Anda di halaman 1dari 2

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Kadar Glukosa Darah pada Pemeriksaan Hitung Jenis


Penelitian ini dilakukan terhadap 22 data pasien diabetes mellitus (DM) tipe
2 yang berobat di RS Budi Kemuliaan periode Januari-Desember 2017.
Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan jumlah sampel laki-laki lebih banyak
daripada perempuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Jin-Kyu-Him et al di
Korea Selatan (2017) dan Hoang Van Tong et al di Vietnam (2016) yang
mendapatkan jumlah sampel laki-laki lebih banyak daripada perempuan.31,32
Hal ini disebabkan di wilayah penelitiannya mayoritas laki-laki memiliki BMI
overweight hingga obesitas disertai dengan kebiasaan minum-minuman alkohol
32
yang merupakan faktor resiko terjadinya DM. Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas Reinehr et al (2013) dan Borne-
Yen et al (2016) dengan sampel perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hal
ini dikarenakan skala aktivitas pada perempuan yang cenderung rendah disertai
kadar lemak lebih banyak sehingga terjadi obesitas. Obesitas berkaitan erat
hubungannya dengan sindrom metabolik baik itu obesitas sentral maupun
obesitas perifer. Sindrom metabolik adalah kumpulan abnormalitas metabolik
yang mengarah pada peningkatan resiko penyakit kardiovaskular dan diabetes
mellitus (DM).4,33,34
Berdasarkan gambaran grafik jumlah leukosit pada pasien DM tipe 2
dengan komplikasi ditemukan peningkatan leukosit pada setiap peningkatan
GDP. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wei Xu et al (2013)
di China yang menyatakan penderita DM tipe 2 dengan kadar glukosa darah
puasa tinggi dan memiliki komplikasi KAD memiliki jumlah leukosit yang
meningkat dibandingkan dengan penderita tanpa komplikasi KAD. Hasil
penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Chodijah et al (2013) di
Indonesia yang menyatakan bahwa makin tinggi kadar glukosa darah puasa,
maka makin rendah kadar leukosit. Hal ini dikarenakan penggunaan insulin
sebelumnya, obat-obat antibiotik, lamanya dirawat dan menderita DM,
kepatuhan pasien, serta gaya hidup/kebiasaan pasien yang tidak dicantumkan

Universitas Tarumanagara 27
dan lain-lain. Pada penelitian tersebut, dikatakan bahwa terapi insulin memiliki
sifat antiinflamasi dan menekan produksi berbagai proinflamasi.

5.2 Keterbatasan Penelitian


 Pengambilan data tidak dilakukan secara random dan jumlah sampel yang
relatif kecil dari rekam medis sehingga terdapat keterbatan data penelitian
 Metode penelitian yang dilakukan dengan data yang tidak berpasangan dan
metode cross-sectional
 Bias informasi, karena datanya merupakan data sekunder, sehingga
memungkinkan adanya informasi yang tidak dituliskan seperti riwayat
kebiasaan.
 Tidak didapatkan data pemeriksaan jumlah leukosit sebelum dan sesudah
terapi
 Bias perancu, adanya data yang tidak didapatkan namun dapat
mempengaruhi hasil seperti lamanya menderita DM, lamanya pengobatan,
jenis obat DM yang digunakan pasien, dan kebiasaan misalnya, merokok,
aktivitas fisik, dan lain-lain.

Universitas Tarumanagara 28

Anda mungkin juga menyukai