Anda di halaman 1dari 66

SARANG SEMUT

MYRMECODIA SP

Kelompok 3:
Sofiyani Chandrawati (20712313)
Rina Fatmawati (20712314)
Siti Aminah (20712319)
Christinawati (20712343)
PENDAHULUAN

Merupakan bagian dari tumbuhan


epifit (Myrmecodia sp)
Tersebar di berbagai wilayah
Indonesia, seperti Papua, Siberut,
Mentawai, Jawa dan Kalimantan.
Jenis yang banyak ditemukan adalah
Myrmecodia tuberosa
TAKSONOMI
MORFOLOGI

Tumbuhan terbagi atas umbi batang, daun dan bunga.


Umbi yang ditemukan ada yang bulat dan ada yang bulat memanjang
(lonjong). (Bentuk lonjong yang paling banyak ditemukan)
Bentuk daunnya bulat memanjang (lonjong).
Permukaan umbi batang berwarna cokelat keabua-buan dan diselimuti
oleh duri-duri kecil.
Ketika umbi batang tersebut dibelah, akan nampak lapisan dalam yang
berongga-rongga dan di dalamnya banyak dihuni oleh semut
BUNGA DAN BIJI
EKOLOGI

Tersebar mulai dari pinggir pantai, dari


hutan bakau dan pohon-pohon pinggir
pantai hingga ketinggian 2400 m dpl.
Banyak ditemukan di padang rumput.

Jarang ditemukan di hutan tropis dataran


rendah, tetapi lebih banyak ditemukan di
hutan dan daerah pertanian terbuka dengan
ketinggian sekitar 600 m dpl.
NAMA DAERAH

Rumah semut (Sumatra)


Ulek ulek polo (Jawa);
Lokon, Suhendep, Nongon (Papua)
Angkis putih dan angkis merah
(Kalimantan)
Periok hantu, Peruntak, Sembuku
(Malaysia);
By ki nan, Ki nam gai, Ki nam kin (Vietnam)
EPIFIT
Disebut sarang semut karena bagian dalam
hipokotil nya digunakan sebagai sarang semut
INANG TANAMAN
Sarang semut hidup secara epifit pada :
Bayuwan , Binjai, Cangkring, Cempedak,
Dadap, Gala-gala, Gintungan, Hambawang,
Jalamo, Karet, Kasturi, Kemiri, Merumbai,
Mikumbang, Rambutan, Tiwadak (Gunawan,
et.al, 2009)
Cajuput (Melaleuca), Cemara gunung
(Casuarina), Kaha (Castanopsis) dan sejenis
pohon Beech (Nothophagus) (Soeksmanto,
A.,et.al, 2010)
JENIS SEMUT PENGISI SARANG
Ochetellus sp (black house ant)

Irydomyrmex (rainbow ant)


SARANG SEMUT DALAM BERBAGAI UKURAN
www.themegallery.com

SARANG SEMUT DALAM BERBAGAI UKURAN


DIPENGARUHI OLEH:

Suhu (23 26oC)


Kelembaban (78 82%)
Kondisi Intensitas cahaya (570 -580
ekologis lux)
Tanah (pH agak asam,
mengandung pasir tinggi)

umur pohon
Pohon
diameter
EMPIRIS

Masyarakat Papua menggunakan


sarang semut (air rebusan) untuk
mengobati ulcer, haemorrhoid,
nosebleed, backache, allegy, urin acid
disorder, stroke, coronary heart
problem, TBC, tumor, cancer,
lactagogum, etc. (Subroto and Saputro,
2006)
REVIEW JURNAL
LATAR BELAKANG
Flavonoid merupakan turunan polifenol dari 2-
fenilkroman umumnya ditemukan di beberapa tanaman,
sayuran dan buah-buahan.
Keuntungan flavonoid untuk kesehatan, meliputi:
aktifitas antioksidan
antiproliperatif
antikarsinogenik
antibakteri
antiinflamasi
antialergi
Antivirus
Aktifitas antikanker tanaman ini telah diuji dengan
menggunakan sel kanker dari serviks manusia (Sel Hela)
dan payudara anjing (MCM-B2). Penelitian ini
menunjukkan bahwa ekstrak tanaman sarang semut
dapat menghambat Sel Hela dan MCM-B2.
PENYIAPAN SAMPEL

Sarang semut dicuci bersih lalu dibilas dengan


aquadest, lalu dihancurkan dan dikeringkan
menggunakan freeze dryer, kemudian
dimasukkan dalam oven dengan suhu 40 C
selama 12 jam. Lalu bahan yang sudah kering
diblender hingga menjadi serbuk yang dapat
melewati mesh ukuran 120, lalu dikumpulkan
untuk ekstraksi.
ANALISIS HPLC
Kolom : Luna 5U-C18 (2) 100A column (250 mm4.5 mm, 5 m) plus
Jasco, quaternary gradient pump (pu-2089) plus Jasco,
Detektor UV-20774 intelligent UV/vis detector.
The compounds were eluted with a gradient elution of mobile phases A
and B. Solvent A consisted of deionized water and 1% acetic acid and
Solvent B consisted of methanol (HPLC grade) and 1% acetic acid.
Gradient elution program was set as follows: 10% B17.2% B (18 min),
17.2% B23% B (12 min), 23% B isocratic (10 min), 23%31.3% B (13
min), 31.3% B46% B (12 min), 46% B55% B (5 min), 55% B100% B
(5 min), 100% B isocratic (8 min), 10% B (2 min) and 10% B isocratic (5
min).
The injection volume for all samples was 20 l.
Flavonoids were monitored at 280 nm and 285 nm at a flow rate of 1
ml/min.
All determinations were performed in triplicate.
ANALISIS HPLC
Sampel tanaman sarang semut diekstrak dengan
kondisi optimum (pelarut etanol 80%, pelarut 50 ml/g
sampel, ekstraksi 4 jam)
3 g sampel dipanaskan selama 4 jam dalam 150 ml
pelarut pada suhu 55 C. campuran disaring dengan
kertas saring Whatman no.2, lalu kandungan
etanolnya diuapkan menggunakan rotary evaporator
dengan suhu 60 C, dan air dihilangkan menggunakan
freeze drying.
Analisis HPLC ekstrak mentah, ditemukan 5 flavonoid
meliputi kaempferol (13.767 mg/g), luteolin (0.005
mg/g), rutine (0.003 mg/g), quercetin (0.030 mg/g)
and apigenin (4.700 mg/g).
KANDUNGAN TOTAL FENOLIK DAN FLAVONOID

Jumlah kadar fenol setara asam galat (GAE).


Ekstrak tanaman kering memiliki kandungan fenol total
330,61 2.13 mg GAE / g.
Pengamatan ini menunjukkan bahwa sarang tanaman
semut kaya fenolat yang memiliki potensi sebagai nilai
tambah produk.
Jumlah kandungan flavonoid dinyatakan sebagai quercetin
(QE). Ditemukan bahwa ekstrak tersebut memiliki flavonoid
Total 63,28 1,75 mg QE / g ekstrak kering.
Total fenolik dan flavonoid dan efek penghambatan radikal
dapat dipengaruhi oleh sumber tanaman dan lingkungan di
mana tanaman dikumpulkan dan dibudidayakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis HPLC ekstrak mentah, ditemukan 5


flavonoid meliputi kaempferol (13.767
mg/g), luteolin (0.005 mg/g), rutine (0.003
mg/g), quercetin (0.030 mg/g) and apigenin
(4.700 mg/g).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Chromatogram of eight available flavonoid standards monitored at 280 nm and


identified with retention time (min) catechin (17.593), (+)- epicatechin (43.110),
rutine (62.433), luteoline (73.178), myrcetin (74.777), kaepferol (76.197),
quercetin (78.147) and apigenin (87.160).
HASIL DAN PEMBAHASAN

HPLC chromatogram of the crude extract obtained under optimum conditions:


80% ethanol, 4 h and 50 ml per gram sample. Peak no. 4 (rutine), 7 (luteolin), 9
(kaepferol), 10 (quercetin) and 12 (apigenin) were identified peaks.
KESIMPULAN

Tanaman sarang semut dapat dianggap


sebagai potensi sumber flavonoid khususnya
dan senyawa fenolik umumnya.
Temuan dari penelitian ini dapat menambah
nilai keseluruhan potensi obat tanaman.
ANTI CANCER
LATAR BELAKANG

Kanker merupakan salah satu penyebab


kematian primer
Perlu dikembangkan obat bahan alam yang
berpotensi dalam mengobati kanker
Uji toksisitas menggunakan BSLT
menunjukkan LC50 dari ekstrak air, ekstrak
etilasetat dan ekstrak n-butanol dari sarang
semut antara 37,03-55,58 L/mL
SAMPEL

Myrmecodia pendens dari Wamena Papua,


diidentifikasi di Herbarium Bogoriensis, LIPI,
Cibinong
Sel HeLa dan MCM-B2 diperoleh dari
Laboratorium Kultur Jaringan, Dep Parasitologi
dan Patologi, Fak Kedokteran Hewan, IPB
METODE
Hipokotil sarang semut dibersihkan dipotong
dicuci dikeringkan ad serbuk

Direflux dengan air dan MeOH

Ekstrak air (A) ;


Ekstrak MeOH dipartisi dg Etil Asetat : Air (1:1)

Ekstrak Etil Asetat dipartisi dg n-butanol : Air (1:1)

Diperoleh ekstrak air (B)


METODE

Cultur sel HeLa dan MCM


Dihitung persentase
B2 sebanyak 100uL dlm
inhibisinya
800 uL media DMEM

Campurkan dg 100uL
masing2 ekstrak (air, MeOH,
Suspensi sel dihitung
etil asetat, n-butanol) dg
dg hemositometer
kons 0, 30, 60, 90, 120,
dan 150 ppm

Bandingkan dengan
Sel diinkubasi selama
standard doxorubicin 5
72 jam
ppm
HASIL
Aktivitas Inhibisi Sel HeLa :
HASIL

Aktivitas Inhibisi Sel MCM-B2 :


KESIMPULAN

1. Ekstrak air memiliki aktivitas antikanker yang lebih baik dari


pada ekstrak lain. Ekstrak air A nilai IC50 sebesar 27,61 ppm
(HeLa) dan 54,57 ppm (MCM-B2) dan Ekstrak air B nilai IC50
sebesar 29,36 ppm (HeLa) dan 74,20 ppm (MCM-B2).
2. Ekstrak polar (air) mempunyai aktivitas antikanker lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak non polar (etil asetat dan n-
butanol).
PRELIMINARY STUDY ON IMMUNOMODULATORY
EFFECT OF SARANG-SEMUT TUBERS MYRMECODIA
TUBEROSA AND MYRMECODIA PENDENS
TRIANA HERTIANI, DKK. INDONESIA, TAHUN 2010, ONLINE JOURNAL
OF BIOLOGICAL SCIENCES
LATAR BELAKANG

Ada 2 jenis Sarang


Bukti Bukti
Tanaman Sarang Semut Merah
Penelitian Ilmiah
Semut banyak (Myrmecodia
kedua tanaman ini
digunakan di Papua pendens) dan
masih kurang,
untuk berbagai Sarang Semut
khususnya aktivitas
macam terapi Putih (Myrmecodia
immunomodulator
tuberosa)
TUJUAN

Mengetahui Ekstrak Etanol dan Fraksi


Ekstrak memiliki efek terhadap
Proliferasi Limfosit dan Fagositosis
Makrofag pada Tikus Balb/c secara In
Vitro

Analisis Fitokimia pada kedua


tanaman tersebut untuk mengetahui
konstituen kimianya
METODE
PREPARASI SAMPEL

Maserasi dalam
Pemotongan,
Pengumpulan etanol
Pengeringan
dan Identifikasi 95%,supernatan
sampel serbuk
Tanaman uapkan dg rotary
kering
evaporator
UJI PROLIFERASI LIMFOSIT

Jaringan limfa tikus Balb/c dimasukkan dlm petri dish


yg berisi 10 mL RPMI suspensi limfosit, sentrifugasi
3200 rpm 4C selama 4 menit

Endapan disuspensikan dlm 5 mL buffer tris


amonium klorida pada T kamar, 15 menit

Tambahkan RPMI ad 10 mL, sentrifugasi 3200 rpm


4C, 4 menit

Endapan dicuci 2x dengan RPMI, encerkan dg media

Sel limfosit dihitung dengan hemositometer


LANJUTAN
Kultur sel diinkubasi pada inkubator CO2, T : 37C, 24 jam

Suspensi sel limfosit dalam 100 uL media (1,5x106 sel/mL) dimasukan dalam 96
well micro plate

Tambahkan 10 uL vaksin hepatitis B inkubasi pada suhu 37C selama 24 jam


dengan dialiri CO2 5%

Tambahkan 100 uL suspensi sampel inkubasi lagi selama 48 jam

Tambahkan 10 uL MTT 5 mg/mL inkubasi pada 37C selama 4 jam


LANJUTAN

Sel limfosit bereaksi Tambahkan Reagen


dengan MTT stopper (10 % SDS)
membentuk warna pada 50 uL HCl 0,01
ungu N

Tentukan density
Gunakan kontrol optik dengan
positif 10 uL PHA 5 menggunakan
ug/uL microplate reader
pada 550 nm
UJI AKTIVITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG

Makrofag diisolasi dari Alikuot disentrifugasi Endapan ditambahkan 3


tikus cairan peritoneum pada 1.200 rpm 4C mL RPMI mengandung
dengan 10 mL RPMI. selama 10 menit FBS 10% (v/v)

Sel dihitung dengan


Suspensi sel kemudian
hemositometer
diinokulasi pada
disuspensi dalam
plate mikrotiter 24 well
medium sehingga
(Nunc) dengan round
diperoleh suspensi sel
cover clip
1,3x106 sel/mL
LANJUTAN

Sel diinkubasi dalam incubator Dicuci dengan RPMI


CO2 5% pada suhu 37C 2x tambahkan 1
selama 30 menit cuci dengan ml medium
250 uL medium 3x inkubasi inkubasi selama 24
lagi selama 2 jam h

Tambahkan suspensi lateks


(200 uL/well) dan sampel Kultur makrofag Bead lateks 3um
(200 uL/well)ke masing- peritoneal, disuspensi dalam PBS
masing well inkubasi dicuci 2x diperoleh konsentrasi
dalam inkubator CO2 5% dengan RPMI 2,5x106 partikel/mL
37C selama 60 menit
LANJUTAN

Cuci dengan PBS 3x


untuk menghilangkan Fiksasi dengan methanol Fiksasi dengan 2%
bead lateks berlebih selama 30 detik pewarnaan Giemsa (V/v)
keringkan pada suhu keringkan selama 20 menit
kamar

Indeks fagositosis makrofag diperoleh


dengan menghitung jumlah bead fagosit
Cuci dengan air suling, makrofag
dan well dibiarkan kering dan bead lateks yang
dikonsumsi oleh makrofag di bawah
mikroskop inverted
ANALISIS FITOKIMIA

Lampu yang
digunakan UV
254 dan 366
nm untuk
mendeteksi Penyemprotan
Sistem TLC senyawa reagen untuk
dievaluasi agar kromofor mendeteksi
memperoleh gugus
pemisahan fungsional
terbaik suatu senyawa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji proliferasi limfosit M. tuberosa dan M.
pendens ditunjukkan pada Tabel 1-2.
Aktivitas tertinggi diamati pada fraksi etil asetat
M. pendens.
Uji fagositosis makrofag dari kedua tanaman
menunjukkan pola yang sama (Tabel 3-4).
Aktivitas tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak etanol
M. tuberosa pada konsentrasi 50 mg/mL
PERBEDAAN M. PENDENS DAN M. TUBEROSA

M. Pendens M. Tuberosa

Uji Aktivitas +++ (Fraksi Etil ++


Proliferasi Limfosit Asetat >>)

Uji Aktivitas +++ +++ (Ekstrak


Fagositosis Etanol >>)
Makrofag
Analisis Fitokimia Flavonoid, alkaloid, Fenolik dan
fenolik dan terpenoid
terpenoid
KESIMPULAN
Umbi sarang semut meningkatkan proliferasi
limfosit mencit Balb/c dan aktivitas fagositosis
makrofag. Fraksi etil asetat dari M. pendens
(50 mg mL-1) menunjukkan aktivitas tertinggi
dalam uji proliferasi limfosit, tetapi indeks
fagositosis makrofag tertinggi ditunjukkan oleh
ekstrak etanol M. tuberosa (50 mg mL-1).
Profil TLC dalam analisis fitokimia dari umbi M.
pendens dan M. tuberosa menunjukkan
perbedaan kandungan kimia pada kedua
tanaman tersebut.
ANTI CANCER
The aim of this study is to investigate anticancer activity of
methanol extract (ethylacetate, n-buthanol and water partitions)
and water extract from Sarang semut (local name), Myrmecodya
pendens which is one of Rubiaceae family.
Within Papua area (Indonesia), this medicinal plant has been
used traditionally as alternative treatment for ulcer, tumor and
cancer.
In this study, the extracts of this plant were tested for their
activities in some cancer cells HeLa (human cervix) and MCM-B2
cell (
The result showed that water extract of this plant has better anti
cancer activity compared to other extracts. The IC50 value of
water extract A is 27.61 ppm (HeLa) and 54.57 ppm (MCM-B2),
while water extract B is 29.36 ppm (HeLa) and 74.20 ppm (MCM-
B2).
Our study concluded that polar extract (water) exhibited higher
anticancer activity than non-polar extracts (ethylacetate and n-
buthanol).
ABSTRAK
LATAR BELAKANG

Tumbuhan sarang semut banyak dimanfaatkan


dalam pengobatan : M. tuberosa, M. pendans
dan Hydnophytum formicarum
Ekstrak heksan, diklormetan, etil asetat, dan
metanol Hydnophytum formicarum Jack.
dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan dan
antibakteri terhadap beberapa bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif.
Aktivitas antimikroba pada penelitian ini
dilakukan dengan metode difusi agar dan
mikrodilusi.
Skrining Pengujian
Penentuan aktivitas
Penyarian harga KBM fitokimia
Pengujian dengan antimikroba
dan aktivitas ekstrak etanol senyawa
pembuatan 70% M. kromatogr
antimikroba afi lapis dengan
ekstrak metode
tuberosa tipis bioautografi

ALUR KERJA
www.themegallery.com
Penyarian dan pembuatan
PREPARASI LARUTAN
STANDAR ekstrak

diaduk secara berkala,


Disari Ekstrak etanolik cair
dikumpulkan,Ekstrak
menggunakan
metode etanolik cair
maserasi dikumpulkan , didapat
ekstrak kental
dengan pelarut
Serbuk bahan etanol 70%
800g dari
simplisia kering
M. tuberosa

www.themegallery.com
Pengujian aktivitas
PREPARASI LARUTAN
antimikroba
STANDAR

Penyiapan
bakteri uji
Larutan stok
diencerkan
sebagai
lar.utan uji
Larutkan
400mg ekstrak
etanol 70%
dalam 1mL
pelarut DMSO
5% v/v sbg
larutan stok.
www.themegallery.com
CARA DIFUSI
satu ose dari kultur
bakteri/fungi standar Suspensikan 1 ose
digoreskan pada dalam 1mL media cair
media NB (bakteri)RPMI Larutan stok bakteri
(fungi) diinkubasi 18- dan fungi
yang sesuai diinkubasi
35C-37C selama 18- 24 jam pada suhu
35C-37C.
24 jam

100L mikroba +
diinkubasi selama 24 10mL media
Mati Zona hambatan jam pada suhu pertumbuhan mikroba
37C dituang ke petri +
3L larutan uji

www.themegallery.com
METODE MIKRODILUSI

diencerkan 1:100 dalam


Suspensi bakteri + NaCl media cair inokulasikan
steril hingga 2 ke mikroplat yang telah
Mcfarland diberi seri
larutan uji

inkubasi pada suhu


37C selama
24 jam.
www.themegallery.com
UJI KHM
10L suspensi uji yang menunjukkan KHM
gores di NA secara zigzag inkubasi 37oC
amati daerah jernih
Kadar ekstrak etanol M. tuberosa padasuspensi
uji dinaikkan sampai didapat kadar yangmampu
memberikan zona jernih pada media NA.
kontrol pembanding (paper disc diberi 3L
Fluconazole 2mg/mL untuk jamur dan 3L
Streptomycin 1,2mg/mL untuk bakteri), kontrol
negatif
SKRINING FITOKIMIA DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS
metode KLT penotolan ekstrak 10mg/mL
etanol p.a sebanyak 2L kemudian dilakukan
elusi menggunakan fase diam silica gel 60 F254
dan fase gerak toluen: aseton: metanol: asam
formiat (26:8:5:1) v/v sinar UV254 dan
UV366
penyemprotan dengan berbagai macam pereaksi
warna pada masing-masing pelat KLT untuk
dipanaskan di oven suhu 105C selama 5 menit.
dibandingkan dengan bercak aktif pada uji
bioautografi.
PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA SENYAWA
DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI
Media(10mL) dengan 100L suspensi mikroba
(McFarland II) dituang ke dalam petri hingga beku
kromatogram hasil elusi ekstrak ditempelkan di
atas permukaan media selama 30 menit
Kromatogram diangkat dari media dengan hati-
hati, petri ditutup rapat kembali dan diinkubasikan
dengan posisi terbalik selama 24 jam pada suhu
37C.
Amati letak bercak yang menunjukkan aktivitas
antibakteri yaitu bercak jernih.
HASIL DAN PEMBAHASAN
..LANJUTAN

Uji pendahuluan aktivitas antimikroba terhadap


Candida albicans, Escherichia coli, dan
Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa
ekstrak etanol M. uberosa (1,2 mg/paper disk)
memiliki aktivitas antimikroba terhadap
C.albicans, E.coli dan S. aureus
M. tuberosa Jack memiliki harga KHM pada kadar
0,8% terhadap C. albicans, E. Coli sedangkan KHM
terhadap S. aureus adalah 1,6%.
.LANJUTAN
.LANJUTAN

Hasil penambahan pereaksi semprora


gendorff, amoniak, SbCl3, DNPH, KOH etanolik
5%, dan pereaksi sitroborat tidak menunjukkan
hasil positif. Hal tersebut menunjukkan dalam
ekstrak etanol tidak terdeteksi keberadaan
senyawa golongan alkaloid, flavonoid
polihidroksi, kuinon, senyawa karbonil, maupun
sterol.
KESIMPULAN

Ekstrak etanol Myrmecodia tuberosa Jack.


menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap
C.albicans, E. coli, dan S.aureus dengan KHM
masing-masing secara berurutan 0,8% b/v;
0,8% b/v; 1,6% b/v, dan KBM terhadap C.
albicans > 6,4% b/v, E. coli 6,4% b/v, dan S.
aureus 1,6% b/v.
www.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai