Anda di halaman 1dari 104

Apakah Anakku Tertular

Pemicu 3
Kelompok 2
Kelompok 2
• Tutor : Diskusi 1  dr Susi Olivia
Diskusi 2  dr Marcella
Ketua : Ngestinuari Salim (405150162)
Sekretaris : Yogiswara Wiwardhana Ana Suyanto (405120169)
Penuliis : Natashia Olivia Christian (405150081)
Anggota :
- Clinton Sudjono (405150004)
- Michell (405150065)
- Jody Andrean (405150075)
- Rika Sukma Pratiwi (405150094)
- Werry (405150112)
- Alvin Rinaldo (405150142)
- Selly Herlia Rudianti (405150149)
- Ulmi Auly Hidayati (405150169)
Apakah Anakku Tertular
• Seorang perempuan berusia 28 tahun beserta anaknya yang berumur
4 tahun datang berobat ke poli umum karena keluhan di telinga. Ibu
mengeluhkan telinga kirinya sakit sejak 2 hari yang lalu. Dia
mengatakan kira-kira 5 hari yang lalu di dalam telinganya terdengar
suara berisik, seperti kemasukkan serangga. Kemudian dia pun
mengoleskan minyak tawon pada kapas lidi dan dimasukkannya ke
dalam lubang telinganya dengan harapan serangga akan keluar. Sejak
saat itu, suara berisiknya hilang, tetapi telinganya menjadi sangat
gatal dan mengeluarkan cairan bening yang encer, sehingga dia pun
menjadi semakin sering membersihkannya. Kira-kira 2 hari yang lalu
telinganya mulai terasa sakit dan tadi pagi dia pun mulai merasakan
sakit berdenyut pada telinganya
• Ibu juga membawa anaknya berobat karena telinga kanan anaknya mengeluarkan
cairan lagi sejak 2 hari yang lalu. Ibu mengatakan seminggu yang lalu anaknya
pilek dan beberapa hari kemudian telinganya pun berair. Cairan yang keluar agak
kental seperti ingus, yang setiap kali dibersihkan akan keluar lagi. Seingat ibu,
pertama kali anaknya mengalami seperti ini ketika berusia 2 bulan, tetapi pada
saat itu keluhan terjadi hanya di telinga kiri dan tidak pernah berulang pada
telinga kiri hinggi saat ini. Pada saat berusia 8 bulan, telinga kanan keluar cairan
dan terus menerus berulang terutama ketika anaknya pilek, hingga saat ini.
Seingat ibu, dia sudah 6 kali membawa anaknya berobat karena keluhan pada
telinga kanan ini.
• Ibu menanyakan kepada dokter, mengapa telinga ibu dan anak sama-sama berair,
tetapi mengapa setiap kali pilek keluar cairan dari telinga anaknya sedangkan ibu
tidak demikian ? Dokter menjelaskan setelah melakukan pemeriksaan THT rutin
terhadap kedua pasien tersebut

• Apakah yang dapat saudara pelajari dari kasus tersebut ?


Rumusan Masalah
1. Kenapa setelah dioles minyak tawon, telinga menjadi sangat gatal
dan mengeluarkan cairan bening dan encer ?
2. Kenapa telinganya menjadi sakit berdenyut ?
3. Kenapa setelah anaknya pilek, keluar cairan pada telinga kanan ?
4. Apakah keluhan anak sering ada hubungannya dengan keluhan
telinga kiri saat usia 2 bulan ?
5. Apa saja pemeriksaan THT yang dilakukan
6. Kenapa sewaktu pilek telinga anak keluar cairan sedangkan si ibu
tidak ?
Curah pendapat
1. Mengorek kuping  menyebabkan iritasi  otitis eksterna
2. Karena adanya proses inflamasi akut
3. Pilek  kuman naik dari nasofaring ke telinga tengah lewat tuba
eustachius  otitis media
4. Tidak ada hubungannya
5. Inspeksi telinga luar  Kulit daun telinga (N/tdk), muara lubang telinga
(ada/tdk), besar telinga, liang telinga ada radang atau tdk, ada keluar
cairan dari liang atau tidak, warna gendang telinga, besar membran
telinga,
Tes berbisik, tes penala ( tes rinne, weber, schwabach, bing)
Otoskopi
Rinoskopi anterior dan posterior
Review TELINGA

FISIOLOGI GANGGUAN
ANATOMI HISTOLOGI
PENDENGARAN DAN INFEKSI

TELINGA LUAR TELINGA Tengah

Otitis media akut


Inflamasi auricular
Otitis media kronik

Herpes zoster
Otitis media serosa

Mastoiditis
Fistula pre-auricular

Meringitis bullosa
Otitis eksterna
Perforasi membran timpani

Benda asing Timpanosklerosis

Kolesteatoma
Serumen prop

Abses bezold
Learning Issue
1. Menjelaskan anatomi telinga luar ,tengah dan dalam
2. Menjelaskan histologi telinga luar, tengah dan dalam
3. Menjelaskan pembagian telinga perifer dan sentral (jaras pendengaran
telinga ke otak)
4. Menjelaskan perjalanan nervus facialis pada tulang temporal
5. Menjelaskan kelainan telinga luar (otitis externa, serumen prop, herpes
zooster oticus, inflamasi auricular, fistula pre-aurikular, benda asing pada
telinga)
6. Menjelaskan kelainan telinga tengah (otitis media akut, OMS, OMK,
mastoiditis, perforasi membran timpani, miringitis bullosa,
timpanosklerosis, cholesteatoma, abses bezold)
LI 1 Anatomi Telinga
Batas-Batas Telinga Tengah

• Lateral: membrane tympani


• Medial: promontorium
• Inferior: bulbus V. jugularis interna /
jugular wall
• Posterior: aditus ad atrum/ wastoid
wall
• Superior: tegmen tympani/ tegmen
wall
• Anterior: canalis caroticus
Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS, et al.,
editors. Scott-brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery. 7th
ed. Volume 3. London: Edward Arnold Ltd.; 2008.
Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS, et al.,
editors. Scott-brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery. 7th
ed. Volume 3. London: Edward Arnold Ltd.; 2008.
LI 2 Histologi Telinga

Telinga luar
Auris externa
1. Auricula:
• tlg rawan elastin
• kutis & subkutis tipis
• lobus auriculus (lemak)
2. Meatus/canalis acusticus ext
• liang oval (1/3 luartlg rawan, 2/3 dlmtlg temporal)
• kulit & submukosa: folikel rambut, gland. Sebasea, gland.
Ceruminosa ep. Berlapis gepeng yg deskuamasi
serumen (coklat, mirip wax, f:pelindung)
3. M. tympani
• M. fibrosa, >>kolagen
• Diikat oleh fibrokartilago
• Luar: epidermis tipis
• Dalam: ep. Selapis gepeng
• Diantaranya ada 2 lapisan jar. Ikat kolagen (luarradial,
dlmcirculer)
• Pars falsida/membran sharpnell lebih lemas (unt
trepanasi)
• Pars tensatmpt melekat maleolus
Telinga Luar
Aurikula:
• berkembang dri bag lengkung brankial 1 & 2
• td lempengan tulang rawan elastik tdk
beraturan, diliputi kulit tipis yg nempel erat pd
tulang rawan
• Tulang rawan  kontinu dg bag tulang rawan
liang telinga luar

Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology.


Meatus acusticus externus:
• Bag luar: tulang rawan elastik,
melanjutkan diri dg tulang
rawan auricula
• Tulang temporal menggantikan
pd 2/3 bag dalam
• Diliputi o/ kulit : folikel rambut,
kel sebacea, kel serumen

Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology.


Kel serumen :
• Modif kel keringat
• Kel tubular
• Sel mioepitel mengelilingi bag
sekretori kel
• Hsilkn materi mirip lilin (wax) :
serumen
• Rambut & wax yg lengket 
cegah masuknya benda asing ke
dlm meatus acusticus

Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology.


Telinga tengah

Di Fiore’s atlas of Histology 11th edition


Telinga tengah
Ruang timpani :
Telinga tengah • Ruang b’isi udara tltk dlm pars petrosum os temporal
• Posterior : ruang udara mastoid
• Anterior : tuba eustachius / auditori
• Medial : oval window & round window
• Lateral : membran timpani
• Epitel gepeng selapis, kontinu dg lap dalam membran
timpani
• 2/3 dalam :
• Dinding tulang  tulang rawan (mdkt tuba
eustachius)
• lap epitel : epitel bertingkat silindris bersilia
• Lamina propria :
• Di daerah dinding tulang : nempel erat, tdk kel
• Di atas daerah tulang rawan : byk kel mukosa yg sal
nya membuka ke lumen ruang timpani, sel goblet &
jar limfoid di dkt muara tuba ke faring
Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology.
http://e-learning.studmed.unibe.ch/morphomed/histo/images_mt/203_mt.jpg
Membran timpani:
• Menutup ujung bag dlm canalis auricularis
externus
• Mrpk lempeng penutup a/ alur faring 1 &
kantung faring 1, tmpt lap ektoderm,
mesoderm, endoderm tltk b’dktn
• P luar: epidermis tipis dri endoderm (kutikula)
• 1 lapis tipis mesoderm  serat kolagen,
elastik, fibroblas : di a/ 2 lap epitel membran
timpani
• P dalam : epitel skuamosa - kuboid
• 3 lapis : kutikula, fibrosa, mucus
Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology.
Ossicle (tulang pendengaran) :
• Malleus : hub dg membran timpani
• Incus : a/ maleus & stapes
• Stapes : nempel di oval window
• Slg dihub mll sendi sinovial berlapis
epitel gepeng selapis
Otot : M. tensor timpani, M. stapedius

Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology.


Auris media
1. Cavum tympani
• Ruang udara
• Dilapisi tympanic mucosa  jar ikat tipis  ep selapis
gepeng/ ep bertingkat torak bersilia bersel goblet

2. Ossicula tympani
• Tulang kompak : malleus, incus, stapes
• Hub. Oleh sendi sinovial & m. tenson tympani &
m.stapedius

3. Tuba eustachii
• Sal sempit (cavum tympani-lateropost nasopharynx)
• 1/3 cavum tympani: selapis torak bersilia, T.pars ossea
• 2/3 nasopharynx: TR hyalin, ep bertingkat torak bersilia
bersel goblet
• + kel seromukosa
• F: menyeimbangkan tek udara

