Anda di halaman 1dari 35

TUTORIAL KLINIK

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh


Program Pendidikan Prefesi Dokter (PPPD)
Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman RS.Bhayangkara Semarang

Oleh:

1. Ajar Marhaendro D 11. Dicky Fitriyadi


2. Aulia Eksisi 12. Vaya Mahdiya Izzati
3. Afifah Nur Kartikasari 13. Ayu Rachmania Mentari P
4. Dian Widya 14. Novia Aulia R
5. Denisa Jauhanita 15. M. Kemal Thoriq M.P
6. Adhiyaksa 16. Elsanita Happy F
7. Rahman Inash 17. Salsa Febriana Y
8. M. Rofiq Anwar 18. Lura Sativa
9. Subhan Darojat 19. Reza Firgina
10. Annisaul F 20. Ardyman Destyone

Pembimbing:

Dr. Ratna Relawati, Sp. F, M.Si, Med

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2014
BAB I

PENDAHULUAN

Peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia

banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan

yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri.

Nyawa seolah - olah telah menjadi sesuatu yang tidak ada harganya. Bahkan, ada beberapa

manusia yang mulai kehilangan naluri kemanusiaan. Hal ini terbukti dengan maraknya kasus

pembunuhan yang dilakukan oleh sesama manusia (Megawati, 2008). Pembunuhan masih

merupakan masalah di Indonesia. Banyaknya kasus pembunuhan kebanyakan

dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor ekonomi, sosial, agama, politik,

bahkan konflik pribadi sekalipun. Menurut Brigjen Iskandar Hasan (2010), angka

kriminalitas di Indonesia sampai saat ini terus meningkat.

Data dari Bareskrim Mabes Polri menunjukkan, pada Januari-Mei 2008, pembunuhan di

Indonesia secara kuantitas meningkat yaitu, sudah mencapai 559 kasus. Sementara

disepanjang tahun 2007, terjadi 941 pembunuhan. Dengan demikian dalam 5 bulan di 2008,

jumlah kejadian pembunuhan sudah melampaui 50 persen jumlah di tahun 2007. Badan

Statistik Jatim mencatat, dalam 5 tahun terakhir, kasus pembunuhan rata-rata mencapai diatas

150 kejadian. Selain pembunuhan, kasus penganiayaan berat yang sering mengakibatkan

korbannya mengalami luka permanen atau cacat tercatat diatas 1.000 kasus dalam 5 tahun

terakhir (Anton, 2008).

Pelaku pembunuhan biasanya melakukan aksinya bisa dengan berbagai cara, yaitu

dengan benda mekanik misalnya benda tajam yang diiriskan, dibacokkan, ditusukkan, dan

ditembakkan. Bisa juga menggunakan benda tumpul yang dapat mengakibatkan memar, luka
lecet, dan luka robek (Dahlan, 2000). Ciri pembunuhan biasanya daerah yang terkena di

sembarang tempat, terdapat luka tangkisan, dan pakaian yang terkena sesuai lukanya. Hal ini

dapat dibedakan dengan bunuh diri, yaitu daerah yang terkena pada daerah vital (yang

memungkinkan kematian dengan cepat), terdapat luka tentative, pakaian yang menutupi luka

tidak ikut robek oleh senjata (FKUNDIP, 2000).

Di dalam KUHP yang berlaku di Indonesia pada buku II bab XIX diatur mengenai

tindak pidana pembunuhan, yang ditempatkan oleh pembentuk undang-undang mulai dari

Pasal 338 KUHP sampai dengan Pasal 350 KUHP. Tindak pembunuhan biasa merupakan

bentuk dasar dari pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan biasa menurut Pasal 338 KUHP,

yaitu : “Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Pembunuhan yang

diikuti, disertai, atau didahului oleh tindak pidana lain atau tindak pidana dengan pemberatan

berada dalam Pasal 339 KUHP. Sedangkan tindak pidana berencana terdapat dalam KUHP

pada Pasal 340 KUHP (Anonim, 2011).

Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini di tingkat

lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai

ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara

tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dalam hal terdapat

korban, baik yang masih hidup maupun yang meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan

seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang

menangani kasus tersebut. Dokter yang membantu dalam proses peradilan ini berbekal

pengetahuan yang dimilikinya yang terhimpun dalam khazanah Ilmu Kedokteran Forensik

(FKUI, 1997).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.TRAUMATOLOGI

2.1.1. Definisi

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang

dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan

tubuh akibat kekerasan (FKUI,1997).Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang

dapat menimbulkan efek fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka-luka,

yang kalau diperiksa dengan teliti akan dapat diketahui jenis penyebabnya, yaitu

benda-benda mekanik, benda-benda fisik, kombinasi benda mekanik dan fisik,

zat kimia korosif (Dahlan, 2000).

2.1.2. Jenis penyebab trauma

2.1.2.1. Mekanik

 Benda tajam

 Benda tumpul

 Benda yang mudah pecah (kaca)

2.1.2.2. Benda benda fisik

 Benda bersuhu rendah

 Benda bersuhu tinggi

 Sengatan listrik

 Petir
 Tekanan

2.1.2.3. Kombinasi benda mekanik dan fisik

Luka tembak

2.1.2.4. Zat kimia korosif

 Golongan asam

 Golongan basa

2.1.3. Mekanisme luka

Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas

jaringanatau kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika.

Hukum fisikayang terkenal dimana kekuatan = ½ masa x kecepatan. Faktor

lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan.Kekuatan dari

masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada daerahyang lebih kecil

menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Padaluka tusuk, semua

energi kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadiperlukaaan,

sementara dengan energi yang sama pada pukulan oleh karenatongkat

pemukul kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar(Megawati, 2008).

Efek darikekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan

menyebabkanpenekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang

terjadi tergantungtidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga

target jaringannya. Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang

disebabkan pada traumamekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal

ini terjadi akibat adanyatransfer energi dari luar menuju jaringan. Kerusakan

yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang

juga akan menghamburkaanpanas, suara serta gangguan mekanik lainnya.


Energi kinetik ini akanmengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan

sehingga terjadi laserasi,kerusakan terjadi bila terdapat ruptur pembuluh darah

atau struktur lainnya danterjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter

peluru.Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan peluru

yangmenembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi

jikaterjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan

mengakibatkankerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka. Dengan

adanya lesatanpeluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga

disebabkan gerakansentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan

diameter rongga ini lebihbesar dari diameter peluru, dan rongga ini akan

mengecil sesaat setelah peluruberhenti, dengan ukuran luka tetap

sama(Megawati, 2008).

Organ dengan konsistensi yang padattingkat kerusakan lebih tinggi

daripada organ berongga. Efek luka jugaberhubungan dengan gaya gravitasi.

Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanyakerusakan sekunder seperti infark

dan infeksi(Megawati, 2008).

2.1.4. Kontek peristiwa penyebab luka

2.1.4.1. Pembunuhan

Ciri-ciri lukanya adalah

- Lokasi lukanya di sembarang tempat, yaitu di daerah

yangmematikanmaupun yang tidak mematikan.

- Lokasi tersebut di daerah yang dapat dijangkau maupun

yangtidak dijangkau oleh tangan korban.

- Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata.


- Dapat ditemukan luka tangkisan, yaitu pada korban yang sadar

ketika mengalami serangan. Luka tangkisan tersebut terjadi

akibatreflek menahan serangan sehingga letak luka tangkisan

biasanya pada lengan bawah bagian luar.

2.1.4.1. Bunuh diri

Ciri-ciri lukanya adalah

- Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat

- Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan

- Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata

- Ditemukan luka-luka percobaan

Luka percobaan tersebut terjadi karena yang bersangkutan

masih ragu-ragu atau karena sedang memilih letak senjata yang pas

ambil mengumpulkan keberaniannya, sehingga ciri-ciri luka

percobaan adalah :

- Jumlahnya lebih dari satu

- Lokasi di sekitar luka yang mematikan

- Kualitas lukanya dangkal

- Tidak mematikan

2.1.4.3. Kecelakaan

Jika ciri-ciri luka yang ditemukan tidak menggambarkan

pembunuhan atau bunuh diri maka kemungkinannya adalah

akibat kecelakaan. Untuk lebih memastikannya perlu dilakukan

pemeriksaan di tempat kejadian.


2.1.5. Luka yang diakibatkan oleh benda tajam

Ciri-ciri luka yang diakibatkan oleh benda tajam, yaitu sebagai berikut

 Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing

 Bila ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan,

tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus atau sedikit

lengkung

 Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan

 Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar

Dengan melihat bentuk serta ciri-ciri luka, dapat pula diketahui cara benda

penyebabnya digunakan. Sudah barang tentu tergantung dari jenis penyebab luka

tersebut.

2.1.6. Untuk senjata tajam, menurut Dahlan (2000), cara senjata itu digunakan

dapat dibedakan yaitu:

2.1.6.1. Diiriskan

Diiriskan artinya, mata tajam dari senjata tajam tersebut ditekankan

lebih dahulu ke suatu bagian dari tubuh dan kemudian digeser ke arah

yang sesuai dengan arah senjata.

Luka yang ditimbulkannya merupakan luka iris, yang ciri-cirinya:

- Sesuai cirri-ciri umum luka akibat benda tajam.

- Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka.


2.1.6.2. Ditusukkan

Ditusukkan artinya, bagian ujung dari senjata tajam

ditembakkan pada suatu bagian dari tubuh dengan arah tegak lurus

atau miring dan kemudian ditekan kedalam tubuh sesuai arah tadi.

2.1.6.3. Di bacokkan

Istilah dibacokkan mengandung pengertian bahwa senjata

tajam yang ukurannya relatif besar dan diayunkan dengan tenaga

yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut mengenai suatu

bagian dari tubuh. Tulang- tulang dibawahnya biasanya berfungsi

sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka.

Luka yang ditimbulkannya merupakan luka bacok, yang ciri-

cirinya:

- Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam.

- Ukuran luka besar dan menganga.

- Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka.

- Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka.

Jika senjata luka yang digunakan tidak tajam, maka disekitar

garis batas luka terdapat memar.

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat

luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa

garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau,

golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu,

bahkan tepi kertas atau rumput (FKUI, 1997).

Selain gambaran umum luka tersebut di atas, luka iris atau

sayat dan luka bacok mempunyai kedua sudut lancip dan dalam luka
tidak melebihi panjang luka.Sudut luka yang lancip dapat terjadi dua

kali pada tempat yang berdekatan akibat pergeseran senjata sewaktu

ditarik atau akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar,

dapat menghasilkan luka yang tidak selalu berupa garis (FKUI, 1997).

Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya

tidak menunjukkan adanya luka lecet atau luka memar, kecuali bila

bagian gagang turut membentuk kulit (FKUI, 1997).

Umumnya luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus

pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan mamiliki ciri-ciri berikut :

Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan

Lokasi Sembarang Terpilih Terpapar

luka

Jumlah Banyak Banyak Tunggal/banyak

luka

Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena

Luka Ada Tidak ada Tidak ada

tangkis

Luka Tidak ada Ada Tidak ada

percobaan

Cidera Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada

sekunder
Ciri-ciri pembunuhan diatas dapat dijumpai pada kasus

pembunuhan yang disertai perkelahian. Tetapi bila tanpa perkelahian

maka lokasi luka biasanya pada daerah fatal dan dapat tunggal.

Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan

korban dan ummnya ditemukan pada telapak tangan dan punggung

tangan, jari tangan, punggung lengan bawah, dan tungkai.

Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan

untuk melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat

letak/lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi

biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain,

dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya.

Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan

pada tempat yang cepat mematikan misalnya leher, dada kiri,

pergelangan tangan, perut, dan lipat paha. Bunuh diri dengan senjata

tajam tentu saja akan mengahsilkan luka-luka pada tempat yang

tejangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian

karena umumnya korban menyingkap pakaian terlebih dahulu.

Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang

menggunakan senjata tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan

korban. Luka percobaan tersebut dapat berupa luka sayat atau luka

tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya sejajar.

Yang dimaksud dengan kecelakaan pada tabel diatas adalah

kekerasan tajam yang terjadi tanpa unsur kesengajaan misalnya

kecelakaan industri, kecelakaan pada kegiatan sehari-hari, sedangkan


cidera sekunder adalah cidera yang terjadi bukan akibat benda tajam

penyebabnya misalnya luka yang terjadi akibat terjatuh (FKUI, 1997).

2.1.7. WaktuTerjadinya Luka

Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting

bagikeperluan penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat

hukumterdakwa serta untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak

kasusinformasi tentang waktu terjadinya kekerasan akan dapat digunakan

sebagaibahan analisa guna mengungkapkan banyak hal, terutama yang

berkaitandengan alibi seseorang.

2.1.7.1. Luka ante mortem atau post mortem.

Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaannya

ialah lukaitu terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab

pertanyaan tersebutperlu dicari ada tidaknya tanda-tanda intravital. Jika

ditemukan berarti luka terjadi sebelum mati dan demikian pula

sebaliknya. Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan

tanda yang menunjukkan bahwa :Jaringan setempat masih hidup ketika

terjadi trauma.

Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam

keadaan hidup ketika terjadi trauma antara lain:

a. Retraksi jaringan. Terjadi karena serabut-serabut elastis di

bawah kulitterpotong dan kemudian mengkerut sambil menarik

kulit di atasnya. Jikaarah luka memotong serabut secara tegak

lurus maka bentuk luka akanmenganga, tetapi jika arah luka


sejajar dengan serabut elastis maka bentukluka tidak begitu

menganga.

b. Retraksi vaskuler. Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk

intravitalberupa : Kontusio atau memar.

c. Retraksi mikroorganisme (infeksi). Jika tubuh dari orang masih

hidupmendapat trauma maka pada daerah tersebut akan terjadi

aktivitasbiokimiawi berupa :

 Kenaikan kadar serotinin (kadar maksimal terjadi 10

menit sesudahtrauma).

 Kenaikan kadar histamine (kadar maksimal terjadi 20-

30 menit sesudahtrauma).

 Kenaikan kadar enzime yang terjadi beberapa jam

sesudah traumasebagai akibat dari mekanisme

pertahanan jaringan.

Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma. Jika organ

dalam (jantungatau paru) masih dalam keadaan berfungsi ketika

terjadi trauma maka tanda-tandanya antara lain :

a. Perdarahan hebat ( profuse bleeding )

b. Emboli udara.

c. Emboli lemak.

d. Pneumotorak.

e. Emfisema kulit krepitasi.

2.1.8. Akibat trauma

Menurut Dahlan (2010), kelainan yang terjadi akibat trauma dapat dilihat

dari 2 aspek, yaitu:


2.1.8.1. Aspek medik

Berdasarkan prinsip inersia dan Gallileo Galilei, setiap benda akan tetap

terbentuk dan ukurannya sampai ada kekuatan luar yang mampu

merubahnya. Dengan dasar-dasar tadi maka dapat diterangkan

bagaimana suatu energy potensial dalam bentuk kekerasan berubah

menjadi energi kinetic yang mampu menimbulkan luka, yaitu kerusakan

jaringan yang dapat disertai atau tidak disertai oleh diskontinuitas

permukaan kulit.

Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat

berupa:

a. Kelainan fisik / organik

Bentuk dari kelainan fisik atau organik ini dapat berupa:

 Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh

 Hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu

b. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu

Bentuk dari gangguan fungsi ini tergantung dari organ atau

bagian tubuh yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi

antara lain lumpuh, buta, tuli, atau terganggunya fungsi dari organ-

organ dalam.

c. Infeksi

Seperti diketahui bahwa kulit atau membrana mukosa

merupakan barier terhadap infeksi. Bila kulit atau membrana

tersebut rusak maka kuman akan masuk lewat pintu ini. Bahkan

kuman dapat masuk lewat daerah memar atau bahkan iritasi akibat

benda yang terkontaminasi oleh kuman. Jenis kuman dapat berupa


streptococus, staphylococus, eschericia coli, proteus vulgaris,

clostridium tetani serta kuman yang menyebabkan gas gangren.

d. Penyakit

Trauma sering dianggap sebagai precipitating factor terjadinya

penyakit jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan

dan masih dalam kontroversi.

e. Kelainan psikis

Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak,

kemungkinan dapat menjadi precipitating factor bagi terjadinya

kelainan mental yang spektrumnya amat luas, yaitu dapat berupa

compensational neurosis, anxiety neurosis, dementia precox primer

(schizophrenia), manic depressive, atau psikosis. Kepribadian serta

potensi individu untuk terjadinya reaksi mental yang abnormal

merupakan faktor utama timbulnya gangguan mental tersebut.

2.1.8.2.Aspek yuridis

Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai

atau tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma maka

dari sudut hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh

suatu tindak pidana, baik yang bersifat sengaja, ceroboh, atau kurang

hati-hati.

Kebijakan hukum pidana didalam penentuan berat ringannya luka

tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap:

- Kesehatan jasmani

- Kesehatan rohani

- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan


- Estetika jasmani

- Pekerjaan jabatan

- Fungsi alat indra

Macam luka dipandang dari aspek yuridis:

- Luka ringan

Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit

atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata

pencahariannya.

- Luka sedang

Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau

halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata

pencahariannya untuk sementara waktu

- Luka berat

Luka berat adalah luka yang sebagaimana diuraikan didalam

pasal 90 KUHP, yang terdiri atas:

 Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh dengan

sempurna

 Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut

 Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam

menjalankan pekerjaan jabatan atau mata

pencahariannya

 Kehilangan salah satu dari panca indra

 Cacat besar atau kudung

 Lumpuh

 Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya.


 Keguguran atau kematian janin seorang perempuan

3.1. TRAUMA KEPALA

3.1.1.Definisi

Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara

langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka

di kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan

kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan

neurologis. (Penggalih, 2010).

3.1.2. Etiologi / predisposisi

a. Trauma tajam

Kerusakanterjadihanyaterbataspadadaerahdimanaitumerobekotak,

misalnyatertembakpeluru/bendatajam.

b. Trauma tumpul

Kerusakanmenyebarkarenakekuatanbenturan, biasanyalebihberatsifatnya.

c. Cederaakselerasi

Peristiwagonjatan yang

hebatpadakepalabaikdisebabkanolehpukulanmaupunbukandaripukulan.

d. Kontakbenturan (gonjatanlangsung)

e. Kecelakaanlalulintas

f. Jatuh

g. Kecelakaan industry

h. Serangan yang disebabkankarenaolah raga

i. Perkelahian.

3.1.3. Patofisiologi
Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga

kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam

terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun otak itu

sendiri.

Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan yaitu:

a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak

b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam

c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang

lain dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).

Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala

diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi

tengkorak, pergeseran otak dan rotasi otak.

Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup

dan coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan

saja pada orang-orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala.

Cedera kepala pada coup disebabkan hantaman pada otak bagian dalam

pada sisi yang terkena sedangkan contre coup terjadi pada sisi yang

berlawanan dengan daerah benturan (Anonim, 2009).

3.1.4. Klasifikasi

Cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis

dikenal 3 deskripsi klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme, berat, dan

morfologi.

Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas :


3.1.4.1 Cedera kepala tumpul, biasanya berkaitan dengan kecelakaan

lalu lintas, jatuh atau pukulan benda tumpul. Pada cedera

tumpul terjadi akselerasi dan deselerasi yang cepat

menyebabkan otak bergerak di dalam rongga cranial dan

melakukan kontak pada protuberens tulang tengkorak

3.1.4.2 Cedera tembus, disebabkan oleh luka tembak atau tusukan

(Anonim, 2009).

Berdasarkan mekanisme terjadinya trauma, dapat dibagi juga menjadi

3.1.4.3 Impact injuries

Dibedakan menjadi :

a) Trauma jaringan lunak : laserasi, abrasi, dan kontusio kulit

kepala

b) Fraktur tulang tengkorak

Terjadinya fraktur pada tulang tengkorak dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu :

 Banyaknya rambut

 Ketebalan kulit kepala

 Ketebalan tulang tengkorak

 Elastisitas tulang terhadap tempat terjadinya trauma

 Bentuk, berat dan konsistensi objek terhadap kepala

 Kecepatan objek ketika mengenai kepala

c). Kontusio otak

Terdapat 6 jenis kontusio yaitu :


1). Coup contusions : mengenai sisi otak dari tempat

terjadinya trauma

2). Coantercoup contusions : mengenai sisi otak yang

berlawanan dari tempat terjadinya trauma

3). Frakture contusions : kontusio yang disertai dengan

terjadinya fraktur tulang tengkorak

4). Intermediary coup contusions : contusio yang disertai

perdarahan pada struktur bagian dalam otak

5). Gliding contusions : hemoragik fokal pada korteks dan

jaringan substansia alba bagian dorsal

6). Herniation contusions : kontusio pada bagian medial

dari lobus temporal

d). Epidural hematom

 Tanda utamanya adalah terjadinya perdarahan epidural

 Disebabkan oleh karena trauma tulang kepala dan

mengenai pembuluh darah meningeal (terutama arteri)

 Biasanya menunjukkan gambaran tebal, seperti disk, dan

unilateral

 Gejala muncul pada 4-8 jam setelah trauma terjadi

 Sebab kematian biasanya oleh karena adanya perubahan

posisi otak karena kompresi pada batang otak

e). Perdarahan intracerebral

3.1.4.4 Acceleration/deceleration injures

a. Subdural hematomas
Disebabkan oleh karena perdarahan pada jembatan vena

parasagital yang mengisi permukaan hemisfer otak ke

sinus-sinus vena dural

Dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu :

 Hematom subdural akut : manifestasi terjadi 72 jam

setelah trauma

 Hematoma subdural subakut : manifestasi terjadi 3

hari atau 2-3 minggu setelah trauma

 Hematoma subdural kronik : manifestasi terjadi > 3

minggu setelah trauma

b. Diffuse axonal injury

 Terjadi akibat perubahan posisi otak pada kepala oleh

karena akselerasi atau deselerasi yang terjadi tiba-

tiba pada kepala

 Merupakan penyebab terjadinya koma dan kematian

pada sebagian besar pasien dengan trauma kepala

 Pada akselerasi atau deselerasi yang ringan tidak

terjadi disrupsi akson secara anatomis, hanya terjadi

disfungsi fisiologis (Vincent J, 2001).

Berdasarkan morfologinya cedera kepala dikelompokkan menjadi :

3.1.4.5 Fraktur tengkorak

Fraktur tengkorak dapat terjadi pada atap atau dasar

tengkorak. Fraktur dapat berupa garis / linear, multipel dan

menyebar dari satu titik (stelata) dan membentuk fragmen-

fragmen tulang (kominutif). Fraktur tengkorak dapat berupa


fraktur tertutup yang secara normal tidak memerlukan

perlakuan spesifik dan fraktur tertutup yang memerlukan

perlakuan untuk memperbaiki tulang tengkorak.

3.1.4.6 Lesi intrakranial

Dapat berbentuk lesi fokal (perdarahan epidural,

perdarahan subdural, kontusio, dan perdarahan intraserebral),

lesi difus dan terjadi secara bersamaan. Secara umum untuk

mendekripsikan beratnya penderita cedera kepala digunakan

GCS. Penilaian ini dilakukan terhadap respon motorik (1-6),

respon verbal (1-5), dan buka mata (1-4), dengan interval GCS

3-15.

Menutut Case (2008) patologi trauma kepala yang disengaja dapat

menimbulkan :

i. Perdarahan subdural

Jumlah perdarahan subdural mungkin sangat minim dan dalam beberapa kasus

kurang dari 5 ml atau 10 ml. Sejumlah kecil perdarahan subdural dapat

dilihat dari inspeksi jarak dekat saat autopsi ketika rongga tengkorak

yaitu calvarium dilepas. Setelah otak diambil, perdarahan subdural

biasanya terlihat dalam satu atau lebih fossa kranial selain yang terlihat

pada perdarahan subdural konveksitas atas.

Klasifikasi perdarahan subdural :

a. Perdarahan subdural akut

b. Perdarahan subdural kronis

ii. Perdarahan subarachnoid

 Hasil dari disrupsi atau gangguan vena bridging


 Biasanya berdekatan dan tampak dibawah area perdarahan subdural

akut

 Pada kasus-kasus cedera kepala yang disengaja berhubungan dengan

inersa otak

iii. Perdarahan retina

 85% pada kasus cedera kepala

 Terjadi bilateral atau unilateral, biasanya pada trauma kepala yang berat

 Retinoschisis : pemisahan lapisan retina disebabkan perpindahan cairan

viterus pada permukaan retina yang tertarik ke atas atau bergeser 

sulit diidentifikasi saat outopsi

 Pada otopsi pengambilan bola mata pada bagian piring orbital dari fosa

kranial anterior, jaringan lemak dan otot disingkirkan, bola mata

dikeluarkan dari jaringan lemak, disertai dengna mengambil saraf optik

 Terjadi pada sejumlah besar gangguan, yaitu gangguan perdarahan,

sepsis, meningitis, vaskulopati, beberapa bayi yang baru lahir, kondisi

genetika tertentu,dll.

3.1.5. Komplikasi trauma kepala

3.1.5.1. Sistem Kardiovaskuler

Trauma kepala bisa menyebabkan perubahan fungsi

jantung mencakup aktivitas atipikal miokardial, perubahan

tekanan vaskuler dan edema paru. Perubahan otonom pada

fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T, P dan

disritmia, vibrilisi atrium serta ventrikel takhikardia. Akibat

adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,


dimana penurunan tekanan vaskuler pembuluh darah arteriol

berkontraksi. Aktivitas myokard berubah termasuk

peningkatan frekuensi jantung dan menurunnya stroke work

dimana pembacaan CVP abnormal. Tidak adanya stimulus

endogen saraf simpatis mempengaruhi penurunan

kontraktilitas ventrikel. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya

penurunan curah jantung dan meningkatkan atrium kiri,

sehingga tubuh akan berkompensasi dengan meningkatkan

tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan

atrium kiri adalah terjadinya edema paru.

3.1.5.2. Sistem Respirasi

Adanya edema paru pada trauma kepala dan

vasokonstriksi paru atau hipertensi paru menyebabkan

hiperapneu dan bronkho kontriksi. Terjadinya pernafasan

chynestoke dihubungkan dengan adanya sensitivitas yang

menigkat pada mekanisme terhadap karbondioksida dan

episode pasca hiperventilasi apneu. Konsenterasi oksigen dan

karbondioksida dalam darah arteri mempengaruhi aliran darah.

Bila tekanan oksigen rendah, aliran darah bertambah karena

terjadi vasodilatasi, jika terjadi penurunan tekanan

karbondioksida akan menimbulkan alkalosis sehingga terjadi

vasokontriksi dan penurunan CBF (Cerebral Blood Fluid).

Bila tekanan karbondioksida bertambah akibat gangguan

sistem pernafasan akan menyebabkan asidosis dan

vasodilatasi. Hal tersebut menyebabkan penambahan CBF


yang kemudian terjadi peningkatan tingginya TIK.Edema otak

akibat trauma adalah bentuk vasogenik. Pada kontusio otak

terjadi robekan pada pembuluh kapiler atau cairan traumatic

yang mengandung protein yang berisi albumin. Albumin pada

cairan interstisial otak normal tidak didapatkan. Edema otak

terjadi karena penekanan pembuluh darah dan jaringan

sekitarnya. Edema otak ini dapat menyebabkan kematian otak

(iskemia) dan tingginya TIK yang dapat menyebabkan

terjadinya herniasi dan penekanan batang otak atau medula

oblongata. Akibat penekanan pada medulla oblongata

menyebabkan pernafasan ataksia dimana ditandai dengan

irama nafas tidak teratur atau pola nafas tidak efektif.

3.1.5.3. Sistem Genito-Urinaria

Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme

yaitu kecenderungan retensi natrium dan air serta hilangnya

sejumlah nitrogen.Haluaran Urin sedikit dan Meningkatnya

konsentrasi elektrolit
BAB III

VISUM ET REPERTUM

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA TENGAH

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

Nomor : R / 35 / X / 2011 / Dokkes

Atas permintaan tertulis dari KEPALA KEPOLISIAN SEKTOR MRANGGEN melalui suratnya

tanggal 26 Oktober 2011, Nomor : LP A / 259 / X / 2011 / Jtg/ Res Dmk/ Sek Mgn. Ditanda

tangani oleh PATMO SUPRIYADI Pangkat AKP NRP 60020683 dan diterima hari Rabu,

tanggal 26 Oktober 2011, maka dengan ini saya dr. SUMMY HASTRY PURWANTI, Sp.F,

DFMsebagai dokter yang bekerja di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Bid Dokkes Polda

Jateng menerangkan bahwa pada hari Rabu, tanggal 26 Oktober 2011, pukul 16.00 Wib di

Rumah Sakit Bhayangkara Semarang telah memeriksa jenazah yang berdasarkan surat

permintaan diatas bernama Risman bin Usman yang diduga meninggal akibat penganiayaan

atau pembunuhan------------------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN : --------------------------------------------------------------------------------------

Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut diatas ditemukan fakta-fakta

sebagai berikut : --------------------------------------------------------------------------------------------------

A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH : --------------------------

1. Identitas Umum Jenazah : -----------------------------------------------------------------

a. Jenis kelamin : laki-laki. -----------------------------------------------------------------


b. Umur : kurang lebih lima puluh delapantahun. -----------------------------------

c. Panjang badan : seratus enam puluh tiga sentimeter.---------------------------

d. Warna kulit : sawo matang. -----------------------------------------------------------

e. Ciri rambut : ikal panjang tujuh belas sentimeter berwarna hitam dan

putih. -----------------------------------------------------------------------------------------

f. Golongan darah : tidak diperiksa. -----------------------------------------------------

g. Keadaan gizi : tidak dinilai. -------------------------------------------------------------

h. Ciri-ciri lain : tidak ada kelainan. ------------------------------------------------------

2. Identitas Khusus Jenazah : -----------------------------------------------------------------

a. Tatoase : tidak ada. ---------------------------------------------------------------------

b. Jaringan parut : tidak ada. -------------------------------------------------------------

c. Pakaian :kaos berkerah warna hijau dan merah celana pendek berwarna

hijau dan biru ditutup dengan kain motif batik dengan ukuran panjang dua

ratus dua puluh lima sentimeter dan lebar seratus empat sentimeter. ------

d. Perhiasan : tidak ada. ------------------------------------------------------------------

e. Ciri-ciri lain : terdapat tahi lalat di dada sebelah kanan koma bokong kiri

dan belakang lutut kiri. --------------------------------------------------------------

B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN : ----------

1. Suhu rektal : tidak diukur. ------------------------------------------------------------------

2. Lebam mayat : di bokong kanan dan kiri. -----------------------------------------------

3. Kaku mayat : kaku mayat belum lengkap koma sampai dagu dan leher. -------

4. Pembusukan : tidak ada. --------------------------------------------------------------------

5. Lain-lain : tidak ada. -------------------------------------------------------------------------


C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR : ----------------------------------

1. Permukaan Kulit Tubuh -------------------------------------------------------------------

a. Kepala : terdapat dua buah luka terbuka pada kepala bagian kiri

belakang telinga dengan ukuran luka pertama panjang satu koma empat

sentimeter lebar nol koma lima sentimeter dalam nol koma lima

sentimeter tepi rata jika dirapatkan membentuk garis lurus saat

dirapatkan koma luka keduapanjang nol koma sembilan sentimeter lebar

nol koma dua sentimeter dalam nol koma satu sentimeter tepi rata

membentuk garis lurus saat dirapatkan titik terdapat luka lecet di kepala

kiri atas panjang empat koma delapan sentimeter lebar nol koma dua

sentimeter garis batas luka tidak teratur dengan tepi tidak rata berwarna

merah.----------------------------------------------------------------------------------------

b. Wajah : tidak ada kelainan. -----------------------------------------------------------

c. Leher : tidak ada kelainan. -------------------------------------------------------------

d. Bahu : terdapat sebuah luka iris di bahu sebelah kiri bagian belakang

panjang tiga koma lima sentimeter lebar nol koma lima sentimeter dan

dalam nol koma dua sentimeter batas luka tegas tepi luka rata

membentuk garis lurus saat dirapatkan. --------------------------------------------

e. Dada :tidak ada kelainan.-------------------------------------------------------------

f. Punggung : terdapat tiga luka lecet berbentuk garis lurus di punggung

sebelah kiri koma luka pertama panjang empat koma satu sentimeter

koma luka kedua panjang empat koma empat sentimeter koma luka

ketiga panjang dua koma satu sentimeter titik terdapat luka lecet di garis

tengah punggung bentuk tidak beraturan menyerupai garis memanjang


dengan panjang enam koma tiga sentimeter dan lebar nol koma enam

sentimeter tepi tidak rata batas luka tidak teratur berwarna merah .---------

g. Bokong : tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------

h. Anggota gerak : --------------------------------------------------------------------------

Anggota Gerak Atas : Kanan: terdapat sebuah luka lecet di lengan bawah

bagian luar panjang delapan koma empat sentimeter lebar nol koma

delapan sentimeter warna coklat batas luka tidak tegas tepi tidak rata. ----

Kiri : tidak ada kelainan.-------------------------------

Anggota Gerak Bawah : Kanan: terdapat sebuah luka lecet pada

punggung kaki panjang tiga koma empat sentimeter lebar nol koma

delapan sentimeter tepi luka tidak rata batas tidak tegas. .---------------------

Kiri : terdapat sebuah luka terbuka dengan

ukuran luka pertama panjang lima

sentimeter lebar satu sentimeter dalam

nol koma tiga ---------------------------------

2. Bagian Tubuh Tertentu. -------------------------------------------------------------------

a. Mata :tidak ada kelainan. --------------------------------------------------------------

b. Hidung : keluar darah dari lubang hidung kanan dan kiri ------------------------

c. Telinga : tidak ada kelainan.-----------------------------------------------------------

d. Mulut : tidak ada kelainan.-------------------------------------------------------------

e. Gigi-geligi : tidak ada kelainan. ------------------------------------------------------

f. Alat kelamin : tidak ada kelainan. ----------------------------------------------------

g. Dubur : tidak ada kelainan. ------------------------------------------------------------

3. Tulang – Tulang. -----------------------------------------------------------------------------


a. Tulang tengkorak : retak pada tulang tengkorak bagian samping kiri

bawah berbentuk garis melengkung dengan ukuran panjang tujuh

sentimeter, retak di belakang telinga kiri dengan panjang tiga sentimeter,

memar pada tulang tengkorak di belakang telinga kiri berbentuk tidak

teratur dengan panjang delapan sentimeter dan lebar delapan

sentimeter.-----------------------------------------------------------------------------------

b. Tulang tenggorokan : tidak ada kelainan. -----------------------------------------

c. Tulang belakang : tidak ada kelainan. ----------------------------------------------

d. Tulang-tulang dada : tidak ada kelainan. ------------------------------------------

e. Tulang-tulang punggung : tidak ada kelainan. -----------------------------------

f. Tulang-tulang panggul : tidak ada kelainan. --------------------------------------

g. Tulang anggota gerak : tidak ada kelainan. ---------------------------------------

D. FAKTA DARI TUBUH PEMERIKSAAN BAGIAN DALAM. ----------------------------------

1. Rongga kepala : terdapat perdarahan di otak besar kiri atas berbentuk oval

dengan garis tengah terpanjang dua belas sentimeter dan garis tengah

terpendek sembilan sentimeter.------------------------------------------------------------

2. Leher :tidak ada kelainan. ------------------------------------------------------------------

3. Rongga dada : --------------------------------------------------------------------------------

a. Jantung : berwarna pucat ada perlemakan jantung------------------------------

b. Paru-paru : berwarna pucat terdapat perlengketan paru-paru kanan kiri

sebelah depan sampai belakang.-----------------------------------------------------

4. Rongga perut : limpa melisut. --------------------------------------------------------------

5. Rongga panggul : . tidak ada kelainan.---------------------------------------------------


KESIMPULAN : ------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari fakta-fakta yang kami temukan dari pemeriksaan atas jenazah tersebut maka

kami simpulkan, bahwa telah diperiksa jenazah seorangdewasa laki-laki, umur antara lima

puluh sampai enam puluh tahun,panjang badanseratus enam puluh tigasentimeter,waktu

kematian dari saat pemeriksaan lebih dari tujuh jam. Dari pemeriksaan luar dan dalam

ditemukan tanda-tanda kekerasan benda tumpul dan tajam di kepala bagian kiri, tungkai kiri

bawah bagian depan dan punggung. Penyebab kematian diduga kerusakan otak.---------------

---------------------------------------------------------------------------------------------------

PENUTUP : ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan

mengingat sumpah sewaktu menerima jabatan guna dipakai semestinya. ---------------------

Semarang, Oktober 2011

Dokter yang memeriksa

dr.Summy Hastry Purwanti, Sp.F, DFM

dr. SUMMY HASTRY PURWANTI, Sp.F, DFM


BAB IV

PEMBAHASAN

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek fisik maupun

psikisnya. Efek fisik berupa luka-luka, yang kalau diperiksa dengan teliti akan dapat

diketahui jenis penyebabnya, yaitu benda-benda mekanik, benda-benda fisik, kombinasi

benda mekanik dan fisik, zat kimia korosif (Dahlan, 2000). Luka yang ditimbulkannya

merupakan luka bacok, yang ciri-cirinya:garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan

sudutnya runcing, bila ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya

memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus atau sedikit

lengkung, tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan, daerah di sekitar garis batas luka

tidak ada memar,ukuran luka besar dan menganga, panjang luka kurang lebih sama dengan

dalam luka, biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka (FK UI, 1997).

Pada pemeriksaan luar kasus ini diketahui bahwa jenazah berjenis kelamin laki –

laki, usia kurang lebih 58 tahun, warna kulit sawo matang. Lebam mayat ditemukan di

bokong kanan dan kiri, serta kaku mayat belum lengkap sampai dagu dan leher. Pemeriksaan

tubuh bagian luar pada kepala terdapat 2 buah luka terbuka pada kepala bagian kiri belakang

telinga dengan ukuran luka pertama panjang 1,4 cm, lebar 0,5 cm, dalam 0,5 cm, tepi rata jika

dirapatkan membentuk garis lurus saat dirapatkan, luka keduapanjang 0,9 cm, lebar 0,2 cm,

dalam 0,1 cm, tepi rata membentuk garis lurus saat dirapatkan. Terdapat luka lecet di kepala

kiri atas panjang 4,8 cm, lebar 0,2 cm, garis batas luka tidak teratur dengan tepi tidak rata

berwarna merah. Pada bahu terdapat sebuah luka iris di bahu sebelah kiri bagian belakang

panjang 3,5 cm, lebar 0,5 cm dan dalam 0,2 cm, batas luka tegas tepi luka rata membentuk

garis lurus saat dirapatkan. Pada punggung terdapat 3 luka lecet berbentuk garis lurus di

punggung sebelah kiri, luka pertama panjang 4,1 cm, luka kedua 4,4 cm, luka ketiga panjang
2,1 cm. Terdapat luka lecet di garis tengah punggung bentuk tidak beraturan menyerupai

garis memanjang dengan panjang 6,3 cm dan lebar 0,6 cm, tepi tidak rata batas luka tidak

teratur berwarna merah. Pada anggota gerak atas kanan terdapat sebuah luka lecet di lengan

bawah bagian luar panjang 8,4 cm, lebar 0,8 cm, warna coklat, batas luka tidak tegas dan tepi

tidak rata. Pada anggota gerak bawah kanan terdapat sebuah luka lecet pada punggung kaki

panjang 3,4 cm, lebar 0,8 cm, tepi luka tidak rata, batas tidak tegas, pada anggota gerak

bawah kiri terdapat sebuah luka terbuka dengan ukuran luka pertama panjang 5 cm, lebar 1

cm, dalam 0,3 cm. Pada tulang tengkorak, retak pada tulang tengkorak bagian samping kiri

bawah berbentuk garis melengkung dengan ukuran panjang 7 cm, retak di belakang telinga

kiri dengan panjang 3 cm, memar pada tulang tengkorak di belakang telinga kiri berbentuk

tidak teratur dengan panjang 8 cm, dan lebar 8 cm.

Pemeriksaan tubuh bagian dalam pada rongga kepala terdapat perdarahan di otak

besar kiri atas berbentuk oval dengan garis tengah terpanjang 12 cm, dan garis tengah

terpendek 9 cm. Pada Jantung berwarna pucat ada perlemakan jantung. Pada paru-paru

berwarna pucat terdapat perlengketan paru-paru kanan kiri sebelah depan sampai belakang.

Pada limpa melisut.


BAB V

KESIMPULAN

Dari fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan atas jenazah tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa telah diperiksa jenazah berjenis kelamin laki - laki usia sekitarlima puluh

delapan tahun, warna kulit sawo matang. Sebab kematian diduga kerusakan otak.

Berdasarkan undang-undang yang mengatur tentang pembunuhan yaitu KUHP Pasal 338

yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”


DAFTAR PUSTAKA

Mashjudi, 2011, Pelaku Kriminal di Semarang Usia Produktif,www.kompas.com, 29

September 2011

Hasan, I., 2010, Angka Kecelakaan dan Kejahatan Meningkat, www.anehnie.com, 29

September 2011

Dahlan, S., 2000, Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,

Semarang

FKUI, 1997, Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

FKUNDIP, 2000, Bagaimana Dokter Mengetahui Sebab Kematian, Semarang

FKUI, 2009, Bahan Ajar Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit Universitas Indonesia,

Jakarta

Anda mungkin juga menyukai