Anda di halaman 1dari 21

FARMASI BAHAN ALAM

FORMULA JAMU UNTUK MENGOBATI MASUK ANGIN

Oleh :
Dewi Ristiani 0708505056

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai kurang lebih
35.000 pulau yang besar dan kecil dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang sangat
tinggi. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 sampai dengan 150 famili tumbuh-tumbuhan,
dan dari jumlah tersebut sebagian besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai
tanaman industri, tanaman buah-buahan, tanaman rempah-rempah dan tanaman obat-obatan
(Sudirga, tt). Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah
digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun temurun. Keuntungan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri, murah dan dapat
diramu sendiri di rumah. Hampir setiap orang Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat
untuk mengobati penyakit atau kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik ketika
masih bayi, anak-anak maupun stelah dewasa (Zein, 2005).
Bertolak dari hal itu maka upaya kesehatan terpadu (sehat jasmani, rohani dan sosial)
mutlak diperlukan baik secara pribadi maupun kelompok masyarakat untuk mewujudkan
Indonesia sehat 2010. Keterpaduan upaya kesehatan tersebut meliputi pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan
kesehatan (promotif). Berbagai cara bisa dilakukan dalam rangka memperoleh derajat
kesehatan yang optimal, salah satunya dengan memanfaatkan tanaman obat yang dikemas
dalam bentuk jamu atau obat tradisional. Adapun yang dimaksud dengan obat tradisional
adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,
sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal
dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral,
sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman obat (TO)
karena sebagian besar OT berasal dari TO. Dari masa ke masa OT mengalami perkembangan
yang semakin meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature)
serta krisis yang berkepanjangan (Katno dan Pramono, 2006).
Di kehidupan masyarakat Indonesia, kita sering mendengar istilah masuk angin. Dimana
ciri-cirinya adalah merasa kedinginan, perut kembung, pegal-pegal otot dan sendi, buang gas
terus menerus, serta terkadang muncul gejala batuk-pilek. Salah satu pengobatan yang
digunakan untuk mengobati masuk angin adalah dengan menggunakan jamu (Mufida, tt).
Jamu merupakan ramuan tradisional dari Indonesia yang telah terbukti khasiatnya secara
turun-temurun berdasarkan pengalaman. Jamu dapat dikategorikan sebagai minuman
tradisional karena menggunakan bahan-bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan berkhasiat
yang sudah biasa digunakan oleh masyarakat setempat secara turun temurun (Limananti dan
Triratnawati, 2003). Selain itu, pengobatan dengan menggunakan jamu biayanya lebih
ekonomis sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Maka dari itu penulis
mencoba membuat dan mengkaji secara ilmiah formulasi jamu untuk mengobati masuk angin.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana formulasi dan cara pembuatan obat tradisional berupa jamu yang
penggunaannya ditujukan untuk mengobati masuk angin?
2. Apa fungsi dari masing masing bahan dalam formulasi jamu untuk mengobati
masuk angin?
3. Bagaimana khasiat dari masing-masing bahan dalam jamu untuk mengobati masuk
angin tersebut, jika ditinjau dari aspek ilmiahnya?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui formulasi dan cara pembuatan obat tradisional berupa jamu yang
penggunaannya ditujukan untuk mengobati masuk angin
2. Untuk mengetahui fungsi dari masing masing bahan dalam formulasi jamu untuk
mengobati masuk angin.
3. Untuk mengetahui khasiat dari masing-masing bahan dalam jamu untuk mengobati
masuk angin tersebut, jika ditinjau dari aspek ilmiahnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obat Tradisional


Definisi obat tradisional menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 adalah
bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sedangkan definisi mengenai
pengobatan tradisional menurut World Health Organization (WHO) tahun 1996 adalah upaya
menjaga dan memperbaiki kesehatan dengan cara-cara yang telah ada sebelum munculnya
pengobatan modern. Pengobatan tradisional itu sendiri dapat berupa pemijatan, tumbuh-
tumbuhan, ramuan berbahan dasar tumbuh-tumbuhan (jamu, ramuan, jampi), kompres dengan
bahan dasar tumbuhan atau daun-daunan (galian, pilis) dan parem (Limananti dan
Triratnawati, 2003).
Dibandingkan obat-obat modern, obat tradisional memiliki beberapa kelebihan, antara
lain efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki
efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta
lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif. Namun demikian dalam
perkembangannya sering dijumpai ketidak tepatan penggunaan OT karena kesalahan
informasi maupun anggapan keliru terhadap OT dan cara penggunaannya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa bahan obat alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan
kendala dalam pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada
pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain efek
farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta
volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme
(Katno dan Pramono, 2006).

2.2. Jamu
Jamu adalah ramuan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil-hasilnya
atau hewan dari hasil-hasilnya, akar-akaran yang secara tradisional dapat dianggap berkhasiat
untuk menyembuhkan penyakit atau untuk memelihara kesehatan. Bentuknya dapat berupa
cairan, rajangan, bubuk, tablet, kapsul, parem dan sebagainya (Zulkifli, 2004). Jamu berupa
ramuan tradisional sebagai salah satu upaya pengobatan telah dikenal luas dan dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk tujuan mengobati penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit,
menjaga ketahanan dan kesehatan tubuh, serta untuk tujuan kecantikan (Limananti dan
Triratnawati, 2003).
Sifat jamu sampai saat ini masih mengutamakan daya preventif yaitu menjaga kesehatan
daripada daya kuratifnya untuk mengobati suatu penyakit. Sehingga dengan membiasakan diri
meminum jamu akan mendapatkan manfaat antara lain tubuh merasa segar, tetap fit/stabil dan
tidak malas. Informasi lain yang menarik dari jamu adalah bahwa jamu tersebut tidak akan
memiliki khasiat seperti yang diharapkan bila komponen tumbuhannya dipakai secara
terpisah. Demikian pula dalam hal meraciknya, bila terjadi kesalahan atau terbalik urutannya
khasiatnya pun akan berkurang atau berpengaruh lain. Kemungkinan zat atau komponen aktif
yang terdapat dalam bahan jamu tersebut saling menunjang, sehingga terjadi suatu reaksi
kimia yang menimbulkan suatu senyawa lain yang mempengaruhi khasiat dan aroma dari
jamu tersebut. Keadaan ini serupa dengan reaksi-reaksi kimia lazimnya, bila terjadi kesalahan
dalam dosis/takaran bahan maupun teknik pencampuran maka senyawa kimia yang dimaksud
tidak dapat diperoleh. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa seni meracik jamu
sebenarnya merupakan suatu kegiatan laboratorium yang dilakukan secara tradisional (Sangat
dkk., 2009).

2.3. Pengertian Masuk Angin


Masuk angin merupakan gangguan yang umumnya biasa terjadi pada semua orang.
Umumnya istilah masuk angin dalam dunia kedokteran dikenal dengan nama Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) atau Upper Respiratory Infection dan Common Cold. Sama halnya
dengan penyakit pilek atau flu, masuk angin juga disebabkan oleh bermacam-macam virus
yang jumlahnya lebih dari 200. Misalnya rhinovirus, virus influenza, virus para-influenza,
virus syncytial dan Coronavirus. Gejala masuk angin, biasanya bisa bermacam-macam. Pada
beberapa orang, ditandai dengan perut yang terasa kembung dan disertai rasa kurang nyaman
dan mual-mual. Namun ada juga yang merasakan masuk angin, dengan gejala-gejala seperti
demam, batuk, pilek, serta pusing (Mommies, 2006).
Dari berbagai keluhan yang terjadi salah satu penyebab dari timbulnya masuk angin
adalah cuaca dingin. Cuaca yang dingin dapat menimbulkan mekanisme vasoconstricion
dimana terjadi penyempitan pembuluh darah yang dapat mengakibatkan peredaran darah di
tubuh kurang lancar, sehingga hasil metabolisme dan asam laktat terakumulasi pada otot-otot
tubuh sehingga menimbulkan rasa pegal-pegal dan seluruh tubuh terasa tidak enak. Cuaca
yang dingin juga dapat mengakibatkan perlambatan dari gerak peristaltik saluran cerna,
sehingga gas yang ada di saluran cerna kita tertampung sehingga perut dapat menjadi
kembung dan terasa penuh. Selain itu, cuaca yang dingin dapat mengakibatkan rambut-rambut
sel di saluran pernafasan lambat untuk bergerak. Padahal fungsi pergerakan tersebut adalah
untuk mengeluarkan lendir dan bakteri serta virus. Akibatnya, infeksi saluran nafas atas
seperti batuk dan pilek akan mudah terjadi (Mufida, tt).

2.4. Tanaman Obat


2.4.1. Kencur (Kaempferia galanga L.)

Gambar 2.4.1. Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.)

Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Kaempferia
Jenis : Kaempferia galanga L.
(Hutapea, 2001)
Nama umum/dagang : Kencur
Nama daerah
Sumatera : Ceuko (Aceh), Tekur (Gayo), Kencur (Melayu), Kaciwer (Batak
Karo), Cakue (Minangkabau), Cokur (Lampung).
Jawa : Kencur (Jawa Tengah), Cikur (Sunda), Kencor, Cekor (Madura)
Bali : Cekuh
Sulawesi : Kencur (Minahasa), Humapato (Gorontalo), Cekuru (Makasar), Leku
bojas (Bugis)
Maluku : Cakur, Cangkor, Asuli (Ambon), Bataka (Ternate)
(Hutapea, 2001)
Deskripsi
Habitus : Semak, tahunan, tinggi + 20 cm.
Batang : Semu, pendek, membentuk rimpang, coklat keputih-putihan.
Daun : Tunggal, bentuk lonjong, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung
runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, hijau.
Bunga : Tunggal, bentuk terompet, panjang 2,5-5 cm, benang sari panjang + 4
mm, kuning, putik putih, putih keunguan.
Akar : Serabut, coklat kekuningan.
(Hutapea, 2001)

Kandungan Kimia
Kandungan kimia kencur paling banyak terdapat dalam rimpangnya. Rimpang kencur
memiliki berbagai macam kandungan kimia antara lain pati (4,14 %), mineral (13,73%),
minyak atsiri seperti sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester,
borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat, alkaloid dan gom (Aroonrerk, 2009).
Disamping itu rimpang kencur juga mengandung saponin, flavonoid, dan senyawa-senyawa
fenol (Rahayu, 2010).

Khasiat
Secara tradisional rimpang digunakan sebagai obat gosok pada bengkak yang disebabkan
oleh terkilir (keseleo) atau terpukul benda tumpul, serta untuk encok atau rematik. Selain itu
juga digunakan untuk mengobati masuk angin (flatulens), radang lambung, kejang perut,
mual, diare, penawar racun, serta sebagai obat batuk. Juga dipakai untuk mengobati infeksi
telinga, sakit kulit, bisul, dan sebagai roboransia. Kencur kadang-kadang juga dipakai sebagai
bioinsektisida (Rahayu, 2010).

2.4.2. Jahe (Zingiber officinale L.)


Gambar 2.4.2. Tanaman Jahe (Zingiber officinale L.)

Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
Jenis : Zingiber officinale L.
(Hutapea, 1994).

Nama umum/dagang : Jahe


Nama daerah:
Sumatra : Halia (Aceh), Bening (Gayo), Bahing (Batak Karo), lahia (Nias),
sipadeh (Minangkabau), Jahi (Lampung)
Jawa : Jahe (Sunda), Jae (Jawa Tengah), Jhai (Madura)
Bali : Cipakan
Kalimantan : Sipados (Kutai), Hai (Dayak)
Sulawesi : Bawo (Sangir), Melito (Gorontalo), Yuyo (Buol), Kuni (Baree), Lala
(Makasar), Pese: Bugis),
Nusa Tenggara : Jae (Sasak) Aloi (Sumba) Lea (Flores) Lailae (Kupang)
Maluku : Ilii (Tanimbar), Lala (Ary), Siwei (Buru), Galaka (Ternate), Gara
(Tidore) Siwe (Ambon)
(Hutapea, 1994).

Deskripsi
Habitus : Herba, tegak, tinggi sekitar 30-60 cm.
Batang : Batang semu, beralur, berwarna hijau. Daun tunggal, berwarna hijau
tua.
Daun : Tunggal, berseling, lonjong, tepi rata, bergelombang, ujung runcing,
pangkal tumpul, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, bawah
halus, panjang 18-25 cm, lebar 7-11 cm, tangkai silindris, panjang 10-
15 cm, hijau.
Bunga : Daun tunggal, berwarna hijau tua. Helai daun berbentuk lanset, tepi
rata, ujung runcing, dan pangkalnya tumpul. Panjang daun lebih
kurang 20-40 cm dan lebarnya sekitar 2-4 cm. Mahkota bunga
berbentuk corong panjangnya 2 - 2,5 cm, berwarna ungu.
Buah : Buah kotak berbentuk bulat sampai bulat panjang, berwarna coklat.
Biji bulat berwarna hitam
Biji : Biji bulat berwarna hitam.
Akar : Akar serabut, berwarna putih kotor. Rimpangnya bercabang-cabang,
tebal dan agak melebar (tidak silindris), berwarna kuning pucat.
Bagian dalam rimpang berserat agak kasar, berwarna kuning muda
dengan ujung merah muda. Rimpang berbau khas dan rasanya pedas
menyegarkan.
(Hutapea, 1994).

Kandungan Kimia
Rimpang jahe mengandung flavonoida, polifenol dan minyak atsiri (Hutapea, 1994).
Minyak atsiri pada rimpang jahe mengandung -bisabolen dan zingiberen sebagai komponen
mayor, seskuiterpen (zingiberol, zingiberenol, arkurkumin, -seskuifelandren, -
seskuifelandrol (cis dan trans), beberapa monoterpen hidrokarbon, alkohol dan aldehid
(felandren, kamper, geraniol, neral, linalool, dan d-nerol) (Al-Yahya,1998).

Khasiat
Rimpang Zingiber officinale berkhasiat sebagai pelega perut, obat batuk, obat rematik dan
penawar racun (Hutapea, 1994). Selain itu jahe juga berkhasiat sebagai pereda nyeri,
mengusir gas dalam tubuh (karminatif), anti muntah, mengobati hati yang membengkak,
demam, rematik, luka, gatal, melancarkan percernaan makanan dan menambah nafsu makan
(Koswara, 2009).
2.4.3. Kapulaga (Amomum cardamomum Willd.)
Gambar 2.4.3. Tanaman Kapulaga (Amomum cardamomum Willd.)

Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Amomum
Jenis : Amomum cardamomum Willd.
(Hutapea, 2000).

Nama umum/dagang : Kapulaga


Nama daerah
Sumatera : Roude Cardemom (Aceh), Kapulaga (Melayu),
Pelaga Puwar (Minangkabau).
Jawa : Palago (Sunda), Kapulaga (Jawa), Kapulaga (Madura).
Bali : Kapolagha.
Sulawesi : Kapulaga (Makasar), Gandimong (Bugis).
(Hutapea, 2000).

Deskripsi
Habitus : Semak, rumput-rumputan, tahunan, tinggi 11/2 m.
Batang : Semu, bulat, membentuk anakan, hijau.
Daun : Tunggal, tersebar, lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkal runcing,
panjang 25-35 cm, lebar 10-12 cm, pertulangan menyirip, hijau.
Bunga : Majemuk, bentuk bongkol, di pangkal batang, kelopak panjang 12 1/2
mm, berbulu hijau, benang sari 1,25 cm, kepala sari elips, panjang 2
mm, tangkai putik tidak berbulu, kepala putik berbulu, bentuk
mangkok, mahkota bentuk tabung, panjang 121/2 mm, putih atau putih
kekuningan.
Buah : Kotak, bulat, berlekuk, putih.
Biji : Kecil, hitam.
Akar : Serabut, putih kotor.
(Hutapea, 2000).

Kandungan Kimia
Buah dan Rimpang Amomum cardamomum mengandung saponin, flavonoida, polifenol
dan minyak atsiri (Hutapea, 2000). Kandungan kimia dalam buahnya adalah minyak asiri
(sineolterpen dan terpineol), minyak lemak, pigmen, protein, selulosa, gula, pati, silika,
kalium oksalat, dan mineral. Komponen terbesar adalah pati, dan kulitnya mengandung serat
kasar (dapat mencapai 31 %) (Anonim a, 2009).

Khasiat
Buah Amomum cardamomum berkhasiat sebagai obat batuk dan obat perut kembung
(Hutapea, 2000). Selain itu biji kapulaga memiliki efek melancarkan dahak (ekspektoran),
mengatasi tenggorokan gatal-gatal, influenza, mengatasi radang amandel serta radang
lambung, memperlancar pengeluaran gas dari perut (karminatif), mencegah masuk angin,
penambah aroma, menyembuhkan encok, mencegah mual dan mengurangi demam, lelah serta
kejang otot (Anonim a, 2009).
BAB III
FORMULA JAMU

3.1. Formula Jamu Masuk Angin yang Digunakan Secara Empiris


R/ Kencur 25 gram
Jahe 15 gram
Kapulaga 3 butir
Air 400 ml
Madu 1 sendok makan
(Anonim b, tt)

3.2. Cara Pembuatan


Alat : Bahan :
- Panci - Kencur
- Kompor - Jahe
- Saringan - Kapulaga
- Gelas - Air
- Madu (ditambahkan saat akan diminum)

Cara Kerja
1. Disiapkan bahan dan alat-alat yang diperlukan dan dicuci bersih.
2. Dimasukkan ke dalam panci 400 ml air, 25 gram kencur, 15 gram jahe dan 3 butir
kapulaga.
3. Semua bahan direbus hingga tersisa 200 ml.
4. Ditunggu hingga air rebusannya hangat, airnya disaring, ditambah dengan madu
dan diminum.
(Anonim b, tt)

Disiapkan bahan dan alat-alat yang diperlukan dan dicuci bersih.

Dimasukkan ke dalam panci 400 ml air, 25 gram kencur, 15 gram


jahe dan 3 butir kapulaga.
Semua bahan direbus hingga tersisa 200 ml.

Ditunggu hingga air rebusannya hangat, airnya disaring, ditambah


dengan madu dan diminum.
Gambar 3.2. Skema kerja pembuatan jamu untuk mengobati masuk angin

3.3. Cara Pemakaian


Pengobatan ini dilakukan secara teratur 2 kali sehari (Anonim b, tt).

BAB IV
PEMBAHASAN

Formula jamu untuk masuk angin ini merupakan formula tradisional yang telah
digunakan secara turun temurun di masyarakat untuk mengobati masuk angin beserta gejala-
gejalanya. Pemilihan formula ini didasarkan atas komponen zat aktif yang terkandung dalam
masing-masing bahan yang berkhasiat untuk mengatasi masuk angin yaitu sebagai karminatif
(mengeluarkan angin dari tubuh), anti muntah, menurunkan demam dan menghangatkan
badan.

4.1. Fungsi Masing-Masing Bahan Dalam Formulasi


1. Bahan Aktif Utama (BAUK) : Kencur, Jahe
2. Bahan Aktif Pendukung Khasiat (BAPK) : Kapulaga
3. Bahan Tambahan, meliputi :
Corigen Saporis : madu
Bahan Pengisi : air

No Bahan Fungsi Khasiat


1 Kencur BAUK Untuk mengobati masuk angin, sakit
perut/diare, mengatasi perut kembung
(karminatif), mengobati mual,
menghangatkan badan, penambah
nafsu makan dan sebagai obat batuk
2 Jahe BAUK Sebagai pelega perut (karminatif),
penghangat badan, obat batuk,
menurunkan demam, penambah nafsu
makan, mencegah mual dan muntah,
3 Kapulaga BAPK Sebagai karminatif, mencegah masuk
angin, mencegah mual, mengencerkan
dahak (ekspektoran), mengurangi
demam dan lelah.
4 Madu Bahan Tambahan Perasa (corigen saporis)
5 Air Bahan Pengisi Pelarut

4.2. Khasiat Masing-Masing Bahan Ditinjau Dari Aspek Ilmiah


4.2.1. Kencur (Kaempferia galanga L.)
Rimpang kencur berfungsi sebagai bahan aktif utama dalam formulasi jamu untuk
mengobati masuk angin. Rimpang kencur memiliki berbagai macam kandungan kimia antara
lain pati (4,14 %), mineral (13,73%), minyak atsiri seperti sineol, asam metil kanil dan penta
dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat, alkaloid dan
gom (Aroonrerk, 2009). Kencur telah cukup banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk
mengobati masuk angin yaitu sebagai karminatif (mengeluarkan angin dari dalam tubuh), obat
batuk, ekspektoran (memperlancar keluarnya dahak), obat sakit perut atau diare, mengobati
mual, penambah nafsu makan dan menghangatkan badan (Anonim c, 2002).
Belum ditemukan adanya hasil penelitian yang berkaitan dengan efek farmakologis
yang ditimbulkan akibat pemakaian kencur sebagai obat tradisional untuk mengobati masuk
angin seperti karminatif, ekspektoran, antitusif, antiemetik dan penghangat badan. Hasil
penelitian efek farmakologis dari kencur hingga saat ini hanya sebagai anti inflamasi, anti
bakteri dan anti fungi. Sampai saat ini belum dilaporkan adanya efek samping yang
ditimbulkan akibat pemakaian kencur sebagai obat tradisional untuk mengobati masuk angin.
Uji toksisitas dari minyak atsiri kencur telah dilakukan dengan metode Brine Shrimp Test
Assay dan diperoleh LD50 dari minyak atsiri kencur adalah 26,48 g/mL (Twetrakul, 2005).

4.2.2. Jahe (Zingiber officinale L.)


Rimpang jahe digunakan sebagai bahan aktif utama yang memiliki efek sinergis dengan
bahan aktif utama yang lain yaitu kencur. Rimpang jahe mengandung flavonoida, polifenol
dan minyak atsiri (Hutapea, 1994). Minyak atsiri pada rimpang jahe mengandung -bisabolen
dan zingiberen sebagai komponen mayor, seskuiterpen (zingiberol, zingiberenol, arkurkumin,
-seskuifelandren, -seskuifelandrol (cis dan trans), beberapa monoterpen hidrokarbon,
alkohol dan aldehid (felandren, kamper, geraniol, neral, linalool, dan d-nerol) (Al-
Yahya,1998). Kegunaan rimpang jahe antara lain sebagai campuran obat tradisional yang
berkaitan untuk mengobati masuk angin adalah sebagai karminatif, penghangat badan, obat
batuk, menurunkan demam, penambah nafsu makan, mencegah mual dan muntah. Jahe
mempunyai efek farmakologis, dimungkinkan karena kandungan minyak atsiri dan
oleoresinnya lebih tinggi (Restiani, 2009).
Salah satu efek farmakologis dari jahe yang berkaitan untuk mengobati masuk angin
adalah efek anti muntah dimana pada penelitian yang dilakukan pada pasien yang akan
mengalami pembedahan dilaporkan bahwa serbuk jahe memiliki efek anti muntah pada dosis
1 gram yang diberikan 1 jam sebelum dilakukan pembedahan. Jahe memiliki efek anti muntah
karena jahe dapat meningkatkan motilitas lambung yang mampu menetralisir racun dan asam
lambung sehingga mencegah terjadinya muntah (Nanthakomon, 2006). Sampai saat ini belum
dilaporkan adanya efek samping yang ditimbulkan akibat pemakaian jahe sebagai obat
tradisional untuk mengobati masuk angin. Untuk uji toksisitas dilaporkan bahwa pada dosis
tinggi dapat menghambat agregasi platelet darah dan dapat meningkatkan resiko perdarahan
karena terjadinya hambatan biosintesis prostaglandin, leukotrin dan tromboksan (Wendell, tt).
LD50 dari ekstrak etanol jahe adalah 1000 mg/kg (Anosike, 2009).

4.2.3. Kapulaga (Amomum cardamomum Willd.)


Kapulaga berfungsi sebagai bahan aktif pendukung khasiat yang memiliki efek sinergis
dengan bahan aktif utama formula. Buah dan Rimpang Amomum cardamomum mengandung
saponin, flavonoida, polifenol dan minyak atsiri (Hutapea, 2000). Kandungan kimia dalam
buahnya adalah minyak asiri (sineolterpen dan terpineol), minyak lemak, pigmen, protein,
selulosa, gula, pati, silika, kalium oksalat, dan mineral. Komponen terbesar adalah pati, dan
kulitnya mengandung serat kasar (dapat mencapai 31 %) (Anonim a, 2009). Kandungan yang
terkandung dalam biji buah kapulaga yaitu minyak kardamon yang mengandung terpineol,
terpinylasetat, sineol, borneol dan sabinen, zat putih telur, calcium-oksalat dan silisium. Selain
itu juga mengandung minyak atsiri (alfaborneol dan betakamfer) yang berkhasiat untuk
mengencerkan dahak, memudahkan pengeluaran angin dari perut, menghangatkan,
membersihkan darah, menghilangkan rasa sakit, mengharumkan. Bijinya dipakai juga sebagai
bumbu (untuk kue) dan sebagai obat, contohnya untuk mengobati kesulitan bernapas, mulut
berbau (futor exore) dan untuk mengobati batuk dan gatal ditenggorokan dengan
mengunyahnya (Priyono, 2004).
Sampai saat ini belum ada hasil penelitian yang berkaitan dengan efek farmakologis dari
buah kapulaga untuk mengobati masuk angin seperti sebagai karminatif, mencegah masuk
angin, mencegah mual, mengencerkan dahak (ekspektoran), mengurangi demam dan lelah.
Belum dilaporkan adanya efek samping yang ditimbulkan akibat pemakaian kapulaga sebagai
obat tradisional untuk mengobati masuk angin, begitu juga uji toksisitasnya.

4.2.4. Madu
Madu umumnya digunakan untuk menambah stamina atau untuk mengatasi beberapa
penyakit. Tetapi penggunaan madu dalam formula ini adalah sebagai corigen saporis yang
fungsinya untuk memberikan rasa manis dalam jamu sehingga dapat menutupi rasa jahe dan
kapulaga yang pedas.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Yahya.M.A., S. Rafatullah, J.S. Mossa, A.M. Ageel, N . S . Parmar and M. Tariq. 1998.
Gastroprotective Activity of Ginger Zingiber Officinale Rose, in Albino Rats: Saudi
Arabia:Medicinal, Aromatic and Poisonous Plants Research Center, College of
Pharmacy, King Saud University, Riyadh-11451 (cited 2010 Oct, 28)
Available at :
http://repository.ksu.edu.sa/jspui/bitstream/123456789/5665/1/Gastroprotective
%20Activity%20of%20Ginger%20Zingiber.pdf

Anonim a. 2009. Agr 312 Slide Pendahuluan ii. (cited 2010 Oct, 29)
Available at :
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&cd=7&ved=0CDEQFjAG&url=http
%3A%2F%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F314-AGRONOMI-
TANAMAN-OBATOBATAN
%2Fagr.312_slide_pendahuluan_ii.pdf&rct=j&q=Tanaman%20Helianthus%20annuus
%20L.%20untuk%20mengobati%20masuk
%20angin.pdf&ei=d5DLTIGeOcXJccbAyZoO&usg=AFQjCNGVNF3fGo_zqineJaQ6tC
rJMAa8EA&cad=rja

Anonim b. Obat Trasisional Masuk Angin (cited 2010 Oct, 18)


Available at :
http://www.tanaman-obat.com/artikel-obat-tradisional/275-obat-tradisional-masuk-angin

Anonim c. 2002. Kaempferia galangala L. (cited 2010 Oct, 29).


Available at : http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Kencur

Anosike. C. A., O. Obidoa, Lawrence U. S. Ezeanyika and M. M. Nwuba. 2009. Anti-


Inflammatory And Anti-Ulcerogenic Activity Of The Ethanol Extract Of Ginger
(Zingiber Officinale). Nigeria: University of Nigeria (cited 2010 Oct, 29).
Available at :
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBQQFjAA&url=http
%3A%2F%2Fwww.academicjournals.org%2Fajbr%2FPDF%2FPdf2009%2FDec
%2FAnosike%2520et%2520al.pdf&rct=j&q=Anti-Inflammatory%20And%20Anti-
Ulcerogenic%20Activity%20Of%20The%20Ethanol%20Extract%20Of%20Ginger
%20%28Zingiber%20Officinale%29.%20Nigeria%3A%20University%20of
%20Nigeria&ei=VHfNTInKJpKfcfjliKoO&usg=AFQjCNGwxDVDvtrX82odF6THdy2
UuMhh7g&cad=rja

Aroonrerk, N. and Narisa K. 2009. Anti-Inflammatory Activity Of Quercus Infectoria,


Glycyrrhiza Uralensis, Kaempferia Galanga And Coptis Chinensis, The Main
Components Of Thai Herbal Remedies For Aphthous Ulcer. J Health Res 23(1): 17-22
(cited 2010 Oct, 28)
Available at :
http://www.cphs.chula.ac.th/J%20Health%20Res/files/FullText/23/1/Nuntana.pdf
Hutapea, J. R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III). Jakarta : Departemen
Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Hutapea, J. R. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jilid 1. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Hutapea, J. R. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Katno dan Pramono. 2006. Tingkat Manfaat Dan Keamanan Tanaman Obat Dan Obat
Tradisional (cited 2010 Oct, 18).
Available at :
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBMQFjAA&url=http
%3A%2F%2Fcintaialam.tripod.com%2Fkeamanan_obat
%2520tradisional.pdf&rct=j&q=Tingkat%20Manfaat%20Dan%20Keamanan
%20Tanaman%20Obat%20Dan%20Obat
%20Tradisional.pdf&ei=NQ3MTPy0LpCwvgPvrJnBDw&usg=AFQjCNEXdQgYyHkJ
A2stMn1Hutt0pVnK1w&cad=rja

Koswara, S. 2009. Jahe, Rimpang Dengan Sejuta Khasiat (serial online) (cited 2010 Oct, 28).
Available at :
http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/JAHE,%20RIMPANG%20DENGAN
%20BERBAGAI%20KHASIAT.pdf

Limananti, Afiani Ika dan Atik Triratnawati. 2008. Ramuan Jamu Cekok Sebagai
Penyembuhan Kurang Nafsu Makan Pada Anak: Suatu Kajian Etnomedisin. (cited 2010
Oct, 18).
Available at : http:// repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/46.pdf

Mommies, We. R. 2006. Mengatasi Masuk Angin (cited 2010 Oct, 14)
Available at : http://wrm-indonesia.org/index2.php?option=content&do_pdf=1&id=685

Mufida. tt. Apa itu Masuk Angin? (cited 2010 Oct, 18).
Available at :
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1280&bih=607&q=apa+itu+masuk+a
ngin%3F.pdf&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=8533cda2c2f06c54

Nanthakomon. T., D. Pongrojpaw. 2006. The Efficacy of Ginger in Prevention of


Postoperative Nausea and Vomiting after Major Gynecologic Surgery. Department of
Obstetrics and Gyecology Faculty of Medicine Thammasat University. (cited 2010 Oct,
28).
Available at :

http://www.google.com/#sclient=psy&hl=en&site=&source=hp&q=The+Efficacy+of+G
inger+in+Prevention+of+Postoperative+Nausea+and+Vomiting+after+Major+Gynecolo
gic+Surgery.
+Department+of+Obstetrics+and+Gyecology+Faculty+of+Medicine+Thammasat+Univ
ersity.+&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=2304850557947867

Nurhayati, Tutik. 2008. Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Kencur (Kaempferia
galangal L.) sebagai Tonikum Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah (cited 2010 Oct, 29)
Available at :

http://www.google.com/#sclient=psy&hl=en&site=&source=hp&q=Uji+Efek+Sediaan+
Serbuk+Instan+Rimpang+Kencur+%28Kaempferia+galangal+L.
%29+sebagai+Tonikum+Terhadap+Mencit+Jantan+Galur+Swiss+Webster.+Surakarta+:
+Universitas+Muhammadiyah&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=23048505579478
67

Priyono, Adi. 2004. Jamu Tradisional (Bahan & Fungsinya). (cited 2010, Okt 30).
Available at :
http://www.mailarchive.com/balitaanda@balitaanda.com/msg58665.html
Rahayu, Sri E. 2010. Kencur (Kaempferia galanga L.). (cited 2010 Oct, 29).
Available at:
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Kencur.pdf

Restiani, K. D. 2009. Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Jahe (Zingiber officinale
Roscoe) Sebagai Tonikum terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah. Hal : 2,4-5.(cited 2010 Oct, 29).
Sangat, Harini M dan Rahayu, Mulyati.2009. Kiat Meracik Jamu Kosmetika Tradisional
Untuk Optimalisasi Khasiat & Aroma (cited 2010 Oct, 12).
Available at :
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBIQFjAA&url=http%3A
%2F%2Ffisika.ub.ac.id%2Fbssub%2FPDF%2520FILES
%2FBSS_290_1.pdf&rct=j&q=Kiat%20Meracik%20Jamu
%20%E2%80%93%20Kosmetika%20Tradisional%20Untuk%20Optimalisasi
%20Khasiat
%20%26%20Aroma.pdf&ei=zR3MTKexLYelcd39jcQO&usg=AFQjCNEGPU-
BGDmxcwXnH8iSYB91DTf2sw&cad=rja

Sudirga, Sang Ketut. tt. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional di Desa Trunyan
Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli (cited 2010 Oct, 12)
Available at : http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/pemanfaatan.pdf

Tewtrakul,S., S. Yuenyongsawad, S. Kummee, and L. Atsawajaruwan. 2005. Chemical


Components and Biological Activities of Volatile Oil of Kaempferia galangan Linn.
Songklanakaria J. Sci. Technol. Vol. 27 (Suppl. 2) : pp.504-507.(cited 2010 Oct, 28).

Wendell L., Combest. tt. Herbal Pharmacy: Ginger. Associate Professor of Pharmacology
Department of Pharmaceutical Sciences Campbell University School of Pharmacy,
Buies Creek, NC .(cited 2010 Oct, 28).
Available at :
http://www.google.com/#sclient=psy&hl=en&q=Herbal+Pharmacy:+Ginger.
+Associate+Professor+of+Pharmacology+Department+of+Pharmaceutical+Sciences+C
ampbell+University+School+of+Pharmacy%2C+Buies+Creek
%2C+NC+&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=2304850557947867

Zein, Umar. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan
(cited 2010 Oct, 18).
Available at:
http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3384/1/penydalam-umar7.pdf

Zulkifli. 2004. Pengobatan Tradisional Sebagai Pengobatan Alternatif Harus Dilestarikan.


Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (cited
2010 Oct, 18).
Available at:
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&cd=4&ved=0CCEQFjAD&url=http
%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream
%2F123456789%2F3700%2F1%2Ffkm-zulkifli5.pdf&rct=j&q=Pengobatan
%20Tradisional%20Sebagai%20Pengobatan%20Alternatif%20Harus
%20Dilestarikan.pdf&ei=xiDMTJaLIJKcZO4_ZQO&usg=AFQjCNEg1XDnS4ftVBi-
dkXLFKuFU_LpKw&cad=rja

Anda mungkin juga menyukai