4. Celullae antrum mastoid


• Ruang2 udara, muara antrum mastoid
Telinga dalam
Auris interna
1. Labyrinthus osseus 1. Vestibulum
• Bagian tulang • Dilapisi JI yg membentuk mesotel
• Rongga irreguler 2. Canalis semicircularis
• Dilapisi periosteum 3. Cochlea
• Dibatasi jar ep. mesenkim • Tabung spiral dgn modiolus sbg poros
• isi: perilymph • Modiolus trdpt ganglion spiralis (dendrit sel2
bipolar ganglion spiralis m’bentuk sinaps dgn sel2
rambut organ corti & neuritnya mbntk n.cochlearis)
• 3 ruang: skala vestibule, cochlearis, tympani
2. Labyrinthus 1. Utriculus & sacculus
membranaceus • Penghubung: d. utriculosaccularis
• Kantong dgn dinding jar halus, ada fibroblast & melanosit
2. Macula
• Sustantekuler: torak, inti oval dibasal, kutikula, mikrovili
• Sel rambut: torak, inti oval, kutikula, stereosilia
• Type I: piriformis/kerucut, inti basis & leher, saraf eferen
• Type II: silindrin, saraf afferent
3. Ductus Semicircularis
(histo idem dgn macula), kinosilia terbenam dlm glikoprotein yg
tebal
4. Ductus & saccus endolimfaticus
(dilapisi ep selapis gepeng(dekat sakus) ep silindris tinggi)
5. Ductus Cochlearis
(isi: endolymph, mrpkn reseptor suara)
6. Organ corti
• Sel hensen
• Sel rambut luar
• Sel phalangeal luar
• Sel tiang luar & dalam
• Sel phalangeal dalam
• Sel rambut dalam
• Sel batas
LI 3 jaras pendengaran telinga ke otak
Alur transmisi pendengaran
Kanal pendengaran Gendang telinga bervibrasi pd
suara frekuensi yg sama
eksternal
(beresonansi)

Gelombang tekanan Diamplifikasi dan ditransmisikan


pd cairan cochlea oleh ossicle

Serabut pd
membran basilar
beresonansi Jika
maksimum Reseptor pendengaran
di organ corti
tereksitasi
Alur transmisi pendengaran
(lanjutan)
Impuls elektrik Cochlea nuclei
dibangkitkan Saraf cochlea
(di medulla)

Korteks pendengaran
(menerima impuls dari 2 telinga)

Pemrosesan pendengaran bersifat analitik


• Tiap nada dipersepsi secara terpisah
• Jika intensitas meningkat maka
• makin banyak sel-sel rambut yang bereaksi (merespon)
LI 4 Menjelaskan perjalanan nervus facialis pada
tulang temporal
N.FASIALIS (N. VII)
• Nukleus fasialis → berjalan ke arah dorsal, memutari nukleus
abdusens (di bawah basis ventrikel IV) → belok ke arah ventrolateral,
lewat diantara nukleus olivaris superior lateral dan radix trigeminus
desendens → muncul dari ventral batang otak ke N. VIII
• N. VII dan N. VIII digabung oleh N. intermedius. Berjalan pada
kompartemen anterior dan superior canalis acusticus internus
– → hubungan anatomis yang sangat dekat dengan divisi superior N.
vestibularis

Snow JB, Wackym PA. Ballenger’s otorhinolaryngology head


and neck surgery. 17th ed. Volume 1. Connecticut: BC
Decker Inc; 2009.
N.FASIALIS (N. VII)
• Ujung distal canalis acusticus internus : N. facialis pindah ke arah
anterolateral → masuk segmen labirintin dari kanal fallopian
• Di ganglion genikulata → melengkung di dekat basis fossa cranii
media → segmen timpani (di saluran-saluran dalam tulang)
• N. petrosal superficialis major : muncul dari ganglion genikulata di
hiatus facialis → berjalan di basis fossa cranii media diantara lapisan-
lapisan dura → foramen lacerum → bergabung dengan saraf simpatis
karotis : N. vidian di kanalis vidian

Snow JB, Wackym PA. Ballenger’s


otorhinolaryngology head and neck surgery.
17th ed. Volume 1. Connecticut: BC Decker
Inc; 2009.
N.FASIALIS (N. VII)
• N. facialis bagian timpani : berjalan di bagian superior dari oval window,
dalam arah posterolateral → setinggi kanalis semisirkularis horizontal /
lateral → belok 90O ke arah ventral → N. facialis bagian mastoid
• N. facialis bagian mastoid : berjalan pada saluran vertikal → keluar dari
foramen stylomastoideum → masuk kelenjar parotis, anterior dari ujung
mastoid
• Sebelum keluar dari foramen stylomastoideum : dilepaskannya chorda
tympani melalui saluran tulang dalam arah mundur → menuju telinga
tengah → melintas diantara prosesus panjang incus dan leher maleus →
masuk epitimpanum → meninggalkan telinga tengah sebelum bergabung
dengan N. lingualis Snow JB, Wackym PA. Ballenger’s
otorhinolaryngology head and neck surgery.
17th ed. Volume 1. Connecticut: BC Decker
Inc; 2009.
N.FASIALIS (N. VII)
• Saat baru keluar dari foramen stylomastoideum : inervasi bagian
posterior M. digastricus → menembus kelenjar parotis → bercabang
menjadi 4 – 5 bagian → persarafi otot-otot wajah

Snow JB, Wackym PA. Ballenger’s otorhinolaryngology head


and neck surgery. 17th ed. Volume 1. Connecticut: BC Decker
Inc; 2009.
LI 5 Menjelaskan kelainan telinga luar (otitis
externa, serumen prop, herpes zooster oticus,
inflamasi auricular, fistula pre-aurikular, benda
asing pada telinga)
Otitis Externa

Definisi Faktor Predisposisi


• Generalized condition of the skin
of the external auditory canal
that is characterized by general
oedema and erythema
associated with itchy discomfort
and usually an ear discharge.
Etiology
• Any condition or situation that disturbs the lipid/acid balance of the ear  predispose
• Water and moisture  change from a predominantly Gram-positive skin flora to a Gram-negative one.
• Inflamed  healthy cerumen is rapidly removed from the ear and is no longer produced.
• Bathing  bathing in freshwater lakes containing pseudomonas
• Allergies reactions  treatment of otitis externa is often with topical medications and sensitivity to
these can actually exacerbate the condition (neomycin, steroid)
• Secondary bacterial infection
• Pathology
• Pre-inflammatory
• Protective acid balance (pH 4-5) is lost  stratum corneum become oedematous  blocking
off the sebaceous & apocrine glands  aural fullness & itching
• Further oedema & sctratching  disruption of epithelial layer  invasion of
resident/introduced organisms
• Acute inflammatory
• Progressive thickening exudate, further oedema, obliteration of the lumen, pain >>
• Auricular change & cervical lymphadenopathy (severe)
• Chronic inflammatory
• Remain of low pH + > 3 weeks  thickening of external canal & fibrous canal stenosis
(acquired atresia of the external ear)
• Diagnosis (signs & symptoms) • Complications
• Pain, itch, oedema, erythema of • Perichondritis
the external auditory canal • Chondritis
• With purulent otorrhoea & debris • Cellulitis
in meatus • Parotitis
• Erysipelas
• Managements
• Aural toilet
• With/-out microscopic assistance
• Topical medication
• Glycerol & ichthammol (90:10%) with aural wick (moderate & severe)
• Dehydrating effects  < pain, oedema
• NSAID (if not contraindicated)
• Combination drop of neomycin, polymyxin-B, hydrocortisone
• AE  filmy debris (mistaken for fungal overgrowth
• Neomycin & gentamycin  Staphyllocooccus
• Polymyxin-B  Pseudomonas & Staphyllococcus
• Quinolone (for no known risk of ototoxicity & it is sensitive to Pseudomonas)
• Prevention of reccurence
• Avoidance of water penetration
• Cotton wool + petroleum jelly in bath / shower
• Alcohol / proprietary preparations (aqua-ear/ear-calm) after swimming
• Blow driers (not on hot setting)  remove moisture
• Reccurent otitis externa with ear-mould hearing aid patient  bone-anchored hearing
aid
Herpes Zoster Oticus
• Ruam vesikular herpes pada concha, saluran pendengaran eksternal /
pinna dengan kelumpuhan LMN (ipsilateral) pada N. Facialis
• Disebut juga “Ramsay Hunt Syndrom tipe I”

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Herpes Zoster Oticus
• Patologi
• Merupakan reinfeksi
dari varicella zoster
• Pada vase dorman virus
berada di ganglion
genikulata saraf facialis
dan spiral serta di
ganglion vestibuler
saraf VIII

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Herpes Zoster Oticus
• Diagnosis
• Gambaran klinis
• MRI dan CSF (Cerebro Spinal Fluid)
• Fase akut : hasil MRI membingungkan  inflamasi saraf pada saluran pendengaran
internal / small vestibular schwannoma
• Kerusakan N VIII  hearing loss, tinitus, vertigo
• Nyeri pada aurikular
• Beberapa kasus  ruam berkembang setelah timbul rasa sakit dan kelumpuhan pada
wajah
• Ruam dpt hanya muncul di lidah dan mukosa faring, tidak ada di telinga
• Zoster sine herpete
• Kelumpuhan pada wajah tanpa rash  HZO
• Peningkatan titer serologi/ adanya DNA VZ

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Herpes Zoster Oticus
• Tatalaksana
• Asiklovir dan prednisolon 3 hari dari mulainya gejela
• Asiklovir IV dan steroid  90% sembuh
• Lebih baik diobati sebelum timbul vesikel
• Prognosis
• Tidak dobati
• Complete facial paralysis dalam 1 minggu (sering pada usia >50 thn)  10% dapat
normal
• Incomplete  66% sembuh sempurna
• Terapi awal 75% sembuh sempurna

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Herpes Zoster Oticus

S O A P
• Hearing loss • Peningkatan • Gambaran • Acyclovir
• Tinitus serologis klinis • Steroid
• Vertigo • MRI
• Nyeri pada • CSF
aurikular
• Paralisis

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Inflamasi Aurikular
Definisi Infeksi / inflamasi pada perikondrium dri telinga bagian luar :
aurikula & external auditory canal
Klasifikasi Erisipelas dari telinga bagian luar
Selulitis telinga luar
Perikondritis
Condritis
Etiologi -Trauma
-frosbite, burns, chemical injury
-infeksi di aurikula
Most • Pseudomonas aeruginosa
common • Staphylococcus aureus
Microorgan • Proteus
ime • Escherichia coli
• Streptococcal

Scott-brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery volume 3


Perichondritis of the external ear Ch.236i
Page 3358-3360
Patologi Hiperplasia dari lapisan kulit :
• -penebalan jaringan subkutan
• -intense inflatration of PMN leukosit
• -penebalan dari perikondium
• -hancurnya kartilago oleh fagosit

Diagnosis • -nyeri yg bersifat tumpul


• -daerah lobul (-) terkena
• -nyeri dan bengkak pada pinna
• A background history of underlying trauma to
the external ear should be sought.
Terapi -prevensi
-first line management
-others forms of management

Scott-brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery


volume 3
Perichondritis of the external ear Ch.236i
Page 3358-3360
Perikondritis
• Infeksi / inflamasi yg mengenai perikondrium telinga luar: daun
telinga dan saluran telinga luar
• Klasifikasi : Erisipelas; selulitis, perikondritis, kondritis
• Patologi : hiperplasia lapisan dermal  penebalan jaringan subkutan
 penebalan perikondrium dan destruksi kartilago oleh fagosit 
infiltrasi PMN

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
• Etiologi
• Kulit tipis, jaringan subkutan dan posisi anatomi yang rentan  tulang rawan
konkal rentan trauma dan infeksi
• Trauma : laserasi aurikula, operasi, frosbite, terbakar, bahan kimia, infeksi
haematoma, aspirasi/insisi haematoma, tindik pada kartilago
• Bakteri : Psudomonas aeruginosa, S. Aureus, Gram – (Proteus dan E. Coli),
Streptoccocus

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
• Diagnosis
• Nyeri tumpul
• Tanda inflamasi pada kartilago
pinna
• Indikator : rasa sakit parah dan
pembengkakan (erisipelas dan
selulitis dan sesakit perikondritis)
• Riwayat trauma pada telinga
bunga

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
• Prognosis
• Tidak diobati  abses subepikondrial  nekrosis avaskular pada kartilago 
deformitas pinna
• Dapat menyebar ke kartilago
• Komplikasi parah
• Septikemia karena Streptococcal
• Endokarditis bakteri subakut
• Necrotizing fasciitis di leher

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
• Tatalaksana
• Prevensi
• Jangan menindik di kartilago
• Hematom pada aurikula  drainase
• Perwatan telinga
• First line
• AB topikal dan oral
• Abses  drainase, swab pus  kultur u/ tahu penyebabnya
• AB dosis tinggi (IV)
• Abses subperikondrial  drainase

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
• Kasus resisten
• Tetap nyeri, tidak respon dengan pengobatan diatas  terjadi deformitas
• Daerah luas  kondrektomi total
• Drainase serta irigasi dengan AB dan steroid  menjaga bentuk dan struktur
telinga
• Tabung polyetilen di kedua saluran kartilago subperiosteal +
aminoglikosid/kortison solution untuk irigasi 2x/hari

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Perikondritis
S O A P
•Sakit tumpul •Kemerahan •Pemeriksaan fisik •Antibiotik
•Nyeri •Steroid
•Drainase

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Benda asing pada telinga
Penyebab : Komplikasi :
• Kapas korek kuping
• Serangga
• Perforasi membran
• manik-manik timpani
• Kertas • Dislokasi / fraktur tulang
• mainan kecil pendengaran
• Penghapus • Nekrosis jaringan sekitar
• Kacang

Symptoms
• Asimtomatik
• Nyeri/Discharge
• Dewasa : kapas cotton bud,
kecoa yg masuk  rasa tdk
nyaman
Scott-Brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery, 7th ed.
Scott-Brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery, 7th ed.
Tata Laksana:
Pengeluaran
• Hati2 !  trauma membran timpani atau struktur telinga tengah.
• Binatang yg msh hidup hrs dimatikan dgn memasukkan tampon
basah lalu teteskan cairan (mis, lar. Rivanol atau anastesi lokal) +-
10 mnt  binatang mati  keluarkan dgn pinset atau irigasi.
• Baterai : tidak boleh dibasahi  efek korosif.
• Benda asing besar : tarik dgn pengait serumen.
• Benda asing kecil : ambil dgn cunam atau pengait.
Fistula Preaurikular
• Terlihat saat lahir, biasanya
bilateral
• Mungkin terdapat sekret
sebaceus dari punctum
• Lesi mengakibatkan sedikit
gangguan tapi dapat dibiarkan
• Pda beberapa pasien terjadi
infeksi episodik rekuren =
terbentuk abses

Scott-Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery 7th Edition, Chapter 99


Picture: en.atlaseclamc.org/face/36-preauricular_fistula_or_dimple-Q18.1#.Ve76wxGqqko
Pre-Auricular Sinus
S Asymptomatic

O • Often bilateral
• Sebaceous discharge from the punctum
• recurrent episodic infection-> may progress to abscess formation
A Physical examination

P • If the sinus is free of infection-> can be left alone


• many of the cases will be subject to repeated episodes of infection-> should
be excised

Scott-Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery 7th Edition, Chapter 99


Picture: en.atlaseclamc.org/face/36-preauricular_fistula_or_dimple-Q18.1#.Ve76wxGqqko
Serumen Prop
• Serumen merupakan kombinasi dari sekresi kel. sebasea (minyak)
dan kel. Apokrin (ceruminous) dicampur dengan desquamated
epithelial debris.
• Kombinasi ini membentuk acidic coat yang membantu dalam
pencegahan infeksi saluran luar telinga
• pH normal 6,5-6,8
• Akumulasi dari serumen dapat mengganggu dalam inspeksi telinga
• Tanda dan gejala  hearing loss, discomfort
• Penggunaan cotton swab membuat serumen terdorong ke medial
dan memperburuk keadaan
• Untuk membersihkan serumen harus dipastikan pasien tidak
memiliki perforasi
• Dapat dilakukan menggunakan metode irigasi serumen
Management :
• Wax softening
• Syringing
• Mopping the ear canal
• Microscopic ear toilet
Ear wax removal :
• Manual remove
• Irrigation (syringing)
• Chemical dissolution (otc 4% hydrogen peroxide)

Gleeson M, Browning G, Burton M,Clarke R, Hibbert J, Jones N S,etc. Scott-brown’ s


Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7th ed vol: 1

Snow J B, Wackym P A. Ballenger’s Otorhinolaryngology 17 head and neck surgery. Vol 1


LI 6 Menjelaskan kelainan telinga tengah (otitis
media akut, OMS, OMK, mastoiditis, perforasi
membran timpani, miringitis bullosa,
timpanosklerosis, cholesteatoma, abses bezold)
MASTOIDITIS
• Mastoiditis adalah infeksi bakteri pada tulang mastoid. Tanpa pengobatan yang
adekuat, dapat menyebabkan meningitis dan abses otak. Biasanya didahului
oleh OMA yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat.
• Diagnosis
• Demam tinggi
• Pembengkakan di mastoid.
• Tatalaksana
• Anak harus dirawat di rumah sakit.
• Beri ampisilin 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, paling sedikit selama 14 hari.
• Jika hipersensitif terhadap ampisilin, dapat diberikan eritromisin ditambah sulfa
kotrimoksazol sampai tanda dan gejalanya hilang.
• Pasien dengan mastoiditis (apalagi jika ada tanda iritasi susunan syaraf pusat) sebaiknya
dirujuk ke spesialis THT untuk mempertimbangkan tindakan insisi dan drainase abses
mastoid atau mastoidektomi atau tatalaksana komplikasi intrakranial otogenik. Bila tidak
ada spesialis THT, insisi abses dapat dilakukan oleh dokter lain.
• Jika anak demam tinggi (≥ 38,5°C) yang menyebabkan anak gelisah atau rewel, berikan
parasetamol.
• Pemantauan
• Anak harus diperiksa oleh perawat sedikitnya setiap 6 jam dan oleh dokter sedikitnya
sekali sehari. Jika respons anak terhadap pengobatan kurang baik, pertimbangkan
kemungkinan meningitis atau abses otak.
KOLESTEATOMA
• Keadaan dimana epitel skuamosa dan keratinosit yang terakumulasi
terdapat di dalam ruang telinga tengah.
TANDA DAN GEJALA
DIAGNOSIS
Congenital cholesteatoma :
• Kista epidermal yang ditemukan di medial dari membran timpani utuh dianggap
‘kongenital' jika memenuhi kriteria Derlaki dan Clemis:
• Massa putih di medial dari membran timpani yang intak.
• Pars tensa & pars flaccida yang normal.
• Tidak ada riwayat keluar discharge dari telinga, perforasi atau prosedur
otologis sebelumnya.
• Serangan otitis media akut sebelumnya bukanlah alasan untuk menyingkirkan
kemungkinan kolesteatoma bawaan.
DIAGNOSIS
Acquired cholesteatoma :
• Terjadi akibat kurangnya proses migrasi epitel skuamosa dari telinga tengah ke
canalis auditorius externa.
• Proses yang mempengaruhi :
• Imigrasi : migrasi epitel skuamosa dari telinga luar ke telinga tengah lewat membran timpani.
• Retraksi : retraksi progresif dari membran timpani atau sehubungan dengan atrofi pars tensa
membran timpani.
• Hiperplasia sel basal : proliferasi dari lapisan basal epitel berkeratin pars flaccida.
• Proliferasi epitel skuamosa berkeratin dicetuskan oleh inflamasi kronik telinga
tengah.
DIAGNOSIS
Iatrogenic Cholesteatoma :
• Disebut juga residual cholesteatoma
• Implantasi epitel skuamosa sebagai hasil dari trauma membran
timpani -> cholesteatoma.
• Cholesteatoma yg kambuh setelah operasi -> cholesteatoma rekuren.
TATALAKSANA
• Surgical removal -> dengan tujuan :
• Membuang semua cholesteatoma
• Mencegah cholesteatoma yg akan datang
• Untuk mendapatkan telinga yang tetap kering dan bebas dari infeksi setelah
terpapar dengan air.
• Mengembalikan pendengaran.
Mastoiditis
• Infeksi dan peradangan yang meluas ke rongga mastoid selama otitis
media akut.
• Epidemiologi:
• Anak-anak  28% <1 tahun, 38% 1-4 tahun, 21% 4-8 tahun, 8% 8-18 tahun,
4% >18 tahun.
• Infeksi dapat menyebar ke periosteum mastoid melalui vena 
mastoiditis akut dengan periostitis.
• Tidak ada abses, lipatan post-aurikular mungkin terasa penuh, pina
mungkin terdorong ke depan dan ada bengkak ringan, eritema dan
tenderness di daerah post-aurikular.

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Mastoiditis
• Osteitis mastoid akut  infeksi terjadi  merusak os mastoid 
abses subperiosteal (daerah post-aurikular)
• Abses zigomatikus dpt berkembang diatas dan didepan pinna
• Perforasi korteks medial mastoid, berjalan dari sternomastoid ke
posterior triangle  abses bezold

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Mastoiditis
• Etiologi:
• Sekitar 20% tidak ada bakteri
• Streptococcus pneumoniae
• Streptococcus pyogenes
• Pseudomonas aeruginosa
• Staphylococcus aureus are the most commonly reported
• Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Proteus mirabilis and Gram-
negative anaerobes rarely.

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Mastoiditis
• Tanda & gejala: • Diagnosis
• Otalgia • Full blood count
• Iritabilitas pada anak • CRP
• Bulging membran • Kultur darah
timpani • CT-scan / MRI
• Bengkak retro-aurikular
• Eritema retro-aurikular
• Pireksia
• Protrusion pinna
• Penurunan dinding
posterior kanal auditori
eksternal (karena abses
subperiosteal)

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Mastoiditis
• Diagnosa banding
• AOM, otitis externa, furunculosis dan reactive lymphadenopathy.
• Undiagnosed cholesteatoma, Wegener's granulomatosis, leukaemia dan
histiocytosis
• Tatalaksana:
• Myringotomy (dengan atau tanpa ventilation tube placement
• IV AB dosis tinggi
• Drainase dengan atau tanpa mastoidektomi kortikal

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
• Tatalaksana
• Anak harus dirawat di rumah sakit.
• Beri ampisilin 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, paling sedikit selama 14 hari.
• Jika hipersensitif terhadap ampisilin, dapat diberikan eritromisin ditambah sulfa
kotrimoksazol sampai tanda dan gejalanya hilang.
• Pasien dengan mastoiditis (apalagi jika ada tanda iritasi susunan syaraf pusat)
sebaiknya dirujuk ke spesialis THT untuk mempertimbangkan tindakan insisi dan
drainase abses mastoid atau mastoidektomi atau tatalaksana komplikasi intrakranial
otogenik. Bila tidak ada spesialis THT, insisi abses dapat dilakukan oleh dokter lain.
• Jika anak demam tinggi (≥ 38,5°C) yang menyebabkan anak gelisah atau rewel,
berikan parasetamol.
• Pemantauan
• Anak harus diperiksa oleh perawat sedikitnya setiap 6 jam dan oleh dokter sedikitnya
sekali sehari. Jika respons anak terhadap pengobatan kurang baik, pertimbangkan
kemungkinan meningitis atau abses otak.
Mastoiditis
S Otalgia, iritabel pd anak
O • Bulging membran timpani
• Bengkak & eritema retro-aurikular
• Pe↓an dinding posterior kanal auditori eksternal
• Protrusion pinna
A • Full blood count
• CRP
• Kultur darah
• CT-scan / MRI
P • Miringotomi
• IV AB dosis tinggi
• Drainase dengan atau tanpa mastoidektomi kortikal

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Abses Bezold
• Abscess di M. sternocleidomastoid yang terjadi sekunder
akibat perforasi tip dari mastoid yang disebabkan mastoiditis.

Gejala merupakan gejala dari mastoiditis acute maupun chronic


otitis media yang aktif.
- Post auricular pain, otalgia, otorrhea
- Hearing loss (konduktif) pada telinga yang terkena
- Massa di leher dan di occipital, nyeri tekan tapi tidak
fluctuance
- Gejala yang kurang sering ditemukan: demam, sakit kepala,
facial paralysis, cervical lymphadenopathy.
• Komplikasi : Pemeriksaan : CT, MRI
• Abscess bezold dapat
berjalan di sepanjang fascial
plane menyebar ke Terapi :
suprascapular, suprasternal, - Mastoidectomy, debridement
parapharyngeal, dari tulang yang necrosis, dan
paralaryngeal dan bahkan drainase dari multipel abses.
contralateral axilla dan leher. - IV antibiotik (mis ceftriaxone
Extensi abses ke vertebra 2g 1x/hari selama 6 minggu)
atau basis kranii
menyebabkan kematian
akibat kompresi medula
spinalis dan otak
Perforasi Membran Timpani
• Traumatic perforation of the
tympanic membrane  dapat
tjd karena:
• Transmisi langsung dari adanya
gaya yg mengganggu saat
trauma tulang temporal
• Pecahnya membran karena
trauma ledakan, misil/airbags
• Penetrasi partikel debris pada
membran timpani
Terapi :
1. Hindari terkena air /
kontaminasi lain.
2. Perforasi membran karena
trauma tulang temporal 
sembuh sendiri dalam 10 mgg
3. Bedah  pertimbangkan
jika perforasi nya bertahan
hingga 3 bulan/lebih.
Scott-Brown’s otorhinolaryngology, head and neck
surgery, 7th ed.
ACUTE OTITIS MEDIA
• The term ‘acute otitis media’ implies a viral or bacterial infection of
the mucosal lining of the middle ear and mastoid air-cell system.
SIGNS AND SYMPTOMS
• Symptoms:
• Local symptoms: ear ache, impaired hearing, otorrhea, tinnitus
• General symptoms: fever, irritability, nocturnal agitation, gastrointestinal signs
(abdominal pain, diarrhea, vomiting, anorexia)
• Signs :
• An injected tympanum can indicate early acute otitis media, but can also be
caused by crying or by a common cold
• A clear difference in redness between left and right tympanum
• An intensely red tympanum confirms the diagnosis of acute otitis media
• A bulging tympanum indicates the presence of liquid in the middle ear under
pressure
• Perforation of the tympanum with otorrhea
SIGNS AND SYMPTOMS
• Physical examination
• Inspection of the eardrums is indicated to establish or exclude the diagnosis
of acute otitis media. Inspection of the eardrum will help the general
practitioner estimate the gravity of the illness
• Both eardrums should be inspected and compared
• Cerumen or detritus can be removed with Q-tips soaked in oil, a cerumen
loop or, preferably, a vacuum aspirator
Manifestasi Klinis
Stadium Gambaran retraksi membran timpani; kadang berwarna
Oklusi Tuba normal/ pucat; sukar dibedakan dgn otitis media serosa.
Eustachius

Stadium Membran timpani hiperemis & edema; sekret sukar


Hiperemis terlihat/ masih bersifat serosa.

MT menonjol ke luar; eksudat purulen di kavum


Stadium
timpani; pasien sgt sakit; nadi & suhu ↑; nyeri hebat.
Supurasi

Stadium Ruptur MT; nanah keluar mengalir; pasien menjadi


Perforasi tenang, suhu badan ↓, tidur nyenyak.

Stadium Bila MT utuh, perlahan normal kembali. Bila perforasi,


Resolusi sekret ber<< & mengering.
Tata Laksana
Stadium •Buka kembali tuba eustachius.
Oklusi Tuba •Beri tetes hidung HCl efedrin 0,5% (u/ anak< 12 thn)
Eustachius atau 1% (u/ anak > 12 thn/ dewasa).
•Antibiotik
Stadium •Antibiotik (penicilin, eritromisin)
Hiperemis •Obat tetes hidung
•Analgesik
•Miringotomi
Stadium
Supurasi Miringotomi

Stadium •Obat cuci telinga H2O2 3% 3-5 hari


Perforasi •Antibiotik adekuat s/d 3 mgg
•Sekret akan hilang & perforasi nutup dlm 7-10 hr

Stadium •Bila MT tidak normal kembali, lanjutkan antibiotik s/d 3


Resolusi mgg.
•Bila tetap, mungkin telah tjd Mastoiditis
Timpanosklerosis
• Merupakan deposit hialin bahan aseluler yg terlihat
sebagai plak putih di membran timpani dan deposit
nodula putih di lapisan submukosa telinga tengah
pada otoskopi.
• Secara patologis adalah hasil akhir proses
penyembuhan : kolagen di jaringan fibrosa mengalami
hyalinisasi, kehilangan struktur dan menyatu menjadi
massa yg homogen.
Timpanosklerosis
• Menyebabkan :
• Gangguan transmisi suara.
• Imobilitas penghubung tulang pendengaran.
• Gejala : umumnya asimtomatik.
• Pemeriksaan (otoskopi) :
• Penipisan dan atau kekeruhan lokal atau umum pars tensa
• Plak berbentuk bulan sabit atau tapal kuda
• Tatalaksana :
• Timpanoplasti
• Rekonstruksi tulang pendengaran
Miringitis Bullosa
Bullous myringitis (myringitis bullosa haemorrhagica) adalah temuan
vesikel pada lapisan superfisial membran timpani.
Menyerang Semua umur, tp lebih sering pd  anak-anak, remaja, &
dewasa muda
Etiologi : Infeksi virus influenza / Mycoplasma pneumoniae
Patologi : Vesikel terjadi diantara outer epithelium dan lamina propria
dari membran timpani
Gejala :
• Sudden onset, biasanya unilateral, nyeri berdenyut
• Biasanya tjd saat/setelah infeksi saluran pernapasan atas
• Bercak darah dpt muncul dalam beberapa jam
• Gangguan pendengaran (konduktif &/ sensorium)
Tanda :
• Otoskopi  lepuhan berisi darah, serous/serosanginous yg melibatkan
membran timpani& kadang aspek medial
• Jika lepuhannya ruptur  ada sekresi sanginous
• Membran timpani intak. Scott-Brown’s otorhinolaryngology, head and neck
surgery, 7th ed.c
Diagnosis : Tatalaksana
• PFvesikel pada lap. Superfisial
membran timpani • Tanpa keterlibatan telinga
Investigasi : tengah & tuli sensorineural
> analgesik
• Inspeksi dgn mikroskop
• PF nervus kranial (t.u n.facialis)
• Pneumatic otoscopy &
tympanometry  cek telinga
tengah ada cairan/tdk
• Pure-tone audiogram  deteksi
gangg.pendengaran sesorineural
Diagnosis banding :
• Acute otitis media
• herpes zoster oticus

Scott-Brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery, 7th ed.


Otitis Media Kronik (COM)

Etiologi Fx. Predisposisi


• Otitis media akut & otitis media dg • Infeksi
efusi
• Genetik & ras • ISPA
• Lingkungan
• Disfungsi tuba eustachius
• Refluks gastro-esofageal
• Abnormalitas kraniofacial
• Penyakit autoimun
• Defisiensi imun

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Otitis Media Kronik (COM)
Inactive Active Mucosal Healed Otitis Inactive Active
Mucosal Media Squamous Squamous
• Myringoplasty • Aural toilet Only indicated • Managemen Surgery
• Ossiculoplasty • Topical in the t nasal • Mastoidectom
• Hearing aid medication presence of disease y
• No treatment (AB, steroid, significant • Aural toilet • Ossiculoplasty
antifungal, hearing
antiseptics) disability, Surgical
• Myringoplasty hearing aids • Managemen
should be t tympanic
considered membrane
• Surgery(ossi • Ventilation
culoplasty) tubes

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
Otitis Media Serosa
Definisi Akumulasi mukus di telinga bagian tengah dan terkadang
di sistem udara sel mastoid yang bersifat kronik

Etiologi -infeksi - disfungsi tuba eustasia


-Alergi – patologi di nasofaringeal

Gejala Klinis -kehilangan pendengaran


-telinga terasa penuh
-pulsatile or crackling tinnitus
-nyeri di telinga dan pusing

Scott-brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery


volume 3
Otitis media with effusion in adults
Diagnosis -timpanometri
-radiologi
-klinikal

Komplikasi -atelectasis of the tympanic membrane


-serious intracranial complications : meningitis coexisting
with OME
-sensorineural hearing lose <- Chronic OME
Terapi Autoinflation= valsava manufer
Medikasi
Surgical
Daftar Pustaka
• Silverthorn DU. Human physiology: an integrated approach. 6th ed. Illinois: Pearson Education
Inc.; 2013.
• Human Physiology by Lauralee Sherwood ©2007 Brooks/Cole-Thomson Learning.
• Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006.
• Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS, et al., editors. Scott-brown’s
otorhinolaryngology, head and neck surgery. 7th ed. Volume 1. London: Edward Arnold Ltd.; 2008.
• Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS, et al., editors. Scott-brown’s
otorhinolaryngology, head and neck surgery. 7th ed. Volume 2. London: Edward Arnold Ltd.; 2008.
• Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS, et al., editors. Scott-brown’s
otorhinolaryngology, head and neck surgery. 7th ed. Volume 3. London: Edward Arnold Ltd.; 2008.
• Snow JB, Wackym PA. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed. Volume 1.
Connecticut: BC Decker Inc; 2009.

Anda mungkin juga menyukai