TESIS
Oleh
ZULFAHMI
127041055
PERBANDINGAN KADAR ANTITHROMBIN III PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN ULKUS
DAN TANPA ULKUS KAKI DIABETIK DI RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN MEI – JULI 2017
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu
Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh :
ZULFAHMI
127041055
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk ttelah penulis nyatakan dengan benar
Nama : ZULFAHMI
NIM : 127041055
Tanda Tangan :
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan
mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Tanggal :
Yang menyatakan
Zulfahmi
Tanggal Lulus : 11 Oktober 2017
Judul Tesis : PERBANDINGAN KADAR ANTITHROMBIN
III PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE 2 DENGAN ULKUS KAKI
DAN TANPA ULKUS KAKI DIABETIK DI
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN MEI -
JULI 2017
Nama Mahasiswa : ZULFAHMI
Nomor Induk Mahasiswa : 127041055
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik
Dalam Konsentrasi : Ilmu Penyakit Dalam
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
dr. Savita Handayani, M.Ked (PD), SpPD dr. Santi Syafril, SpPD-KEMD
Pembimbing Tesis II Pembimbing Tesis III
Dr. dr. R. Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)
NIP. 19760417 200 501 2002 NIP. 19660524 199203 1 002
Telah diuji
Pada Tanggal : 11 Oktober 2017
PERBANDINGAN KADAR ANTITHROMBIN III PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN ULKUS
DAN TANPA ULKUS KAKI DIABETIK DI RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN MEI – JULI 2017
Zulfahmi, Andri I Mardia, Savita Handayani, Santi Syafril, Dairion Gatot
Divisi Hematologi Onkologi Medik
Divisi Endokrin - Metabolik dan Diabetes
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan
ABSTRAK
Hasil : Didapatkan rerata kadar AT-III lebih rendah pada DMT2 dengan ulkus
kaki diabetik dibandingkan dengan tanpa ulkus kaki diabetik yaitu 216,02 ± 71,23
pg/mL dan 243,05 ± 48,05 pg/mL, perbedaan tidak bermakna secara statistik
(p=0.093). Studi ini juga mendapatkan hasil tidak ada korelasi antara derajat
keparahan ulkus kaki diabetik dengan kadar AT-III (r = 0.16; p = 0,509).
i
Comparison of Antithrombin III in Diabetes Mellitus Type 2 with
Diabetic Foot Ulcer and Without Diabetic Foot Ulcer in Haji
Adam Malik Hospital Medan Mei- Juli 2017
ABSTRACT
Results : We obtained lower mean AT-III rates in type 2 diabetes mellitus with
diabetic foot ulcers compared to without diabetic foot ulcers was 216.02 ± 71.23
pg / mL and 243.05 ± 48.05 pg / mL, the difference was not significant statistics
(p = 0.093). The study also found no correlation between the severity of diabetic
foot ulcers with AT-III levels (r = 0.16; p = 0.509).
ii
KATA PENGANTAR
iii
membantu, membimbing, memberi dorongan dan membentuk penulis menjadi
dokter Spesialis Penyakit Dalam yang berbudi luhur serta siap mengabdi dan
berbakti pada nusa dan bangsa.
5. Khusus mengenai tesis ini, kepada dr. Dairion Gatot, M.Ked, SpPD,K-
HOM, dr. Savita Handayani M.Ked (PD) SpPD, dan dr Santi Syafril
SpPD-KEMD selaku pembimbing tesis, yang telah memberikan bimbingan
dan kemudahan bagi penulis selama mengadakan penelitian juga telah banyak
meluangkan waktu dan dengan kesabaran membimbing penulis sampai
selesainya tesis ini.
6. Para guru besar, Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH, Prof. Dr.
Bachtiar Fanani Lubis, Sp.PD-KHOM, Prof. Dr. Habibah Hanum,
Sp.PD-Kpsi, Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD-KKV, Prof. Dr. Azhar
Tanjung, Sp.PD-KP-KAI-Sp.MK, Prof. Dr. OK Moehad Sjah, Sp.PD-KR,
Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, Sp.PD-KGEH, (alm) Prof. Dr. M Yusuf
Nasution, Sp.PD-KGH, Prof. Dr. Abdul Majid, Sp.PD-KKV, Prof. Dr.
Azmi S Kar, Sp.PD-KHOM, Prof. dr. Gontar A. Siregar Sp.PD-KGEH,
Prof. Dr. Haris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K), Prof. Dr. Harun Al Rasyid
Damanik, Sp.PD-KGK, yang telah memberikan bimbingan dan teladan selama
penulis menjalani pendidikan.
7. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam
Malik/RSUD dr. Pirngadi/Medan, (alm) Dr. Zulhelmi Bustami, Sp.PD-
KGH, (alm) Dr. Salli Roseffi Nasution, Sp.PD-KGH, Dr. Abdurrahim
Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH, dr. Refli Hasan, Sp.PD, Sp.JP, Dr. Zainal
Safri, Sp.PD-KKV,SpJP(K), Sp.JP, Dr. A. Adin St. Bagindo, Sp.PD-KKV,
Dr. Mabel Sihombing, Sp.PD-KGEH, Prof. DR. Dr. Dharma Lindarto,
Sp.PD-KEMD, DR. Dr. Blondina Marpaung, Sp.PD-KR, DR. Dr. Juwita
Sembiring, Sp.PD-KGEH, Dr. Leonardo Dairi, Sp.PD-KGEH, DR. Dr.
Rustam Effendi YS, Sp.PD-KGEH, Dr. Yosia Ginting, Sp.PD-KPTI, Dr.
Tambar Kembaren, Sp.PD-KPTI, Dr. Mardianto, Sp.PD-KEMD, Dr.
Armon Rahimi, Sp.PD-KPTI, Dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD-KP, Dr. E.N.
Keliat, Sp.PD-KP, Dr. Zuhrial Zubir, Sp.PD-KAI, (alm)Dr. Pirma
Siburian, Sp.PD-KGer, Dr. Savita Handayani M(Ked)PD, SpPD, Dr. Saut
Marpaung, Sp.PD, Dr. Endang, Sp.PD, Dr. T. Abraham, Sp.PD, Dr.
iv
Meutia Sayuti, Sp.PD, Dr. Jerahim Tarigan, Sp.PD, Dr. Calvin Damanik,
Sp.PD, Dr. Soegiarto Gani, Sp.PD, Dr. Ilhamd, Sp.PD-KGEH, Dr.
Religius Pinem, Sp.PD, Dr. Elyas Tarigan, Sp.PD, Dr. Fransiscus Ginting,
Sp.PD-KPTI, Dr. Alwi Thamrin Nasution, Sp.PD-KGH, Dr. Syafrizal
Nasution, Sp.PD-KGH, Dr. Imelda Rey, Sp.PD, Dr. Deske Muhadi,
Sp.PD, Dr. Melati Sylvani Nasution, Sp.PD, Dr Aron M Pase, Sp.PD, Dr.
Dewi Murni Sartika, Sp.PD, Dr Medina, Sp.PD, Dr. Restuti Saragih,
Sp.PD, Dr. Dina Aprilia Sp.PD, Dr. Sumi Ramadhani, Sp.PD, Dr Anita
Rosari, Sp.PD, Dr. Taufik Sungkar, Sp.PD, Dr. Zulkhairi, Sp.PD, Dr.
Adlin, Sp.PD, Dr. Radar Radius Tarigan, Sp.PD, Dr. Riri Andri Muzasti,
Sp.PD. dr. Ariantho S. Purba, Sp.PD, dr Rahmat Isnanta, SpPD-KKV, dr
Bistok Sihombing, SpPD, dr. Daud Ginting, Sp.PD, dr. Hariyani Adin,
Sp.PD, dr. Suhartono, Sp.PD, dr. Asnawi Arief, Sp.PD, dr. Bastanta,
Sp.PD-KEMD, dr. Ida Nensi, Sp.PD, dr. T Realsyah SpPD, SpJP, dr. dr.
Wika H. Lubis, Sp.PD-KPSI, dr. Radar Tarigan, Sp.PD, dr. Leni Sihotang,
Sp.PD, dr. Ameliana Purba, Sp.PD, dr. Henny Syahrini, Sp.PD, dr Andri
Mardia Iskandar, SpPD, dr Senior Tawarta Keliat SpPD, dr Risma SpPD-
KHOM, dr. Dian Anindita, dr Brama Ihsan Sadzil SpPD, dr Ananda W
Ginting, dr Andi Raga Ginting SpPD, dan dr Meivina Pane SpPD,
8. Kepada Pimpinan Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan
beserta staf yang telah membantu dan memberikan kemudahan kepadab
penulis hingga penelitian ini dapat selesai.
9. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan yang telah memberikan dorongan
semangat, dr. Zulfahmi Zulfa, dr Hartono Apriliasta Purba, dr M. Fauzi
dr. Billy Stinggo Siahaan, dr. Jubilate Pittor Sigalingging, dr. Triyono,
dr. Rudi Erwin Kurniawan, dr. Rahmawati, dr. Wahyu Mulyasari, dr. T.
Dian Permatasari, dr. Erni Erdoris Ginting, dan dr. Elly Indriani. Terima
kasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini
10. Khusus untuk sahabat dan saudara penulis dr. Zulfahmi Zulfa, yang telah
banyak membantu penulis dalam menjalani pendidikan dan non pendidikan,
penulis menyadari tanpa dukungannya semua hal ini tidak akan tercapai.
11. Kepada Dr. Alfi Dewi Sholaht dan Dr.Herwindo Ahmad, yang telah
membantu peneliti dalam pengumpulan sampel penelitian. Serta semua pihak
v
yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan
tesis ini
12. Abang, kakak, dan adik-adik keluarga besar IKAAPDA dan peserta Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam FK USU yang telah banyak
membantu penulis selama menjalani pendidikan ini.
13. Seluruh Perawat/Paramedis diberbagai tempat dimana penulis pernah bertugas
selama pendidikan.
14. Lely Husna Nasution, Amd, Wilda Sriwanti, Tanti, Nanda putri, Ita, Fitri,
Julita Ramadayanti, Tika, Idriyanti, Ali, Wiwin dan seluruh pegawai
administrasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU, yang telah banyak
membantu memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
Sembah sujud dan terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada kedua
orang tua penulis, Ayahanda H. Nizardi Mahmud dan Ibunda Hj. Raimah atas
segala jerih payah, pengorbanan, dan kasih saying tulus telah melahirkan,
membesarkan, mendidik, mendoakan tanpa henti, memberikan dukungan moril
dan materiil, serta mendorong penulis dalam berjuang. Kepada Ayahanda dan
Ibunda ku yang juga sebagai guru kehidupan pada kami,maafkan lah aku
seandainya aku tak mempunyai cukup waktu untuk membahagiakan ayah dan ibu,
“satu pinta ku kepada-Mu Ya Allah, tolong bahagiakanlah orang tua ku dengan
segenap kasih sayang-Mu”.Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan,
kebahagian, rahmat dan karunia-Nya kepada keduanya.
Untuk Ayah dan Ibu Mertua yang sangat penulis sayangi dan cintai, Usman
Daud dan Lailawati, rasa hormat dan terima kasih tidak terhingga penulis
persembahkan kepada keduanya atas segala jerih payah, pengorbanan,
memberikan dukungan moril dan materil. Semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan, kebahagian, rahmat dan karunia-Nya.
Kepada istri tercinta dr. Nadia Junanda saya ucapkan terima kasih atas
kesabaran dan kepercayaannya agar suaminya dapat menjalani pendidikan.
Perkenankan pula permohonan maaf, karena sadar selama proses pencapaian ini
tentu banyak waktu, perhatian serta dana yang tersita, sehingga banyak hal tidak
atau kurang mendapatkan perhatian dengan baik. Rasanya tidak mungkin
pendidikan ini dapat tercapai,tanpa dukungan doa-doa mu dikala sholat. Penulis
sangat yakin tiada keberhasilan suami, tanpa dukungan dari istri, sekali lagi
vi
terimakasih. Demikian juga kepada anakku, Shaqueena Naifa Alfhayna ayah
sangat berterima kasih atas pengertian kamu karena waktu bersama kamu sering
ayah ambil, ijinkan ayah mohon maaf kepada mu, karena tentu banyak waktu,
perhatian, dan,kasih sayang yang tersita selama menjalani pendidikan ini.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada kakak ku Hj. Rina Nizardi SH, MKN,
beserta suami Dodi Rahmatsyah, AMD, kakak ku Desi Maria SE, beserta suami
drh. Zulfitriadi, abang ku Hendra Dody SE, beserta istri Putriana SP, serta
adik ku dr. Tria Diana Lestari yang telah membantu,mendoakan, memberi
semangat, kritik, serta dorongan, ucapan terima kasih yang tak terhingga saya
ucapkan terima kasih.
Akhirnya, izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan dan kekurangan yang pernah penulis lakukan selama menjalani
pendidikan. Semoga tesis ini dapat menjadi sumbangan yang berharga bagi
perkembangan keilmuan dalam dunia kedokteran. Semoga segala bantuan,
dukungan, bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan kiranya mendapat
balasan berlipat-ganda dari Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Amin ya Rabbal Alamin.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak .......................................................................................................... i
Abtract ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ............................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 2
1.6 Kerangka Konseptual ........................................................................ 3
viii
3.4 Besar Sampel .................................................................................... 16
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi............................................................. 17
3.6 Kerangka Kerja dan Alur Penelitian ................................................. 17
3.7 Analisa Data ...................................................................................... 17
3.8 Defenisi Operasional ..........................................................................18
3.9 Kerangka Kerja ................................................................................. 20
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
xiii
t-PA = Tissue plasminogen activator
TAT = Thrombin antithrombin complex
TT = Thrombin time
u-PA = Urokinase plasminogen activator
vWF = Von wildebrant faktor
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Berbeda dengan hasil tersebut diatas, kadar Antitrombin III meningkat pada
penderita Diabetes Melitus tipe 2. Hamulu et al. (1998). Serta Meade et al. (1991)
juga mendapatkan hasil Antitrombin yang tinggi pada penderita diabetes melitus
tipe 2.
Adanya Perbedaan hasil penelitian tersebut diatas serta data mengenai
gangguan kadar Antithrombin III (AT-III) juga masih terbatas maka penulis
sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai status Antithrombin III pada
kelompok penderita diabetes mellitus tipe 2 baik yang menderita ulkus ataupun
yang tidak.
3
1.6 Kerangka Konsep
ANTITROMBIN
III
DIABETES MELITUS TIPE2
TANPA ULKUS KAKI
DIABETIK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan
mekanisme tubuh untuk menghentikan secara spontan perdarahan akibat
kerusakan sistem pembuluh darah. Ada beberapa komponen yang berperan dalam
proses hemostasis yaitu endotel pembuluh darah, trombosit, protein pembekuan
darah, protein antikoagulasi dan enzim fibrinolisis (Suharti 2014; Oesman dan
Setiabudy 2007).
Proses hemostasis yang berlangsung untuk memperbaiki kerusakan pada
pembuluh darah dapat dibagi atas beberapa tahapan, yaitu hemostasis primer yang
dimulai dengan aktivasi trombosit hingga terbentuknya sumbat trombosit.
Hemostasis sekunder dimulai dengan aktivasi koagulasi hingga terbentuknya
bekuan fibrin yang mengantikan sumbat trombosit. Hemostasis tertier dimulai
dengan diaktifkannya sistem fibrinolisis hingga pembentukan kembali tempat
yang luka setelah perdarahan berhenti (Waspadji 2014; Sukrisman 2014;
Tambunan 2014).
4
5
(AMP), ion kalsium dan kalium, faktor trombosit 3 dan 4, B-tromboglobulin,
platelet derived growth factor (PDGF), plasminogen, fibrinogen, protein plasma,
tromboksan A2. Senyawa-senyawa ini akan menstimulasi aktivasi dan aggregasi
trombosit lebih lanjut hingga menghasilkan sumbat trombosit yang stabil,
mengaktifkan membran fosfolipid dan memfasilitasi pembentukan komplek
protein koagulasi yang terjadi secara berurutan (Suharti 2014; Oesman dan
Setiabudy 2007).
Proses pembekuan darah terdiri dari serangkaian reaksi enzimatik yang
melibatkan protein plasma yang disebut sebagai faktor pembekuan darah,
fosfolipid dan ion kalsium. Faktor pembekuan beredar dalam darah sebagai
prekursor yang akan diubah menjadi enzim bila diaktifkan, dan akan mengubah
prekursor selanjutnya untuk menjadi enzim. Jadi mula-mula faktor pembekuan
darah bertindak sebagai substrat dan kemudian sebagai enzim (Suharti 2014;
Oesman dan Setiabudy 2007).
Proses pembekuan darah dimulai melalui dua jalur yaitu jalur intrinsik yang
dicetuskan oleh adanya kontak faktor pembekuan dengan permukaan asing yang
bermuatan negatif dan melibatkan Faktor XII ( F.XII), Faktor XI (F.XI), Faktor
IX (F.IX), Faktor VIII (F.VIII), HMKW(high moleculer weight kininogen), PK
(pre kalikrein), PF.3 ( platelet factor 3) dan ion kalsium, serta jalur ekstrinsik yang
dicetuskan oleh tromboplastin jaringan dan melibatkan Faktor VII, ion kalsium.
Kedua jalur ini kemudian akan bergabung menjadi jalur bersama yang melibatkan
Faktor X (F.X), Faktor V (F.V), PF-3, protrombin dan fibrinogen. Rangkaian
reaksi koagulasi ini akan membentuk trombin dan mengubah fibrinogen menjadi
benang-benang fibrin yang tidak larut. Fibrin sebagai hasil akhir dari proses
pembekuan darah akan menstabilkan sumbatan trombosit (Suharti 2014; Oesman
dan Setiabudy 2007).
Rangkaian proses pembekuan darah merupakan autokatalitik dimana sejumlah
kecil enzim yang terbentuk pada tiap reaksi akan menimbulkan enzim dalam
jumlah besar pada reaksi selanjutnya, oleh karena itu perlu ada mekanisme kontrol
untuk mencegah aktivasi dan pemakaian faktor pembekuan darah secara
berlebihan baik melalui aliran darah, pembersihan seluler dan inhibitor alamiah.
Aliran darah dapat menghilangkan dan mengencerkan faktor pembekuan darah
yang aktif dari tempat luka yang selanjutnya faktor pembekuan darah yang aktif
6
ini akan dibersihkan dari sirkulasi darah oleh hati. Dalam keadaan normal plasma
darah mengandung sejumlah protein yang dapat menghambat enzim proteolitik
yang disebut sebagai inhibitor seperti antitrombin, alfa 2 makroglobulin, alfa 1
antitripsin, C1 esterase inhibitor, protein C, protein S. Inhibitor ini berfungsi untuk
membatasi reaksi koagulasi agar tidak berlangsung secara berlebihan sehingga
pembentukan fibrin hanya terbatas disekitar daerah yang mengalami cedera.
Antitrombin akan menghambat aktivitas trombin, Faktor XIIa (F.XIIa), Faktor
XIa (F.XIa),Faktor Xa (F.Xa), Faktor IXa (F.IXa),Faktor VIIa (F.VIIa), plasmin
dan kalikrein. Protein C yang diaktifkan oleh trombin dengan kofaktor
trombomodulin akan memecah F.Va dan F.VIIIa menjadi bentuk yang tidak aktif
dengan adanya kofaktor protein S. Alfa 1 antitripsin akan berperan dalam
menginaktifkan trombin, F.XIa, kalikrein dan HMWK. C1 inhibitor akan
menghambat komponen pertama dari sistem komplemen, F.XIIa, F.XIa dan
kalikrein (Oesman dan Setiabudy 2007; Benyamin dan Gustaviani 2014).
Untuk membatasi dan selanjutnya mengeliminasi bekuan darah maka sistem
fibrinolisis mulai bekerja sesaat setelah terbentuknya bekuan fibrin. Deposisi
fibrin akan merangsang aktivasi plasminogen menjadi plasmin oleh aktivator
plasminogen seperti tissue plasminogen aktivator (t-PA), urokinase plasminogen
aktivator (u-PA), F.XIIa dan kallikrein. Plasmin yang terbentuk akan memecah
fibrinogen dan fibrin menjadi fibrinogen degradation product (FDP). Dengan
proses ini fibrin yang tidak diperlukan dilarutkan sehingga hambatan terhadap
aliran darah dapat dicegah. Untuk menghindari terjadinya aktivitas fibrinolisis
yang berlebihan, tubuh mempunyai mekanisme kontrol berupa inhibitor aktivator
plasminogen (PAI-1) yang akan menginaktivasi t-PA maupun u-PA, dan alfa 2
antiplasmin yang akan menetralkan aktivitas plasmin yang masuk ke sirkulasi
(Oesman dan Setiabudy 2007; Benyamin dan Gustaviani 2014).
7
kelainan pembuluh darah/endotel, perubahan aliran darah yang melambat/stasis
dan perubahan daya beku darah/hiperkoagulasi (Setiabudy 2007; Carr 2001;
Dahlan 2005).
Sel endotel pembuluh darah yang utuh akan melepaskan berbagai senyawa
yang bersifat antitrombotik dan mencegah trombosit menempel pada
permukaannya. Sifat non trombogenik akan hilang bila endotel mengalami
kerusakan. Berbagai senyawa protrombotik yang dilepaskan akan mengaktifkan
sistem pembekuan darah dan mengurangi aktifitas fibrinolisis sehingga
meningkatkan kecenderungan untuk terjadi trombosis. Bila kerusakan endotel
terjadi sekali dan dalam waktu singkat, maka lapisan endotel normal akan
terbentuk kembali, proliferasi sel otot polos berkurang dan intima menjadi tipis
kembali. Bila kerusakan endotel terjadi berulang-ulang dan berlangsung lama,
maka proliferasi sel otot polos dan penumpukan jaringan ikat serta lipid
berlangsung terus sehingga dinding arteri akan menebal dan terbentuk bercak
aterosklerosis. Bila bercak aterosklerotik ini robek maka jaringan yang bersifat
trombogenik akan terpapar dan terjadi pembentukan trombus (Setiabudy 2007;
Carr 2001; Dahlan 2005).
Aliran darah yang cenderung lambat bahkan stasis akan mengakibatkan
gangguan pembersih faktor koagulasi aktif, mencegah bercampurnya faktor
koagulasi aktif dengan penghambatnya, mencegah faktor koagulasi aktif
dilarutkan oleh darah yang tidak aktif. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya
akumulasi faktor-faktor pembekuan yang aktif dan dapat merusak dinding
pembuluh darah. Perubahan aliran darah ini dapat diakibatkan oleh imobilisasi,
obstruksi vena dan meningkatnya viskositas darah (Setiabudy 2007; Dahlan
2005).
Menurut beberapa peneliti, darah penderita trombosis lebih cepat membeku
dibandingkan orang normal. Ternyata pada penderita-penderita tersebut dijumpai
adanya trombositosis dan peningkatan kadar berbagai faktor pembekuan terutama
fibrinogen, F.V, VII, VIII dan X. Menurut Schafer penyebab lain yang dapat
menimbulkan kecenderungan trombosis yaitu defisiensi AT III, defisiensi protein
C, defisiensi protein S, disfibrinogenemia, defisiensi F.XII dan kelainan struktur
plasminogen (Setiabudy 2007; Dahlan 2005; Tambunan 2014)
8
2.3 Gangguan Hemostasis pada Ulkus Kaki Diabetes
Hiperglikemia, hiperinsulinemia dan resistensi insulin telah terbukti dalam
berbagai penelitian dapat menimbulkan perubahan terhadap berbagai komponen
yang berperan pada faal hemostasis. Penderita diabetes dilaporkan memiliki
trombosit yang hipersensitif terhadap rangsangan agregasi, terjadi peningkatan
dari kadar fibrinogen dan faktor von willebrand, meningkatnnya aktivitas faktor
VII dan faktor VIII, peningkatan kadar PAI-1, penurunan kadar t-PA dan kadar
PGI2(prostacyclin). Perubahan yang terjadi pada berbagai faktor tersebut
menyebabkan peningkatan aktivitas koagulasi dan penurunan aktivitas fibrinolisis,
sehingga penderita diabetes mengalami keadaan hiperkoagulasi dimana darah
lebih mudah untuk membeku atau mengalami trombosis dibandingkan dengan
keadaan fisiologi normal (Stegenga et al. 2006; Meigs et al. 2000; Grant 2004;
Tadjoedin 2014).
Trombosis menjadi salah satu penyebab meningkatnya morbiditas dan
mortalitas pada penderita ulkus kaki diabetik. Munculnya trombosis pada
pembuluh darah yang bertanggung jawab terhadap vaskularisasi daerah luka
merupakan dasar patogenesis terjadinya manifestasi gangren pada ulkus kaki
diabetik. Trombosis akan menganggu atau menyumbat aliran darah yang
memberikan suplai nutrisi, oksigen dan obat ke jaringan. Gangguan perfusi ini
mengakibatkan terjadinya kerusakan hingga kematian jaringan serta
mempermudah berkembangnya bakteri pada jaringan yang mati (Grant 2004;
Tadjoedin 2014; Saleh 1994).
Peristiwa trombosis umumnya bermula dari adanya kerusakan dinding
pembuluh darah akibat terjadinya erosi atau koyaknya plak aterosklerosis yang
kemudian memicu aktivasi koagulasi hingga terbentuk trombus. Prado dos Santos
dkk. menemukan 66,7% pasien gangren kaki diabetik yang menjalani amputasi
mayor dan 27,1% pasien yang menjalani amputasi minor terkait dengan riwayat
penyakit arteri perifer. Aktivasi koagulasi pada ulkus kaki diabetik juga dapat
terjadi oleh karena adanya invasi mikroba pada dinding pembuluh darah atau
adanya edema jaringan di sekitar daerah luka (Santos et al. 2006; Rauwerda 2004
; Giurini dan Lyons 2005).
Berbagai penelitian yang dilakukan pada penderita diabetes melitus
melaporkan peningkatan kadar dari berbagai faktor pembukuan darah yang
9
berperan pada jalur intinsik ( kallikren, vWF, F.VIII, F.IX, F.XII ), maupun yang
berperan pada jalur ekstrinsik (TF dan F.VII) (Carr 2001; Mekkes et al. 2003).
Meningkatnya kadar F.VIIa, F.VIIc dan F.VIIIc, prothrombin activation
fragmen 1+2 (F1+2) dan thrombin-antithrombin complex (TAT) pada individu
sehat yang terpapar dengan keadaan hiperglikemia selama beberapa jam
menununjukkan bahwa keadaan hiperglikemia yang berkepanjangan akan
merangsang aktivasi sistem koagulasi (Kluft dan Jespersen. 2002; Piemontino et
al. 1994).
Bolaman et al. (2007), pada penelitian nya mendapatkan aktifitas antikoagulan
alamiah (antithrombin III, protein C dan protein S) yang lebih rendah pada
penderita diabetes melitus dibandingkan dengan individu sehat. Menurunnya
aktifitas antitrombin III akan meningkatkan aktifitas dari thrombin dan
menurunnya aktifitas protein protein C dan S akan meningkatkan aktifitas faktor
V dan VIII.
Salah satu manifestasi klinik yang terkait dengan keadaan hiperkoagulasi dan
trombosis pada penderita diabetes mellitus berupa gangren kaki diabetik. Sekitar
14.3% penderita gangren kaki diabetik akan meninggal dalam setahun setelah
amputasi dan sekitar 37% akan meninggal dalam 3 tahun setelah amputasi (Meigs
et al. 2000). Berdasarkan penelitian Santoso et al (2005) mendapatkan adanya
manifestasi gangren pada 71.2% penderita ulkus kaki diabetik yang menjalani
perawatan di RSUD koja Jakarta Utara dari Januari 1999 – Desember 2004. Hasil
survei yang dilakukan Tseng (2003) terhadap populasi kaki diabetik di Taiwan
mendapatkan 26.9% penderita ulkus kaki diabetik akhirnya berkembang menjadi
gangren dan sekitar 50-70% amputasi pada ulkus kaki diabetik disebabkan oleh
adanya manifestasi jaringan gangren. Dan penelitian Mayfield et al (2004)
mendapatkan adanya manifestasi gangren pada 18.2% veteran yang menjalani
perawatan di seluruh rumah sakit AS karena menderita ulkus kaki diabetika dan
sekitar 50.5% tindakan amputasi yang dilakukan pada penderita ulkus kaki
diabetika tersebut berkaitan dengan adanya manifestasi gangren.
Manifestasi gangren terjadi karena adanya trombosis pada pembuluh darah
arteri yang memberikan suplai darah ke daerah luka. Trombosis yang terjadi akan
menghambat aliran darah yang mengangkut zat makanan, oksigen dan obat obatan
ke daerah luka sehingga menimbulkan kematian jaringan dan mempermudah
10
berkembangnya infeksi kuman saprofit pada jaringan yang rusak tersebut (Saleh
1994).
Proses trombosis yang terjadi tersebut dimulai oleh kerusakan dinding
pembuluh darah yang selanjutnya memicu aktivasi sistem pebekuan darah secara
berlebihan dan berkepanjangan. Kerusakan dinding pembuluh darah pada
penderita ulkus kaki diabetika dapat disebabkan oleh erosi atau koyaknya plak
arterisklerosis yang terdapat pada pembuluh darah arteri yang mendarahi daerah
luka (Santos et al. 2006; Rauwerda 2004 ; Giurini dan Lyons 2005).
Penelitian yang dilakukan Santos et al. (2006) mendapatkan 72.9% persen
pasien ulkus kaki diabetik yang mengalami amputasi minor dan 90.2% pasien
ulkus kaki diabetik yang mengalami amputasi mayor terkait dengan adanya
manifestasi gangren. Sekitar 66.7% pasien gangren kaki diabetika yang menjalani
amputasi mayor dan 27.1% pasien yang menjalani amputasi minor terkait dengan
riwayat penyakit arteri perifer. Dalam penelitian yang dilakukan Moulik et al.
(2003) Terhadap penderita ulkus kaki diabetika yang baru terjadi dengan durasi <
1 bulan, mendapatkan 41% diantaranya menderita penyakit pembuluh darah
perifer, dan pada 59% penderita ulkus kaki diabetika yang mengalami amputasi
didapatkan adanya penyakit pembuluh darah perifer.
Beberapa keadaan yang terdapat pada penderita ulus kaki diabetik seperti
neuropati dan gangguan fungsi imunitas menjadikan luka ulkus kaki diabetik
sebagai daerah yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri. Infeksi pada daerah
luka ini bila tidak terkendali dengan baik akan menyebabkan terjadinya edema
pada daerah sekitar luka dan vaskulitis septik pada arteri digital atau arteri kecil
pada telapak kaki. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh
darah dan menyebabkan trombosis (Rauwerda 2004; Giurini dan Lyons 2005;
Korzon-Burakowska dan Edmonds 2006).
11
Trombin time (TT), kadar fibrinogen (menilai pembentukan fibrin) dan kadar D-
dimer (menilai proses fibrinolisis) (Setiabudy 2007; Suharti 2014; Aulia 2007).
12
2.6 Aktivitas Antitrombin III
Antitrombin III (AT III) adalah serin protease inhibitor (serpin), merupakan
tipe spesifik dari enzim inhibitor yang bekerja sebagai antikoagulan alami yang
menghambat trombin (IIa), faktor Xa dan juga menghambat faktor IXa, XIa, XIIa,
kallikrein dan plasmin yang memiliki waktu paruh dalam plasma darah sekitar 3
hari ( Mammen 1998; Bryan dan Angela 2015)
13
mempercepat pembentukan kompleks enzime-inhibitor (Mammen 1998; Bryan
dan Angela 2015).
14
ekstraseluler, Heparin sulfate salah satunya dapat ditemukan pada permukaan sel
endothelium, sebagaimana diketahui heparin sulfate mengandung pentasaccharide
yang dapat berikatan dengan AT. Adanya bukti yang menunjukkan interaksi
antara AT dengan heparin-like glycosaminoglycan di permukaan sel endothelium
membentuk antitrombotik pada permukaan dinding pembuluh darah, secara in
vitro menunjukkan AT mudah diambil oleh subendothelium dan melindungi
terjadinya trombogenic pada dinding pembuluh darah yang rusak (Mammen 1998;
Bryan dan Angela 2015).
Defesiensi AT akan menyebabkan resiko terjadinya thromboembolic,
defesiensi AT dapat terjadi secara herediter dan acquired. Penurunan sintesis dan
ekskresi, obat-obatan atau meningkatnya aktivitas koagulasi yang dikarenakan
kerusakan endotel dikarenakan mungkin penyebab terjadinya acquired defesiensi
AT (Patnaik dan Moll 2008; NATT 2009) Defisiensi AT bawaan jarang terjadi,
dengan prevalensi pada populasi umum antara 1 dari 500 dan 1 dari
5000. Defisiensi AT bawaan dibagi menjadi defisiensi tipe I di mana baik
aktivitas fungsional dan tingkat antigenik AT yang proporsional berkurang
(defisiensi kuantitatif), dan defisiensi tipe II, di mana kadar antigen yang
normal ditemukan dalam hubungan dengan aktifitas AT yang rendah
karena protein disfungsional (defisiensi kualitatif). Defisiensi Tipe II tergantung
pada lokasi mutasi. Tipe IIa disebabkan oleh mutasi yang mempengaruhi bagian
reaktif AT (yaitu daerah di mana AT mengikat target protease). Tipe IIb dicirikan
oleh kelainan domain ikatan AT terhadap heparin, mengganggu aktivitas AT bila
ada heparin. Tipe IIc adalah kelompok pleiotropic dari mutasi yang dekat lokasi
lingkaran reaktif, yang mungkin mengganggu mobilitas daerah lingkaran
reaktif setelah mengikat heparin, sehingga mempengaruhi interaksi AT dengan
thrombin. Tipe IIc menunjukkan penurunan kadar antigen dari AT bermutasi,
yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya sintesis dan sekresi, serta
peningkatan katabolisme (NATT 2009; Demers 1992).
Selain peran antikoagulan nya, AT telah ditemukan memiliki efek anti-
inflamasi yang penting yang terjadi dalam kaitannya dengan interaksi
dengan endotelium. Dengan menghambat trombin dan F.XA, mengurangi
pelepasan thrombin/FXa-mediated sitokin proinflamasi seperti interleukin 6
dan interleukin 8. Dengan mengikat heparan sulfat pada endotelium, AT
15
meningkatkan produksi sitokin prostasiklin anti-inflamasi, yang kemudian
mencetuskan relaksasi otot polos dan vasodilatasi dan menghambat agregasi
trombosit (Mammen 1998; NATT 2009; PERKENI 2015).
Bukan DM
DM Tipe 2
Tipe 2
Ulkus Trombosis
Kaki tidak
terjadi
Penyakit arteri
BAB III
METODE PENELITIAN
16
17
18
• Uji Chi-Square digunakan untuk perbandingan data kategorikal
• Uji t tidak berpasangan digunakan untuk perbandingan data
parametrik
• Hasil analisa statistik dikatakan memiliki kemaknaan jika nilai p
< 0,05
• Uji korelasi menggunakan uji pearson
• Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
Tabel 3.1 Defenisi Operasional (Suhartono dan Gatot 2008; PERKENI 2012;
Johnson et al. 2005; Levin et al. 2008)
19
Hiperkoagulasi Bila satu atau lebih dari hasil pemeriksaan hemostasis
dengan nilai :
• Rasio aPTT < 0,8 x nilai kontrol
• Rasio PT < 0,8 x kontrol
• Kadar D-dimer > 500 ng/l
• Kadar fibrinogen > 400 mg/dl
20
3.9 Kerangka Kerja
Penderita DM Tipe 2
• Anamnesa
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Laboratorium
- Darah Lengkap
- Faal Hemostasis
o PT
o aPTT
o TT
o INR
o Fibrinogen
o D-Dimer
- Anti koagulan alami :
o Antithrombin III
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
21
22
23
Faal Hemostasis 445 ± 214 290± 90 0,009c
Fibrinogen(mg/dL)
D-Dimer(ng/mL) 647 ± 313 404 ± 301 0,017d
Status Koagulasi
Hiperkoagulasi 14 (70)
Hipokoagulasi 6 (30)
a b c d
Fisher exact test Chi-square test Mann-Whitney test t-tes
4.1.2 Perbedaan Kadar Antithrombin III Pada Ulkus Kaki Diabetik Dengan
Tanpa Ulkus Kaki Diabetik
Berdasarkan tabel di bawah ini dapat dillihat bahwa rerata antithrombin
kelompok ulkus kaki diabetik adalah 216,02 ± 71,23 pg/mL lebih rendah dari
rerata antithrombin kelompok tanpa ulkus kaki diabetik yaitu 243,05 ± 48,05
pg/mL. Dari uji statistik dengan Mann-Whitney test menunjukkan tidak ada
perbedaan yang bermakna kadar antithrombin III antara kelompok ulkus diabetik
dengan tanpa ulkus kaki diabetik (p>0,05). Pada penelitian ini juga didapatkan
hasil rerata AT-III pada kelompok ulkus kaki diabetik dengan hiperkoagulasi
adalah 221,52 ± 64,25 pg/mL sedikit lebih tinggi dari rerata AT-III kelompok
ulkus kaki diabetik dengan hipokoagulasi yaitu 203,18 ± 90,92 pg/mL. Namun
dari uji statistik dengan Mann-Whitney test menunjukkan tidak ada perbedaan
yang bermakna kadar AT-III pada ulkus kaki diabetik degnan status
hiperkoagulasi dan hipokoagulasi (p>0,05).
