan mikrobiologi yang umum digunakan untuk
budidaya mikroba. Media ini mengandung pepton, ekstrak daging sapi/ekstrak
ragi, agar, dan NaCl. Oleh karena itu media nutrient agar dapat menumbuhkan
berbagai jenis bakteri (media universal) disebabkan karena mengandung protein
yang menjadi sumber energi bagi bakteri. Sedangkan media Sabouraud Dexstrosa
Agar (SDA) merupakan media selektif untuk pertumbuhan jamur dan menghambat
pertumbuhan bakteri dengan kandungan mycological pepton, Glukosa, dan agar.
Kandungan karbohidrat yang menyebabkan media ini dapat menumbuhkan jamur
dikarenakan sumber energi bagi jamur (Dirjen POM.1979).

Beberapa mikroba yang terdapat pada cemaran yang bersifat pathogen ialah
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi, Vibrio cholera, Vibrio
parahaemolyticus, Clostridium perfringens, Bacillusm cereus, Pseudomonas
auruginosa, dan Candida albicans (Radji.2010).

Pada prosedur yang dilakukan pada praktikum ini, dilakukan pengenceran


pada sampel bertujuan membuat sampel yang akan diuji mempunyai konsentrasi
yang rendah, agar mudah dalam mengidentifikasi dan mengitung koloni bakteri
atau jamur. Lalu, ketika dituangkan media pada sampel didalam cawan petri
digoyangkan searah jarum jam dan sebaliknya. Hal ini bertujuan agar sampel
merata pada cawan petri. Lalu diinkubasi, pada media SDA pada suhu 25oC dimana
jamur akan optimal di suhu 25–30oC dan pada media NA pada suhu 37oC dimana
pertumbuhan bakteri akan optimal (Pelczar, 2007).

6.1 Media Nutrient Agar (NA)

Berdasarkan data pengamatan setelah diinkubasi selama 1 hari, sampel yang


diuji pada percobaan ini ialah air minum Unisba. Pada kelompok 1 Media Nutrient
Agar (NA) didapat hasil pada pengenceran 10-1 terlihat 1 koloni bakteri, sedangkan
pada pengenceran 10-2,10-3, dan 10-4 tidak terlihat koloni bakteri. Hal ini sesuai
dengan literatur dimana semakin tinggi pengenceran maka jumlah koloni semakin
sedikit. Dan pada media kontrol NA tidak terjadi perubahan. Sehingga pada
percobaan ini tidak terkontaminasi oleh faktor cemaran (lingkungan, praktikan,
alat, dan lain-lain). Lalu, pada kelompok 2 Media Nutrient Agar (NA) didapat hasil
pada pengenceran 10-1 tidak terlihat koloni bakteri , sedangkan pada pengenceran
10-2 terlihat 2 koloni bakteri,10-3 terlihat 7 koloni bakteri, dan 10-4 terlihat 2 koloni
bakteri, dan pada media kontrol NA tidak terkontaminasi. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur dimana semakin tinggi pengenceran maka jumlah koloni semakin
sedikit, seharusnya pada tingkat pengenceran 10-1 yang terdapat banyak koloni
bakteri hal ini dapat disebabkan pengerjaan yang kurang aseptis sehingga
terkontaminasi. Dari kedua kelompok didapatkan hasil pertumbuhan koloni kurang
dari 30, maka jumlah koloni yang hidup yaitu <10 koloni/ml. Menurut peraturan
BPOM RI No. 16 Tahun 2016 batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan
pada air minum ialah 1x102 koloni/mL (ALT awal) dan 1x105 koloni/mL (ALT
akhir). Maka dapat dinyatakan bahwa air minum Unisba layak untuk dikonsumsi.

Pada kelompok 3 dan 4 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel


Larutan Cap Kaki Tiga (kaleng) didapatkan hasil pada media Nutrient Agar (NA)
430 koloni/mL. Menurut peraturan BPOM RI No. 16 Tahun 2016
batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan pada air elektrolit ialah 1x102
koloni/mL sehingga dapat dinyatakan bahwa minuman ini tidak layak untuk
dikonsumsi. Hal ini dapat dikarenakan sampel yang mengandung bakteri atau
terkontaminasi.

Pada kelompok 5 dan 6 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel Susu
Ultra didapatkan hasil pada media Nutrient Agar (NA) 4.250 koloni/mL. Menurut
peraturan BPOM RI No. 16 Tahun 2016
batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan pada susu steril dan susu UHT
(plain atau berperisa) ALT setelah diinkubasi selama 72 jam suhu 30oC adalah
kurang dari 10 koloni/0,1 mL. Maka dapat dinyatakan bahwa sampel ini tidak layak
untuk dikonsumsi.
Pada kelompok 7 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel Hydrococo
didapatkan hasil pada media Nutrient Agar (NA) kurang dari 30 koloni/mL.
Menurut peraturan BPOM RI No. 16 Tahun 2016
batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan pada air elektrolit ialah 1x102
koloni/mL. Maka dapat dinyatakan bahwa sampel ini layak untuk dikonsumsi.

6.2 Media Sabouraud Dexstrosa Agar (SDA)

Kemudian, pada media Sabouraud Dexstrosa Agar (SDA) berdasarkan data


pengamatan setelah diinkubasi selama 1 hari di kelompok 1 dan 2 pada media
kontrol dan pengenceran 10-1, 10-2,10-3, dan 10-4 tidak terlihat koloni jamur dan
perubahan warna. Dapat disimpulkan pada sampel air minum Unsiba tidak terdapat
jamur (kapang/khamir). Maka dapat dinyatakan bahwa air minum Unisba tidak
terdapat jamur atau koloni jamur (kapang/khamir) yang kurang dari 40 koloni.

Pada kelompok 3 dan 4 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel


Larutan Cap Kaki Tiga (kaleng) didapatkan hasil pada media sabouraud dekstrosa
agar (SDA) < 10 koloni/mL. Maka dapat dinyatakan bahwa sampel tidak terdapat
jamur (kapang/khamir).

Pada kelompok 5 dan 6 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel Susu
Ultra didapatkan hasil pada pada media Sabouraud Dexstrosa agar (SDA) 550
koloni/mL. Maka dapat dinyatakan bahwa sampel terdapat jamur (kapang/khamir).
Cemaran mikroba melewati batas maksimum yang telah diteteapkan oleh BPOM,
maka sampel ini tidak layak untuk dikonsumsi.

Pada kelompok 7 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel Hydrococo


didapatkan hasil pada media Sabouraud Dexstrosa Agar (SDA) kurang dari 40
koloni/mL. Maka dapat dinyatakan bahwa sampel tidak terdapat jamur atau yang
kurang dari 40 koloni jamur (kapang/khamir).

VII. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
7.1 Sampel air minum unisba mendapatkan hasil, pada media Nutrient Agar
didapatkan angka lempeng total yaitu <10 koloni/mL maka menurut
standar BPOM air minum unisba ini layak konsumsi, sedangkan pada
media SDA didapatkan angka kapang dan khamir yaitu <10 koloni/mL.
VIII. Daftar Pustaka

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa aksara,


Jakarta.
Beishir, Lois, 1991, Microbiology in Practice: A Self Instructional Laboratory
Course, Harper Collins Publisher Inc., New York.
Cowhx, N.D., dan M.D. Morisetti, 1969, Microbiological Techniques - Some
Statistical Aspects, National College of Food Technology,, Mikrobiologi
Dasar Dalam Praktek, PT Gramedia, Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. DepkesRI, Jakarta.
Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Natrsir. 2003.Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanudin. Makassar


Pelczar, M.J.Jr, dan E., Chan, 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Press,
Jakarta.
Radji,M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi. EGC: Jakarta

Soetrisno. 1996. Taksonomi Spermatophyta Untuk Farmasi edisis I. Fakultas


Farmasi Universitas Pancasila: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai