Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas keperawatan Gadar


Dosen : Arif Jatmiko

Disusun Oleh:
Kelompok 4/ 6C
1. Rika safetyka
2. Yeni tri wahyuni
3. Yuni eka cahyani

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Berbagai penelitian di Eropa, Amerika Serikat dan Australia
menunjukkan bahwa resiko terjadinya patah tulang tidak hanya
ditentukan oleh densitas massa tulang melainkan juga oleh faktor-
faktor lain yang berkaitan dengan kerapuhan fisik (frailty) dan
meningkatnya resiko untuk jatuh (Sudoyo,2010).
Mobilitas manusia yang ingin serba cepat dapat meninmbulkan
masalah yang cukup serius, yaitu jumlah kepadatan lalu lintas yang
semakin bertambah. Bertambahnya kepadatan lalu lintas tersebut
berakibat miningkatnya hari terjadi 4,0 kejadian kecelakaan lalu lintas
yang mengakibatkan 30 orang meninggal dunia (Utama et al, 2008).
World Health Organization (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat
lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan
dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Kecelakaan
memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitas
bawah sekitar 40% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2011).
Patah tulang atau fraktur merupakan istilah dari hilangnya
kontinuitas tulang, tulang rawan baik yang bersifat total maupun
sebagian (Helmi,2013). Patah tulang sering terjadi akibat kecelakaan
namun dapat juga disebabkan osteoporosis dan keganasan pada tulang.
Menurut data Korlantas POLRI tahun 2015, terjadi 1.855 jumlah
kejadian. Dari jumlah kejadian tersebut sebanyak 365 meninggal
dunia,630 mengalamu luka berat, 2.145 mengalami luka ringan.
Jumlah tersebut turun jika dibandingkan pada kejadian 2014. Dari hasil
penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Soedarso Pontianak,
didapatkan data bahwa angka kejadian fraktur terbanyak pada
kecelakaan lalu lintas di Kalimantan Barat adalah fraktur femur dengan
angka kejadian 54 kasus dari 300 kasus dan presentase sebesar 18%
(Ike, 2012 dalam Ariesanti,2015).
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung,
trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu
benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring
dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan
fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma
ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu
sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis
(Sjamsuhidayat dan Wim de Jong, 2010).

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apakah pengertian dari fraktur?
b. Apakah etiologi dari fraktur?
c. Apakah patofisiologi dari fraktur?
d. Apakah manifestasi dari fraktur?
e. Apakah penatalaksanaan di IGD?

1.3 TUJUAN PENYUSUNAN


a. Mengetahui pengertian fraktur
b. Mengetahui etiologi fraktur
c. Mengetahui patofisiologi fraktur
d. Mengetahui manifestasi fraktur
e. Mengetahui penatalaksanaan di IGD
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menurut Price dan Wilson (2006) Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur femur atau patah tulang
pada adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang disebabkan oleh
trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang atau osteoporosis.

B. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh beberapa hal, menurut Helmi (2012) adalah:
1. Fraktur traumatik
Disebabkan oleh adanya trauma langsung maupun tidak secara tiba-tiba
baik ringan maupun berat yang mengenai tulang.
2. Fraktur stres
Fraktur yang terjadi akibat tulang mengalami tekanan yang terlalu sering.
3. Fraktur patologis
Fraktur yang disebabkan oleh kondisi sebelumnya, seperti kondisi proses
patologik penyakit yang mengakibatkan rentang fraktur

C. Patofisiologi

D. Manifestasi dan faktor risiko

E. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium/Diagnosik/Penunjang:
1. Pemeriksaan Rogten
Untuk menentukan lokasi, luas, dan jenis frakture
2. Scan tulang (tomogram, ct scan/ MRI)
Memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin pada kerja ginjal
4. Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
5. Hitung darah lengkap
HT mungkin meningkat (hemo konsentrasi) atau menurun (pendarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple) Hb,
leukosit, LED, golongan darah

F. Penatalaksanaan di IDG

DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo A. 2010. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi V. Jakarta: Interna
Publishing
Sjamsuhidayat R, Jong W. 2010. Buku ajar ilmu bedah edisi 3. Jakarta: Jakarta
Nurchairiah Andi., Hasneli Yesi., Indriati Ganis. 2014. “Efektifitas Kompres
Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang
Dahlia Rsud Arifin Achmad”.
Asrizal, Rinaldi Aditya. 2014. Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Medula,
Volume 2, Nomor 3, Maret 2014. Diakses pada tangal 26 Febuari 2018 pukul
12.25 dari:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/335
Helmi, Z.N. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskulokeletal. Jakarta: Salemba
Medika
Springer, W.,Alazazawi, S & Hallan, P (2011). Ipsilateral Tibia Shaft Fracture
and Distal Tibia Fracture with an Intact Fibula. Journal of Orthopaedic
Surgery. Vol. 19. No.3, Desember 2011. 364-366

Anda mungkin juga menyukai