Disusun oleh:
Kelompok 1
Luciana Lorenza G1A218100
Yessica Destiana G1A218102
Agra Farellio Moniga G1A218092
Muhamad Rifa’i G1A218093
Merry Nildaweni G1A218045
Dosen Pengampu:
dr. Shalahudden Syah, M.Sc
REFERAT
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
LUKA TEMBAK PERUT
Disusun oleh:
Kelompok 1
Luciana Lorenza G1A218100
Yessica Destiana G1A218102
Agra Farellio Moniga G1A218092
Muhamad Rifa’i G1A218093
Merry Nildaweni G1A218045
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan referat dengan judul “Luka Tembak Perut”
Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memperdalam
pengetahuan tentang “Trauma Persalinan” khususnya bagi dokter-dokter muda
yang sedang menjalankan kepaniteraan klinik dan sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.
Selama proses penulisan referat ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan, informasi, data serta
dukungan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Shalahudden Syah, M.Sc sebagai dosen pembimbing dalam
penyusunan referat ini
2. dr. M. Ainurrofiq, Sp.KF, M.H., selaku dosen pembimbing dan penguji.
3. Segenap staf di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Rumah Sakit
Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
4. Rekan – rekan yang telah memberikan bantuan dalam penulisan referat
ini.
Pada akhirnya penulis berharap penulisan referat ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan berbagai pihak pada umumnya.
Penul
is
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................3
1.4. Manfaat Penulisan....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................5
2.1 Senjata Api..............................................................................................5
2.1.1 Definisi........................................................................................5
2.1.2 Jenis-jenis Senjata Api................................................................5
2.1.3 Amunisi.......................................................................................9
2.1.4 Mekanisme Terjadinya Tembakan..............................................10
2.2 Luka Tembak...........................................................................................11
2.2.1 Definisi........................................................................................11
2.2.2 Arti Klinis Luka Tembak.............................................................11
2.2.3 Deskripsi Luka tembak................................................................12
2.2.4 Mekanisme Luka Tembak...........................................................16
2.2.5 Identifikasi Luka Tembak............................................................17
2.2.6 Klasifikasi Luka Tembak............................................................21
2.2.7 Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar.......30
2.2.8 Pengutaraan Jarak Tembak dalam Visum et Repertum...............31
2.2.9 Efek Luka Tembak......................................................................32
2.2.10 Pengaruh Pakaian pada Luka Tembak Masuk.............................37
2.2.11 Pemeriksaan Khusus Luka Tembak............................................37
2.3 Luka Tembak Perut.................................................................................41
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................45
iv
3.1 Kesimpulan..............................................................................................45
3.2 Saran........................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................47
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
karena tindak pidana sehingga dapat dijadikan sebagai alat bukti yang dapat
dibuktikan kebenarannya dalam sidang peradilan. Oleh karena itu dokter yang
memeriksa perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang
didapatnya.6
Keterbatasan alat dan pengetahuan yang dimiliki oleh pihak penyidik,
maka dalam perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa
diperlukan pengetahuan khusus, yaitu ilmu kedokteran forensik yang bertujuan
untuk menyelidiki apa yang menjadi penyebab kematian korban.7 Oleh sebab itu,
dokter sebagai pemeriksa harus dapat menjelaskan berbagai hal, diantaranya:
apakah luka tersebut memang luka tembak, yang mana luka tembak masuk dan
mana luka tembak keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah
tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban
ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian.
Interpretasi yang benar mengenai luka tembak tidak hanya memberikan
informasi berharga yang dapat menunjang pelaksananaan hukum selama
investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian. Evaluasi
mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh
seorang dokter yang menangani kegawatdaruratan bagian luka tembak maupun
para ahli patologi dan forensik.8 Berdasarkan beberapa hal tersebut, maka penulis
merasa perlu untuk melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pola luka pada korban mati akibat senjata api.
