Anda di halaman 1dari 8

Praktikum Keperawatan Dasar II

Dosen : Wa Ode Sri Asnaniar, S.Kep.Ns.M.Kes

LAPORAN PENDAHULUAN
PERAWATAN LUKA

OLEH

Nama Mahasiswa : Nurjannatul Ma’wa


Stambuk : 14220210007
Kelas : C1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
PENDAHULUAN
A. Defenisi Perawatan Luka
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering
dilakukan di rumah sakit yang apabila tidak dilakukan sesuai dengan
prosedur maka akan menyebabkan terjadinya infeksi klinis. Selain
terjadinya infeksi, apabila tindakan perawatan luka tidak dilakukan
sesuai dengan prosedur maka dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
diantaranya adalah syok yang ditandai dengan adanya perdarahan
disertai perubahan tanda vital, dehiscene yaitu pecahnya luka
sebagian atau seluruhnya yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh
(demam), takikardia, dan rasa nyeri pada daerah luka, evisceration
yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam ke arah luar melalui
luka yang dapat terjadi jika luka tidak segera menyatu dengan baik
atau akibat proses penyembuhan yang lambat, hingga komplikasi yang
lebih berat seperti kecacatan dan kematian.(Admin et al., 2020)
Perawatan luka dapat dilakukan dengan menggunakan terapi
pengobatan. Salah satunya adalah menggunakan selulosa mikrobial yang
dapat digunakan untuk luka maupun ulser kronik. Selulosa mikrobial dapat
membantu proses penyembuhan, melindungi luka dari cedera lebih lanjut,
dan mempercepat proses penyembuhan. Metode perawatan luka lainnya
dengan balutan madu untuk pasien trauma dengan luka terbuka, dimana
pasien tidak merasakan nyeri dibandingkan dengan penggunaan balutan
normal salinpovidon iodin. Selain itu dapat juga dilakukan modifikasi
sistem vakum dalam perawatan luka. Pemberian tekanan negatif dapat
meningkatkan pengeluaran cairan dari luka, sehingga dapat mengurangi
populasi bakteri dan udema, serta meningkatkan aliran darah dan
pembentukkan jaringan yang tergranulasi. Melalui metode ini, kondisi
pasien dapat ditingkatkan karena memberikan rasa nyaman yang lebih baik
sebelum prosedur operasi.(Purnama et al., 2018)
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma tajam atau tumpul, perubahan suhu, paparan zat
kimia, ledakan, sengatan listrik, maupun gigitan hewan. Luka dapat
menyebabkan kerusakan fungsi perlindungan kulit akibat hilangnya
kontinuitas jaringan epitel dengan atau tanpa kerusakan jaringan lain,
seperti otot, tulang, dan saraf.(Wintoko et al., 2020)
Luka dapat diklasifikasikan sebagai jenis yang berbeda, yaitu dari
luka ringan, sedang sampai parah, dari luka kecil sampai besar, dari luka
dangkal sampai luka dalam, dari luka tidak menular sampai infeksi, dari
luka bakar, memar, luka pisau, crush injury, luka tertusuk jarum, hingga
luka tembak, dari luka akut hingga kronis. Luka akut seperti abrasi ringan,
luka pisau, luka lepuh ringan, kulit pecah, dan luka tahap awal setelah
operasi terjadi secara tiba-tiba dan membutuhkan waktu yang lebih cepat
untuk sembuh, yaitu dua sampai tiga minggu. Luka kronis seperti luka
ulseratif, ulkus kaki diabetik, ulkus vena ekstremitas inferior, ulkus arteri
ekstremitas inferior, cedera radiasi kronis dan luka bakar dalam atau
melepuh adalah luka dengan proses penyembuhan yang berlangsung lebih
lama, yaitu empat sampai enam minggu.(Wintoko et al., 2020)
B. Tujuan Perawatan Luka
Tujuan dari perawatan luka adalah mencegah infeksi dari
masuknya mikroorganisme ke dalam kulit, mencegah bertambahnya
kerusakan jaringan, dan mempercepat penyembuhan.(Admin et al.,
2020)
C. Pengertian Luka
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya
cedera atau pembedahan. Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen
jaringan dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak atau
hilang Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi dua yaitu luka
disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena
radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah luka
terkena trauma. Luka yang tidak disengaja (trauma) juga dapat dibagi
menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Disebut luka tertutup jika tidak ada
robekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan dan keliatan seperti
luka abrasio (luka akibat gesekan), luka puncture (luka akibat tusukan),
dan hautration (luka akibat alat perawatan luka).(Haikal et al., 2020)
D. Perawatan Luka Akut Kronis
Perawatan luka akut dan kronis sangat berbeda. Pada luka kronik
prioritas perawatan luka adalah mengeluarkan benda asing yang dapat
bertindak sebagai fokus infeksi; melepaskan jaringan yang mengalami
devitalisasi, krusta yang tebal, pus, menyediakan temperatur,
meningkatkan pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Seringkali