Tabel 4.2 Perbedaan kadar Antithrombin III pada Ulkus Kaki Diabetik
dengan Tanpa Ulkus Kaki Diabetik dan Hubungan Status Koagulasi dengan
Antithrombin III pada Ulkus Kaki Diabetik
216,02 243,05
Antithrombin
± ± 0,093 221,52 ± 64,25 203,15 ± 90,92 0,509
III
71,23 48,05
(pg/mL)
24
4.1.3 Hubungan Antara Antithrombin III dengan Jenis Kelamin pada Ulkus
kaki dan Tanpa Ulkus Kaki Diabetik
Berdasarkan tabel dibawah ini dengan menggunakan uji statistik t-test
didapatkan hasil kadar antithrombin III pada kelompok ulkus kaki diabetik jenis
kelamin laki-laki lebih rendah dibanding dengan jenis kelamin perempuan yaitu
215±76,9 pg/mL dan 217,4± 65 namun hasil tidak signifikan secara statistik,
sedangkan kadar antithrombin III pada kelompok tanpa ulkus kaki diabetik
didapatkan juga hasil yang rendah pada jenis kelamin laki-laki dibanding dengan
perempuan yaitu 231,8±58,1 dan 254,8±34,4 namun hasil tidak signifikan secara
statistik.
Tabel 4.3 Hubungan Antara Antithrombin III dengan Jenis Kelamin pada
Ulkus kaki dan Tanpa Ulkus Kaki diabetik
4.1.4 Korelasi antara Antithrombin III dan Grade ulkus kaki diabetik
Uji Pearson digunakan untuk menilai korelasi antara grade ulkus kaki diabetik
dengan kadar AT-III, hasilnya tidak dijumpai korelasi yang signifikan antara
grade ulkus kaki diabetik dengan kadar AT- III ( r = 0,16 ; p=0,509 >0,05).
Tabel 4.4 Korelasi antara Antitrombin III dengan Grade Ulkus Kaki
Diabetik
25
4.2 Pembahasan
Trombosis menjadi salah satu penyebab meningkatnya morbiditas dan
mortalitas pada penderita ulkus kaki diabetik. Munculnya trombosis pada
pembuluh darah yang bertanggung jawab terhadap vaskularisasi daerah luka
merupakan dasar patogenesis terjadinya manifestasi gangren pada ulkus kaki
diabetik. Trombosis yang terjadi akan menghambat aliran darah yang mengangkut
zat makanan, oksigen dan obat obatan ke daerah luka sehingga menimbulkan
kematian jaringan dan mempermudah berkembangnya infeksi kuman saprofit
pada jaringan yang rusak tersebut (Grant 2004; Tadjoedin 2014; Saleh 1994).
Berdasarkan studi sebelumnya diketahui prevalensi kejadian komplikasi ulkus
kaki diabetik meningkat seiring dengan umur dan lamanya penyakit diabetes
melitus (Shailesh et al. 2012). Hasil dari studi potong lintang ini melibatkan 40
subjek penelitian dimana 20 pasien (50%) dengan ulkus kaki diabetik dan 20
pasien (50%) tanpa ulkus kaki diabetik. Rentang umur pasien dengan ulkus kaki
diabetik paling banyak adalah 50-59 tahun (55%) dan pasien tanpa ulkus kaki
diabetik juga berumur 5-59 tahun (50%). Hasil studi ini menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rentang umur pasien diabetes mellitus tipe 2
dengan ulkus kaki diabetik maupun pasien tanpa ulkus kaki diabetik (p<0.05). Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Whitmont et al.
(2013) dimana tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara rentang umur
pasien diabetes melitus tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik maupun pasien tanpa
ulkus kaki diabetik. Namun berbeda dengan hasil studi yang dilakukan oleh Yekta
et al. (2011) dimana dijumpai perbedaan yang signifikan antara rentang umur
pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik dengan yang tanpa
ulkus kaki diabetik. Jangka waktu pasien menderita penyakit diabetes melitus
dapat dijadikan alasan perbedaan hasil ini. Berdasarkan studi Al-Rubeaan et al.
(2015) menjelaskan semakin lama pasien menderita diabetes melitus semakin
tinggi resiko untuk terjadinya komplikasi kronik.
Penelitian ini juga menemukan jenis kelamin laki laki yang menderita ulkus
kaki diabetik yaitu sebanyak 13 (65%) pasien, dan pasien tanpa ulkus kaki
diabetik 10 (50%). Sedangkan jenis kelamin perempuan yang menderita ulkus
kaki diabetik sebanyak 7 (35%) pasien, dan pasien tanpa ulkus kaki diabetik
adalah 10 (50%) pasien. Tidak dijumpai perbedaan yang signifikan menurut jenis
26
kelamin pasien, hal ini sesuai dengan yang didapatkan oleh Whitmont et al.
(2013), tetapi hasil yang berbeda didapatkan dari studi yang dilakukan oleh Al-
Rubeaan et al. (2015) dimana ulkus kaki diabetik secara signifikan lebih banyak
diderita oleh laki laki dibandingkan pada perempuan ini dapat disebabkan karena
laki-laki memiliki mobilitas sendi terbatas dan tekanan kaki yang lebih tinggi
dibanding perempuan.
Komplikasi vascular pada diabetes melitus baik itu neuropathy, nepropathy dan
retinopathy berhubungan dengan anemia yang dapat mempengaruhi penyembuhan
luka dan penyakit makrovascular. Rendahnya kadar oksigen dalam darah diikuti
dengan rendahnya kadar hemoglobin yang dapat menyebabkan perburukan
iskemik pada tungkai bawah. Dari berbagai studi didapatkan kondisi anemia lebih
sering dijumpai pada penderita diabetes melitus dibandingkan dengan pasien yang
tidak menderita diabetes melitus. Hubungan antara anemia dengan ulkus kaki
diabetik masih belum dapat dijelaskan secara penuh, namun peranan inflamasi dan
penyakit yang kronik pada ulkus kaki diabetik mepunyai peran penting untuk
kejadian anemia (Salman et al. 2017; Wright et al. 2014)
Pada penelitian ini didapatkan hasil rerata nilai hemoglobin pada pasien
dengan ulkus kaki diabetik dibandingkan dengan pasien tanpa ulkus kaki diabetik
adalah lebih rendah, (p value = 0,0001) yaitu 10,70 ± 1,66 (g/dL) dan 13,05 ± 1,74
(g/dL) Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wright
et al (2014) di London mendapatkan hasil 14 pasien dengan anemia dan 2 pasien
dengan anemia berat dari 27 pasien ulkus kaki diabetic yang diteliti. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Salman et al (2017) di Iraq juga menunjukkan hasil yang
sama yaitu sebanyak 63% dari 30 pasien ulkus diabetic yang terinfeksi
mengalami anemia dengan hasil rerata nilai hemoglobin adalah 10,34± 2,17
(p=<0.01).
Pada penelitian ini juga didapatkan hasil rerata trombosit yang berbeda
bermakna pada pasien dengan ulkus kaki diabetik lebih tinggi 381 ± 122(mm3)
dibandingkan dengan pasien tanpa ulkus kaki diabetik 303 ± 110 (mm3).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Li et al
(2016) di China mendapatkan hasil nilai trombosit yang lebih tinggi pada 152
pasien dengan ulkus kaki diabetik 255±79.5 dibandingkan dengan pasien kontrol
sebanyak 52 pasien 233 ± 62,1 perbedaan tidak signifikan secara statistik. Namun
27
nilai trombosit yang lebih tinggi ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu referensi
tingkat keparahan dari ulkus kaki diabetik karena nilai trombosit dapat berubah
sesuai dengan derajat inflamasi.
Kondisi hiperglikemia, hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang terjadi pada
pasien diabetes melitus dapat memicu perubahan pada komponen-komponen
hemostasis yang dapat menyebabkan peningkatan aktivitas koagulasi dan
penurunan aktivitas fibrinolisis, sehingga penderita diabetes mengalami keadaan
hiperkoagulasi dimana darah lebih mudah untuk membeku atau mengalami
trombosis ( Stegenga et al. 2006; Meigs et al. 2000; Saleh 1994).
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 14 pasien (70 %) dengan status
hiperkoagulasi pada pasien dengan ulkus kaki diabetik sedangkan 6 pasien (30 %)
dengan status hipokoagulasi pada pasien dengan ulkus kaki diabetik. Penelitian
sebelumnya oleh Suhartono dan Gatot (2008) di Medan mendapatkan hasil 37 %
dengan status hipokoagulasi dan 67 % normokoagulasi dan hiperkoagulasi pada
penderita ulkus kaki diabetikum. Hal ini mungkin dikarenakan tidak
diperiksakannya faktor lain yang mempengaruhi gangguan koagulasi seperti
contohnya pemeriksaan albumin yang juga sering terjadi pada pasien dengan
penyakit kronis.
Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa rerata Fibrinogen kelompok ulkus
diabetikum kaki adalah 445 ± 214 mg/dL lebih tinggi dari rerata Fibrinogen
kelompok non ulkus yaitu 290 ± 90 mg/dL. Dari uji statistik dengan Mann-
Whitney test menunjukkan ada perbedaan yang bermakna kadar Fibrinogen antara
kelompok ulkus kaki diabetik dengan tanpa ulkus kaki diabetik (p<0,05). Hasil
ini sesuai dengan penelitian Madan et al. (2010) yang mendapatkan hasil kadar
fibrinogen meningkat pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi
mikrovaskular. Penelitian Li et al (2016) di China juga menemukan kadar
fibrinogen yang meningkat pada 152 pasien dengan ulkus kaki diabetik.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa adanya perubahan komponen
hemostatis pada pasien ulkus kaki diabetik, sehingga pasien diabetes melitus tipe
2 dengan ulkus kaki diabetik cenderung mengalami keadaan hiperkoagulasi.
Fibrinogen menjadi peran penting pada kerusakan endotel sebagai penanda
inflamasi, koagulasi protein utama dalam darah, penentu penting viskositas darah
28
dan agregasi platelet. Studi juga menjelaskan fibrinogen berhubungan dengan
keparahan ulkus kaki diabetik sampai terjadinya amputasi (Li et al. 2016)
Antitrombin (AT) adalah serin protease inhibitor (serpin), merupakan tipe
spesifik dari enzim inhibitor yang bekerja sebagai antikoagulan alami yang
menghambat trombin (IIa), faktor Xa dan juga menghambat faktor IXa, XIa, XIIa,
kallikrein dan plasmin. Defesiensi AT akan menyebabkan resiko terjadinya
thromboembolic, defesiensi AT dapat terjadi secara herediter dan acquired.
Penurunan sintesis dan ekskresi, obat-obatan atau meningkatnya aktivitas
koagulasi yang dikarenakan kerusakan endotel mungkin penyebab terjadinya
acquired defesiensi AT ( Mammen 1998; Bryan dan Angela 2015)
Penelitian ini menemukan rerata AT-III pada kelompok ulkus kaki diabetik
adalah 216 ± 71,23 pg/mL lebih rendah dari rerata AT-III kelompok tanpa ulkus
kaki diabetik yaitu 243 ± 48,05 pg/mL. Namun secara statistik menunjukkan tidak
ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hasil AT-III yang rendah pada kelompok
ulkus kaki diabetik dibanding dengan tanpa ulkus kaki diabetik dikarenakan pada
penderita diabetes melitus dengan ulkus kaki diabetik sudah terjadi trombosis
dimana trombosis ini akan memicu pemakaian AT-III yang berperan sebagai
antikoagulan alamiah. Perbedaan yang tidak signifikan secara statistik diantara
kedua kelompok mungkin dikarenakan pemeriksaan AT-III pada pasien tidak
langsung dilakukan ketika pasien masuk ke rumah sakit, pengobatan awal sudah
diberikan sebelum pemeriksaan dilakukan, hal lainnya dikarenakan RSUP Haji
Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan wilayah, oleh karena nya
pasien sebelumnya sudah mendapatkan pengobatan terhadap penyakit diabetes
melitus tipe 2 dan kondisi ulkus kaki diabetik.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Monnier et al (1978) di Perancis
pada 116 pasien dengan diabetes melitus didapatkan hasil plasma AT-III yang
rendah secara sigfinikan (26.6+0,4 mg/100 ml) pada pasien diabetes melitus tipe 2
dengan komplikasi pembuluh darah, dibandingkan dengan 64 pasien kontrol
(31.0+0.3 mg/100 ml, P <0.01). Penelitian yang dilakukan Ceriello et al. (1990) di
Belgia meneliti hubungan hiperglikemia dengan AT-III, pada 20 pasien diabetes
melitus (76.5+/-2.2) dan 20 kontrol (96.3+/-1.8) didapatkan hasil penurunan kadar
AT-III yang signifikan pada pasien dengan hiperglikemia.
29
Penelitian yang dilakukan oleh Godoy et al. (2001) di Brazil pada 48 pasien
dengan ulkus kronik didapatkan hasil defesiensi AT-III. Hasil yang sama
dilaporkan oleh Bolaman et al. (2007) di Turki sebanyak 132 pasien dengan
diabetes melitus tipe 2 dibagi berdasarkan kelompok komplikasi dan 30 pasien
sebagai kontrol untuk melihat perubahan parameter koagulan pada diabetes
melitus. Didapatkan hasil aktifitas antikoagulan alamiah (AT-III, protein C dan
protein S) yang lebih rendah pada penderita diabetes melitus dibandingkan dengan
individu sehat
Penelitian Junbin et al. (1998) di Wuhan didapatkan hasil kadar Antithrombin
III yang menurun pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 yang disertai
komplikasi angiopathy dibandingkan dengan tidak disertai komplikasi angiopathy.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamulu et al. (1998) pada di
Turki mendapatkan kadar AT-III yang meningkat pada penderita Diabetes Melitus
tipe 2. Dimana dijelaskan kadar AT-III tidak berhubungan dengan jangka waktu
penyakit diabetes melitus dan komplikasi diabetes. Kadar AT-III meningkat juga
didapatkan oleh Erem et al. (2004) di Turki pada 92 pasien diabetes melitus tipe 2
yang dibandingkan dengan pasien kontrol, sedangkan pada diabetes melitus tipe 2
disertai dengan komplikasi kadar AT-III menurun dibandingkan dengan diabetes
melitus tipe 2 tanpa disertai komplikasi namun tidak signifikan secara statistik.
Mekanisme patogenesis aktivasi pembekuan pada penderita diabetes melitus
belum dapat dijelaskan secara penuh, Disfungsi endotel yang terjadi akibat
hiperglikemia pada penderita diabetes melitus tipe 2 menjadi peran terjadinya
aktivasi pembekuan. Antithrombin III merupakan inhibitor koagulasi, peningkatan
antithrombin pada penderita diabetes melitus pada studi ini dapat terjadi karena
reaksi kompensasi terhadap status prokoagulasi ( Kulwas et al. 2017). Pada
penelitian ini juga mendapatkan hasil kada AT-III pada ulkus kaki diabetik dan
tanpa ulkus kaki diabetik jenis kelamin laki-laki lebih rendah dibandingkan
dengan jenis kelamin perempuan namun hasil tidak signifikan secara statistik.
Hasil ini sesuai dengan studi ( Davi et al. 1992) di Italy pada pasien diabetes
melitus tipe 2 didapatkan hasil tidak ada perbedaan kadar trombin-antithrombin
kompleks yang signifikan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Pada penelitian ini juga menghubungkan antara grade ulkus kaki diabetik
dengan kadar antithrombin III. Dengan hasil tidak dijumpai korelasi yang
30
signifikan antara grade ulkus kaki diabetik dengan kadar antithrombin III (r= 0,16
; p=0,509 >0,05). Tidak ditemukan studi sebelumnya yang menghubungkan grade
ulkus kaki dengan AT III.
4.3 Keterbatasan
Keterbatasan studi ini adalah jumlah sampel yang hanya melibatkan satu
pusat pelayan kesehatan, tidak adanya data berapa lama pasien menderita diabetes
melitus tipe 2 dan tidak dilakukannya pemeriksaan faktor lain yang dapat
mempengaruhi koagulasi seperti albumin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil studi ini disimpulkan bahwa :
1. Dijumpai perbedaan kadar antithrombin III antara ulkus kaki diabetik
dengan tanpa ulkus kaki diabetik namun perbedaan tidak signifikan secara
statistik
2. Tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara nilai kadar antithrombin
III dengan derajat ulkus kaki diabetik.
5.2 Saran
Penelitian lebih lanjut dengan populasi dari beberapa pusat pelayanan
kesehatan dan yang menghubungkan derajat ulkus kaki diabetik dengan
memeriksakan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi koagulasi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Al-Rubeaan, K. et al., 2015. Diabetic Foot Complications and Their Risk Factors
from a Large Retrospective Cohort Study. Plos One, 10(5).
Aulia, D. 2007. Pemeriksaan penyaring pada kelainan hemostasis. Didalam:
Setiabudy, R.D., editor. Hemostasis dan Trombosis. Edisi Ke-3. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
Benyamin, A.F., Gustaviani, R., 2014. Gangguan Hemostasis Pada Diabetes
Melitus. Didalam: Setiati, S.,Alwi, I., Sudoyo, A., Simadibrata, K.,
Setyohadi, B., Syam, A.F., editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Ed ke-6. Interna publishing, Jakarta.
Bolaman, Z. et al., 2007. The Changes of Coagulation Parameters and
Microvascular Complications in Diabetes Mellitus. The
Endocrinologist, 17(4), pp.196–199.
Bryan, A. & Angela S. 2015. Antithrombin Deficiency.
http://emedicine.medscape.com/article/198573-overview. [16 Oct 2016]
Carr, M.E., 2001. Diabetes mellitus A Hypercoagulable State. Journal of Diabetes
and its Complications, 15(1), pp.44–54.
Ceriello, A. et al., 1990. The Role of Hyperglycaemia-induced Alterations of
Antithrombin III and Factor X Activation in the Thrombin Hyperactivity
of Diabetes Mellitus. Diabetic Medicine, 7(4), pp.343–348
Dahlan, M., 2005. Tatalaksana Bedah Oklusi Arteri Perifer. Didalam: Setiadi, S.,
editor. Naskah Lengkap. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit
Dalam. Pusat Departemen Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.
Davi, G. et al., 1992. Thrombin-Antithrombin III Complexes in Type 2 Diabetes
Mellitus. Journal of Diabetes and its Complications, (4),pp7-11
Demers, C., 1992. Thrombosis in Antithrombin-III-deficient Persons. Annals of
Internal Medicine, 116(9), p.754.
Erem, C. et al., 2004. Coagulation and Fibrinolysis Parameters in Type 2 Diabetic
Patients with and without Diabetic Vascular Complications. Medical
Principles and Practice, 14(1), pp.22–30.
31
32
Giurini, J.M & Lyons, T.E., 2005. Diabetic Foot Complication: Diagnosis and
Management. The International Journal of Lower Extremity Wounds,
4(3),pp.171-182
Godoy, J.M.P.D., Torres, C.A.A. & Braile, D.M., 2001. Prevalence of
antithrombin deficiency in patients with chronic leg ulcer. Blood
Coagulation & Fibrinolysis, 12(7), pp.593–595
Grant, P.J., 2004. Is hypercoagulability an issue in arterial thrombosis? Yes.
Journal of Thrombosis and Haemostasis, 2(5), pp.690–691.
Hamulu, F. et al., 1998. The Level of Antithrombin III (AT III) in Turkish
Diabetics. Turkish Journal of Endocrinology and Metabolism, 4,
pp.209-212.
Johnson, C.M., Mureebe, L. & Silver, D., 2005. Hypercoagulable States: A
Review. Vascular and Endovascular Surgery, 39(2), pp.123–133.
Junbin, H. et al., 1998. Variations and clinical significance of coagulation and
fibrinolysis parameters in patients with diabetes mellitus. Journal of
Tongji Medical University, 18(4), pp.233–235.
Kalani, M. et al., 2003. Effect of Dalteparin on Healing of Chronic Foot Ulcers in
Diabetic Patients With Peripheral Arterial Occlusive Disease:A
prospective, randomized, double-blind, placebo-controlled study. Diabetes
Care, 26(9), pp.2575– 2580.
Kalani, M. et al., 2007. Beneficial effects of dalteparin on haemostatic function
and local tissue oxygenation in patients with diabetes, severe vascular
disease and foot ulcers. Thrombosis Research, 120(5), pp.653–661.
Kluft, C. & Jespersen, J., 2002. Review: Diabetes as a procoagulant condition.
The British Journal of Diabetes & Vascular Disease, 2(5), pp.358–362.
Korzon-Burakowska, A. & Edmonds, M., 2006. Role of the Microcirculation in
Diabetic Foot Ulceration. The International Journal of Lower Extremity
Wounds, 5(3), pp.144–148.
Kulwas, A. et al., 2017. Tissue plasminogen activator (t-PA) and plasminogen
activator inhibitor type 1 (PAI-1) in diabetic foot syndrome. Advances in
Medical Sciences, 62(1), pp.87–91.
33
Levin, M.E. et al., 2008. Levin and ONeals the diabetic foot, Philadelphia, PA:
Mosby/Elsevier.
Li, X.H. et al., 2016. Fibrinogen: A Marker in Predicting Diabetic Foot Ulcer
Severity. Journal of Diabetes Research, 2016, pp.1–5.
Lipe, B. & Ornstein, D.L., 2011. Deficiencies of Natural Anticoagulants, Protein
C, Protein S, and Antithrombin. Circulation, 124(14).
Madan, R. et al., 2010. Coagulation Profile in Diabetes and its Association with
Diabetic Microvascular Complications. J Assoc Physicians India, 58,
pp.481–484.
Mammen, E., 1998. Antithrombin: Its Physiological Importance and Role in DIC.
Seminars in Thrombosis and Hemostasis, 24(01), pp.19–25.
Martinelli, I., Stefano, V.D. & Mannucci, P.M., 2014. Inherited risk factors for
venous thromboembolism. Nature Reviews Cardiology, 11(3), pp.140–
156.
Mayfield, J.A. et al., 2004. The Epidemiology of Lower-Extremity Disease in
Veterans With Diabetes. Diabetes Care, 27(Supplement 2).
Meade, T. et al., 1991. Antithrombin III and arterial disease. The Lancet,
338(8771), pp.850–851.
Meigs, J.B. et al., 2000. Hyperinsulinemia, Hyperglycemia, and Impaired
Hemostasis. Jama, 283(2), p.221.
Mekkes, J. et al., 2003. Causes, investigation and treatment of leg ulceration.
British Journal of Dermatology, 148(3), pp.388–401.
Monnier, L., Follea, G. & Mirouze, J., 1978. Antithrombin III Deficiency in
Diabetes Mellitus:Influence on Vascular Degenerative Complications.
Hormone and Metabolic Research, 10(06), pp.470–473.
Moulik, P.K., Mtonga, R. & Gill, G.V., 2003. Amputation and Mortality in New-
Onset Diabetic Foot Ulcers Stratified by Etiology. Diabetes Care, 26(2),
pp.491–494.
[NATT] National Alliance for Thrombosis & Thrombophilia. 2009. Antithrombin
Deficiency. New York
Oesman, F., Setiabudy, R.D. 2007. Fisiologi Hemostasis dan Fibrinolisis.
Didalam: Setiabudy, R.D., editor. Hemostasis dan Trombosis. Ed ke-3.
Balai penerbit FKUI, Jakarta.
34
Onbasi, K. et al., 1999. Diabetes Melitus and the Natural Anticoagulants. Turkish
Journal of Endocrinology and Metabolism, 2, pp.53-63.
Patnaik, M.M. & Moll, S., 2008. Inherited antithrombin deficiency: a review.
Haemophilia, 14(6), pp.1229–1239.
Piemontino, U., Ceriello, A., Di Minno, G. 1994. Hemostatic and metabolic
Abnormalities. Diabetes Mellitus Hematologica. 79, pp387-392
[PERKENI] Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2015. Pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI. Jakarta.
Rauwerda, J.A., 2004. Acute Problems of the Diabetic Foot. Acta Chirurgica
Belgica, 104(2), pp.140–147.
Saleh, S. 1994. Gangguan peredaran cairan tubuh, elektrolit dan darah. Didalam:
Himawan S., editor. Kumpulan kuliah patologi. Bagian Patologi anatomi,
Jakarta
Salman, I.N., Wadood, S.A. & Abualkasem, B.A., 2017. Low Hemoglobin Levels
in Infected Diabetic Foot Ulcer. IOSR Journal of Pharmacy and Biological
Sciences, 12(01), pp.05–09.
Santos, V.P.D., Silveira, D.R.D. & Caffaro, R.A., 2006. Risk factors for primary
major amputation in diabetic patients. Sao Paulo Medical Journal,
124(2), pp.66–70.
Santoso, M., Yuliana, M., Mujono, W., Kusdiantomo., 2005. Pattern of Diabetic
Foot at Koja Regional General Hospital. Acta Medica Indonesiana, 37(4),
pp.187-189.
Setiabudy, R.D. 2007. Patofisiologi Trombosis. Didalam: Setiabudy, R.D., editor.
Hemostasis dan Thrombosis. Ed ke-3. Balai penerbit FKUI, Jakarta.
Shailesh, K. et al., 2012. Prevalence of Diabetic Foot Ulcer and Associated Risk
Factors in Diabetic PAtient From North India. The Journal of Diabetic
Foot Complications, 4(3), pp.83-91
Stegenga, M.E. et al., 2006. Hyperglycemia Stimulates Coagulation, Whereas
Hyperinsulinemia Impairs Fibrinolysis in Healthy Humans. Diabetes,
55(6), pp.1807–1812.
Suharti C, 2014. Dasar Dasar Hemostasis. Didalam: Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo,
A., Simadibrata, K., Setyohadi, B., Syam, A.F., editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Ed ke-6. Interna publishing, Jakarta. hlm. 2751-2759
35
Suhartono., Gatot D. 2008. Hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetika.
[TESIS]. Medan: Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Sukrisman, L., 2014. Koagulasi Intravaskular Diseminata. Didalam: Setiati, S.,
Alwi, I., Sudoyo, A., Simadibrata, K., Setyohadi, B., Syam, A.F., editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed ke-6. Interna publishing, Jakarta.
Tadjoedin H., 2014. Kondisi Hiperkoagulabilitas. Didalam: Setiati, S., Alwi, I.,
Sudoyo, A., Simadibrata, K., Setyohadi, B., Syam, A.F., editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Ed ke-6. Interna publishing, Jakarta.
Tambunan, K.L., 2014. Patogenesis Trombosis. Didalam: Setiati, S., Alwi, I.,
Sudoyo, A., Simadibrata, K., Setyohadi, B., Syam, A.F., editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Ed ke-6. Interna publishing, Jakarta.
Tseng, C.-H., 2003. Prevalence and Risk Factors of Diabetic Foot Problems in
Taiwan: A cross-sectional survey of non-type 1 diabetic patients from a
nationally representative sample. Diabetes Care, 26(12), pp.3351–3351.
Waspadji, S. 2014. Kaki Diabetes. Didalam: Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A.,
Simadibrata, K., Setyohadi, B., Syam, A.F.,editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Ed ke-6. Interna publishing, Jakarta.
Whitmont, K. et al., 2013. Low Circulating Protein C Levels Are Associated with
Lower Leg Ulcers in Patients with Diabetes. BioMed Research
International, 2013, pp.1–4.
Wright, J.A., Oddy, M.J. & Richards, T., 2014. Presence and Characterisation of
Anaemia in Diabetic Foot Ulceration. Anemia, 2014, pp.1–8.
Yekta, Z., Pourali & Ghasemi-Rad, M., 2011. Comparison of demographic and
clinical characteristics influencing health-related quality of life in patients
with diabetic foot ulcers and those without foot ulcers. Diabetes,
Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy, p.393.
36
LAMPIRAN 1
37
LAMPIRAN 2
Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya Dr. Zulfahmi, peserta
Pendidikan Pasca Sarjana Ilmu Penyakit Dalam / Magister Klinik FK USU Medan
akan melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan kadar Antitrombin III
pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan ulkus dan tanpa ulkus kaki diabetic”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar antitrombin III pada
penderita Diabetes melitus tipe 2 dengan ulkus yang dibandingkan dengan tanpa
ulkus kaki diabetik.Maka antitrombin III dapat dijadikan penanda trombosis pada
penyakit Diabetes melitus tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik.
Pada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan
diharuskan mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti
wawancara, kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa darah
sebanyak 4 cc oleh ahlinya untuk menilai antitrombin III
Adapun efek samping dari tindakan pengambilan darah, efek samping
dapat berupa lebam hingga infeksi pada tempat pengambilan. Untuk mengatasi hal
tersebut dapat dilakukan dengan kompres hangat dan pemberian antibiotik.
Adapun keuntungan pada pasien dari penelitiaan ini adalah untuk
mengetahui risiko trombosis pada pasien Diabetes melitus tipe 2 dengan ulkus dan
tanpa ulkus kaki diabetik dimana kadar Antitrombin III dapat dijadikan penanda
trombosis yang berperan sebagai anti koagulasi alamiah
Segala biaya pemeriksaan endoskopi lambung dan laboratorium menjadi
tanggung jawab peneliti. Bila masih terdapat pertanyaan, maka Bapak/Ibu dapat
menghubungi saya :
Nama : Dr. Zulfahmi
Alamat : Jl. T.Amir Hamzah Blok G 114
Telepon/ HP : 081264511212
Peneliti
(Dr. Zulfahmi )
38
LAMPIRAN 3
Demikian surat persetujuan bersedia ikut dalam penelitian ini saya buat untuk
dapat dipergunakan seperlunya.
(……………………………) (……………………………)
39
Lampiran 4
40
LAMPIRAN 5
II. Keluarga
Istri : dr. Nadia Junanda
Anak : Shaqueena Naifa Alfhayna
III. Pendidikan
SD Negeri 1 Lhokseumawe, Tamat Tahun 1998
SMP Negeri 1 Lhokseumawe, Tamat Tahun 2001
SMA Negeri 1 Medan, Tamat Tahun 2004
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Tamat Tahun 2011
V. Perkumpulan Profesi
Anggota IDI Cabang Medan
41
Journal Reading:
42
LAMPIRAN 6
43
OUTPUT ANALISIS
Crosstabs
Umur * Subjek Penelitian
Crosstab
Subjek Penelitian
Ulkus
diabetikum Non ulkus Total
50 - 59 Count 11 10 21
60 - 69 Count 4 7 11
Chi-Square Tests
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,00.
b. The standardized statistic is 1,139.
44
Subjek Penelitian
Ulkus
diabetikum Non ulkus Total
Perempuan Count 7 10 17
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) (2-sided)
a
Pearson Chi-Square ,921 1 ,337 ,523
b
Continuity Correction ,409 1 ,522
Likelihood Ratio ,925 1 ,336 ,523
Fisher's Exact Test ,523
c
Linear-by-Linear ,898 1 ,343 ,523
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 8,50.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is ,947.
45
Grade Ulkus * Subjek Penelitian
Crosstab
Subjek Penelitian
Ulkus Non
diabetikum ulkus Total
3 Count 7 0 7
4 Count 10 0 10
5 Count 3 0 3
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 40,000 3 ,000 ,000
Likelihood Ratio 55,452 3 ,000 ,000
Fisher's Exact Test 45,290 ,000
b
Linear-by-Linear 36,664 1 ,000 ,000
Association
N of Valid Cases 40
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
1,50.
b. The standardized statistic is -6,055.
46
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Group Statistics
Std. Std. Error
ulkus N Mean Deviation Mean
d_dimer Dengan Ulkus 20 647.9500 313.29026 70.05383
Tanpa Ulkus 20 404.3000 301.79884 67.48427
47
T-Test
Group Statistics
48
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Std. Confidence
49
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 40
INR (sec) Ulkus diabetikum 20 25,00 500,00
Non ulkus 20 16,00 320,00
Total 40
Fibrinogen (mg/dL) Ulkus diabetikum 20 25,33 506,50
Non ulkus 20 15,68 313,50
Total 40
Ureum(mg/dL) Ulkus diabetikum 20 22,48 449,50
Non ulkus 20 18,52 370,50
Total 40
SGOT(U/L) Ulkus diabetikum 20 23,25 465,00
Non ulkus 20 17,75 355,00
Total 40
Trigliserida(mg/dL) Ulkus diabetikum 20 18,50 370,00
Non ulkus 20 22,50 450,00
Total 40
LDL (mg/dL) Ulkus diabetikum 20 20,58 411,50
Non ulkus 20 20,43 408,50
Total 40
50
Total 40
b
Test Statistics
51
NPar Tests
Report
Anti Trombin III (pg/mL)
Subjek Std.
Penelitian N Mean Deviation Median Minimum Maximum
Mann-Whitney Test
Ranks
Subjek
Penelitian N Mean Rank Sum of Ranks
Total 40
b
Test Statistics
Mann-Whitney U 138,000
Wilcoxon W 348,000
Z -1,678
Asymp. Sig. (2-tailed) ,093
a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,096
52
Report
AntiTrombinIIIpgmL
Grade Std.
Ulkus Mean N Deviation Median Minimum Maximum
Correlations
Grade AntiTrombinIII
Ulkus pgmL
N 20 20
N 20 20
53
Correlations
Grade AntiTrombin
Ulkus IIIpgmL
N 20 20
N 20 20
Status Koagulasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Report
Ulkus diabetikum N 20 20 20
54
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 40
Ratio APTT (sec) Ulkus diabetikum 20 24,68 493,50
Non ulkus 20 16,33 326,50
Total 40
Ratio TT (sec) Ulkus diabetikum 20 25,38 507,50
Total 40
b
Test Statistics
55
Hiperkoagulasi N 14
Mean 221,5200
Median 236,8050
Hipokoagulasi N 6
Mean 203,1783
Std. Deviation 90,91705
Median 229,0750
Total N 20
Mean 216,0175
Median 232,6900
Mann-Whitney Test
Ranks
AntiTrombinIIIpgmL dime
Hiperkoagulasi 14 11,07 155,00
nsion
Hipokoagulasi 6 9,17 55,00
1 Total 20
b
Test Statistics
AntiTrombinIIIpgm
L
Mann-Whitney U 34,000
Wilcoxon W 55,000
Z -,661
Asymp. Sig. (2-tailed) ,509
a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,547
Group Statistics
Tanpa jeniskela
ulkus min N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Atiii Laki-laki 10 231.2680 58.12161 18.37967
Perempu 10 254.8360 34.47476 10.90188
an
Group Statistics
Dengan jeniskelami
Ulkus n N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
atiii laki-laki 13 215.2715 76.91130 21.33136
perempuan 7 217.4029 65.07343 24.59545
56
57
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Std. Confidence
Sig. Mean Error Interval of the
(2- Differe Differe Difference
F Sig. t df tailed) nce nce Lower Upper
atii Equal .190 .668 - 18 .951 - 34.306 - 69.944
i variances .062 2.1313 58 74.206 13
assumed 2 76
Equal - 14.3 .949 - 32.557 - 67.533
variances .065 59 2.1313 07 71.795 24
not assumed 2 88
57