Anda di halaman 1dari 4

VULNUS LASERATUM

No. Dokumen : 445.4/SOP 128/KRA/2018


No. Revisi :0
SOP
Tanggal terbit : 12/04/2018
Halaman : 1/4

UPTD Puskesmas ENJANG NURJAMIL


Karanganyar NIP. 19740424 199503 1 002

Vulnus laseratum/luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak


1.Pengertian
beraturan atau compang-camping biasanya karena tarikan atau
goresan benda tumpul.
Sebagai pedoman petugas didalam melakukan tindakan
2.Tujuan
penatalaksanaan vulnus laseratum.
Surat keputusan Kepala UPTD Puskesmas Karanganyar Nomor
3.Kebijakan
445.4/SOP 012/KRA/2018 tentang Pelayanan Klinis.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 514 Tahun 2015
4.Referensi Tentang Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
1. Petugas mengidentifikasi pasien
2. Petugas melakukan anamnesa untuk menentukan cara
penanganan dengan menanyakan dimana, bagaimana,
dan kapan luka terjadi. hal ini dilakukan untuk
memperkirakan kemungkinan terjadinya kontaminasi dan
menentukan apakah luka akan ditutup secara primer atau
dibiarkan terbuka
3. Petugas melakukan hand hygiene dan menggunakan APD
(sarung tangan)
4. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign
5. Untuk menemukan data subjektif, objektif dan
5.Prosedur menemukan kemungkinan adanya : Luka tidak teratur,
Jaringan rusak, Bengkak, Perdarahan, Akar rambut
tampak tercabut atau hancur, Tampak lecet atau memar di
setiap luka Petugas melakukan pemeriksaan fisik untuk
menemukan kemungkinan adanya cedera pada struktur
yang lebih dalam dan Petugas mengeksplorasi untuk
menyingkirkan kemungkinan cedera pada struktur yang
lebih dalam, menemukan benda asing yang mungkin
tertinggal pada luka serta menentukan adanya jaringan
yang telah mati
6. Penatalaksanaan
a. Tindakan antiseptik

1/4
Petugas harus melakukan pengusapan daerah yang akan
dibersihkan harus lebih besar dari diameter luka, prinsip saat
menyucihamkan kulit adalah mulai dari tengah dan bekerja ke
arah luar dengan pengusapan secara spiral dimana daerah yang
telah dibersihkan tidak boleh diusap lagi menggunakan kassa
yang telah digunakan tersebut. Larutan antisepticyang
digunakan adalah povidone iodine 10%
b. Pembersihan luka
 Petugas melakukan tindakan irigasi sebanyak-banyaknya
dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda
asing (debridement) sehingga akan mempercepat
penyembuhan. Irigasi dilakukan dengan menggunakan
cairan garam fisiologis atau air bersih. Lakukan secara
sistematis dan lapisan superfisial ke lapisan yang lebih
dalam.
 Petugas menghilangkan semua benda asing dan eksisi
semua jaringan mati, tepi yang compang-camping
sebaiknya dibuang.
 Petugas memberikan antiseptic
 Bila perlu tindakan penjahitan, petugas perlu memberikan
anestesi lokal dan memonitor pasien pra anestesi, sedang
anestesi dan pasca anestesi.
c. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur
kurang dari 8 jam boleh dijahit primer. Sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya
dibiarkan sembuh per secundam atau pertertiam.
Pada lukainfeksi misalnya insisi abses, dipasang drain. Drain
dapat dibuat dari guntingan sarung tangan. Fungsi drain adalah
untuk mengalirkan cairan keluar ( darah atau serum ) pada dead
space.
d. Penutupan luka
Petugas harus menggunakan prinsip dalam menutup luka untuk
mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga
proses penyembuhan berlangsung optimal. Fungsi kulit adalah
sebagai sebagai sarana pengatur penguapan cairan tubuh dan
sebagai barier terhadap bakteri patogen. Pada luka fungsi ini
menurun oleh karena proses inflamasi atau bahkan hilang sama
sekali (misalnya pasa kehilangan kulit akibat luka bakar)
sehingga untuk membantu mengembalikan fungsi ini,
perludilakukan penutupan luka. Penutupan luka yang terbaik

2/4
adalah dengan kulit (skin graft, flap). Bila tidak memungkinkan
maka sebagai alternatif digunakan kassa (sampai luka menutup
dan dilakukan penutupan dengan kulit).
e. Pembalutan
Fungsi balutan antara lain:
 Sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi.
 Mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam
proses penyembuhan, menciptakan kelembaban, sebagai
kompres, menyerap eksudat/ produk lisis jaringan
(adsorben).
 Sebagai fiksasi, mengurangi pergerakan tepi-tepi luka
sampai pertautan terjadi.
 Efek penekanan mencegah berkumpulnya rembesan darah
yang menyebabkan hematom.
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat
bergantung pada penilaian kondisi luka. Luka sayat, bersih,
ukuran kecil yang dapat mengalami oroses penyembuhan prima
tidak perlu penutup/ pembalut. Sebaliknya pada luka luas
dengan kehilangan kulit atau disertai eksudasi dan produk lisis
jaringan memerlukan penggantian balutan sampai 5-6 kali
sehari.
f. Pemberian antibiotik dan ATS / Toksoid
Prinsipnya adalah pada luka bersih tidak perlu diberikan
antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu
diberikan antibiotik. Luka merupakan media yang baik bagi
perkembang biakkan bakteri-bakteri anaerob (misalnya luka
tusuk, luka menggaung, terkontaminasi bahan-baahan yang
merupakan media yang baik untuk berkembangnya kuman
anaerob seperti karat, kotoran kuda) memerlukan pemberian ATS
/ Toksoid
7. Petugas membereskan alat-alat dan dan bahan, dan
melakukan hand hygiene
8. Petugas melakukan edukasi pada pasien untuk menjaga
lukanya supaya tidak basah dan tidak kotor,
menganjurkan kontrol 3 hari kemudian
9. Petugas mendokumentasikan seluruh hasil anamnesa,
pemeriksaan, diagnosa tindakan dan terapi kedalam
rekam medis pasien.
6.Diagram Alir -
7.Hal-hal yang
-
harus

3/4
diperhatikan
1. Ruangan pemeriksaan umum
8.Unit terkait 2. Ruangan gawat darurat
3. Ruang farmasi
1. Rekam Medis
9.Dokumen terkait 2. Lembar monitoring tindakan
3. Informed Consent
10.Rekaman
Yang Isi Tanggal mulai
Historis No
diubah perubahan diberlakukan
Perubahan

4/4

Anda mungkin juga menyukai