Anda di halaman 1dari 36

REFERAT DOKTER MUDA

LUKA TEMBAK PADA FORENSIK KLINIK

Disusun oleh :
Dokter Muda Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Periode 30 Agustus – 19 September 2021
Muhammad Reza Ramadhany
2019-84-023

Pembimbing :
dr. Abdul Aziz, Sp. FM.

INSTALASI ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RUMAH SAKIT DAERAH DR. SOETOMO SURABAYA
2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi ..................................................................................................... ii


Kata Pengantar ............................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 4
I.1. Latar Belakang ................................................................ 4
I.2. Rumusan Masalah ........................................................... 5
I.3. Tujuan ............................................................................. 5
I.4. Manfaat ........................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6


II.1. Definisi dan Bentuk Kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga............................................................................. 6
II.2. Visum et Repertum ......................................................... 22
II.3. Contoh Kasus dan Pembuatan Visum Korban Luka Temba 28

BAB III. PENUTUP .................................................................................. 1


Daftar Pustaka ............................................................................................. 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul “Luka Tembak Pada Forensik Klinik”. Pembuatan makalah ini merupakan
salah satu tugas dalam menempuh masa dokter muda di Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Ucapan terima kasih karena bimbingan, dukungan, dan bantuan dalam pembuatan referat
ini disampaikan kepada :

1. Dr. dr. H. Ahmad Yudianto, SpF(K)., S.H., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga –
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. dr. Saliyah, SpFM selaku Koordinator Pendidikan Dokter Muda Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3. dr. H. Edi Suyanto, Sp. FM., S.H., M.H.Kes selaku pembimbing referat di
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Dalam penulisan referat ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan,


untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca memberikan saran dan kritik yang
membangun dalam perbaikan referat ini. Besar harapan penulis agar referat ini dapat
memperluas wawasan dan menambah pengetahuan khususnya pada para praktisi ilmu
kedokteran forensik dan medikolegal serta pembaca pada umumnya.

Ambon,
September 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kekerasan dengan menggunakan senjata api meningkat dalam dekade terakhir ini.
Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari 500.000 luka per
tahunnya yang merupakan luka akibat senjata api. Menurut laporan dari Organisasi
Kesehatan Dunia pada tahun 2001, jumlah tersebut mewakili seperempat dari total
perkiraan 2,3 juta kematian akibat kekerasan. Dari jumlah 500.000 tersebut, 42%nya
merupakan kasus bunuh diri, 38% merupakan kasus pembunuhan, 26% merupakan
perang dan konflik persenjataan.1
Dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai
alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai
orang yang melakukan pemeriksaan khusus atas diri korban mempunyai wewenang
dalam melakukan pemeriksaan seperti yang tercantum pada pasal 133 ayat (1) KUHAP
dan pasal 179 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan bahwa penyidik berwenang meminta
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya.
Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat
penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang
diduga karena tindak pidana.Oleh karena itu dokter yang memeriksa perlu secara hati-
hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang didapatnya.1
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling umum di
Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab kematian adalah
akibat pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah akibat bunuh diri. Di
Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar 70.000 jiwa korban luka
tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa. Biaya medis, legal, dan emosional
akibat kejahatan tersebut menjadi suatu beban berat bagi rumah sakit, sistem peradilan,
keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Evaluasi mengenai luka tersebut memerlukan
latihan khusus dan keahlian baik oleh seorang dokter yang menangani bagian
kegawatdaruratan korban luka tembak maupun para ahli patologi dan forensik.1
Sedangkan di Indonesia, menurut laporan hak asasi manusia triwulan ke dua tahun
1998 yang dikeluarkan oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Avokasi Masyarakat) pada
triwulan ke II tercatat ada 102 warga negara yang menjadi korban kekerasan akibat
senjata api.1

4
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, jenis
luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan,
perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak
mana yang menyebabkan kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak tidak
hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama
investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.1

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan yang berkaitan dengan luka
tembak, dan cara mendiskripsikannya dalam Visum et Repertum.
1.2.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa itu luka tembak?
2. Untuk mengetahui jenis senjata api dan mekanisme kerja senjata api.
3. Untuk mengetahui jenis luka tembak, mekanisme terjadinya luka tembak dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dibidang forensik.

1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi dan wacana mengenai cara mendeksripsikan luka tembak
pada Visum et Repertum.
1.3.2. Manfaat Aplikatif
1. Menambah wawasan bagi tenaga medis mengenai luka tembak sehingga bisa
membantu mengidentifikasikan jenis luka tembak.
2. Menambah wawasan masyarakat mengenai luka tembak.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LUKA TEMBAK


2.1.1. Definisi
Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru ke dalam
tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan luka masuk kecil
dan dapat disertai dengan kerusakan pembuluh darah, tulang, dan jaringan di sekitarnya.2,3

2.1.2. Prevalensi
Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia triwulan kedua tahun 1998 yang
dikeluarkan oleh Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) tercatat 102 warga
Negara yang menjadi korban senjata api.4
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling umum di
Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab kematian adalah
akibat pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah akibat bunuh diri. Di
Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar 70.000 jiwa korban luka
tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa, dengan biaya medis yang dihabiskan
sekitar US$46 miliar.2,4,5

2.1.3. Elemen Balistik


2.1.3.1. Macam senjata api
Pada tindak pidana atau kekerasan, senjata yang dipakai biasanya hanya senjata
ringan/kecil.6
1) Smooth bored
Bore atau bagian dalam laras licin dari ujung ke ujungnya. Diameter dari borenya dapat
mengecil atau “choked” ke arah moncongnya, dengan maksud supaya gotrinya lebih lama
mengumpul. Senjata tipe ini menembakan gotri-gotri bulat dari timah (seperti gotri untuk
mengukur berat jenis), dan biasanya digunakan untuk olahraga, dengan daya tembak
kurang dari 50 m. Contohnya senjatanya adalah shotgun.2,7
a) Shotgun
Senjata “smoth bored” juga disebut shotgun, yang merupakan suatu term yang
terbatas digunakan untuk senjata api yang menembakan gotri-gotri “shot”, yang
sekarang hampir semua berlaras panjang. Panjang laras shotgun modern adalah 26,
28, dan 30 inch.2,7

6
Shotgun umumnya berlaras ganda disusun berdampingan, yang kanan merupakan
silinder penuh, yang kiri “choked” menyempit.2
Senjata ini dapat dipatahkan atau dibuka pada engsel pada “breech” sehingga
selongsong kosong dapat dikeluarkan.2,7
b) Amunisi shotgun
Peluru shotgun terdiri dari selongsong yang bervariasi. Ada yang terbuat dari logam,
karton, atau plastik. Bagian dasarnya berpinggiran rimmed, berfungsi supaya
selongsong itu tidak bergerakke depan masuk ke dalam laras dan menyumbat senjata.
Tutup pada dasarnya berisi sedikit mesiu yang disebut “primer cup” atau “central
firing cap” yang akan meledak apabila diketuk oleh “triger hammer”. Bagian dalam
selongsong berisi mesiu, wad dan gotri-gotri. Umumnya mesiu yang dipakai adalah
“smokeless powder”. Bila mesiu dalam central cap terbakar maka selongsong akan
ikut terbakar dan tekanan yang timbul menyebabkan terdorongnya wad dan gotri-gotri
disertai nyala api, asap, dan mesiu yang setengah/tidak terbakar. 2,7
Anak peluru penabur-shotgun terdiri atas dua macam, yaitu anak peluru penabur besar
(buck shot, loper), dan anak peluru penabur kecil (bird shot, hagel).2
Gotri-gotri dari shotgun mempunyai ukuran dan berat tertentu, tetapi setelah
ditembakkan karena bentuknya berubah, maka sukar untuk mengukurnya. Hal yang
dapat dilakukan adalah menimbang gotri-gotri tersebut, dan dari beratnya dapat
ditentukan tipe dari shotgun tersebut.2
c) Kaliber shotgun
Umumnya kaliber dari suatu senjata diukur dari ukuran diameter bagian dalam dari
laras, dan dinyatakan dalam bentuk decimal dari inchi. Contoh: .22, .33, .45 inch.
Sekarang digunakan metrik sistem, seperti 6.35, 8.0, 9.3 mm. 2
Pada “smooth bored” shotgun cara pengukuran kaliber seperti di ats ini hanya sampai
5 inchi (1.27 cm). Lubang laras yang lebih besar dari ini dinyatakan dengan
pengukuran yang lebih kuno yaitu jumlah bola-bola padat dari timah murni, masing-
masing tepat sesuai dengan bagian dalam laras, yang berbobot satu pound. 2,7
Jadi apabila 12 timah berbobot 1 pound itu masing-masing dapat tepat masuk dalam
laras suatu senjata, maka senjata itu dikatakan berkaliber 12 bore. 2
Senjata yang lebih kecil tentu jumlah gotri yang dapat dibuat dari 1 pound timah akan
lebih banyak, sampai mencapai 20 disebut berkaliber 20 bore. Suatu senjata shotgun
yang besar “elephant” berkaliber 6 atau 8 bore. 2
2) Rifled
Bagian dalam bore ditarik dengan sejumlah alur “spiral grooves” yang masing-masing
berjalan paralel, tetapi memutar secara spiral dari bagian belakang (breech) ke
7
moncongnya. Penonjolan diantara alur kecil itu disebut “land”. Senjata jenis ini
menembakkan satu anak peluru tunggal yang didorong keluar oleh letusan pembakaran
mesiu dan diberi gerakan memutar-spiral, karena putaran dari “land” yang mencekam dan
membentuk goresan-goresan sejajar pada badan anak peluru. Ini menimbulkan gerakan
gyroscopic yang membuat peluru tetap lurus sampai sekitar 1 km. Ada 2 tipe rifled,
yaitu:7
a) Kecepatan rendah
Berlaras pendek (pistol, revolver), daya tembak 350-550 meter, kekuatan ledakan 4-6
ton dan keepatan peluru waktu keluar 700-10000 km/jam.7
 Revolver
Jenis senjata ini mudah dikenal dengan adanya metal drum yaitu tempat
penyimpanan peluru (umumnya untuk 6 peluru) yang berputar (revolve) setiap
kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi siap untuk
ditembakkan.7
Contoh: .22 cal Iver Jhonson, .38 cal S & W dipakai polisi.7
 Pistol
Pelurunya diletakkan dalam satu kotak logam, disebut magazine yang terletak di
bawah breech. Setiap kali trigger ditarik peluru di dalam breech ditembakkan dan
selongsongan yang sudah kosong akan dilontarkan keluar secara otomatis oleh
suatu ekstrator yang dioperasikan oleh gas yang dilepaskan, dan pada saat yang
bersamaan suatu mekanisme pegas akan mendorong peluru berikutnya ke dalam
suatu breech siap untuk ditembakkan.
Mekanisme ini menyebabkan pada selongsong kosong, yang telah ditembakkan,
mengandung cacat yang spesifik untuk suatu senjata yang menembakkannya, hasil
daripada “chamber”, “hammer”, dan “ejector”.7

Gambar 2.1 Jenis pistol dan revolver.


Sumber: Rizky N. Jangan asal nembak! Inilah panduan jenis-jenis senjata [internet]. 8

8
b) Kecepatan tinggi
Berlaras panjang disebut juga “rifles”, yang menggunakan peluru yang lebih panjang,
daya tembak 2000-3000 meter, kekuatan ledakan 20 ton, dan kecepatan peluru waktu
keluar 1000-4500 km/jam. Contoh: Remington, Winchester 70.7
Seperti telah diterangkan di atas senjata tipe ini mempunyai “land” dan “grooves”
pada bagian dalam larasnya, ini dinamakan rifling, diukur jarak

antara 2 dataran land yang berhadapan dinyatakan dalam per seratus inch. Senjata
beralur ini biasanya berkaliber .22, .25, .32, .38, dan .45.7

Gambar 2.2 Jenis senjata laras panjang


Sumber: Rizky N. Jangan asal nembak! Inilah panduan jenis-jenis senjata [internet]. 8

2.1.3.1. Peluru
Anak peluru tunggal mempunyai macam-macam bentuk antara lain: flat nose, round
nose, hollow point, spine dan spitzer. Pistol dan revolver modern mempunyai dua macam
anak peluru:7,9
1) Solid metal bullet terbuat dari lead yang dicampur tin dan antimony
2) Composite bullet terbuat dari lead pada bagian tengahnya/inti dengan suatu
jacket/mantel pada bagian luar terbuat dari logam yang lebih keras, seperti baja,
cupro-nikel, copper zine nikel, copper zine alloy.
Anak peluru khusus:7,9
1) Anak peluru dum-dum, yaitu anak peluru dimana ujungnya dibelah empat sehingga
akan mengembang akibat gerak gyroscopik dengan tujuan menimbulkan
kerusakan/luka yang besar.
2) Anak peluru granat, yaitu anak peluru yang berisi mesiu, sehingga akan meledak
apabila mengenai sasaran.

9
3) Light bullet, yaitu anak peluru yang bila ditembakkan akan mengeluarkan cahaya,
dengan tujuan melihat sasaran lebih jelas pada malam hari.
4) Anak peluru latihan, yaitu anak peluru yang terbuat dari kayu, tetapi pada jarak
dekat tetap berbahaya.
5) Anak peluru tandem, yaitu anak peluru yang busung tersangkut dalam laras
terdorong oleh anak peluru berikutnya, dan terbang bersama-sama. Ciri-cirinya
yaitu anak peluru di bagian depan pantatnya cekung akibat desakan anak peluru
dibelakangnya.

2.1.3.2. Mesiu
Macam-macam mesiu antara lain:7,9
1) Mesiu hitam: black powder, terdiri dari S, C, dan NO3
2) Mesiu berasap sedikit: smokeless powder, terdiri dari nitroglycerine=dinamit
Knakwik-fluminating mercury: HgC2N2O2, mudah meledak kalau kena
gesekan/tersentuh. Digunakan untuk isi primer.

2.1.4. Proses Tembakan


Pada sebagian besar senjata api kecil siklus tembakan dikerjakan secara manual.
Pada sebagian senjata ada yang mempergunakan sebagian tenaga yang dihasilkan dari
letusan untuk untuk menjalankan siklus berikutnya.7,9
Suatu senjata dikatakan “fully automatic” atau senjata otomatis apabila terus-
menerus menembak secara berkala selama trigger picunya ditekan, sedangkan apabila
masih diperlukan penarikan picu pada setiap siklus maka senjata itu disebut “semi
automatic” atau “autoloader”.7,9
Urutan proses suatu tembakan: feeding, chambering, locking, firing, obturation,
unlocking, extraction, ejection, dan cocking. Proses tersebut akan menimbulkan
cacat/goresan pada selongsong yang sifatnya khas untuk suatu senjata.7,9

2.1.5. Kualifikasi Luka Tembak


2.1.5.1. Luka tembak masuk
1. Luka tembak masuk
Hal yang terpenting yang harus dijawab pada pemeriksaan kasus luka tembak ialah
menentukan jarak tembakan. Oleh sebab itu, kwalifikasi luka tembak masuk di kulit
sebaiknya didasarkan pada jarak tembakan.10
Tergantung dari jarak tembakan, luka tembak masuk dikwalifikasikan menjadi tiga
kategori yaitu: 10
10
a. Luka tembak masuk kontak (hard contact dan soft contact)
b. Luka tembak masuk jarak dekat
c. Luka tembak masuk jarak jauh
Karakteristik luka tembak masuk yang disebabkan oleh pistol, revolver, dan rifle
pada umumnya serupa. 10

a. Luka Tembak Masuk Kontak


Luka tembak kontak terjadi apabila moncong laras senjata api ditekankan pada kulit
dan ditembakkan. Bentuk luka biasa circular, kecuali bila arah tembakan membentuk
sudut. Pada tepinya terdapat gelang kontusi dan apabila ada rambut akan hangus.
Disamping ada gelang kontusi, tepi luka menunjukkan tanda luka terdapat sisa – sisa
mesiu, tattoage minimal atau tidak ada.10
Apabila senjata dipegang erat menekan kulit, sis mesiu terdapat di dalam jaringan
subcutan dan dalam saluran tembakan. Apabila ada tulang di bawah kulit, penghitaman
karena mesiu sering dapat ditemukan pada permukaan kulit tebal, maka tepi luka akan
berbentuk bintang/robek-robek karena gas-gas yang masuk terhalang tulang, berbalik
keluar.10
Sering kali tepi luka berwarna “pinkish-red" karena terbentuknya carboxyhemoglobin
akibat gas CO yang masuk. Pada kontak erat dapat gerjadi cetakan dari moncong laras.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang disebabkan
karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk kedalam dan
akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini menembakkan cetakan laras
dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata api dengan picu, maka picu akan
menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari dan jari telunjuk. Luka lecet ini
dinamakan schot hand.10,11

11
Gambar 2.3. Luka tembak masuk kontak/tempel
Sumber: Rizky N. Jangan asal nembak! Inilah panduan jenis-jenis senjata [internet]. 8
b. Luka Tembak Masuk Jarak Dekat
Terjadi pada jarak tembakan mulai jarak dari kontak longgar hingga jarak kurang
dari 60 cm, mempunyai ciri-ciri yang khas yang disebabkan karena efek dari asap, nyala
api dan tattoage. Efek dari nyalaapi terjadi pada tembakan kurang dari 15 cm, sedangkan
noda akibat asap sering masih terlihat pada tembakan sampai 30 cm. Tatto yang
disebabkan mesiu yang tidak terbakar dapat terlihat sekitar luka tembak masuk pada
tembakan kurang dari 60 cm.10
Kadang-kadang ditemukan juga metal fouling pada luka tembak masuk jarak dekat.
Pada tepi luka terdapat gelang kontusi selebar 1-1,5 mm.10
Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa
pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot hand.
Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka tembak
masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini tergantung:2,3
 Jenis senjata, laras panjang atau pendek
 Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless

c. Luka Tembak Masuk Jarak Jauh


Luka tembak masuk jarak jauh berbentuk bulat atau oval, tanpa adanya
kekotoran/noda-noda yang disebabkan nyala api, asap atau sisa-sisa mesiu/tattoage.
Luka sedemikian disebabkan tembakan pada jarak lebih dari 60-75 cm. Semua
senjata yang umumnya dipakaipada kasus-kasus kriminal bila ditembakan pada jarak
lebih dari 60-75 cm menunjukkan kurang lebih tanda-tanda yang serupa. Satu-satunya
komponen yang terlibat dalam terjadinya luka ini hanyalah anak peluru saja.10
Tepi luka umumnya menunjukkan gelang kontusi dengan jelaga di sekitar luka.
Dapat juga ditemukn kemerahan pada tepi luka disebabkan karena echymosis akibat
pendarahan di dalam kulit. Jelaga disekitar luka disebabkan karena hapusan dari jelaga
anak peluru.10
- Luka Tembak Masuk Pada Tulang
Anak peluru yang menembus tulang menimbulkan luka yang khas sehingga dapat
dipakai untuk menentukan luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Apabila tembakan
dilakukan pada jarak dekat atau kontak tulang dapat menunjukkan adanya efek dari nyala
api dan noda kehitaman akibat mesiu pada tepi tembak masuknya. Jalannya anak peluru
menyebabkan perpindahan dari fragmen tulang yang pecah ke arah jalannya anak peluru,
dan ini dapat dipakai untuk menentukkan luka tembak masuk.10,11
12
Pada tulang tengkorak luka tembak masuk dapat dibedakan dengan mudah dari luka
tembak keluarnya.10
Tengkorak terdiri dari tabula interna dan tabula eksterna, sehingga apabila anak
peluru menembus tabula eksterna, ia akan menimbulkan luka yang bulat sebesar anak
peluru sebab peluru waktu melubangi tabula eksterna masih tertahan oleh tabula interna,
sedangkan waktu anak peluru menembus tabula interna tak ada yang menghalangi
sehingga lubang yang ditumbulkan akan lebih besar. Jadi bentuk lubangnya akan berupa
corong ke arah jalannya anak peluru. Sebaliknya pada lubang luka tembak keluar corong
akan mengarah ke luar sebab lubang pada tabula interna akan lebih kecil dari lubang pada
tabula eksterna.10,11
- Luka Tembak Masuk re entre
Luka akibat re entre tidak selalu mudah diidentifikasi dari pemeriksaan luar saja.
Ciri-cirinya biasanya serupa dengan luka tembak jarak jauh. Tak adanya tanda-tanda
akibat asap, nyala api, dan tattoo. Tepi luka menunjukan sedikit lecet. Cara terbaik untuk
mengidentifikasi luka re entre ialah menghubungkan line-up luka tembak masuk dengan
luka tembak keluar dan anak peluru bila ada dalam tubuh.10
- Luka Tembak Masuk Shotgun
Komponen dari shotgun yang menimbukkan efek adalah: gas, asap, nyala api,
mesiu, gotri, wad, dan card.10
Karakteristik dari luka yang ditimbulkan oleh shotgun bermacam-macam tergantung
dari kaliber senjata, derajat penguncupan laras choke dan bentuk dan jumlah dari
gotrinya.10
Meskipun demikian pada garis besarnya ciri-ciri luka tembak masuknya tergantung
dari jarak tembakan sehingga luka tembak masuk masih di bagi tiga macam:
 Luka Tembak Kontak
Bentuk biasanya bulat atau oval. Tepi luka di kulit biasanya tajam rata clean cut.
Kadang-kadang bergerigi dan terlihat adanya luka memar yang kehitaman karena
mesiu. Ada juga luka bakar di tepi luka akibat nyala api.10
Karena tembakan dan gas-gas ikut masuk ke dalam luka, jaringan subcutan dan
jaringan dalam menunjukan kerusakan yang hebat. Darah dan jaringan pada saluran
luka menunjukan adanya carbonmonoxide.10
 Luka Tembak Masuk Jarak Dekat
Jarak tembakan biasanya sampai 60 cm, tetapi tidak ditekan pada kulit dan pada jarak
tembak ini gotri-gotri masih masuk kedalam tubuh berupa satu kesatuan. Dari jarak
kontak longgar sampai 15 cm, luka biasanya berupa lubang oval atau bulat, sekitar 2,5

13
cm diameternya, tepi luka dapat “ clean cut" atau robek sedikit, ada efek dari nyala
api,dan kehitaman karena asap dan mesiu. Lebar /luas dari zone kehitama ini
bertambah dengan makin jauhnya jarak tembakan. Kehitaman karena asap dapat
terlihat sampai jarak 15 inch. Tattoage dapat terlihat sampai jarak 60 cm. Pada
jaringan dalam terlihat kerusakan dan mungkin adanya carbonmonoxide. Sampai
jarak ini ikut masuk dalam tubuh, wad dan card beserta gotri-gotri.10

 Luka Tembak Masuk Jarak Jauh


- Jarak tembak 1-4 yard
Meskipun jarak 2-3 feet luka tembak berupa satu lubang tunggal bulat, namun
dengan bertambahnya jarak tembakan, mulai jarak 1-4 yard, gotri-gotri ada yang
mulai menyebar dan mnimbulkan lubang-lubang tambahan sebesar 1/8 inch
diameternya sekutar lubang utama dengan tepi luka bergerigi.10
Dengan makin jauhnya jarak tembakan penyebaran gotri juga makin luas, dan dari
penyebarannya ini dapat secara kasar diperkirakan jarak tembakannya. Dengan
mata telanjang tidak terlihat adanya jejak akibat jelaga, asap atau mesiu pada jarak
ini, meskipun demikian dengan hapusan pada sekitar luka masih dapat ditemukan
adanya sejumlah kecil kotoran. Card dan Wad dapat ditemukan dalam luka.10
Rumus:
1) “Penyebaran gotri dalam cm = dua setengah sampai tiga kali jarak tembakan
dalam meter “.
2) “ Penyebaran gotri dalam inch dikurangi 1, menunjukan jarak tembakan dalam
yard"
Rumus diatas tentu hanya perkiraan sebab tergantung beberapa faktor antara lain
bentuk laras apakah cilinder atau choked, panjang laras, dll. Perkiraan jarak
tembak paling baik adalah dengan melakukan ‘firing test' tembakan percobaan.10

- Jarak tembak lebih dari 4 yard


Dengan bertambahnya jarak tembak, gotri-gotri akan menyebar lebihbluas dan
pada jarak tembak lebih dari 10 yard (9 m) luka tembak masuk akan berupa
lubang-lubang kecil berdiri sendiri. Luka sedemikian tentu hanya mematikan bila
mengenai umpamannya, menembus pembuluh arteri besar seperti a. Carotis.10
Jangan memperkirakan jarak tembak dengan mekihat penyebaran gotri di dalam
tubuh korban. Apabila tembakan dilepaskan dari jarak dekat atau kontak dan
gotri-gotri itu mengenai tubuh en masse, akan terjadi dispersi di dalam tubuh,

14
disebabkan karena gotri-gotri itu jalannya menyimpang akibat bersentuhan satu
sama lain selama masuknya kedalam tubuh.10
Phenomena richochet ini disebut ” billiard ball richochet effect”. Phenomena ini
dapat menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasi jarak tembakan apabila
jenazah sudah membusuk atau terbakar sehingga tanda-tanda luka tembak di kulit
sudah hilang dan pemeriksaan didasarkan pada penyebaran gotri dalam tubuh
yang terlihat pada foto X-Ray.10

2.1.5.1. Luka tembak keluar


Luka tembak keluar dikulit terjadinya sama dengan luka tembak masuk, hanya saja
kekuatan yang meregangkan kulit, arahnya dari dalam keluar. Dalam banyak hal,
kebanyakan kelainan yang terjadi disebabkan anak peluru /gotri saja, sedangkan
komponen lain seperti nyala api, asap, mesiu, wad dan card yang menimbulkan kelainan
pada luka tembak masuk tidaklah berperan dalam luka tembak keluar, kecuali tembakan
dilepaskan menembus jaringan lunak yang tipis seperti ekstremitas.10
Luka tembak keluar dapat menimbulkan kesulitan dalam interpretasinya sebab
bervariasi dalam ukuran dan bentuk. Faktor-faktor yang mempengaruhi ialah:10
 Kecepatan dari anak peluru pada waktu keluar
 Luas daerah yang terkena anak peluru waktu keluar
 Deformasi anak peluru
 Goyangan/tumbling anak peluru
 Fragmentasi
 Ada tidaknya fragmen tulang yang ikut keluar
 Ada tidaknya tulang dibawah kulit tempat keluar
 Ada tidaknya benda yang terkena pada kulit tempat keluar

Kecepatan dan besar dari anak peluru adalah faktor penting dalam menentukan
besarnya luka yang ditimbulkakan. Makin besar kecepatannya, makin besar kerusakan
yang ditimbulkan, sehingga makin besar luka tembak keluarnya.10
Deformitas dari anak peluru dan goyangan yang disebabkan organ-organ dalam
tubuh yang tidak sama kepadatannya menyebabkan anak peluru bergerak tidak beraturan
sehingga waktu keluar akan menimbulkan lubang yang lebih besar daripada luka tembak
masuknya.10
Bentuk luka tembak keluar jadi sangat bervariasi; dapat bulat, stellate, cruciata,
elips, kadang-kadang hanya berupa lacerasi linier seperti luka iris.10

15
Pada luka tembak keluar tidak ada gelang kontusi kecuali apabila ada benda keras
yang menempel/menekan kulit tempat peluru keluar, seperti: korban menempel tembok
atau tergeletak di lantai, atau anak peluru yang keluar itu mengenai sabuk/benda keras
lain.10
Dalam keadaan demikian bentuk luka tembak keluar tidak hanya bulat tetapi juga
menunjukan adanya “gelang kontusi” di tepinya yang dapat dikacaukan sebagai luka
tembak masuk.10

2.1.6. Otopsi
Otopsi korban luka tembak yang terpenting adalah menemukan luka tembak masuk dan
keluar , lokasi peluru, dan pemeriksaan organ yang terluka. Sebelum dilakukan otopsi
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:10
1. Luka tembak masuk dilukiskan dalam keadaan aslinya, lebih baik kalau bisa dipotret.
2. Sebelum dibersihkan dilakukan “parafin test” terutama pada luka tembak jarak dekat.
3. Luka tembak karena peluru penabur shotgun harus dijiplak atau dipotret. Ini perlu
unruk menentukan jarak tembakan, dibandingkan dengan hasil “test firing”
4. Luka dibersihkan, dapat dipakai sabun, setelah bersih periksa pada ada tattoage dan
lain-lain. Dalam keadaan ini dipotret lagi.
5. Sebelum dilakukan pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan Foto X-Ray dahulu.
Saluran, jalannya anak peluru harus ditentukan sebelum organ-organ dikeluarkan.
Anak peluru yang bersarang dalam tubuh harus dicari/diambil untuk pemeriksaan
balistik.
6. Letak luka tembak masuk/keluar diukur dengan mengambil patokan tumit dan garis
tengah tubuh melalui tulang punggung. Ini perlu untuk memperkirakan arah tembakan
dari luar depan/belakang atau samping dan sudutnya.

2.1.7. Pemeriksaan di TKP


Dari pemeriksaan di TKP dapat diperoleh gambaran tentang cara kematian, apakah
kecelakaan, bunuh diri, atau pembunuhan. Selain tugas dasar seorang dokter pada lokasi
pemeriksaan TKP seperti menentukan korban sudah meninggal atau belum, perkiraan saat
kematian, cara kematian, menentukan sebab kematian, serta membantu mencari dan
mengumpulkan barang bukti, ada beberapa hal lainnya yang perlu dikerjakan oleh dokter
pada kasus luka tembak:10
1. Memeriksa keadaan sekitar TKP
 Lokasi tembakan dapat terjadi dimana saja baik pada tempat yang tertutup
ataupun pada tempat yang terbuka

16
 Ditemukan senjata, anak peluru atau selongsong atau tidak
2. Mengamankan barang bukti
 Pemotretan dilakukan sebelum benda atau kondisi TKP disentuh
 Memegang senjata pakai dan benda-benda sekitar dengan menggunakan sarung
tangan
 Pakaian korban tidak boleh disentuh sembarangan
3. Mencatat penemuan-penemuan pada saat pemeriksaan
 Membuat sketsa atau foto TKP
 Nomor buatan serta tipe senjata yang ditemukan harus dicatat dan
didokumentasikan
 Jumlah luka tembak masuk atau keluar
4. Mencari atau mengumpulkan barang bukti
 Dari pemeriksaan pendahuluan pada senjata dan luka-luka pada tubuh korban
mendorong kita untuk mencari anak peluru atau selongsong dan lain-lain
 Harus hati-hati tidak boleh menambah goresan atau cacat pada barang bukti
 Simpan dalam kotak dari karton
5. Memberi bantuan atau petunjuk pada petugas penyidik
 Menentukan perkiraan saat kematian, jarak, sudut, dan posisi korban
 Memindahkan tubuh korban ke rumah sakit (RS) dengan dibungkus plastik
 Apabila korban masih hidup, petugas yang mengawal korban ke RS tidak
diperkenankan untuk membuang pakaian korban.
 Mendokumentasikan (membuat foto) luka-luka yang ditemukan
 Menyimpan semua benda asing yang ditemukan

2.1.8. Pemeriksaan Tambahan


1. Pemeriksaan radiologi
Foto polo (X-foto) selain untuk mempermudah dan mempersingkat waktu bagi
pemeriksa dalam melokalisir dan menemukan anak peluru, juga berguna untuk
menentukan jumlah anak peluru dalam tubuh, evaluasi dari arah dan sudut tembakan,
menentukan jarak tembakan, menilai dalam dari luka, dan menentukan tipe dari senjata.
Kadang-kadang dengan menggunakan X-ray dapat ditemukan keterangan yang tidak
terduga seperti adanya dua jenis anak peluru dalam satu tubuh (gotri dan anak peluru
tunggal), kemungkinan adanya emboli anak peluru. Kegunaan lain dari penggunaan X-
ray adalah sebagai dokumentasi yang mungkin berguna di sidang pengadilan.10
2. Parafin tes
17
Parafin tes digunakan untuk mendeteksi nitrat dan nitrit dari mesiu yang mungkin
tertinggal pada tangan korban atau orang yang melepaskan tembakan, pada pakaian dan
kulit sekitar luka tembak masuk.10
Parafin tes dilakukan dengan menggunakan cairan parafin (55⸰C) yang kemudian
dituang diatas kulit yang akan diperiksa (dibanding dengan karton) atau dengan
mencelupkan selembar kain kasa dalam parafin cair dan sementara masih mencair kasa
tadi dibalutkan pada kulit yang akan diperiksa. Sesudah parafin membeku kasa diangkat
dan ditetesi dengan reagen diphenylamine atau diphenylbenzidine. Bila ada nitrat, nitrit,
atau bahan oxiding lain akan terjadi perubahan warna menjadi biru. Pada akhir-akhir ini
tes ini jarang digunakan karena mempunyai nilai yang terbatas.10
3. Identifikasi kimiawi dari luka tembak masuk
Beberapa bahan kimia akan tetap tertimbun atau melekat pada pakaian dan kulit
disekitar luka tembak. Pada smokeless gunpowder dapat dideteksi adanya nitrit dan
cellulose nitrat pada tempat yang terkena tembakan. Apabila digunakan mesiu hitam-
black gunpowder maka beberapa hal yang ditemukan ialah : potasium, karbon, nitrit,
nitratn sulphat, sulphide, carbonat, thiocynante, dan thiosulphate. Residu dari primer yang
modern ditemukan terdiri dari lead dan barium. Dapat juga ditemukan antimony,
mercury, dan lain-lain.10
Kemungkinan ditemukannya karat-karat dari laras dapat ikut terbawa anak peluru
dan bagian dari peluru seperti : lead, antimony, tin, nickel,copper, bismuth, perak, dan
tahllium juga dapat ditemukan. Deteksi adanya beberapa elemen diatas pada pakaian dan
kulit dengan beberapa aspek lain dapat membantu identifikasi suatu luka sebagai luka
tembak masuk.10
4. Pemeriksaan histopatologi luka tembak
Pemeriksaan histopatologi dapat membantu membedakan luka tembak masuk dan
luka tembak keluar. Luka tembak masuk dapat menunjukan adanya kelainan yang
disebabkan adanya panas dan trauma mekanis pada kulit seperti luka lecet, elongasi, dan
flattening dan epidermis, dan juga dapat ditemukan partikel dari mesiu dalam epidermis,
dermis, dan jaringan yang lebih dalam. Kadang dapat ditemukan penggumpalan
(koagulasi) dan kematian sel (nekrosis) dari jaringan pembengkakan dan vakuolisasi dari
pada basal sel. Apabila terlebih dahulu mengenai pakaian maka serabut dari pakaian
dapat ikut terbawa masuk dan dapat dilihat pada pemeriksaan mikroskopik.10
5. Neutron activation analysis
Neutron activation analysis dan atomic absorbting spectrometry telah dibuktikan
dapat membantu dalam:10

18
 Identifikasi lubang di pakaian, di jaringan, kayu, dan lain-lain sebagai lubang peluru
dengan adanya : Pb, Sb, Ba, Cu
 Menentukan jarak tembakan dengan menentukan konsentrasi dari antimony sekitar
lubang luka tembak
 Menentukan asal anak peluru atau gotri dari kadar Pb, antimony, arsen, copper, dan
perak dalam campuran logam peluru
 Menentukan apakah seseorang telah menembakan suatu senjata atau tidak dengan
deteksi ada tidaknya Pb, antimony, dan barium pada tangan.
Menurut Khrisnan, tangan yang tidak dicuci dapat menahan sisa mesiu untuk
minimal waktu 48 jam, cuci ringan tidak akan menghilangkan semua mesiu. Pada
aktivitas normal sisa mesiu dapat bertahan hingga 17 jam. Dengan mencuci menggunakan
sabun, menghapus dengan handuk, memasukan tangan kedalam saku ada pengurangan
dari jumlah barium dan antimony.10

6. Identifikasi senjata api


Adalah merupakan tugas ahli senjata api untuk membuktikan apakah senjata api
tersebut adalah benar yang digunakan pada kasus tersebut. Pertama-tama yang dilakukan
adalah melakukan pemotretan senjata api tersebut, kemudian dicatat hal-hal berikut:10
 Jenis senjata : pistol, revolver rifle, dan lain-lain
 Keadaan senjata
 Panjang laras
 Letak dan cap pabrik
 Letak dan nomor serinya
 Perincian tentang magazine, firing pin, breechlock, exctractor, dan lain-lain
 Karakteristik dari rifling
 Kaliber atau gauge senjata
Syarat mutlak untuk mengidentifikasi senjata api ialah harus ditemukan anak peluru
dan atau selongsong. Tahap pertama identifikasi ialah mencocokan senjata api yang
dicurigai dengan anak peuru bukti mengenai:10
 Kaliber
 Jumlah alur
 Arah alur
Pemeriksaan anak peluru meliputi :
 Pemeriksaan visual
 Pencatatan diameter dan beratnya

19
 Penentuan caliber
 Pemeriksaan cacat-cacat atau goresan
 Firing tes
Untuk pemeriksaan visual anak peluru dibersihkan dengan alkohol untuk
menghilangkan benda asing seperti darah, jaringan, fiber, lumpur, jelaga, rambut, dan
partikel dari kayu, gelas, dan lain-lain. Semua benda asing itu harus disimpan guna
pemeriksaan lanjutan bila diperlukan.10
Dalam beberapa keadaan pemeriksaan visual dapat membantu menentukan kaliber
anak peluru, terutama apabila tidak rusak atau hancur. Setiap anak peluru harus ditimbang
beserta fragmen-fragmennya, dari beratnya dapat menolong menentukan kalibernya.10
Cacat atau goresan pada anak peluru yang paling penting ialah yang disebabkan
oleh rifling dari senjata. Adanya dataran dan alur rifling dari bagian dalam laras akan
menyebabkan goresan-goresan pada permukaan anak peluru sewaktu anak peluru itu
meluncur. Goresan ini dibandingkan dengan anak peluru hasil firing tes dengan memakai
“comparison microscope”.10
7. Firing tes
Beberapa kegunaan dari tes firing adalah :10,11
1. Dilakukan oleh pabrik pembuat senjata untuk meneliti cara kerja dan keamanan
suatu senjata
2. Penentuan jarak tembakan
3. Identifikasi senjata api
Untuk menentukan kembali anak peluru hasil tes firing dapat dilakukan dengan
cara:11
 Tembakan dilakukan kedalam tabung besi diameter 60cm, panjang 360cm,
berisi air
 Tembakan kedalam peti yang bersekat dan berisi kapas
8. Identifikasi dengan selongsong
Seperti anak peluru pada selongsong juga didapatkan goresan yang dapat membantu
identifikasi senjata.
Pemeriksaan pendahuluan pada selongsong meliputi :
 Keadaan umum selongsong seperti : bentuk, kaliber, komposisi (tembaga, nikel
brass, karton, dan lain-lain)
 Pabrik pembuatnya, biasanya tertera pada pangkal selongsong.
Pemeriksaan berikutnya dikerjakan dengan stereo mikroskope atau dengan
comparison microscope disertai pemotretan.10

20
Goresan-goresan yang terdapat pada selongsong ditimbulkan oleh karena :
 Bekas pukulan pasak pemalu pada primer
 Bekas cetakan pengancing (breechlock mark)
 Magazine mark
 Bekas penarik selongsong pada rim atau groove
 Bekas pembuang selongsong ejector pada bagian belakang

Cara mengirim dan mengamankan barang bukti:10


 Buat inskripsi pada anak peluru atau selongsong berupa: nomor, tanggal, initial.
Pilih lokasi sedemikian rupa hingga tidak merusak goresan yang perlu untuk
diidentifikasi
 Bungkus dengan kapas
 Masukkan dalam kotak karton dan bungkus rapi
 Ikat kotak, beri label, dan segel
 Buat berita acara pembungkusan, serta dengan contoh segel.

2.1.9. Rekonstruksi
Pada pemecahan suatu kasus luka tembak, dokter akan dimintai jawaban atas
beberapa pertanyaan yang muncul, seperti:10
1. Dapatkah luka tersebut disebabkan oleh senjata api
2. Pada jarak berapa ditembakkan
3. Dari arah mana
4. Dapatkah hal tersebut dilakukan sendiri oleh korban
Jawaban dari ketiga pertanyaan pertama dapat dijawab berdasarkan karakteristik
luka tembak dan untuk pertanyaan terakhir dijawab setelah ketiga pertanyaan pertama
dijawab.10
Suatu luka tembak yang dilakukan sendiri hanya dapat dilakukan pada jarak
jangkauan korban sendiri, kecuali bila ada alat bantu atau tali, pensil atau tangkai pena
yang digunakan untuk menarik trigger. Hal-hal inilah yang penting untuk dilihat saat
pemeriksaan TKP. 10

21
2.2. VISUM et REPERTUM
2.2.1. Definisi
Visum berarti dilihat, sedangkan Repertum berarti ditemukan. Visum et Repertum
merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berlandaskan sumpah mengenai
segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada objek (korban atau benda) yang
diperiksa.10

2.2.2. Tata Cara Permintaan Visum et Repertum10


1. Korban hidup
 Permintaan dalam bentuk tertulis.
 Permintaan visum et repertum harus diserahkan oleh polisi bersama-sama
korban atau tersangka kepada dokter mengingat korban merupakan barang
bukti.
 Permintaan visum et repertum tidak dibenarkan untuk peristiwa atau kejadian
yang lampau mengingat rahasia kedokteran sesuai dengan Instruksi Kapolri No.
Ins/E/20/IX/75.
2. Korban mati (mayat)
 Permintaan harus disampaikan secara tertulis.
 Polisi mengantar mayat bersamaan dengan Surat Permintaan Visum et
Repertum (SPVR).
 Label mutlak diperlukan guna mencantumkan identitas mayat sehingga tidak
timbul kekeliruan sewaktu dilakukan pemeriksaan luar maupun dalam
(berkaitan dengan pasal 133 ayat 3 KUHP).

2.2.3. Bentuk Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR)10


1. Alamat tujuan SPVR dikirim (Rumah sakit atau dokter) dan tanggal pengirimannya
dicantumkan pada sudut kanan atas. Tujuan spesifik dapat ditulis sebagai berikut:
 Kepala bagian atau SMF Bedah
 Kepala bagian atau SMF Obsgin
 Kepala bagian atau SMF Penyakit dalam
 Kepala bagian Ilmu Kedokteran Forensik (untuk korban mati atau hidup)
2. Alamat peminta Visum et Repertum (misalnya alamat Polsek atau Polres), nomor
surat, hal dan lampiran jika tertera dicantumkan pada sudut kiri atas.
22
3. Surat permintaan Visum et Repertum (SPVR) untuk korban hidup atau mati
(jenazah) dicantumkan dibagian tengah.
4. Selanjutnya, dicantumkan nama, umur, jenis kelamin, kewarganegaraan, alamat,
agama dan pekerjaan korban.
5. Modus operandi (keterangan tentang peristiwanya) yang dicantumkan dapat berupa:
 Luka disebabkan oleh apa.
 Keracunan obat atau racun.
 Kesusilaan, misalnya pemerkosaan, perzinahan, perbuatan cabul.
 Mati akibat listrik, tenggelam, senjata api atau tajam, dan lain-lain.

6. Keterangan untuk dirawat atau diberikan pengobatan dapat pula dicantumkan


apabila korban tidak keberatan, khususnya korban hidup.
7. Permintaan untuk melaporkan kepada penyidik apabila korban teah sembuh,
beralih dokter atau rumah sakit, pulang paksa, melarikan diri atau meninggal.
8. Keterangan lain dapat dicantumkan pada kolom kosong yang tersedia
9. Identitas penyidik (peminta VeR) berupa nama, pangkat, kesatuan, NRP, alamat,
tanda tangan dan stempel dinas ditempatkan pada kanan bawah surat.
10. Identitas penerima SPVR (petugas rumah sakit) berupa nama, tanda tangan,
tanggal dan jam penerimaan ditempatkan pada kiri bawah surat. Surat permintaan
VeR dibuat dua rangkap, satu untuk rumah sakit dan yang lain untuk arsip polisi.

2.2.4. Bentuk Visum et Repertum


Bentuk VeR yang digunakan saat ini pertama kali diaplikasikan oleh (Alm.) Prof.
H. Muller, (Alm.) Prof. Mas Soetedjo Mertodidjojo dan (Alm.) Prof. Soetomo
Tjokronegoro.10
 Bagian-bagian Visum et Repertum10
1. PRO JUSTISIA
Kata “Pro Justisia” dicantumkan pada sudut kiri atas sehingga VeR tidak perlu
bermaterai dikarenakan kata tersebut diartikan “untuk peradilan”.
2. PENDAHULUAN
Hal-hal yang perlu dimuat dalam bagian ini ialah:
 Identitas pemohon VeR.
 Identitas dokter yang melakukan pemeriksaan atau membuat VeR.
 Tempat (rumah sakit) dilakukannya pemeriksaan.
23
 Tanggal dan jam pemeriksaan.
 Identitas korban.
 Keterangan dari penyidik berkaitan dengan cara kematian, luka, tempat
korban dirawat, dan waktu korban meninggal dunia.
 Keterangan mengenai orang yang mengantar atau menyerahkan korban ke
tenaga medis di rumah sakit.
3. PEMBERITAAN
Hal-hal yang perlu dicantumkan dalam bagian ini ialah:
 Identitas korban berdasarkan pemeriksaan dokter (umur, jenis kelamin, tinggi
atau panjang dan berat badan, serta keadaan umum korban.
 Keinan yang ditemukan pada korban sewaktu dilakukan pemeriksaan oleh
dokter.
 Tindakan, operasi, pengobatan yang telah dilakukan atau diberikan.
 Hasil pemeriksaan penunjang atau hasil konsultasi dengan dokter terkait.
Tulisan dalam bagian ini haruslah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar sehingga dapat dipahami oleh orang awam. Apabila ingin menuliskan
bahasa kedokteran atau asing, tempatkanlah dalam tanda kurung. Angka harus
ditulis dengan huruf, misalnya 10,5 cm ditulis sepuluh koma lima sentimeter.
Tidak diperkenankan menulis diagnosis luka, seperti luka tembak dan luka
bacok. Luka harus digambarkan dengan kata, biasanya luka tembak atau bacok
digambarkan sebagai luka terbuka.
Bagian ini ditulis berdasarkan penilaian secara objektif, terutama sesuai yang
dilihat dan ditemukan oleh dokter sewaktu dilakukan pemeriksaan pada korban
atau benda sebagai barang bukti.
4. KESIMPULAN
Bagian ini memuat pendapat atau opini dokter berdasarkan keilmuan atau
pengetahuan sebaik-baiknya yang dipelajari. Hasil pemeriksaan yang
disimpulkan oleh dokter diperoleh melalui indera penglihatan, pendengaran,
perasa, penciuman, dan perabaan.
5. PENUTUP
Bagian ini memuat kata “Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan
mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan”. Setelah itu, diakhiri dengan
tanda tangan serta nama lengkap dan NIP dokter.
 Macam-macam Visum et Repertum
1. Visum et Repertum korban hidup

24
a. Visum et Repertum
Visum ini diberikan apabila setelah diperiksa atau diobati, korban tidak
terhalang dalam menjalankan pekerjaan atau mata pencaharian.
b. Visum et Repertum sementara
Visum ini diberikan apabila setelah diperiksa, korban harus dirawat atau
diobservasi dan korban terhalang dalam menjalankan pekerjaan atau mata
pencaharian. Tidak dicantumkan kualifikasi luka pada visum ini karena
korban belum sembuh.
c. Visum et Repertum lanjutan
Visum ini diberikan apabila setelah dirawat atau diobservasi, ternyata korban
telah sembuh, korban belum sembuh tetapi beralih rumah sakit atau dokter,
korban belum sembuh tetapi pulang paksa atau melarikan diri, atau korban
meninggal dunia.
2. Visum et Repertum mayat
Hasil autopsi lengkap harus dimuat dalam visum ini.
3. Visum et Repertum pemeriksaan TKP
4. Visum et Repertum penggalian mayat
5. Visum et Repertum mengenai umur
6. Visum et Repertum psikiatrik
7. Visum et Repertum mengenai barang bukti lain

2.3. DESKRIPSI LUKA TEMBAK


Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung
besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi singkat
dan tidak mendetail. Penggambaran nanti setelah kondisi gawat darurat disingkirkan.
Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari:11,12
1. Lokasi
a. Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
pertengahan tubuh.
b. Lokasi secara umum tehadap bagian tubuh.
2. Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk
b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar
d. Lipatan kulit, utuh atau tidak
e. Tekanan ujung senjata
25
3. Residu tembakan yang terlihat
a. Grains powder
b. Deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. Tattoo
d. Metal stippling
4. Perubahan
a. Oleh tenaga medis
b. Oleh bagian pemakaman
5. Track
a. Penetrasi organ
b. Arah
- Depan ke belakang (belakang ke depan)
- Kanan ke kiri (kiri ke kanan)
- Atas ke bawah
c. Kerusakan sekunder
- Perdarahan
- Daerah sekitar luka
d. Kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. Titik penyembuhan
b. Tipe misil
c. Tanda identifikasi
d. Susunan
7. Luka keluar
a. Lokasi
b. Karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu
Pada korban mati, penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah
dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.12
a. Jarak tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam
keilmuan forensic untuk memperkirakan jarak target dari tembakan
dilepaskan.perkiraan tersebut memiliki kepentingan: untuk membuktikan atau
menyangkal tuntutan, menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri,
membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan.11,12
26
b. Arah tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan
warna kulit, jika sudut penembakan oblique akan mengakibatkan luka tembak
berbentuk eclips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak.
Senapan akan sedikit memproduksi kotoran, kecuali jika jarak dekat. Luka tebak
yang disebabkan shothgun dengan sudut oblique akan membentuk luka seperti anak
tangga. Petunjuk lain yang penting untuk menginterpretasikan, yaitu:11,12
1. Jika peluru mengenai lapisan kertas tulang atau organ, dimana akan dialihkan
arah keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk.
2. Posisi tubuh korban secepatnya dinilai.
Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar dari
permukaan tubuh, bentuk luka akan simetris dan lingkaran. Pada dada meskipun penetrasi
tembakan minimal kemungkinan.11,12
Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan pada pleura dan paru
dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena hematothoras dengan atau tanpa luka
laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala terkena, menghancurkan tulang
tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan intracranial, meskipun peluru logam
tidak menebus cranium.11,12
Beberapa penampilan luka yang berbeda disebabkan oleh shortguns dan rifled
firearms. Perbedaan luka tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan peluru saat
ditembakkan. Perbedaan ini bervariasi dalam hal ukuran dengan diameter caliber. Bentuk
dan karakteristik luka juga sangat bergantung dari jarak tembak. Pada jarak tembak
sedang, bentuk lukanya tidak beraturan dan punya penampakan moth eaten. Dengan
adanya penambahan diameter,pecahan dari tembakan menjadi lebih besar dan terlihat
defek tembakan berupa satelit yang awalnya menutupi defek utama tetapi kemudian
menyebar. Pada tembakan jarak jauh, tidak terlihat defek yang besar dan tembakan
membuat luka kecil tunggal. Deposit tembakan dan klim tato terjadi akibat luka tembak
pada jarak dekat dan sedang.11,12

27
KASUS

Setelah mendapat izin dari orang tua pasien, kami melaporkan kasus seorang
anak laki-laki berusia 12 tahun yang ditembak di kepala oleh temannya, yang tujuan
utamanya adalah untuk bermain-main, menggunakan revolver ayahnya. Pasien datang
ke RS dr Soetomo 10 jam setelah kejadian dengan keluhan utama penurunan kesadaran
tanpa adanya riwayat muntah dan kejang. Berdasarkan pemeriksaan fisik, tanda vital
stabil dengan glasgow coma scale (GCS) E2M4V2, pupil bilateral sama dan reaktif,
dan tidak ada lateralisasi. Berdasarkan pemeriksaan kepala, ditemukan peluru kendali
masuk dari frontal tengah dan keluar dari oksipital kanan. Tidak ada cedera ekstra
kranial lainnya yang ditemukan

Pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan leukositosis 30.000/mm3,


peningkatan rasio normalisasi internasional (INR )1.34, D-dimer 1.600 ng/mL, dan
hiponatremia 132 mEq/L. CT scan kepala menunjukkan fraktur pada frontal dan
oksipital kanan, hematoma intraserebral bersama dengan jalur misil dari frontal melalui
oksipital kanan, edema perifokal yang luas, kompresi cistern basal, dan midline shift
lebih dari 5 mm.

Kraniektomi dan evakuasi hematoma intraserebral dengan kontrol sumber


perdarahan dilakukan pada pasien. Insisi pterional kanan dilakukan untuk pendekatan
frontal, sedangkan insisi tapal kuda dilakukan untuk pendekatan luka keluar. Dura
ditemukan robek dengan prolaps otak, sumber perdarahan dari arteri kortikal pada luka
masuk, dan sinus sigmoid pada luka keluar. Bidang operasi kemudian dicuci dengan
normal saline dan hidrogen peroksida beberapa kali. Evakuasi hematoma dan kontrol
perdarahan

28
29
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Jl. Airlangga
No. 4-6, Surabaya, Kota Surabaya, Jawa Timur.
VISUM ET REPERTUM
(Korban Hidup)

Pro Justisia
No. RM : 0000030921
Sehubungan dengan surat saudara: Nama: Aldiorais, Pangkat: Aiptu, NRP: …,
Jabatan: Ka SPKT C, Alamat: Polri Jawa Timur, Resor Kota Malang,
NomorPolisi: R/38/387/VII/VER/Reskrim, Tertanggal: 03 September 2021,
Perihal: Permintaan Visum Et Repertum Hidup, yang kami terima pada tanggal 03
September 2021 pukul 21.45WIB.
Maka kami: Muh. Reza Ramadhany sebagai dokter pada RSUD Dr. Soetomo,
telah melakukan pemeriksaan luar pada tanggal 03 September 2021 pukul 22.00
WIB di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo atas korban yang
menurut surat Saudara:
Nama : An X
Jenis kelamin : laki-laki
Warga negara : WNI
Umur : 12 tahun
Alamat : Padang.

Korban tiba di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 17
Agustus 2021 pukul 21.45 WIB.

30
HASIL PEMERIKSAAN------------------------------

1. Pemeriksaan Luar
a. Pasien berjenis kelamin laki-laki, berumur dua belas tahun, panjangbadan
seratus enam puluh sentimeter, berat badan lima puluh tujuh kilogram,
warna kulit sawo matang dan status gizi baik.-----------------------------------
b. Properti korban: Korban menggunakan baju bergaris merah dengan celana
pendek berwarna hitam berbahan kain
c. Kepala:
- Wajah: Pada dahi bagian tengah, lima sentimeter diatas garis tengah
alis serta seratus lima puluh tiga sentimeter dari tumit kiri, terdapat
luka terbuka berbentuk silinder berwarna kemerahan, dengan tepi luka
warna kehitaman, kelim lecet disekeliling tepi, tidak terdapat jelaga
dan tatoase di sekeliling luka berdiameter dua
sentimeter----------------------
- Mata: Tidak ada kelainan dan tanda-tanda kekerasan
- Mulut: Tidak ada kelainan dan tanda-tanda kekerasan--------------------
- Belakang kepala: pada duabelas sentimeter di kanan garis belakang
kepala bagian tengan terdapat luka terbuka berbentuk oval
berwarna kemerahan, diameter luka satu sentimeter
d. Leher: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan------------------
e. Bahu: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan------------------
f. Dada: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan------------------
g. Perut: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan------------------
h. Punggung: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan------------
i. Pinggang: : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda
kekerasan------------ j. Anggota gerak atas: tidak ditemukan kelainan dan
tanda-tanda kekerasan-- k Anggota gerak bawah: tidak ditemukan kelainan
dan tanda-tanda kekerasan

31
2. Pemeriksaan dalam
a. Tengkorak:
- Terdapat sebuah patah tulang berbentuk bulat pada tulang
frontalis………………………………………………………………...
- Terdapat sebuah patah tulang berbentuk bulat pada tulang ociptal
kanan
b. Otak:
- Terdapat perdarahan pada arteri kortikal……………………………….
- Terdapat prolaps otak…………………………………………………...
- Terdapat dilatasi ventrikel kanan ………………………………………

c. Leher: Tidak ditemukan kelainan


d. Dada: Tidak ditemukan kelainan
e. Perut: Tidak ditemukan kelainan
3. Pemeriksaan tambahan
a. Pemeriksaan CT-Scan:
- Terdapat perdarahan intracerebral pada jalur peluru yang
menghubungkan frontal dan occipital …………………………………...
- Terdapat fraktur pada tulang frontal
- Terdapat farktur pada tulang occipital kanan
- Terdapat perdarahan intracerebral …..………………………………....
- Terdapat perdarahan pada arteri kortikal……………………………….
- Terdapat dilatasi ventrikel kanan ………………………………………
b. Uji Parafin: Terdapat sisa mesiu pada tangan dari teman korban

32
------------------------------------------KESIMPULAN------------------------------------

1. Korban laki-laki, berumur duabelas tahun, panjang badan seratus enam puluh
sentimeter, berat badan lima puluh tujuh kilogram, warna kulit sawo matang dan
status gizi baik.
2. Pada pemeriksaan ditemukan:
a. Luka tembak masuk jarak dekat dengan arah menyerong ke kanan dari
permukaan kepala pada daerah dahi ----------------------------------------------
b. Luka tembak keluar pada daerah kepala bagian belakang----------------------
Kelainan-kelainan tersebut diatas akibat tembakan senjata api----------------
3. Sebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan otopsi

Demikian Visum et Repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu
menerima jabatan.

Dokter Pemeriksa,

dr. Muh. Reza Ramadhany, Sp.FM

33
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru
ke dalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan
luka masuk kecil dan dapat disertai dengan kerusakan pembuluh darah, tulang,
dan jaringan di sekitarnya. Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia
triwulan kedua tahun 1998 yang dikeluarkan oleh Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat (ELSAM) tercatat 102 warga Negara yang menjadi korban senjata
api.
Berdasarkan panjang larasnya, senjata api ini dikelompokan menjadi senjata
api laras pendak dan senjata api laras panjang, sedangkan berdasarkan alur pada
laras, senjata api dikelompokan menjadi senjata api baralur dan senjata api tanpa
alur.
Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan
daya dorong peluru dalam menembus jaringan. Luka tembak dikelompokan
menjadi luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini
yang tidak kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka tembus masuk tempel,
luka tembus masuk jarak dekat maupun luka tembus masuk jarak jauh.Penentuan
jarak ini juga dapat menentukan efek dari tembakan. Efek dari tembakan ini
diakibatkan oleh komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak peluru,
mesiu, asap jelaga, api dan partikel logam
Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal.
Deskripsi luka ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran
abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada),
dan bagian tubuh yang ditembus.Selain dekripsi luka, kita juga harus menentukan
jarak tembakan dan arah tembakan. Penentuan jarak tembakan ini dapat dilihat
dari adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau kelim tato. Pemeriksaan
khusus pada luka tembak masuk seperti pemeriksaan mikroskopik, kimiawi, sinar
x mungkin diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta:
Binarupa Aksara; p.131-168.
2. Maio D, Vincent JM. Gunshot wounds: Practical aspects of firearms,
ballistics, and forensic techniques. Ed. 2. New York: CRC Press; 1999.
3. Dix Jay. Color atlas of forensic pathology. New York: Library of Congress
Cataloging-in-Publication Data; 2000.
4. Umboh RVS. Polalukapadakorbanmatiakibatsenjataapi di
bagianilmukedokteranforensikmedikolegal FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periodejanuarisampaidesember 2013. Manado: FK Unsrat;
2015.
5. David D, Evan M, Emma L. Forensic pathology: principles and practice.
New York: Elsevier Inc.; 2005.
6. Rizky N. Janganasalnembak! Inilahpanduanjenis-jenissenjata [Internet].
[dilihatpada: 4 Desember 2018]. Diambildari:
https://duniagames.co.id/news/8157-jangan-asal-nembak-inilah-panduan-
jenis-jenis-senjata-ultimate-dalam-pubg-mobile
7. Fatteh A, Handbook of Forensic Pathology, J. G Lippincot Co, Philadelphia,
1973
8. Rizky N. Jangan asal nembak! Inilah panduan jenis-jenis senjata [Internet].
[dilihat pada: 4 Desember 2018]. Diambil dari:
https://duniagames.co.id/news/8157-jangan-asal-nembak-inilah-panduan-
jenis-jenis-senjata-ultimate-dalam-pubg-mobile
9. Keith simpson, Forensic Medicine, 9th Ed., Edward Arnold, 1986
10. Algozali MA. Luka Tembak. Dalam: Buku ajar ilmu kedokteran forensik
dan medikolegal. Ed 8. Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2012. hal:106-
10
11. Atmodirono, H., Nyowito H. Visum Et Repertum dan Pelaksanaannya.
Surabaya: Airlangga University Press, 1980.
12. Hueske E, Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource, 2006.

Anda mungkin juga menyukai