Anda di halaman 1dari 4

SOP VULNUS LACERATUM

No. Dokumen : 02/01/2018


No. Revisi :
Tgl Mulai Berlaku :
SOP
Halaman :

Puskesmas dr. Intan S.Tompo


Lawanga Nip 197802032007012020

Vulnus adalah keadaan


.1 Pengertian

terjadinya
diskontinuitas jaringan,
dapat ditimbulkan
oleh berbagai macam
akibat trauma,
meliputi luka robek
(laserasi), luka
akibar gesekan (abrasi),
luka akibat tarikan
(avulsi), luka tembus
(penetrasi),
gigitan, luka bakar dan
pembedahan.
Vulnus adalah keadaan
terjadinya
diskontinuitas jaringan,
dapat ditimbulkan
oleh berbagai macam
akibat trauma,
meliputi luka robek
(laserasi), luka
akibar gesekan (abrasi),
luka akibat tarikan
(avulsi), luka tembus
(penetrasi),
gigitan, luka bakar dan
pembedahan.
Vulnus laseratum: luka robek adalah luka dengan tepi yang
tidak beraturan atau compang-camping biasanya karena
tarikan atau goresan benda tumpul.
2. Sebagai acuan tatalaksana Vulnus Laceratu
Tujuan

3. SK Kepala Puskesmas Lawanga


Kebijakan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


4. HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Referensi
Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

 Alat
a. Tensimenter
b. Stetoskop
c. Bak instrument
d. Termometer
e. Oxymeter
5. Alat dan
 Bahan
Bahan
a. Larutan ioduim Povidon 1%
b. Alkohol
c. Cairan bilas/infus (Nacl 0,9% atau RL)
d. Kassa steril
e. Plester/Hipafix
f. Obat emergency
6. Langkah – 1. Petugas menjelaskan inform consent
Langkah 2. Melakukan Anamnesis Penting untuk menentukan cara
Prosedur penganganan dengan menanyakan dimana,
bagaimana, dan kapan luka terjadi. Hal ini dilakukan
untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya
kontaminasi dan menentukan apakah luka akan ditutup
secara primer atau dibiarkan terbuka.
3. Pemeriksaan Fisik - Lokasi: penting sebagai petunjuk
kemungkinan adanya cedera pada struktur yang lebih
dalam.
4. Eksplorasi: dikerjakan untuk menyingkirkan
kemungkinan cedera pada struktur yang lebih dalam,
menemukan benda asing yang mungkin tertinggal pada
luka serta menentukan adanya jaringan yang telah mati
Penatalaksanaan:
Tindakan Antisepsis
Daerah yang akan dibersihkan harus lebih besar dari
diameter luka. Prinsip saat menyucihamakan kulit adalah
mulai dari tengahdan bekerja ke arah luar dengan
pengusapan secara spiral dimana daerah yang telah
dibersihkan tidak boleh diusap lagi menggunakan kassa
yang telah digunakan tersebut. Larutan antiseptik yang
digunakan adalah povidone iodine 10%
Pembersihan Luka
 Irigasi sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk
membuang jaringan mati dan benda asing
(debridement) sehingga akan mempercepat
penyembuhan. Irigasi dilakukan dengan
menggunakan cairan garam fisiologis atau air bersih.
Lakukan secara sistematis dari lapisan superfisial ke
lapisan yang lebih dalam.
 Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua
jaringan mati. Tepi yang compang-camping
sebaiknya dibuang.
 Beri antiseptik.
 Bila perlu tindakan penjahitan, perlu diberikan
anestesia lokal.
Penjahitan Luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta
berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer. Sedangkan
luka yang terkontaminasi berat dan/atau tidak berbatas
tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per secundam atau per
tertiam.
Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang drain.
Drain dapat dibuat dari guntingan sarung tangan.fungsi
drain adalah untuk mengalirkan cairan keluar (darah atau
serum) pada dead space.
Penutupan Luka
Prinsip dalam menutup luka adalah mengupayakan kondisi
lingkungan yang baik pada luka sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal. Fungsi kulit adalah
sebagai sarana pengatur penguapan cairan tubuh dan
sebagai barier terhadap bakteri patogen. Pada luka fungsi
ini menurun oleh karena proses inflamasi atau bahakan
hilang sama sekali (misalnya pasa kehilangan kulit akibat
luka bakar) sehingga untuk membantu
mengembalikanfungsi ini, perlu dilakukan penutupan luka.
Penutupan luka yang terbaik adalah dengan kulit (skin graft,
flap). Bila tidak memungkinkan maka sebagai alternatif
digunakan kassa (sampai luka menutup dan dilakukan
pentupan dengan kulit).
Fungsi balutan antara lain:
 Sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi.
 Mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam
proses penyembuhab, menciptakan kelembaban,
sebagai kompres, menyerap eksudat/produk lisis
jaringan (adsorben).
 Sebagai fiksasi, mengurangi pergerakan tepi-tepi luka
sampai pertautan terjadi.
 Efek penekanan mencegah berkumpulnya rembesan
darah yang menyebabkan hematom.
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka
sangatbergantung pada penilaian kondisi luka. Luka sayat,
bersih, ukuran kecil yang dapat mengalami oroses
penyembuhan primam tidak perlu penutup/pembalut.
Sebaliknya pada luka luas dengan kehilangan kulit atau
disertai eksudasi dan produk lisis jaringan memerlukan
penggantian balutan sampai 5-6 kali sehari.
Prinsipnya adalah pada luka bersih tidak perlu diberikan
antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka
perlu diberikan antibiotik.

Diagram -
7.
Alir
UGD
8. Unit terkait

1. Rekam Medis
9. Dokumen
2. Inform Consent
terkait

Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tgl mulai


10 diberlakukan
Historis

Anda mungkin juga menyukai