SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD ABI DAUD
NPM. 16310187
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sajana Kedokteran
(S.Ked)
Oleh :
MUHAMMAD ABI DAUD
NPM. 16310187
Judul Skripsi : Hubungan Ferritin Serum Dengan Berat Badan Dan Tinggi
Badan Pada Penderita Thalasemia β Mayor Di Rumah
Sakit Abdul Moeloek
Tahun 2020
NPM : 16310187
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
ii
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Hubungan Ferritin
Serum Dengan Berat Badan Dan Tinggi Badan Pada Penderita Thalasemia β
Mayor Di Rumah Sakit Abdul Moeloek Tahun 2020” adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar sarjana di suatu perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya
dijelaskan didalam tulisan dan daftar pustaka.
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai civitas akademika Universitas Malahayati, saya yang bertanda tangan dibawah
ini :
Nama : Muhammad Abi Daud
NPM : 16310187
Jurusan : Kedokteran Umum
Jenis Karya Ilmiah : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetuji untuk memberikan kepada
Universitas Malahayati Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exsklusif Royalti Free
Right) atas karya ilmiah yang berjudul :
“HUBUNGAN FERRITIN SERUM DENGAN BERAT BADAN DAN TINGGI
BADAN PADA PENDERITA THALASEMIA β MAYOR DI RUMAH SAKIT
ABDUL MOELOEK TAHUN 2020”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti/Nonekslusif ini
Universitas Malahayati berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya ilmiah
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagi penulis/pencipta dan sebagi pemilik
hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Bandar Lampung
Pada bulan : Juli 2020
Penulis : Muhammad Abi Daud
v
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu penanda yang dapat digunakan untuk mengukur kelebihan
besi pada tubuh adalah dengan mengukur kadar feritin dalam plasma Apabila terjadi
penumpukan besi pada kelenjar hipofisis, akan mengganggu sekresi dari Growth
Hormone (GH), Thyroid-Stimulating Hormone (TSH), dan Adrenocorticotropic
Hormone (ACTH) sehingga pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu Sebagian
besar pasien thalassemia ditemukan mengalami gangguan pertumbuhan yang signifikan.
Tujuan: Mengetahui hubungan feritin serum dengan Gangguan pertumbuhan pada
penderita thalasemia β mayor di Rumah Sakit Abdul Moeloek tahun 2020.
Metode: Penelitian berupa analitik observasional potong lintang, dilakukan pada bulan
februari - april 2020 kadar ferittin serum didapat dengan meninjau observasi data rekam
medis. dan pengukuran berat badan dan tinggi badan berdasarkan rumus IMT untuk
melihat gangguan pertumbuhan pada pasien thalassemia β-mayor.
Hasil: Analisis data penelitian menggunakan uji statistik Fisher. Selama penelitian
berlangsung didapatkan total 115 sampel. Terdapat hubungan yang tidak bermakna
antara kadar feritin serum dengan gangguan pertumbuhan (p=0,033) pada penderita
talasemia mayor.
Kata Kunci: Thalassemia, kadar ferritin serum, gangguan pertumbuhan IMT.
vi
FACULTY OF MEDICINE
UNIVERSITY OF MALAHAYATI
ABSTRACT
Background: One marker that can be used to measure excess iron in the body is to
measure ferritin plasma levels in the case of iron buildup in the pituitary gland, it
interferes with the secretion of Growth Hormone (GH), Thyroid-Stimulating Hormone
(TSH), and Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)
Objectives: Knowing the relationship of serum ferritin with growth disorders in
thalassaemia β major patients at Abdul Moeloek Hospital in 2020.
Method: Research in the form of observational observation of the latitude, conducted in
February-April 2020 serum ferittin levels are obtained by reviewing the observation of
medical record data. and measurement of body weight and height based on the BMI
formula to see growth disorders in the β-major thalassemia patients.
Results: Analysis of research data using Fisher's statistical trials. During the study
obtained a total of 115 samples. There is a meaningless relationship between levels of
serum ferritin with growth disorder (P = 0,033) in Thalassaemia major.
Keywords: Thalassemia, serum ferritin levels, growth disorder IMT.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Ferritin
Serum dengan Berat Badan dan Tinggi Badan pada Penderita Thalasemia β
Mayor di Rumah Sakit Abdul Moeloek Tahun 2020” Proses penulisan ini dapat
terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, maka dengan selesainya skripsi ini penulis
mengucapkan terima kasih serta rasa hormat kepada:
1. Dr. Achmad Farich, dr., M.M Selaku Rektor Universitas Malahayati Bandar
Lampung
2. Toni Prasetia, dr., Sp.PD, FINASIM Selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Univeristas Malahayati Bandar Lampung
3. Sri Maria Puji Lestari, dr., M.Pd,Ked selaku Kepala Prodi Pendidikan Dokter
Universitas Malahayati Bandar Lampung.
4. Zulhafis Mandala, dr., M.M selaku pembimbing I yang dengan sabar
memberikan bimbingan, arahan, solusi dan saran selama melakukan penelitian
dan penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan
5. Rakhmi Rafie, dr., M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan selama melakukan penelitian dan penyusunan
skripsi ini hingga dapat terselesaikan
6. Nina Herlina, dr., Sp.A., M.Kes selaku penguji yang telah bersedia meluangkan
waktu dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini
7. Seluruh dosen staff Program Pendidikan Kedokteran Umum yang dengan penuh
dedikasi memberikan ilmu pengetahuan
8. Ayahanda papah saya tercinta yang saya banggakan bapak Dindin Hendriana
dan ibunda saya tercinta Amelia yang tidak henti-hentinya mendoakan,
mendukung dan menyayangi saya.
9. Adik-adik saya Qiran Aribah yang tidak pernah bosan memberikan saran,
masukkan, kritik membangun dan menyayangi saya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara
langsung ataupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
JUDUL.........................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 RumusanMasalah......................................................................................................3
1.3 TujuanPenelitian.......................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................................5
ix
3.5 Variabel Penelitian....................................................................................................40
3.6 Definisi Operasional.................................................................................................40
3.7 Prosedur Penelitian...................................................................................................41
3.8 Pengolahan Data.......................................................................................................41
3.9 Analisis Data.............................................................................................................42
3.10 Alur Penelitian........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Karekteristik Responden Terdiri dari Umur, Jenis Kelamin, Lama
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk
membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah mudah rusak
atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia. (Bella, 2017).
penyakit herediter terbanyak di dunia yang saat ini sudah dinyatakan sebagai
berbagai negara seperti Italia, Yunani, Siprus, Sardinia, Turki, Arab Saudi, Iran,
Burma dan Thailand. Menurut data dari WHO pada tahun 2009, diperkirakan
Diperkirakan bahwa sekitar 1,5% dari populasi dunia (80 hingga 90 juta orang)
adalah pembawa sifat thalasemia β, dengan sekitar 60.000 orang bergejala yang
lahir setiap tahun, sebagian besar di negara berkembang. (Galanello dan Origa,
2010). Pada tahun 2016, terdapat 7.238 penderita thalasemia mayor yang tercatat
1
2
fisik pada pasien talasemia mayor yang dilakukan oleh Pemde et al. (2011),
diketahui bahwa pada penderita thalasemia mayor memiliki tinggi badan dan berat
badan yang dibawah rata-rata menurut standar dari WHO. Hasil yang sama juga
thalasemia β mayor dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, yaitu anemia
kronik, kelebihan besi yang disebabkan oleh transfusi darah rutin, dan toksisitas
Kelebihan besi dapat terjadi karena transfusi darah rutin yang diperlukan
biasanya memerlukan dua sampai tiga kantong darah setiap 4-6 minggu.
(Hoffbrand dan Moss, 2016). Kandungan besi yang terdapat dalam satu kantung
darah adalah sekitar 200-250 mg besi. (Remacha et al., 2013). Pasien akan
mengalami kelebihan besi setelah transfusi dengan 10-20 unit kantong darah karena
sementara tubuh tidak mempunyai mekanisme aktif untuk mensekresikan besi. Hal
tersebut mengakibatkan, besi bebas yang tidak mampu disimpan dan tidak
berikatan akan terakumulasi di jaringan dan darah. Besi bebas dapat mengkatalisis
hidroksi (OH-) yang berasal dari hidrogen peroksida melalui reaksi Fenton. Radikal
hidroksil sangat reaktif, dengan reaksi awal yaitu peroksidasi komponen lipid,
denaturasi protein, lalu terjadi kerusakan DNA. (Karunaratna et al., 2017). Stress
Apabila terjadi penumpukan besi pada kelenjar hipofisis anterior yang sangat
Salah satu penanda yang dapat digunakan untuk mengukur kelebihan besi
pada tubuh adalah dengan mengukur kadar ferritin dalam plasma. (Knovich et al.,
2008). Pada keadaan kelebihan besi dan inflamasi, kadar ferritin akan meningkat
karena feritin juga termasuk protein fase akut. (Knovich et al., 2009). Nilai normal
feritin untuk laki-laki 12-300 ng/ml dan untuk wanita 12-150 ng/ml. (Worwo
2007).
RSMH Palembang oleh Indra Kusuma Jaya pada tahun 2017. Dari 33 orang
dan lebih dari 10 tahun berjumlah 19 orang (57,6%). Penurunan berat badan pada
sebanyak 5 orang (15,15%). Jika dilihat dari status nutrisi, maka didapatkan
obesitas berjumlah 3 orang (9,0%), berat berlebih 2 orang (6,0%), gizi baik
badan pada penderita thalasemia β mayor di Rumah Sakit Abdul Moeloek tahun
2020?”
Mengetahui hubungan ferritin serum dengan berat badan dan tinggi badan
pada penderita thalasemia β mayor di Rumah Sakit Abdul Moeloek tahun 2020.
dan tinggi badan pada penderita thalasemia β mayor di Rumah Sakit Abdul
bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait hubungan ferritin serum dengan berat
badan dan tinggi badan pada penderita thalasemia β mayor di Rumah Sakit Abdul
Hubungan Ferritin Serum dengan Berat Badan dan Tinggi Badan pada
pendekatan cross-sectional.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Thalasemia
2.1.1 Definisi
(Wilson, 2009). Menurut Potts dan Mandleco (2007), gangguan genetik pada
disebabkan karena adanya cacat pada sintesis satu atau lebih rantai hemoglobin.
(Campbell, 2009).
Thalasemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalasso yang berarti laut.
Pertama kali ditemukan oleh dokter Thomas B. Cooley tahun 1925 di Laut
limfa setelah berusia satu tahun. Thalasemia adalah penyakit keturunan yang
diakibatkan kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino
tidak dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah
mudah rusak atau berumur kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia.
karena akibat kurangnya (defisiensi parsial) atau tidak diproduksi sama sekali
6
7
berkurangnya rantai globin β atau tidak diproduksi sama sekali rantai globin β.
(Sudoyo, 2009).
Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi
mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, juga memberi warna
merah pada eritrosit. Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan heme dan
globin. Heme terdiri dari zat besi (Fe), sedangkan globin adalah suatu protein
yang terdiri dari rantai polipeptida. Hemoglobin pada manusia normal terdiri
dari 2 rantai alfa (α) dan 2 rantai β yang meliputi HbA (α2β2 = 97%), sebagian
lagi HbA2 (α2δ2 = 2,5%), sisanya HbF (α2γ2 = 0,5%). Studi tentang
pada sintesis globin α atau β. Namun studi tersebut tidak digunakan lagi karena
labelling dan pemisahan rantai α dan β pada hemoglobin manusia ini dirancang
pada pertengahan tahun 1960-an dan telah digunakan secara luas untuk studi
(awal) polychromatophilic sel pada fase G1 dalam peredaran sel yang mungkin
3
H-thymidine pada polychromatic erythroblast yang memiliki rantai α yang
mengendap dalam jumlah yang sedang maupun besar. Sesuatu yang tak terduga
juga terjadi pada prekursor yang tidak memiliki pengendapan namun terlihat
jelas mengalami penurunan pada sentesis DNA, dengan kata lain hal tersebut
1974).
kerusakan yang sangat besar dalam sintesis protein pada late erythroblast yang
terdapat sekitar 20% sel yang tidak terdeteksi adanya pengendapan juga gagal
dalam mengikat asam amino. Hal yang menarik ialah pada very early sel darah
oleh suatu gen. Dua kelompok gen yang mengatur yaitu kluster gen globin-α
terletak pada kromosom 16 dan kluster gen globin-β terletak pada kromosom
11. Penyakit thalasemia β mayor diturunkan melalui gen yang disebut sebagai
pembentuk hemoglobin. Apabila hanya satu sisi gen globin β yang mengalami
thalasemia dapat hidup secara normal dan sehat, karena masih memiliki 1 sisi
gen dalam keadaan normal yang dapat berfungsi dengan baik, sehingga jarang
dalam hemoglobin. Penderita dengan kelainan gen globin β yang terjadi pada
Thalasemia disebabkan oleh kelainan sintesis dari satu atau lebih rantai
eritrosit menjadi pendek atau kurang dari 120 hari. (Ganie, 2005; Bell &
2.1.3 Epidemiologi
Cooley (1871 – 1945). Cooley pertama kali menyebutkan apa yang sekarang
with Anemia and Peculiar Bone Changes” pada tahun 1925, yang ditulis
bersama dengan Dr. Pearl Lee. Pada jurnal Cooley menyebutkan terdapat 4 anak
dengan anemia dan splenomegaly, pembesaran liver, perubahan warna kulit dan
hipotonik, leukositosis sedang, dan terdapat sel darah merah berinti di apusan
darah tepi. Disamping itu ada penampilan mongoloid aneh yang disebabkan oleh
Untuk membedakan kelainan ini dari kelompok anemia anak yang lain maka
12
kelainan ini disebut sebagai “Von Jaksch’s anemia”. (Weatherall & Clegg,
2001).
Baru pada tahun 1932 kata thalasemia pertama kali di pakai oleh
Whipple dan Bradford. Kata thalassemia berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“anemia of the sea” atau berarti anemia laut yang menunjukan wilayah pertama
kali ditemukannya penyakit ini yaitu di daerah sekitar Laut Tengah atau
Gambar 2.3
Anak pertama yang terdiagnosa menderita haemoglobin β thalasemia
(Weatherall & Clegg, 2001).
diperkirakan sebesar 5% penduduk dunia adalah carrier dari 300-400 ribu bayi
berkisar 3-10%. Berdasarkan angka ini, diperkirakan lebih 2000 penderita baru
sampai dengan akhir tahun 2003 terdapat 1060 pasien thalasemia β mayor yang
HbE, serta thalasemia α 1,3%. Sekitar 70-80 pasien baru, datang tiap tahunnya.
Fakta ini mendukung thalasemia sebagai salah satu penyakit turunan terbanyak
dan menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat di seluruh negara di
(Iskandar, 2010). Sementara itu jumlah penderita thalasemia hingga tahun 2009
naik menjadi 8,3 % dari 3.653 penderita pada tahun 2006. Hampir 90% penyakit
Kejadian thalasemia sampai saat ini tidak bisa terkontrol terkait faktor genetik
2.1.4 Klasifikasi
Thalasemia trait sudah ada sejak lahir dan tetap akan ada sepanjang hidup
2. Thalasemia Intermedia
berkala dan penderita thalasemia jenis ini dapat bertahan sampai dewasa.
3. Thalasemia Mayor
Thalasemia jenis ini sering disebut Cooley’s Anemia dan terjadi apabila
dengan thalasemia mayor tampak normal saat lahir, tetapi akan menderita
kekurangan darah pada usia 3-18 bulan. Penderita thalasemia mayor akan
meningkatkan usia hidup hingga 10-20 tahun. Namun apabila penderita tidak
dirawat, penderita ini hanya bertahan hidup sampai usia 5-6 tahun. (Poots
1) Thalasemia α
gejala sama sekali atau sedikit kelainan berupa sel darah merah yang
b. α Thalasemia Trait
c. Hb H Disease
mulai tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang
d. α Thalasemia Mayor
Kondisi ini tidak terdapat rantai globin yang dibentuk sehingga tidak
ada HbA atau HbF yang diproduksi. Janin yang menderita alfa
setelah dilahirkan.
2) Thalasemia β
16
a. β Thalasemia Trait.
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen yang
b. Thalasemia Intermedia.
c. Thalasemia Mayor.
berpresipitasi pada prekursor sel darah merah dalam sumsum tulang dan sel
umur eritrosit menjadi pendek, dan menimbulkan anemia. Anemia lebih lanjut
akan menjadi pendorong (drive) proliferasi eritroid yang terus menerus dalam
sumsum tulang yang inefektif, sehingga terjadi ekspansi sumsum tulang. Hal
akibat adanya hubungan langsung (shunting) darah akibat sumsum tulang yang
berekspansi dan juga oleh adanya splenomegali. Pada limpa yang membesar
makin banyak sel darah merah abnormal yang terjebak, untuk kemudian akan
teratur juga menambah muatan besi. Hal ini akan menyebabkan penimbunan
besi yang progresif di jaringan berbagai organ, yang akan diikuti kerusakan
organ dan diakhiri dengan kematian, bila besi ini tidak segera dikeluarkan.
kelenjar endokrin dan hipoksia jaringan akibat anemia. Faktor lain yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Beratnya anemia dan limpa yang besar
pertumbuhan tidak terjadi. Gangguan gizi pada thalasemia biasanya belum jelas
terlihat pada anak yang berumur kurang dari satu tahun. Anemia dan kekurangan
Penderita pertama datang dengan keluhan pucat, tidak nafsu makan dan
perut membesar:
A. Pemeriksaan Fisik
ikterik, facies Cooley (dahi menonjol, mata menyipit, jarak kedua mata
hiperpigmentasi kulit.
B. Pemeriksaan Laboratorium
19
b. Hemoglobinopati.
e. Nilai MCV dan MCH yang rendah ditemukan pada thalassemia, dan
juga pada anemia defisiensi besi. MCH lebih dipercaya karena lebih
storage changes).
Gambar 2.4 Gambaran darah tepi pasien β Thalassemia. (Weatherall & Clegg, 2001).
4) Retikulosit
5) Elektroforesis Hemoglobin
Chromatography (HPLC)
a) Sebagai alat ukur kuantitatif HbA2 dan HbF, dan dapat dipakai
presumtif.
0
β homozigot, sedangkan HbA masih terdeteksi sedikit pada
+
thalassemia β . Peningkatan HbA2 dapat memandu diagnosis
thalassemia β trait.
+
Pada thalassemia β ringan HbA2 3,6 - 4,2%.
0 +
Pada thalassemia heterozigot β dan β berat HbA2 4 - 9%.
thalasemia.
7) Analisis DNA
pemeriksaan hematologi:
2.1.7 Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung,
tranfusi darah yang berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar
besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan
tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan
disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung. Hepatitis pasca transfusi biasa
dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa terlebih dahulu terhadap
2.1.8 Terapi
Penderita thalasemia sampai saat ini belum ada obat yang dapat
hanya diberikan pada saat kelasi besi saja. Vitamin E 200-400 IU/hari untuk
Seperti penderita thalasemia trait yang cenderung ringan atau tanpa gejala
utama untuk penderita thalassemia mayor berupa transfusi darah, terapi kelasi
besi, serta terapi menggunakan asupan suplemen. Selain itu, terdapat pula
berikut:
A. Transfusi Darah
< 7g/dL setelah 2x pemeriksaan dengan selang waktu > 2 minggu, tanpa
adanya tanda infeksi atau didapatkan nilai Hb < 7gr/dL dan dijumpai gagal
1) Profil besi: feritin serum, serum iron (SI), total iron binding capacity
(TIBC)
6) Bone age.
samping bagi pasien. Beberapa usaha mulai dari seleksi donor, pemeriksaan
darah yang aman akan menunjang pemberian transfusi darah secara rasional
dan berdasarkan indikasi yang tepat. Bila terjadi reaksi transfusi, tata
(Kemenkes, 2018).
B. Kelasi Besi
mengikat besi yang tidak terikat transferin di plasma dan mengeluarkan besi
dari tubuh. Kelasi dimulai setelah timbunan besi dalam tubuh pasien
signifikan, yang dapat dinilai dari beberapa parameter seperti jumlah darah
yang telah ditransfusikan, kadar ferritin serum, saturasi transferin, dan kadar
besi hati atau liver iron concentration (LIC). Liver Iron Concentration
minimal 3000 ug/g berat kering hati merupakan batasan untuk memulai
kelasi besi namun biopsi adalah tindakan yang invasive sehingga beberapa
parameter lain menjadi pilihan. Pemberian kelasi besi dimulai bila kadar
ferritin serum darah sudah mencapai 1000 ng/mL, atau saturasi transferin
>70%, atau apabila transfusi sudah diberikan sebanyak 10-20 kali atau
sekitar 3-5 liter. Kelasi besi kombinasi diberikan jika kadar ferritin serum >
dari pasien dan keluarga. Jenis kelasi besi yang terbaik adalah yang dapat
efek samping, ketersediaan obat, harga, dan kualitas hidup pasien. Tiga jenis
kelasi besi yang saat ini digunakan adalah desferoksamin, deferipron, dan
deferasiroks.
asupan kalsium, vitamin D, folat, trace mineral (kuprum/ tembaga, zink, dan
normal.
rendah.
sehingga tidak mudah lisis dan secara bermakna meningkatkan kadar Hb.
6. Asam folat rekomendasi diet berbeda pada tiap pasien tergantung pada
yang banyak mengandung zat besi atau dapat membantu penyerapan zat
Makanan yang rendah zat besi, dapat mengganggu penyerapan zat besi,
glukosa. Dibawah ini adalah daftar makanan yang harus dihindari oleh
29
thalasemia.
Besi Sedang
Tahu 1 potong
D. Splenektomi
30
Sayangnya hal ini belum dapat dilakukan karena biaya yang diperlukan
bawah ini:
dan berisiko untuk terjadinya infark dan ruptur bila terjadi trauma.
luaran dari transplantasi adalah pasien dengan terapi kelasi besi yang
(Kemenkes, 2018).
F. Vaksinasi
tiap tahun. Status vaksinasi perlu diperhatikan lebih serius pada pasien
G. Dukungan Psikososial
tumbuh kembang dilakukan secara berkala sesuai usia anak, untuk anak
usia kurang dari 1 tahun setiap bulan, anak balita setiap 3 bulan, anak
usia sekolah dan remaja setiap 6 bulan. Hal ini dilakukan untuk deteksi
sesuai usia anak, baik perangkat yang bersifat umum maupun perangkat
2018).
H. Bedah
terjadinya ruptur.
melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun. (Hockenberry dan
Wilson, 2009).
a. Edukasi
(Kemenkes, 2018).
antenatal, saat bimbingan pranikah, atau pada saat bayi baru lahir. Pada
(Kemenkes, 2018):
carrier.
antenatal).
c. Konseling Genetik
menentukan pilihan, hak untuk mendapat informasi akurat secara utuh, dan
yang teridentifikasi sebagai carrier, jika hanya salah satunya saja tidak
dari pasangan tersebut, apakah akan batal menikah, menikah tapi tidak
(Ganie, 2005).
d. Diagnosis Prenatal
mayor (Ganie, 2005). Diagnosis pranatal dapat dilakukan antara usia 8-18
sampling). Teknik lain yang juga sudah dikembangkan adalah isolasi darah
janin (fetal nucleated red blood cell) sebagai sumber DNA janin dari darah
36
perut sebelah kanan atas tepatnya di bawah diafragma dan disamping kirinya
terletak organ limpa. Hati terbagi atas dua bagian besar yaitu lobus kanan dan
kiri, juga satu bagian kecil ditengah yaitu lobus asesorius. Hati tersusun atas
tiga jaringan yang meliputi saluran empedu, susunan pembuluh darah dan sel
parenkim. Hati juga memiliki dua suplai darah yang berasal dari saluran cerna
dan limfa melalui vena porta hepatika dan dari aorta melalui arteri hepatika.
terdiri dari sel-sel epithelial system empedu dan sel-sel parenkimal yang
termasuk di dalamnya endotelium, sel kupffer dan sel stellata yang berbentuk
seperti bintang. Sel-sel lain yang terdapat dalam dinding sinusoid adalah sel
fungsi hati. Hati sebagai pusat metabolisme tubuh. (Fathoni, 2008 dan Sudoyo
et al, 2006).
2.2.1 Definisi
endotelial yang sangat berguna untuk mendiagnosis keadaan defisiensi zat besi
37
atau keadaan kelebihan zat besi. Kadar feritin normal berkisar antara 20 μg/L
sampai 200 μg/L. Kadar feritin yang berlebih di dalam tubuh penderita
terdapat 90,4% penderita talasemia memiliki kadar feritin lebih dari 2.000
ng/mL. Kadar feritin lebih dari 2.000 ng/mL tidak dapat diperoleh nilai
rasionya secara pasti sebab alat yang digunakan untuk pengukuran tidak
seluler. Asupan besi normalnya adalah 10-20 mg/hari. Tujuh puluh persen
(70%) dari besi yang diabsorbsi di metabolisme oleh tubuh dengan proses
eritropoiesis menjadi Hb, 10-20% disimpan dalam bentuk feritin, dan sisanya
Penyerapan zat besi (1-2 mg/hari) diatur secara ketat, dan hanya seimbang
tanpa adanya ekskresi zat besi aktif. Zat besi ditemukan dalam bentuk heme
(10%) dan non-heme (ionik, 90%) dan penyerapannya terjadi pada permukaan
jumlah sedang melalui duktus biliaris ke dalam duodenum. Setelah besi masuk
38
ke dalam mukosa usus halus, besi melewati bagian basal epitel usus, memasuki
kapiler usus, dan kemudian dalam darah diikat oleh apotransferin untuk
(Knovich, 2009).
membentuk feritin. Besi yang disimpan sebagai feritin ini disebut besi
cadangan. (Knovich, 2009). Bila jumlah besi dalam plasma sangat rendah,
beberapa besi yang terdapat dalam tempat penyimpanan feritin akan dilepaskan
dengan mudah dan diangkut dalam bentuk transferin di dalam plasma ke area
tubuh yang membutuhkan.Setelah masa hidup eritrosit selama 120 hari habis,
maka hemoglobin akan dicerna oleh sel makrofag-monosit. Lalu, akan terjadi
pelepasan besi bebas, dan akan disimpan terutama dalam bentuk ferritin.
Secara klinis jumlah transferin merupakan jumlah besi yang terikat dan
disebut dengan Total Iron Binding Capacity (TIBC). Pada orang dewasa
normal kadar besi plasma kira-kira 18 µmol/l setara dengan 100 µg/dl,
sementara Total Iron Binding Capacity (TIBC) sebesar 56 µmol, atau setara
dengan 300 µg/dl. Dengan demikian hanya sepertiga bagian dari transferin
yang berikatan dengan besi, sehingga masih tersedia cadangan yang cukup
banyak untuk berikatan dengan besi apabila terjadi kelebihan besi. Apabila
sudah melampaui kapasitas ikatan oleh transferin, besi akan disimpan dalam
Besi merupakan unsur vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
distribusi besi dalam tubuh, cadangan besi tubuh, siklus besi, absorbsi besi
Gambar 2.5 Distribusi Besi Dalam Tubuh Dewasa Andrews, N. C., 1999.
Disorders of iron metabolism. N Engl J Med; 26: 1986-95.
Gambar 2.6 Absorbsi zat besi. Sumber: Andrews NC, New Engl J Med. 341:1986-
1995, Copyright © 1999 Massachusetts Medical Society. All rights reserved.
40
besi dan juga merupakan biomarker klinis yang tersedia secara luas untuk
defisiensi besi. Kadar feritin pada laki-laki dan wanita berbeda, pada laki-
laki dan wanita postmenopause kadar feritin kurang dari 300ng/ml , pada
1) Transferin
Transferin adalah β1 globulin (protein fase akut negatif),
polypeptide rantai tunggal dengan 679 asam amino dalam dua domain
tempat ikatan dengan Fe3+. Satu molekul transferin mengikat 2 atom besi
oleh sel parenkim hati, sebagian kecil di otak, ovarium, dan limfosit T-
disebut sebagai Total Iron Binding Capacity (TIBC). Pada orang dewasa
normal kadar besi plasma kira-kira 18 µmol/L setara dengan 100 µg/dL.
masih tersedia cadangan yang cukup banyak untuk berikatan dengan besi
41
apabila terjadi kelebihan besi. Hal ini penting dalam diagnosis gangguan
metabolisme.
prekursor eritroid. Unit fungsional dari sitem eritroid ini dikenal sebagai
dalam sumsum tulang berasal dari sel induk hemopoietik, melalui jalur
sel induk myeloid, kemudian menjadi sel induk eritroid, dalam sumsum
sisa RNA, yang jika di cat dengan pengecatan khusus akan tampak,
tepi, kehilangan sisa RNA sehingga menjadi erotrosit dewasa. Proses ini
metebolisme besi di dalam tubuh. Sekitar 25 % dari jumlah total zat besi
dalam tubuh berada dalam bentuk cadangan zat besi (depot iron), berupa
terdapat dalam limpa, hati, dan sumsum tulang. Ferritin adalah protein
intra sel yang larut didalam air, yang merupakan protein fase akut.
sehat. Serum ferritin < 12 ug/l sangat spesifik untuk defisiensi zat besi,
yang berarti bila semua cadangan besi habis, dapat dianggap sebagai
molekul 450 kDa, terdapat di semua sel baik di sel prokayotik maupun di
sel eukaryotik.
Ferritin bisa ditemukan atau disimpan di liver, limpa, otot skelet dan
didalam tubuh atau apabila terdapat 1µg ferritin serum setara dengan 10
mg simpanan besi dan setiap 1ml eritrosit mengandung 1,1 mg besi. Jika
dalam 1 ml darah terdapat 0,5 mg besi maka setiap kali donasi sebanyak
300 ml darah, zat besi yang akan keluar adalah sebanyak 150 mg
43
eritropoiesis.
ferritin akan melepas besi dalam jumlah yang banyak dan bila kebutuhan
penurunan cadangan besi dan bila berlanjut terus akhirnya cadangan besi
zat besi dari pool plasma ke sum-sum tulang menjadi kurang, konsentrasi
dan ada terutama di sel retikuloendotelial hati, limpa, dan sumsum tulang.
laki dua kali lipat dari pada wanita, menunjukkan bahwa tingkat serum
yaitu sebagai penyimpan zat besi. Zat besi yang berlebihan akan
pada jenis jaringan, dan dapat berubah dalam kondisi inflamasi dan
infeksi. Feritin pada jaringan berbeda mulai dari kaya dengan subunit H
subunit L (kebanyakan ditemukan pada hati dan limpa). Ferritin juga ada
3) Toksisitas Besi
tubuh. Zat besi juga penting dalam mengubah oksigen menjadi energi
dalam rantai transfer elektron. Selain perannya dalam respirasi, zat besi
lainnya. Meskipun peran besi penting dalam tubuh, namun besi juga
kelebihan besi, sehingga pada keadaan normal absorbsi besi dan intake
45
2+
akan digunakan kembali untuk eritropoiesis. Deposit Fe yang
ini penimbunan besi tidak dapat dihindarkan, kecuali diberi terapi kelasi
Saat ini, ada dua alasan utama yang dianggap sebagai penyebab
minggu), akumulasi zat besi akan ditemukan di parenkim hati. Jumlah zat
besi dapat melebihi kapasitas protein pengikat zat besi seperti ferritin dan
transferin untuk mengikat besi. Besi yang tidak terikat akan membentuk
pada membran sel lipid, asam amino, protein, dan asam nukleat. Organ yang
Wirawan, 2003).
sampai usia 10 tahun. Anak thalasemia I-mayor harus secara rutin dimonitor
mayor:
seorang anak, maka sangat penting menilai perawakan dari orang tua
anak berhubungan dengan target tinggi kedua orang tua. Potensial tinggi
Minimal harus ada dua titik pengukuran supaya dapat menilai kecepatan
pada masing jenis kelamin selama masa anak dan remaja.12 Usia tulang
Wrist X-ray normal untuk laki-laki dan perempuan seperti yang terlihat
pada atlas Greulich and Pyle. Kegunaan dari penilaian usia tulang ini
Pemeriksaan darah rutin, jumlah ferritin, fungsi hati dan zink, elektrolit
IGF-I.
pada pasien talasemia Is-mayor, harus mencakup semua aspek yang menjadi
2. Pemberian suplementasi seperti zink dan asam folat Pada satu studi
lebih dari 1000 µg/L, jika anak sudah tiga sampai lima tahun
ekskresi besi dinilai baik, dan konsentrasi besi di hati (diukur 1 tahun
setelah transfusi) melebihi 7 mg/g berat kering hati yang diukur dengan
agent pada hepar, dan sangat potensial dalam mengeluarkan besi dari
berupa uji toleransi insulin, uji arginin, uji levadova, uji klonidin,
pendek dan juga peningkatan tinggi akhir saat dewasa pada anak-anak
dijumpai defisiensi GH. Hal ini disebabkan efek samping yang dapat
defisiensi GH:
52
atau 0.7-1.0 mg/m2 /hari dengan dosis maksimal 2.7 mg/hari. Respons
selama pengobatan.
dengan tinggi badan, dihitung sebagai berat dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi dalam meter (kg /m2 ) (CDC, 2011). Meskipun indeks masa
kelebihan lemak tubuh. Faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, etnis, dan
massa otot dapat mempengaruhi hubungan antara IMT dengan lemak tubuh.
Indeks masa tubuh juga tidak membedakan antara kelebihan lemak, otot,atau
massa tulang dan juga tidak memberikan indikasi distribusi lemak pada
menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini bila diukur
dan saat ini dapat digunakan indikator berat badan menurut usia (BB/U).
(Keino et al., 2014). Pada anak dan remaja (5-19 tahun) nilai IMT-nya
z-skor ≥ +2 Obesitas
Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut
adalah dengan Z-skor atau persentil.
Z-skor : deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi dibagi
dengan simpangan baku populasi referensi.
54
jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan digunakan sebagai indikator yang
terbaik saat ini untuk mengetahui kadar gizi dan tumbuh kembang anak,
sensitif terhadap perubahan sedikit saja, bersifat objektif, dan dapat diulang.
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, seperti
tulang, otot, organ tubuh, dan cairan tubuh, sehingga dapat diketahui gizi dan
1. Susunan Genetik
2. Usia
55
3. Aktivitas Fisik
tubuh harus seimbang. Energi yang didapat dari makanan berasal dari
5. Faktor Lingkungan
didapat dari alkohol, dan tidak terpakai, akan diubah menjadi lemak.
Management, 2004).
6. Faktor Sosio-Ekonomi
baik, akan menjamin pasokan makanan tersedia tiap tahun. Hal ini dapat
Tinggi badan adalah jarak dari vertex ke lantai, dalam keadaan berdiri
tegak, posisi tubuh anatomis, dan posisi kepala pada bidang Frankfort. (Kamal
dan Yadav, 2016). Tinggi badan juga dapat didefinisikan sebagai hasil
porostubuh, yang diukur dari titik tertinggi kepala (vertex) ke titik terendah dari
2015).
2.6 Pengaruh Kadar Feritin Serum dengan Tinggi Badan dan Berat Badan
57
Packed Red Cells (PRC) yang dilakukan secara rutin. (Pemde et al., 2011).
sebelum transfusi 9-10,5 gr/dl, maka akan diberikan transfusi darah sebanyak
organ tersebut. (Prabhu et al., 2009). Pada keadaan normal, ferritin akan
kebutuhan. Pada kadar besi yang tinggi, jumlah ferritin dalam plasma akan
meningkat. Ferritin ini akan mengikat besi, sehingga zat besi terionisasi (Fe2+)
tidak mencapai kadar toksik di dalam sel. Ketika kapasitas penyimpanan besi
telah habis, besi bebas (free iron) akan mengkatalisasi pembentukan radikal
kerusakan sel, akan memicu faktor-faktor inflamasi, seperti IL1β, IL6, TNFα.
Torti,2002).
besi di hipofisis anterior, akan mengganggu sintesis dan sekresi dari Growth
sintesis dan sekresi hormon tiroid. Sementara itu, apabila terjadi gangguan
2.7 KerangkaTeori
Talasemia β mayor
Zat besi ↑
Feritin serum ↑
Reaksi fenton
Stress oksidatif
2.9 Hipotesa
METODOLOGI PENELITIAN
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
meninjau data rekam medis dan pengukuran berat badan dan tinggi badan
berdasarkan IMT.
60
61
responden, meliputi:
tanggal lahir, usia, jenis kelamin, tinggi badan, Z score TB/U, LILA, Z score
pengambilan sampel darah vena sebelum transfusi sel darah merah. Sampel
berisi ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA) untuk pemeriksaan kadar Hb.
feritin Pasien pada saat kontrol rutin ke poliklinik pada saat itu dicatat. (Data
kadar Hb dan feritin serum selama 1 tahun diambil dari rekam medis pasien
dan LILA/U yang keduanya juga merupakan variabel numeric >0,05 korelasi
tidak bermakna.
langkah, yaitu:
1. Coding
2. Data entry
3. Verifikasi
Proses pengecekan kembali data yang dimasukkan kedalam
komputer dengan data yang diperoleh secara visual.
4. Output
Proses dimana hasil yang telah didapat dengan analisis computer
dicetak dan disertakan sebagai hasil penelitian.
Penyusunan proposal
Melakukan Penelitian
Populasi
Kriteria Inklusi
Sampel
Pengolahan data
Analisis data
data dari rekam medik pasien penderita Thalasemia β Mayor anak di Rumah
sampel penelitian yang sudah memenuhi kriteria inklusi peneliti dari 115
4.2 Univariat
feritin serum diperiksa satu kali. Bila kadar feritin serum lebih dari batas
normal pada laki-laki & perempuan maka disebut kelebihan besi (iron
67
68
moeloek terdiri dari umur, jenis kelamin, lama menderita. Penjabaran dari
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Terdiri dari Umur, Jenis Kelamin, Lama
Menderita Pasien Penderita Thalasemia β Mayor di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Tahun 2020
Pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berusia
menderita penyakit dengan kategori singkat (≤5 tahun) adalah yaitu sebanyak
59 respoden (51.3%).
Tabel 4.2 Distribusi Frequensi Kadar Ferritin Serum (Fe) pada Penderita
Thalasemia β Mayor di Rumah Sakit Abdul Moeloek Tahun 2020
Kadar Ferittin Serum Jumlah (n) Presentase (%)
(Fe)
>1000 27 64.3
<1000 33 35.7
Total 60 100
berdasarkan kadar fe serum didapatkan data bahwa kadar (fe) serum >1000 yaitu
sebanyak 74 responden (64,3%), dan kadar ferritin (fe) serum <1000 yaitu
dapatkan. maka uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.
Tabel 4.2.1 Hubungan Kadar Fe Serum Dengan berat badan dan tinggi badan
pada Penderita Thalasemia β Mayor di Rumah Sakit Abdul Moeloek Tahun 2020.
kurus
Dari tabel 4.2.1 di atas dapat dilihat bahwa responden yang patuh
menjalani tranfusi darah dengan kadar feritin (fe) serum >1000 dan
dengan kadar ferritin serum <1000 di dapatkan orang dengan hasil IMT
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,002 < α 0,05 maka Ho
gangguan pertumbuhan.
Mayor anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa gejala klinis Thalasemia
sudah terlihat pada usia 2 tahun, tetapi penderita thalasemia baru dapat berobat
tahun 2019 sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 31 orang (51,7%).
Hal ini sesuai dengan teori bahwa gen beta thalassemia diwariskan
menurut Hukum Mendel secara autosomal resesif, sehingga anak dari pasangan
tidak tergantung jenis kelamin, dimana sintesis rantai polipeptida globin beta
hanya berlangsung di dalam sel-sel dari seri eritroid, meskipun gen globin beta
dan kategori lama (> 5 tahun) adalah sama, yaitu sebanyak 28 responden
akan bertahan setidaknya sampai beberapa bulan. (Potts & Mandleco, 2017).
Mayor anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019
penderita tetap bisa beraktivitas. Tranfusi akan memberikan energi baru kepada
yang dibentuk menjadi berkurang dan sel darah merah mudah rusak. (Dewi,
2009).
endotelial yang sangat berguna untuk mendiagnosis keadaan defisiensi zat besi
atau keadaan kelebihan zat besi. Kadar feritin normal berkisar antara 20 μg/L
sampai 200 μg/L. Kadar feritin yang berlebih di dalam tubuh penderita
terdapat 90,4% penderita talasemia memiliki kadar feritin lebih dari 2.000
ng/mL. Kadar feritin lebih dari 2.000 ng/mL tidak dapat diperoleh nilai
rasionya secara pasti sebab alat yang digunakan untuk pengukuran tidak
darah berarti bahwa pasien beserta keluarga harus meluangkan waktu untuk
darah secara rutin. Terapi kelasi besi dimulai ketika kadar feritin serum
mencapai 1000 mg/dl atau setelah 10-20 kali tranfusi. (Gatot, et al, 2017).
4.3.5 Gangguan berat badan dan tinggi badan pada Penderita Thalasemia β
IMT/U.
dipertahankan di atas 10-11 g/dl dan diikuti terapi kelasi besi yang memadai.
Hal ini membuat pasien thalasemia terlihat tumbuh normal dan sulit dibedakan
melakukan penelitian menggunakan alat ukur IMT/U pada anak thalasemia dan
(75%). Anak thalasemia mayor dapat tumbuh normal jika kadar hemoglobin
dipertahankan 8,5 g/dl selama 10 tahun pertama kehidupan. (Made & Ketut,
2011).
Tahun 2019
(70,4%) memiliki status gizi baik. Sedangkan dari 33 responden yang memiliki
status gizi kurang dan buruk. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,002
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kadar feritin dengan status
gizi pada pasien Thalasemia β Mayor anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek
Bandar Lampung tahun 2019. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR 6,33 (95%
beresiko (≥=1000) 6,33 kali lebih besar menjadi status gizi kurang dan buruk
Hasil Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran berat yang disesuaikan
dengan tinggi badan, dihitung sebagai berat dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi dalam meter (kg /m2 ) (CDC, 2011). Meskipun indeks masa
sangat kurus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
secara teratur. Responden yang patuh menjalani tranfusi darah secara teratur
Hal ini dikarenakan pasien thalasemia tidak patuh menjalani tranfusi, sehingga
pertumbuhannya terganggu.
pasien dengan kadar hemoglobin rata-rata yang rendah sebelum transfusi (<7,4
pada saat pertama kali pengukuran, penggunaan zat pengikat besi, volume
darah rata-rata yang diterima saaat dilakukan tranfusi, dan keteraturan tranfusi.
(Saxena, 2013).
terdapat 90,4% penderita talasemia memiliki kadar feritin lebih dari 2.000
ng/mL. Kadar feritin lebih dari 2.000 ng/mL tidak dapat diperoleh nilai
rasionya secara pasti sebab alat yang digunakan untuk pengukuran tidak
mampu menampilkan data yang nilainya lebih dari 2.000 ng/mL. (Mehta,
2017).
antara setiap transfusi adalah 2 sampai 6 minggu tergantung berat badan, umur,
76
akan optimal bila kadar Hb sebelum transfusi 9 g/dL sampai 10.5 g/dL.3,13.
pada anak thalassemia mayor. Ditemukan 30 (60%) subyek dari yang diperiksa
mengalami usia tulang terlambat. Kadar ferritin serum subyek dengan laju
perbedaan tersebut belum bermakna (uji Fisher exact, p=0,14). (Cheryl Nini,
2017)
Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran berat yang disesuaikan dengan
tinggi badan, dihitung sebagai berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
tinggi dalam meter (kg /m2 ) (CDC, 2011). Meskipun indeks masa tubuh dapat
Faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, etnis, dan massa otot dapat
mempengaruhi Hubungan dengan lemak tubuh. Indeks masa tubuh juga tidak
77
membedakan antara kelebihan lemak, otot,atau massa tulang dan juga tidak
dipertahankan di atas 10-11 g/dl dan diikuti terapi kelasi besi yang memadai.
Hal ini membuat pasien thalasemia terlihat tumbuh normal dan sulit dibedakan
melakukan penelitian menggunakan alat ukur IMT/U pada anak thalasemia dan
(75%). Anak thalasemia mayor dapat tumbuh normal jika kadar hemoglobin
dipertahankan 8,5 g/dl selama 10 tahun pertama kehidupan. (Made & Ketut,
2011).
yaitu dengan transfusi Packed Red Cells (PRC) yang dilakukan secara rutin.
anak dan remaja, namun pada umumnya tidak segera terdeteksi pada sebagian
besar pasien. Sebelum era hipertransfusi dan terapi kelasi besi, hipoksia
duduk).
sebelum transfusi 9-10,5 gr/dl, maka akan diberikan transfusi darah sebanyak
meningkat lebih dari 3000 µg/L akan terjadi gangguan pertumbuhan. Terdapat
selain toksisitas besi, antara lain anemia kronik yang menyebabkan hipoksia
Pada keadaan normal, feritin akan menyimpan besi yang dapat diambil
kembali untuk digunakan sesuai kebutuhan. Pada kadar besi yang tinggi,
Ketika kapasitas penyimpanan besi telah habis, besi bebas (free iron) akan
inflamasi, seperti IL1β, IL6, TNFα. Peningkatan kadarIL1β, IL6, TNFα akan
besi di hipofisis anterior, akan mengganggu sintesis dan sekresi dari Growth
(TSH) terganggu, akan terjadi gangguan pula pada sintesis dan sekresi hormon
tiroid. Sementara itu, apabila terjadi gangguan pada sintesis dan sekresi Adreno
hormon adreno kortikal. Akibat dari gangguan sintesis dan sekresi hormon
5.1 Kesimpulan
(46,7%), dan IMT dengan kategori Kurus – sangat kurus yaitu sebanyak 32
80
81
5.2 Saran
terkait mengenai hubungan feritin serum dengan berat badan dan tinggi badan
referensi awal.
Abdul Moeloek agar dapat mengontol secara rutin agar tidak terjadi komplikasi
gagal organ bagi penderita, perlu dilakukan pemakaian terapi kelasi besi,
82
thalasemia mayor.
DAFTAR PUSTAKA
2. Wahidiyat PA. Komplikasi pada talasemia mayor. Dalam: Subanada IB, Kumara
Wati KD, Sidiartha IGL, Lingga Utama IMGD, Supartha M, Setyorini A dkk,
dkk. Growth and development in thalassemia major patients with severe bone
2003;3:237-46.
9. Kwan EYW, Lee ACW, Li AMC, Tam SCF, Chan CF, Lau YL, Low LCK. A
10. Pemde KH, Chandra J, Gupta D, Singh V, Sharma R, Dutta AK. Physical
Ther. 2011;2:13-9.
dan usia tulang anak pada thalassemia mayor. Sari Pediatri 2011;13:299-304.
Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto;2008.h.1-
21.
ocuments/factoraffgrowth.pdf
14. Wales JK. Evaluation of growth disorders. Dalam: Brook C, Clayton P, Brown
15. Gomber S, Dewan P. Physical growth patterns and dental caries in thalassemia.
17. Hattab FN. Patterns of physical growth and dental development in Jordanian
18. Sanctis VD, Skordis N, Soliman AT. Endocrine disease. Dalam:Cappellini MD,
International Federation;2014.h..146-57.