Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN VULNUS PUNCTUM

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Kulit merupakan bagian tubuh yang paling luar yang berguna melindungi diri dari
trauma luar yang berguna melindngi diri dari trauma luar serta masuknya benda asing.
Apabila kulit terkena trauma, maka dapat menyebabkan luka/vulnus.
b. Luka atau cedera adalah kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang disebabkan
suatu paksaan atau tekanan fisik dan kimiawi. (Kuraesin, 2007, hal 2)
c. Luka adalah keadaan gangguan pada integritas dan fungsi jaringan pada tubuh Sistem
klasifikasi luka mendeskripsikan status integritas kulit, penyebab luka, keparahan cedera
atau kerusakan luka, kebersihan luka atau penjelasan tentang kualitas jaringan luka
seperti warna. (Baharestani, 2004 dalam Potter & Perry, 2013, hal 557).
d. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik,
atau gigitan hewan. (Sjamsuhidayat, 2007)

2. Etiologi
Luka dapat disebabkan oleh benda tajam, tumpul, peluru, luka tusuk dan luka
tembak/luka tembus. Juga disebakan oleh tenaga dari luar berupa benturan, luka lecet,
sengatan listrik, zat kimia, gigitan hewan, ledakan dan insisi operasi.
Berdasarkan jenis penyebab yang menimbulkannya, menurut(Kuraesin 2007, hal 2
dan 3), luka dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu :
a. Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang disebabkan oleh suatu tindakan operasi yang
dilakukan oleh seorang yang ahli dibidangnya sehingga risiko yang dihadapi pasien akan
sangat kecil karena aspek kontaminasi dan kebersihan luka sangat diperhatikan.
b. Luka bersih terkontaminasi
Luka yang disebakan oleh suatu tindakan operasi yang dilakukan oleh seorang
yang ahli dibidangnya, tetapi terkontaminasi pada saat dilakukannya pembedahan. Luka
ini biasanya terjadi di dalm kamar operasi atau pada saat pasien dirawat di ruang
perawatan pascapemuliahan operasi.
c. Luka kotor
Luka kotor adalah luka yang disebabkan oleh kejadian yang tidak disengaja seperti
kecelakaan sehingga mengakibatkan patah tulang terbuka dan luka sobekan terbuka atau
memar.
d. Luka kotor terkontaminasi
Luka kotor terkontaminasi adalah luka kotor yang sudah terkontaminasi atau luka
operasi yang sudah terkontaminasi pada saat melakukan operasi. Luka tersebut sudah
bernanah dan sudah membentuk lubang yang kotor. Luka tersebut sudah bernanah dan
sudah membentuk lubang yang kotor bernanah sehingga membutuhkan perawatan
khusus untuk mencegah terjadinya pembusukan pada jaringan tubuh lainnya.

3. Patofisiologi
Cedera tumpul/ tajam dengan luka sengaja/ tidak di sengaja
Benturan/ tekanan/ cedera/ sayatan

Pembengkakan/ lecet/perlukaan

Pendarahan

Luka tertutup/ terbuka Perawatan luka baik

Kuman masuk Perawatan luka infeksi tidak ada

perawatan luka tidak baik ada

Infeksi
Sembuh

Luka

12 Gambar 1
Pathway Vulnus/Luka
(Sumber : Septianraha 2016)

Vulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa disebabkan
oleh traumatis/mekanis, perubahahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, dan gigitan
hewan atau binatang. Vulnus yang terjadi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala
seperti bengkak, krepitasi shock, nyeri, dan deformitas atau bisa juga menimbulkan kondisi
yang lebih serius. (Sumantri, 2012).

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala vulnus/luka, menurut Sumantri (2012) adalah sebagai berikut :
a. Deformitas, seperti penekanan tulang
b. Bengkak
c. Keempukan/tenderness
d. Nyeri
e. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/pendarahan)
f. Pergerakan abnormal
g. Shock hipopolemik hasil dari hilangnya darah
h. Krepitasi

5. Macam-macam Luka
Macam-macam luka menurut Kuraesin (2007 hal 12) adalah :
Luka dapat dikategorikan dalam beberapa kategori yaitu luka tertutup dan luka terbuka,
kemudian luka akut dan luka kronik. Para tenaga profesional mempunyai perbedaan
pendapat pada kategori luka. Jenis luka kronik seperti pada luka diabetik dan luka akut
seperti pada luka tembak atau gigitan binatang. Dalam bahasan berikut memaparkan
tentang luka akut umum. Luka tersebut terdiri dari :
a. Luka abrasi (luka lecet)
Luka ini terjadi oleh karena gesekan pada permukaan kulit yang melawan permukaan
benda kasar. Biasanya hanya mengenai kulit lapisan luar atau membran mukosa, atau
kulit sedikit terkikis seperti jatuh terseret, dan lainya.
b. Luka laserasi (luka robek)
Pada luka laserasi terjadi kerusakan jaringan. Dapat disebabkan misalnya oleh pecahan
gelas, kaca atau benda tajam. Luka ini mudah terkontaminasi dan timbul infeksi.
c. Luka kontusio (luka memar)
Luka yang terjadi dengan tidak menimbulkan kerusakan pada permukaan kulit akan
tetapi adanya injury pada struktur internal.
d. Luka tusuk
Luka tusuk adalah sebuah luka yang diakibatkan benda yang kotor seperti paku berkarat
atau gigi binatang sangat berisiko menyebabkan infeksi karena kotoran terbawa jauh ke
dalam jaringan dan darah yang keluar sangat sedikit sehingga tidak bisa membawanya
keluar kembali. Jika terasa kaku, kesemutan, atau lunglai pada anggota tubuh yang baru
terkena luka dalam, mungkin ujung saraf atau tendon yang terdekat terkena antibiotik.
Penanganan dengan antibiotik disarankan untuk semua jenis luka dalam.

7. Komplikasi
Komplikasi pada vulnus/luka menurut Smeltzer & Bare (2012).adalah sebagai berikut :
a. Hematoma (Hemoragi)
Balutan diinspeksi terhadap hemoragi pada interval yang sering selama 24 jam setelah
pembedahan. Setiap pendarahan dalam jumlah yang tidak semestinya dilaporkan. Pada
waktunya, sedikit pendarahan terjadi pada luka, di bawah kulit.Hemoragi imi biasanya
berhenti secara spontan tetapi mengakibatkan pembekuan bekuan di dalam luka.
b. Insfeksi (Sepsis Luka)
Selulitis adalah insfeksi bakteri yang menyebar ke dalam bidang jaringan. Abses adalah
insfeksi bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan pus (bakteri, jaringan
nekrotik). Biasanya titik tempatnya terjad nyeri tekan. Limfangitis adalah penyebaran
insfeksi dari selulitis atau abses ke sistem limfatik.
c. Dehisens dan Eviserasi
Komplikasi dehisens (gangguan insisi atau luka bedah) dan eviserasi (penonjolan isi
luka) teruatama serius bila melibatkan insisi atau luka abdomen. Komplikasi ini juga
dapat terjadi karena usia yang lanjut, status nutrisi yang buruk, atau penyakit
kardiovaskuler pada pasien yang menjalani pembedahan abdomen.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pada kasus vulnus diagnosis pertama dilakukan secara teliti untuk memastikan apakah ada
pendarahan yang harus dihentikan. Kemudian ditentukan jenis trauma apakah trauma tajam
atau trauma tumpul, banyaknnya kematian jaringan, besarnya kontaminasi dan berat
jaringan
luka. Pemeriksaan lainnya dengan pemeriksaan laboratorium darah. (Mardiono, 2011).

9. Penatalaksanaan
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan. Hal ini bertujuan
untuk mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
Penatalaksanaan perawatan luka Post Operasi Vulnus/Luka menurut Nurdin (2014), adalah
sebagai berikut:
a. Perawatan luka basah
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan
pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat
trauma atu infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat.
b. Perawatan luka kering
Balut kering melindungi luka dengan drainase minimal dari kontaminasi
mikroorganisme. Balutan dapat hanya berupa bantalan kasa yang tidak melekat ke
jaringan luka dan menyebabkan iritasi yang sangat kecil. Atau dapat menjadi bantalan
telfa yang juga tidak melekat pada insisi atau lubang luka tetapi memungkinkan drainase
melalui permukaan yang tidak melekat dibawah kasa lembut.

10. Manajemen Medik


Menurut Suriadi (2013) setelah penanganan luka, selanjutnya dibersihkan dengan
antiseptik, dan dapat disuntikan Antibiotic sesuai dosis secara IM pada kejadian luka yang
dalam. Penyuntikan B-Komplek juga bisa dilakukan pada kasus luka dengan trauma yang
dlam. Nutrisi juga sangat berperan dalam proses penyembuhan luka diantaranya : Protein,
karbohidrat, Vitamin A, Vitamin C, Vitamin K, Zat Besi, B-Complek, Zink.

B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Dengan Post Operatif Vulnus / Luka


Menurut Yura dan Walsh yang dimaksud dengan proses keperawatan adalah suatu tahapan
desain yang ditunjukan untuk memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi : mempertahankan
keadaan kesehatan klien yang optimal, apabila keadannya berubah membuat suatu jumlah dan
kualitas keperawatan profesional di indonesia proses keperawatan terdiri dari 5 standar : (1)
pengkajian, (2) diagnosa keperawatan, (3) perencanaan, (4) implementasi, (5) evaluasi.
(Nursalam, 2008).

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Identitas keperawatan menurut Smeltzer & Bare (2012), adalah sebagai berikut :
Dengan pengumpulan data yaitu identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal operasi, tanggal pengkajian, nomor
rekam medik, diagnosa medis, alamat. Dan identitas penanggung jawab : nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah penyebab yang mendorong seseorang untuk mencari
pertolongan. Bila ada masalah yang diajukan, masalah tersebut disusun sesuai
prioritas ketika masalah tersebut
dilaporkan. (Smeltzer & Bare, 2012). Keluhan utama yang biasanya muncul pada
pasien Post Operasi Vulnus/Luka adalah nyeri, nyeri merupakan suatu pengalaman
yang melelahkan dan
membutuhkan energi. Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan
mempengaruhi makna hidup. (Davis, 2002 dalam Potter & Perry, 2013).
2. Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat penyakit apa saja adalah satu-satunya faktor yang terpenting bagi petugas
kesehatan dalam menegakkan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien (Smeltzer
& Bare, 2012).
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit dahulu dibahas dan dicatat dalam daftar penyakit khusus. Begitu juga
riwayat mengenai penyakit masa kanak-kanak, penyakit masa dewasa, cedera,
prosedur bedah dan diagnostik, pengobatan sekarang-resep, obat bebas, obat
jalan,penggunaan alkohol dan obat-obatan. (Smeltzer & Bare, 2012).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Status kesehatan dan usia, atau usia dan penyebab kematian keluarga ditanyakan
untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit yang mungkin diturunkan, menular, atau
berhubungan dengan lingkungan hidup. Seperti : kanker, hipertensi, jantung, diabetes,
epilepsi, penyakit mental, dan lain-lain. Salah satu cara termudah untuk mencatat data
tersebut adalah dengan cara membuat genogram atau pohon keluarga. (Smeltzer &
Bare, 2012).
5. Keadaan Umum
a. Penampilan
Meliputi kemampuan fisik klien Post Operasi Vulnus/Luka secara umum biasanya
terlihat lemah dan lesu karena adanya penurunan kekuatan.
b. Kesadaran
Tingkat kesadaran klien apakah compos mentis (sadar sepenuhnya) dengan GCS
(Glasgow Coma Scale) 15-14, apatis (acuh tak acuh) dengan GCS 13-12,
samnolen (keadaan
keasadaran yang mau tidur saja) dengan GCS 11-10, delirium (keadaan kacau
motorik) dengan GCS 9-7, sopor (keadaan kesadaran yang menyerupai koma)
dengan GCS 9-7, coma (keadaan kesadaran yang hilang sama sekali) dengan GCS
<7). Pada pasien Post Operasi Vulnus/Luka bisa terjadi penurunan kesadarann.
c. Berat badan dan tinggi badan
Meliputi berat badan dan tinggi badan sebelum sakit dan sesudah sakit.
d. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu : tekanan darah dengan
pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan respirasi, pemeriksaan suhu. Pada pasien
Post Operatif Vulnus/Luka biasanya ada peningkatan suhu tubuh.
6. Pemeriksaan Fisik
Menurut Sumantri (2012).pemeriksaan fisik Post Operatif Vulnus/Luka meliputi:
a. Sistem pernafasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret pada lubang hidung,
pergerakan cuping hidung waktu bernapas, auskultasi bunyi napas apakah bersih atau
ronchi, serta
frekuensi napas. Pada pasien Post Operasi Vulnus/Luka bisa terjadi penurunan
kapasitas paru dimana pada pasien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka
kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai
inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
b. Sistem kardiovaskuler
Biasanya terjadinya peningkatan denyut nadi, tekanan darah, dan perubahan
sirkulasi perifer.
c. Sistem pencernaan
Anoreksia atau menyebabkan menurunnya nafsu makan dan konstipasi yaitu feses
lebih keras dan sulit buang air besar.
d. Sistem persyarafan
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi
sensori, serta fungsi reflex.
e. Sistem penginderaan
Pada sistem penginderaan kemungkinan tidak ada gangguan tergantung dari luka.
f. Sistem muskuloskeletal
Penurunan kekuatan otot karena kelelahan otot , adanya keterbatasan gerak.
g. Sistem integumen
Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, dan fungsi perabaan. Kaji
keadaan luka. Pada klien post operasi biasanya terdapat luka dengan panjang
tergantung dari luas luka.
h. Sistem endokrin
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau tidak pada kelenjar
getah bening, ada riwayat alergi atau tidak. Biasanya tidak ada masalah pada sistem
endokrin.
i. Sistem perkemihan
Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan dan benjolan. Pada klien
Post Operasi Vulnus/Luka biasanya tidak ada keluhan pada saat buang air kecil tetapi
kadang-kadang adanya distensi kandung kemih.
7. Pola Aktivitas
Pada klien dengan post operasi biasanya aktivitas sehari-harinya terganggu begitu
juga pada status personal hygiene akan mengalami perubahan sehingga personal
hygiene klien dibantu
oleh keluarga atau perawat di ruangan.
8. Data Penunjang
Menurut Nursalam (2008), data penunjang adalah sebagai berikut :
a. Data psikologi
Emosi klien, konsentrasi klien pada saat diajukan pertanyaan oleh perawat.
b. Data sosial
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnya baik ketika dirumah
atau dirumah sakit. Biasanya ada perubahan tingkah laku karena menahan nyeri
luka operasi yang dirasakan klien.
c. Data spiritual
Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadah selama sakit. Perlu pula
dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang
dianut klien dan bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya. Aktivitas ibadah
klien biasanya terganggu.
d. Data ekonomi
Data ekonomi klien tergantung pada tiap individu .
9. Analisa Data
Analisa data merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori-teori yang
dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian.
Menginterprestasikan data atau membandingkan dengan standar fisiologi setelah
dianalisa, maka akan didapat penyebab terjadinya masalah pada klien (Nursalam,
2008).

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Post Operasi Vulnus Punctum menurut
Mardiono (2011) dan Sumantri (2012) adalah
sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
b. Immobilisasi berhubungan dengan keterbatasan aktivitas.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko masuknya microorganisme ke tubuh.

3. Perencanaan
Tujuan, intervensi dan rasional pada pasien Post Operatif Vulnus/Luka. Perencanaan
meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi
masalah masalah yang di identifikasi pada diagnosa keperawatan. Secara tradisional
intervensi keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam
menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi. (Nursalam, 2008). Perencanaan
keperawatan menurut Mardiono (2011) dan Sumantri (2012) adalah sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Tujuan :
Nyeri berkurang
Klien terlihat tenang
Kriteria hasil :
Menunjukan relaksasi

Tabel 2.1
Nyeri
no intervensi rasionalisasi
1 Observasi TTV Untuk mengetahui keadaan umum
klien

2 Kaji skala nyeri Mengetahui tingkat/seberapa nyeri


dirasakan

3 Ciptakan lingkungan aman dan Memberikan ketenangan dan


nyaman kenyamanan

4 Ajarkan tehnik distraksi dan Mengurangi nyeri


relaksasi

5 ) Kolaborasi dengan dokter dalam Mengurangi nyeri dan mempercepat


pemberian obat analgetik proses penyembuhan

Sumber : Sumantri (2012)

b. Immobilisasi berhubungan dengan keterbatasan aktivitas


Tujuan :
Keterbatasan aktivitas teratasi.
Kriteria hasil :
Klien tidak lemah
Klien tampak beraktivitas sendiri

Tabel 2.2
Imobilisasi
no intervensi rasionalisasi
1 Kaji kemampuan klien dalam Mengetahui aktivitas yang dapat
beraktivitas dilakukan oleh klien

2 Bantu klien memilih posisi yang Memberikan rasa nyaman bagi klien
nyaman

3 Anjurkan klien melakukan aktivitas ) Agar kliean dapat beraktivitas sendiri


sesuai kemampuan

Sumber : Sumantri (2012)

c. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko masuknya microorganisme ke tubuh


Tujuan :
Tidak tejadi infeksi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tabel 2.3
Resiko Infeksi
no intervensi rasionalisasi
1 Kaji tanda-tanda infeksi Keadaan klien terpantau untuk dapat
menentukan tindakan selanjutnya
2 Cuci tangan sebelum dan sesudah Mencegah terjadinya infeksi
melakukan tindakan keperawatan

3 Lakukan perawatan luka Luka bersih dan tidak terjadi infeksi


4 Kolaborasi dengan dokter dalam Mempercepat proses penyembuhan
pemberian obat antibiotik sesuai
indikasi

Sumber : Sumantri (2012)

4. Pelaksanaan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi, disusun dan diajukan pada
nursingorder untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktorfaktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
hasil yang diamati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi yang mendapat hambatan yaitu evaluasi sumatif karena tidak dapat sepenuhnya
memantau keadaan klien selama 24 jam. Sedangkan evaluasi formatif tidak mendapat
hambatan karena masalah semua teratasi. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan pada setiap akhir satu-satuan waktu yang di dalamnya tercaup lebih dari satu
pokok bahasan. Adapun evaluasi yang menggunakan pendekatan dengan format SOAPIER
adalah :
S : Data Subjektif, adalah perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
O : Data Objektif, adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
A : Analisa, adalah interpretasi data subjektif dan data objektif.
P : Planning, adalah perencanaankeperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya.
I : Implementasi, adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intruksi yang
telah teridentifikasi dalam komponen P (perencanaan).
E : Evaluasi, adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
R : Reassesment, adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah
diketahui evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau
dihentikan. (Rohmah, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qura’an. Surat Yunus ayat 57.
RSUD Kabupaten Ciamis. (2016). Penyakit Vulnus/Luka Rawat Inap Ruang Dahlia periode
Januari s/d April 2016
Kuraesin. (2015). Standar Asuhan Keperawatan. Diakses tanggal 21 Juni 2016. Tersedia di
https://lilinrosyanti.wordpress.com
Mardiono. (2011). Pemeriksaan Diagnostik Vulnus (Luka). Diakses tanggal 21 Juni 2016.
Tersedia di kumpulanlpdidith.blogspot.co.id
Moti. (2013). Faktor –faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka. Diakses tanggal 21 Juni
2016. Tersedia di yumoti28.blogspot.co.id
Nurdin. (2010) .Perawatan Luka. Diakses tanggal 21 Juni 2016. Tersedia di http://nurdin-
perawat.blogspot.co.id/2014/11/perawatan-luka.html?m=1
Nursalam. (2008). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep Praktik. Jakarta : Salemba
Medika Potter & Perry. (2013, hal 549). Fundamental of Nursing Edisi 7 Buku 3. Jakarta : SEA
Rohmah. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Jakarta : EGC Septianraha.
(2016). Standar Asuhan Keperawatan. Diakses tanggal 19 Juni 2016. Tersedia di
https://www.slideshare.net/mobile/septianraha/askep-vulnus-luka
Setyowati,S & Murwani, A. (2008). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : EGC
Sinaga, M (2014). Prevalensi Luka Di Indoesia. Diakses tanggal 25 Juni 2016. Tersedia di
repository.usu.ac.id
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Sumantri. (2012). DUNIA KESEHATAN. Diakses tanggal 21 Juni 2106. Tersedia di
mantrinews.blogspot.co.id
Suriadi. (2007). Perawatan Luka. Edisi 1. Jakarta : EGC
Sjamsuhidayat. (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : BCG

Anda mungkin juga menyukai