hal ini memerlukan bahan perawatan luka yang harus disesuaikan dengan
karakteristik luka klien. Pada awalnya para ahli berpendapat bahwa
penyembuhan luka akan sangat baik bila luka dibiarkan tetap kering .
Mereka berpikir bahwa infeksi bakteri dapat dicegah apabila seluruh
cairan yang keluar dari luka terserap oleh pembalutnya. Akibatnya
sebagian besar luka dibalut oleh bahan kapas pada kondisi kering.
Penyembuhan luka menjadi dasar diketahuinya konsep “Moist
Wound Healing”. ”Moist Wound Healing” adalah metode untuk
mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan
kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat
terjadi secara alami. Munculnya konsep “Moist Wound Healing” disertai
dengan teknologi yang mendukung, hal tersebut menjadi dasar munculnya
pembalut luka modern.(Haikal et al., 2020)
E. Pencucian Luka
Langkah pertama pada perawatan luka adalah membuka balutan luka
yang dilanjutkan pencucian luka. Langkah ini mengawali perawatan luka
sebelum dilakukan pengkajian luka. Pencucian luka merupakan salah satu
hal yang sangat penting dalam perawatan luka. Pencucian luka dibutuhkan
untuk membersihkan luka dari mikroorganisme, benda asing, jaringan mati
selain itu pencucian luka dapat memudahkan perawat dalam melakukan
pengkajian luka sehingga perawat dapat dengan tepat menentukan tujuan
perawatan luka dan pemilihan balutan. Pencucian luka yang baik dan
benar akan mengurangi waktu perawatan luka atau mempercepat proses
penyembuhan luka. Begitu pentingnya pencucian luka ini sehingga harus
mendapat perhatian khusus dari seorang perawat luka. Walaupun
demikian, perawat harus berhati-hati dalam pemilihan cairan pencuci luka
karena tidak semua cairan pencuci luka baik dan tepat untuk setiap luka
sama halnya dengan pemilihan balutan. Pemilihan cairan pencuci luka
berdasarkan kondisi luka dan tujuan pencucian luka tersebut, jangan
sampai pencucian luka yang dilakukan mengganggu proses penyembuhan
luka itu sendiri. Bila tujuannya untuk mengatasi infeksi maka cairan
pencuci dapat menggunakan antiseptik, bila untuk menghilangkan benda
asing beri H2O2 dst, dan tidak berlaku untuk luka akut tanpa infeksi, atau
luka granulasi.(Mustamu et al., 2020)
1. Teknik Pencucian Luka
a. Swabing dan Scrubing
Teknik swabing (usap) dan scrubing (gosok) sering
dilakukan pada luka akut atau kronis. Teknik swabing dan
scrubing memungkinkan untuk melepaskan kotoran yang
menempel pada luka dengan mudah. Namun teknik ini
tidak di anjurkan pada luka yang granulasi karena dapat
merusak proses proliferasi jaringan.
b. Penyiraman, Irigasi
Teknik penyiraman (showering) adalah teknik
pencucian yang paling sering digunakan. Tekanan yang
tepat pada penyiraman, dapat mengangkat bakteri yang
terdapat pada luka, dapat mengurangi kejadian trauma, dan
dapat juga mencegah terjadinya infeksi silang. Sedangkan
teknik irigasi dilakukan pada luka yang memiliki rongga
atau luka yang terdapat pada rongga tubuh misalnya, mulut,
hidung, servix dan lain-lain.
c. Rendam
Teknik perendaman biasanya dilakukan pada luka
dengan balutan yang melekat. Teknik ini dapat mengurangi
nyeri saat pelepasan balutan. Teknik ini juga dilakukan
pada daerah-daerah yang sukar di jangkau dengan pinset.
(Mustamu et al., 2020)
F. Jenis-Jenis Luka
Jenis luka berdasarkan penyebabnya:
a. Luka lecet (Vulnus Excoriasi )
Luka ini akibat gesekan dengan benda keras misalnya
terjatuh dari motor sehingga terjadi gesekan antara anggota tubuh
dengan aspal. Dimensi luka yaitu hanya memiliki panjang dan
lebar, namun biasanya mengenai ujung-ujung syaraf nyeri di kulit
sehingga derajat nyeri biasanya lebih tinggi dibanding luka robek.
b. Luka sayat (Vulnus scissum)
Jenis luka ini disebabkan oleh sayatan benda tajam
misalnya logam atau kayu. Luka yang dihasilkan tipis dan kecil,
yang juga bisa disebabkan karena di sengaja dalam proses
pengobatan
c. Luka robek atau parut (Vulnus laseratum)
Luka jenis ini biasa karena benda keras yang merusak
permukaan kulit misalnya terjatuh, terkena ranting pohon, atau
terkena batu sehingga menimbulkan robekan pada kulit. Dimensi
luka panjang, lebar dan dalam.
d. Luka tusuk (Vulnus punctum)
Luka terjadi akibat tusukan benda tajam, berupa luka kecil
dan dalam. Pada luka ini perlu diwaspadai adanya bakteri
clostridium tetani benda tajam/logam yang menyebabkan luka.
e. Luka gigitan (Vulnus morsum)
Luka jenis ini disebabkan gigitan gigi, baik itu oleh
manusia ataupun binatang seperti serangga, ular, dan binatang
buas. Perlu diwaspadai luka akibat gigitan dari ular berbisa yang
berbahaya.
f. Luka bakar (Vulnus combustion)
Luka atau kerusakan jaringan yang timbul karena suhu
tinggi. Penanganan jenis luka ini didasarka pada empat stadium
luka dan prosentase permukaan tubuh yang terbakar. (Oktaviani et
al., 2019)

Jenis luka berdasarkan kontaminasi:

a. Luka Bersih (Clean Wounds)


Luka bersih adalah luka bedah (luka sayat elektif dan steril)
yang tidak terinfeksi. Luka tidak mengalami proses peradangan
(inflamasi) dan juga tidak terjadi kontak dengan sistem pernafasan,
pencernaan, genital dan urinaria yang memungkinkan infeksi.
b. Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds)
Jenis luka ini adalah luka pembedahan (luka sayat elektif)
dimana terjadi kontak dengan saluran respirasi, pencernaan, genital
atau perkemihan dalam kondisi terkontrol. Potensi kontaminasi,
bisa terjadi walau tidak selalu, oleh flora normal yang
menyebabkan proses penyembuhan lebih lama.
c. Luka terkontaminasi (Contamined Wounds)
Luka terkontaminasi adalah luka terbuka, fresh, luka
robek/parut akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna.
d. Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds)
Luka kotor atau infeksi adalah terdapatnya mikroorganisme
pada luka akibat proses pembedahan pembdahan yang sangan
terkontaminasi. Kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini
akan semakin besar dengan adanya mikroorganisme tersebut.
(Oktaviani et al., 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Admin, Lisma Sari, & Oscar Ari Wiryansyah. (2020). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Perawatan Luka Terhadap Kepatuhan Perawat Dalam Prosedur
Perawatan Luka. Jurnal Kesehatan Dan Pembangunan, 10(19), 44–55.
https://doi.org/10.52047/jkp.v10i19.60

Haikal, Z., Kadriyan, H., Syamsun, A., Rosyidi, R. M., Taufik, A., & Zulkarnaen,
D. A. (2020). Sosialisasi Perawatan “ Luka Modern ” Pada Anggota Pmr
Wira Se-Kota Mataram. Prosiding PEPADU 2020, Seminar Nasional
Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2020. LPPM Universitas Mataram,
2, 170–174.

Mustamu, A. C., Mustamu, H. L., Hasim, N. H., Hidayat, S., R, N. M., Astuti, P.,
Ponirah, Antia, Wintoko, R., Dwi, A., Yadika, N., Aminuddin, M.,
Sholichin, Sukmana, M., & Nopriyanto, D. (2020). Modul Perawatan luka. In
Ijonhs (Vol. 1, Issue perawatan luka).
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jkm/article/download/
987/413/

Oktaviani, D. J., Widiyastuti, S., Maharani, D. A., Amalia, A. N., Ishak, A. M., &
Zuhrotun, A. (2019). Review: Bahan Alami Penyembuh Luka.
Farmasetika.Com (Online), 4(3), 44.
https://doi.org/10.24198/farmasetika.v4i3.22939

Purnama, H., Sriwidodo, & Ratnawulan, S. (2018). Review Sistematik: Proses


Penyembuhan dan Perawatan Luka. Farmaka, 15(2), 251–256.

Wintoko, R., Dwi, A., & Yadika, N. (2020). Manajemen Terkini Perawatan Luka
Update Wound Care Management. JK Unila, 4, 183–189.

Anda mungkin juga menyukai