NUR FADILLAH
RAFIKA
NUHRIFA
NURHIJRAH
VIVI PUSPITA
I GEDE KUSUMA WIJAYA
SUNANTI
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Hidayah serta Inayah-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini secara tepat waktu, demi memenuhi
tugas Sistem Kegawat Daruratan.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik moral maupun material, antar lain kepada: Para Dosen STIKES Widya
Nusantara Palu yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk melaksanakan tugas Sistem
Kegawat Daruratan. Kedua Orang Tua serta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik
moral maupun material.Teman – teman yang selalu memberikan bantuan dan dukungan serta
kritik dan saran dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Sebagai manusia biasa yang tak
pernah luput dari kesalahan maka penyusun sadar bahwa isi dari makalah ini jauh dari sempurna.
Sehingga penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam
penyusunan makalah ini.
Kata Pegantar……………………………………………………………………………
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….
C. Tujuan ………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Kegawatdaruratan Pada Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa…………………..
1. Definisi gigitan serangga…………………………………………………………..
2. Definisi gigitan binatang berbisa…………………………………………………..
B. Penyebab Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa…………………………………..
B. Penatalaksanaan Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa……………………………
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..
B. Saran …………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.
Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis.
Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah
pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan
terhadap gigitan ular berbisa. Selain kasus gigitan serangga dan binatang berbisa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan serangga dan binatang berbisa?
2. Apa saja penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa?
3. Bagaimana penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan serangga dan binatang berbisa
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Identitas
a) Identitas klien
b) Identitas penanggung jawab
2. Riwayat keperawatan
a) Alasan masuk RS
b) Keluhan utama
c) Riwayat kesehatan sekarang
d) Riwayat kesehatan masa lalu
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Riwayat alergi
3. Pengkajian ABC
1. Primary survey
Nilai tingkat kesadaran
Lakukan penilaian ABC :
A – airway: kaji apakah ada muntah, perdarahan
B – breathing: kaji kemampuan bernafas akibat kelumpuhan otot-otot pernafasan
C – circulation : nilai denyut nadi dan perdarahan pada bekas patukan, Hematuria,
Hematemesis /hemoptisis
Intervensi primer
Bebaskan jalan nafas bila ada sumbatan, suction kalau perlu
Beri O2, bila perlu Intubasi
Kontrol perdarahan, toniquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah
bening (Pita dilepaskan bila anti bisa telah diberikan). Bila tidak ada anti bisa,
transportasi secepatnya ke tempat diberikannya anti bisa.
Catatan : tidak dianjurkan memasang tourniquet untuk arteriel dan insisi luka
§ Pasang infus
2. Secondary survey dan Penanganan Lanjutan :
Penting menentukan diagnosa patukan ular berbisa
Bila ragu, observasi 24 jam. Kalau gejala keracunan bisa nyata, perlu pemberian
anti bisa
Kolaborasi pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas
protein, maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di
Indonesia, antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap
beberapa bisa ular.
Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang
luas.
Bila alergi serum kuda :
- Adrenalin 0,5 mg/SC
- ABU IV pelan-pelan
Bila tanda-tanda laringospasme, bronchospasme, urtikaria hypotensi : adrenalin
0,5 mg/IM, hydrokortison 100 mg/IV
Anti bisa diulang pemberiannya bila gejala-gejala tak menghilang atau berkurang.
Jangan terlambat dalam pemberian ABU, karena manfaat akan berkurang.
Kaji Tingkat kesadaran
Nilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
Ukur tanda-tanda vital
B. Analisa Data
Tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi
DS:
DO:
C. Diagnosa keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan darah pada paru
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan paralisis otot
F. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak
tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat
apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
a. Menunjukan GDA dan frekuensi dalam batas normal dengan bunyi nafas vesikuler
b. Tidak mengalami dispnea atau sianosis
c. Mendemontrasikan suhu dalam batas normal
d. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
e. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah, meringankan sakit,
menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh
tubuh sebelum dibawa ke rumah sakit. Pada beberapa tahun yang lalu penggunaan torniket
dianjurkan. Seiring berkembangannya ilmu pengetahuan kini dikembangkan metode
penanganan yang lebih baik yakni metode pembalut dengan penyangga. Idealnya digunakan
pembalut dari kain tebal, akan tetapi jika tidak ada dapat juga digunakan sobekan pakaian atau
baju yang disobek menyerupai pembalut. Metode ini dikembangkan setelah dipahami bahwa
bisa menyebar melalui pembuluh limfa dari korban. Diharapkan dengan membalut bagian
yang tergigit maka produksi getah bening dapat berkurang sehingga menghambat penyebaran
bisa sebelum korban mendapat ditangani secara lebih baik di rumah sakit
B. Saran
Segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Informasikan kepada dokter mengenai
penyakit yang diderita pasien seperti asma dan alergi pada obat – obatan tertentu, atau
pemberian antivenom sebelumnya. Ini penting agar dokter dapat memperkirakan
kemungkinan adanya reaksi dari pemberian antivenom selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA