Anda di halaman 1dari 127

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM

MENGHADAPI UJIAN CBT PADA MAHASISWA


BARU DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2019

Skripsi

Oleh
MUHAMMAD HUSNI HAMDANI
NPM : 16310199

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM
MENGHADAPI UJIAN CBT PADA MAHASISWA
BARU DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2019

Skripsi

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai


Gelar Sarjana Kedokteran
(S. Ked)

Oleh
MUHAMMAD HUSNI HAMDANI
NPM : 16310199

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN


DALAM MENGHADAPI UJIAN CBT PADA MAHASISWA
BARU DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALAHAYATI TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD HUSNI HAMDANI

NPM : 16310199

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Kedokteran Umum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Maria Puji Lestari, dr.,M.Pd.Ked Rakhmi Rafie, dr., M.Kes

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

dr. Toni Prasetia, Sp.Pd., FINASIM

iii
MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Pembimbing I : Sri Maria Puji Lestari, dr., M.Pd.Ked ....................

Pembimbing II : Rakhmi Rafie, dr., M.Kes ....................

Penguji : Octa Reni Setiawati, S.Psi.M.Psi ....................

2. Dekan Fakultas Kedokteran

dr. Toni Prasetia, Sp.PD., FINASIM

Tanggal Lulus Ujian Skripsi

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini;

Nama : MUHAMMAD HUSNI HAMDANI

NPM : 16310199

Judul Skripsi : Hubungan Efikasi Diri dengan Kecemasan pada Mahasiswa Baru
di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Tahun 2019

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil


penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan
maupun kegiatan programming yang tercantum sebagai bagian dari skripsi ini. Jika
terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila


dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya akan menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai peraturan yang berlaku.

Bandar lampung, Juli 2020

Yang membuat pernyataan

Muhammad Husni Hamdani

v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademika Universitas Malahayati, saya yang bertanda tangan


dibawah ini ;

Nama : Muhammad Husni Hamdani

NPM : 16310199

Jurusan : Kedokteran Umum

Jenis Karya Ilmiah : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Malahayati Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-Exclusive Royalty Free
Rights) atas karya ilmiah yang berjudul :

“Hubungan Efikasi Diri dengan Kecemasan pada Mahasiswa Baru di Fakultas


Kedokteran Universitas Malahayati Tahun 2019”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif
ini Universitas Malahayati berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya ilmiah
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Bandar Lampung

Pada bulan: Juli 2020

Yang menyatakan

Muhammad Husni Hamdani

vi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI

Skripsi, Januari 2020

Muhammad Husni Hamdani

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI


UJIAN CBT PADA MAHASISWA BARU DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2019

XVII + 61 Halaman + 9 Tabel + 3 Gambar + Lampiran

ABSTRAK

Latar belakang: Efikasi diri adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk
melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian
dalam lingkungan. Efikasi diri pada mahasiswa saat akan menghadapi ujian dapat
menjadi faktor penting dalam mengurangi kecemasan mahasiswa dalam menghadapi
ujian itu sendiri. Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan
khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kecemasan dalam


menghadapi ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati tahun 2019.

Metode Penelitian:Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik observasional


dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 110 responden.
Cara pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Analisis bivariat
menggunakan uji statistik non parametrik Spearman’s.

Hasil: Dari jumlah populasi 154 diambil 110 sampel, nilai median 55.00(sedang), nilai
min-max(29-71) untuk variabel efikasi diri, sedangkan median 15.00(rendah), nilai min-
max(3-39) untuk tingkat kecemasan. Hasil analisis Bivariat uji Spearman didapatkan
nilai P Value 0.011 dan nilai r -0.161.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara efikasi diri dan tingkat kecemasan pada
mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019, dengan
kekuatan korelasi rendah dan arah korelasi negatif yaitu semakin tinggi efikasi diri
maka semakin rendah tingkat kecemasan mahasiswa.

Kata kunci: Efikasi diri,Kecemasan,Ujian CBT


kepustakaan: 22 (2003-2019)

vii
MEDICAL FACULTY
MALAHAYATI UNIVERSITY

Script, January 2020

Muhammad Husni Hamdani

THE CORRELATION BETWEEN SELF-EFFICACY AND ANXIETY LEVELS IN


FACING THE CBT EXAM FOR NEW STUDENTS AT THE MEDICAL
FACULTY OF MALAHAYATI UNIVERSITY IN 2019

XVII + 61 Pages + 9 Tables + 3 Images + Attachment

ABSTRACT

Background: Self-efficacy is one's belief in one's ability to exercise some form of


control over the functioning of that person and events in the environment. Self-efficacy
of students when they are going to face an exam can be an important factor in reducing
student anxiety in facing the exam itself. Anxiety is a state of apprehension or state of
worry that complains that something bad is about to happen.

Objective: to find out the relationship between self-efficacy and anxiety levels in facing
the CBT exam for new students at the medical Faculty of Malahayati University in 2019

Methods: This type of research uses observational analytic methods with cross
sectional approach. The sample in this study were 110 respondents. How to take a
sample with purposive sampling technique. Bivariate analysis uses Spearman’s non-
parametric statistical test.

Results: From a population of 154, 110 samples were taken, the median value was
55.00 (moderate), the min-max value (29-71) for self-efficacy variables, while the
median was 15.00 (low), the min-max value (3-39) for the level of anxiety. The results of
the Bivariate Spearman test obtained P value of 0.011 and r -0.161.

Conclusion: There is a relationship between self-efficacy and anxiety levels in new


students at the Faculty of Medicine, University of Malahayati in 2019, with the strength
of low correlation and the direction of negative correlation, the higher the self-efficacy,
the lower the level of student anxiety
.
Keywords: Self-efficacy, Anxiety, CBT Exam.
Literature : 22 (2003-2019)

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan efikasi diri

dengan kecemasan dalam menghadapi ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati Tahun 2019”

Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, maka dengan

selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih serta rasa hormat kepada:

1. Dr. Achmad Farich, dr., M.M Selaku Rektor Universitas Malahayati Bandar

Lampung

2. Toni Prasetia, dr., Sp.PD, FINASIM Selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Univeristas Malahayati Bandar Lampung

3. Sri Maria Puji Lestari, dr. M. Pd, Ked selaku Kepala Prodi Pendidikan Dokter

Universitas Malahayati Bandar Lampung, dan juga selaku pembimbing I dan

juga ketua payungan penelitian saya yang dengan sangat sabar memberikan

bimbingan, arahan, solusi dan saran selama melakukan penelitian dan

penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan

4. Rakhmi Rafie, dr., M. Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan masukan selama melakukan penelitian dan penyusunan

skripsi ini hingga dapat terselesaikan

5. Octa Reni Setiawati, S.Psi. M.Psi selaku penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini

6. Seluruh dosen staf Program Pendidikan Kedokteran Umum yang dengan penuh

dedikasi memberikan ilmu pengetahuan

ix
7. Ayahanda saya Bapak H.Sadikin,S.Km dan ibunda saya Ibu HJ.Yuliani,S.Pd

yang tidak henti-hentinya mendoakan, mendukung dan menyayangi saya.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara

langsung ataupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Bandar Lampung, Juli 2020

Muhammad Husni Hamdani


16310199

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN JUDUL DALAM....................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI..................................................... vi
ABSTRAK....................................................................................................... vii
ABSTRACT...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR.................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kecemasan................................................................................. 6
2.2 Efikasi diri.................................................................................. 19
2.3 CBT (Computer Based Test)....................................................... 31
2.4 Hubungan Efikasi diri dengan tingkat kecemasan...................... 32
2.5 Kerangka teori............................................................................. 33
2.6 Kerangka konsep ........................................................................ 34
2.7 Hipotesa....................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis penelitian............................................................................ 35
3.2 Waktu danTempat....................................................................... 35
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 35
3.4 Kriteria Penelitian........................................................................ 36
3.5 Variabel Penelitian...................................................................... 37
3.6 Definisi Operasional ................................................................... 33
3.7 Pengumpulan Data....................................................................... 38
3.8 Pengolahan Data.......................................................................... 41
3.9 Analisa Data................................................................................ 42
3.10 Alur penelitian............................................................................. 43

xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Penelitian................................................................... 44
4.2 Karakteristik Responden............................................................. 45
4.3 Hasil Penelitian............................................................................ 46
4.4 Pembahasan................................................................................. 47
4.5 Keterbatasan Penelitian............................................................... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


4.6 Kesimpulan.................................................................................. 58
4.7 Saran............................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................39

Tabel 3.2 Interprestasi Skor Tingkat Kecemasan.............................................40

Tabel 3.3 Teknik Pemberian Skor Pada Kuesioner GSE.................................41

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Jenis kelamin....................................................47

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Usia..................................................................48

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Efikasi diri .......................................................49

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tingkat Kecemasan...........................................49

Tabel 4.5 Uji normalitas Efikasi diri dan tingkat Kecemasan..........................49

Tabel 4.6 Hasil uji bivariat hubungan Efikasi diri dan tingkat kecemasan......50

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori...............................................................................35

Gambar 2.2 Kerangka konsep...........................................................................35

Gambar 3.1 Alur penelitian..............................................................................45

xiv
DAFTAR SINGKATAN

SMA Sekolah Menengah Atas

IQ Intelligent Quotient

CBT Computer Based Test

CAI Computer Assisted Ins-tructional

UTS Ujian Tengah Semester

UAS Ujian Akhir Semester

UN Ujian Nasional

GSE General Self Efficacy

HRS-A Hamilton Rating Scale for Anxiety

GABA Asam amino butirik-gamma neuroregulator

SPSS Statistical Product and Service Solutions

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar Persetujuan Menjadi Pembimbing

2 Lembar Bimbingan Skripsi

3 Surat Presurvey Penelitian

4 Surat Bebas Plagiat

5 Surat Pernyataan Lulus dan Perbaikan Proposal

6 Surat Izin Penelitian

7 Surat Keterangan Kelaiakan Etik

8 Data Analisis SPSS

9 Kuesioner

10 Dokumentasi Penelitian

11 Biodata

12 Persembahan

13 Jurnal Penelitian

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecemasan pada mahasiswa timbul karena adanya perasaan terancam pada

suatu hal yang belum jelas. Mahasiswa yang mengalami kecemasan disebabkan

oleh kesenjangan antara apa yang diharapkan oleh mahasiswa dan kenyataan yang

terjadi pada mahasiswa terkait dengan persoalan akademik. (Sadock, 2010).

Faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan dibagi menjadi 2 klasifikasi

ada dari faktor internal dan ada dari faktor eksternal. Internal sebagai contohnya

adalah faktor pengalaman, respon terhadap stimulus, usia, dan juga faktor gender.

Sedangkan dari faktor eksternal berikut contohnya adalah faktor dukungan keluarga

dan faktor kondisi lingkungan. (Stuart dan Sundeen, 2007).

Salah satu faktor munculnya kecemasan yaitu saat akan menghadapi ujian

yang mana merupakan masalah kecemasan yang dialami kebanyakan mahasiswa.

Menurut Miriam Schapiro, karena adanya rasa khawatir dengan hasil yang akan

dicapainya, atau khawatir akan medapatkan nilai yang kurang memuaskan. (Nevid

et al, 2005).

Sejak tahun 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati juga mulai

menerapkan ujian CBT pada mahasiswa semester pertama. CBT merupakan metode

ujian dengan soal jenis pilihan ganda tipe A (one best answer) yang dilakukan

dengan menggunakan program komputer, tujuannya adalah untuk menilai

kemampuan mahasiswa dalam penguasaan teori yang telah di pelajari. (Ristekdikti,

2016).

1
2
3

Mengutip dari penelitian yang dilakukan oleh Fitri Maiziani (2016). Ujian

CBT sendiri memiliki kelebihan seperti pelaksanaan yang jujur dan bersih dari

kecurangan, waktu yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan, dapat dilakukan

pengacakan soal, dan juga mempermudah dalam mengoreksi jawaban. Walaupun

didalamnya mungkin masih ada kekurangan dari ujin CBT seperti system error yang

mana bisa membuat jawaban tidak terdeteksi oleh sistem yang ada.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar mahasiswa

pada mahasiswa, diantaranya adalah lamanya waktu belajar, lingkungan tempat

tinggal, Self-efficacy, banyaknya tanggungan keluarga, Intelligent Quotient (IQ),

kondisi tempat kuliah, dan sarana belajar yang digunakan. (Warsito, 2012).

Penelitian ini untuk meneliti hubungan antara self-efficacy (keyakinan akan

kemampuan diri) dengan kecemasan dalam menghadapi ujian CBT pada mahasiswa

baru fakultas kedokteran di Universitas Malahayati tahun 2019. Self-efficacy

diartikan sebagai keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya dalam

melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil

tertentu.Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan mengarahkan

seseorang pada prestasi yang lebih baik dalam berbagai bidang karena self-efficacy

akan mengaktifkan perubahan psikologi yang mengurangi rasa sakit dan lebih dapat

mentolerir stress. Self-efficacy sebagai kepercayaan akan kemampuan seseorang

dalam skenario tertentu seperti percaya pada kemampuan mereka untuk melakukan

suatu tugas atau belajar diberi informasi. Self-eficacy adalah perasaan berperan

seorang mahasiswa yang membangun kesadaran tentang keberadaan dirinya

(Pujiastuti, 2012; Kusumadewi, 2014; Dwitantyanow, Hidayati, & Sawitri, 2010;

Widyastuti, 2013; Astarini, 2015; Hermawan, 2014).


4

Dengan demikian, efikasi diri pada mahasiswa saat akan menghadapi ujian

dapat menjadi faktor penting dalam mengurangi kecemasan mahasiswa dalam

menghadapi ujian itu sendiri lebih lanjut. Self-efficacy akademis berhubungan

dengan keyakinan mahasiswa akan kemampuannya melakukan tugas-tugas,

mengatur kegiatan belajar mereka sendiri, dan hidup dengan harapan akademis

mereka sendiri dan orang lain.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan di Universitas Lampung oleh Siti

Masruroh (2017), didapatkan bahwa efikasi diri dari 175 mahasiswa yang menjadi

responden sebanyak 73 (42,9%) mahasiswa masuk pada kategori sedang, sedangkan

54 (31,8%) mahasiswa lainya memiliki efikasi diri tinggi dan 43 (25,3%) mahasiswa

memiliki efikasi diri yang rendah.

Berdasarkan latar belakang, pengalaman, dan pengamatan peneliti yang

terjadi di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati pada mahasiswa baru masih

banyak yang mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian CBT yang

dikarenakan perbedaan atau transisi metode ujian yang dihadapi semasa masih

berada di bangku sekolah menengah atas (SMA), maka peneliti tertarik untuk

mengetahui hubungan efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi ujian CBT

pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan efikasi diri

dengan kecemasan dalam menghadapi ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019?”


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan

kecemasan dalam menghadapi ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat efikasi diri dalam menghadapi ujian CBT

pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun

2019.

2. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian CBT

pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun

2019.

3. Mengetahui hubungan efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi

ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas Kedoktean Universitas

Malahayati tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan informasi dan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

mengenai gambaran efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi ujian

CBT pada mahasiswa baru tahun 2019.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi

peneliti, pembaca, dan instansi terkait mengenai hubungan efikasi diri dengan
6

kecemasan yang terjadi di kalangan mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati tahun 2019 yang mengikuti ujian CBT.

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Judul Penelitian

Hubungan efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi ujian CBT pada

mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019.

1.5.2 Metode Penelitian

Jenis penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode analitik

observasional, dan pendekatan cross sectional.

1.5.3 Subjek Penelitian

Mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019.

1.5.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019 s.d selesai.

1.5.5 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruangan ujian CBT Universitas Malahayati.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan

2.1.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah suatu penyerta normal dari pertumbuhan, dari

perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari

penemuan identitas dan arti hidup. Sebaliknya, kecemasan patologis adalah

respon yang tidak sesuai terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan pada

intensitas atau durasinya. (Kaplan et al., 2010). Kecemasan adalah gangguan

alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran

yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

kenyataan, kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan

kepribadian normal. (Hawari, 2011).

Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan

gelisah dan aktivasi sistem saraf autonom dalam merespon ancaman

yang tidak jelas. Kecemasan akibat terpajan pada peristiwa traumatik yang

dialami individu yang mengalami, menyaksikan atau menghadapi satu atau

beberapa peristiwa yang melibatkan kematian aktual atau ancaman kematian

atau cedera serius atau ancaman fisik diri sendiri. (Audith, 2004).

Freud membedakan kecemasan menjadi kecemasan objektif dan

neurotik. Kecemasan objektif adalah respon realistis terhadap bahaya

eksternal, sedangkan kecemasam neurotis timbul dari konflik tidak sadar

karena individu tidak mengetahui alasan realistis tersebut. Kecemasan

merupakan suatu hal yang dapat terjadi saat individu mengalami stress,

35
7

kecemasan dapat timbul ketika menemukan hal baru yang membuat individu

merasa tidak nyaman (Ibrahim, 2007).

2.1.2 Tanda dan Gejala Kecemasan

Selama individu masih dapat mengatasi stressor yang ada, maka

kecemasan itu masih bersifat normal. Ansietas yang normal sumber

kecemasanya dapat diketahui, masih dala taraf sehat, dapat ditolerir dan tidak

akan menganggu kehidupan seseorang. Kecemasan adalah suatu sinyal yang

memperingatkan akan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan

seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut. (Ibrahim,

2012).

Kecemasan menyebabkan respon kognitif, psikomotor, dan fisiologis

yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan aktivitas

motorik, agitasi, dan peningkatan tanda-tanda vital. Untuk mengurangi

perasaan tidak nyaman, individu mencoba mengurangi tingkat ketidak

nyamanan tersebut dengan melakukan perilaku adaptif yang baru atau

mekanisme pertahanan. Respons negatif terhadap kecemasan dapat

menimbulkan perilaku maladaptif, seperti sakit kepala akibat ketegangan,

sindrom nyeri dan respon terkait stress yang menimbulkan defisiensi imun.

(Kaplan et al., 2010).

Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan kecemasan

menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam

mekanisme pertahanan diri. Serabut saraf simpatis meningkatkan tanda-tanda

vital pada saat bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh. Kelenjar

adrenal melepas adrenalin yang menyebabkan tubuh mengambil lebih


8

banyak oksigen, dilatasi pupil, dan meningkatkan tekanan arteri serta

frekuensi jantung kemudian konstriksi pembuluh darah perifer dan

meningkatkan glikogenolisis menjadi glukosa bebas guna menyokong

jantung, otot, dan sistem saraf pusat. Lonjakan adrenalin menyebabkan satu-

satunya proses kognitif berfokus pada pertahanan individu tersebut. Ketika

bahaya telah berakhir, serabut saraf parasimpatis menghambat proses ini dan

mengembalikan tubuh ke kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya

mengaktifkan kembali respon simpatis. (Stuart & Sundeen, 2007).

Ketika dihadapkan dengan bahaya, tubuh mengurangi sistem atau

proses yang tidak dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup. Dengan

demikian energi dapat difokuskan kepada fungsi vital tubuh. Pencernaan

adalah salah satu proses yang tidak diperlukan, maka asupan energi ke sistem

tersebut berkurang sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman pada

perut, mual, dan diare.

2.1.3 Faktor penyebab kecemasan

Faktor–faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart dan

Sundeen (2007).

1. Faktor internal

a) Pengalaman

Sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut

bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan dapat berasal dari

berbagai kejadian di dalam kehidupannya.


9

b) Respon terhadap stimulus

Kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya

rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasan yang

timbul.

c) Usia

Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak

pengalamannya sehingga pengetahuannya semakin bertambah.

Pengetahuan tersebut dapat mengurangi kecemasan.

d) Gender

Perempuan lebih cemas akan ketidak mampuannya

dibanding dengan laki-laki. Laki-laki lebih aktif, eksploratif,

sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan

bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan.

2. Faktor Eksternal

1. Dukungan Keluarga

Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seseorang lebih

siap dalam menghadapi permasalahan.

2. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar dapat menyebabkan seseorang

menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam menghadapi

permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan atau lingkungan

bergaul yang tidak memberikan efek negeatif suatu


10

permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam

menghadapi permasalahan.

2.1.4 Proses Terjadinya Kecemasan

Stuart dan Sundeen (2007). Mengemukakan bahwa penyebab

kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori yaitu:

1. Teori Psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive.

Seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi

menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi

kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2. Teori Tingkah Laku (Pribadi)

Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah hasil

frustasi, dimana segala sesuatu yang menghalangi terhadap kemampuan

seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat menimbulkan

kecemasan. Faktor presipitasi yang aktual mungkin adalah sejumlah

stresor internal dan eksternal, tetapi faktor-faktor tersebut bekerja

menghambat usaha seseorang untuk memperoleh kepuasan dan

kenyamanan. Selain itu kecemasan juga sebagai suatu dorongan untuk

belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.

3. Teori keluarga
11

Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa

ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas

perkembangan individu dalam keluarga.

4. Teori biologis

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.

Penghambat asam aminobutirik-gamma neuroregulator (GABA) juga

mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis yang

berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorfin.

Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang

mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.

Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya

menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2.1.5 Tingkat Kecemasan

Menurut Hawari (2011), tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4,

antara lain: Kecemasan ringan, sedang, berat, dan berat sekali.

1. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada

dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel,

lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar,


12

motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan

ringan mempunyai karakteristik:

1. Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari

2. Kewaspadaan meningkat.

3. Persepsi terhadap lingkungan meningkat.

4. Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan

kreatifitas.

5. Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut,

serta bibir bergetar.

6. Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks,

konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara

efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan.

7. Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor

halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.

2. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain

sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat

melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada

tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan

pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat

dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk

belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun,


13

perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak

menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa,

marah dan menangis. Kecemasan sedang mempunyai karakteristik:

1. Respon biologis: sering nafas pendek, laju nadi meningkat

dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau

konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih.

2. Respon kognitif: memusatkan perhatian pada hal yang penting

dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit,

dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.

3. Respon perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, terlihat

lebih tegas, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan

perasaan tidak aman.

3. Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan

pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir

tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan

untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang

muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual,

tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan

persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada

dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan

tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. Kecemasan

berat mempunyai karakteristik:


14

1. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan

mengabaikan hal yang lain.

2. Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, serta tampak

tegang.

3. Respon kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan

membutuhkan banyak pengarahan, tuntunan, serta lapang

persepsi menyempit.

4. Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dan

komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).

2.1.6 Hamilton Rating Score-Anxiety (HARS)

Menurut Stuart & Sundeen (Riga,2017). Cara mengukur kecemasan

dapat dilakukan dengan alat ukur yang digunakan yaitu Hamilton Anxiety

Rating Scale (HARS). Fungsinya untuk mengetahui sejauh mana derajat

kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat, dan berat sekali. HARS

terdiri atas 14 item penilaian, masing-masing kelompok dirinci lagi dengan

gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi

penilaian angka (score) antara 0-4.

1. Anxious Mood

Bagian ini akan melihat kondisi emosi pasien yang menunjukkan

ketakutan yang luar biasa terhadap ketidak pastian masa depan, merasa

khawatir, merasa tidak aman, mudah tersinggung, dan kecemasan. skor

1: bila tidak ada keluhan, skor 2: pasien ragu-ragu untuk


15

menyatakannnya, Skor 3: pasien menyatakann dengan jelas tetapi sukar

untuk mengendalikan, skor 4: pasien gelisah dan sukar mengendalikan

sesuatu yang mungkin terjadi.

2. Ketegangan (tension)

Bagian ini akan melihat ketidakmampuan pasien untuk bersikap

relaks, tidak nervous, ketegangan, gemetaran, dan kepenatan. Skor 1:

pasien sedikit tegang. Skor 2: pasien nampak sedikit lebih gelisah, Skor

3: pasien menunjukkan secara jelas kegelisahan dan sulit mengontrolnya,

Skor 4: pasien tidak mampu untuk rileks dan penuh kegelisahan.

3. Ketakutan (fear)

Bagian ini akan melihat ketakutan pasien di keramaian, terhadap

binatang. di tempat umum, sendirian, lalu lintas, orang asing, kegelapan

jarum suntik apabila melihat darah dll. Skor 1: tidak menyatakan apa-

apa, skor 2: pasien ragu-ragu untuk me skor 3: pasien merasa ketakutan

tetapi dapat megendalikannya, skor 4: pasien sukar untuk mengalahkan

rasa takut yang bertentangan dengan kehidupan sehari-hari.

4. Sulit Tidur (insomnia)

Bagian ini akan melihat pengalaman pasien terhadap durasi tidur

dan kepulasan tidur selama 3 malam sebelumnya. Catatan: tanpa

penggunaan obat penenang. skor 1: durasi tidur dan kepulasan tidur

biasa, skor 2: durasi tidur sedikit terganggu tetapi kepulasan tidur tidak,

skor 3: durasi tidur dan kepulasan tidur sedikit terganggu, skor 4: durasi

tidur hanya sedikit dalam 24 jam.

5. Sulit Konsentrasi dan Daya Ingat


16

Bagian ini akan melihat ketidakmampuan pasien untuk

berkonsentrasi, mengambil keputusan terhadap kejadian sehari-hari, dan

lemahnya daya ingat. skor 1: pasien tidak punya kesukaran dalam

konsentrasi dan memori, skor 2: pasien ragu-ragu untuk menyatakannya,

skor 3: pasien berusaha sulit berkonsentrasi, skor 4: pasien telah

melafalkan berbagai kesulitan dengan konsentrasi, memori dan

pengambilan keputusan.

6. Depressed mood

Bagian ini akan melihat komunikasi pasien baik secara verbal

maupun non-verbal tentang kesedihan, depresi, tanpa harapan,

kemurungan, dan ketidak berdayaan, skor 1: tidak menunjukkan gejala,

skor 2: ragu-ragu untuk menyatakannya, skor 3: pasien menyatakan

secara jelas pengalaman sedihnya, walapun dia sedikit tanpa harapan dan

bantuan, skor 4: pasien secara jelas menunjukkan tanda-tanda non verbal

depresi.

7. Gejala-Gejala Somatik Umum: muscular;

Pasien merasa lemah, sakit, ketegangan otot seperti pada bagian

leher dan rahang. Skor 1: pasien tidak menunjukkan ketegangan otot

seperti biasanya. skor 2: pasien ragu-ragu terlihat sedikit menunjukkan

ketegangan otot, Skor 3: menunjukkan gejala-gejala karakteristik nyeri,

skor 4: ketegangan otot yang ditunjukkan pada kerja dan kehidupan

sehari-hari.

8. Gejala-Gejala Somatik Umum: sensory


17

Pasien merasa penat dan lemah, atau mengalami gangguan fungsi

perasa seperti: tinnitus, mata kabur, sensasi panas-dingin dan

berkeringat. skor 1: tidak ada gejala, skor 2: pasien ragu-ragu untuk

menyatakannya, Skor 3: tekanan terasa meningkat pada kepenatan di

telinga, skor 4: lemah, keringat buntat pada kulit.

9. Gejala-Gejala yang Berhubungan dengan Jantung (cardiovascular);

Termasuk Tachycardia, jantung berdebar, tekanan pada bagian

dada, dentaman pada pembuluh darah, dan perasaan seakan-akan ingin

pingsan. Skor 1: tidak ada gejala, Skor 2: ragu-ragu untuk

menyatakannya, Skor 3: gejala cardiovascular ada tetapi dapat

dikendalikan, Skor 4: pasien sukar mengontrol gejala cardiovascular.

10. Gejala-gejala yang berhubungan dengan pernafasan:

Seperti merasa sesak nafas atau kontraksi pada tenggorokan atau

dada. atau rasa seperti tercekik. Skor 1: tidak ada gejala, skor 2: agu-ragu

untuk menyatakannya, skor 3: gejala ada tetapi dapat dikendalikan, skor

4: pasien sukar mengontrol gejala.

11. Gejala-gejala yang berkaitan dengan usus (Gastro-intestinal)

Seperti sulit menelan, merasa ada tekanan pada bagian perut,

gangguan pencernaan (rasa panas pada bagian perut, sakit perut

berhubungan dengan makanan, mual dan muntah). perut terasa

keroncongan dan diare. Skor 1: tidak ada gejala, skor 2: ragu-ragu untuk

menyatakannya, skor 3: satu atau lebih gejala Gastro-intestinal muncul

tetapi dapat dikendalikan, skor 4: pasien sulit mengontrol gejala Gastro-

intestinal.
18

12. Gejala-Gejala yang Berhubungan dengan Saluran Kencing (genito-

urinary)

Termasuk gejala-gejala non-organik atau psikis, seperti: sering atau

susah buang air kecil, menstruasi tidak teratur, anorgasmia, ejakulasi

dini. Skor 1: tidak ada gejala, skor 2: ragu-ragu untuk menyatakannya,

skor 3: satu atau lebih gejala genito-urinary muncul tetapi dapat

dikendalikan, Skor 4: pasien sulit mengontrol gejala genito-urinary.

13. Gejala-Gejala Otonomik Lainnya

Seperti mulut terasa kering, pucat, sering keluar keringat dingin dan

pusing. skor 1: tidak ada gejala, skor 2: ragu-ragu untuk menyatakannya,

Skor 3: satu atau lebih gejala otonomik lainnya muncul tetapi dapat

dikendalikan, Skor 4: pasien sulit mengontrol gejala otonomik lainnya.

14. Sikap Pada Saat Wawancara;

Seperti: pasien kelihatan tertekan, nervous, gelisah. tegang, suara

gemetar, pucat, keluar keringat. Skor 1 pasien tidak menunjukkan

kecemasan, Skor 2: ragu-ragu untuk menyatakan diri cemas. skor 3:

pasien secara nyata terlihat agak cemas, dan skor 4: pasien terlihat cemas

sekali.

Setiap item bernilai 0,1, 2, 3 atau 4. Nilai 0 menunjukkan tidak ada

gejala-gejala yang tampak, nilai 1 menunjukkan gejala ringan, nilai 2

menunjukkan gejala sedang, nilai 3 menunjukkan gejala berat, dan nilai 4

menunjukkan gejala-gejala dominan dan sangat mengganggu. Total nilai

yang diperoleh menunjukkan tingkat keparahan: tidak cemas (total <14);


19

cemas ringan (total nilai: 14-20); cemas sedang (total nilai: 21-27);

cemas berat (total nilai 28-41); cemas berat sekali (total nilai 42-56).

2.2 Efikasi Diri

2.2.1 Pengertian Efikasi Diri

Bandura adalah tokoh yang mengenalkan istilah efikasi diri atau self-

efficacy. Ia mendefinisikan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang

akan kemampuanya untuk melakukan suatu bentuk control terhadap fungsi

dirinya sendiri dan kejadian dalam lingkungan. (Feist,2010). Efikasi diri

memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam tindakan manusia dalam

berkombinasi dengan lingkungan, perilaku sebelumnya dan variable pribadi

lainya.

Seseorang yang yakin bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang

berpotensi mengubah kejadian di lingkungan akan lebih mungkin bertindak

dan menjadi sukses dari pada yang memiliki efikasi diri rendah. Bandura dan

Wood menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan seseorang

akan kemampuanya untuk menggerakan motivasi, kemampuan kognitif dan

tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi. (Ghufron, 2017).

Mengartikan bahwa efikasi diri sebagai persepsi diri sendiri mengenai

seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu, efikasi diri

berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan

melakukan tindakan yang diharapkan. (Alwisol 2009).

Efikasi diri adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk

berhasil mencapai tugas tertentu. Spears & Jordan. (Prakoso, 1996),

menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya


20

akan mampu melaksanakan tingkah laku yang dibutuhkan dalam suatu tugas.

Mengacu beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri

adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya untuk

melaksanakan tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi rintangan. (Kreitner &

Kinicki, 2003).

2.2.2 Aspek-Aspek Efikasi Diri

Menurut Bandura, efikasi diri pada diri tiap individu akan berbeda

antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga aspek. Hal ini

diungkap dengan skala efikasi diri yang didasarkan pada aspek-aspek

efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura yaitu:

a. Tingkat Kesulitan Tugas (Magnitude)

Aspek ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas. Apabila tugas-

tugas yang dibebankan pada individu disusun menurut tingkat

kesulitannya, maka perbedaan efikasi diri individu mungkin terbatas

pada tugas-tugas yang mudah, sedang dan tugas-tugas yang sulit, sesuai

dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan

perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Dimensi ini

memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dicoba

atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu

dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berbeda di luar batas

kemampuan yang dirasakan.

Untuk mengetahui cerminan dari tingkat efikasi diri seseorang

dalam melaksanakan suatu tugas, maka perlu adanya pengukuran

terhadap setiap tuntutan tugas yang harus dilakukan oleh seseorang.


21

Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat efikasi diri seseorang dapat

dengan memilih dari lima gradiasi derajat efikasi diri. Gradiasi tersebut

antara lain: 1) sama sekali tidak yakin mampu melakukan, 2) tidak yakin

mampu melakukan, 3) kadang yakin mampu melakukan, 4) yakin

mampu melakukan, dan 5) sangat yakin mampu melakukan.

b. Luas Bidang Tugas (Generality)

Aspek ini berhubungan luas bidang tugas tingkah laku yang mana

individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin

terhadap kemampuannya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan

situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang

bervariasi.

Dalam mengukur efikasi diri seseorang dalam melakukan suatu

tugas itu tidak hanya terbatas pada satu aspek saja, akan tetapi

pengukuran efikasi diri tersebut diukur dari beberapa aspek. Adapun

aspek-aspek dalam penelitian ini yang menjadi acuan dalam mengukur

efikasi diri seseorang, antara lain: sumber daya sosial, kompetensi

akademik, regulasi diri dalam belajar, memanfaatkan waktu luang dan

kegiatan ekstrakurikuler, efikasi diri dalam regulasi diri dan

pengharapan orang lain.

c. Tingkat Kemantapan, Keyakinan, Kekuatan (Strength)

Aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau

pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan atau

keyakinan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-

pengalaman yang tidak mendukung, sedangkan pengharapan atau


22

keyakinan yang mantap mendorong individu untuk tetap bertahan

dalam melakukan dan meningkatkan usahanya meskipun dijumpai

pengalaman yang memperlemahnya. Aspek ini biasanya berkaitan

langsung dengan aspek level, yaitu semakin tinggi taraf kesulitan tugas,

semakin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.

Untuk mengetahui tingkat kekuatan dari efikasi diri seseorang

maka perlu adanya pengukuran dengan menggunakan skala efikasi diri.

Skala efikasi diri ini berguna untuk menggambarkan perbedaan

kekuatan dari efikasi diri seseorang dengan orang lain dalam

melakukan suatu tugas. Menurut Bandura kekuatan efikasi diri

seseorang tersebut dapat digambarkan melalui skala dari 0-100. Namun

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala yang dikembangkan

dari Bandura dengan lima pilihan gradiasi pilihan jawaban dan pilihan

jawaban tersebut memiliki rentang skor dari 1-5. Menurut Baron dan

Byrne (2004), terdapat tiga aspek efikasi diri yang menjadi prediktor

penting pada tingkah laku, antara lain: efikasi diri akademis, efikasi

diri sosial dan self-regulatory.

a. Efikasi Diri Akademis

Berhubungan dengan keyakinan mahasiswa akan kemampuannya

melakukan tugas-tugas, mengatur kegiatan belajar mereka sendiri, dan

hidup dengan harapan akademis mereka sendiri dan orang lain.

b. Efikasi Diri Sosial


23

Berhubungan dengan keyakinan mereka akan kemampuannya

membentuk dan mempertahankan hubungan, asertif, dan melakukan

kegiatan di waktu senggang.

c. Self-Regulatory

Berhubungan dengan kemampuan menolak tekanan teman

sebaya dan mencegah kegiatan berisiko tinggi. Berdasarkan pendapat di

atas bahwa terdapat aspek-aspek penting efikasi diri seseorang yaitu

level kesulitan tugas, macam-macam tugas yang bisa individu kuasai

dan kekuatan atau kemantapan keyakinan yang dimiliki. Kemudian

terdapat tiga aspek yang menjadi prediktor penting pada tingkah laku,

antara lain: efikasi diri akademis, efikasi diri sosial dan self-regulatory.

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Bandura mengemukakan bahwa efikasi diri, termasuk efikasi diri

akademis, dipengaruhi oleh hal -hal sebagai berikut ini:

a. Pencapaian Performansi (performance accomplishment)

Pencapaian performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada

masa lalu. Corsini & Marsella menyebutkan bahwa kesuksesan

membangun rasa efikasi diri yang kuat pada seseorang, sedangkan

Bandura menyatakan bahwa kegagalan yang terus menerus akan

melemahkan efikasi diri seseorang, terutama apabila kegagalan itu

terjadi sebelum efikasi diri terbentuk dengan kuat pada diri

seseorang. Individu yang sering mengalami kegagalan dalam

aktivitas akademisnya, seperti mendapat nilai yang jelek atau tidak


24

mendapat ranking di kelas akan memiliki keyakinan diri yang rendah

terhadap kemampuan akademisnya. Mencapai keberhasilan akan

memberi dampak efikasi akademis yang berbeda-beda, tergantung

pada proses pencapaiannya.

b. Pengalaman Vikarius (vicarious experience)

Pengalaman vikarius diperoleh melalui model sosial. Bandura

berpendapat bahwa efikasi diri akademis akan meningkat ketika

mengamati keberhasilan orang lain dalam mencapai prestasi,

sebaliknya efikasi diri akademis akan menurun apabila mengamati

orang yang kemampuan akademisnya kira-kira sama dengan dirinya

ternyata mengalami kegagalan.

c. Persuasi Sosial (social persuation)

Persuasi sosial merupakan pendapat atau informasi dari

lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu. Pendapat

orang lain mengenai kemampuan akademis seseorang akan

mempengaruhi tinggi rendahnya efikasi diri akademis seseorang.

Pujian atau kritikan orang lain akan kemampuan seseorang dalam

bidang akademis akan memberi pengaruh pada tingkat efikasi diri

akademis individu tersebut. Pujian akan meningkatkan rasa percaya

pada kemampuan akademis yang dimiliki, kritikan akan menurunkan

keyakinan pada kemampuan akademis seseorang. Dampak dari

sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang

lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya

kepada pemberi persuasi dan sifat realistis dari apa yang


25

dipersuasikan. Persuasi yang realistis dapat membuat seseorang

merasa yakin dengan kemampuan akademis, lalu meningkatkan

usahanya, yang kemudian dapat meningkatkan kesempatannya untuk

meraih kesuksesan akademis.

d. Keadaan Emosi (emotional/physiological states)

Keadaan emosi yang mengikuti ketika seseorang melakukan

suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi diri. Kondisi emosi yang

labil akan mempengaruhi keyakinan individu terhadap

kemampuannya dalam bidang akademis. Emosi dapat termanifestasi

pada keadaan fisiologis, seperti berkeringat, sakit perut, atau jantung

berdebar-debar saat menghadapi ulangan. Emosi yang kuat, takut,

cemas, stres, dapat mengurangi efikasi diri. Menurut Corsini, beberapa

cara dapat dilakukan agar keadaan emosi tidak mempengaruhi efikasi

diri secara negatif, yaitu dengan mengurangi reaksi emosi yang terlalu

berlebihan dan mengubah cara individu dalam menginterpretasi

keadaan emosi mereka. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat

disimpulkan bahwa efikasi diri dipengaruhi oleh faktor pengalaman

individu bahwa dirinya merasakan banyak mendapatkan tambahan

pengetahuan dan dapat membantu meningkatkan keyakinan dirinya

dari bimbingan karir yang sudah lama diikutinya sehingga siswa yakin

akan kemampuannya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Pengalaman keberhasilan atau kesuksesan dalam mengerjakan suatu

tugas akan meningkatkan efikasi diri. Bimbingan karir melalui

pendekatan reflektif, menekankan proses pemberian bantuan melalui


26

proses evaluasi pengalaman individu. Dengan demikian bimbingan

karir melalui pendekatan reflektif dapat meningkatkan efikasi diri.

2.2.4 Dampak Efikasi Diri

Luthans (2005) menyebutkan bahwa efikasi diri secara langsung

dapat berdampak pada hal-hal sebagai berikut:

a. Pemilihan perilaku, misalnya keputusan akan dibuat berdasarkan

bagaimana efikasi yang dirasakan seseorang tehadap pilihan, misalnya

tugas kerja atau bidang karir.

b. Usaha motivasi, misalnya orang akan mencoba lebih keras dan lebih

banyak berusaha pada suatu tugas dimana efikasi diri mereka lebih tinggi

dari pada mereka yang memiliki efikasi diri yang rendah.

c. Daya tahan, misalnya orang dengan efikasi diri tinggi akan mampu

bangkit dan bertahan saat menghadapi masalah atau kegagalan, sementara

orang dengan efikasi diri rendah cenderung menyerah saat menghadapi

rintangan.

d. Pola pemikiran fasilitatif, misalnya penilaian efikasi mempengaruhi

perkataan pada diri sendiri (self-talk) seperti orang dengan efikasi diri

tinggi mungkin mengatakan pada diri sendiri, “Saya tahu saya dapat

menemukan cara untuk memecahkan masalah ini”. Sementara orang

dengan efikasi diri rendah mungkin berkata pada diri sendiri, “Saya

tahu saya tidak bisa melakukan hal ini, saya tidak mempunyai

kemampuan”.

e. Daya tahan terhadap stres, misalnya orang dengan efikasi diri rendah

cenderung mengalami stres dan malas karena mereka berfikiran gagal,


27

sementara orang dengan efikasi diri tinggi memasuki situasi penuh

tekanan dengan percaya diri dan kepastian dan dengan demikian dapat

menahan reaksi stress.

Para peneliti telah mendokumentasikan suatu ikatan yang kuat antara

efikasi diri yang tinggi dengan keberhasilan dalam tugas fisik dan mental

yang sang at beragam. Sebaliknya, orang-orang dengan efikasi diri

yang rendah berhubungan dengan sebuah kondisi yang disebut

learned helplessness (ketidak percayaan terhadap kemampuan seseorang

untuk mengendalikan situasi), keyakinan yang drastis melemah sehingga

seseorang tidak memiliki kendali atas lingkungannya. (Kreitner et al,

2003).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri memiliki

dampak dalam kehidupan seseorang. Adapun dampak dari efikasi diri

antara lain, yaitu individu dapat memilih perilaku yang tepat, memiliki

motivasi yang tinggi dalam berusaha, mampu bertahan ketika

menghadapi masalah, memiliki pola pemikiran fasilitatif, serta lebih

tahan terhadap stres.

2.2.5 Klasifikasi Efikasi Diri

Mengutip dari Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1, Desember 2016 individu

yang memiliki efikasi diri tinggi akan cenderung memilih terlibat langsung

dalam mengerjakan suatu tugas, sedangkan individu yang memiliki efikasi

diri rendah cenderung menghindari tugas tersebut. Individu yang memiliki

efikasi diri yang tinggi cenderung mengerjakan suatu tugas tertentu, atau

meskipun tugas-tugas tersebut dirasa sulit. Mereka tidak memandang tugas


28

sebagai suatu ancaman yang harus mereka hindari. Mereka yang gagal

dalam melaksanakan sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali efikasi

diri setelah mengalami kegagalan tersebut.

Individu yang memiliki efikasi diri tinggi menganggap kegagalan

sebagai akibat dari kurangnya usaha yang keras, pengetahuan dan

keterampilan. Individu yang memiliki efikasi diri yang rendah akan

menjauhi tugas-tugas yang sulit karena tugas tersebut dipandang sebagai

ancaman bagi mereka. Individu seperti ini memiliki aspirasi yang rendah

serta komitmen yang rendah dalam mencapai tujuan yang mereka pilih

atau mereka tetapkan. Individu yang memiliki efikasi diri rendah tidak

berpikir tentang bagaimana cara yang baik dalam menghadapi tugas-tugas

yang sulit. Mereka juga lamban dalam membenahi ataupun mendapatkan

kembali efikasi diri mereka ketika menghadapi kegagalan (Bandura,1997).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa individu

yang memiliki efikasi diri tinggi dan rendah memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Efikasi Diri Tinggi

1. Cenderung memilih terlibat langsung dalam mengerjakan suatu tugas.

2. Cenderung mengerjakan tugas tertentu, sekaligus tugas yang dirasa

sulit.

3. Menganggap kegagalan sebagai akibat kurangnya usaha, pengetahuan

dan keterampilan.

4. Gigih dalam berusaha.

5. Percaya pada kemampuan diri yang dimiliki.


29

6. Hanya sedikit menampakkan keragu-raguan.

7. Suka mencari situasi baru.

b. Efikasi Diri Rendah

1. Cenderung menghindari tugas.

2. Ragu-ragu akan kemampuannya.

3. Tugas yang sulit dipandang sebagai ancaman.

4. Lamban dalam membenahi diri ketika mendapat kegagalan.

5. Aspirasi dan komitmen pada tugas lemah.

6. Tidak berfikir bagaimana cara menghadapi masalah.

7. Tidak suka mencari situasi yang baru.

2.2.6 General Self-Efficacy (GSE)

Pada pengukuran self-efficacy dilakukan dengan menggunakan

kuesioner/angket, pada self-efficacy ada dua jenis kuesioner yang

digunakan, yaitu general self-efficacy (GSE) dan spesific self-efficacy.

Kuesioner spesific self-efficacy dapat digunakan pada bidang kesehatan.

Kuesioner GSE sering digunakan dalam bidang pendidikan dan pekerjaan

(Smith, et al. 2010). Kuesioner GSE pertama kali dibuat oleh Matthias

Jerusalem dan Ralf Schwarzer dalam bahasa Jerman, yang terdiri dari

beberapa item yaitu 10 item pertanyaan dengan teknik menjawab

menggunakan empat poin skala Linkert. Kuesioner ini sudah melewati uji

validitas menggunakan Croanbach’s alph dengan hasil antara 79 dan 90,

ini menunjukan bahwa kuesioner ini berhubungan dengan emosi,

optimisme, kepuasaan bekerja dan koefisien negatif ditemukan untuk

kecemasan, depresi, stress, kelelahan, dan keluhan kesehatan. Kuesioner


30

GSE sudah diterjemahkan ke dalam 33 bahasa. Untuk memudahkan

penggunaan kuesioner GSE bagi peneliti selanjutnya, terdapat situs resmi

yang bisa dibuka pada laman

http://userpage.fu-berlin.de/~health/selfscal.htm. Situs tersebut

menyediakan informasi mengenai kuesioner GSE, beserta panduan

penggunaannya. Situs tersebut juga menyediakan langsung terjemahan

kuesioner GSE ke dalam 33 bahasa, termasuk bahasa Indonesia (Romppel

et al.,2013). Kuesioner GSE sudah sering digunakan di Indonesia, salah

satunya penelitian oleh Masruroh (2016) dalam penelitiannya mengenai

hubungan self-efficacy terhadap hasil belajar blok emergency medicine

pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Pembuatan kuesioner mengacu pada kuesioner yang dibuat oleh

Matthias Jerusalem dan Ralf Schwarzer yang berdasarkan pada teori

Bandura. Ishtifa (2011) juga telah menambahkan item-item mengenai

dimensi efikasi diri yang belum ada pada kuesioner yang dibuat oleh

Matthias Jerusalem dan Ralf Schwarzer.

Kuesioner GSE yang dimodifikasi Ishtifa digunakan oleh

Masruroh (2016) telah melalui uji validitas dan reliabilitas, dengan hasil

akhir terdapat 14 item pertanyaan yang digunakan dan satu item

pertanyaan yang di drop out. Uji validitas pertama dilakukan pada 30

responden mahasiswa Fakultas Kedokteran Unila angkatan 2014, hasilnya

terdapat empat item pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 1, 2, 9, dan

11. Kuesioner dengan item pertanyaan yang tidak valid tersebut, diperbaiki

isi, struktur kata, serta kalimatnya, dan selanjutnya dilakukan pengujian


31

validitas kembali. Uji validitas kedua dilakukan kepada 204 mahasiswa

Fanakultas Kedokter Universitas lampung angkatan 2014. Hasilnya,

terdapat 14 item pertanyaan yang valid dan satu item pertanyaan yang

tidak valid yaitu item nomor 1. Item pertanyaan yang valid tersebut, diuji

reliabilitasnya dengan hasil nilai Cronbach’s Alpha 0,809. Nilai 0,809

pada uji reliabilitas memiliki arti reliabel menurut kategori koefisien

reliabilitas.

2.3 CBT (Computer Based Test)

CBT adalah sistem evaluasi berbantuan komputer yang bertujuan untuk

mem-bantu guru dalam melaksanakan evaluasi, baik penskoran, pelaksanaan tes

maupun efektivitas dan efisiensi pelaksanaannya. Tes nantinya akan berbantuan

media dan pelaksanaannya pun menggunakan komputer. (Sri, 2010).

Menurut John Daintith (2011), CBT merupakan penggunaan komputer

untuk mengen dalikan, baik digital maupun analog teknik pengujian dan evaluasi

kualitas komponen dan produk. Sistem computer based testing (CBT) atau

pelaksanaan evaluasi dengan berbantu-an komputer merupakan turunan atau

pengembangan sistem computer assisted ins-tructional (CAI) atau pembelajaran

berbantuan komputer yang dikhususkan pada bidang garapan evaluasi meliputi

kumpulan-kumpulan soal dan proses penskoran otomatis, media audio, video dan

interaktif serta autorun. Menurut Sri Lestari, CBT adalah suatu metode administrasi

tes yang dilakukan secara elektronik dengan dica- tat, dinilai, atau keduanya (Sri,

2010). CBT merupakan sistem penilaian berdasarkan komputer serta bagian dari

cakupan Computer Assisted Instructional(CAI) yang dapat dilengkapi dengan

audio, video, penskoran, dan layanan autorun.


32

Beberapa keuntungan sistem CBT disebut di atas meliputi kemasan soal

lebih menarik karena disampaikan secara multimedia, tidak menggunakan pena

dan ker- tas, mengurangi biaya, uji penghitungan skor valid, menghemat waktu,

lebih cepat dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari pelaksanaan tes. CBT

dapat menggunakan software apapun dalam praktik atau penerapannya dengan

ketentuan memenuhi kriteriasebagai tools atau alat pelaksana tes hasil belajar. (Sri,

2010).

2.4 Hubungan antara Efikasi Diri dengan Kecemasan dalam Menghadapi

Ujian

Ujian sekolah seperti ujian harian, ujian tengah semester (UTS), ujian akhir

semester (UAS), dan ujian nasional (UN) merupakan rutinitas yang biasa dialami

oleh siswa. Namun bagi sebagian siswa yang memiliki efikasi diri yang

rendah, ujian dapat menjadi penyebab kecemasan karena siswa kurang memiliki

keyakinan diri untuk berhasil dalam menempuh ujian.

Kecemasan itu sendiri merupakan terganggunya diri individu berupa

ketakutan yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu yang akan terjadi

dengan diikuti beberapa gangguan fisik maupun psikis. Dalam hal ini siswa sering

mengalami kecemasan ketika siswa mengalami konflik dalam menghadapi

persoalan akademik. Konflik tersebut muncul akibat dari ketidaksesuaian antara

apa yang diharapkan oleh siswa dan kenyataan yang terjadi pada siswa dalam

menyelesaikan tugas akademik. Sehingga dalam hal ini siswa merasa tertekan

dalam menyelesaikan persoalan akademik. Persoalan akademik tersebut yang

menimbulkan kecemasan.

Kecemasan sering muncul pada siswa saat menghadapi ujian, bahkan dapat
33

mengganggu aspek psikis, fisik maupun sosial siswa. Sehingga hal ini dapat

mempengaruhi kegiatan belajar siswa dan mempengaruhi siswa yang sedang

menghadapi ujian. Ketika gangguan ini muncul pada siswa, kecemasan dan

ketakutan yang dirasakan biasanya berhubungan dengan prestasi mereka di

sekolah. Siswa terus menerus merasa khawatir jika tidak dapat melakukan tugas

sekolah dengan baik, bahkan siswa merasa khawatir pada situasi ketika siswa

dievaluasi. (Halgin et al, 2010).

Kecemasan pada siswa ini lebih disebabkan karena siswa kurang yakin

dengan kemampuan mereka sendiri. Kondisi kurang yakin pada diri sendiri atau

kurang percaya diri ini mempunyai hubungan dengan motivasi seseorang dan

motivasi itu tergantung dari kemampuan seseorang dalam mempergunakan kontrol

pribadinya. Kemampuan seseorang dalam mempergunakan kontrol pribadinya

disebut efikasi diri. (Mungin, 2012).

Kecemasan dengan efikasi diri merupakan dua variabel yang saling

berkaitan. Karena ketika seseorang yang memiliki efikasi diri rendah dalam

menyelesaikan persolan akademik maka seseorang tersebut dapat mengalami

kecemasan. Sedangkan seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi dalam

menyelesaikan persoalan akademik maka seseorang tersebut tidak akan mengalami

kecemasan. (Nevid et al, 2005).

Berdasarkan pada penjelasan diatas dapat ditarik sebuah hubungan, yaitu

efikasi diri memiliki pengaruh penting terhadap kecemasan yang dialami oleh

siswa. Dengan efikasi diri yang tinggi siswa tidak akan mengalami kecemasan,

terlebih siswa akan yakin berhasil dalam menempuh ujian. Sehingga peneliti

berpendapat bahwa efikasi diri sangat berhubungan dengan kecemasan siswa


34

dalam menghadapi ujian pada siswa.

2.5 Kerangka Teori


Faktor eksternal
Faktor internal Dukungan keluarga
Pengalaman
Respon terhadap stimulus Kondisi lingkungan

(Efikasi diri)
Usia
Gender

Ujian CBT Kecemasan

Gejala fisik. Gejala psikis.


Berkeringat. Perasaan akan adanya Gejala sosial.
bahaya. Kurang percaya
Gemetar.
diri.
Kepala pusing. Khawatir.
Ketakutan.
Mual. Tegang.
Merasa terancam.
Lemah. Gelisah.

Keterangan: variabel yang diteliti adalah yang cetak tebal

Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Efikasi Diri Kecemasan


35

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesa

Ho: Tidak ada hubungan efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi ujian

CBT pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Tahun 2019.

Ha: Ada hubungan Efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi ujian CBT

pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Tahun

2019.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan rancangan penelitian analitik observasional dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan Efikasi

diri dengan kecemasan dalam menghadapi ujian CBT pada mahasiswa baru di

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019 s.d selesai.

3.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di ruangan ujian CBT Universitas

Malahayati Bandar Lampung.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh mahasiswa baru

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati angkatan 2019.

3.3.2 Sampel

1. Besar sampel

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut:

35
36

N
n= 2
1+ N (d )

146
n=
1+ 146 ( 0,05 )
2

146
n=
1+ 146(0,0025)

146
n=
1+ 0,36

n = 107

Jadi besar sample yang diperlukan dalam penelitian ini berjumlah 107

sampel mahasiswa.

2. Teknik Sampel

Sampel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling didasari pada suatu pertimbangan tertentu

yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan dari ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dan di dalam penelitian ini

yang menjadi pertimbangan peneliti sendiri adalah dari kriteria inklusi

populasi mahasiswa baru yang telah mengikuti ujian CBT.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun2019

yang akan melakukan ujian CBT.

b. Mahasiswa baru yang bersedia menjadi responden.

c. Mengerti cara operasional pengisian CBT.


37

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Mahasiswa baru yang sakit atau dalam masa pengobatan.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah efikasi diri.

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan.

3.6 Definisi Operasional

Untuk memudahkan pelaksanan penelitian ini dan agar penelitian tidak

terlalu luas maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Ala Cara Ukur Hasi Ukur Skala


operasional tukur Ukur
Independen
uatu keyakinan
Efikasi Diri seseorang terhadap Kuesioner Melakukan Skor kuesioner: Numerik
kemampuan General pengisian 0 : 13 – 26: rendah
dirinya untuk self- kuesioner 1 : 27 – 40: sedang
melaksanakan efficacy GSE yang 2 : 41 – 54: tinggi
tugas, mencapai (GSE) berjumlah14
tujuan, atau item
mengatas pertanyaan
irintangan.
Dependen

Kecemasan Adalah gangguan Kuesioner Melakukan Skor kuesioner:


alam perasaan kecemasa pengisian 0 : 0 – 13= tidak ada Numerik
yang ditandai n HRS-A kuesioner 1 : 14 – 20= ringan
dengan perasaan (Hamilton HRS-A 2 : 21 – 27= sedang
ketakutan atau Rating 3 : 28 – 41= berat
kekhawatiran
Scale for
yang mendalam
Anxiety)
dan berkelanjutan
38

3.7. Pengumpulan Data


3.7.1 AlatPengumpulan Data

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan seseorang apakah

ringan, sedang, berat, atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrumen)

yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat

ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci

lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala

diberi penilaian angka (score) antara 0 sampai 4, yang artinya adalah:

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

Nilai 1 = gejala ringan

Nilai 2 = gejala sedang

Nilai 3 = gejala berat

Nilai 4 = gejala berat sekali

Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok tersebut dijumlahkan

dan dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:

Gejala yang dirasakan


x 100 %
Jumlah gejalatiap kelompok gejala

Tabel 3.2 Interprestasi Skor Tingkat Kecemasan

Skor Gejala
0 Tidak ada gejala yang timbul pada tiap kelompok gejala
1 1% - 25% gejala yang timbul pada tiap kelompok gejala
2 26% - 50% gejala yang timbul pada tiap kelompok gejala
3 51% - 75% gejala yang timbul pada tiap kelompok gejala
4 76% - 100% gejala yang timbul pada tiap kelompok gejala
39

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter

(psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya. Masing-

masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan

dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan

seseorang, yaitu:

Total Nilai (score): 0 – 13 = tidak ada kecemasan

14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 41 = kecemasan berat

>41 = kecemasan berat sekali

Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A ini bukan dimaksudkan untuk

menegakkan diagnose gangguan cemas. Diagnosa gangguan cemas

ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh dokter (psikiater), sedang kan untuk

mengukur derajat berat ringannya gangguan cemas itu digunakan alat ukur

HRS-A. (Hawari, 2011).