5
6
(a) (b)
Gambar 1. (a) Single-shot pistols, (b) Derringer
(a) (b)
Gambar 2. (a) Revolver, (b) Semi-automatic pistol
b. Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m,
mempergunakan peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang
dibagi menjadi dua yaitu:
1. Senapan tabur (shot gun)
Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-
butir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang
untuk memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong
senapan halus dan tidak terdapat rifling.
2. Senapan serbu (rifle)
Senapan serbu adalah senjata api dengan laras senapan yang
dirancang untuk ditembakkan dari bahu. Jenis senapan yang biasa
ditemui adalah:
7
2.1.3 Amunisi
Peluru mengandung Pb dan sebagian metal dengan dikelilingi nikel,
detonator berisi barium,bismuth mercury. Secara garis besar shot gun dan
senapan sama karena terbentuknya jumlah besar gas yang panas bertekanan
tinggi.3,13,14
a. Amunisi senjata dengan putaran rotasi peluru dibagi dalam dua kategori
yaitu centerfire atau rimfire - tergantung lokasi primernya.
b. Selongsong peluru biasanya terbuat dari kuningan, meskipun ada yang
terbuat dari aluminium dan baja. Ketika diledakkan, selongsong peluru
mengandung gas dari hasil pemantikan mesiu. Kebanyakan peluru pistol
bentuknya lurus sedangkan peluru senapan berbentuk leher botol (bottle
neck).
c. Mesiu yang digunakan dalam selongsong peluru adalah mesiu tidak
mengandung asap, campuran dari nitrocellulose, dimana nitroglycerin bisa
ditambahkan ataupun tidak ditambahkan. Wujud mesiu di Amerika Serikat
umumnya :
- Disk (flake atau serpihan) atau bola dalam pistol dan senapan tabor
- Silindrikal atau mesiu bola pada senapan laras panjang
d. Anak peluru (bullet)
Anak peluru merupakan bagian dari peluru yang lepas dari
moncongnya ketika senjata ditembakkan. Oleh karena velositasnya yang
tinggi, pusat penembak anak peluru senjata harus terbungkus metal baik
secara penuh ataupun sebagian. Pada umumnya pembungkusnya terbuat
dari tembaga atau copper alloy tetapi bisa juga dari baja. Matanya terbuat
dari timah tetapi untuk peluru-peluru militer bisa dari leburan baja atau
gabungan keduanya.
10
berfungsi supaya selongsong itu tidak bergerak ke depan masuk ke dalam laras
dan menyumbat senjata. Tutup pada dasar berisi sedikit mesiu disebut primer cup
atau central firing cap yang akan meledak apabila diketuk oleh trigger hammer.
Bila mesiu dalam central cap terbakar maka mesiu di dalam selongsong juga akan
terbakar dan tekanan yang tibul akan menyebabkan terdorongnya peluru disertai
dengan nyala api.15
c. Tattoo
d. Metal stippling
4. Perubahan
a. Oleh tenaga medis
b. Oleh bagian pemakaman
5. Track
a. Penetrasi organ
b. Arah
- Depan ke belakang (belakang ke depan)
- Kanan ke kiri(kiri ke kanan)
- Atas ke bawah
c. Kerusakan sekunder
- Perdarahan
- Daerah sekitar luka
d. Kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. Titik penyembuhan
b. Tipe misil
c. Tanda identifikasi
d. Susunan
7. Luka keluar
a. Lokasi
b. Karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat
penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah
akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh
mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka
14
sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan
apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran
luka.
a. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat
digunakan dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari
tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai
berikut : untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan
atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami
luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan
ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak
jarak dekat, sedang, dan jauh.
b. Arah Tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta
perubahan warna pada kulit, jika sudut penembakan olique akan
mengakibatkan luka tembak berbentuk ellips, panjang luka dihubungkan
dengan pengurangan sudut tembak. Senapan akan memproduksi lebih sedikit
kotoran, kecuali jika jarak dekat. Petunjuk ini berguna untuk pembanding
dengan shotgun. Luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut oblique
akan membentuk luka seperti anak tangga. Jaringan juga berperan serta dalam
perubahan gambaran luka karena adanya kontraksi otot. Petunjuk lain yang
penting untuk menginterpretasikan, yaitu :
1) Jika peluru mengenai lapisan keras tulang atau organ, dimana akan
dialihkan arah keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk.
2) Posisi tubuh korban secepatnya dinilai.
Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar
dari permukaan tubuh, bentuk dari luka akan simetrris dan lingkaran. Tembakan
senjata api dengan “Sallow Cone” akan melewati setiap bagian tubuh tapi pada
bagian permukaan tangensial tubuh. Posisi yang paling sering ditemukan
kemungkinan pada samping dada, dibawah axilla.Jika lengan dinaikkan tidak akan
ikut terkena, sebaliknya akan terlihat luka pada dinding dada, dan bagian sisi
15
dalam lengan atas. Daerah lainnya adalah bagian samping wajah, dimana jika
terkena tembakan, bagian wajah tersebut akan terkoyak dan kemungkinan telinga
akan ikut terkoyak.
Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada
pleura dan paru dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena Hematothorak
dengan atau tanpa luka laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala
terkena, menghancurkan tulang tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan
intracranial, meskipun peluru logam tidak menembus kranium. Enapan juga dapat
menyebabkan luka tangensial.6,11
Beberapa penampilan luka yang berbeda disebabkan oleh shotguns dan
rifled firearms. Perbedaan luka tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan
peluru saat ditembakkan. Perbedaan ini bervariasi dalam hal ukuran dengan
diameter rata-rata 22 kaliber. Bentuk dan karakteristik luka juga sangat tergantung
dari jarak tembak. Pada jarak tembak yang dekat, tembakan berupa satu bentuk
peluru silinder yang besar. Pada jarak tembak sedang, bentuk lukanya tidak
beraturan dan punya penampakan moth eaten. Dengan adanya penambahan
diameter, pecahan dari tembakan menjadi lebih besar dan terlihat defek tembakan
berupa satelit yang awalnya menutupi defek utama tetapi kemudian menyebar.
Pada tembakan jarak jauh, tidak terlihat defek yang besar dan tembakan membuat
luka kecil tunggal. Deposit tembakan dan klim tato terjadi akibat luka tembak
pada jarak dekat dan sedang.
Ada tiga jenis tembakan yakni Birdshot, buckshot, dan rifled slugs.
Birdshot digunakan untuk membunuh ungags dan hewan yang sangat kecil.
Tembakannya sangat kecil dengan diameter 0.05 sampai 0.150 inci. Buckshot
lebih besar dari Birdshot, dengan diameter 0,24 sampai 0,33 inci. Tipe foster dari
Rifled slugs digunakan di AS. Luka akibat Rifled slugs berupa defek
soliter .Karakteristik dari luka tembak tidak dapat dilihat kecuali pada Birdshot
yang kontak dengan lukanya dekat, buckshot yang lebih besar, dan rifled slugs.
Karakteristik luka lain dari luka tembak adalah wad mark. Wad mark dapat
ditemukan pada luka tembak dengan perbedaan berdasarkan jarak tembak.
16
Beberapa wad dibuat dari gabus atau partikel yang menyerupai gabus,
yang akan terbentuk pada tembakan dekat. Fragmen wad yang kecil akan
menghantam kulit dan menyebabkan luka yang kecil dan tidak beraturan.
seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya
zona-zona disekitar luka.
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk
rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan
dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan
mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama.
Organdengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang
berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi.
ketika menekan masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris
ataupun eksentris. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit,
maka hal tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu
goresan pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh karena
peluru masuk secara tegak lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru
melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut, maka hal ini akan
menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal
pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris
mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal
abrasi tepi, semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit.
Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki
sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika
peluru kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata.
Bahkan dalam perjalananya dengan terpilin, peluru bergerak secara terhuyung
ketika menabrak kulit sehingga sering memberikan gambaran bentuk D pada
luka. Luka masuk yang tidak khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak
berfungsi baik atau oleh karena amunisi yang rusak, tetapi lebih sering
dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau peluru yang mengenai benda lain
terlebih dulu, seperti jendela yang bergerak otomatis, sebelum mengena
tubuh. Kecepatan peluru teredam setelah mengena media perantara, hal ini
yang menyebabkan terbentuknya abrasi tepi yang tidak khas pada luka
tembak masuk, ketika peluru mengena kulit. Jenis lain dari luka masuk yang
tidak khas terjadi ketika mulut senjata api mengalami kontak langsung
dengan kulit di atas permukaan tulang, seperti pada tulang tengkorak atau
sternum. Ketika senjata ditembakkan, maka hal ini akan menghentikan gas
secara langsung dari mulut senjata ke dalam luka di sekitar peluru. Gas akan
mengalami penetrasi ke dalam jaringan subkutan, dimana gas tersebut meluas
sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka tembak masuk menjadi meregang
dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian tengah dengan
memberikan defek berbentuk stellata atau penampakan seperti bintang. Luka
tembak masuk dapat dibedakan lagi, yaitu :
19
a. Luka tembak masuk jarak jauh. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru.
b. Luka tembak masuk jarak dekat. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru dan butir-butir mesin yang tidak habis
terbakar.
c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit.
Dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesin, jelaga dan panas
api.
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai
sasaran yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban, maka pada tubuh
korban tersebut akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai
unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut .
2. Luka Tembak Keluar
Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak
keluar. Ketika senjata caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap
peluru biasanya tidak cukup untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher
dan kepala akan mudah untuk dilalui. Jarak juga dapat mempengaruhi efek
luka tembak keluar.11
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka
tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak
masuk. Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah
(slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka
tembak keluar tidak dapat di prediksi. Latar belakang variasi bentuknya
adalah sebagai berikut:
a. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari
tempatnya masuk
b. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh
sehingga memberi bentuk iregular saat keluar.
c. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1
kesatuan melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki
jaket, maka jaket dapat terpisah komplit atau sebagian.
20
d. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat
fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.
e. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur
anatomi apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit
berhubungan dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya.
Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak
teratur, tergantung pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan,
khasnya bergerigi,laserasi yang tidak teratur dengan sisi luar yang
membuka dan kemungkinan fraktur kominutif. Luka tembak pada dada dan
perut selalu sulit keluar karena adanya hambatan yang cukup besar. Tidak
adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit
pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan,
maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang
disekelilingnya dibatasi oleh abrasi.
Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan
luka tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit
dibedakan apabila pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka
tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang
digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di
bawah kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian
pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat
ketat, bagian ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana
dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena
bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien
tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang keras. Tidak semua anak
peluru dapat keluar dari tubuh.
Terdapat banyak tulang dan jaringan padat yang dapat menghalangi
lewatnya peluru. Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama
tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum atau bagian tipis dari
tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan
21
Gambar 7. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah
kanan
akan mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar.
Kalau batas kekenyalan kulit dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi
robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru
inilah yang dinamakan luka tembak keluar.6
Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan
masuk dan mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada
peluru tadi menjadi berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan
menjadi patah pecah atau kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu
peluru menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak
hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-
pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena dorongan dari
peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan
menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan
keluar yang besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering
kali besar luka tembak keluar berlipat ganda dari pada besarnya luka
tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk beserta contusio
ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang
logam. Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:
- Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak
masuk, maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai
tulang hingga berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar.
Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat luka
keluar menjadi lebih lebar.
- Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak
masuk, maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai
jaringan lunak tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit
masih cukup besar.
29
Gambar 12. Tidak ditemukan kelim lecet pada luka tembak keluar
2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara
korban dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain
sebagainya
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat
sekali, yaitu maksimal 15 cm (Idris, 1997). Menurut hadikusumo (1998), luka
tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan gambaran bundaran laras
senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera, foresight) akibat
panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk
ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka.
Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah
sekitar luka. Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras.
Mesiu hitam lebih jauh jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka
tembak jarak jauh, luka bersih dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak
lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris dan bundar.6
komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar
dalam bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan
kelainan dalam bentuk luka.Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada
setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban
sebagai berikut:
a. Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
a) Kecepatan
b) Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
c) Bentuk dan ukuran peluru
d) Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan
menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru
yang kecepatannya lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh
akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih
besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing,
bila terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung
dalam fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila
dibandingkan dengan jantung dalam fase sistole dan kandung kencing yang
kosong; hal tersebut disebabkan karena adanya penyebaran tekanan
hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
- Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
- Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
- Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur
atau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi
robekan sehingga terjadi kelim lecet (abrasion ring)
- Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan
ke segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam
tubuh akan terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru
34
- Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan
yang terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya
elastisitas dari jaringan
- Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet
yang terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah
- Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat
diketahui dari bentuk kelim lecet
- Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari
arah tersebut
- Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai
pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim
kesat atau kelim lemak (grease ring/ grease mark)
- Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka
bentuk luka yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di
bawahnya mempunyai densitas besar seperti tulang, maka sebagian
tenaga dari peluru disertai pula dengan gas yang terbentuk akan
memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang
tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
- Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara
diameter lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak
lurus dengan arah masuknya peluru
- Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan
robekan dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze.
- Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk
bersatu dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter
wound.
a) Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka
sewaktu peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan
partikel logam sebagai akibat pergesekan tersebut
b) Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau
luka terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c) Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian
korban.
2. Pemeriksaan Kimiawi
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat,
sulfis, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat. Pada “smokeles gun
powder” dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang
modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon,
dan merkuri.Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari
peluru sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga,
bismut perak dan thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat
dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku
penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang
menggenggam senjata.6
Beberapa rangkaian pemeriksaan fisik dan evaluasi kembali tanda vital yang
sering dilakukan merupakan tes diagnostik yang paling penting untuk dilakukan,
karena perkembangan ketidakstabilan atau peritonitis di kemudian hari selama
evaluasi disfungsi erektil dapat mengarahkan kebutuhan segera untuk eksplorasi
bedah. Pada pasien yang tetap stabil, uji laboratorium dan radiografi diperlukan
untuk menentukan lokasi cedera atau adanya darah pada intra-abdomen.
kandung kemih
Ekstremitas dingin atau nadi tidak Cedera intraabdominal atau pembuluh
teraba darah pelvik
Studi laboratorium yang diperoleh meliputi hitung darah lengkap, gas darah,
fungsi ginjal, elektrolit, asam laktat, dan urinalisis. Penentuan jenis dan hasil uji
kompatibilitas untuk produk darah juga mungkin diperlukan, tergantung pada
tingkat keparahan cedera. Hasil studi laboratorium ini jarang menjadi indikasi
untuk melanjutkan ke operasi, tetapi defisit basa yang signifikan, tingkat laktat
yang sangat tinggi, dan anemia yang signifikan dapat menunjukkan perlunya
manajemen yang lebih agresif atau operatif.
Studi radiografi harus selalu diperoleh pada pasien stabil dengan luka tembak
di perut. Pemindaian Focused Assessment with Sonography in Trauma (FAST)
berguna pada pasien yang tidak stabil untuk menentukan keberadaan darah di
perikardium dan/atau peritoneum, tetapi studi negatif tidak mengesampingkan
cedera organ intra-abdominal, terutama cedera organ berongga. Pemindaian FAST
positif pada pasien trauma stabil tidak selalu menjamin munculnya intervensi
operasi, tetapi dapat membantu mengarahkan pengujian dan evaluasi lebih lanjut,
karena cairan intraperitoneal ditemukan pada FAST tanpa USG atau temuan klinis
lain dapat menunjukkan cedera viskus berongga atau diafragma.
Radiografi film polos pada dada, perut, dan panggul biasanya digunakan untuk
menentukan cedera intratoraks, dan dapat membantu memberikan informasi
mengenai lokasi dan jumlah proyektil di dalam rongga perut. Baik film
anteroposterior dan lateral harus diperoleh untuk menentukan apakah proyektil
berada di rongga perut. Jika jumlah luka superfisial tidak sesuai dengan jumlah
proyektil yang ada pada film polos, maka diperlukan pencitraan lebih lanjut atau
operasi eksplorasi menyeluruh.
44
(a) (b)
Gambar 13. (a) Gambaran Radiografi Ginjal/Ureter/Kandung Kemih dari Luka
Tembak Perut dengan Penetrasi pada Peritoneum, (b) CT-Scan dari luka tembak
perut tanpa penetrasi pada peritoneum.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Luka tembak merupakan trauma yang timbul pada tubuh atau sebagian
tubuh akibat kontak dengan senjata api. Dalam hal ini kontak yang dimaksud
tidak hanya dengan senjata api namun juga dengan komponen senjata api lainnya
seperti mesiu dan peluru.
Jenis-jenis senjata api berdasarkan panjangnya terdiri dari laras pendek dan
laras panjang, sedangkan berdasarkan alur laras terdiri dari senjata laras beralur
dan laras tak beralur atau laras licin.
Senjata api yang berpeluru memiliki selongsong yang bervariasi dan
dasarnya berpinggiran rimmed, berfungsi supaya selongsong itu tidak bergerak ke
depan masuk ke dalam laras dan menyumbat senjata. Tutup pada dasar berisi
sedikit mesiu yang akan meledak apabila diketuk oleh trigger hammer. Bila mesiu
dalam central cap terbakar maka mesiu di dalam selongsong juga akan terbakar
dan tekanan yang tibul akan menyebabkan terdorongnya peluru disertai dengan
nyala api.
Mekanisme terjadinya luka tembak sama dengan trauma lainnya. Terjadi
kerusakan pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetik yang juga akan
menghaburkan panas, suara serta gangguan mekanik lainnya. Sistem mekanik dan
lesatan peluru degan kecepatan tinggi mengakibatkan daya dorong peluru ke
jaringan hingga terjadi laserasi dan kerusakan jaringan yang membentuk rongga
yang lebih besar dari diameter peluru, ronggga ini akan mengecil sesaat peluru
berhenti.
Luka tembak dibagi menjadi luka tembak masuk dan luka tembak keluar
yang dimana setelah peluru membuat luka tembak masuk dan saluran luka
tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan
kulit terdorong ke luar.
Gambaran makroskopik luka tembak ditemukan luka berbentuk bintang,
sedangkan pemeriksaan mikroskopik pada luka tempel dan luka tembak jarak
45
46
dekat terlihat kompresi epitel, distorsi epidermis ditepi luka, epitel mengalami
nekrose koagulatif, perdarahan baru di epidermis, sel-sel dermis mengkerut, dan
tampak butir mesiu berwarna hitam atau kecoklatan.
Pemeriksaan radiologik dengan sinar-X memudahkan dalam mengetahui
letak peluru dalam tubuh korban. Pada keadaan tubuh korban telah membusuk
lanjut atau telah rusak, sehingga pemeriksaan sulit, pemeriksaan radiologi dengan
mudah menentukan kasusnya. Pada luka tembak jarak dekat dibuat percobaan
parafin, untuk menentukan sisa mesiu pada tangan penembak atau sisa-sisa mesiu
sekitar luka tembak untuk jarak dekat.
3.2. Saran
1. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter mampu mendeskripsikan
luka tembak sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik
dan benar.
2. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari
ilmu kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
2. Small arms and global health. Geneva: World Health Organization; 2011.
4. Shkrum MJ, Ramsay DA. Forensic science and medicine: Forensic pathology
of trauma. New Jersey: Human Press Inc; 2007.
5. Laporan hak asasi manusia [Internet]. 1998 [cited 2014 Sep 05]. Available
from: http:/www.elsam.or.id/pdf/paper/1998/Tri2_98.pdf.
12. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. 2011. Gunshot wound. (online).
(http://www.freewebs.com/ gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm,,
diakses tanggal 18 April 2011).
47
48
18. Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V.
Jakarta : Widya Medika. Hal. 75-81.