Anda di halaman 1dari 15

GIGITAN SERANGGA DAN GIGITAN BINATANG BERBISA

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 2

NUR FADILLAH
RAFIKA
NUHRIFA
NURHIJRAH
VIVI PUSPITA
I GEDE KUSUMA WIJAYA
SUNANTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU


2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Hidayah serta Inayah-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini secara tepat waktu, demi memenuhi
tugas Sistem Kegawat Daruratan.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik moral maupun material, antar lain kepada: Para Dosen STIKES Widya
Nusantara Palu yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk melaksanakan tugas Sistem
Kegawat Daruratan. Kedua Orang Tua serta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik
moral maupun material.Teman – teman yang selalu memberikan bantuan dan dukungan serta
kritik dan saran dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Sebagai manusia biasa yang tak
pernah luput dari kesalahan maka penyusun sadar bahwa isi dari makalah ini jauh dari sempurna.
Sehingga penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam
penyusunan makalah ini.

Palu, Maret 2017


Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pegantar……………………………………………………………………………
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….
C. Tujuan ………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN
A. Kegawatdaruratan Pada Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa…………………..
1. Definisi gigitan serangga…………………………………………………………..
2. Definisi gigitan binatang berbisa…………………………………………………..
B. Penyebab Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa…………………………………..
B. Penatalaksanaan Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa……………………………

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian…………………………………………………………………………….
B. Analisa Data…………………………………………………………………………..
C. Diagnosa Keperawatan………………………………………………………………..
D. Intervensi Keperawatan……………………………………………………………….
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi………………………………………………………………………………..

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..
B. Saran …………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.
Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis.
Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah
pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan
terhadap gigitan ular berbisa. Selain kasus gigitan serangga dan binatang berbisa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan serangga dan binatang berbisa?
2. Apa saja penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa?
3. Bagaimana penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan serangga dan binatang berbisa
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kegawatdaruratan Pada Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa

1. Definisi gigitan serangga


Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga seringkali
menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatal-gatal. Reaksi tersebut
boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa jam sampai
berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa.
Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit
seseorang.
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan gigitan serangga
didantaranya adalah:
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis).
Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan
pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
o Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak mendapatkan
masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)
o Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau kerongkongan/tenggorokan
o Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan selaput
lender (angioedema)
o Pusing dan kacau
o Mual, diare, dan nyeri pada perut
o Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
b. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:
o Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
o Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
o Laba-laba gembel (hobo)
o Kalajengking
c. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
o Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah menyengat. Lebah
madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah
madu kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak
o Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat berkali-kali. Si
jaket kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi
o Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya, kemudian memutar
kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali
d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
e. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
f. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan untuk
mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum menyebabkan rasa gatal dengan
bintik-bintik merah dan bengkak serta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah
penggunaan anti serum.
g. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada seseorang,
menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
h. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

2. Definisi gigitan binatang berbisa


Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh gigitan hewan
berbisa seperti ular, laba-laba, kalajengking, dll. Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit
ular atau diduga digigit ular. Ular yang berbisa memiliki ciri- ciri :
a. Bentuk kepala segiempat panjang
b. Gigi taring kecil
c. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
Sedangkan ciri-ciri ular tidak berbisa seperti :
a. Bentuk kepala segitiga
b. Dua gigi taring besar di rahang atas
c. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise
otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang
terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau
menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai
akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang
terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis,
gagal ginjal.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia
akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

B. Penyebab Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa


a. Penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa
Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau
diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga
untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein
dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga
juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota keluarga
Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup
serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga
3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon
dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.
Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia mati
ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak
melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat.
Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya dan memutar
tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.
b. Gejala
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai macam faktor
yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan, bengkak,
nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut.
Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan
tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan
akut. Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas, pingsan
dan hampir meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis.
Ini juga diakibatkan karena alergi pada gigitan serangga. Gigitan serangga juga
mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan kematian karena gangguan udara.Sengatan
dari serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan
hingga mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.
Sedangkan tanda dan gejala dari gigitan binatang berbisa seperti ular yaitu :
Tanda umum ular berbisa adalah kepalanya berbentuk segitiga. Tanda lain adalah dari
penampakan langsung misalnya corak kulitnya. Dari bekas gigitan dapat dillihat dua
lubang yang jelas akibat dua gigi taring rahang atas bila ularnya berbisa, dan deretan bekas
gigi-gigi kecil berbentuk U bila ularnya tak berbisa.
Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka gigitan yang
sederhana sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian. Hasil temuan pada korban
gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban dapat tidak menunjukkan gejala inisial,
dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan menjadi syok.
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori mayor :
o Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp)
menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak
hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat
mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
o Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ abdomen.
Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka
yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan
kematian.
o Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem
saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan
otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya,
korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan
kesemutan.
o Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa
elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area
tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba
menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
o Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.

C. Penatalaksanaan Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa


1. Penatalaksanaan pada gigitan serangga
Jika seseorang yang telah digigit serangga mengalami gejala seperti di atas maka carilah
pengobatan. Gejala tersebut bisa jadi anafilaksis fatal.
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak adalah gejala yang paling sering
ditemui. Paling sering ini diobati di rumah dengan antihistamin.Jika gigitan menyebabkan
infeksi (kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuh tinggi, demam, atau kemerahan di
tubuh), pergilah ke dokter.Jika tidak diketahui apa yang menggigit, sangat penting untuk
menjaga area yang digigit agar tidak terjadi infeksi.
Hubungi dokter jika ada luka yang terbuka, mungkin itu sengatan racun laba-laba.
Seseorang yang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat serangga harus pergi ke rumah
sakit terdekat jika mendapati gejala lain. Sedang orang yang tidak mempunyai riwayat
tergigit serangga juga harus ke bagian gawat darurat jika:
a. Mendesah
b. Sesak nafas
c. Dada sesak atau sakit
d. Tenggorokan sakit atau susah berbicara
e. Pingsan atau lemah
f. Infeksi
a. Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya kemerahan dan nyeri
pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai pengobatan. Bersihkan area
yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang
terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi
lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan. Pengobatan dapat juga menggunakan
antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil.
Losion Calamine juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.

2. Penatalaksanaan pada gigitan binatang berbisa


Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di
lapangan dan manajemen di rumah sakit
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan
pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan
autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk
membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket,
kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai
dengan prinsip dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk menghindari
hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).
b. Pertolongan Pertama :
 Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan
menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
 Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara
efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena
(umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah
tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
 Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat
penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam
beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di
masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara
signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
 Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran
darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan
dari area yang tergigit.
 Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan
darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu
menjadi membutuhkan intubasi.
 Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit
kemungkinan berbisa.
 Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke
fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak
berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa
resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika
aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular –
ular masih dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi
yang salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan
fatal.
 Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan
lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk
memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran
darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti
ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
 Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka
lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini
terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban
pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan
membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan
bidai, dengan tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini
membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa
memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di
sana.
c. Manajemen di Rumah Sakit
Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC dan mengevaluasi pasien atas tanda-
tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat, perubahan status mental,
hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam nyawa. Korban dengan kesulitan bernafas
mungkin membutuhkan endotracheal tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong
korban bernafas. Korban dengan syok membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-
obatan lain untuk mempertahankan aliran darah ke organ-organ vital.
Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi menengah
dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir
sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan
mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.
Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan antivenin pada korban gigitan ular-
ular viper. Derajat dibagi dalam ringan, sedang, atau berat.
 Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tanda-tanda
toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.
 Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih dari 12 inci
di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus dan penyimpangan pada
hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah hematokrit atau trombosit).
 Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur darah, hipotensi,
hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin time dan tromboplastin time
parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes lain yang menunjukkan
koagulopati konsumtif.
Penderajatan envenomasi merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom
ringan awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat. Beri antivenin pada
korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika korban datang dalam 12 jam setelah
gigitan, tanpa melihat adanya tanda-tanda lokal atau sistemik. Neurotoksisitas dapat muncul
tanpa tanda-tanda sebelumnya dan berkembang menjadi gagal nafas.
Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran lain. Suntikan tetanus diperlukan jika
korban belum pernah mendapatkannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Beberapa luka
memerlukan antibiotik untuk mencegah infeksi.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
 Identitas
a) Identitas klien
b) Identitas penanggung jawab
2. Riwayat keperawatan
a) Alasan masuk RS
b) Keluhan utama
c) Riwayat kesehatan sekarang
d) Riwayat kesehatan masa lalu
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Riwayat alergi
3. Pengkajian ABC
1. Primary survey
 Nilai tingkat kesadaran
 Lakukan penilaian ABC :
A – airway: kaji apakah ada muntah, perdarahan
B – breathing: kaji kemampuan bernafas akibat kelumpuhan otot-otot pernafasan
C – circulation : nilai denyut nadi dan perdarahan pada bekas patukan, Hematuria,
Hematemesis /hemoptisis
Intervensi primer
 Bebaskan jalan nafas bila ada sumbatan, suction kalau perlu
 Beri O2, bila perlu Intubasi
 Kontrol perdarahan, toniquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah
bening (Pita dilepaskan bila anti bisa telah diberikan). Bila tidak ada anti bisa,
transportasi secepatnya ke tempat diberikannya anti bisa.
Catatan : tidak dianjurkan memasang tourniquet untuk arteriel dan insisi luka
§ Pasang infus
2. Secondary survey dan Penanganan Lanjutan :
 Penting menentukan diagnosa patukan ular berbisa
 Bila ragu, observasi 24 jam. Kalau gejala keracunan bisa nyata, perlu pemberian
anti bisa
 Kolaborasi pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas
protein, maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di
Indonesia, antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap
beberapa bisa ular.
Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang
luas.
Bila alergi serum kuda :
- Adrenalin 0,5 mg/SC
- ABU IV pelan-pelan
 Bila tanda-tanda laringospasme, bronchospasme, urtikaria hypotensi : adrenalin
0,5 mg/IM, hydrokortison 100 mg/IV
 Anti bisa diulang pemberiannya bila gejala-gejala tak menghilang atau berkurang.
Jangan terlambat dalam pemberian ABU, karena manfaat akan berkurang.
 Kaji Tingkat kesadaran
Nilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
 Ukur tanda-tanda vital

B. Analisa Data
Tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi
DS:
DO:

C. Diagnosa keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan darah pada paru
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan paralisis otot

D. Intervensi (tujuan dan kriteria hasil)


1. Pola napas tidak efektif b/d penumpukan cairan darah pada paru.
Intervensi :
 Auskultasi bunyi nafas
Rasional: Kesulitan pernapasan dan munculnya bunyi adventisius merupakan
indikator dari kongesti pulmonal/edema interstisial, atelektasis.
 Pantau frekuensi pernapasan
Rasional: Pernapasan cepat/dangkal terjadi karena hipoksemia, stres, dan sirkulasi
endotoksin.
 Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
 Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam
 Observasi warna kulit dan adanya sianosis
 Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
 Batasi pengunjung klien
 Pantau seri GDA
 Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
 Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)
(Nanda, 2005: 4)
2. Intoleransi aktifitas b/d paralisis otot
Intervensi:
 Ajarkan tekhnik alih baring setiap 2 jam sekali
Rasional: menghindari adanya luka dekubitus.
 Ajarkan tekhnik latihan otot ringan
Rasional: menghindari adanya kekauan otot berkepanjangan.
 Ajarkan pasien untuk memenuhi kebutuhan pribadi ringan
Rasional: mengurangi tingkat ketergantungan kepada orang lain.
E. Implementasi
Mencantumkan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan prioritas ABCD, dengan
urutan tindakan yang dilakukan di IGD (sesuai fakta yang dilakukan/ aplikasi), dilengkapi
dengan waktu.

F. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak
tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat
apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
a. Menunjukan GDA dan frekuensi dalam batas normal dengan bunyi nafas vesikuler
b. Tidak mengalami dispnea atau sianosis
c. Mendemontrasikan suhu dalam batas normal
d. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
e. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah, meringankan sakit,
menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh
tubuh sebelum dibawa ke rumah sakit. Pada beberapa tahun yang lalu penggunaan torniket
dianjurkan. Seiring berkembangannya ilmu pengetahuan kini dikembangkan metode
penanganan yang lebih baik yakni metode pembalut dengan penyangga. Idealnya digunakan
pembalut dari kain tebal, akan tetapi jika tidak ada dapat juga digunakan sobekan pakaian atau
baju yang disobek menyerupai pembalut. Metode ini dikembangkan setelah dipahami bahwa
bisa menyebar melalui pembuluh limfa dari korban. Diharapkan dengan membalut bagian
yang tergigit maka produksi getah bening dapat berkurang sehingga menghambat penyebaran
bisa sebelum korban mendapat ditangani secara lebih baik di rumah sakit

B. Saran
Segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Informasikan kepada dokter mengenai
penyakit yang diderita pasien seperti asma dan alergi pada obat – obatan tertentu, atau
pemberian antivenom sebelumnya. Ini penting agar dokter dapat memperkirakan
kemungkinan adanya reaksi dari pemberian antivenom selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

- Nana,Sufyan.2012.Askepgigitan ular,diakses pada 10 Oktober 2014.


- Nanda nic-noc.2013.panduan penyusunan asuhan keperawatan profesional

Anda mungkin juga menyukai