Disusun oleh :
Dokter Muda Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Periode 30 Agustus – 19 September 2021
Muhammad Reza Ramadhany
2019-84-023
Pembimbing :
dr. Abdul Aziz, Sp. FM.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul “Luka Tembak Pada Forensik Klinik”. Pembuatan makalah ini merupakan
salah satu tugas dalam menempuh masa dokter muda di Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Ucapan terima kasih karena bimbingan, dukungan, dan bantuan dalam pembuatan referat
ini disampaikan kepada :
1. Dr. dr. H. Ahmad Yudianto, SpF(K)., S.H., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga –
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. dr. Saliyah, SpFM selaku Koordinator Pendidikan Dokter Muda Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3. dr. H. Edi Suyanto, Sp. FM., S.H., M.H.Kes selaku pembimbing referat di
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Ambon,
September 2021
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, jenis
luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan,
perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak
mana yang menyebabkan kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak tidak
hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama
investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.1
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan yang berkaitan dengan luka
tembak, dan cara mendiskripsikannya dalam Visum et Repertum.
1.2.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa itu luka tembak?
2. Untuk mengetahui jenis senjata api dan mekanisme kerja senjata api.
3. Untuk mengetahui jenis luka tembak, mekanisme terjadinya luka tembak dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dibidang forensik.
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi dan wacana mengenai cara mendeksripsikan luka tembak
pada Visum et Repertum.
1.3.2. Manfaat Aplikatif
1. Menambah wawasan bagi tenaga medis mengenai luka tembak sehingga bisa
membantu mengidentifikasikan jenis luka tembak.
2. Menambah wawasan masyarakat mengenai luka tembak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Prevalensi
Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia triwulan kedua tahun 1998 yang
dikeluarkan oleh Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) tercatat 102 warga
Negara yang menjadi korban senjata api.4
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling umum di
Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab kematian adalah
akibat pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah akibat bunuh diri. Di
Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar 70.000 jiwa korban luka
tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa, dengan biaya medis yang dihabiskan
sekitar US$46 miliar.2,4,5
6
Shotgun umumnya berlaras ganda disusun berdampingan, yang kanan merupakan
silinder penuh, yang kiri “choked” menyempit.2
Senjata ini dapat dipatahkan atau dibuka pada engsel pada “breech” sehingga
selongsong kosong dapat dikeluarkan.2,7
b) Amunisi shotgun
Peluru shotgun terdiri dari selongsong yang bervariasi. Ada yang terbuat dari logam,
karton, atau plastik. Bagian dasarnya berpinggiran rimmed, berfungsi supaya
selongsong itu tidak bergerakke depan masuk ke dalam laras dan menyumbat senjata.
Tutup pada dasarnya berisi sedikit mesiu yang disebut “primer cup” atau “central
firing cap” yang akan meledak apabila diketuk oleh “triger hammer”. Bagian dalam
selongsong berisi mesiu, wad dan gotri-gotri. Umumnya mesiu yang dipakai adalah
“smokeless powder”. Bila mesiu dalam central cap terbakar maka selongsong akan
ikut terbakar dan tekanan yang timbul menyebabkan terdorongnya wad dan gotri-gotri
disertai nyala api, asap, dan mesiu yang setengah/tidak terbakar. 2,7
Anak peluru penabur-shotgun terdiri atas dua macam, yaitu anak peluru penabur besar
(buck shot, loper), dan anak peluru penabur kecil (bird shot, hagel).2
Gotri-gotri dari shotgun mempunyai ukuran dan berat tertentu, tetapi setelah
ditembakkan karena bentuknya berubah, maka sukar untuk mengukurnya. Hal yang
dapat dilakukan adalah menimbang gotri-gotri tersebut, dan dari beratnya dapat
ditentukan tipe dari shotgun tersebut.2
c) Kaliber shotgun
Umumnya kaliber dari suatu senjata diukur dari ukuran diameter bagian dalam dari
laras, dan dinyatakan dalam bentuk decimal dari inchi. Contoh: .22, .33, .45 inch.
Sekarang digunakan metrik sistem, seperti 6.35, 8.0, 9.3 mm. 2
Pada “smooth bored” shotgun cara pengukuran kaliber seperti di ats ini hanya sampai
5 inchi (1.27 cm). Lubang laras yang lebih besar dari ini dinyatakan dengan
pengukuran yang lebih kuno yaitu jumlah bola-bola padat dari timah murni, masing-
masing tepat sesuai dengan bagian dalam laras, yang berbobot satu pound. 2,7
Jadi apabila 12 timah berbobot 1 pound itu masing-masing dapat tepat masuk dalam
laras suatu senjata, maka senjata itu dikatakan berkaliber 12 bore. 2
Senjata yang lebih kecil tentu jumlah gotri yang dapat dibuat dari 1 pound timah akan
lebih banyak, sampai mencapai 20 disebut berkaliber 20 bore. Suatu senjata shotgun
yang besar “elephant” berkaliber 6 atau 8 bore. 2
2) Rifled
Bagian dalam bore ditarik dengan sejumlah alur “spiral grooves” yang masing-masing
berjalan paralel, tetapi memutar secara spiral dari bagian belakang (breech) ke
7
moncongnya. Penonjolan diantara alur kecil itu disebut “land”. Senjata jenis ini
menembakkan satu anak peluru tunggal yang didorong keluar oleh letusan pembakaran
mesiu dan diberi gerakan memutar-spiral, karena putaran dari “land” yang mencekam dan
membentuk goresan-goresan sejajar pada badan anak peluru. Ini menimbulkan gerakan
gyroscopic yang membuat peluru tetap lurus sampai sekitar 1 km. Ada 2 tipe rifled,
yaitu:7
a) Kecepatan rendah
Berlaras pendek (pistol, revolver), daya tembak 350-550 meter, kekuatan ledakan 4-6
ton dan keepatan peluru waktu keluar 700-10000 km/jam.7
Revolver
Jenis senjata ini mudah dikenal dengan adanya metal drum yaitu tempat
penyimpanan peluru (umumnya untuk 6 peluru) yang berputar (revolve) setiap
kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi siap untuk
ditembakkan.7
Contoh: .22 cal Iver Jhonson, .38 cal S & W dipakai polisi.7
Pistol
Pelurunya diletakkan dalam satu kotak logam, disebut magazine yang terletak di
bawah breech. Setiap kali trigger ditarik peluru di dalam breech ditembakkan dan
selongsongan yang sudah kosong akan dilontarkan keluar secara otomatis oleh
suatu ekstrator yang dioperasikan oleh gas yang dilepaskan, dan pada saat yang
bersamaan suatu mekanisme pegas akan mendorong peluru berikutnya ke dalam
suatu breech siap untuk ditembakkan.
Mekanisme ini menyebabkan pada selongsong kosong, yang telah ditembakkan,
mengandung cacat yang spesifik untuk suatu senjata yang menembakkannya, hasil
daripada “chamber”, “hammer”, dan “ejector”.7
8
b) Kecepatan tinggi
Berlaras panjang disebut juga “rifles”, yang menggunakan peluru yang lebih panjang,
daya tembak 2000-3000 meter, kekuatan ledakan 20 ton, dan kecepatan peluru waktu
keluar 1000-4500 km/jam. Contoh: Remington, Winchester 70.7
Seperti telah diterangkan di atas senjata tipe ini mempunyai “land” dan “grooves”
pada bagian dalam larasnya, ini dinamakan rifling, diukur jarak
antara 2 dataran land yang berhadapan dinyatakan dalam per seratus inch. Senjata
beralur ini biasanya berkaliber .22, .25, .32, .38, dan .45.7
2.1.3.1. Peluru
Anak peluru tunggal mempunyai macam-macam bentuk antara lain: flat nose, round
nose, hollow point, spine dan spitzer. Pistol dan revolver modern mempunyai dua macam
anak peluru:7,9
1) Solid metal bullet terbuat dari lead yang dicampur tin dan antimony
2) Composite bullet terbuat dari lead pada bagian tengahnya/inti dengan suatu
jacket/mantel pada bagian luar terbuat dari logam yang lebih keras, seperti baja,
cupro-nikel, copper zine nikel, copper zine alloy.
Anak peluru khusus:7,9
1) Anak peluru dum-dum, yaitu anak peluru dimana ujungnya dibelah empat sehingga
akan mengembang akibat gerak gyroscopik dengan tujuan menimbulkan
kerusakan/luka yang besar.
2) Anak peluru granat, yaitu anak peluru yang berisi mesiu, sehingga akan meledak
apabila mengenai sasaran.
9
3) Light bullet, yaitu anak peluru yang bila ditembakkan akan mengeluarkan cahaya,
dengan tujuan melihat sasaran lebih jelas pada malam hari.
4) Anak peluru latihan, yaitu anak peluru yang terbuat dari kayu, tetapi pada jarak
dekat tetap berbahaya.
5) Anak peluru tandem, yaitu anak peluru yang busung tersangkut dalam laras
terdorong oleh anak peluru berikutnya, dan terbang bersama-sama. Ciri-cirinya
yaitu anak peluru di bagian depan pantatnya cekung akibat desakan anak peluru
dibelakangnya.
2.1.3.2. Mesiu
Macam-macam mesiu antara lain:7,9
1) Mesiu hitam: black powder, terdiri dari S, C, dan NO3
2) Mesiu berasap sedikit: smokeless powder, terdiri dari nitroglycerine=dinamit
Knakwik-fluminating mercury: HgC2N2O2, mudah meledak kalau kena
gesekan/tersentuh. Digunakan untuk isi primer.
11
Gambar 2.3. Luka tembak masuk kontak/tempel
Sumber: Rizky N. Jangan asal nembak! Inilah panduan jenis-jenis senjata [internet]. 8
b. Luka Tembak Masuk Jarak Dekat
Terjadi pada jarak tembakan mulai jarak dari kontak longgar hingga jarak kurang
dari 60 cm, mempunyai ciri-ciri yang khas yang disebabkan karena efek dari asap, nyala
api dan tattoage. Efek dari nyalaapi terjadi pada tembakan kurang dari 15 cm, sedangkan
noda akibat asap sering masih terlihat pada tembakan sampai 30 cm. Tatto yang
disebabkan mesiu yang tidak terbakar dapat terlihat sekitar luka tembak masuk pada
tembakan kurang dari 60 cm.10
Kadang-kadang ditemukan juga metal fouling pada luka tembak masuk jarak dekat.
Pada tepi luka terdapat gelang kontusi selebar 1-1,5 mm.10
Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa
pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot hand.
Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka tembak
masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini tergantung:2,3
Jenis senjata, laras panjang atau pendek
Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless
13
cm diameternya, tepi luka dapat “ clean cut" atau robek sedikit, ada efek dari nyala
api,dan kehitaman karena asap dan mesiu. Lebar /luas dari zone kehitama ini
bertambah dengan makin jauhnya jarak tembakan. Kehitaman karena asap dapat
terlihat sampai jarak 15 inch. Tattoage dapat terlihat sampai jarak 60 cm. Pada
jaringan dalam terlihat kerusakan dan mungkin adanya carbonmonoxide. Sampai
jarak ini ikut masuk dalam tubuh, wad dan card beserta gotri-gotri.10
14
disebabkan karena gotri-gotri itu jalannya menyimpang akibat bersentuhan satu
sama lain selama masuknya kedalam tubuh.10
Phenomena richochet ini disebut ” billiard ball richochet effect”. Phenomena ini
dapat menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasi jarak tembakan apabila
jenazah sudah membusuk atau terbakar sehingga tanda-tanda luka tembak di kulit
sudah hilang dan pemeriksaan didasarkan pada penyebaran gotri dalam tubuh
yang terlihat pada foto X-Ray.10
Kecepatan dan besar dari anak peluru adalah faktor penting dalam menentukan
besarnya luka yang ditimbulkakan. Makin besar kecepatannya, makin besar kerusakan
yang ditimbulkan, sehingga makin besar luka tembak keluarnya.10
Deformitas dari anak peluru dan goyangan yang disebabkan organ-organ dalam
tubuh yang tidak sama kepadatannya menyebabkan anak peluru bergerak tidak beraturan
sehingga waktu keluar akan menimbulkan lubang yang lebih besar daripada luka tembak
masuknya.10
Bentuk luka tembak keluar jadi sangat bervariasi; dapat bulat, stellate, cruciata,
elips, kadang-kadang hanya berupa lacerasi linier seperti luka iris.10
15
Pada luka tembak keluar tidak ada gelang kontusi kecuali apabila ada benda keras
yang menempel/menekan kulit tempat peluru keluar, seperti: korban menempel tembok
atau tergeletak di lantai, atau anak peluru yang keluar itu mengenai sabuk/benda keras
lain.10
Dalam keadaan demikian bentuk luka tembak keluar tidak hanya bulat tetapi juga
menunjukan adanya “gelang kontusi” di tepinya yang dapat dikacaukan sebagai luka
tembak masuk.10
2.1.6. Otopsi
Otopsi korban luka tembak yang terpenting adalah menemukan luka tembak masuk dan
keluar , lokasi peluru, dan pemeriksaan organ yang terluka. Sebelum dilakukan otopsi
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:10
1. Luka tembak masuk dilukiskan dalam keadaan aslinya, lebih baik kalau bisa dipotret.
2. Sebelum dibersihkan dilakukan “parafin test” terutama pada luka tembak jarak dekat.
3. Luka tembak karena peluru penabur shotgun harus dijiplak atau dipotret. Ini perlu
unruk menentukan jarak tembakan, dibandingkan dengan hasil “test firing”
4. Luka dibersihkan, dapat dipakai sabun, setelah bersih periksa pada ada tattoage dan
lain-lain. Dalam keadaan ini dipotret lagi.
5. Sebelum dilakukan pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan Foto X-Ray dahulu.
Saluran, jalannya anak peluru harus ditentukan sebelum organ-organ dikeluarkan.
Anak peluru yang bersarang dalam tubuh harus dicari/diambil untuk pemeriksaan
balistik.
6. Letak luka tembak masuk/keluar diukur dengan mengambil patokan tumit dan garis
tengah tubuh melalui tulang punggung. Ini perlu untuk memperkirakan arah tembakan
dari luar depan/belakang atau samping dan sudutnya.
16
Ditemukan senjata, anak peluru atau selongsong atau tidak
2. Mengamankan barang bukti
Pemotretan dilakukan sebelum benda atau kondisi TKP disentuh
Memegang senjata pakai dan benda-benda sekitar dengan menggunakan sarung
tangan
Pakaian korban tidak boleh disentuh sembarangan
3. Mencatat penemuan-penemuan pada saat pemeriksaan
Membuat sketsa atau foto TKP
Nomor buatan serta tipe senjata yang ditemukan harus dicatat dan
didokumentasikan
Jumlah luka tembak masuk atau keluar
4. Mencari atau mengumpulkan barang bukti
Dari pemeriksaan pendahuluan pada senjata dan luka-luka pada tubuh korban
mendorong kita untuk mencari anak peluru atau selongsong dan lain-lain
Harus hati-hati tidak boleh menambah goresan atau cacat pada barang bukti
Simpan dalam kotak dari karton
5. Memberi bantuan atau petunjuk pada petugas penyidik
Menentukan perkiraan saat kematian, jarak, sudut, dan posisi korban
Memindahkan tubuh korban ke rumah sakit (RS) dengan dibungkus plastik
Apabila korban masih hidup, petugas yang mengawal korban ke RS tidak
diperkenankan untuk membuang pakaian korban.
Mendokumentasikan (membuat foto) luka-luka yang ditemukan
Menyimpan semua benda asing yang ditemukan
18
Identifikasi lubang di pakaian, di jaringan, kayu, dan lain-lain sebagai lubang peluru
dengan adanya : Pb, Sb, Ba, Cu
Menentukan jarak tembakan dengan menentukan konsentrasi dari antimony sekitar
lubang luka tembak
Menentukan asal anak peluru atau gotri dari kadar Pb, antimony, arsen, copper, dan
perak dalam campuran logam peluru
Menentukan apakah seseorang telah menembakan suatu senjata atau tidak dengan
deteksi ada tidaknya Pb, antimony, dan barium pada tangan.
Menurut Khrisnan, tangan yang tidak dicuci dapat menahan sisa mesiu untuk
minimal waktu 48 jam, cuci ringan tidak akan menghilangkan semua mesiu. Pada
aktivitas normal sisa mesiu dapat bertahan hingga 17 jam. Dengan mencuci menggunakan
sabun, menghapus dengan handuk, memasukan tangan kedalam saku ada pengurangan
dari jumlah barium dan antimony.10
19
Penentuan caliber
Pemeriksaan cacat-cacat atau goresan
Firing tes
Untuk pemeriksaan visual anak peluru dibersihkan dengan alkohol untuk
menghilangkan benda asing seperti darah, jaringan, fiber, lumpur, jelaga, rambut, dan
partikel dari kayu, gelas, dan lain-lain. Semua benda asing itu harus disimpan guna
pemeriksaan lanjutan bila diperlukan.10
Dalam beberapa keadaan pemeriksaan visual dapat membantu menentukan kaliber
anak peluru, terutama apabila tidak rusak atau hancur. Setiap anak peluru harus ditimbang
beserta fragmen-fragmennya, dari beratnya dapat menolong menentukan kalibernya.10
Cacat atau goresan pada anak peluru yang paling penting ialah yang disebabkan
oleh rifling dari senjata. Adanya dataran dan alur rifling dari bagian dalam laras akan
menyebabkan goresan-goresan pada permukaan anak peluru sewaktu anak peluru itu
meluncur. Goresan ini dibandingkan dengan anak peluru hasil firing tes dengan memakai
“comparison microscope”.10
7. Firing tes
Beberapa kegunaan dari tes firing adalah :10,11
1. Dilakukan oleh pabrik pembuat senjata untuk meneliti cara kerja dan keamanan
suatu senjata
2. Penentuan jarak tembakan
3. Identifikasi senjata api
Untuk menentukan kembali anak peluru hasil tes firing dapat dilakukan dengan
cara:11
Tembakan dilakukan kedalam tabung besi diameter 60cm, panjang 360cm,
berisi air
Tembakan kedalam peti yang bersekat dan berisi kapas
8. Identifikasi dengan selongsong
Seperti anak peluru pada selongsong juga didapatkan goresan yang dapat membantu
identifikasi senjata.
Pemeriksaan pendahuluan pada selongsong meliputi :
Keadaan umum selongsong seperti : bentuk, kaliber, komposisi (tembaga, nikel
brass, karton, dan lain-lain)
Pabrik pembuatnya, biasanya tertera pada pangkal selongsong.
Pemeriksaan berikutnya dikerjakan dengan stereo mikroskope atau dengan
comparison microscope disertai pemotretan.10
20
Goresan-goresan yang terdapat pada selongsong ditimbulkan oleh karena :
Bekas pukulan pasak pemalu pada primer
Bekas cetakan pengancing (breechlock mark)
Magazine mark
Bekas penarik selongsong pada rim atau groove
Bekas pembuang selongsong ejector pada bagian belakang
2.1.9. Rekonstruksi
Pada pemecahan suatu kasus luka tembak, dokter akan dimintai jawaban atas
beberapa pertanyaan yang muncul, seperti:10
1. Dapatkah luka tersebut disebabkan oleh senjata api
2. Pada jarak berapa ditembakkan
3. Dari arah mana
4. Dapatkah hal tersebut dilakukan sendiri oleh korban
Jawaban dari ketiga pertanyaan pertama dapat dijawab berdasarkan karakteristik
luka tembak dan untuk pertanyaan terakhir dijawab setelah ketiga pertanyaan pertama
dijawab.10
Suatu luka tembak yang dilakukan sendiri hanya dapat dilakukan pada jarak
jangkauan korban sendiri, kecuali bila ada alat bantu atau tali, pensil atau tangkai pena
yang digunakan untuk menarik trigger. Hal-hal inilah yang penting untuk dilihat saat
pemeriksaan TKP. 10
21
2.2. VISUM et REPERTUM
2.2.1. Definisi
Visum berarti dilihat, sedangkan Repertum berarti ditemukan. Visum et Repertum
merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berlandaskan sumpah mengenai
segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada objek (korban atau benda) yang
diperiksa.10
24
a. Visum et Repertum
Visum ini diberikan apabila setelah diperiksa atau diobati, korban tidak
terhalang dalam menjalankan pekerjaan atau mata pencaharian.
b. Visum et Repertum sementara
Visum ini diberikan apabila setelah diperiksa, korban harus dirawat atau
diobservasi dan korban terhalang dalam menjalankan pekerjaan atau mata
pencaharian. Tidak dicantumkan kualifikasi luka pada visum ini karena
korban belum sembuh.
c. Visum et Repertum lanjutan
Visum ini diberikan apabila setelah dirawat atau diobservasi, ternyata korban
telah sembuh, korban belum sembuh tetapi beralih rumah sakit atau dokter,
korban belum sembuh tetapi pulang paksa atau melarikan diri, atau korban
meninggal dunia.
2. Visum et Repertum mayat
Hasil autopsi lengkap harus dimuat dalam visum ini.
3. Visum et Repertum pemeriksaan TKP
4. Visum et Repertum penggalian mayat
5. Visum et Repertum mengenai umur
6. Visum et Repertum psikiatrik
7. Visum et Repertum mengenai barang bukti lain
27
KASUS
Setelah mendapat izin dari orang tua pasien, kami melaporkan kasus seorang
anak laki-laki berusia 12 tahun yang ditembak di kepala oleh temannya, yang tujuan
utamanya adalah untuk bermain-main, menggunakan revolver ayahnya. Pasien datang
ke RS dr Soetomo 10 jam setelah kejadian dengan keluhan utama penurunan kesadaran
tanpa adanya riwayat muntah dan kejang. Berdasarkan pemeriksaan fisik, tanda vital
stabil dengan glasgow coma scale (GCS) E2M4V2, pupil bilateral sama dan reaktif,
dan tidak ada lateralisasi. Berdasarkan pemeriksaan kepala, ditemukan peluru kendali
masuk dari frontal tengah dan keluar dari oksipital kanan. Tidak ada cedera ekstra
kranial lainnya yang ditemukan
28
29
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Jl. Airlangga
No. 4-6, Surabaya, Kota Surabaya, Jawa Timur.
VISUM ET REPERTUM
(Korban Hidup)
Pro Justisia
No. RM : 0000030921
Sehubungan dengan surat saudara: Nama: Aldiorais, Pangkat: Aiptu, NRP: …,
Jabatan: Ka SPKT C, Alamat: Polri Jawa Timur, Resor Kota Malang,
NomorPolisi: R/38/387/VII/VER/Reskrim, Tertanggal: 03 September 2021,
Perihal: Permintaan Visum Et Repertum Hidup, yang kami terima pada tanggal 03
September 2021 pukul 21.45WIB.
Maka kami: Muh. Reza Ramadhany sebagai dokter pada RSUD Dr. Soetomo,
telah melakukan pemeriksaan luar pada tanggal 03 September 2021 pukul 22.00
WIB di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo atas korban yang
menurut surat Saudara:
Nama : An X
Jenis kelamin : laki-laki
Warga negara : WNI
Umur : 12 tahun
Alamat : Padang.
Korban tiba di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 17
Agustus 2021 pukul 21.45 WIB.
30
HASIL PEMERIKSAAN------------------------------
1. Pemeriksaan Luar
a. Pasien berjenis kelamin laki-laki, berumur dua belas tahun, panjangbadan
seratus enam puluh sentimeter, berat badan lima puluh tujuh kilogram,
warna kulit sawo matang dan status gizi baik.-----------------------------------
b. Properti korban: Korban menggunakan baju bergaris merah dengan celana
pendek berwarna hitam berbahan kain
c. Kepala:
- Wajah: Pada dahi bagian tengah, lima sentimeter diatas garis tengah
alis serta seratus lima puluh tiga sentimeter dari tumit kiri, terdapat
luka terbuka berbentuk silinder berwarna kemerahan, dengan tepi luka
warna kehitaman, kelim lecet disekeliling tepi, tidak terdapat jelaga
dan tatoase di sekeliling luka berdiameter dua
sentimeter----------------------
- Mata: Tidak ada kelainan dan tanda-tanda kekerasan
- Mulut: Tidak ada kelainan dan tanda-tanda kekerasan--------------------
- Belakang kepala: pada duabelas sentimeter di kanan garis belakang
kepala bagian tengan terdapat luka terbuka berbentuk oval
berwarna kemerahan, diameter luka satu sentimeter
d. Leher: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan------------------
e. Bahu: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan------------------
f. Dada: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan------------------
g. Perut: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan------------------
h. Punggung: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan------------
i. Pinggang: : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan------------ j. Anggota gerak atas: tidak ditemukan kelainan dan
tanda-tanda kekerasan-- k Anggota gerak bawah: tidak ditemukan kelainan
dan tanda-tanda kekerasan
31
2. Pemeriksaan dalam
a. Tengkorak:
- Terdapat sebuah patah tulang berbentuk bulat pada tulang
frontalis………………………………………………………………...
- Terdapat sebuah patah tulang berbentuk bulat pada tulang ociptal
kanan
b. Otak:
- Terdapat perdarahan pada arteri kortikal……………………………….
- Terdapat prolaps otak…………………………………………………...
- Terdapat dilatasi ventrikel kanan ………………………………………
32
------------------------------------------KESIMPULAN------------------------------------
1. Korban laki-laki, berumur duabelas tahun, panjang badan seratus enam puluh
sentimeter, berat badan lima puluh tujuh kilogram, warna kulit sawo matang dan
status gizi baik.
2. Pada pemeriksaan ditemukan:
a. Luka tembak masuk jarak dekat dengan arah menyerong ke kanan dari
permukaan kepala pada daerah dahi ----------------------------------------------
b. Luka tembak keluar pada daerah kepala bagian belakang----------------------
Kelainan-kelainan tersebut diatas akibat tembakan senjata api----------------
3. Sebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan otopsi
Demikian Visum et Repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu
menerima jabatan.
Dokter Pemeriksa,
33
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru
ke dalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan
luka masuk kecil dan dapat disertai dengan kerusakan pembuluh darah, tulang,
dan jaringan di sekitarnya. Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia
triwulan kedua tahun 1998 yang dikeluarkan oleh Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat (ELSAM) tercatat 102 warga Negara yang menjadi korban senjata
api.
Berdasarkan panjang larasnya, senjata api ini dikelompokan menjadi senjata
api laras pendak dan senjata api laras panjang, sedangkan berdasarkan alur pada
laras, senjata api dikelompokan menjadi senjata api baralur dan senjata api tanpa
alur.
Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan
daya dorong peluru dalam menembus jaringan. Luka tembak dikelompokan
menjadi luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini
yang tidak kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka tembus masuk tempel,
luka tembus masuk jarak dekat maupun luka tembus masuk jarak jauh.Penentuan
jarak ini juga dapat menentukan efek dari tembakan. Efek dari tembakan ini
diakibatkan oleh komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak peluru,
mesiu, asap jelaga, api dan partikel logam
Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal.
Deskripsi luka ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran
abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada),
dan bagian tubuh yang ditembus.Selain dekripsi luka, kita juga harus menentukan
jarak tembakan dan arah tembakan. Penentuan jarak tembakan ini dapat dilihat
dari adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau kelim tato. Pemeriksaan
khusus pada luka tembak masuk seperti pemeriksaan mikroskopik, kimiawi, sinar
x mungkin diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta:
Binarupa Aksara; p.131-168.
2. Maio D, Vincent JM. Gunshot wounds: Practical aspects of firearms,
ballistics, and forensic techniques. Ed. 2. New York: CRC Press; 1999.
3. Dix Jay. Color atlas of forensic pathology. New York: Library of Congress
Cataloging-in-Publication Data; 2000.
4. Umboh RVS. Polalukapadakorbanmatiakibatsenjataapi di
bagianilmukedokteranforensikmedikolegal FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periodejanuarisampaidesember 2013. Manado: FK Unsrat;
2015.
5. David D, Evan M, Emma L. Forensic pathology: principles and practice.
New York: Elsevier Inc.; 2005.
6. Rizky N. Janganasalnembak! Inilahpanduanjenis-jenissenjata [Internet].
[dilihatpada: 4 Desember 2018]. Diambildari:
https://duniagames.co.id/news/8157-jangan-asal-nembak-inilah-panduan-
jenis-jenis-senjata-ultimate-dalam-pubg-mobile
7. Fatteh A, Handbook of Forensic Pathology, J. G Lippincot Co, Philadelphia,
1973
8. Rizky N. Jangan asal nembak! Inilah panduan jenis-jenis senjata [Internet].
[dilihat pada: 4 Desember 2018]. Diambil dari:
https://duniagames.co.id/news/8157-jangan-asal-nembak-inilah-panduan-
jenis-jenis-senjata-ultimate-dalam-pubg-mobile
9. Keith simpson, Forensic Medicine, 9th Ed., Edward Arnold, 1986
10. Algozali MA. Luka Tembak. Dalam: Buku ajar ilmu kedokteran forensik
dan medikolegal. Ed 8. Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2012. hal:106-
10
11. Atmodirono, H., Nyowito H. Visum Et Repertum dan Pelaksanaannya.
Surabaya: Airlangga University Press, 1980.
12. Hueske E, Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource, 2006.