Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hati merupakan suatu organ yang rentan terhadap jejas metabolik, toksik, sirkulasi, dan
keganasan. Semua jejas pada hati menimbulkan gambaran patologi yang sama yaitu terjadinya
degenerasi dan akumulasi intraseluler, nekrosis, inflamasi, regenerasi, dan fibrosis. Hati juga
merupakan organ utama detoksifikasi yang memiliki dua fungsi, yaitu menyaring racun dari
aliran darah serta mengubah racun agar dapat dengan mudah dibuang dari tubuh. Fungsi ini
disebut konjugasi.

Hepatoprotektor adalah suatu senyawa obat yang dapat memberikan perlindungan pada
hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh obat, senyawa kimia, dan virus. Zat-zat beracun,
baik yang berasal dari luar tubuh seperti obat maupun dari sisa metabolisme yang dihasilkan
sendiri oleh tubuh akan didetoksifikasi oleh enzim-enzim hati sehingga menjadi zat yang tidak
aktif (Hadi, 2000).

Ada suatu mekanisme dalam menjalankan peranan hati sebagai organ untuk detoksifikasi
yang dikenal sebagai metabolisme xenobiotik. Metabolisme xenobiotik merupakan suatu
metabolisme zat asing yang masuk ke dalam tubuh seperti obat-obatan ataupun zat karsinogen.
Metabolisme xenobiotik terdiri dari 2 fase, yaitu fase 1 dimana terjadi proses hidroksilasi yang
memerlukan enzim sitokrom P450 dalam retikulum endoplasma sel-sel hati dan fase 2
yang terdiri atas proses konjugasi. Pada penderita penyakit hati, metabolisme xenobiotik
menjadi kurang maksimal, sehingga pemberian obat-obatan sintetis sebagai terapi dinilai

kurang kompeten dan justru terkadang dapat menimbulkan efek samping yang serius.2,3

Obat-obatan herbal telah digunakan oleh sekitar 80% dari populasi dunia terutama di negara-
negara berkembang untuk pelayanan kesehatan primer. Obat herbal diolah dari sumber
daya yang dapat diperbaharui dari suatu bahan baku dengan proses yang ramah lingkungan
sehingga akan membawa kesejahteraan ekonomi kepada orang banyak yang menumbuhkan

bahan baku tersebut.2,7

Di antara banyak tanaman yang dapat dijadikan obat herbal, yaitu Camellia sinensis (L)
(The hijau), Glycyrrhizae glabra L (Akar manis cina) dan Plantaginis mayor L (Daun sendok).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
II. ISI

A. Camellia sinensis (L) (The hijau)

Tanaman: Camellia sinensis (L.) Kuntze merupakan pohon kecil karena seringnya
pemangkasan maka tampak seperti perdu. Bila tidak dipangkas, akan tumbuh kecil ramping
setinggi 5-10 m, dengan bentuk tajuk seperti kerucut. Batang tegak, berkayu, banyak cabang,
ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling,
helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi
bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, warnanya hijau,
permukaan mengilap. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi
satu, berkelamin dua, garis tengah 3-4 cm, warnanya putih cerah dengan kepala sari berwarna
kuning, harum. Buahnya buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang, masih muda hijau
setelah tua cokelat kehitaman. Biji keras, 1-3. Pucuk dan daun muda yang digunakan untuk
pembuatan minuman teh.

Kandungan kimia

Kafein 2-3 %, teobromin, teofilin, tanin, minyak atsiri dan natural flourida. Teh hijau
dibuat melalui penguapan atau pengeringan daun teh segar, mengandung polifenol, yaitu
flavanol (lazim disebut katekin) flavandiol, flavonoid dan asam-asam fenolat, sebesar 30% dari
berat kering daun. Katekin teh hijau adalah (-)-epigallokatekin-3-gallat (EGCG), (-)-
epigallokatekin (EGC), (-) epikatekin -3-gallat (ECG), (-)-epikatekin (EC) dan (+)-katekin.
Alkaloid utama adalah kafein, teobromin dan teofilin, sebesar 4 % dari berat kering. Asam-
asam fenolat berupa asam gallat dan asam amino teanin.Dalam proses pembuatan teh hitam
polifenol mengalami polimerisasi oksidase katalisis oksidatif membentuk bisflavamol,
teaflavin, tearubigin dan oligomeroligomer lain. Teaflavin (1-2% dari berat kering total)
termasuk teaflavin, teafalavin-3-O-galat, teaflavin-3’-0-galat, dan teaflavin 3,3 ’-O-digalat
yang memberi warna dan rasa yang khas pada teh hitam. Tearubigin terdapat dalam 10-20 %
berat kering.3’4,

Efek Farmakologi

Ekstrak air mengandung polifenol 200 mg/mL yang dapat menurunkan secara
signifikan aktivitas enzim-enzim hati (alkalin fosfatase, SGOT dan SGPT) serta lipid
peroksidase, namun meningkatkan secara signifikan enzim superoksida dismutase, katalase,
glutation tereduksi (GSH), total tiol, glutation peroksidase (GPx), glutation reduktase (GR) dan
glutation S-transferase (GST) hati mencit.6) Ekstrak 2% juga mampu melindungi kerusakan
hati dan ginjal akibat pemberian aflatoksin 25 dan 50 mg selama 30 hari pada mencit7,8)- Selain
itu, ekstrak 0,5-1,5 % yang diberikan dalam air minum selama 1 minggu dapat melindungi
kerusakan jaringan prostat, hati dan ginjal mencit akibat pemberian per oral 7,12-dimetil
benz(a)antrsena (DMBA) 50 mg/kg bb.9) Ekstrak 50,100 dan 200 mg/kg BB diberikan per oral
5-kali sebelum pemberian D-galaktosamin mampu mencegah kenaikan aktivitas GOT, GPT
dan ALP, mencegah penurunan albumin serum dan kolesterol total pada tikus.I0)

Toksisitas

Keracunan kafein kronis dapat terjadi bila meminum 5 cangkir teh setiap hari yang
setara dengan 300 mg kafein, lama kelamaan akan memperlihatkan tanda-tanda seperti
gangguan pencernaan makanan (dispepsia), rasa lemah, gelisah, tremor, sukar tidur, tidak ada
nafsu makan, sakit kepala, pusing (vertigo), bingung, berdebar, sesak nafas dan kadang
sembelit.

Interaksi Obat

Vitamin K yang terdapat pada teh dapat bersifat antogonis terhadap antikoagulan
warfarin. Karena warfarin memiliki indeks terapi yang sempit, pasien harus menghindari
penggunaan teh dalam jumlah yang besar (lebih dari 4 cangkir/hari) dan harus
mengkonsultasikan dengan dokter sebelum mengkonsumsi produk herbal ini. Penggunaan
bersamaan obat-obatan yang bersifat basa dapat menyebabkan penghambatan penyerapan
obat-obatan tersebut karena terjadi ikatan kimia dengan tanin yang terdapat dalam teh.

Kontra Indikasi

Membantu memelihara kesehatan hati.


Efek samping

Penggunaan dalam jumlah besar dapat menyebabkan kanker esofagus. Teh juga dapat
mengganggu penyerapan zat besi.

Peringatan

FDA menyarankan untuk menghindari penggunaan teh pada wanita hamil karena kandungan
kafein dalam teh dapat menyebabkan efek teratogenic. Demikian juga wanita menyusui karena
dapat menyebabkan bayi yang disusui mengalami gangguan tidur)

Penyiapan dan dosis

Daun teh kering sebanyak 1 sendok makan (kira-kira 2,5 gram), masukan dalam
cangkir, seduh dengan air panas. Diamkan 2-10 menit., kemudian saring, minum selagi
hangat atau dingin. Minum 1 cangkir, 2 sampai 3 kali sehari.

Penyimpanan

Simpan dalam wadah tertutup rapat dan kering.

B. Glycyrrhizae radix (Akar Manis Cina)

Glycyrrhizae Radix terdiri atas akar dan rimpang kering dari tanaman Glycyrrhiza
glabra L. famili Fabaceae. Bau khas lemah, rasa manis, Glycyrrhizae radix yang dikupas
berbentuk silinder atau bongkahan besar, warna kuning pucat, garis tengah ± 2 cm,
permukaan berserat. Glycyrrhizae Radix yang tidak dikupas berwarna cokelat kekuningan
atau cokelat tua, berkeriput memanjang, kadangkadang terdapat tunas kecil dan daun sisik
yang tersusun melingkar.

Kandungan Kimia

Saponin, asam glisiretinat, glisirisin, liquiritigenin, chalcone, glabren, glabridin, glycyrol,


isoglycyrol, liqoumarin, sterol, stigmasterol, eugenol, estragole, anethole, asam heksanoat.

Efek Farmakologi

Glycyrrhizae radix mengandung glisirisin yang dapat digunakan untuk pengobatan


hepatitis, berdasarkan percobaan in vitro glisirisin mampu menurunkan aktivitas SGPT
sebesar 15% pada kadar 0,1 mg/ml dan 70% pada kadar 1 mg/ml. Asam glisiretinat mampu
menurunkan aktivitas SGPT 61% pada kadar 0,1 mg/ml dan 91% pada kadar 1 mg/ml. Dari
data di atas terlihat bahwa aglukonnya (asam glisiretinat) lebih kuat daya antihepatotoksiknya
dibandingkan dengan bentuk glikosidanya (glisirisin). Uji klinik pada 13 pasien hepatitis
kronik diatas usia 62 tahun, menunjukan ekstrak air dari rimpang dan akar Glicyrrhiza dosis
5 gram/ hari selama 6 bulan memiliki aktivitas antihepatotoksik.

Toksisitas

Glycyrrhizae Radix tidak boleh diminum lebih dari 6 minggu berturut-turut.

Interaksi Obat

Interaksinya dengan obat lain, karena adanya peningkatan kehilangan kalium,


Glycyrrhizae radix seharusnya tidak diberikan untuk penggunaan lama dengan glikosida atau
diuretik thiazid, digitalis glikosida, obat-obat antiaritmia seperti kuinidin, serta
kortikosteroid. Keefektifan obat yang digunakan pada perawatan hipertensi mungkin akan
berkurang karena adanya penurunan ekskresi natrium dan air. Glycyrrhizae Radix seharusnya
tidak diberikan bersamaan dengan spironolakton dan amilorid.

Kontra Indikasi

Belum diketahui

Efek samping

Tidak ada efek samping, selama digunakan dalam waktu dan dosis yang
direkomendasikan. Penggunaan lama (lebih dari enam minggu) pada dosis tinggi (lebih dari
50g/hari) dapat menimbulkan pseudoaldosteronism, yang termasuk hipokalemia, retensi
natrium, pembengkakan, hipertensi, kenaikan berat badan dan gejala kardiak. Myoglobinuria
dan myopathy dapat teijadi namun jarang.

Peringatan

Penggunaan lama pada dosis besar (50g/hari) selama lebih dari enam minggu dapat
meningkatkan akumulasi air, menyebabkan pembengkakan pada tangan dan kaki. Ekskresi
natrium diturunkan dan ekskresi ditingkatkan. Tekanan darah mungkin akan meningkat.
Glycyrrhizae Radix tidak boleh diberikan dengan perawatan kortikosteroid. Penggunaan pada
masa kehamilan dan menyusui Untuk kewaspadaan obat ini sebaiknya tidak digunakan
selama masa kehamilan dan menyusui. Penggunaan pada masa anak-anak Sebaiknya tidak
digunakan pada masa anak-anak.

Penyiapan dan dosis

Dosis rata-rata tiap hari dari Glycyrrhizae Radix 5 sampai 15 gram sebanding dengan
200-600 mg glisirisin, diseduh dengan air panas atau direbus selama 10-15 menit, diminum
setelah makan.

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik, di tempat kering.

C. Plantaginis folium

Plantaginis Folium merupakan daun dari tanaman Plantago mayor L. termasuk kedalam
famili tumbuhan Plantaginaceae. Tanaman ini tumbuh tegak 15 cm - 20 cm. Daun tunggal
warna hijau, duduknya tersusun dalam roset akar. Bentuk daun bulat telur sampai lencet
melebar dengan ukuran panjang 5 cm -10 cm, lebar 4 cm - 9 cm, tepi daun rata atau bergerigi
kasar tidak teratur.Permukaan daun licin atau agak berambut, bertulang sejajar dan mempunyai
tangkai daun yang panjang. Bunga tersusun dalam bulir yang panjangnya sekitar 30 cm.
Bunganya kecil-kecil berwarna putih. Buah berbentuk lonjong, bulat telur warnanya hitam.
Perbanyakan dengan biji.

Kandungan Kimia

Daun mengandung: 0,01% - 0,02% plantaginin (skutelarein-7-monoglukosida),


homoplantiginin (hispidulin-7-monoglukosida), manit, sorbit (15%), heksitol, suatu
poligalakturonat (lendir) yang terdiri dari arabogalaktan, galaktan, ramnosa, arabinosa,
galaktosa; 1,5% sorbit dan arabogalaktan, galaktan, poligalakturonat, glikosida aukubin,
katalpol (suatu senyawa iridoid), invertin, emulsin, vitamin C, asam sitrat, tanin. Uji klinik
pada 218 kasus hepatitis dan ikterik akut yang dirawat dengan tumbuhan Plantago segar atau
sediaan infusa, angka sembuh mencapai 95,4%. Penelitian yang lain melaporkan pemberian
dekokta 60 gram/ hari pada 85 kasus efektivitasnya 98,8%, nafsu makan diperbaiki selama 5-
7 hari, penyakit kuning menurun setelah 14 hari, fungsi hepar dapat pulih (96% dari kasus).

Efek Farmakologi

Hasil pengujian praklinis pada hewan percobaan diperoleh bahwa Plantaginis Folium
menunjukkan aktivitas hepatoprotektor yang ditandai dengan menurunnya aktivitas serum
GPT dan serum GOT terhadap hepatotoksik baku karbon tetraklorida. Plantaginis Folium
mampu mencegah teijadinya kerusakan pada sel hati yang terlihat dari hasil pengamatan
histopatologis sel hati dimana susunan hepatosit hati menunjukkan perbaikan, serta jumlah
sel hati yang mengalami nekrosis mengalami perubahan mendekati normal.

Toksisitas

Tidak ditemui reaksi toksis setelah pemberian dosis jangka lama pada tikus, mencit
dan anjing.

Interaksi Obat

Dilaporkan dapat mengurangi absorbsi beberapa mineral (kalsium, magnesium,


tembaga dan seng), vitamin B, glikosida jantung dan turunan kumarin Ada kemungkinan
mempengaruhi absorpsi dan obat lain. Ada petunjuk bahwa absorpsi dari digoksin dapat
dipengaruhi.

Kontra Indikasi

Ileus, sakit perut yang akut.


Efek samping

Peningkatan konsumsi serat secara mendadak dapat menimbulkan produksi gas dan
kembung. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian bertahap, dimulai pada satu kali dosis per
hari dan meningkat sampai tiga kali dosis per hari. Timbulnya gas dan kembung secara
mendadak juga dapat diatasi dengan pengurangan jumlah Plantaginis Folium yang diminum
pada beberapa hari. Reaksi alergi pernah dilaporkan baik pada pemberian oral maupun melalui
inhalasi, serbuk, Plantago sp. Selain itu pernah dilaporkan adanya seorang penderita asma yang
sensitif terhadap Plantago dan mengalami bronchospasmus.

Peringatan

Plantaginis folium harus diminum dengan sejumlah air. Pada penderita yang tidak boleh
meninggalkan tempat tidur atau hanya sedikit bergerak, pemeriksaan medis diperlukan untuk
menggunakan sediaan obat ini. Jika teijadi perdarahan atau tidak ada respon setelah pemberian
obat, atau jika timbul sakit perut 48 jam setelah pemberian obat, maka pengobatan harus
dihentikan dan dilakukan tindakan medis lain. Jika diare berlangsung lebih dari 3 atau 4 hari,
perhatian medis harus diberikan. Penggunaan pada masa anak-anak: Sebaiknya tidak digunakan
pada anak-anak kurang dari 6 tahun tanpa pengawasan dokter.

Penyiapan dan dosis

Dosis lazim yang direkomendasikan adalah 7,5 gram dilarutkan dalam 240 ml air
atau jus yang diberikan secara oral 1 -3 kali sehari tergantung pada respon individual. Dosis
yang direkomendasikan untuk anak berumur 6-12 tahun adalah /4 dari dosis orang dewasa.

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik, di tempat kering.


III. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai