Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

TRAUMATOLOGI FORENSIK

Disusun :

Tria Erlita, S.Ked

Pembimbing:

dr. Ricka Brilianty Z, Sp.KF

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF KEDOKTERAN


FORENSIK
RSUD dr. DORIS SYLVANUS/FK-UPR
PALANGKA RAYA
APRIL 2018
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
TINEA CORPORIS

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti Ujian Akhir


Kepaniteraan Klinik di Bagian Kedokteran Forensik RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya

Disusun oleh:
Tria Erlita, S.Ked
FAB 117 034

Telah disetujui oleh:


Palangka Raya, April 2018

Pembimbing

dr. Aris Aryadi Tjahjadi Oedi,Sp.KK

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan kasus yang berjudul “Tinea Corporis”. Laporan kasus ini
disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Departemen Kulit dan
Kelamin RSUD dr. Doris Sylvanus. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada dr. Aris Aryadi Tjahjadi Oedi,Sp.KK

Selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan


dan penyusunan Laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah membantu
hingga selesainya Laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
Laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari seluruh pihak agar Laporan kasus ini menjadi lebih baik.
Semoga Laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
bagi penulis dan pembaca.

Palangka Raya, Maret 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

BAB II KASUS ............................................................................................ 3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9


2.1 Definisi ................................................................................... 9
2.2 Sinonim .................................................................................. 9
2.3 Etiologi dan Epidemiologi .................................................... 9
2.4 Patofisiologi .......................................................................... 10
2.5 Gambaran Klinis .................................................................... 11
2.6 Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 14
2.7 Diagnosis ................................................................................ 14
2.8 Diagnosis Banding ................................................................. 14
2.9 Penatalaksanaan ..................................................................... 17
2.10 Prognosis dan Komplikasi ..................................................... 18

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 18

BAB V KESIMPULAN ............................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dermatitis seboroik ................................................................ 15

Gambar 2.2 Makula eritroskuamosa anular dan soliter ........................... 16

Gambar 2.3 Makula eritematosa eksudatif ................................................. 16

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah
dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan
yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu
sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka
bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah
rumah sakit di selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang
dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata
digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12 % dari
penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau benda – benda
serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%, terdapat nilai yang
sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit dan
90% mengalami luka yang serius.
Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam
tempat tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-
macam senjata. 40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat
tinggal dan klub-klub, 50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat sebelum
waktu penyerangan, 27% pasien tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang
disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan (17%) bermacam-macam senjata (17%),
pisau dan pecahan kaca (15%) sisanya disebabkan oleh gigitan manusia dan
penyebab-penyebab lain yang tidak diketahui. Selama tahun 2006, jumlah kejahatan
meningkat dari 256.543 (tahun 2005) menjadi 296.119. Inilah peningkatan kejahatan
yakni sekitar 15,43 persen. Jumlah penduduk yang beresiko terkena kejahatan rata-
rata 123 orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2006. Bila dibandingkan tahun
2005 terjadi kenaikan 1,65 persen.

1
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan
bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah
Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan
korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana.
Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran Forensik
termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu menguasai
pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk mempermudah tugas-
tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan benar sehingga dapat
digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu
tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter sering mengalami kesulitan
dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya pengetahuan tentang luka.
Padahal Visum et Repertum harus di buat sedemikian rupa, yaitu memenuhi
persyaratan formal dan material, sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di
sidang pengadilan. Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa sebagai kalangan medis,
penting untuk mengetahui dan mendeskripsikan berbagai hal mengenai luka dan
trauma. Sehingga traumatologi menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Traumatologi (dari bahasa Yunani Trauma "yang berarti luka" atau luka) adalah studi
tentang luka dan luka yang disebabkan oleh kecelakaan atau kekerasan kepada
seseorang, dan terapi bedah dan perbaikan kerusakan. Traumatologi adalah cabang
ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada
tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan
jejas. Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Didalam
melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan, pada
hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan
jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.

2.2. Etiologi
1. Luka karena kekerasan mekanik (benda tajam, tumpul, dan senjata api).
2. Luka karena kekerasan fisik (arus listrik, petir, suhu).
3. Luka karena kekerasan kimiawi (asam, basa, logam berat)

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada


fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan
teliti akan dapat di ketahui jenis penyebabnya yaitu :

A. Benda–benda Mekanik

1. Benda Tajam

Ciri- ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai berikut :

- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing

3
- Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan,
tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit
lengkung.

- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar

2. Benda Tumpul

Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam
jenis luka, antara lain :

a. Memar ( kontusi )

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut
disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap ke
jaringan di sekitarnya. Mula–mula terlihat pembengkakan, berwarna merah
kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan
sesudah lebih dari seminggu menjadi kekuningan. Pada orang yang
menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan darah, kerusakan yang
terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar dibandingkan pada
orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat di jadikan
ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau keras
tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang–orang yang gemuk juga akan

4
mudah terjadi memar. Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam
mayat, tetapi jika di periksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan –
perbedaanya, yaitu :

Memar Lebam mayat

Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian terendah

Pembengkakan Positif Negatif

Bila ditekan Warna tetap Memucat/menghilang

Mikroskopik Reaksi jaringan (+) Reaksi jaringan (-)

Memar Lebam mayat

b. Luka lecet ( abrasi )


Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan
luar dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :
o Bentuk luka tidak teratur
o Batas luka tidak teratur
o Tepi luka tidak rata

5
o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan

o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mengering )

o Warna coklat kemerahan

 Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang


masih di tutupi epitel dan reaksi jaringan ( inflamasi )

Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda


penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang.
Luka lecet juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda –
tanda sebagai berikut :

o Warna kuning mengkilat

o Lokasi biasanya didaerah penonjolan tulang

o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan


tidak di temukan reaksi jaringan.

c. Luka terbuka / robek ( laserasi )

Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan


dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan
kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :

o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata

6
o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )

o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan

o Di sekitar garis batas luka di temukan memar

o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang (
misalnya daerah kepala, muka atau ekstremitas )

Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari
luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika
benda tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan
pada kepala maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi.
Kekerasan akibat benda tajam dapat menimbulkan luka yang bentuknya
tergantung dari cara benda tajam itu mengenai sasaran. Jika diiriskan akan
mengakibatkan luka iris, jika di tusukan akan mengakibatkan luka tusuk dan
jika di bacokan (di ayunkan dengan tenaga yang kuat) akan mengakibatkan
luka bacok.

Kekerasan akibat benda tumpul dapat menyebabkan luka memar, luka lecet
atau luka robek.

7
Perbedaan trauma tajam dan trauma tumpul

Trauma Tajam Tumpul

a. Bentuk luka Teratur Tidak teratur

b. Tepi luka Rata Tidak rata

c. Jembatan jaringan Tidak ada Ada

d. Rambut Ikut terpotong Tidak ikut terpotong

e. Dasar luka Berupa garis atau titik Tidak teratur

f. Sekitar luka Tidak ada luka lain Ada luka lecet atau
memar

3. Benda Yang Mudah Pecah ( kaca )

Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( misal kaca ), dapat


mengakibatkan luka –luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan
luka lecet. Pada daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen
dari benda yang mudah pecah itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca
mobil maka luka-luka campuran yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka
iris saja, sebab kaca mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau
pecah akan terurai menjadi bagian-bagian kecil.

B. Benda Fisik

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik, antara
lain:
Benda bersuhu tinggi
Benda bersuhu rendah
Sengatan listrik

8
Petir
Tekanan (barotrauma)

1. Benda bersuhu tinggi


Kekerasan dengan benda bersuhu tinggi akan menimbulkan luka bakar
yang cirinya amat tergantung pada bendanya, ketinggian suhunya, serta
lamanya berkontak dengan benda tersebut. Api, benda padat panas atau
membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat I,II,III dan IV. Zat cair panas
dapat mengakibatkan luka bakar derajat I, II dan III.

Luka bakar derajat I Luka bakar derajat II

Luka bakar derajat III Luka bakar derajat IV

2. Benda bersuhu rendah


Kekerasan oleh benda bersuhu dingin (rendah) biasanya dialami oleh
bagian tubuh yang terbuka, seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung.
Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah

9
superficial sehingga terlihat pucat. Selanjutnya akan terjadi paralisis kontrol
vasomotor yang menyebabkan daerah tersebut berubah menjadi kemerahan.
Pada keadaan yang lebih berat akan berubah menjadi gangren.

3. Sengatan listrik
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar
sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Besarnya
pengaruh listrik pada jaringan tersebut tergantung dari besarnya tegangan
(voltase), kuatnya arus (ampere), besarnya tahanan kulit (ohm), dan kontak
serta luasnya daerah yang terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan
jaringan kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah
pucat, dikelilingi daerah hipereremis. Sering ditemukan adanya metalisasi.
Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukan adanya
luka. Bahkan kadang-kadang bagian baju atau sepatu yang dilalui arus listrik
ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar.Tegangan arus kurang dari 65
volt biasanya tidak mebahayakan, tetapi tegangan antara 65-1000 volt dapat
mematikan. Sedangkan kuat arus (ampere) yang dapat mematikan adalah 100
mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot
pernapasan atau pusat pernapasan. Sedangkan faktor yang sering
mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang akan adanya listrik pada
benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang yang tidak menyadari adanya arus
listrik pada benda yang dipegangnya biasanya pengaruhnya lebih berat

10
dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan dengan
listrik.

4. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang
tegangannya dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A
ke tanah. Luka-luka karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-
luka gabungan akibat listrik, panas dan ledakan udara. Luka akibat panas
berupa luka bakar dan luka akibat ledakan udara berupa luka-luka yang mirip
dengan luka akibat persentuhan dengan beda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan
susunan saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat
terjadi karena efek ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya. Pada
korban mati sering ditemukan adanya arborecent mark (percabangan pembuluh
darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari logam
yang dipakai, magnetisasi benda-benda dari logam yang dipakai. Pakaian
korban terbakar atau robek-robek.

5. Tekanan (barotrauma)
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar
tubuh manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering disebut
disbarisme yang terdiri atas 2 macam, yaitu:

11
a. Hiperbarik:
Sindroma ini disebabkan oleh tekanan tinggi, antara lain:
- Turun dari ketinggian secara mendadak (saat pesawat mendarat
atau turun gunung)
- Berada di kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving
(menyelam dengan tangki oksigen), snorkling (menyelam dengan
tube di mulut) penyelam dengan pakaian khusus.

Gejala yang ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat berupa:

- Barotraumas pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau


emfisema interstitialis.
- Barotalgia: rasa nyeri, membran tympani pecah, perdarahan,
vertigo, dizziness.
- Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri
atau bahkan meletus.
- Narkosis nitrogen: amnesia, disorientasi.

b. Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:
- Naik tempat tinggi secara mendadak saat pesawat mengudara atau
saat pesawat meluncur ke ruang angkasa.
- Berada di ruangan bertekanan rendah, misalnya dalam
decompression chamber.

Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan


pengumpulan gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak atau
organ-organ berongga. Gejala tersebut antara lain:

- Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat

- Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang


hebat.

12
- Gejala pada susunan saraf tergantung letak emboli dan letak
emfisema subkutan
- Rongga perut terasa kembung
- Gigi geligi terasa nyeri.

C. Kombinasi Benda Mekanik dan Fisik

Luka akibat tembakan senjata api pada dasarnya merupakan luka yang
disebabkan oleh trauma benda mekanik (benda tumpul) dan fisik (panas), yaitu
anak peluru yang jalannya giroskopik (berputar/mengebor).

Mengingat lapisan kulit memiliki elastisitas yang kurang baik dibandingkan


lapisan di bawahnya, maka jaringan yang hancur akibat terjangan anak peluru
lebih luas. Akibatnya bentuk luka tembak masuk terdiri atas lubang, dikelilingi
cincin lecet yang diameternya lebih besar. Diameter cincin tersebut lebih
mendekati kaliber pelurunya.

Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu sebagai tenaga
pendorong anak pelurunya (senjata angin) pada hakekatnya merupakan luka yang
disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja.

Ciri-ciri luka tembak amat bergantung pada jenis senjata yang ditembakkan,
jarak tembakan, arah tembakan, serta posisinya (sebagai tempat masuk atau
keluarnya anak peluru).

13
D. Zat Kimia Korosif

Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh


manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung pada golongan zat kimia tersebut.

1. Golongan asam
Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain:
- Asam mineral, antara lain: H2SO4, HCl dan NO3
- Asam organik, antara lain: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat
- Garam mineral, antara lain: AgNO3 dan zinc chloride
- Halogen, antara lain: F, Cl, Ba dan J

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka,
ialah:

- Mengekstraksi air dan jaringan


- Mengkoagulasi protein menjadi albuminat
- Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin

Ciri-ciri luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut ialah:
- Terlihat kering
- Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitrit acid
berwarna kuning kehijauan
- Perabaan keras dan kasar

2. Golongan basa
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:
- KOH
- NaOH
- NH4OH
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka adalah:

14
- Mengadakan ikatan denga protoplasma sehingga membentuk alkaline
albumin dan sabun
- Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematine
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini
adalah:
- Terlihat basah dan edematous
- Berwarna merah kecoklatan
- Perabaan lunak dan licin

2.3. Hubungan antara cedera dengan pidana


1. Luka ringan
Pasal 352 KUHP: MAKS 3 BULAN

2. Luka sedang
a. PS 351 (2) KUHP: MAKS 2 TAHUN 8 BULAN
Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
b. PS 353 (1) KUHP: MAKS 4 TAHUN
Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
3. Luka berat
a. PS 351 (3) KUHP: MAKS 5 TAHUN
Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
b. PS 353 (2) KUHP: MAKS 7 TAHUN
Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
c. PS 354 (1) KUHP: MAKS 8 TAHUN

15
Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
d. PS 355 (1) KUHP: MAKS 12 TAHUN
Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2.4. Nm,
2.5. nj

DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai