Anda di halaman 1dari 107

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sejarah Pendirian dan Profil Usaha

Usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo berdiri sejak 24

tahun yang lalu yaitu pada tahun 1993 dan Bapak Heru merupakan salah satu

pendiri dari POKDAKAN Mina Maju Mandiri pada tahun 2013 serta saat ini

menjadi anggota kelompok pembudidaya ikan tersebut. Awal mula berdirinya

usaha budidaya cupang milik Bapak Heru ini, berawal dari hobi memelihara ikan

cupang. Ikan cupang memiliki daya tarik tersendiri yang secara fisik dinilai sangat

cantik karena memiliki sirip yang indah dan pemeliharaannya terbilang mudah.

Ikan cupang dapat dipelihara pada lahan yang tidak terlalu luas karena dengan

meletakkan ikan cupang dalam botol-botol bekas atau akuarium saja, sudah

dapat menjalankan usaha ikan cupang ini. Selain itu, Kecamatan Pesantren yang

dijadikan salah satu sentra ikan cupang, juga memberikan dorongan tersendiri

pada Bapak Heru untuk terus menekuni hobinya dalam memelihara ikan cupang.

Berawal dari hobi inilah, akhirnya Bapak Heru terus mengembangkan potensi

yang ada karena budidaya ikan cupang dinilai sangat menguntungkan dan

memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Berikut ini papan nama usaha yang

ditampilkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Papan Nama Usaha Budidaya Ikan Cupang


5.2 Visi dan Misi Usaha

Pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru yang tergabung dalam

Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Maju Mandiri, sudah memiliki visi dan misi

kelompok secara tertulis. Visi dan Misi Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Maju

Mandiri adalah sebagai berikut.

• Visi

POKDAKAN “Mina Maju Mandiri” ke depan berusaha untuk menjadi kelompok

UMKM yang solid agar bisa berkompetisi di dunia perdagangan ikan skala

nasional dan internasional.

• Misi

POKDAKAN “Mina Maju Mandiri” bertujuan untuk mengakomodir anggota

kelompok ikan cupang dan lingkungannya supaya lebih meningkat, baik

produksi maupun kualitas ikan. Sehingga diharapkan kesejahteraan dan

perekonomian anggota akan lebih meningkat.

Sedangkan tujuan dari usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru ini

berdasarkan wawancara secara langsung di lapang adalah untuk mendapatkan

penghasilan dan dapat menopang kehidupan dari usaha budidaya ikan cupang

yang dijalankan.

5.3 Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal adalah proses mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Proses pengidentifikasian dapat terdiri

atas beberapa komponen fungsional perusahaan yang mencakup produksi,

manajemen, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan, serta sistem

informasi manajemen.

5.3.1 Produksi
Produksi merupakan aktivitas mengubah input menjadi output yang berupa

barang atau jasa.Dalam pelaksanaan kegiatan produksi, berkaitan dengan

proses budidaya ikan cupang yang terdiri dari beberapa proses hingga

menghasilkan ikan cupang yang layak jual. Proses budidaya ini meliputi

persiapan induk ikan cupang, pemijahan, pendederan, pembesaran, pengelolaan

kualitas air, pemberantasan hama dan penyakit, serta pemanenan hasil produksi

ikan cupang.

a. Persiapan Induk Ikan Cupang

Persiapan ikan cupang yang akan digunakan sebagai indukan untuk

proses pemijahan harus dipilih ikan cupang yang sehat dan berkualitas. Pada

usaha budidaya milik Bapak Heru, pemeliharaan induk ikan cupang dibagi

menjadi dua, yaitu induk ikan jantan diletakkan di botol-botol air mineral secara

terpisah. Hal ini dilakukan karena sifat ikan cupang jantan yang agresif sehingga

harus diletakkan secara terpisah untuk meminimalkan resiko perkelahian yang

dapat menimbulkan cacat fisik atau bahkan kematian pada ikan cupang jantan.

Sedangkan pemeliharaan induk ikan cupang betina diletakkan di kolam beton

dengan ukuran 7x3 m2 secara terkumpul.

Pemberian pakan pada induk ikan cupang diberikan pada pagi hari dan

mengontrolnya pada sore hari, apabila ikan nampak membutuhkan pakan

kembali yang ditandai dengan ikan cupang berada di permukaan dan mondar-

mandir berkeliling kolam seperti mencari makanan maka harus diberikan pakan

kembali. Namun apabila induk cupang nampak tenang, maka tidak perlu

diberikan pakan kembali, karena pakan yang berlebih dapat memengaruhi

kondisi kualitas air dan berakibat pada kesehatan induk ikan cupang. Sehingga

persiapan induk ikan cupang harus diperhatikan dari segi pakan agar kondisinya

tetap sehat dan sesuai dengan standar ikan cupang yang digunakan sebagai

indukan.
Dalam proses persiapan, indukan yang dipilih harus baik terutama induk

jantan yang mana harus cantik dan agresif. Selain itu, ikan cupang yang

berukuran lebih dari 6 cm, bentuk badannya proporsional yaitu bentuk ikan

cupang dari kepala hingga pangkal ekor badannya hampir sama, tidak ada luka

atau cacat pada bagian tubuhnya, gerakannya lincah dan dalam kondisi yang

sehat yang ditandai dengan ikan cupang selalu berenang di bagian pertengahan

wadah. Berikut ini persiapan induk ikan cupang dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Persiapan Induk

b. Pemijahan Ikan Cupang

Proses pemijahan pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

dilakukan di timba pemijahan yang diletakkan di ruangan khusus selama 4-5 hari.

Timba pemijahan yang digunakan adalah timba bekas cat tembok yang

didapatkan dari pengepul barang bekas dan sebelum digunakan pada proses

pemijahan harus dibersihkan terlebih dahulu agar sisa-sisa cat yang ada dalam

timba dapat terangkat dan menghindari adanya bakteri maupun jamur. Pada

proses pemijahan, di dalam timba diberi substrat berupa daun pisang untuk

membantu induk jantan dalam membuat sarang dan induk betina untuk

meletakkan telur.

Sebelum dilakukan pemijahan, terlebih dahulu dilakukan pemisahan antara

induk jantan dan induk betina serta diberi pakan yang cukup sehingga induk ikan
cupang siap untuk memijah. Pada proses pemijahan ikan cupang, induk jantan

dimasukan pertama kali ke dalam timba pemijahan yang telah diberi substrat

daun pisang dengan kedalaman air sekitar 25 cm selama 3-4 hari. Apabila induk

jantan telah berhasilmembuat sarang busa, kemudian induk betina dimasukan ke

dalam timba pemijahan. Perbandingan indukan jantan dan betina yang

dimasukan ke dalam timba pemijahan adalah 1:1. Proses pemijahan

berlangsung selama satu hari dan telur-telur akan menempel dan melekat pada

busa yang berwarna putih. Setelah itu, memindahkan induk betina dan diberikan

pakan secukupnya untuk mengembalikan kondisi induk betina pasca memijah.

Sedangkan induk jantan dibiarkan untuk tetap menjaga dan menetaskan telur-

telur yang ada pada timba pemijahan. Setelah menetas, benih ikan cupang tidak

perlu diberi makan karena masih ada persediaan kuning telur dalam tubuhnya.

Pada hari ketiga hingga hari keempat, benih ikan cupang diberikan Metil

Testosteron lalu pada hari keenam, benih ikan cupang ditebar ke kolam

pembenihan.

c. Pembenihan Ikan Cupang

Proses pembenihan pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

dilakukan di kolam pembenihan yang berukuran 6x3 m2. Penebaran benih

dilakukan pada sore hari setelah matahari mulai tenggelam. Hal ini dilakukan

untuk menghindari sinar matahari karena benih perlu untuk melakukan adaptasi

secara bertahap pada kondisi suhu kolam. Perlakuan ini, dapat menghindari

stres pada benih karena apabila dilakukan penebaran pada siang hari, terjadi

perubahan suhu secara drastis dari awalnya benih berada pada timba pemijahan

dengan kondisi suhu yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan suhu kolam

yang relatif lebih tinggi pada siang hari. Pada fase ini dibutuhkan ketelitian yang

lebih karena benih lebih riskan terjangkit penyakit, sehingga kondisi air harus

dikontrol secara berkala yang dilakukan pada pagi dan sore hari. Pakan yang
digunakan pada saat benih adalah lemut yang didapatkan dari kolam ikan lele

yang diambil airnya dan disaring menggunakan saringan halus. Pada 1 kolam

berukuran 6x3 m2 diberikan pakan lemut sebanyak 4 takar gelas air mineral isi

240 ml selama tiga hari, yaitu pada umur 4-6 hari.

Pada kolam pembenihan diberikan anjang-anjang yang diletakkan di atas

kolam sebagai penghalau sinar matahari secara langsung, selain itu juga

diberikan daun pisang yang dimasukan pada kolam sebagai penstabil suhu air

kolam. Daun pisang ini didapatkan dari kebun pisang milik Bapak Heru sendiri

yang berada di belakang area budidaya ikan cupang. Berikut ini kolam

pembenihan ikan cupang dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Kolam Pembenihan

d. Pendederan Ikan Cupang

Pendederan ikan cupang pada usaha budidaya milik Bapak Heru dilakukan

setelah ikan cupang berumur 7 hari. Proses pendederan dilakukan pada kolam

ukuran 7x3m2 dengan padat tebar sebanyak 3.000 ikan cupang. Ikan cupang

pada masa pendederan diberikan pakan kutu air selama dua minggu sebanyak 6

takar gelas air mineral isi 240 ml. Untuk menyediakan kutu air, Bapak Heru

menyediakan kolam tersendiri, namun karena kebutuhan kutu air untuk pakan

ikan cupang belum terpenuhi, maka Bapak Heru membelinya di Desa Kerkep,

Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Kutu air yang diproduksi sendiri dilakukan
dengan memenuhi air pada kolam dan menebarkan pelet serta diberikan kutu air

yang sudah jadi, sehingga akan menumbuhkan kutu air baru. Penyesuaian jenis

pakan harus diperhatikan dengan cermat karena, tingkat keberhasilan dalam

perawatan hingga panen sangat ditentukan oleh pakan yang diberikan dari kutu

airhingga umur 15-20 hari. Penyesuaian pakan dari lemut menjadi kutu air

dilakukan dengan mencoba secara bertahap dengan memberikan kutu air sedikit

terlebih dahulu dan melihat respon ikan cupang. Apabila ikan cupang merespon

positif dengan memakan kutu air, maka dapat ditambahkan jumlah kutu air yang

diberikan hingga takaran yang telah ditentukan. Selain itu, agar temperatur kolam

relatif stabil, dibutuhkan naungan dengan memberikan daun pisang dan anjang-

anjang pada bagian atas kolam untuk menghalau sinar matahari secara

langsung.

e. Pembesaran Ikan Cupang

Pembesaran ikan cupang pada usaha budidaya milik Bapak Heru

dilakukan di kolam pembesaran dengan ukuran kolam sebesar 7x3 m2. Saat ikan

cupang berumur 21 hari, ikan cupang dipindahkan ke kolam pembesaran dengan

pemberian pakan yaitu berupa cacing sebanyak satu takar yaitu berdasarkan

ukuran rantang 16,5 x 16,5 x 5,7 cm. Pembesaran ikan cupang jantan dan betina

diberikan tempat yang berbeda yaitu ikan cupang jantan diletakkan di botol air

mineral secara terpisah karena sifatnya yang agresif sehingga berguna untuk

menghindari perkelahian antar ikan cupang jantan dan menjamin kualitas sirip

tetap utuh, sedangkan ikan cupang betina berada di kolam pembesaran secara

terkumpul. Untuk ikan cupang jantan dapat diletakan pada ruangan terbuka yang

masih terdapat sinar walaupun tidak secara langsung. Hal ini mengurangi

keagresifan ikan cupang jantan karena apabila diletakan di tempat gelap, maka

ikan cupang jantan akan lebih bersifat agresif. Proses pembesaran ini dilakukan
hingga umur ikan cupang mencapai 1 bulan dan apabila umur 3 bulan

dipasarkan saat sudah siap menjadi indukan.

f. Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak

Heru dilakukan dengan melakukan pengontrolan kondisi air dengan mengganti

air sebanyak setengah volume air di botol air mineral pada induk ikan cupang

jantan atau setengah volume air kolam pada induk ikan cupang betina.

Penggantian air ini dilakukan apabila air dalam kondisi keruh dan sudah

mengeluarkan buih karena menandakan bahwa kondisi pada air tersebut sudah

minim oksigen.

Pemilihan air yang digunakan sebagai media hidup ikan cupang juga dipilih

air yang baik dengan tingkat keasaman (pH) 6-7 yaitu berasal langsung dari

sumber mata air dan dialirkan melalui sistem pipanisasi. Hal ini diupayakan agar

kualitas air yang digunakan untuk proses budidaya merupakan air yang cocok

untuk kelangsungan hidup ikan cupang. Proses sirkulasi pada air kolam tidak

dilakukan sepanjang waktu, namun hanya pada waktu tertentu saja. Ikan cupang

memiliki labirin sebagai alat pernapasan, menjadikan ikan cupang dapat hidup di

air tenang karena ikan ini dapat mengambil udara atau oksigen secara langsung

ke permukaan air, sehingga saat proses budidaya, sirkulasi air hanya dilakukan

pada saat tertentu. Biasanya proses sirkulasi air dengan membuka saluran pipa

dilakukan pada pagi hari agar ikan cupang mendapatkan asupan oksigen baru

dan ikan menjadi lebih segar. Berikut ini proses sirkulasi air pada kolam ikan

cupang dapat dilihat pada Gambar 12.


Gambar 12. Proses Sirkulasi Air

g. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Prinsip dalam usaha budidaya cupang milik Bapak Heru adalah mencegah

dan mendeteksi penyakit dari awal lebih penting dibandingkan jika sudah

terjangkit suatu penyakit maka harus menanggulangi atau mengobatinya karena

mencegah lebih baik daripada mengobati. Pemberantasan hama dan penyakit

pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru dilakukan dengan

pemberian obat bermerek Prima dan Blitz Icht pada saat penggantian air kolam

maupun air yang berada di botol air mineral. Selain itu juga diberikan garam ikan

sebagai antibiotik dan mencegah ikan cupang terjangkit penyakit white spot atau

penyakit jamur lainnya.

h. Pemanenan Ikan Cupang

Pemanenan pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru terbagi

menjadi dua periode yaitu pada saat benih dan saat dewasa. Pada saat benih

yaitu ikan cupang berumur 1 minggu sedangkan dewasa dengan ukuran standar

yaitu ikan cupang saat umur 1 bulan yaitu pada ukuran standar dan umur 3 bulan

untuk yang siap menjadi indukan. Pemanenan untuk fase benih dilakukan pada

sore hari dengan menurunkan volume kolam hingga kurang lebih 10 cm, lalu

benih diambil dengan menggunakan seser dan dimasukan dalam jaring.

Pemanenan dilakukan pada sore hari karena suhu sudah lebih rendah

dibandingkan dengan siang hari sehingga dapat mengurangi resiko stres pada
benih ikan cupang akibat suhu yang tinggi. Kemudian, benih dipindahkan ke

kolam sterilisasi dengan benih tetap pada jaring dan air kolam sterilisasi

dibiarkan tetap mengalir agar air tetap bersirkulasi selama 1 malam. Hal ini

dilakukan untuk mengeluarkan berak pada benih ikan cupang sehingga pada

saat pengepakan sudah tidak menyimpan kotoran. Kemudian keesokan paginya,

benih ikan cupang siap untuk dilakukan perhitungan dan dimasukan dalam

plastik ukuran 150 gram dengan jumlah benih dalam satu plastik sebanyak 2000

benih, kemudian diberikan oksigen. Dengan demikian pada saat pendistribusian,

ikan cupang tidak mengeluarkan berak kembali yang dapat mengurangi nilai

estetika dan dapat menurunkan nilai jual dari benih cupang yang dipasarkan.

Selain pemanenan pada fase benih, dalam usaha Bapak Heru juga

dilakukan pemanenan saat dewasa. Untuk fase dewasa, Bapak Heru

memfokuskan pemasaran pada ikan cupang jantan karena pembesar ikan atau

konsumen lebih tertarik pada ikan cupang jantan dengan bentuk tubuh dan

siripnya yang indah, sehingga pemanenan yang dilakukan lebih terfokus pada

ikan cupang jantan. Pemanenan ikan cupang jantan terbilang mudah, dimana

ikan cupang jantan yang berada di botol air mineral diambil dengan mengganti

setengah air yang ada di botol dengan yang baru dan selanjutnya ikan cupang

jantan dimasukan ke dalam plastik ukuran 50 gram dan diberikan oksigen.

Sedangkan untuk ikan cupang betina dipanen apabila sudah melakukan

pemijahan 3-4 kali dengan proses pemanenan dilakukan langsung di kolam

pembesaran dengan menurunkan setengah volume air kolam. Kemudian ikan

cupang diambil dengan menggunakan seser dan dilakukan pengepakan. Saat

melakukan pemanenan, ikan tidak diberikan pakan selama 1 hari. Hal ini

dilakukan agar pada saat pengepakan dan pengiriman, ikan cupang tidak

merasa kenyang sehingga dapat mengeluarkan feses. Berikut ini proses

pemanenan benih ikan cupang dapat dilihat pada Gambar 13.


Gambar 13. Pemanenan Benih

Berdasarkan uraian mengenai proses atau alur produksi budidaya ikan

cupang pada usaha milik Bapak Heru, berikut merupakan tahapan proses

budidaya ikan cupang yang ditampilkan pada Gambar 19.

Persiapan Induk Ikan Cupang


(selama 7 hari)

Pemijahan Ikan Cupang


(selama 5 hari)

Pembenihan Benih Ikan


Cupang (selama 3 hari
diberikan pakan berupa
Pengelolaan lemut) Berantas Hama
Kualitas Air dan Penyakit
(pengontrolan (secara
secara preventif)
berkala) Pendederan Ikan Cupang
(selama 14 hari diberikan
pakan berupa kutu air)

Pembesaran Ikan Cupang


(selama 60 hari diberikan
pakan berupa cacing)

Pemanenan Ikan Cupang


(selama 1 hari)

Gambar 14. Proses Produksi Budidaya Ikan Cupang


5.3.2 Manajemen

Menurut Handoko (2013), manajemen dapat diartikan sebagai bekerja

dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai

tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yaitu

berupa perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan

atau penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling).

a. Perencanaan

Secara umum, perencanaan dalam usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru terdiri dari perencanaan input produksi, proses budidaya ikan

cupang, dan output yang dihasilkan dari kegiatan budidaya ikan cupang.

Perencanaan input produksi berkenaan dengan input apa saja yang digunakan

dalam menjalankan kegiatan budidaya yaitu terdiri dari perencanaan dalam

pemilihan induk ikan cupang, pemberian pakan yang sesuai, obat-obatan yang

digunakan disesuaikan dengan jenis penyakit ikan cupang, pemberian garam

ikan, dan tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja disesuaikan dengan skala

usaha dan pemberian pakan, obat, serta garam ikan berdasarkan takaran yang

disesuaikan kebutuhan ikan cupang yang dibudidayakan.

Perencanaan dalam proses budidaya ikan cupang dilaksanakan secara

terpadu, dimana berpedoman pada tujuan budidaya yaitu memenuhi target

panen yang telah direncanakan dengan memperhatikan dan menjaga kondisi

ikan cupang. Proses budidaya ikan cupang terdiri dari perencanaan pemijahan,

pembenihan, pendederan, pembesaran, pengelolaan kualitas air,

pemberantasan hama dan penyakit, serta pemanenan ikan cupang. Dalam siklus

proses budidaya membutuhkan ketelitian secara berkesinambungan agar

mendapatkan hasil dari proses budidaya secara optimal dan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan.


Perencanaan output pada budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

mengutamakan kualitas dari ikan cupang yang dihasilkan karena kualitas

merupakan fokus utama yang harus selalu dijaga agar tercipta keberlanjutan

usaha. Selain itu perencanaan dalam output juga meliputi penentuan harga jual

ikan cupang dan strategi pemasaran. Konsistensi dalam pasar yang dituju,

termasuk kontinuitas pengiriman kepada pelanggan dan melakukan

pengembangan daerah pemasaran, juga menjadi target dalam perencanaan

yang dibuat dalam usaha budidaya ikan cupang ini.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi perencanaan

dalam usaha budidaya cupang milik Bapak Heru sudah berjalan dengan cukup

baik dan rencana yang ditetapkan sudah mengarah ke arah jangka panjang,

namun perencanaan dalam pembukuan keuangan yang meliputi pemasukan dan

pengeluaran usaha belum terkonsep secara terperinci.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru ini,

tidak mendefinisikan pembagian tugas sebagai hal yang mutlak. Hal ini

dikarenakan Bapak Heru ingin menerapkan rasa memiliki pekerja terhadap apa

yang dikerjakan dalam usaha budidaya ikan cupang miliknya. Hal ini bertujuan

agar terdapat tanggung jawab kerja dan inisiatif terhadap apa yang seharusnya

dilakukan tanpa menunggu perintah dari pemilik usaha, sehingga pekerja dapat

maksimal dalam melakukan pekerjaannya. Meskipun demikian, dalam usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru tetap melakukan pengorganisasian yang

dibagi menjadi pemilik, teknisi, dan bagian pemasaran.

Tugas pemilik usaha adalah sebagai pemegang kekuasan tertinggi dengan

merencanakan arah dan tujuan usaha serta menjadi penanggung jawab dari

keseluruhan kegiatan dalam usaha yang dijalankan. Pemilik usaha budidaya ikan

cupang yaitu Bapak Heru dalam pengorganisasian pegawai menggunakan


tenaga kerja dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya sebagai upaya membuka

lapangan kerja bagi penduduk sekitar. Dalam perekrutan tenaga kerja tidak ada

kualifikasi tertentu yang diberikan oleh Bapak Heru, tenaga kerja yang terpilih

pada awalnya dilatih dan diberi pengarahan sehingga dalam prosesnya dapat

terbiasa dengan tugas yang diberikan. Sehingga Bapak Heru dalam usahanya

menerapkan prinsip yaitu dengan pengalaman semua orang pasti menjadi bisa.

Tugas teknisi adalah melakukan keseluruhan proses budidaya, mulai dari

persiapan kolam, persiapan induk hingga pemanenan dan penanganan pasca

panen. Teknisi dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru berjumlah 2

orang, yaitu Prio Pambudi dan Agus Sutriyono. Selain 2 orang yang dipercaya

sebagai teknisi dalam usahanya, Bapak Heru juga turut terjun langsung dalam

keseluruhan tahapan budidaya mulai dari pemberian pakan secara rutin,

penanganan kolam, dan lain sebagainya. Sedangkan tugas bagian pemasaran

adalah melakukan proses pemasaran, distribusi produk, strategi pemasaran, dan

perluasan pasar. Bagian pemasaran dalam usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru berjumlah 1 orang, yaitu Slamet Waluyo.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

pengorganisasian dalam usaha budidaya cupang milik Bapak Heru sudah

berjalan dengan cukup baik yang disesuaikan dengan kebutuhan proses

budidaya hingga pemasaran, namun belum terdapat standar operasional kerja

secara jelas, standar operasional kerja sangat penting karena berkaitan dengan

standar kerja yang harus dipatuhi pegawai sebagai kewajiban dan standar

keselamatan kerja sebagai hak pegawai. Berikut adalah struktur organisasi pada

usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru dapat dilihat pada Gambar 15.
Pemilik Usaha
Heru Sulistyo

Teknisi Pemasaran
Prio Pambudi dan Slamet Waluyo
Agus Sutriyono

Gambar 15. Struktur Organisasi Usaha Bapak Heru Sulistyo

c. Penggerakan

Penggerakan pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

dilakukan langsung oleh pemilik usaha kepada para pegawainya. Sehingga

pegawai dalam bidang teknisi maupun pemasaran dapat berkomunikasi

langsung dengan pemilik usaha yang berkaitan dengan proses kegiatan

budidaya hingga pemasaran, sehingga apabila terjadi kendala dalam usaha,

misalnya keterlambatan pasokan pakan ikan cupang berupa kutu air atau cacing

dapat segera tertangani. Komunikasi secara langsung juga berguna untuk

mempererat hubungan kerja dengan pegawai sehingga tercipta organisasi yang

bersinergi dengan baik. Motivasi kerja juga diberikan Bapak Heru kepada para

pegawainya, yaitu dengan memberikan bonus pada saat pemanenan benih

maupun ikan cupang dewasa. Pemberian bonus tersebut sebesar Rp 100.000

untuk setiap orangnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi penggerakan

dalam usaha budidaya cupang milik Bapak Heru sudah berjalan dengan baik

karena para pegawai telah menjalankan tugas sesuai fungsinya masing-masing.

Selain itu, para pegawai juga mampu bekerja sama guna mencapai tujuan sesuai

dengan yang telah direncanakan.

d. Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak

Heru dilaksanakan langsung oleh pemilik usaha terhadap keseluruhan proses

budidaya ikan cupang. Pengawasan ini dilakukan setiap hari oleh Bapak Heru

dengan turun langsung ke lokasi budidaya untuk ikut serta dalam penanganan

harian, misalnya pemberian pakan, pengontrolan kualitas air, dan lain

sebagainya serta juga sekaligus mengawasi kinerja para pegawainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawasan

dalam usaha budidaya cupang milik Bapak Heru sudah berjalan dengan cukup

baik karena adanya pengawasan secara langsung oleh pemilik usaha. Namun,

terdapat kekurangan dalam proses pengevaluasian yang tidak berjalan secara

kontinu, evaluasi hanya dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Sehingga untuk

proses lanjutan dari pengawasan yaitu adanya evaluasi, tidak terdapat

penetapan secara jelas dalam jangka waktu tertentu.

5.3.3 Pemasaran

Aspek pemasaran yang dianalisis dalam usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru terdiri dari empat fungsi pemasaran, yaitu strategi pemasaran,

saluran pemasaran, daerah pemasaran, dan bauran pemasaran.

a. Strategi Pemasaran

Pelaksanaan strategi pemasaran pada usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru dilakukan dengan selalu menjaga kualitas dari benih atau ikan

cupang dewasa yang dipasarkan. Pada saat pemasaran fase benih, strategi

yang dilaksanakan ialah dengan memberikan garansi 80% kepada pembesar

ikan atau konsumen yang membeli benih cupang dengan garansi bahwa benih

tersebut akan menjadi ikan cupang jantan. Selain itu, Bapak Heru juga

memprioritaskan konsumen tetap yang sudah menjadi pelanggan ikan

cupangnya, sehingga konsumen merasa puas tehadap layanan yang diberikan.


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru sudah melakukan strategi pemasaran

karena mampu untuk tetap menjaga kualitas dari ikan cupang yang dihasilkan,

sehingga memberikan kepuasan terhadap konsumen atas pelayanan yang

diberikan. Maka konsumen akan memberikan kepercayaan terhadap Bapak

Heru, bahkan apabila terdapat ikan cupang yang masih dalam fase

penyembuhan dan perawatan karena terjangkit penyakit atau siripnya yang

cacat, terdapat konsumen yang bersedia membelinya dengan menunggu hingga

ikan cupang itu sehat kembali.

b. Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

termasuk dalam saluran pemasaran pendek karena kegiatan penyaluran produk

tidak melalui banyak tingkatan perantara. Saluran pemasaran ini dibagi menjadi

2 yaitu saluran pemasaran ikan cupang saat fase benih dan ikan cupang saat

dewasa. Saluran pemasaran tersebut antara lain:

• Fase benih

1. Saluran 1 merupakan saluran pemasaran langsung karena tidak

menggunakan perantara. Pembenih langsung memasarkan benih ikan

cupang kepada pembesar ikan yang pemasarannya meliputi daerah-

daerah lokal yaitu sekitar Kota Kediri dan juga luar Jawa Timur untuk

dilakukan proses pembesaran. Pembesar ikan cupang, biasanya datang

langsung mendatangi lokasi budidaya untuk membeli benih ikan cupang

yang dihasilkan.

2. Saluran 2 merupakan saluran pemasaran tidak langsung karena saluran

ini terdiri dari satu tingkatan perantara. Pembenih memasarkan benih

ikan cupang melalui pengepul yaitu Bapak Meidi sebagai perantara

kepada pembesar ikan yang pendistribusiannya ke beberapa daerah di


luar Pulau Jawa untuk dilakukan pembesaran. Bapak Meidi ini

merupakan pengepul yang menjadi rekan kerja para pembudidaya ikan

cupang di Kota Kediri, khususnya di POKDAKAN Mina Maju Mandiri

untuk pendistribusian jarak jauh seperti daerah di luar Pulau Jawa.

Untuk lebih jelasnya, saluran pemasaran benih ikan cupang dapat dilihat

pada Gambar 16 berikut ini.

Saluran 1 Pembesar Ikan


(daerah lokal dan luar
Pembenih Jawa Timur)
Ikan
Cupang
Saluran Pengepul Pembesar Ikan
(daerah luar Pulau
Jawa)

Gambar 16. Saluran Pemasaran Benih Ikan Cupang

• Fase dewasa

1. Saluran 1 merupakan saluran pemasaran langsung karena tidak

menggunakan perantara. Pembesar langsung memasarkan ikan cupang

dewasa kepada konsumen yang pemasarannya meliputi daerah-daerah

lokal yaitu sekitar Kota Kediri dengan kategori kualitas ikan cupang

adalah grade A dan B yang disesesuaikan dengan keinginan konsumen.

2. Saluran 2 merupakan saluran pemasaran tidak langsung karena saluran

ini terdiri dari satu tingkatan perantara. Pembesar memasarkan ikan

cupang dewasa melalui pengecer, kemudian dipasarkan kepada

konsumen yang meliputi daerah-daerah lokal dan daerah di Jawa Timur,

seperti Surabaya, Banyuwangi, dan lain sebagainya.

3. Saluran 3 merupakan saluran pemasaran tidak langsung karena saluran

ini terdiri dari dua tingkatan perantara. Pembesar memasarkan ikan

cupang melalui pengepul kemudian akan dipasarkan kembali kepada


pengecer dan selanjutnya kepada konsumen akhir yang

pendistribusiannya meliputi daerah lokal hingga luar Jawa Timur, seperti

Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Untuk lebih jelasnya, saluran

pemasaran ikan cupang fase dewasa dapat dilihat pada Gambar 17

berikut ini.

Saluran 1 Konsumen
(daerah lokal)

Pembesar
Saluran 2 Pengecer Konsumen
Ikan
Cupang (daerah lokal dan
Jawa Timur)
Saluran 3

Pengepul Pengecer Konsumen


(daerah lokal dan
luar Jawa Timur)

Gambar 17. Saluran Pemasaran Ikan Cupang Dewasa

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran

dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru sudah berjalan dengan

baik karena pada proses pendistribusian produk berjalan secara terpadu antara

lembaga pemasaran yang satu dengan lainnya, sehingga proses pendistribusian

ikan cupang dapat berlangsung secara berkelanjutan.

c. Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

meliputi daerah lokal, luar Jawa Timur, hingga luar Pulau Jawa. Untuk

pemasaran di daerah lokal yaitu meliputi Kediri, Blitar, Tulungagung, Jombang,

Malang, Surabaya, dan Banyuwangi. Daerah luar Jawa Timur meliputi

Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Sedangkan pemasaran di luar Pulau Jawa

meliputi Bali, Makassar, dan Palembang.


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa daerah pemasaran

dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru sudah berjalan dengan

baik karena pemasaran sudah dilakukan hingga luar Pulau Jawa. Untuk

peningkatan jangkauan daerah pemasaran, tetap perlu dilakukan perluasan

pasar agar usaha yang dijalankan dapat terus berkembang dengan cara

menjangkau pangsa pasar baru, bahkan hingga mancanegara melalui proses

ekspor ikan cupang.

d. Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

yaitu meliputi:

1. Produk

Menurut Umar (2012), produk adalah titik sentral dari kegiatan

pemasaran. Produk ini dapat berupa barang dan dapat pula berupa jasa,

tergantung sektor usaha yang dijalankan. Jika tidak terdapat produk, maka

tidak ada pemindahan hak milik sehingga fungsi marketing tidak dapat

dijalankan.

Produk yang dihasilkan dari usaha budidaya ikan cupang milik Bapak

Heru terdapat empat jenis ikan cupang yang dipasarkan pada saat fase

benih dan saat dewasa. Ikan cupang tersebut yaitu antara lain, jenis

halfmoon, plakat, crowntail atau serit, dan bangkok. Ikan cupang yang

dipasarkan mayoritas adalah jantan, hal ini dikarenakan para pembesar

ikan maupun konsumen lebih tertarik kepada ikan cupang jantan karena

memiliki tubuh dan sirip yang lebih indah dibandingkan dengan betina.

Namun, betina dewasa juga menjadi produk yang tetap dipasarkan dalam

keadaan unggul dan berkualitas. Selain itu dibutuhkan ketelitian dalam

pemilihan induk ikan cupang dan memberikan garansi 2x24 jam apabila
ikan cupang yang dipasarkan mengalami kematian dengan pengecekan

terhadap kesehatan dan kelayakan ikan cupang.

2. Harga

Menurut Malik (2015), harga merupakan satu-satunya elemen bauran

pemasaran yang menghasilkan pendapatan namun variabel harga tidak

selalu berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan karena

terkadang penetapan harga kurang menarik minat konsumen. Sehingga

konsumen memilih manfaat atau menggunakan produk atau jasa sesuai

dengan jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen.

Harga yang ditetapkan pada usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru tergantung pada jenis, ukuran, dan kualitas dari ikan cupang

itu sendiri serta sudah sesuai dengan standar yang ada di pasaran. Jenis

ikan cupang yang paling mahal adalah halfmoon. Hal ini dikarenakan ikan

cupang jenis ini memiliki sirip yang sangat indah dan banyak digemari oleh

penghobi ikan cupang. Sedangkan penentuan harga berdasarkan ukuran

ikan cupang, terbagi menjadi saat fase benih dan dewasa. Dari segi

kualitas, Bapak Heru selalu menjaga kualitas dari ikan cupang yang

dihasilkan karena hal ini dapat menaikkan nilai jual dari ikan cupang dan

meningkatkan kepercayaan konsumen.

3. Lokasi

Menurut Shandy (2015), lokasi merupakan gabungan antara tempat

dan keputusan atas saluran distribusi. Pendistribusian dapat diartikan

sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan

mempermudah penyampaian barang atau jasa dari produsen ke

konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.

Lokasi budidaya ikan cupang milik Bapak Heru memiliki akses jalan

yang baik dengan kondisi jalan yang beraspal dan kendaraan roda dua
maupun roda empat dapat melewatinya dengan mudah. Hal ini merupakan

salah satu strategi dari penentuan lokasi usaha sehingga pendistribusian

ikan cupang dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, lokasi budidaya ikan

cupang ini berada dalam satu kawasan pembudidaya ikan cupang,

sehingga mempermudah kerjasama bisnis dan ditetapkan sebagai sentral

budidaya ikan cupang sehingga telah banyak dikenal oleh masyarakat luas.

Saluran distribusi pemasaran pada usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru termasuk dalam saluran pemasaran pendek karena kegiatan

penyaluran produk tidak melalui banyak tingkatan perantara. Saluran

pemasaran ini dibagi menjadi 2 yaitu saluran pemasaran ikan cupang, yaitu

pada saat fase benih dan ikan cupang saat dewasa. Lembaga pemasaran

yang terlibat dalam pendistribusian benih cupang dan ikan cupang dewasa

yaitu pengepul dan pengecer.

4. Promosi

Menurut Maulani et al (2013), promosi adalah kegiatan-kegiatan

untuk mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan produk dan membujuk

konsumen untuk membelinya sehingga dapat memberikan informasi

tentang produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada

konsumen.

Promosi yang dilakukan pada usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru dilakukan secara langsung dan juga melalui media sosial.

Promosi secara langsung, dilakukan Bapak Heru dengan mengikuti

pelatihan-pelatihan mengenai budidaya ikan yang diselenggarakan oleh

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan Kota Kediri dan

juga lembaga-lembaga terkait dalam ruang lingkup perikanan. Dari

pelatihan tersebut, Bapak Heru dapat mempromosikan usahanya dan

menjalin kerjasama dengan sesama pembudidaya maupun rekan bisnis


lainnya. Melalui media sosial, Bapak Heru mempromosikan usahanya

melalui media ce nik seperti


etak seperti majalah dan juga media elektron

televisi dan youtu g dilakukan


ube. Berikut merupakan contoh promosi yang

daya ikan cupang milik Bapak Heru dapat dilihat pada


pada usaha budid

Gambar 18 dan 19
9.

Gaambar 18. Promosi melalui Majalah


(Sumber: Majalah
M Barometer Kota Kediri Tahun 2013)

Gambar 19. Promosi melalui Youtube


(Sumbe
er: Saluran youtube AG TV tahun 2016)

Berdasarkan uraia pemasaran


an di atas, dapat disimpulkan bahwa bauran p

dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru yang meliputti 4P yaitu

a (price), lokasi (place), dan promosi (promotition) sudah


produk (product), harga

berjalan dengan baik karena


k telah memenuhi standar 4P dengan prroduk yang

s; harga yang disesuaikan dengan jenis, ukkuran, dan


unggul dan berkualitas

kualitas ikan cupang; lokasi


l yang mudah dijangkau oleh konsumen
n sehingga
memudahkan untuk pendistribusian barang; dan promosi yang dilakukan secara

aktif, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

5.3.4 Keuangan

Keuangan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam

melakukan kegiatan usaha karena berkaitan dengan keberlanjutan usaha yang

dijalankan. Aspek finansial yang dianalisis dalam usaha budidaya ikan cupang

milik Bapak Heru yaitu antara lain, permodalan, biaya produksi, penerimaan,

Revenue Cost Ratio (RC Ratio), keuntungan, rentabilitas, dan Break Event Point

(BEP).

a. Permodalan

Permodalan dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

didapatkan dari modal sendiri yaitu sebesar Rp 664.664.000. Modal ini

digunakan sebagai investasi atau modal tetap dalam proses budidaya ikan

cupang hingga beberapa kali siklus produksi. Rincian modal tersebut dapat

dilihat pada Lampiran 1.

Selain menggunakan modal sendiri, para anggota Kelompok Pembudidaya

Ikan Mina Maju Mandiri juga mendapatkan bantuan dari Dinas Ketahanan

Pangan dan Pertanian bidang Perikanan berupa bantuan cacing sutera untuk

pakan ikan cupang pada tahun 2015, bantuan induk cupang pada tahun 2016,

bantuan pompa air 10 unit dan tabung oksigen 10 unit pada tahun 2016, serta

alat-alat untuk mengukur kualitas air yang berupa pH air, termometer, dan alat

pengukur kekentalan air pada tahun 2016.

b. Biaya Produksi

Biaya total dalam 1 siklus produksi pada usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru didapatkan dari penjumlahan biaya tetap (fixed cost) yaitu sebesar

Rp 19.860.998 dengan biaya variabel (variable cost) sebesar Rp 12.073.796.

Sehingga biaya total produksi yang dikeluarkan dalam 1 kali siklus yaitu sebesar
Rp 31.934.794. Hal ini menjelaskan bahwa biaya sebesar Rp 31.934.794 inilah

yang akan selalu dikeluarkan untuk produksi budidaya ikan cupang selama 1

siklus. Perhitungan biaya total produksi pada usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru dapat dilihat pada Lampiran 2.

c. Penerimaan

Penerimaan dalam 1 siklus produksi pada usaha budidaya ikan cupang

milik Bapak Heru didapatkan dari hasil perkalian harga ikan cupang per ekor

dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Harga induk halfmoon jantan 10 cm A

seharga Rp 10.000 dengan jumlah total 140 ekor diperoleh penerimaan sebesar

Rp 1.400.000, harga induk halfmoon jantan 10 cm B seharga Rp 9.000 dengan

jumlah total 12 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 108.000, harga induk

halfmoon betina 8 cm A seharga Rp 8.000 dengan jumlah total 148 ekor

diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.184.000, harga induk halfmoon betina 8 cm

B seharga Rp 7.500 dengan jumlah total 4 ekor diperoleh penerimaan sebesar

Rp 30.000, harga induk plakat jantan 10 cm A seharga Rp 8.000 dengan jumlah

total 150 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.200.000, harga induk plakat

jantan 10 cm B seharga Rp 7.000 dengan jumlah total 6 ekor diperoleh

penerimaan sebesar Rp 42.000, harga induk plakat betina 8 cm A seharga Rp

7.000 dengan jumlah total 151 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.057.000,

harga induk plakat betina 8 cm B seharga Rp 6.500 dengan jumlah total 5 ekor

diperoleh penerimaan sebesar Rp 32.500, harga induk serit jantan 10 cm A

seharga Rp 8.000 dengan jumlah total 148 ekor diperoleh penerimaan sebesar

Rp 1.184.000, harga induk serit jantan 10 cm B seharga Rp 7.000 dengan jumlah

total 7 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 49.000, harga induk serit betina 8

cm A seharga Rp 7.000 dengan jumlah total 152 ekor diperoleh penerimaan

sebesar Rp 1.064.000, harga induk serit betina 8 cm B seharga Rp 6.500

dengan jumlah total 3 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 19.500, harga


induk bangkok jantan 10 cm A seharga Rp 8.000 dengan jumlah total 150 ekor

diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.200.000, harga induk bangkok jantan 10 cm

B seharga Rp 7.000 dengan jumlah total 4 ekor diperoleh penerimaan sebesar

Rp 28.000, harga induk bangkok betina 8 cm A seharga Rp 7.000 dengan jumlah

total 149 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.043.000, harga induk bangkok

betina 8 cm B seharga Rp 6.500 dengan jumlah total 5 ekor diperoleh

penerimaan sebesar Rp 32.500.

Harga halfmoon dewasa jantan 7 cm A seharga Rp 900 dengan jumlah

total 10.800 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 9.720.000, harga halfmoon

dewasa jantan 7 cm B seharga Rp 800 dengan jumlah total 7 ekor diperoleh

penerimaan sebesar Rp 56.000, harga halfmoon dewasa betina 5 cm A seharga

Rp 800 dengan jumlah total 1.048 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp

838.400, harga halfmoon dewasa betina 5 cm B seharga Rp 750 dengan jumlah

total 2 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.500, harga plakat dewasa jantan

7 cm A seharga Rp 700 dengan jumlah total 11.318 ekor diperoleh penerimaan

sebesar Rp 7.922.600, harga plakat dewasa jantan 7 cm B seharga Rp 600

dengan jumlah total 3 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.800, harga plakat

dewasa betina 5 cm A seharga Rp 600 dengan jumlah total 1.102 ekor diperoleh

penerimaan sebesar Rp 661.200, harga plakat dewasa betina 5 cm B seharga

Rp 550 dengan jumlah total 5 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 2.750,

harga serit dewasa jantan 7 cm A seharga Rp 700 dengan jumlah total 11.466

ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 8.026.200, harga serit dewasa jantan 7

cm B seharga Rp 600 dengan jumlah total 6 ekor diperoleh penerimaan sebesar

Rp 3.600, harga serit dewasa betina 5 cm A seharga Rp 600 dengan jumlah total

1.120 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 672.000, harga serit dewasa betina

5 cm B seharga Rp 550 dengan jumlah total 4 ekor diperoleh penerimaan

sebesar Rp 2.200, harga bangkok dewasa jantan 7 cm A seharga Rp 700


dengan jumlah total 11.614 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 8.129.800,

harga bangkok dewasa jantan 7 cm B seharga Rp 600 dengan jumlah total 5

ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 3.000, harga bangkok dewasa betina 5

cm A seharga Rp 600 dengan jumlah total 1.135 ekor diperoleh penerimaan

sebesar Rp 681.000, harga bangkok dewasa betina 5 cm B seharga Rp 550

dengan jumlah total 5 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 2.750.

Harga benih halfmoon 0,5 cm yaitu Rp 100 dengan jumlah total 18.202

ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.820.200, harga benih plakat 0,5 cm

yaitu Rp 100 dengan jumlah total 19.055 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp

1.905.500, harga benih serit 0,5 cm yaitu Rp 80 dengan jumlah total 19.307 ekor

diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.544.560, harga benih bangkok 0,5 cm yaitu

Rp 80 dengan jumlah total 19.548 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp

1.563.840. selain itu penerimaan juga berasal dari jasa konsultasi budidaya

sebesar Rp 600.000. Jadi total penerimaan usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru sebesar Rp 53.832.400. Perhitungan penerimaan pada usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru dapat dilihat pada Lampiran 3.

d. Revenue Cost Ratio (RC Ratio)

RC Ratio diperoleh dari hasil total penerimaan dibagi dengan total biaya.

Total penerimaan pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru sebesar

Rp 53.832.400 dibagi dengan total biaya sebesar Rp 31.934.794, sehingga

diperoleh nilai RC Ratio sebesar 1,7. Hal ini menjelaskan bahwa pada usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru menguntungkan atau usaha layak untuk

dilaksanakan karena nilai RC Ratio > 1. Perhitungan RC Ratio pada usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru dapat dilihat pada Lampiran 4.

e. Keuntungan

Keuntungan diperoleh dari hasil total penerimaaan dikurangi dengan total

biaya yang digunakan dalam 1 siklus produksi. Total penerimaan pada usaha
budidaya ikan cupang milik Bapak Heru sebesar Rp 53.832.400 dikurangi

dengan total biaya sebesar Rp 31.934.794, sehingga diperoleh keuntungan

sebesar Rp 21.897.606. Hal ini menjelaskan bahwa sebesar Rp 21.897.606

inilah yang akan menjadi keuntungan pada budidaya ikan cupang selama 1

siklus. Perhitungan keuntungan pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak

Heru dapat dilihat pada Lampiran 5.

f. Rentabilitas

Rentabilitas diperoleh dari laba usaha dibagi dengan modal kerja. Laba

usaha pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru sebesar Rp

21.897.606 dibagi dengan modal kerja sebesar Rp 31.934.794 dan dikali dengan

100% sehingga diperoleh rentabilitas usaha sebesar 68,57%. Hal ini

menjelaskan bahwa setiap 1 siklus usaha budidaya ikan cupang milik Bapak

Heru dapat menghasilkan keuntungan sebesar 68,57% dari modal kerja yang

digunakan. Perhitungan rentabilitas pada usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru dapat dilihat pada Lampiran 6.

g. Break Event Point (BEP)

Berdasarkan hasil perhitungan pemasaran induk halfmoon jantan 10 cm A,

untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 669.646 dan unit

produk sebanyak 67 ekor. Pada induk halfmoon jantan 10 cm B untuk mencapai

titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 51.660 dan unit produk sebanyak

6 ekor. Pada induk halfmoon betina 8 cm A untuk mencapai titik impas

dibutuhkan sales produk sebesar Rp 566.325 dan unit produk sebanyak 71 ekor.

Pada induk halfmoon betina 8 cm B untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales

produk sebesar Rp 14.350 dan unit produk sebanyak 2 ekor. Pada induk plakat

jantan 10 cm A untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp

574.002 dan unit produk sebanyak 72 ekor. Pada induk plakat jantan 10 cm B

untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 20.090 dan unit
produk sebanyak 3 ekor. Pada induk plakat betina 8 cm A untuk mencapai titik

impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 505.624 dan unit produk sebanyak

72 ekor. Pada induk plakat betina 8 cm B untuk mencapai titik impas dibutuhkan

sales produk sebesar Rp 15.570 dan unit produk sebanyak 2 ekor. Pada induk

serit jantan 10 cm A untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar

Rp 566.325 dan unit produk sebanyak 71 ekor. Pada induk serit jantan 10 cm B

untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 23.462 dan unit

produk sebanyak 3 ekor. Pada induk serit betina 8 cm A untuk mencapai titik

impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 508.925 dan unit produk sebanyak

73 ekor. Pada induk serit betina 8 cm B untuk mencapai titik impas dibutuhkan

sales produk sebesar Rp 9.328 dan unit produk sebanyak 1 ekor. Pada induk

bangkok jantan 10 cm A untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk

sebesar Rp 574.002 dan unit produk sebanyak 72 ekor. Pada induk bangkok

jantan 10 cm B untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp

13.417 dan unit produk sebanyak 2 ekor. Pada induk bangkok betina 8 cm A

untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 498.880 dan unit

produk sebanyak 71 ekor. Pada induk bangkok betina 8 cm B untuk mencapai

titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 15.570 dan unit produk sebanyak

2 ekor. Pada halfmoon dewasa jantan 7 cm A untuk mencapai titik impas

dibutuhkan sales produk sebesar Rp 4.649.419 dan unit produk sebanyak 5.166

ekor. Pada halfmoon dewasa jantan 7 cm B untuk mencapai titik impas

dibutuhkan sales produk sebesar Rp 26.763 dan unit produk sebanyak 33 ekor.

Pada halfmoon dewasa betina 5 cm A untuk mencapai titik impas dibutuhkan

sales produk sebesar Rp 401.012 dan unit produk sebanyak 501 ekor. Pada

halfmoon betina 5 cm B untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk

sebesar Rp 718 dan unit produk sebanyak 1 ekor. Pada plakat dewasa jantan 7

cm A untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 3.789.636


dan unit produk sebanyak 5.414 ekor. Pada plakat dewasa jantan 7 cm B untuk

mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 861 dan unit produk

sebanyak 1 ekor. Pada plakat dewasa betina 5 cm A untuk mencapai titik impas

dibutuhkan sales produk sebesar Rp 316.275 dan unit produk sebanyak 527

ekor. Pada plakat dewasa betina 5 cm B untuk mencapai titik impas dibutuhkan

sales produk sebesar Rp 1.292 dan unit produk sebanyak 2 ekor. Pada serit

dewasa jantan 7 cm A untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk

sebesar Rp 3.839.215 dan unit produk sebanyak 5.485 ekor. Pada serit dewasa

jantan 7 cm B untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp

1.722 dan unit produk sebanyak 3 ekor. Pada serit dewasa betina 5 cm A untuk

mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 321.441 dan unit

produk sebanyak 536 ekor. Pada serit dewasa betina 5 cm B untuk mencapai titik

impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 1.076 dan unit produk sebanyak 2

ekor. Pada bangkok dewasa jantan 7 cm A untuk mencapai titik impas

dibutuhkan sales produk sebesar Rp 3.888.723 dan unit produk sebanyak 5.555

ekor. Pada bangkok dewasa jantan 7 cm B untuk mencapai titik impas

dibutuhkan sales produk sebesar Rp 1.435 dan unit produk sebanyak 2 ekor.

Pada bangkok dewasa betina 5 cm A untuk mencapai titik impas dibutuhkan

sales produk sebesar Rp 325.746 dan unit produk sebanyak 543 ekor. Pada

bangkok dewasa betina 5 cm B untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales

produk sebesar Rp 1.292 dan unit produk sebanyak 2 ekor. Pada benih halfmoon

0,5 cm untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 870.690

dan unit produk sebanyak 8.707 ekor. Pada benih plakat 0,5 cm untuk mencapai

titik impas dibutuhkan sales produk sebesar Rp 911.444 dan unit produk

sebanyak 9.114 ekor. Pada benih serit 0,5 cm untuk mencapai titik impas

dibutuhkan sales produk sebesar Rp 738.813 dan unit produk sebanyak 9.235

ekor. Pada benih bangkok 0,5 cm untuk mencapai titik impas dibutuhkan sales
produk sebesar Rp 748.069 dan unit produk sebanyak 9.351 ekor. Sehingga total

sales produk pada budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo sebesar Rp

25.462.818 dan unit produk yang dihasilkan sebanyak 60.772 ekor ikan cupang.

BEP sales pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru sebesar Rp

25.462.818 sehingga penerimaan yang harus diterima selama 1 siklus produksi

agar mencapai titik impas adalah sebesar Rp 25.462.818. Pada usaha ini,

penerimaan ikan cupang yaitu sebesar Rp 53.832.400 > BEP sales sebesar Rp

25.462.818. Sedangkan total sales volume budidaya pada usaha budidaya ikan

cupang yaitu sebanyak 126.986 ekor > BEP unit sebanyak 60.772 ekor.

Perhitungan BEP pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru dapat

dilihat pada Lampiran 7.

Pencatatan keuangan pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

masih terkendala oleh kontinuitas dan sumber daya manusia yang membidangi

dalam bidang analisis keuangan, sehingga pembukuan keuangan yang meliputi

pemasukan dan pengeluaran usaha belum terkonsep secara terperinci.

Pembukuan hanya melalui penaksiran selama satu siklus hingga pemanenan

benih atau mencapai ikan cupang dewasa melalui penerapan yang biasa

dilakukan dalam kegiatan produksi setiap harinya, sehingga hal ini bisa saja

terdapat pengeluaran atau pemasukan yang terlewatkan tidak tercantum dalam

pembukuan yang dilakukan. Selain itu, dalam proses penjualan atau pembelian

input budidaya tidak terdapat nota sebagai bukti transaksi yang telah dilakukan.

Hak tersebut menjadi kelemahan bagi usaha budidaya ikan cupang milik Bapak

Heru, karena pencatatan keuangan belum tersusun secara rapi dan sesuai

dengan sistem pembukuan akuntansi yang benar.

5.3.5 Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru masih terbatas pada mengikuti dan turut berpartisipasi
dalam pelatihan yang diadakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

bidang Perikanan Kota Kediri. Pelatihan ini memberikan pengetahuan dan ilmu

yang bermanfaat bagi pelaku usaha budidaya ikan hias. Pengetahuan tersebut

mencakup penanganan ikan hias yang sakit dengan dosis yang sesuai, obat-

obat yang dapat digunakan untuk membantu produksi ikan cupang hingga

menghasilkan output yang optimal dan sesuai dengan permintaan pasar, serta

memberikan dorongan bagi pembudidaya untuk terus mengembangkan

usahanya melalui perbaikan kualitas ikan cupang, menganalisis perilaku

konsumen, dan memperluas daerah pemasaran.

Melalui pengembangan ini pula, Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Maju

Mandiri yang menjadi naungan Bapak Heru dalam menjalankan usaha budidaya

ikan cupang, membentuk koperasi serba usaha pada tahun 2014 yang

diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap para pembudidaya dengan

menyediakan input produksi, memberikan pinjaman dana sebagai dana

operasional usaha, dan membantu pembudidaya memasarkan produknya.

Adapun visi dan misi Koperasi Mina Maju Mandiri adalah sebagai berikut.

Visi : Mewujudkan Kesejahteraan dan Meningkatkan Pendapatan Anggota.

Misi :

1. Mengembangkan usaha anggota di bidang budidaya ikan hias.

2. Menciptakan Koperasi Mina Maju Mandiri yang sehat dan berkualitas.

3. Mewujudkan tata kelola koperasi yang profesional, transparan, dan

bertanggung jawab.

5.3.6 Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen merupakan sistem yang mengatur

pengumpulan, pengolahan, dan penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh

keputusan manajerial suatu usaha. Sistem informasi manajemen pada usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru masih dilaksanakan secara sederhana.
Informasi yang diterima dibahas dalam rapat bulanan yang diadakan

POKDAKAN Mina Maju Mandiri sebegai fasilitas anggota untuk berdiskusi,

memberikan pendapat, dan memberikan informasi terkait budidaya ikan hias

yang dijalankan. Hal tersebut berguna untuk dijadikan bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan atau perencanaan selanjutnya. Selain itu,

pegawai dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian bidang Perikanan Kota

Kediri sering meninjau langsung ke lokasi budidaya untuk memantau usaha ikan

hias di Kota Kediri, sehingga informasi dari dinas setempat dapat tersalurkan

secara langsung kepada para pembudidaya.

5.4 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal adalah proses mengidentifikasi peluang dan

ancaman yang dimiliki oleh perusahaan. Lingkup pengidentifikasian mencakup

kekuatan ekonomi; kekuatan sosial, budaya, dan demografi; kekuatan politik dan

kebijakan pemerintah; serta faktor kekuatan teknologi.

5.4.1 Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial

dari beragam strategi. Kondisi perekonomian pada suatu wilayah akan

memengaruhi kinerja dalam suatu usaha. Pada usaha budidaya ikan cupang

milik Bapak Heru, jumlah permintaan ikan cupang dipengaruhi oleh pertumbuhan

ekonomi yang sedang terjadi di Kota Kediri dan pada daerah pemasaran ikan

cupang yang menjadi wilayah perdagangannya. Apabila pertumbuhan ekonomi

pada daerah pemasaran tersebut meningkat, maka akan meningkatkan jumlah

permintaan ikan cupang yang didistribusikan.

Indikator perekonomian antara lain tingkat inflasi, tingkat suku bunga,

pertumbuhan ekonomi, dan kurs mata uang. Perdagangan bebas yang marak

saat ini juga berperan serta dalam perkembangan dunia bisnis ikan hias pada
khususnya. Dengan adanya pemberlakuan AFTA (Asian Free Trade Area),

GATT (General Agreement on Trade), dan CAFTA (Chinese Asian Free Trade

Area) akan berimbas pada persaingan di dalam maupun di luar negeri yang juga

memengaruhi nilai ekspor ikan hias ke luar negeri.

Tingkat produktivitas ikan hias menjadi salah satu sektor pendorong

perekonomian nasional karena dengan produktivitas yang tinggi maka dapat

membantu pemenuhan permintaan ikan hias di dalam negeri maupun

mancanegara. Berikut merupakan data produksi ikan hias air tawar dan air laut

menurut lahan pada tahun 2010 – 2014 yang ditampilkan pada Tabel 10 sebagai

berikut.

Tabel 10. Produksi Ikan Hias Menurut Lahan Tahun 2010 –2014

Satuan : 1.000 Ekor


Jenis Tahun
Ikan 2010 2011 2012 2013 2014
Air 1,20 1.893,00 410,39 575,42 668,39
Laut
Air 605.052,44 943.483,91 938.061,71 1.137.289,48 1.140.318,42
Tawar
Total 605.053,64 945.376,00 938.472,10 1.137.835,54 1.140.986,81
Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya, 2015

Seiring dengan peningkatan volume dan nilai produksi perikanan di

Indonesia, maka jumlah ekspor komoditas kelautan dan perikanan juga

mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 ekspor kelautan dan perikanan

mencapai 1,27 juta ton atau mengalami kenaikan sebesar 1,34 persen

dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 1,26 juta ton. Tren ekspor kelautan dan

perikanan menunjukkan bahwa selama 2008 – 2014 mengalami pertumbuhan

sebesar 6,11 persen dan tahun 2010 – 2014 mengalami pertumbuhan sebesar

3,69 persen. Terjadinya perlambatan pertumbuhan pada tahun 2013 – 2014

sebesar 1,34 persen dipengaruhi oleh adanya isi pelemahan ekonomi dunia

sehingga daya beli negara-negara eksportir menurun dan adanya pengetatan

peraturan ekspor terhadap produk kelautan dan perikanan. Rata-rata ekspor


kelautan dan perikanan selama tahun 2010 – 2014 sebesar 1,21 juta ton dengan

standar deviasi 71 ribu ton.

Nilai ekspor kelautan dan perikanan tahun 2014 mencapai US$ 4,6 juta

atau mengalami kenaikan sebesar 11,00 persen dibandingkan tahun 2013 yang

mencapai US$ 4,1 juta. Tren ekspor kelautan dan perikanan menunjukkan

bahwa selama 2008 – 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 9,90 persen dan

tahun 2010 – 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 12,69 persen. Peningkatan

nilai ekspor kelautan dan perikanan ini disebabkan karena peningkatan kurs

dolar dalam perdagangan luar negeri (Kementerian Kelautan dan Perikanan,

2015).

5.4.2 Faktor Sosial, Budaya, dan Demografi

Menurut David (2012), tren-tren dalam sosial, budaya, demografis, dan

lingkungan akan membentuk cara orang untuk hidup, bekerja, memproduksi, dan

mengonsumsi akan barang maupun jasa. Tren-tren tersebut menciptakan jenis

konsumen yang berbeda dan konsekuensinya dapat menciptakan kebutuhan

akan produk, jasa, dan strategi yang berbeda pula.

Saat ini kebutuhan masyarakat semakin beragam, mulai dari pemenuhan

kebutuhan utama, hingga kebutuhan penunjang. Salah satu kebutuhan

penunjang tersebut adalah kebutuhan untuk kesenangan dan keindahan.

Kebutuhan akan kesenangan dapat terpenuhi, salah satunya dengan

memelihara hewan peliharaan. Hewan peliharaan yang relatif mudah

perawatannya ialah ikan hias. Ikan hias juga dapat dijadikan sebagai salah satu

elemen estetika di dalam ruangan. Sehingga tidak heran, permintaan ikan hias

oleh penghobi ikan hias dan pengusaha ikan, sampai saat ini terus mengalami

peningkatan, termasuk permintaan untuk konsumen luar negeri (Andika, 2010).

Memelihara ikan hias menjadi daya tarik tersendiri karena ikan hias

menjadi salah satu elemen estetika di dalam ruangan, digunakan sebagai sarana
hiburan, dan juga dapat menghilangkan kepenatan setelah seharian beraktivitas.

Hal tersebut juga diungkapkan konsumen ikan hias cupang milik Bapak Heru,

bahwasanya mereka membeli ikan hias adalah sebagai hiburan dan untuk

memperindah ruangan rumahnya dengan cara membuat akuarium atau

aquascape. Selain itu, pada saat musim penghujan, jumlah permintaan ikan

cupang juga cenderung meningkat dikarenakan ikan cupang dapat memakan

jentik-jentik nyamuk sehingga diletakkan di kolam-kolam penampungan air.

Selain konsumen dalam negeri, penghobi ikan hias juga berasal dari luar

negeri. Masyarakat di negara maju memiliki kegemaran memelihara ikan hias

pada saat musim dingin. Hal ini disebabkan, pada musim dingin, mereka lebih

banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan dibandingkan beraktivitas di luar

ruangan, sehingga dengan adanya ikan hias merupakan salah satu alternatif

hiburan yang digemari. Sedangkan pada musim panas, mereka lebih menyukai

hiburan di luar ruang terbuka atau berekreasi di taman, pantai, dan lain

sebagainya. Oleh karena itu, permintaan ikan hias akan menurun pada saat

musim panas di negara-negara maju, seperti Amerika dan Uni Eropa, terutama

pada bulan Mei hingga September.

5.4.3 Faktor Politik dan Kebijakan Pemerintah

Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah merupakan pembuat

regulasi, deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi.

Faktor-faktor politik, pemerintahan, dan hukum dapat merepresentasikan peluang

atau ancaman utama baik bagi usaha skala kecil maupun skala besar. Dengan

adanya kebijakan pemerintah yang mendukung setiap kegiatan usaha,

khususnya dalam bidang budidaya ikan hias maka akan membuka peluang yang

baik bagi pelaku usaha tersebut untuk terus mengembangkan usahanya.

Strategi yang dapat dilakukan untuk melaksanakan kebijakan pemerintah

dalam bidang budidaya adalah melalui pengembangan kawasan minapolitan;


pengembangan komoditas unggul; pemberdayaan masyarakat dan

pengembangan kewirausahaan; serta industrialisasi perikanan budidaya

berbasis blue economy. Berdasarkan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

(2014), pembangunan perikanan budidaya pada tahun 2014 difokuskan kepada

program pencapaian indikator kinerja utama yaitu meningkatnya produksi

perikanan budidaya dengan volume produksi perikanan budidaya sebanyak

13.978.946 ton. Namun, pada bulan Oktober 2014, karena adanya kebijakan

pemerintah mengenai penghematan anggaran, maka terjadi perubahan target

produksi menjadi 13.449.206.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor 55/Permen-KP/2016 tentang Rencana Kerja Kementerian

Kelautan dan Perikanan Tahun 2017, membahas mengenai program

pengelolaan perikanan budidaya sebesar Rp 1.088.284.446.000 yang akan

digunakan untuk membiayai kegiatan prioritas, antara lain sarana pakan mandiri

(200 paket), pabrik pakan (1 unit), produksi benih ikan (100 juta ton), bantuan

sarana produksi budidaya ikan (1.000 paket), biofloc (27 paket), premi asuransi

usaha pembudidayaan ikan skala kecil (1.000 ha), escavator (48 unit), revitalisasi

raiser (1 unit), pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (3

SKPT), dan lain sebagainya.

Selain kebijakan pemerintah pusat, juga terdapat kebijakan-kebijakan

pemerintah daerah yang mendukung kegiatan sektor perikanan. Di Kota Kediri,

pemerintah memberikan apresiasi setinggi-tingginya dengan menjadikan cupang

sebagai salah satu komoditi unggulan Kota Kediri dan menetapkan Kelurahan

Ketami, Jamsaren, Pesantren, dan Tempurejo sebagai sentra ikan cupang.

Bentuk aspresiasi lain dari Pemerintah Kota Kediri adalah mendukung kegiatan

kontes ikan cupang tingkat nasional sejak tahun 2009. Selain itu, Pemerintah

Kota Kediri juga mendirikan pasar ikan dan pasar benih untuk membantu
pembudidaya memasarkan produknya. Hal ini menjadikan usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru yang merupakan bagian dari POKDAKAN Mina Maju

Mandiri, ikut turut serta dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan

kemampuan dalam budidaya dan berbisnis. Kegiatan yang diadakan merupakan

penerapan dari beberapa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah, kegiatan yang pernah diikuti oleh kelompok dan anggota

POKDAKAN Mina Maju Mandiri antara lain panitia kontes cupang “Walikota Cup”

tingkat nasional tahun 2014, pelatihan pendidikan koperasi tingkat pemula,

mempresentasikan kelayakan Kelurahan Ketami sebagai sentra UMKM ikan

cupang yang diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta

pelatihan pengenalan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia)

Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah Kota Kediri.

5.4.4 Faktor Teknologi

Perubahan dan penemuan teknologi memberikan pengaruh terhadap

kegiatan operasional suatu usaha. Hal tersebut juga dirasakan pada usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru yang menerapkan teknologi

konvensional untuk penanganan operasional usahanya yaitu dengan

menggunakan pompa air yang berfungsi menyerap dan mendorong air tanah

untuk keluar serta juga menggunakan tabung oksigen yang berfungsi untuk

mendapatkan bantuan oksigen dalam proses pengemasan sehingga benih atau

ikan cupang dewasa tetep mendapatkan asupan oksigen saat proses

pendistribusian. Selain itu, usaha Bapak Heru ini juga telah menerapkan

teknologi dalam penyeragaman jenis kelamin pada ikan cupang yaitu

menggunakan obat Metil Textoteron. Obat ini aman digunakan untuk ikan hias

yang tidak dikonsumsi oleh manusia dan aman untuk lingkungan, sehingga

penggunaannya dapat digunakan secara kontinu.


Menerapkan teknologi komunikasi dan informasi dibutuhkan untuk

mempermudah dalam operasional produksi hingga pemasaran. Dengan adanya

teknologi komunikasi dan informasi akan mempermudah dalam pertukaran

informasi yang berkaitan dengan usaha budidaya ikan cupang, sebagai contoh

penerapannya adalah dibentuklah grup kelompok pembudidaya yang mana

dalam grup tersebut dapat saling bertukar pikiran, menyampaikan pendapat,

ataupun mendiskusikan permasalahan yang timbul dalam usaha yang dijalankan.

Dengan adanya teknologi juga mempermudah proses pembayaran yang

dilakukan oleh pembenih atau konsumen yang membeli produk ikan cupang di

Bapak Heru, karena dapat dilakukan secara transfer melalui Anjungan Tunai

Mandiri (ATM) ataupun bank. Sedangkan pencatatan administrasi dapat

dipermudah dengan menggunakan teknologi berupa laptop. Selain itu, adanya

teknologi dalam transportasi juga sangat membantu dalam operasional usaha,

yaitu berupa sepeda motor dan mobil yang digunakan untuk proses distribusi

maupun pembelian bahan input produksi.

5.5 Analisis Lingkungan Industri

Lingkungan industri berkaitan dengan faktor-faktor ancaman dari pelaku

bisnis yang dapat memengaruhi perusahaan atau suatu usaha melalui tindakan

serta tanggapan kompetitif yang harus dilakukan. Semakin besar kapasitas

perusahaan untuk lebih memengaruhi lingkungan industri, semakin besar

kemungkinan perusahaan untuk menghasilkan laba di atas rata-rata. Analisis

kompetitif dapat dikembangkan melalui Model Lima Kekuatan Porter yang

mengkombinasikan lima kekuatan, diantaranya potensi masuknya pesaing baru,

kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan menawar konsumen, ancaman

produk substitusi, dan pesaing dalam industri atau perusahaan sejenis.

5.5.1 Potensi Masuknya Pesaing Baru


Hadirnya pendatang baru dalam suatu industri menunjukkan tingkat

persaingan yang dihadapi oleh suatu usaha dalam wilayah tertentu. Pendatang

baru pasti bermunculan, apalagi pada usaha-usaha yang mempunyai bidikan

pasar secara luas. Jika semakin banyak pendatang baru yang memasuki suatu

wilayah industri, maka akan terjadi perebutan pangsa pasar yang ada. Hal ini

dapat menimbulkan potensi tersainginya usaha yang telah beroperasi dalam

kurun waktu lebih lama dengan usaha-usaha baru yang memasuki pasar industri.

Namun, besarnya ancaman masuk pendatang baru bergantung pada hambatan

yang ada untuk memasuki industri tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara, Bapak Heru mengutarakan jika setiap

tahunnya mulai bermunculan pesaing baru, sehingga diperlukan suatu

terobosan-terobosan agar dapat tetap menjaga loyalitas konsumen terhadap

hasil produk yang dihasilkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah terus

mengembangkan kualitas dari ikan cupang dengan memilih indukan cupang

yang berkualitas secara jeli dan teliti, sehingga melalui prosesnya dapat

menghasilkan benih cupang yang berkualitas tinggi. Ikan cupang berkualitas

tinggi menjadi produk unggulan yang dapat menjadi nilai tambah bagi pemasaran

ikan cupang.

Hambatan yang mungkin dialami oleh pendatang baru dalam dunia usaha

adalah skala ekonomi, kebutuhan untuk menguasai teknologi dan trik-trik praktis,

kurangnya pengalaman, loyalitas konsumen yang kuat terhadap produk dari

suatu usaha tertentu, persyaratan modal yang besar, kurangnya saluran

distribusi yang memadai, dan peraturan pemerintah. Pada usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru memulai usahanya dari skala kecil dengan kolam

budidaya sebanyak empat buah. Budidaya ikan cupang relatif mudah, tidak

membutuhkan lahan yang luas, dan modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu

besar sehingga siapapun yang ingin berkecimpung dalam usaha ini dapat
memulai usahanya dari skala rumah tangga karena dengan bermodalkan

beberapa akuarium saja sudah dapat menjalankan usaha. Walaupun demikian,

apabila usaha budidaya ikan cupang ditujukan untuk ekspor, maka dibutuhkan

modal yang cukup besar dan keahlian tersendiri dalam penanganan ikan cupang.

Karena ikan cupang yang diperuntukkan untuk komoditas ekspor merupakan

ikan cupang yang berkualitas dan sesuai dengan standar internasional.

5.5.2 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Daya tawar pemasok memengaruhi intensitas persaingan antar usaha.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi produsen dalam menawarkan

produknya pada suatu pasar potensial yaitu antara lain harga barang itu sendiri,

harga barang lain, ongkos biaya produksi, tujuan produksi, dan teknologi yang

diterapkan. Kemampuan pemasok dalam menentukan harga dan kualitas bahan

baku sangat dipengaruhi oleh daya tawar pemasok. Semakin kuat daya tawar

pemasok, maka semakin besar kemampuan pemasok untuk mengendalikan

harga yang ditawarkan pada produsen.

Pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru mendapatkan

pasokan secara kontinu pada setiap harinya untuk pakan benih dan ikan cupang.

Hal ini dikarenakan, Bapak Heru belum mampu memenuhi jumlah pakan yang

harus diberikan pada benih dan ikan cupang yang dibudidayakan, sehingga

masih bergantung pada pemroduksi pakan yang berupa lemut, kutu air, dan

cacing yang berada di sekitar lokasi budidaya. Selain itu, pasokan bahan baku

lain yang diterima dari para pemasok untuk kegiatan operasional usaha adalah

sarana produksi seperti jaring, seser, timba, terpal, akuarium, selang air, plastik

pembungkus ikan cupang yang dipasarkan, dan lain sebagainya. Ada pula obat-

obatan yang diberikan pada ikan cupang seperti obat merk Prima dan Blitz Icht

yang digunakan sebagai antisipasi dan pengobatan penyakit white spot, obat

Metil Textoteron yang berfungsi untuk penyeragaman jenis kelamin pada ikan
cupang, serta garam ikan sebagai antibiotik dan pencegahan penyakit jamur.

Obat-obat tersebut didapatkan di toko pakan hewan maupun apotek yang ada di

sekitar lokasi budidaya.

Dalam pemenuhan input produksi maupun sarana yang digunakan dalam

usaha budidaya ikan cupang ini, Bapak Heru tidak hanya mengandalkan pada

satu pemasok saja, sehingga dapat melakukan pengambilan input kepada

pemasok lainnya jika dirasa barang yang ditawarkan tidak sesuai dengan harga

dan kualitas yang distandarkan. Dengan kondisi tersebut, memberikan

keuntungan dan kekuatan bagi operasional usaha dalam menentukan pemasok

yang sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa daya tawar pemasok pada usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru terbilang rendah.

5.5.3 Kekuatan Tawar Menawar Konsumen

Daya tawar konsumen dapat menjadi kekuatan terpenting yang

memengaruhi keunggulan kompetitif suatu usaha karena dapat memengaruhi

harga dan kualitas produk yang diperjualbelikan. Konsumen dari hasil budidaya

ikan cupang milik Bapak Heru adalah pengepul, pengecer, pembesar ikan yang

berada di sekitar Kota Kediri dan juga luar Jawa Timur, serta penghobi ikan

cupang yang berada di daerah Kota Kediri. Kekuatan tawar menawar konsumen

ditetapkan oleh harga pasar, namun pembesar ikan cupang yang membeli benih

pada Bapak Heru dalam hal ini lebih memperhatikan kualitas daripada harga

karena dengan kualitas yang baik akan menghasilkan harga yang sesuai pula

pada saat ikan cupang tersebut dewasa.

Melalui strategi untuk terus mengembangkan kualitas ikan cupang yang

dibudidayakan, Bapak Heru mendapatkan banyak kepercayaan dari konsumen

terhadap produk ikan cupang yang dihasilkan. Pada saat pemasaran fase benih,

strategi yang dilaksanakan ialah dengan memberikan garansi 80% kepada

pembesar ikan atau konsumen yang membeli benih cupang dengan garansi
bahwa benih tersebut akan menjadi ikan cupang jantan. Hal ini dapat menjaga

kepercayaan konsumen terhadap kualitas benih cupang sebagai output

budidaya, karena konsumen menganggap bahwa dengan kualitas yang baik

akan membawa harga yang baik pula pada saat ikan cupang tumbuh menjadi

dewasa. Selain itu, Bapak Heru juga memprioritaskan konsumen tetap yang

sudah menjadi pelanggan ikan cupangnya, sehingga konsumen merasa puas

tehadap layanan yang diberikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Heru, harga yang

diberlakukan untuk indukan cupang merupakan harga paten yang disesuaikan

dengan kualitas ikan cupang berdasarkan kategori grade yang telah ditentukan.

Berikut merupakan kategori kualitas ikan cupang yang dapat dilihat pada Tabel

11 sebagai berikut.

Tabel 11. Kualitas Ikan Cupang

Kategori Ciri-Ciri Ikan Cupang


Grade A Keadaan sehat dengan sirip yang sempurna, sirip ekor
membuka 180 derajat atau lebih, dan ketiga sirip utama
saling overlap.
Grade B Keadaan sehat dengan sirip yang tidak cacat atau rusak
dan sirip ekor membuka lebih dari 165 derajat serta kurang
dari 180 derajat.
Grade C Keadaan sehat dengan sirip yang sedikit cacat atau tidak
sempurna, dan sirip ekor membuka kurang dari 165 derajat.

5.5.4 Ancaman Produk Substitusi

Jenis produk yang mempunyai kesamaan dalam fungsi dan dapat saling

menggantikan antar produk tersebut untuk segmen pasar yang dituju dapat

menekan volume penjualan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi usaha

yang memiliki banyak produk pengganti karena dapat mengakibatkan persaingan

dan menyebabkan penurunan jumlah penjualan terhadap produk yang

dipasarkan. Produk pengganti dari ikan hias cupang yang dihasilkan pada usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru adalah jenis-jenis ikan hias lainnya yang

memberikan fungsi dan manfaat serupa dengan ikan cupang. Ikan hias
memberikan manfaat sebagai hiburan, penghias ruangan, dan dapat

menghilangkan kepenatan bagi pemiliknya. Manfaat ikan cupang inilah yang

dapat digantikan oleh ikan-ikan hias lainnya, namun penilaian komoditas ikan

hias lebih bersifat subjektif, dimana ikan hias cupang relatif memiliki harga yang

terjangkau, perawatan mudah, dan morfologi ikan cupang yang menarik para

penghobi ikan hias.

Produk substitusi ikan hias cupang dapat ditemukan di berbagai kelompok

pembudidaya yang berada di sekitar lokasi usaha Bapak Heru. Walaupun di

Kelurahan Ketami merupakan sentra ikan cupang di Kota Kediri, namun ada

beberapa pembudidaya yang membudidayakan jenis ikan hias lain, misalnya

guppy dan komet. Hal ini memberikan kesempatan kepada konsumen untuk

memilih produk ikan hias yang menjadi kesenangan, hobi, maupun minatnya.

Ikan cupang yang memiliki banyak keutamaan, seperti memiliki bentuk dan

warna tubuh yang sangat indah, menjadi alasan banyaknya penghobi ikan hias

yang meminati ikan jenis ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing

ikan hias cenderung memiliki peminatnya sendiri, walaupun tidak menutup

kemungkinan bahwa konsumen akan beralih atau mengkombinasikan koleksi

ikan hiasnya dari berbagai jenis.

5.5.5 Persaingan Antar Perusahaan Saingan

Persaingan antar perusahaan yang memiliki komoditas usaha sejenis

merupakan hal kompleks yang harus dihadapi oleh perusahaan. Strategi yang

dijalankan dapat berhasil jika usaha tersebut memiliki keunggulan kompetitif atas

strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Apabila jumlah pesaing

bertambah, maka akan menambah intensitas persaingan antar perusahaan

karena perusahaan-perusahaan ini akan saling berlomba untuk menerapkan

strategi untuk menarik konsumen potensial. Pesaing bagi usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru adalah pembesar dan pembudidaya ikan hias cupang
yang berada di sekitar daerahnya maupun di luar daerah. Dalam POKDAKAN

Mina Maju Mandiri saja sudah terdapat dua puluh anggota yang berkecimpung

pada usaha yang sama, yaitu budidaya ikan cupang. Berikut daftar anggota

POKDAKAN Mina Maju Mandiri dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut.

Tabel 12. Daftar Anggota POKDAKAN Mina Maju Mandiri

No Nama Pemilik Jenis Ikan


1 Santoso, S.Pd Cupang
2 Heru Sulistyo Cupang
3 Jarod Suwoko Cupang
4 Goenawan Cupang
5 Sudarmanto Cupang
6 Titis Nukmawati Cupang
7 Totok Cupang
8 Andi Purbo Cupang
9 Seli Cupang
10 Agus Setyono Cupang
11 Yohanes Cupang
12 Medi Cupang
13 Arif Cupang
14 Sunaryo Gupi
15 Sujono Cupang
16 Yunus Gupi
17 Yusimahadi Cupang
18 Sumanto Cupang
19 Rakidi Cupang
20 Joko Waluyo Cupang
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri, 2016

Walaupun berada pada sentra budidaya ikan cupang dengan banyaknya

pembudidaya yang bergerak di bidang budidaya dengan komoditas yang sama,

namun sistem pemasaran produk yang dihasilkan pada masing-masing usaha

tetap berjalan secara sehat dan berkesinambungan. Hal ini dikarenakan, fungsi

POKDAKAN bukan untuk saling menyaingi satu sama lain, namun menghimpun

usaha sejenis yang berada pada satu wilayah. Masing-masing usaha sudah

mempunyai langganannya masing-masing dan apabila salah satu usaha tidak

dapat memenuhi permintaan konsumen, maka akan dilimpahkan kepada usaha

lain yang masih memiliki stok benih atau ikan cupang dewasa sesuai dengan

permintaan konsumen. Sistem regulasi yang baik berhasil diterapkan dalam


kelompok pembudidaya ikan ini, sehingga persaingan antar perusahaan sejenis

tidak menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru. Dengan tetap menjaga kualitas ikan cupang dan terus konsisten

terhadap output budidaya yang dihasilkan, maka loyalitas konsumen akan tetap

terjaga.

5.6 Identifikasi Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan Usaha

Berdasarkan identifikasi analisis lingkungan eksternal dan internal pada

usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru, maka diperoleh faktor strategis

internal yang berupa kekuatan dan kelemahan. Adapun faktor-faktor strategis

internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru adalah sebagai berikut.

1. Kekuatan

a. Potensi lahan yang masih luas

Pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru ini memiliki lahan

paling luas diantara pembudidaya ikan cupang pada POKDAKAN Mina

Maju Mandiri lainnya. Hal ini membuat jumlah produksi ikan hias rata-rata

per panen dengan komoditas benih dan ikan cupang dewasa juga

menghasilkan produksi yang paling banyak, sehingga dengan potensi

lahan yang masih luas dan budidaya yang dilakukan secara lebih intensif,

maka akan menjadi kekuatan tersendiri bagi usaha budidaya ikan cupang

ini karena produksi dapat lebih ditingkatkan, sehingga pendapatan yang

diterima juga akan meningkat seiring produksi yang dihasilkan. Berikut

merupakan data luas kolam dan produksi pada POKDAKAN Mina Maju

Mandiri pada tahun 2016 yang ditampilkan pada Tabel 13 sebagai berikut.
Tabel 13. Luas Kolam dan Jumlah Produksi POKDAKAN Mina Maju Mandiri

Produksi Ikan Hias Rata-rata Per


No Nama Pemilik Luas Kolam Panen
Benih (ekor) Besar (ekor)
1 Santoso, S.Pd 160 40.000 10.000
2 Heru Sulistyo 750 100.000 20.000
3 Jarod Suwoko 350 40.000 30.000
4 Goenawan 150 - 20.000
5 Sudarmanto 100 100.000 -
6 Titis Nukmawati 300 - 15.000
7 Totok 80 40.000 -
8 Andi Purbo 70 20.000 -
9 Seli 100 40.000 10.000
10 Agus Setyono 80 30.000 -
11 Yohanes 90 - 20.000
12 Medi 200 - 30.000
13 Arif 200 - 15.000
14 Sunaryo 60 - 5.000
15 Sujono 100 30.000 -
16 Yunus 50 - 10.000
17 Yusimahadi 150 40.000 -
18 Sumanto 50 - 20.000
19 Rakidi 20 - 5.000
20 Joko Waluyo 80 30.000 -
Jumlah 3.140 510.000 210.000
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri, 2016

Selain memiliki lahan budidaya yang luas, pada usaha Bapak Heru juga

memiliki lahan untuk proses netralisasi air buangan kolam budidaya,

sehingga sebelum masuk ke aliran pembuangan umum, buangan air kolam

sudah aman bagi lingkungan. Lahan tersebut dikelilingi oleh pohon pisang

yang secara sengaja ditanam Bapak Heru agar lahan tersebut tetap dapat

bernilai ekonomis dan berdaya guna bagi pemilik dan masyarakat sekitar.

b. Teknik budidaya ikan cupang yang mudah

Budidaya ikan cupang dapat diusahakan dalam berbagai skala usaha.

Untuk skala rumah tangga atau usaha kecil, budidaya ikan cupang dapat

menjadi pilihan yang sangat potensial dikarenakan usaha budidaya ini tidak

memerlukan sarana yang besar dan dapat dilakukan dalam lahan yang

sempit sekalipun. Teknik budidaya ikan pada usaha budidaya ikan cupang

milik Bapak Heru dapat dikatakan masih secara konvensional dengan


penggunaan teknologi yang cukup sederhana sehingga mudah diserap dan

diterapkan dalam operasional budidaya. Namun, walaupun secara sepintas

budidaya ikan cupang dapat dikatakan sederhana, akan tetapi tetap

membutuhkan keterampilan dan ketelitian yang memadai dalam proses

budidaya.

Apabila seorang pembudidaya tidak terampil, teliti, dan kurang

pengetahuan dalam operasional budidaya ikan cupang, maka akan

memengaruhi tingkat produksi dan kualitas dari ikan cupang yang

dihasilkan. Dalam hal ini, Bapak Heru sudah memiliki pengalaman yang

cukup dalam budidaya ikan cupang sehingga sudah terlatih dan terampil

dalam kegiatan budidaya. Insting yang baik juga diperlukan untuk setiap

pembudidaya karena dalam berbagai kondisi, misalnya saat panas terik

ataupun hujan secara terus-menerus dapat memengaruhi kondisi air kolam

yang berdampak pada kondisi dan kesehatan ikan cupang, maka seorang

pembudidaya harus tanggap dan cepat mengatasi permasalahan tersebut.

c. Adanya kelembagaan kelompok pembudidaya (POKDAKAN)

Adanya POKDAKAN berfungsi untuk menghimpun pembudidaya-

pembudidaya pada komoditas usaha yang sejenis agar mudah terorganisir

dan terpantau oleh pemerintah. Melalui proses wawancara, Bapak Heru

mengungkapkan bahwa dengan adanya kelompok pembudidaya ini, maka

akan mempermudah turunnya bantuan pemerintah untuk penguatan usaha

maupun bantuan sarana operasional budidaya. Selain itu, terdapat

kemudahan lain dengan tergabung dalam kelompok pembudidaya ikan,

yaitu mendapatkan pembinaan dari penyuluh perikanan mengenai teknis

budidaya, mempermudah dari segi pemasaran hasil budidaya, dan dapat

mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Kementerian Kelautan

dan Perikanan. Melalui lembaga bersama ini, pembudidaya dapat


menambah pengetahuan tentang teknis budidaya dan memperluas

jaringan serta relasi untuk penguatan usaha yang dijalankan. Di dalam

kelompok yang berfungsi sebagai sarana belajar bagi para pembudidaya

dengan bertukar pikiran dan berdiskusi, dapat memberikan solusi dan

masukan-masukan terhadap permasalahan yang terjadi pada operasional

usaha budidaya melalui komunikasi yang terjalin secara kontinu.

d. Adanya koperasi perikanan dalam ruang lingkup budidaya

Pada kelompok pembudidaya ikan Mina Maju Mandiri memiliki koperasi

perikanan yang bergerak di bidang serba usaha, dimana koperasi ini

bernama Koperasi Mina Maju Mandiri yang melayani anggotanya dalam

menyediakan input produksi, pemasaran hasil produksi budidaya, dan

simpan pinjam. Hal ini diharapkan dapat menjadi wadah kerjasama dalam

pengadaan input produksi seperti pakan, obat-obatan, dan sarana

budidaya yang lainnya. Selain itu dalam pemasaran hasil dan perkreditan

sebagai wadah dalam simpan pinjam anggota, diharapkan dapat

membantu pembudidaya dalam memenuhi finansiil operasional usaha.

Koperasi perikanan sebagai kesatuan swadaya dan swadana

kelembagaan yang mandiri, berperan dalam penyelesaian masalah

bersama, penguatan, dan pengembangan modal usaha anggota yang

dapat membantu pembudidaya mendapatkan modal usaha, bermitra

dengan lembaga keuangan, serta mempermudah dalam akses

pemasarannya. Sebagai suatu lembaga organisasi resmi, sebah koperasi

memiliki visi dan misi yang menjadi acuan dalam pelaksanaan organisasi.

Berikut merupakan visi dan misi Koperasi Mina Maju Mandiri yang

ditampilkan pada Gambar 20 sebagai berikut.


Gambar 20
0. Visi dan Misi Koperasi Mina Maju Mandiri

e. Lokasi budidaya yang


y strategis

Lokasi usaha budidaya


b ikan cupang milik Bapak Heru terma
asuk dalam

lokasi yang strate


egis karena berada di sentral ikan cupang ya
ang ada di

Kota Kediri, yaittu di Kelurahan Ketami, Kecamatan Pesan


ntren yang

tergabung dalam suatu wadah organisasi yaitu kelompok pem


mbudidaya

adikan lokasi usaha ini, berdekatan dengan pem


ikan. Hal ini menja mbudidaya

nya sehingga antar pembudidaya dapat salin


ikan cupang lainn ng bekerja

sama. Selain itu, lokasi yang mudah dijangkau oleh konsume


en menjadi

pendukung dalam berjalannya usaha ikan cupang milik Bapak He


eru.

Akses jalan menuju


m lokasi usaha juga sangat mudah kare
ena sudah

beraspal dan dap


pat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun ro
oda empat

sehingga mempe
erlancar kegiatan distribusi produk. Akses jala
an menuju

lokasi budidaya ik
kan cupang terhubung dengan jalan antar ko
ota dengan

kondisi yang baik serta memiliki lebar jalan sekitar 7 meter. Lokasi kolam

pang berada di belakang rumah dari Bapak He


budidaya ikan cup eru sebagai

pemilik usaha ya
ang dipisahkan dengan pagar pembatas. Un
ntuk akses
menuju kolam, di samping rumah terdapat gang yang cukup lebar sebagai

penghubung langsung antara jalan utama dengan lokasi kolam, sehingga

proses distribusi hasil budidaya, pakan, dan kebutuhan penunjang lainnya

dapat tetap berjalan dengan baik. Berikut ini kondisi akses jalan di depan

usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru yang ditampilkan pada

Gambar 21.

Gambar 21. Akses Jalan Lokasi Budidaya

f. Komunikasi antara pemilik dan pegawai berjalan baik

Komunikasi yang baik antara pemilik usaha dengan pegawai harus

dibentuk dan dipertahankan untuk keberlanjutan usaha. Dengan adanya

komunikasi yang baik antara pemilik usaha dan pegawai akan

mempermudah kegiatan operasional usaha karena adanya keterbukaan

dan kedekatan secara profesionalisme kerja di antara satu kesatuan

organisasi usaha. Aktivitas rutin yang biasanya dilakukan oleh Bapak Heru

sebagai pemilik usaha budidaya ikan cupang adalah mengadakan evaluasi

dan interaksi secara langsung kepada para pegawai, mengarahkan dan

membimbing para pegawai secara langsung yang berguna untuk

mempererat hubungan kerja dengan pegawai sehingga tercipta organisasi

yang bersinergi dengan baik.


g. Keikutsertaan pelatihan yang diikuti pemilik dan pegawai dalam rangka

meningkatkan kapasitas sumber daya manusia

Keikutsertaan pelatihan bagi pemilik usaha maupun pegawai akan

membantu peningkatan kualitas dan kuantitas usaha yang dijalankan

karena melalui pelatihan akan didapatkan ilmu-ilmu baru yang berkaitan

dengan operasional usaha budidaya. Pelatihan tersebut biasanya diadakan

oleh dinas terkait pada skala regional dan juga pelatihan-pelatihan yang

langsung diadakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada skala

nasional. Pelatihan yang pernah diiukuti oleh Bapak Heru dalam Kelompok

Mina Maju Mandiri antara lain pelatihan sebagai panitia kontes cupang

“Walikota Cup” tingkat nasional tahun 2014, pelatihan pendidikan koperasi

tingkat pemula, mempresentasikan kelayakan Kelurahan Ketami sebagai

sentra UMKM Cupang yang diselenggarakan Kementerian Kelautan dan

Perikanan, pelatihan pengenalan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia) Dinas Koperasi dan UMKM Kota Kediri, dan pelatihan-

pelatihan mengenai teknis budidaya. Dengan ikut secara aktif dalam

pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas terkait, maka akan

meningkatkan keterampilan dan standar kompetensi yang dimiliki oleh

pembudidaya maupun para pegawainya.

h. Kualitas ikan cupang yang baik

Kualitas ikan cupang pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak

Heru merupakan faktor utama yang sangat diperhatikan untuk menjaga

kepercayaan konsumen atas ikan cupang yang dihasilkan. Ketelitian dalam

pemilihan induk dan proses budidaya akan menghasilkan kualitas ikan

cupang yang baik, dimana oleh sang pemilik dijadikan salah satu strategi

untuk mencapai penjualan yang optimal. Grading diperlukan untuk

penentuan kualitas ikan cupang dengan memilah ikan berkualitas baik


yang bebas penyakit dan tidak cacat. Penentuan kualitas atau grading

dibagi menjadi kualitas atau grade A, B, dan C yang siap jual dengan

harga jual berdasarkan jenis, tingkat kualitas, dan ukuran ikan.

Kategori grade A adalah ikan cupang dalam keadaan sehat dengan sirip

yang sempurna, sirip ekor membuka 180 derajat atau lebih, dan ketiga sirip

utama saling overlap. Grade B adalah ikan dalam keadaan sehat dengan

sirip yang tidak cacat atau rusak, sirip ekor membuka lebih dari 165 derajat

dan kurang dari 180 derajat. Sedangkan grade C adalah ikan dalam

keadaan sehat dengan sirip yang sedikit cacat atau tidak sempurna, dan

sirip ekor membuka kurang dari 165 derajat. Berikut ini ikan cupang grade

A dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Ikan Cupang Grade A

i. Permintaan pasar yang tinggi

Ikan cupang menjadi daya tarik tersendiri bagi penghobi ikan hias air

tawar karena warna dan siripnya yang indah sehingga menjadikan ikan ini

digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan dan berbagai jenjang

usia. Perawatan ikan cupang juga tergolong mudah sehingga permintaan

konsumen cukup tinggi. Saat musim penghujan, permintaan ikan cupang

mengalami peningkatan karena ikan cupang tahan terhadap suhu dingin

dan suka memangsa jentik nyamuk sehingga banyak dimanfaatkan

sebagai pemberantas jentik-jentik. Ikan cupang diletakkan di bak-bak


penampungan sebagai upaya untuk memutus siklus perkembangan

nyamuk penyebab demam berdarah. Hal ini dapat dijadikan peluang usaha

yang baik karena dengan demikian dapat meningkatkan jumlah penjualan

ikan cupang di pasaran.

j. Relasi dengan konsumen dan pembudidaya lain

Membangun relasi penting untuk dilakukan dalam sebuah bisnis.

Dengan membangun relasi yang baik antar sektor usaha dapat

meningkatkan prospek usaha dan sebagai wadah untuk mempromosikan

usaha yang dijalankan. Relasi yang dibangun oleh Bapak Heru terbilang

baik karena banyak pembesar ikan dan konsumen yang percaya terhadap

ikan cupang hasil budidayanya. Bapak Heru juga memberikan pelayan

yang baik terhadap para konsumennya, sehingga konsumen merasa puas

terhadap pelayanan yang diberikan. Selain itu, Bapak Heru juga

membangun relasi dengan dinas terkait dengan ikut serta dalam pelatihan

yang diselenggarakan di Kota Kediri hingga luar daerah. Relasi dengan

sesama pembudidaya yang ada di Kota Kediri dan luar daerah juga dapat

mendukung usaha yang dijalankan, sehingga pemasaran ikan cupang hasil

budidaya milik Bapak Heru dapat berkembang di berbagai daerah.

k. Berorientasi terhadap profit

Beberapa pelaku usaha ikan hias memulai usahanya dengan berawal

dari hobi yang tidak berorientasi terhadap profit, namun seiring dengan

perkembangannya, hobi dapat menjadikan peluang usaha yang

menjanjikan. Namun, Bapak Heru dari awal memulai hobinya sudah

memikirkan terhadap profit yang didapatkan. Pada awalnya, Bapak Heru

memiliki ikan cupang sudah sering mengikuti kontes-kontes ikan cupang

yang diselenggarakan oleh dinas setempat. Kemudian, berawal dari hobi

itulah Bapak Heru ingin mengembangkan usahanya hingga menjadi


pembudidaya ikan cupang dan tergabung dalam kelompok pembudidaya

ikan Mina Maju Mandiri. Profit merupakan tujuan dari setiap pengusaha

sehingga melalui tujuan inilah, Bapak Heru terus mengembangkan

usahanya agar profit yang didapatkan dapat meningkat dengan tidak

terlepas dari kualitas dan kuantitas ikan cupang yang dihasilkan.

2. Kelemahan

a. Teknik budidaya masih konvensional

Teknik budidaya pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

terbilang masih konvensional, dimana penggunaan teknologi yang

digunakan masih cukup sederhana. Penggunaan teknologi untuk

menghasilkan ikan cupang jantan yang dominan daripada betina, awalnya

hanya didasarkan tanpa memperhatikan jantan atau betina sehingga

proses penetasan dilakukan secara alami. Melalui perkembangannya,

salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan teknik seks reversal

dengan menggunakan hormone androgen pada masa diferensiasi kelamin.

Teknik dalam penyeragaman ini menggunakan Metil Testosteron yang

berfungsi untuk menyeragamkan jenis kelamin pada ikan cupang menjadi

jantan. Hal ini dilakukan karena para pembesar ikan atau konsumen yang

membeli ikan cupang pada saat benih menginginkan untuk ikan cupang

yang dibelinya berjenis kelamin jantan pada saat dewasa, karena harga

ikan cupang jantan pada saat dewasa lebih mahal dibandingkan dengan

betina dan secara fisik ikan cupang jantan lebih indah jika dilihat dari segi

bentuk tubuh dan siripnya sehingga konsumen lebih tertarik untuk membeli

ikan cupang jantan.

b. Harga ikan cupang relatif murah

Harga jual ikan cupang pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak

Heru terbagi menjadi 2 yaitu harga jual pada saat benih dan dewasa.
Harga jual ini tergantung pada jenis, ukuran dan kualitas ikan cupang. Ikan

cupang jenis halfmoon memiliki nilai jual paling tinggi, namun yang paling

diminati oleh pembeli adalah ikan cupang jenis serit. Harga ikan cupang

per ekor pada saat benih untuk jenis serit dan bangkok adalah Rp 80,

plakat Rp 100, dan halfmoon Rp 100. Sedangkan pada saat umur 1 bulan,

harga ikan cupang grade A per ekor untuk jenis serit, bangkok, dan plakat

adalah Rp 700 dan jenis halfmoon dipasarkan dengan harga Rp 900. Untuk

ikan cupang grade B umur 1 bulan pada jenis serit, bangkok, dan plakat

adalah Rp 600 dan jenis halfmoon dipasarkan dengan harga Rp 800.

Apabila saat umur 3 bulan, harga ikan cupang grade A per ekor untuk jenis

serit, bangkok, dan plakat adalah Rp 8.000, sedangkan untuk jenis

halfmoon Rp 10.000/ekor. Hal ini membuat pembudidaya harus serius

dalam menjaga kualitas ikan cupangnya, karena apabila kualitas ikan

cupang yang dihasilkan memiliki grade rendah, akan menjatuhkan nilai jual

dari ikan cupang tersebut.

c. Pencatatan data produksi yang belum tercatat secara lengkap

Pencatatan data produksi ini berkaitan dengan jumlah keseluruhan

produksi dari usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru dalam kurun

waktu tertentu. Pencatatan ini banyak dibantu oleh petugas Dinas

Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan Kota Kediri, namun

tidak dilanjutkan oleh Bapak Heru sebagai pemilik usaha. Hal ini

dikarenakan Bapak Heru hanya menyampaikan informasi secara terbatas,

sehingga dinas setempat lah yang mengolah informasi tersebut hingga

menjadi data produksi pada tahun tertentu secara keseluruhan. Dinas

setempat secara berkala melakukan pendataan pada usaha-usaha

budidaya yang ada di Kota Kediri dan dihimpun menjadi satu sehingga
untuk data-data produksi, pembudidaya masih kurang dapat mengolah

data menjadi data produksi secara utuh dan komprehensif.

d. Masih kurangnya sistem pengawasan produksi

Pengawasan yang dilakukan selama operasional produksi dianggap

masih kurang optimal. Hal tersebut dikarenakan proses pengawasan hanya

bertumpu oleh pemilik usaha tanpa adanya bantuan dari pengawas yang

memahami pula usaha secara menyeluruh. Pemilik usaha memiliki lebih

dari satu tanggung jawab dan wewenang tugas sehingga bersifat rangkap

dalam menjalankan tugas usaha. Sebenarnya, yang dimaksudkan

pengawas, bukan hanya mengawasi kegiatan usaha setiap harinya, namun

pengawas ini juga mengawasi sarana-sarana produksi yaitu perihal masih

layak tidaknya sarana yang digunakan, pengawasan dalam keuangan hasil

produksi, pengeluaran dalam pembelian input produksi dan sarana lainnya,

serta pengawasan kinerja pegawai.

e. Keterbatasan modal

Sumber modal pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

utamanya adalah berasal dari modal sendiri yang terbatas jumlahnya.

Modal ini digunakan sebagai investasi atau modal tetap dalam proses

budidaya ikan cupang hingga beberapa kali siklus produksi. Selain itu,

anggota Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Maju Mandiri juga

mendapatkan bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian bidang

Perikanan berupa bantuan cacing sutera untuk pakan ikan cupang pada

tahun 2015, bantuan induk cupang pada tahun 2016, bantuan pompa air 10

unit dan tabung oksigen 10 unit pada tahun 2016, serta alat-alat untuk

mengukur kualitas air yang berupa pH air, termometer, dan alat pengukur

kekentalan air pada tahun 2016. Bantuan sarana ini telah mengalami
penyusutan dan untuk bantuan input seperti pakan dan induk cupang

sudah habis dimanfaatkan.

f. Pencatatan data keuangan masih belum terkonsep secara detail

Pencatatan data keuangan pada usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru belum terkonsep secara terperinci mengenai pemasukan dan

pengeluaran finansiil usaha. Keuangan ini belum terposkan secara detail

dan runtut sehingga masih banyak tercampur dengan keuangan milik

pribadi sebagai dana operasional rumah tangga. Hal ini lah yang menjadi

perhatian khusus bagi keberlanjutan usaha. Apabila suatu usaha benar-

benar ingin mengetahui keuntungan yang diterimanya dalam periode

tertentu, maka pembukuan keuangan usaha harus benar-benar terperinci

secara jelas dan terposkan dengan benar. Perlu adanya pembeda antara

dana operasional usaha dengan dana operasional rumah tangga, karena

apabila dicampur akan sulit untuk mengetahui laba yang sesungguhnya

dari usaha yang dijalankan pada suatu periode tertentu.

5.7 Identifikasi Faktor-Faktor Peluang dan Ancaman Usaha

Berdasarkan identifikasi analisis lingkungan eksternal dan internal pada

usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru, maka diperoleh faktor strategis

eksternal yang berupa peluang dan ancaman usaha. Adapun faktor-faktor

strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha budidaya

ikan cupang milik Bapak Heru adalah sebagai berikut.

1. Peluang

a. Pengembangan lahan

Pengembangan lahan dibutuhkan untuk menambah kuantitas produksi

ikan cupang agar meningkatkan pendapatan usaha. Hal ini juga diikuti oleh

permintaan ikan cupang hias yang cukup tinggi di pasaran. Namun, dengan
dengan angka permintaan yang cukup besar dari ikan cupang, terkadang

masih belum bisa dipenuhi. Salah satu penyebabnya adalah karena tingkat

produksi yang terbilang masih belum optimal dan kurang optimalnya

penggunaan lahan budidaya yang digunakan. Lahan budidaya pada usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru merupakan lokasi dengan lahan

terluas pada kelompok pembudidaya ikan Mina Maju mandiri. Di samping

itu, Bapak Heru masih memiliki lahan yang dapat dijadikan potensi

perluasan kolam-kolam budidaya ikan cupang untuk jangka panjang. Hal ini

dapat meningkatkan tingkat produksi dan permintaan pasar dapat

terpenuhi, sehingga keuntungan atau profit yang diterima oleh

pembudidaya pun juga akan meningkat.

b. Mengikuti kontes atau perlombaan secara rutin

Kontes atau perlombaan ikan cupang akan memacu dan mendorong

komoditas ikan hias, utamanya ikan cupang menjadi makin dikenal dan

dapat lebih maju. Pada tahun 2013, kontes ikan cupang tingkat nasional

diadakan di Gedung Nasional Indonesia (GNI) yang diikuti oleh peserta dari

Banjarmasin, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Jombang, dan

lain-lain. Sebanyak 450 ekor ikan cupang dari kelas plakat, serit, giant,

halfmoon, dan baby ikut ambil bagian dalam kontes ini, dan juara umum

dari kontes dimenangkan oleh peserta dari Jakarta. Dengan adanya kontes

ikan cupang juga akan meningkatkan harga ikan cupang yang dikonteskan,

apalagi jika menjuarai kontes tersebut, harga ikan cupang dapat

melampaui harga pada umumnya dengan jenis, usia, dan kualitas yang

hampir sama, sehingga dapat menguntungkan pembudidaya. Selain itu

dengan adanya kontes juga dapat digunakan sebagai ajang untuk mencari

celah bisnis dan sebagai media promosi.

c. Pengembangan jejaring kerjasama


Jejaring kerjasama yang luas dan kuat memungkinkan suatu usaha

untuk dapat terus berkembang dan bergerak maju. Sebaliknya, tanpa

adanya jejaring kerjasama antar sektor-sektor usaha dapat memyulitkan

usaha untuk memenuhi kebutuhan usahanya maupun memasarkan produk

yang dihasilkan. Pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru,

jejaring kerjasama dilakukan dengan para pembudidaya yang ada di Kota

Kediri, dinas setempat, dan para penyedia input produksi seperti pakan,

obat-obatan, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah

proses operasional usaha mulai dari persiapan induk ikan cupang hingga

pemanenan hasil produksi. Prospek ikan cupang sebagai ikan hias terbuka

sangat lebar, karena ikan ini mudah untuk dibudidayakan dan merupakan

salah satu ikan hias yang diekspor ke berbagai negara. Berdasarkan hal ini

lah, bukan hanya membentuk kerjasama antar sektor regional saja, tetapi

diperlukan jejaring kerjasama skala nasional dan bahkan internasional agar

prospek usaha menjadi lebih maju dan dapat memerluas daerah

pemasaran ikan cupang.

d. Peningkatan nilai produksi ikan hias sebesar 16,53 persen pada periode

tahun 2012-2016

Berdasarkan data statistik KKP, volume produksi ikan hias nasional

tahun 2016 tercatat sebanyak 1,34 miliar ekor. Sementara dalam kurun

waktu lima tahun terakhir, kenaikan produksi ikan hias rata-rata sebesar

16,53% yang akan mendorong kenaikan ekspor ikan hias. Ekspor ikan hias

dalam rentang tahun 2010-2016 rata-rata tumbuh 13,82% per tahun. Pada

tahun 2016, ekspor ikan hias mencapai nilai US$ 24,642 juta dan Jawa

Timur merupakan penyumbang terbesar nilai produksi ikan hias dengan

nilai Rp 579 miliar atau 20% dari total produksi. Hal ini tentunya menjadi

peluang besar yang sangat menjanjikan, karena dengan nilai produksi yang
mengalami peningkatan, maka berpeluang besar dapat dilakukan ekspor

yang berkelanjutan. Tentunya hal ini diikuti dengan peningkatan kualitas

produk agar ikan hias terutama ikan cupang yang dihasilkan dapat

menembus pasar internasional.

e. Potensi lingkungan Kelurahan Ketami

Kelurahan Ketami walaupun berada pada kawasan Kota Kediri, namun

lingkungan sekitarnya mempunyai kecocokan dengan habitat hidup ikan

hias terutama ikan cupang yang membutuhkan kondisi air yang sesuai

dengan kebutuhan hidupnya. Ketersediaan air merupakan kebutuhan vital

bagi suatu usaha budidaya karena pada kegiatan ini sangat bergantung

dari tercukupinya kebutuhan air bagi komoditas yang dibudidayakan.

Sumber air pada kolam-kolam budidaya berasal dari sumber mata air

secara langsung melalui sistem pipanisasi dengan debit air yang cukup

yaitu berkisar antara 2-5 liter/detik untuk dapat mengisi satu buah kolam

budidaya. Selain itu, sumber air ini memiliki kualitas yang baik karena

berada pada kisaran nilai pH 6-7 sehingga cocok sebagai media hidup ikan

cupang.

Potensi Kelurahan Ketami untuk prospek budidaya ikan hias juga

dapat ditinjau dari rata-rata setiap rumah memiliki lebih dari dua kolam

ikan, bahkan sampai 10 kolam. Hal ini menjadikan banyaknya kegiatan

usaha yang berkaitan dengan budidaya ikan. Kegiatan usaha dibagi

dua, yakni pembenihan dan pembesaran. Selain pembudidaya ikan,

terdapat pula pengepul yang menjual ikan produksi kepada pembeli

yang setiap minggunya ditaksir melakukan pengiriman sebanyak 18.000

ekor ke pembeli di luar Kota Kediri.


f. Kebijakan pemerintah Kota Kediri yang menjadikan ikan cupang sebagai

salah satu komoditi unggulan dan menetapkan salah satunya Kelurahan

Ketami sebagai sentral ikan cupang

Salah satu komoditas budidaya unggulan Kota Kediri ialah ikan cupang.

Hal ini didukung oleh Pemerintah Kota Kediri dengan mengeluarkan SK

Walikota Kediri No.188.45/10/419.16/2011 pada tanggal 18 Januari 2011

yang menjadikan Kecamatan Pesantren di 4 Kelurahan yaitu Kelurahan

Ketami, Kelurahan Jamsaren, Kelurahan Pesantren, dan Kelurahan

Tempurejo sebagai sentra budidaya ikan cupang di Kota Kediri sehingga

pengembangan agribisnis ikan cupang di Kota Kediri dapat berjalan secara

terpadu.

Kota Kediri telah meraih juara lomba POKDAKAN tingkat nasional

kategori ikan hias dengan mendapatkan juara 1 pada tahun 2009 dan juara

2 pada tahun 2010 yang diwakili oleh Kelompok Pembudidaya Ikan Karya

Mina Kelurahan Ketami dan Kelompok Pembudidaya Ikan Jama’sari

Kelurahan Jamsaren. Dengan prestasi yang telah diraih, pemerintah Kota

Kediri mendukung kegiatan kontes ikan cupang tingkat nasional sejak

tahun 2009. Berdasarkan hal tersebut, Kelurahan Ketami yang merupakan

salah satu sentra ikan hias di Kota Kediri dengan luas kolam 10.772 m2

memiliki beberapa POKDAKAN yang menaungi pembudidaya-

pembudidaya ikan cupang dalam satu kawasan.

g. Perkembangan sistem teknologi dan informasi

Perkembangan teknologi dan informasi dalam suatu usaha dapat

memudahkan pembelian maupun pemesanan produk yang dihasilkan.

Dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru, teknologi yang

digunakan dalam pemesanan benih maupun ikan cupang hasil budidaya

adalah menggunakan telepon seluler. Hal ini berpeluang untuk


dikembangkan lagi dengan pembuatan akun khusus yang dapat

menjangkau daerah pemasaran lebih luas. Selain itu, dengan adanya

teknologi juga dapat memudahkan dalam hal pembayaran, misalnya

melalui transfer atau melalui bank. Teknologi lain yang dapat digunakan

adalah laptop. Laptop ini dapat digunakan untuk membantu pencatatan

keuangan dan administratif usaha.

h. Loyalitas pembeli

Loyalitas pembeli merupakan hal penting untuk tetap dapat menjaga

kestabilan suatu usaha. Pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak

Heru dilakukan dengan selalu menjaga kualitas dari benih atau ikan

cupang dewasa yang dipasarkan. Pada saat pemasaran fase benih,

strategi yang dilaksanakan ialah dengan memberikan garansi 80% kepada

pembesar ikan atau konsumen yang membeli benih cupang dengan

garansi bahwa benih tersebut akan menjadi ikan cupang jantan. Selain itu,

Bapak Heru juga memprioritaskan konsumen tetap yang sudah menjadi

pelanggan ikan cupangnya, sehingga konsumen merasa puas tehadap

layanan yang diberikan dan memberikan kepercayaan terhadap Bapak

Heru, bahkan apabila terdapat ikan cupang yang masih dalam fase

penyembuhan dan perawatan karena terjangkit penyakit atau siripnya yang

cacat, terdapat konsumen yang bersedia membelinya dengan menunggu

hingga ikan cupang itu sehat kembali. Hal tersebut diperlukan agar loyalitas

pembeli terhadap benih maupun ikan cupang dewasa yang dihasilkan oleh

Bapak Heru dapat tetap terjaga.

i. Pameran ikan hias tahunan

Pameran ikan hias diperlukan untuk memperkenalkan produk ikan hias

yang dihasilkan kepada khalayak ramai. Dengan demikian, diharapkan

dapat meningkatkan nilai jual dari ikan cupang dalam pameran ikan hias
pada suatu waktu tertentu. Dampak lainnya yang dirasakan bagi

pembudidaya dengan adanya pameran ikan hias tahunan adalah

menunjukkan kualitas cupang yang unggul hasil budidaya secara intensif

dan juga sebagai media promosi yang akan membantu dalam pemasaran

ikan hias dalam jangka waktu panjang. Melalui acara semacam ini, para

pembudidaya maupun penghobi ikan cupang dapat berkumpul sehingga

membuka peluang untuk menambah jaringan atau relasi yang nantinya

dapat membantu usaha budidaya, baik dalam pemenuhan input produksi

maupun pemasaran produk budidaya.

2. Ancaman

a. Kondisi cuaca yang tidak menentu

Kondisi cuaca yang tidak menentu atau pada saat musim pancaroba

dapat memengaruhi kualitas air sebagai media hidup ikan cupang. Suhu

dan salinitas dapat berubah dengan cepat sehingga memengaruhi kondisi

air kolam yang tidak stabil. Hal ini dapat memengaruhi kondisi ikan cupang

karena standar kualitas air yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan

cupang dapat menjadi sumber penyakit. Sehingga pengontrolan secara

rutin yaitu pada pagi dan sore hari harus dilakukan untuk menjaga kondisi

air kolam tetap dalam kondisi yang stabil.

b. Ketersediaan pakan ikan cupang yang masih bergantung pada pemroduksi

lain

Pakan ikan cupang seperti kutu air dan cacing yang masih belum dapat

memproduksi sendiri secara penuh menyebabkan ketersediaannya

tergantung dengan produsen yang memproduksi jenis pakan tersebut.

Pakan tersebut terkadang tidak selalu tersedia dalam jumlah yang

diinginkan karena keterbatasan jumlah produksi dan banyaknya

permintaan dari para pembudidaya ikan cupang yang berada di Kota kediri,
padahal pakan merupakan hal pokok yang harus diberikan pada ikan

cupang setiap harinya untuk keberlangsungan rantai produksi. Apabila

terdapat keterlambatan pemberian pakan akan mengancam

keberlangsungan dari ikan cupang itu sendiri.

c. Fluktuasi harga pasar

Fluktuasi harga pasar berkaitan dengan harga benih dan ikan cupang

yang dipengaruhi oleh beragam faktor, salah satunya adalah faktor musim.

Di Indonesia sendiri, pada musim penghujan, jumlah permintaan ikan

cupang leih banyak dibandingkan pada saat musim kemarau. Hal ini

disebabkan, ikan cupang pada saat musim penghujan juga digunakan

untuk memberantas jentik-jentik nyamuk karena ikan cupang memangsa

jentik-jentik tersebut. Sedangkan untuk permintaan ekspor, ikan hias akan

mengalai penurunan permintaan pada saat musim panas. Hal ini

disebabkan karena negara-negara di Eropa dan Amerika apabila sedang

musim panas lebih cenderung memilih berlibur ke ruangan yang terbuka

daripada berdiam diri di rumah. Hal tersebut berdampak pada fluktuasi

harga di pasar karena permintaan ikan cupang mengalami penurunan.

d. Harga input produksi meningkat

Harga input produksi seperti harga pakan dan obat-obatan yang

meningkat akan berpengaruh terhadap biaya operasional usaha.

Penurunan nilai tukar rupiah juga seringkali segera diikuti dengan

peningkatan harga pakan, tetapi ketika nilai tukar kembali normal, harga

pakan sulit untuk kembali turun. Keadaan ini dapat menurunkan marjin

usaha dan memberikan ancaman berupa kerugian kepada pembudidaya.

Hal ini dapat diantisipasi dengan pemberian pakan yang efektif sehingga

dapat menekan biaya operasional budidaya ikan hias.


e. Penerapan sistem penjualan pembudidaya ikan hias yang terpusat pada

ketua kelompok

Sistem penjualan terpusat pada ketua kelompok merupakan sistem

penjualan satu pintu yang diterapkan oleh suatu kelompok pembudidaya

ikan. Pada POKDAKAN Mina Maju Mandiri tidak menerapkan sistem

penjualan satu pintu kembali, karena dianggap menyebabkan persaingan

antar kelompok pembudidaya ikan yang lainnya. Selain itu, anggota yang

tergabung dalam satu kelompok pembudidaya menjadi kurang leluasa

dalam pemasaran ikan cupang yang dihasilkannya karena hanya terpusat

pada ketua kelompok sebagai penentu arah penjualan, sehingga dengan

menerapkan sistem penjualan satu pintu dapat menjadi ancaman tersendiri

untuk anggota pembudidaya lain.

f. Legalitas usaha yang belum terdaftar secara resmi

Pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru belum terdapat

legalitas usaha karena belum memiliki nomor dan akte pendirian usaha,

izin operasional usaha, dan SIUP. Belum adanya persayaratan legalitas

dikarenakan pemilik, masih beranggapan bahwa untuk mengurus legalitas

usaha melalui rangakaian prosedur yang rumit dan membutuhkan waktu

yang lama. Hal ini dapat menjadi ancaman untuk keberlanjutan usaha.

Namun walaupun begitu, usaha budidaya ini tetap mendapat pengakuan

dari dinas setempat karena tergabung dalam kelompok pembudidaya ikan

dengan ditetapkannya sentra budidaya ikan cupang di Kota Kediri yang

terletak di Kecamatan Pesantren, tepatnya di empat kelurahan dan salah

satunya adalah Kelurahan Ketami. Pada usaha Bapak Heru juga tergabung

dalam POKDAKAN Mina Maju Mandiri yang terdapat struktur organisasi

yaitu ketua, sekretaris, bendahara, dan pengawas.

g. Adanya produk substitusi


Produk substitusi ikan hias cupang dapat ditemukan di berbagai

kelompok pembudidaya yang berada di sekitar lokasi usaha Bapak Heru.

Walaupun di Kelurahan Ketami merupakan sentra ikan cupang di Kota

Kediri, namun ada beberapa pembudidaya yang membudidayakan jenis

ikan hias lain, misalnya guppy dan komet. Hal ini dapat memengaruhi

jumlah permintaan ikan cupang menjadi menurun karena memberikan

kesempatan kepada konsumen untuk memilih produk ikan hias yang

menjadi kesenangan, hobi, maupun minatnya.

5.8 Formulasi Strategi

5.8.1 Tahap Input

Tahap input merupakan tahap awal yang dilaksanakan yang mendorong

para penyusun strategi untuk mengukur subjektivitas selama tahap awal proses

perumusan strategi. Dalam melakukan proses input terhadap faktor-faktor

internal dan eksternal perusahaan, memungkinkan para penyusun strategi untuk

lebih efektif meciptakan dan mengevaluasi strategi alternatif.

Pada tahap input, data yang dikumpulkan kemudian dilakukan proses

analisis dan dibedakan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor yang

didapatkan dari analisis lingkungan internal kemudian dijabarkan dalam matriks

IFE (Internal Factor Evaluation). Sedangkan faktor-faktor yang didapatkan dari

analisis lingkungan eksternal dijabarkan ke dalam matriks EFE (External Factor

Evaluation).

5.8.1.1 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Matriks IFE disusun setelah melakukan identifikasi terhadap faktor

internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan dari usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru. Identifikasi ini dilakukan dengan memberikan

kuesioner dan wawancara secara langsung kepada Bapak Heru dan para
pegawai untuk mendapatkan data yang valid. Setelah faktor-faktor kunci

internal diperoleh, selanjutnya dilakukan pembobotan dan peratingan

terhadap faktor-faktor tersebut. Penentuan bobot dilakukan dengan

menggunakan identifikasi faktor strategis kepada pihak manajemen dengan

membandingkan setiap faktor kunci untuk mengetahui tingkat kepentingan

dari faktor tersebut yang mana dikenal dengan metode paired comparation.

Skor yang diperoleh dari matriks IFE menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi

kelemahan yang ada. Bobot dan rating dari masing-masing faktor internal

ditentukan oleh empat orang responden yaitu Bapak Heru sebagai pemilik

usaha dan para karyawannya yaitu terdiri dari Prio Pambudi, Agus Sutriyono,

dan Slamet Waluyo. Kuesioner penelitian yang diberikan pada responden

dapat dilihat pada Lampiran 11. Berikut ini merupakan matriks IFE pada

usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru yang dapat dilihat pada Tabel

14 seperti berikut.
Tabel 14. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Faktor-faktor
No. Bobot Rating Skor
Strategis Internal
Kekuatan
A Potensi lahan yang masih luas 0,056 3,50 0,196
B Teknik budidaya ikan cupang yang mudah 0,061 4,00 0,244
C Adanya kelembagaan kelompok
0,063 4,00 0,252
pembudidaya (POKDAKAN)
D Adanya koperasi perikanan dalam ruang
0,052 4,00 0,208
lingkup budidaya
E Lokasi budidaya yang strategis 0,071 4,00 0,284
F Komunikasi antara pemilik dan pegawai
0,064 4,00 0,256
berjalan baik
G Keikutsertaan pelatihan yang diikuti pemilik
dan pegawai dalam rangka meningkatkan 0,040 3,25 0,130
kapasitas sumber daya manusia
H Kualitas ikan cupang yang baik 0,073 4,00 0,292
I Permintaan pasar yang tinggi 0,061 3,50 0,213
J Relasi dengan konsumen dan pembudidaya
0,063 4,00 0,252
lain
K Berorientasi terhadap profit 0,064 4,00 0,256
TOTAL 0,668 2,583
Kelemahan
L Teknik budidaya masih konvensional 0,039 3,00 0,117
M Harga ikan cupang relatif murah 0,049 2,50 0,122
N Pencatatan data produksi yang belum
0,067 1,00 0,067
tercatat secara lengkap
O Masih kurangnya sistem pengawasan
0,050 1,75 0,087
produksi
P Keterbatasan modal 0,056 2,00 0,112
Q Pencatatan data keuangan masih belum
0,071 1,00 0,071
terkonsep secara detail
TOTAL 0,332 0,576
TOTAL IFE 1,000 3,159

Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE yang dapat dilihat pada

Tabel 14 diketahui bahwa faktor kekuatan terdiri dari potensi lahan yang

masih luas melalui analisis responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku

pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,062 dan rating 4; Prio Pambudi selaku

pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,048 dan rating

3; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot

sebesar 0,054 dan rating 3; serta Slamet Waluyo selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,059 dan rating 4. Sehingga

dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,056 yang


didasarkan bahwa potensi lahan yang masih luas memberikan pengaruh

relatif yang sama penting dengan faktor kekuatan lainnya karena mayoritas

pada faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan faktor lain

mendapatkan nilai 2 dan rating rata-rata sebesar 3,5 tergolong faktor yang

kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya yang

dapat menjadi salah satu kekuatan pendorong dalam usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Teknik budidaya ikan cupang yang mudah melalui analisis responden

antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar

0,060 dan rating 4; Prio Pambudi selaku pegawai usaha budidaya ikan

cupang dengan bobot sebesar 0,062 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku

pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,063 dan rating

4; serta Slamet Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan

bobot sebesar 0,059 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat responden

didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,061 yang didasarkan bahwa teknik

budidaya ikan cupang yang mudah memberikan pengaruh relatif yang sama

penting dengan faktor kekuatan lainnya karena mayoritas pada faktor ini

dalam analisis perbandingan berpasangan dengan faktor lain mendapatkan

nilai 2 dan rating rata-rata sebesar 4 tergolong faktor yang sangat kuat

dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya yang dapat

menjadi salah satu kekuatan prioritas dalam usaha budidaya ikan cupang

milik Bapak Heru Sulistyo.

Adanya kelembagaan kelompok pembudidaya (POKDAKAN) melalui

analisis responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha

dengan bobot sebesar 0,063 dan rating 4; Prio Pambudi selaku pegawai

usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,064 dan rating 4; Agus

Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar
0,060 dan rating 4; serta Slamet Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan

cupang dengan bobot sebesar 0,064 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,063 yang didasarkan bahwa

adanya kelembagaan kelompok pembudidaya (POKDAKAN) memberikan

pengaruh relatif yang lebih penting dengan faktor kekuatan lainnya karena

mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan

faktor lain mendapatkan nilai 3 dan rating rata-rata sebesar 4 tergolong faktor

yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi

lingkungannya yang dapat menjadi salah satu kekuatan prioritas dalam usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Adanya koperasi perikanan dalam ruang lingkup budidaya melalui

analisis responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha

dengan bobot sebesar 0,047 dan rating 4; Prio Pambudi selaku pegawai

usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,057 dan rating 4; Agus

Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,052 dan rating 4; serta Slamet Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan

cupang dengan bobot sebesar 0,051 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,052 yang didasarkan bahwa

adanya koperasi perikanan dalam ruang lingkup budidaya memberikan

pengaruh relatif yang sama penting dengan faktor kekuatan lainnya karena

mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan

faktor lain mendapatkan nilai 2 dan rating rata-rata sebesar 4 tergolong faktor

yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi

lingkungannya yang dapat menjadi salah satu kekuatan prioritas dalam usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Lokasi budidaya yang strategis melalui analisis responden antara lain

Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,071 dan
rating 4; Prio Pambudi selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan

bobot sebesar 0,070 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,070 dan rating 4; serta Slamet

Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,073 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-

rata sebesar 0,071 yang didasarkan bahwa lokasi budidaya yang strategis

memberikan pengaruh relatif yang lebih penting dengan faktor kekuatan

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 3 dan rating rata-rata

sebesar 4 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi salah satu kekuatan

prioritas dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo. Lokasi

budidaya berada di sentral ikan cupang yang ada di Kota Kediri dan akses

jalan menuju lokasi usaha juga sangat mudah karena sudah beraspal serta

merupakan akses jalan antar kota yang memiliki lebar jalan sekitar 7 meter,

sehingga memudahkan dalam akomodasi input produksi maupun

pendistribusian ikan cupang yang siap jual.

Komunikasi antara pemilik dan pegawai yang berjalan baik melalui

analisis responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha

dengan bobot sebesar 0,063 dan rating 4; Prio Pambudi selaku pegawai

usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,070 dan rating 4; Agus

Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,060 dan rating 4; serta Slamet Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan

cupang dengan bobot sebesar 0,065 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,064 yang didasarkan bahwa

komunikasi antara pemilik dan pegawai yang berjalan baik memberikan

pengaruh relatif yang lebih penting dengan faktor kekuatan lainnya karena
mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan

faktor lain mendapatkan nilai 3 dan rating rata-rata sebesar 4 tergolong faktor

yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi

lingkungannya yang dapat menjadi salah satu kekuatan prioritas dalam usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Keikutsertaan pelatihan yang diikuti pemilik dan pegawai dalam

rangka meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui analisis

responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan

bobot sebesar 0,040 dan rating 4; Prio Pambudi selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,038 dan rating 3; Agus

Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,043 dan rating 3; serta Slamet Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan

cupang dengan bobot sebesar 0,040 dan rating 3. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,040 yang didasarkan bahwa

keikutsertaan pelatihan yang diikuti pemilik dan pegawai dalam rangka

meningkatkan kapasitas sumber daya manusia memberikan pengaruh relatif

yang kurang penting dengan faktor kekuatan lainnya karena mayoritas pada

faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan faktor lain

mendapatkan nilai 1 tetapi masih tergolong faktor yang kuat dibandingkan

dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya dan rating rata-rata sebesar

3,25 tergolong faktor yang kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap

kondisi lingkungannya, sehingga dapat menjadi salah satu kekuatan

pendorong dan pendukung dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak

Heru Sulistyo.

Kualitas ikan cupang yang baik melalui analisis responden antara lain

Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,075 dan

rating 4; Prio Pambudi selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan
bobot sebesar 0,071 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,076 dan rating 4; serta Slamet

Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,069 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-

rata sebesar 0,073 didasarkan bahwa kualitas ikan cupang yang baik

memberikan pengaruh relatif yang lebih penting dengan faktor kekuatan

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 3 dan rating rata-rata

sebesar 4 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi kekuatan utama dan

prioritas dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo karena

memiliki bobot tertinggi. Ikan cupang yang berkualitas tidak terlepas dari

ketelitian dalam pemilihan induk dan ketekunan dalam proses budidaya,

karena apabila indukan cupang berkualitas baik, maka akan menghasilkan

benih cupang yang baik dan lebih tahan terhadap penyakit. Benih maupun

ikan cupang dewasa yang dipasarkan merupakan benih dan ikan cupang

yang berkualitas yang disesuaikan dengan grade ikan cupang tersebut.

Permintaan pasar yang tinggi melalui analisis responden antara lain

Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,054 dan

rating 3; Prio Pambudi selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan

bobot sebesar 0,064 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,058 dan rating 3; serta Slamet

Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,065 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-

rata sebesar 0,061 didasarkan bahwa permintaan pasar yang tinggi

memberikan pengaruh relatif yang sama penting dengan faktor kekuatan

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan


berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 2 dan rating rata-rata

sebesar 3,5 tergolong faktor yang kuat dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi salah satu kekuatan

pendorong dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Relasi dengan konsumen dan pembudidaya lain melalui analisis

responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan

bobot sebesar 0,062 dan rating 4; Prio Pambudi selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,066 dan rating 4; Agus

Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,060 dan rating 4; serta Slamet Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan

cupang dengan bobot sebesar 0,062 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,063 yang didasarkan bahwa

relasi dengan konsumen dan pembudidaya lain memberikan pengaruh relatif

yang lebih penting dengan faktor kekuatan lainnya karena mayoritas pada

faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan faktor lain

mendapatkan nilai 3 dan rating rata-rata sebesar 4 tergolong faktor yang

sangat kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya

yang dapat menjadi salah satu kekuatan prioritas dalam usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Berorientasi terhadap profit melalui analisis responden antara lain

Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,063 dan

rating 4; Prio Pambudi selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan

bobot sebesar 0,066 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,065 dan rating 4; serta Slamet

Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,065 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-

rata sebesar 0,064 didasarkan bahwa berorientasi terhadap profit memberikan


pengaruh relatif yang lebih penting dengan faktor kekuatan lainnya karena

mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan

faktor lain mendapatkan nilai 3 dan rating rata-rata sebesar 4 tergolong faktor

yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi

lingkungannya yang dapat menjadi salah satu kekuatan prioritas dalam usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE yang dapat dilihat pada

Tabel 14 diketahui bahwa faktor kelemahan terdiri dari teknik budidaya yang

masih konvensional melalui analisis responden antara lain Bapak Heru

Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,041 dan rating 3; Prio

Pambudi selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,037 dan rating 3; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan

cupang dengan bobot sebesar 0,040 dan rating 3; dan Slamet Waluyo selaku

pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,038 dan rating

3. Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-rata sebesar

0,039 yang didasarkan bahwa teknik budidaya yang masih konvensional

memberikan pengaruh relatif yang kurang penting dengan faktor kelemahan

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 1 dan rating rata-rata

sebesar 3 tergolong faktor yang lemah dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya, sehingga bukan menjadi salah satu

kelemahan utama dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

Sulistyo karena budidaya ikan cupang dapat dilakukan dengan cara budidaya

yang sederhana dan tidak membutuhkan teknologi yang tinggi.

Harga ikan cupang relatif murah melalui analisis responden antara

lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,052

dan rating 3; Prio Pambudi selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang
dengan bobot sebesar 0,048 dan rating 2; Agus Sutriyono selaku pegawai

usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,051 dan rating 2; serta

Slamet Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot

sebesar 0,047 dan rating 3. Sehingga dari ke-empat responden didapatkan

bobot rata-rata sebesar 0,049 yang didasarkan bahwa harga ikan cupang

relatif murah memberikan pengaruh relatif yang kurang penting dengan faktor

kelemahan lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis

perbandingan berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 1 dan rating

rata-rata sebesar 2,5 tergolong faktor yang lemah dibandingkan dengan

pesaing terhadap kondisi lingkungannya, sehingga bukan menjadi salah satu

kelemahan utama dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

Sulistyo karena harga ikan cupang juga disesuaikan dengan kualitas ikan

tersebut. Semakin baik kualitas ikan cupang yang dihasilkan oleh

pembudidaya, maka harganya juga akan tinggi.

Pencatatan data produksi yang belum tercatat secara lengkap melalui

analisis responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha

dengan bobot sebesar 0,071 dan rating 1; Prio Pambudi selaku pegawai

usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,066 dan rating 1; Agus

Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,067 dan rating 1; serta Slamet Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan

cupang dengan bobot sebesar 0,065 dan rating 1. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,067 didasarkan bahwa

pencatatan data produksi yang belum tercatat secara lengkap memberikan

pengaruh relatif yang lebih penting dengan faktor kelemahan lainnya karena

mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan

faktor lain mendapatkan nilai 3 dan rating rata-rata sebesar 1 tergolong faktor

yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi


lingkungannya, sehingga menjadi salah satu kelemahan utama dalam usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo. Tidak terperincinya jumlah

unit produksi yang dibudidayakan hingga pemanenan secara detail dan

lengkap menyebabkan belum adanya acuan jumlah produksi yang dihasilkan

di periode sebelumnya.

Masih kurangnya sistem pengawasan produksi melalui analisis

responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan

bobot sebesar 0,050 dan rating 2; Prio Pambudi selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,048 dan rating 2; Agus

Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar

0,051 dan rating 1; serta Slamet Waluyo selaku pegawai usaha budidaya ikan

cupang dengan bobot sebesar 0,051 dan rating 2. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,050 didasarkan bahwa masih

kurangnya sistem pengawasan produksi memberikan pengaruh relatif yang

sama penting dengan faktor kelemahan lainnya karena mayoritas pada faktor

ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan faktor lain mendapatkan

nilai 2 dan rating rata-rata sebesar 1,75 tergolong faktor yang kuat

dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya, sehingga

menjadi salah satu faktor pendorong yang menjadi kelemahan dalam usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Keterbatasan modal melalui analisis responden antara lain Bapak

Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,054 dan rating 2;

Prio Pambudi selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot

sebesar 0,055 dan rating 2; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya

ikan cupang dengan bobot sebesar 0,060 dan rating 2; serta Slamet Waluyo

selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,056

dan rating 2. Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-rata


sebesar 0,056 didasarkan bahwa keternatasan modal memberikan pengaruh

relatif yang sama penting dengan faktor kelemahan lainnya karena mayoritas

pada faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan faktor lain

mendapatkan nilai 2 dan rating rata-rata sebesar 2 tergolong faktor yang kuat

dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya, sehingga

menjadi salah satu faktor pendorong yang menjadi kelemahan dalam usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Pencatatan data keuangan masih belum terkonsep secara detail

melalui analisis responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik

usaha dengan bobot sebesar 0,072 dan rating 1; Prio Pambudi selaku

pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,070 dan rating

1; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot

sebesar 0,070 dan rating 1; serta Slamet Waluyo selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,071 dan rating 1. Sehingga

dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,071 yang

didasarkan bahwa pencatatan data keuangan masih belum terkonsep secara

detail memberikan pengaruh relatif yang lebih penting dengan faktor

kelemahan lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis

perbandingan berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 3 dan rating

rata-rata sebesar 1 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan dengan

pesaing terhadap kondisi lingkungannya, sehingga menjadi kelemahan utama

dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo dan menjadi

prioritas kelemahan yang harus segera diperbaiki. Pencatatan data keuangan

merupakan hal yang krusial dalam suatu usaha karena data keuangan dalam

periode tertentu menjadi bahan perhitungan keuntungan maupun kerugian

usaha. Apabila alur kas dan pembukuan keuangan belum terperinci secara

jelas, maka menjadi kelemahan usaha yang harus segera diperbaiki.


Berdasarkan hasil perhitungan melalui matriks IFE diperoleh total

skor sebesar 3,159. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan

untuk mengatasi kelemahan yang harus dihadapi dengan memanfaatkan

kekuatan berada di atas rata-rata. Kekuatan yang ada pada usaha budidaya

ikan cupang milik Bapak Heru harus dimanfaatkan secara optimal sebagai

upaya meminimalkan dampak dari kelemahan yang harus segera diatasi

melalui strategi-strategi tertentu.

5.8.1.2 Matriks EFE (External Factor Evaluation)

Matriks EFE mengevaluasi berbagai peluang dan ancaman yang

diidentifikasi dari analisis lingkungan eksternal pada usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru. Analisis matriks EFE hampir sama dengan langkah

penyusunan matriks IFE. Perbedaannya adalah pada faktor strategis yang

dimasukkan pada matriks EFE, yaitu faktor kunci peluang (opportunities) dan

ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap usaha budidaya ikan cupang

milik Bapak Heru. Identifikasi ini dilakukan dengan memberikan kuesioner dan

wawancara secara langsung kepada Bapak Heru dan para pegawai untuk

mendapatkan data yang valid.

Setelah menentukan faktor-faktor strategis eksternal dilakukan

pembobotan dan peratingan terhadap faktor-faktor tersebut. Penentuan bobot

dilakukan dengan menggunakan identifikasi faktor strategis kepada pihak

manajemen dengan membandingkan setiap faktor kunci untuk mengetahui

tingkat kepentingan dari faktor tersebut yang mana dikenal dengan metode

paired comparation.

Skor yang diperoleh dari matriks EFE menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi

ancaman yang dapat terjadi. Bobot dan rating dari masing-masing faktor

eksternal ditentukan oleh empat orang responden yaitu Bapak Heru sebagai
pemilik usaha, Agus Sutriyono sebagai pegawai, Bapak Santoso sebagai

ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri, dan Dinas Ketahanan Pangan dan

Pertanian Bidang Perikanan Kota Kediri. Kuesioner penelitian yang diberikan

pada responden dapat dilihat pada Lampiran 12. Berikut ini merupakan

matriks EFE pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru yang dapat

dilihat pada Tabel 15 seperti berikut.

Tabel 15. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation)

Faktor-faktor
No. Bobot Rating Skor
Strategis Eksternal
Peluang
A Pengembangan lahan 0,060 3,50 0,210
B Mengikuti kontes atau perlombaan secara
0,046 3,00 0,138
rutin
C Pengembangan jejaring kerjasama 0,069 4,00 0,276
D Peningkatan nilai ekspor ikan hias sebesar
16,53 persen pada periode tahun 2012- 0,068 4,00 0,272
2016
E Potensi lingkungan Kelurahan Ketami 0,072 4,00 0,288
F Kebijakan pemerintah Kota Kediri yang
menjadikan ikan cupang sebagai salah satu
komoditi unggulan dan menetapkan salah 0,073 4,00 0,292
satunya Kelurahan Ketami sebagai sentral
ikan cupang
G Perkembangan sistem teknologi dan
0,048 3,25 0,156
informasi
H Loyalitas pembeli 0,078 4,00 0,312
I Pameran ikan hias tahunan 0,048 3,25 0,156
TOTAL 0,562 2,100
Ancaman
J Kondisi cuaca yang tidak menentu 0,076 1,00 0,076
K Ketersediaan pakan ikan cupang yang
0,078 1,00 0,078
masih bergantung pada pemroduksi lain
L Fluktuasi harga pasar 0,050 1,25 0,062
M Munculnya pesaing baru 0,048 2,00 0,096
N Harga input produksi meningkat 0,057 1,25 0,071
O Penerapan sistem penjualan pembudidaya
ikan hias yang terpusat pada ketua 0,042 3,00 0,126
kelompok
P Legalitas usaha yang belum terdaftar
0,044 3,00 0,132
secara resmi
Q Adanya produk substitusi 0,042 2,25 0,094
TOTAL 0,438 0,735
TOTAL EFE 1,000 2,835
Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE yang dapat dilihat pada

Tabel 15 diketahui bahwa faktor peluang terdiri dari pengembangan lahan

melalui analisis responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik

usaha dengan bobot sebesar 0,067 dan rating 4; Bapak Santoso selaku ketua

POKDAKAN Mina Maju Mandiri dengan bobot sebesar 0,064 dan rating 4;

Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot

sebesar 0,056 dan rating 3; serta Ir. Budi Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan

Pengembangan Budidaya Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

Bidang Perikanan, Kota Kediri dengan bobot sebesar 0,055 dan rating 3.

Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,060

yang didasarkan bahwa pengembangan lahan memberikan pengaruh relatif

yang sama penting dengan faktor peluang lainnya karena mayoritas pada

faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan faktor lain

mendapatkan nilai 2 dan rating rata-rata sebesar 3,5 tergolong faktor yang

kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya, sehingga

dapat menjadi salah satu peluang potensial dalam usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Mengikuti kontes atau perlombaan secara rutin melalui analisis

responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan

bobot sebesar 0,044 dan rating 3; Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN

Mina Maju Mandiri dengan bobot sebesar 0,045 dan rating 3; Agus Sutriyono

selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,047

dan rating 3; serta Ir. Budi Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan

Pengembangan Budidaya Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

Bidang Perikanan, Kota Kediri dengan bobot sebesar 0,049 dan rating 3.

Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,046

yang didasarkan bahwa menikuti kontes atau perlombaan secara rutin


memberikan pengaruh relatif yang kurang penting dengan faktor peluang

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 1 dan rating rata-rata

sebesar 3 tergolong faktor yang kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap

kondisi lingkungannya yang dapat menjadi salah satu peluang pendukung

dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Pengembangan jejaring kerjasama melalui analisis responden antara

lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,068

dan rating 4; Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri

dengan bobot sebesar 0,072 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku pegawai

usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,070 dan rating 4; serta

Ir. Budi Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya

Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota

Kediri dengan bobot sebesar 0,067 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,069 didasarkan bahwa

pengembangan jejaring kerjasama memberikan pengaruh relatif yang sama

penting dengan faktor peluang lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam

analisis perbandingan berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 2

dan rating rata-rata sebesar 4 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan

dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi salah

satu peluang potensial dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

Sulistyo.

Peningkatan nilai ekspor ikan hias sebesar 16,53 persen pada

periode tahun 2012-2016 melalui analisis responden antara lain Bapak Heru

Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,067 dan rating 4;

Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri dengan bobot

sebesar 0,070 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya
ikan cupang dengan bobot sebesar 0,070 dan rating 4; serta Ir. Budi Hartoto

selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya Perikanan, Dinas

Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota Kediri dengan

bobot sebesar 0,067 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat responden

didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,068 didasarkan bahwa peningkatan nilai

ekspor ikan hias sebesar 16,53 persen pada periode tahun 2012-2016

memberikan pengaruh relatif yang sama penting dengan faktor peluang

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 2 dan rating rata-rata

sebesar 4 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi salah satu peluang

potensial dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Potensi lingkungan Kelurahan Ketami melalui analisis responden

antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar

0,076 dan rating 4; Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju

Mandiri dengan bobot sebesar 0,070 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku

pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,071 dan rating

4; serta Ir. Budi Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya

Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota

Kediri dengan bobot sebesar 0,069 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,072 didasarkan bahwa

potensi lingkungan Kelurahan Ketami memberikan pengaruh relatif yang lebih

penting dengan faktor peluang lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam

analisis perbandingan berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 3

dan rating rata-rata sebesar 4 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan

dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi salah


satu peluang utama dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

Sulistyo.

Kebijakan pemerintah Kota Kediri yang menjadikan ikan cupang

sebagai salah satu komoditi unggulan dan menetapkan salah satunya

Kelurahan Ketami sebagai sentral ikan cupang melalui analisis responden

antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar

0,070 dan rating 4; Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju

Mandiri dengan bobot sebesar 0,070 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku

pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,076 dan rating

4; serta Ir. Budi Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya

Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota

Kediri dengan bobot sebesar 0,075 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,073 didasarkan bahwa

kebijakan Pemerintah Kota Kediri memberikan pengaruh relatif yang lebih

penting dengan faktor peluang lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam

analisis perbandingan berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 3

dan rating rata-rata sebesar 4 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan

dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi salah

satu peluang utama dan prioritas dalam usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru Sulistyo. Melalui penetapan kebijakan pemerintah yang

menjadikan Kelurahan Ketami sebagai sentral ikan cupang, maka akan

meningkatkan produksi dan potensi wilayah sebagai basis budidaya ikan

cupang yang akan terus berkembang.

Perkembangan sistem teknologi dan informasi melalui analisis

responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan

bobot sebesar 0,050 dan rating 3; Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN

Mina Maju Mandiri dengan bobot sebesar 0,045 dan rating 3; Agus Sutriyono
selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,048

dan rating 4; serta Ir. Budi Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan

Pengembangan Budidaya Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

Bidang Perikanan, Kota Kediri dengan bobot sebesar 0,047 dan rating 3.

Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,048

yang didasarkan bahwa perkembangan sistem teknologi dan informasi

memberikan pengaruh relatif yang kurang penting dengan faktor peluang

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 1 dan rating rata-rata

sebesar 3,25 masih tergolong faktor yang kuat dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi salah satu peluang

pendukung dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Loyalitas pembeli melalui analisis responden antara lain Bapak Heru

Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,078 dan rating 4;

Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri dengan bobot

sebesar 0,078 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya

ikan cupang dengan bobot sebesar 0,075 dan rating 4; serta Ir. Budi Hartoto

selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya Perikanan, Dinas

Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota Kediri dengan

bobot sebesar 0,079 dan rating 4. Sehingga dari ke-empat responden

didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,078 didasarkan bahwa loyalitas pembeli

memberikan pengaruh relatif yang lebih penting dengan faktor peluang

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 3 dan rating rata-rata

sebesar 4 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi peluang utama dan

prioritas utama yang harus dimanfaatkan secara optimal karena dapat


memengaruhi pembelian secara kontinu dan semakin meningkat dalam usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Pameran ikan hias tahunan melalui analisis responden antara lain

Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,046 dan

rating 3; Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri dengan

bobot sebesar 0,051 dan rating 4; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,048 dan rating 3; serta Ir. Budi

Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya Perikanan,

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota Kediri

dengan bobot sebesar 0,047 dan rating 3. Sehingga dari ke-empat responden

didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,048 didasarkan bahwa pameran ikan

hias tahunan memberikan pengaruh relatif yang kurang penting dengan faktor

peluang lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 1 dan rating rata-rata

sebesar 3,25 masih tergolong faktor yang kuat dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi salah satu peluang

pendukung dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE yang dapat dilihat pada

Tabel 15 diketahui bahwa faktor ancaman terdiri dari kondisi cuaca yang tidak

menentu melalui analisis responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku

pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,074 dan rating 1; Bapak Santoso

selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri dengan bobot sebesar 0,076

dan rating 1; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang

dengan bobot sebesar 0,075 dan rating 1; serta Ir. Budi Hartoto selaku Kasi

Pembibitan dan Pengembangan Budidaya Perikanan, Dinas Ketahanan

Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota Kediri dengan bobot sebesar

0,077 dan rating 1. Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-
rata sebesar 0,076 didasarkan bahwa kondisi cuaca yang tidak menentu

memberikan pengaruh relatif yang lebih penting dengan faktor ancaman

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 3 dan rating rata-rata

sebesar 1 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya yang dapat menjadi salah satu ancaman

utama dalam usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Perubahan cuaca yang ekstrem berpengaruh terhadap kondisi dan kesehatan

ikan cupang karena ikan cupang dapat stress dan berujung pada kematian

Ketersediaan pakan ikan cupang yang masih bergantung pada

pemroduksi lain melalui analisis responden antara lain Bapak Heru Sulistyo

selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,078 dan rating 1; Bapak

Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri dengan bobot sebesar

0,077 dan rating 1; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya ikan

cupang dengan bobot sebesar 0,076 dan rating 1; serta Ir. Budi Hartoto

selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya Perikanan, Dinas

Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota Kediri dengan

bobot sebesar 0,079 dan rating 1. Sehingga dari ke-empat responden

didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,078 didasarkan bahwa ketersediaan

pakan ikan cupang yang masih bergantung pada pemroduksi lain memberikan

pengaruh relatif yang lebih penting dengan faktor ancaman lainnya karena

mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan berpasangan dengan

faktor lain mendapatkan nilai 3 dan rating rata-rata sebesar 1 tergolong faktor

yang sangat kuat dibandingkan dengan pesaing terhadap kondisi

lingkungannya yang dapat menjadi ancaman utama yang harus diantisipasi

oleh usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo. Masih

bergantungnya ketersediaan pakan dapat mengancam kegiatan operasional


usaha karena pakan merupakan hal yang vital untuk keberlanjutan hidup

makhluk hidup. Apabila terjadi keterlambatan pengiriman pakan atau bahkan

stok pakan yang diproduksi oleh produsen pakan seperti cacing dan lemut

ketersediaannya menipis, maka dapat menjadi ancaman serius bagi ikan

cupang yang dibudidayakan.

Fluktuasi harga pasar melalui analisis responden antara lain Bapak

Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,048 dan rating 1;

Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri dengan bobot

sebesar 0,049 dan rating 1; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya

ikan cupang dengan bobot sebesar 0,051 dan rating 1; serta Ir. Budi Hartoto

selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya Perikanan, Dinas

Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota Kediri dengan

bobot sebesar 0,051 dan rating 2. Sehingga dari ke-empat responden

didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,050 didasarkan bahwa fluktuasi harga

pasar memberikan pengaruh relatif yang sama penting dengan faktor

ancaman lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis

perbandingan berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 2 dan rating

rata-rata sebesar 1,25 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan

dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya, sehingga dapat menjadi

salah satu ancaman potensial yang harus diantisipasi oleh usaha budidaya

ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.

Munculnya pesaing baru melalui analisis responden antara lain

Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,046 dan

rating 2; Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri dengan

bobot sebesar 0,048 dan rating 2; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,048 dan rating 2; serta Ir. Budi

Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya Perikanan,


Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota Kediri

dengan bobot sebesar 0,049 dan rating 2. Sehingga dari ke-empat responden

didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,048 didasarkan bahwa munculnya

pesaing baru memberikan pengaruh relatif yang sama penting dengan faktor

ancaman lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis

perbandingan berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 2 dan rating

rata-rata sebesar 2 tergolong faktor yang kuat dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya, sehingga dapat menjadi salah satu ancaman

potensial yang harus diantisipasi oleh usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru Sulistyo.

Harga input produksi meningkat melalui analisis responden antara

lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,060

dan rating 2; Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri

dengan bobot sebesar 0,055 dan rating 1; Agus Sutriyono selaku pegawai

usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,058 dan rating 1; serta

Ir. Budi Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya

Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota

Kediri dengan bobot sebesar 0,058 dan rating 1. Sehingga dari ke-empat

responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,057 didasarkan bahwa

fluktuasi harga pasar memberikan pengaruh relatif yang sama penting dengan

faktor ancaman lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis

perbandingan berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 2 dan rating

rata-rata sebesar 1,25 tergolong faktor yang sangat kuat dibandingkan

dengan pesaing terhadap kondisi lingkungannya, sehingga dapat menjadi

salah satu ancaman potensial yang harus diantisipasi oleh usaha budidaya

ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.


Penerapan sistem penjualan pembudidaya ikan hias yang terpusat

pada ketua kelompok melalui analisis responden antara lain Bapak Heru

Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,040 dan rating 3;

Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri dengan bobot

sebesar 0,043 dan rating 3; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha budidaya

ikan cupang dengan bobot sebesar 0,044 dan rating 3; serta Ir. Budi Hartoto

selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya Perikanan, Dinas

Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota Kediri dengan

bobot sebesar 0,043 dan rating 2. Sehingga dari ke-empat responden

didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,042 didasarkan bahwa penerapan

sistem penjualan pembudidaya ikan hias yang terpusat pada ketua kelompok

memberikan pengaruh relatif yang kurang penting dengan faktor ancaman

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 1 dan rating rata-rata

sebesar 3 tergolong faktor yang lemah dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya, sehingga tidak menjadi ancaman utama

pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo. Penerapan

sistem ini sudah diperbaiki dengan meminimumkan pemusatan penjualan

hasil ikan cupang pada ketua kelompok.

Legalitas usaha yang belum terdaftar secara resmi melalui analisis

responden antara lain Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan

bobot sebesar 0,046 dan rating 3; Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN

Mina Maju Mandiri dengan bobot sebesar 0,043 dan rating 3; Agus Sutriyono

selaku pegawai usaha budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,044

dan rating 3; serta Ir. Budi Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan

Pengembangan Budidaya Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

Bidang Perikanan, Kota Kediri dengan bobot sebesar 0,045 dan rating 3.
Sehingga dari ke-empat responden didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,044

yang didasarkan bahwa legalitas usaha yang belum terdaftar secara resmi

memberikan pengaruh relatif yang kurang penting dengan faktor ancaman

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 1 dan rating rata-rata

sebesar 3 tergolong faktor yang lemah dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya, sehingga tidak menjadi ancaman utama

pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo. Pada skala

usaha ikan cupang milik Bapak Heru, legalitas usaha yang belum tercatat

secara resmi tidak menjadi kendala serius karena pemerintah sendiri telah

mendukung kelompok pembudidaya ikan cupang yang ada di Kota Kediri.

Adanya produk substitusi melalui analisis responden antara lain

Bapak Heru Sulistyo selaku pemilik usaha dengan bobot sebesar 0,040 dan

rating 2; Bapak Santoso selaku ketua POKDAKAN Mina Maju Mandiri dengan

bobot sebesar 0,043 dan rating 3; Agus Sutriyono selaku pegawai usaha

budidaya ikan cupang dengan bobot sebesar 0,043 dan rating 2; serta Ir. Budi

Hartoto selaku Kasi Pembibitan dan Pengembangan Budidaya Perikanan,

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bidang Perikanan, Kota Kediri

dengan bobot sebesar 0,043 dan rating 2. Sehingga dari ke-empat responden

didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,042 didasarkan bahwa penerapan

sistem penjualan pembudidaya ikan hias yang terpusat pada ketua kelompok

memberikan pengaruh relatif yang kurang penting dengan faktor ancaman

lainnya karena mayoritas pada faktor ini dalam analisis perbandingan

berpasangan dengan faktor lain mendapatkan nilai 1 dan rating rata-rata

sebesar 2,25 tergolong faktor yang cukup kuat dibandingkan dengan pesaing

terhadap kondisi lingkungannya, sehingga tidak menjadi ancaman utama

pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru Sulistyo.


Berdasarkan hasil perhitungan melalui matriks EFE diperoleh total

skor sebesar 2,835. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan

untuk mengatasi ancaman yang harus dihadapi dengan memanfaatkan

peluang berada pada rata-rata. Peluang yang ada pada usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru harus dimanfaatkan secara optimal sebagai upaya

meminimalkan dampak dari ancaman yang harus segera diatasi melalui

strategi-strategi tertentu.

5.8.2 Tahap Pencocokan

Tahap pencocokan merupakan tahapan kedua dalam perumusan strategi

yang berfungsi untuk mencocokkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal

dan internal demi menciptakan strategi alternatif yang dapat diterima. Pada tahap

pencocokan (The Matching Stage) dilakukan penyusunan matriks IE dan matriks

SWOT untuk memperoleh beberapa pilihan alternative strategi. Total skor pada

matriks IFE dan EFE dimasukkan ke dalam matriks IE untuk melihat posisi usaha

budidaya ikan cupang milik Bapak Heru berdasarkan tiga kelompok strategi, yaitu

strategi tumbuh dan bina (growth and build), pertahankan dan pelihara (hold and

maintain), serta panen atau divestasi (harvest or divest). Sedangkan matriks

SWOT diperoleh dengan memetakan faktor-faktor kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman. Faktor-faktor tersebut didapatkan dari hasil analisis

lingkungan internal dan eksternal yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa

alternatif strategi yang diperoleh dari analisis SWOT dapat membantu

perusahaan untuk mengembangkan strategi yang dimilikinya berdasarkan faktor

internal dan eksternalnya.

5.8.2.1 Matriks IE

Matriks IE memposisikan suatu organisasi dalam tampilan sembilan

sel. Penyusunan matriks IE dilakukan dengan cara mengkombinasikan nilai

yang diperoleh pada matriks IFE dan EFE melalui skor bobot total IFE
sebagai sumbu x dan skor bobot total EFE sebagai sumbu y. melalui skor

itulah dapat menentukan keberadaan (posisi) usaha budidaya ikan cupang

milik Bapak Heru saat ini di dalam sektor perikanan yang dijalankannya.

Total skor bobot IFE pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru

adalah sebesar 3,159 yang menggambarkan bahwa usaha ini berada pada

kondisi internal yang kuat. Sedangkan nilai total skor untuk matriks EFE

adalah sebesar 2,835 yang menunjukkan bahwa usaha ini berada pada

kondisi eksternal yang sedang atau menengah. Hasil skor tersebut

menunjukkan posisi perusahaan pada matriks IE yang terletak dalam sel IV

yaitu memiliki kemampuan internal yang kuat dan eksternal yang sedang.

Maka strategi yang harus dilakukan pada usaha budidaya ikan cupang

milik Bapak Heru adalah tumbuh dan membangun. Adapun matriks IE

ditunjukkan pada Gambar 23 berikut ini.

SKOR BOBOT TOTAL IFE

Kuat Rata-rata Lemah

3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 -1,99

3,0 2,0 1,0


4,0
Tinggi

3,0 – 4,0 I II III


SKOR BOBOT TOAL EFE

3,0
Sedang
IV V VI
2,0 – 2,99
3,159 ; 

2,0

Rendah VVII VIII IX

1,0 – 1,99
1,0
Gambar 23. Matriks IE Usaha Budidaya Ikan Cupang
Berdasarkan matriks IE di atas dapat diketahui bahwa dalam sel IV

dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (grow and build).

Strategi yang dapat dilakukan adalah strategi intensif, seperti penetrasi

pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Selain itu juga

menggunakan strategi integratif, seperti integrasi ke belakang, integrasi ke

depan, dan integrasi horizontal.

Penetrasi pasar dapat dilakukan dengan meningkatkan pangsa

pasar dan daerah pemasaran untuk produk ikan cupang melalui upaya-

upaya strategis. Penetrasi dan pengembangan pasar dapat berupa

penawaran produk melalui promosi pemasaran, penambahan jumlah

tenaga pemasaran, memperluas daerah pemasaran baru, dan

mengalokasikan dana khusus untuk promosi produk. Sedangkan

pengembangan produk dapat dilakukan dengan meningkatkan mutu dan

kualitas produk secara terus-menerus dengan disertai kuantitas yang

meningkat pula, sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi

kebutuhan pasar dengan kualitas yang terpercaya.

Strategi integratif, seperti integrasi ke belakang dilakukan dengan

meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok input produksi, integrasi

ke depan yaitu upaya yang dilakukan perusahaan untuk meraih kendali

atas jalur pendistribusian mulai dari distributor hingga retailer, dan integrasi

horizontal merupakan strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kendali

atas perusahaan pesaing.

5.8.2.2 Matriks SWOT

Analisis SWOT bertujuan untuk melihat strategi apa saja yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan strategis. Dalam matriks ini ditunjukkan

bahwa sumbu horizontal (x) sebagai faktor internal dan sumbu vertikal (y)

sebagai faktor eksternal.


Pada perhitungan yang dilakukan, sumbu horizontal (x) memiliki

nilai koordinat sebesar x = 2,583 – 0,576 = 2,007. Sedangkan untuk sumbu

vertikal (y) memiliki nilai koordinat sebesar y = 2,100 – 0,735 = 1,365.

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat ditarik garis pada analisis

SWOT yang dapat dilihat pada Gambar 24 berikut ini.

PELUANG

2,007 ; 1,365

KELEMAHAN KEKUATAN

ANCAMAN

Gambar 24. Analisis SWOT Usaha Budidaya Ikan Cupang

Berdasarkan analisis di atas menunjukkan bahwa titik pertemuan

antara faktor internal dan eksternal yaitu termasuk kuadran I, yang berarti

merupakan kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy)

dan dalam situasi yang sangat menguntungkan, dimana dapat dilakukan

dengan cara integrasi ke belakang, depan, dan horizontal; penetrasi pasar;

pengembangan pasar; pengembangan produk; dan diversifikasi. Dalam

kuadran ini perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada.

Analisis matriks SWOT diperoleh berdasarkan data yang telah

ditentukan dalam matriks IFE dan EFE dengan mencocokkan faktor-faktor

internal dan ekstrenal dalam menghasilkan alternatif strategi yang

didasarkan pada kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Berikut

merupakan matriks SWOT ditampilkan pada Tabel 16 berikut ini.


Tabel 16. Matriks SWOT Usaha Budidaya Ikan Cupang

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


1. Potensi lahan masih luas 1. Teknik budidaya masih
2. Teknik budidaya ikan konvensional
IFE cupang yang mudah 2. Harga ikan cupang relatif
3. Adanya kelembagaan murah
kelompok pembudidaya 3. Pencatatan data produksi
4. Adanya koperasi perikanan yang belum taercatat
5. Lokasi budidaya strategis secara lengkap
6. Komunikasi antara pemilik 4. Masih kurangnya sistem
dan pegawai berjalan baik pengawasan produksi
7. Keikutsertaan pelatihan 5. Keterbatasan modal
pemilik dan pegawai 6. Pencatatan data
8. Kualitas ikan cupang baik keuangan masih belum
EFE
9. Permintaan pasar tinggi terkonsep secara detail
10. Relasi dengan konsumen
dan pembudidaya lain
11. Berorientasi terhadap profit

PELUANG (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O


1. Pengembangan lahan
2. Mengikuti kontes atau 1. Mengoptimalkan lahan 1. Meningkatkan teknologi
perlombaan secara rutin yang belum dimanfaatkan dalam produksi dan
3. Pengembangan jejaring (S1, S5, S11, O1, O5) informasi (W1, O7, O3,
kerjasama 2. Mengoptimalkan, O7)
4. Peningkatan nilai ekspor meningkatkan kualitas, dan 2. Mengoptimalkan
ikan hias sebesar 16,53 kuantitas ikan cupang yang pengetahuan dan
persen pada periode dihasilkan (S2, S8, S9, keterampilan dalam
tahun 2012-2016 S11, O8) pencatatan administrasi
5. Potensi lingkungan 3. Memanfaatkan dukungan dan keuangan yang baik
Kelurahan Ketami pemerintah dan peluang (W3, W6, O4)
6. Kebijakan pemerintah kerjasama dengan 3. Meningkatkan
7. Perkembangan sistem lembaga lain (S3, S4, S7, permodalan (W5, O1, O7)
teknologi dan informasi S10, O2, O3, O4, O6, O9)
8. Loyalitas pembeli
9. Pameran ikan hias
tahunan

ANCAMAN (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T


1. Kondisi cuaca yang tidak
menentu 1. Pengontrolan pada aspek 1. Meningkatkan
2. Ketersediaan pakan yang budidaya secara rutin dan pengawasan sistem
masih bergantung pada terpadu (S6, T1, T2) produksi ( W4, T1, T2)
pemroduksi lain 2. Sosialisasi dan pembinaan 2. Mengupayakan pasar
3. Fluktuasi harga pasar pembudidaya ikan dalam dengan harga yang stabil
4. Munculnya pesaing baru menghadapi persaingan dari para pembudidaya
5. Harga input produksi pasar (S7, T4, T6, T7, T8) dengan bantuan
meningkat pemerintah (W2, T3, T5)
6. Penerapan sistem
penjualan ikan hias yang
terpusat pada ketua
kelompok pembudidaya
7. Legalitas usaha belum
terdaftar secara resmi
8. Adanya produk substitusi
Berdasarkan matriks SWOT tersebut dapat dilihat bahwa terdapat

beberapa strategi yang dapat dilakukan pada usaha budidaya ikan cupang

milik Bapak Heru untuk dapat mengembangkan usahanya dalam

menghadapi persaingan di masa yang akan datang.

a. STRATEGI S-O

Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal

perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Beberapa

alternatif strategi S-O yang dapat diterapkan pada usaha budidaya ikan

cupang milik Bapak Heru antara lain.

1. Mengoptimalkan lahan yang belum dimanfaatkan

Pengembangan lahan menjadi lahan produktif untuk budidaya ikan

cupang merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

produksi ikan cupang dengan memanfaatkan potensi lahan. Dengan

mengoptimalkan lahan yang belum dimanfaatkan, maka kuantitas

produk yang dihasilkan juga dapat meningkat sehingga dapat

memenuhi permintaan pasar terhadap benih dan ikan cupang dewasa.

Permintaan ikan hias di pasaran dinilai cukup tinggi, sehingga dapat

menjadi strategi yang baik dengan pemanfaatan lahan secara optimal

untuk memproduksi ikan hias cupang.

2. Mengoptimalkan, meningkatkan kualitas, dan kuantitas ikan cupang

yang dihasilkan

Kualitas ikan cupang menjadi perhatian utama yang harus

dipertahankan dan terus ditingkatkan karena diperlukan untuk menjaga

kepercayaan konsumen atas ikan cupang yang dihasilkan. Semakin

tinggi kualitas ikan cupang, maka produk tersebut akan semakin

dihargai oleh konsumen dan apabila kualitas produk rendah, maka

konsumen dapat beralih ke produk yang lain. Hal tersebut disebabkan


apabila produk memiliki kualitas yang buruk mengakibatkan produk

tersebut kalah bersaing dengan produsen lain yang memproduksi

komoditas sejenis. Ketelitian dalam pemilihan induk dan proses

budidaya akan menghasilkan kualitas ikan cupang yang baik. Grading

diperlukan untuk penentuan kualitas ikan cupang dengan memilah ikan

berkualitas baik yang bebas penyakit dan tidak cacat. Penentuan

kualitas atau grading dibagi menjadi kualitas atau grade A, B, dan C

yang siap jual dengan harga jual berdasarkan jenis, tingkat kualitas,

dan ukuran ikan. Tidak hanya kualitas yang harus diperhitungkan dalam

suatu produk, kuantitas dari produk tersebut juga harus terus

dikembangkan agar mampu memenuhi permintaan pasar dan

menjadikan usaha yang dijalankan lebih produktif dengan cara

menghasilkan ikan cupang dalam jumlah ynag optimal.

3. Memanfaatkan dukungan pemerintah dan peluang kerjasama dengan

lembaga lain

Kebijakan dan dukungan Pemerintah Kota Kediri terhadap para

pembudidaya ikan cupang adalah dengan mengeluarkan SK Walikota

Kediri No.188.45/10/419.16/2011 pada tanggal 18 Januari 2011 yang

menjadikan Kecamatan Pesantren di 4 Kelurahan yaitu Kelurahan

Ketami, Kelurahan Jamsaren, Kelurahan Pesantren, dan Kelurahan

Tempurejo sebagai sentra budidaya ikan cupang di Kota Kediri

sehingga pengembangan agribisnis ikan cupang di Kota Kediri dapat

berjalan secara terpadu. Selain itu, menjalin kerjasama dengan

sesama pembudidaya maupun lembaga-lembaga lain yang berkaitan

dengan berjalannya usaha juga perlu terus dikembangkan agar relasi

yang terjadi dapat terus terjaga dan berkesinambungan.

b. STRATEGI W-O
1. Meningkatkan teknologi dalam produksi dan informasi

Peningkatan teknologi yang tepat guna menjadi salah satu strategi

yang dapat dikembangkan pada usaha budidaya ikan cupang milik

Bapak Heru. Strategi ini diambil dengan tujuan dapat membantu

operasional usaha dan menghasilkan kualitas ikan yang lebih baik.

Teknologi ini dapat berupa alat atau input produksi yang mendukung

pemijahan ikan cupang yang bernilai ekonomis dan sarana pendukung

yang memperlancar budidaya. Selain itu, teknologi yang digunakan

juga berupa teknologi informasi yang mempermudah komunikasi

dengan konsumen, pegawai, para pembudidaya lain, lembaga-

lembaga pendukung dan lain sebagainya.

2. Mengoptimalkan pengetahuan dan keterampilan dalam pencatatan

administrasi dan keuangan yang baik

Adanya komputer ataupun laptop menjadi teknologi yang dapat

digunakan sebagai pencatatan administrasi dan keuangan usaha,

sehingga dapat mempermudah dalam pencatatan dan perhitungan

pemasukan dan pengeluaran dana operasional usaha. Maka dari itu,

perlu adanya pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan

teknologi tersebut. Adanya pelatihan bagi pemilik maupun pegawai

yang menangani administrasi usaha dalam penggunaan program-

program di komputer atau laptop perlu dilakukan. Tujuan dari strategi

ini adalah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam

penggunaan teknologi-teknologi yang lebih modern sebagai tantangan

zaman agar lebih maju dan terampil.

3. Meningkatkan permodalan

Permodalan usaha menjadi hal yang krusial untuk keberlanjutan

usaha. Dengan adanya permodalan yang terkontrol dengan baik dan


dapat memenuhi operasional usaha, akan memberikan posisi yang

lebih aman dibandingkan dengan usaha dengan permodalan yang

kurang kuat. Permodalan ini digunakan sebagai pemenuhan

kebutuhan dalam input produksi, sarana, pendistribusian produk pada

konsumen, hingga promosi-promosi yang dilakukan dengan

menggunakan media cetak maupun elektronik. Maka dari itu,

penguatan dan peningkatan permodalam perlu dilakukan agar dapat

memperkuat posisi usaha dalam menghadapi persaingan global.

c. STRATEGI S-T

1. Pengontrolan pada aspek budidaya secara rutin dan terpadu

Melakukan pengontrolan pada semua rangkaian proses budidaya

sangat perlu dilakukan untuk menjaga kondisi dari ikan cupang.

Pengontrolan ini harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan,

karena apabila ikan cupang tidak dikontrol dan diberikan penanganan

yang sesuai maka dapat menurunkan kualitas dari ikan cupang itu

sendiri. Semua sumberdaya yang terlibat dalam usaha budidaya harus

memahami penanganan yang sesuai dengan kondisi ikan cupang saat

itu, sehingga disamping melakukan pengontrolan secara rutin juga

dilakukan tindakan yang sesuai. Misalnya, ikan cupang berada di

permukaan air, maka sebagai seorang pekerja pada usaha budidaya

sudah harus paham tindakan apa yang seharusnya dilakukan untuk

mengatasi permasalahan tersebut. Strategi ini menjadi kebutuhan

dasar dalam suatu usaha budidaya, sehingga perlu diterapkan secara

optimal untuk mendapatkan kualitas ikan yang baik dan terjaga

kesehatannya.

2. Melakukan pengembangan pasar sasaran dan penguatan untuk

menghadapi persaingan pasar global


Persaingan pasar menjadi tantangan bagi keberlanjutan suatu usaha

karena apabila suatu usaha kurang siap menghadapinya, dapat

mengalami kerugian yang berakibat pada penitupan usaha. Maka dari

itu, perlu adanya sosialisasi dan pembinaan untuk pembudidaya ikan

bagaimana cara dan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk

menghadapi persaingan pasar dalam berbagai skala tingkatan.

Sosialisasi dan pembinaan ini dapat dilakukan oleh stakeholder yang

membidangi sektor budidaya maupun lembaga-lembaga pemerintah

dan non pemerintah yang mampu memberikan pembinaan mengenai

persaingan pasar pada usaha-usaha skala kecil dan menengah.

Strategi ini dapat menjadi pendukung bagi usaha-usaha budidaya

untuk menjawab tantangan pasar, agar para pembudidaya dapat lebih

siap untuk menghadapi para pesaing lama maupun pesaing baru.

d. STRATEGI W-T

1. Meningkatkan pengawasan sistem produksi

Pengawasan sistem produksi dilakukan untuk mengurangi resiko pada

kegiatan budidaya. Resiko tersebut dapat berupa penyakit yang

menyerang ikan cupang hingga kematian yang dapat menimbulkan

kerugian. Pengawasan sistem produksi terdiri dari pengawasan dalam

ketersediaan input hingga pengawasan dalam pemasaran dan

publikasi yang dilakukan oleh semua sumberdaya yang terlibat di

dalamnya. Strategi ini dapat mengoptimalkan sistem produksi menjadi

lebih produktif dan sesuai dengan perencanaan sehingga hasil yang

didapatkan dapat memuaskan bagi pemilik usaha dan juga para

konsumen. Melalui peningkatan pengawasan yang berkesinambungan

menjadikan usaha lebih kondusif dan aman dari resiko-resiko yang

dapat merugikan.
2. Mengupayakan pasar dengan harga yang stabil dari para

pembudidaya dengan bantuan pemerintah

Adanya fluktuasi harga pasar menjadikan harga yang ditetapkan

menjadi kurang stabil. Misalnya apabila terjadi kenaikan harga input

produksi maka akan berdampak pada harga ikan cupang yang

dipasarkan. Walaupun sudah ditetapkannya harga paten untuk

indukan seperti halfmoon dan serit, namun apabila harga input

produksi meningkat dan harga yang telah ditetapkan sudah paten,

maka akan memengaruhi penerimaan dan keuntungan dari

pembudidaya. Hal ini menjadi resiko tersendiri bagi para pembudidaya

karena dapat saja menimbulkan kerugian apabila harga input naik

secara drastis. Maka perlu adanya dukungan dari pemerintah untuk

mengupayakan stabilitas harga di berbagai sektor agar tidak

menimbulkan kerugian bagi para pembudidaya.

5.8.3 Tahap Keputusan

5.8.3.1 QSPM

Dalam pengembangan QSPM, terlebih dahulu dibuat daftar kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman serta nilai bobot rata-rata yang telah

diperoleh dari matriks IFE dan EFE. Kemudian dari masing-masing variable

ini dicari nilai Attractiveness Score (AS). Nilai AS menunjukkan daya tarik

pada masing-masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal

perusahaan. Nilai AS diperoleh berdasarkan hasil kuesioner yang ditujukan

pada Bapak Heru sebagai pemilik usaha budidaya ikan cupang dengan

nilai daya tarik 1 yaitu jika alternatif strategi tidak menarik dibandingkan

relatif dengan alternatif lain, nilai daya tarik 2 yaitu jika alternatif strategi

agak menarik dibandingkan relatif dengan alternatif lain, nilai daya tarik 3

yaitu jika alternatif strategi cukup menarik dibandingkan relatif dengan


alternatif lain, dan nilai daya tarik 4 yaitu jika alternatif strategi sangat

menarik dibandingkan relatif dengan alternatif lain. Terdapat sepuluh

alternatif yang dihitung dalam analisis QSPM. Sepuluh alternatif tersebut

didapatkan dari hasil analisis SWOT, namun belum terperingkat secara

urut. Melalui analisis QSPM, memberikan kemudahan dengan cara

mengurutkan sepuluh alternatif strategi yang telah tersedia dari yang

memiliki nilai STAS tertinggi hingga STAS terendah pada usaha budidaya

ikan cupang ini, sehingga menghasilkan urutan prioritas strategi adalah

sebagai berikut.

1. Mengoptimalkan, meningkatkan kualitas, dan kuantitas ikan cupang

yang dihasilkan dengan nilai STAS sebesar 5,749. Nilai STAS tersebut

didapatkan dari jumlah TAS kekuatan sebesar 2,358; TAS kelemahan

0,615; TAS peluang 1,898; dan TAS ancaman 0,878 sehingga

diperoleh total keseluruhan daya tarik sebesar 5,749.

2. Memanfaatkan dukungan pemerintah dan peluang kerjasama dengan

lembaga lain dengan nilai STAS sebesar 5,650. Nilai STAS tersebut

didapatkan dari jumlah TAS kekuatan sebesar 2,177; TAS kelemahan

0,848; TAS peluang 1,902; dan TAS ancaman 0,723 sehingga

diperoleh total keseluruhan daya tarik sebesar 5,650.

3. Melakukan pengembangan pasar sasaran dan penguatan untuk

menghadapi persaingan pasar global dengan nilai STAS sebesar

5,403. Nilai STAS tersebut didapatkan dari jumlah TAS kekuatan

sebesar 2,18; TAS kelemahan 0,509; TAS peluang 1,485; dan TAS

ancaman 1,229 sehingga diperoleh total keseluruhan daya tarik

sebesar 5,403.

4. Meningkatkan pengawasan sistem produksi dengan nilai STAS

sebesar 5,006. Nilai STAS tersebut didapatkan dari jumlah TAS


kekuatan sebesar 1,587; TAS kelemahan 0,836; TAS peluang 1,429;

dan TAS ancaman 1,154 sehingga diperoleh total keseluruhan daya

tarik sebesar 5,006.

5. Meningkatkan permodalan dengan nilai STAS sebesar 4,966. Nilai

STAS tersebut didapatkan dari jumlah TAS kekuatan sebesar 1,649;

TAS kelemahan 0,628; TAS peluang 1,889; dan TAS ancaman 0,800

sehingga diperoleh total keseluruhan daya tarik sebesar 4,966.

6. Meningkatkan teknologi dalam produksi dan informasi dengan nilai

STAS sebesar 4,927. Nilai STAS tersebut didapatkan dari jumlah TAS

kekuatan sebesar 2,069; TAS kelemahan 0,968; TAS peluang 1,299;

dan TAS ancaman 0,591 sehingga diperoleh total keseluruhan daya

tarik sebesar 4,927.

7. Mengupayakan pasar dengan harga yang stabil dari para

pembudidaya dengan bantuan pemerintah dengan nilai STAS sebesar

4,926. Nilai STAS tersebut didapatkan dari jumlah TAS kekuatan

sebesar 1,883; TAS kelemahan 0,479; TAS peluang 1,258; dan TAS

ancaman 1,306 sehingga diperoleh total keseluruhan daya tarik

sebesar 4,926.

8. Pengontrolan pada aspek budidaya secara rutin dan terpadu dengan

nilai STAS sebesar 4,694. Nilai STAS tersebut didapatkan dari jumlah

TAS kekuatan sebesar 1,801; TAS kelemahan 0,836; TAS peluang

1,101; dan TAS ancaman 0,956 sehingga diperoleh total keseluruhan

daya tarik sebesar 4,694.

9. Mengoptimalkan lahan yang belum dimanfaatkan dengan nilai STAS

sebesar 4,609. Nilai STAS tersebut didapatkan dari jumlah TAS

kekuatan sebesar 1,758; TAS kelemahan 0,611; TAS peluang 1,595;


dan TAS ancaman 0,645 sehingga diperoleh total keseluruhan daya

tarik sebesar 4,609.

10. Mengoptimalkan pengetahuan dan keterampilan dalam pencatatan

administrasi yang baik dengan nilai STAS sebesar 3,991. Nilai STAS

tersebut didapatkan dari jumlah TAS kekuatan sebesar 1,526; TAS

kelemahan 0,958; TAS peluang 1,028; dan TAS ancaman 0,479

sehingga diperoleh total keseluruhan daya tarik sebesar 3,991.

Berdasarkan peringkat dari alternatif strategi yang dapat diterapkan

pada usaha budidaya ikan cupang milik Bapak Heru, alternatif strategi yang

menjadi prioritas utama adalah mengoptimalkan, meningkatkan kualitas,

dan kuantitas ikan cupang yang dihasilkan. Strategi ini merupakan alternatif

strategi yang ditujukan untuk dapat memanfaatkan peluang yang ada

secara optimal. Peluang tersebut salah satunya adalah peningkatan nilai

ekspor ikan hias yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas

dan kuantitas ikan cupang sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima

oleh pasar internasional dan sesuai dengan standar ikan hias yang siap

ekspor. Selain itu, dengan kualitas ikan yang baik akan menjaga loyalitas

pembeli terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini juga sebagai upaya untuk

menjaga kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk ikan cupang

milik Bapak Heru, sehingga dengan loyalitas konsumen yang tinggi dapat

terus mendorong pembelian dari konsumen tersebut terhadap produk yang

dipasarkan secara berkelanjutan. Selain itu, dukungan pemerintah dan

peluang kerjasama dengan lembaga lain sangat diperlukan untuk

memanfaatkan peluang yang ada, melakukan pengembangan pasar

sasaran dan penguatan posisi usaha diperlukan untuk menghadapi

persaingan pasar global. Pengembangan pasar sasaran tersebut dapat

dilakukan dengan pengenalan produk ke wilayah-wilayah geografis baru


dengan membangun relasi antar pembudidaya maupun stakeholder

lainnya.

Strategi intensif lainnya yang dapat dijalankan adalah penetrasi pasar

dengan melakukan penambahan jumlah tenaga penjualan dan peningkatan

pengeluaran untuk iklan di media cetak maupun elektronik. Sedangkan,

guna memperbaiki sistem pengeluaran dan pemasukan hasil usaha, perlu

adanya pembukuan yang terkonsep secara jelas dan terperinci sehingga

dapat mempermudah dalam menganalisis aspek finansial. Perhitungan

alternatif strategi pada QSPM dapat dilihat pada Lampiran 20.

Anda mungkin juga menyukai