Efikasi diri pada penelitian ini diukur dengan menggunakan alat

berupa kuesioner general self-efficacy (GSE), yang diambil dari penelitian

sebelumnya oleh Ishtifa (2011). Pembuatan kuesioner GSE pada penelitian

sebelumnya, berlandaskan kuesioner yang dibuat oleh Matthias Jerusalem

dan Ralf Schwarzer yang berdasar pada teori Bandura. Pertanyaan dalam

kuesioner ini terdiri dari item favorable dan unfavorable dengan skala

pengukuran yang digunakana dalahm odel Likert. Sehingga teknik

pemberian skor pada kuesioner GSE ini dapat dilihat dalam table berikut:
40

Tabel 3.3 Teknik pemberian skor pada kuesioner GSE

Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable


SS (sangat sesuai) 4 1
S (sesuai) 3 2
TS (tidak sesuai) 2 3
STS (sangat tidak sesuai) 1 4

Kuesioner GSE dibuat berdasarkan tiga dimensi efikasi diri yaitu

magnitude, strength, dan generality, selanjutnya dikelompokkan menjadi

item pertanyaan favorable dan unvaforable.

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan content validity yang dapat

menggambarkan kesesuian sebuah pengukur data dengan apa yang diukur

(Ferdinand, 2006). Adapun kriteria penilaian uji validitas adalah:

a. Apabila r hitung> r table, maka dapat dikatakan item pada kuesioner

tersebut valid.

b. Apabila r hitung< r table, maka dapat dikatakan item pada.kuesioner

tersebut tidak valid.

Sedangkan cara menguji validitas kuesioner dilakukan dengan menghitung

nilai korelasi antara data pada tiap-tiap pertanyaan dengan skor total

menggunakan rumus teknik korelasi produk moment yaitu sebagai berikut:

N Σ xy − (ΣxΣy)
r=
NΣx² − (Σx) ² [NΣy2 −Σy2 ]

Dimana:

r = koefisien korelasi y = skor total

n = jumlah responden x = skor pertanyaan


41

b. Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini cara yang digunakan penulis untuk menguji reliabilitas

kuesioner dengan menggunakan rumus keofisien Alpha Cronbach, yaitu :

a. Apabila hasil koefisien Cronbach Alpha > taraf signifikansi 60% atau 0,6

maka kuesioner tersebut reliable.

b. Apabila hasil koefisien Cronbach Alpha <taraf signifikansi 60% atau 0,6

maka kuesioner tersebut tidak reliable.

3.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengisian

lembar kuesioner secara langsung diisi oleh responden yang bersedia menjadi

responden dan pada saat pengisian kuesioner dalam keadaan setelah

menghadapi ujian CBT di Universitas Malahayati kemudian data langsung

dikumpulkan pada hari itu juga.

3.8. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dengan melalui 4 tahap yaitu sebagai berikut:

1. Editing

Kegiatan untuk melakukan pengecekan isian jawaban responden apakah sudah

lengkap, jelas dan relevan.

2. Coding

Kegiatan data merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka

atau bilangan untuk mempermudah entry data.

3. Processing
42

Proses pengentryan data dari kuesioner ke program komputer agar dapat

dianalisis.

4. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang dientri ke dalam computer tidak

terdapat kesalahan.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat

yang dilakukan pada masing-masing variable dan untuk menilai

karakteristik responden penelitian. Hasil analisis ini nanti nya

akan memberikan gambaran deskripsi dari variabel-variabel yang diteliti.

Kemudian hasil analisi disajikan secarat ekstular, tabular, grafikal.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variable bebas dengan variable terikat dengan

menggunakan uji statistic ya itu uji pearson product moment merupakan uji

parametrik (distribusi data normal) yang digunakan untuk mencari

hubungan duavariab elatau lebih, namun bila distribusi data tidak normal

dapat digunakan ujistatistik non parametric uji spearman. (Notoatmodjo,

2010).
43

3.10 Alur Penelitian

Mahasiswa baru Kedokteran


Universitas Malahayati

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Melakukan pengukuran efikasi diri dengan kuesioner GSE


dan tingkat kecemasan menggunakan kuesioner HRS-A
pada mahasiswa baru tahun 2019 yang mengikuti CBT

Mengolah data yang didapatkan dari mengukur


efikasi diri dan tingkat kecemasan pada mahasiswa
baru tahun 2019 yang mengikuti ujian CBT

Pembuatan laporan
44

Gambar 3.1 Alur Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Malahayati Bandar Lampungpada

bulan Oktober tahun 2019. Data diambil dari pengisian lembar kuesioner secara

langsung diisi oleh responden yang bersedia menjadi responden, untuk responden

atau sampel menggunakan tehnik Purposive sampling yang didasari pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Data dalam penelitian ini

diolah menggunakan analisis univariat untuk menjabarkan distribusi frekuensi

sampel penelitian, kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat yang dilakukan

untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen

dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions)

Berikut ini hasil penelitian dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang

terdiri atas serta hasil dari uji variabel independent dan variabel dependen.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 47 42.8
Perempuan 63 57.2
Total 110 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden dari peserta yang

mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas

44
45

Malahayati tahun 2019yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 47 peserta

(42.8%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 63 peserta (57.2%). yang

berarti responden pada penelitian ini lebih didominasi oleh perempuan.

2. Usia
Data frekuensi responden berdasarkan usia, disajikan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi usia


Usia Frekuensi Persentase (%)
16 – 18 Thn 85 72.3
>18 Thn 25 22.7
Total 110 100

Dari tabel 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang

berusia 16-18 tahun lebih mendominasi dengan jumlah frekuensi 85

responden (72,3%)dari seluruh jumlah responden yang berjumlah 110

mahasiswa.

4.2.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menilai dan

mengetahui karakteristik responden penelitian pada masing-masing variabel.

Hasil analisis ini nantinya akan memberikan gambaran deskripsi dari

masing-masing variabel yang diteliti.

1. Efikasi Diri

Pada penelitian ini didapatkan data frekuensi efikasi diri pada

mahasiswa baru yang mengikuti ujian CBT di Universitas Malahayati

Bandar lampung tahun 2019.

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:


46

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Efikasi Diri

Efikasi diri Frekuensi Presentase (%)

Rendah (13-26) 0 0

Sedang(27-40) 2 1.8

Tinggi(41-54) 108 98.2

Total 110 100

Dari tabel 4.3 dapat dilihat sebagian besar efikasi diri dari peserta

yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati tahun 2019 adalah kelompok efikasi diri tinggi

sebanyak 108 orang (98.2%).

2. Tingkat Kecemasan

Pada penelitian ini didapatkan data frekuensi tingkat kecemasan pada

mahasiswa baru yang mengikuti ujian CBT di Universitas Malahayati

Bandar lampung tahun 2019.

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan

Kecemasan Frekuensi Persentase(%)


Tidak ada (0-13) 43 39.1
Ringan (14-20) 63 57.3
Sedang (21-27) 4
3.6
Berat (28-41) 0 0
Berat sekali (>41) 0
0
Total 110 100
47

Dari tabel 4.5 dapat dilihat hasil yang lebih dominan sebagian besar

tingkat kecemasan dari peserta yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa

baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019 adalah

kelompok ringan sebanyak 63orang (57.3%), sedangkan untuk yang paling

rendah ditemukan pada penelitian ini adalah kecemasan sedang yaitu

sebanyak 4 orang (3.6%).

4.2.3 Uji Normalitas

Tabel 4.5 Analisis Uji Normalitas Efikasi diri dan Kecemasan

Variabel penelitian Statistic Df Sig.

Self-efficacy 0.097 110 0.013

Kecemasan 0.088 110 0.035

Dari hasil uji normalitas diatas terlihat bahwa efikasi diri dari peserta yang

mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas

Malahayati tahun 2019 memiliki nilai 0.013 sedangkan kecemasan diri dari

peserta yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati tahun 2019 memiliki nilai 0.035 Hal ini menunjukkan

bahwa P-value lebih kecil dari α= 0,05. Dapat disimpulkan bahwa efikasi diri

dan kecemasan berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Dari hasil

uji normalitas di atas maka uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi

Spearman’s dengan nilai alpha 0,05 yang berarti apabila nilai p < 0,05 maka

terdapat hubungan yang bermakna antar kedua variabel (H0 ditolak) dan apabila

nilai p > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna (H 0 diterima). Dalam

penelitian ini dicari pula nilai keeretan korelasi untuk melihat kekuatan hubungan

antar variabel.
48

4.2.4 Analisis Bivariat

Tabel 4.6 Hasil Uji Bivariat Hubungan antara Efikasi Diri Terhadap Tingkat
Kecemasan

Variabel Median (min-max) P-value Nilai r

Efikasi diri 55 29-71 0.011 -0.161

Kecemasan 15 3-39

Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat dari hasil uji signifikansi korelasi

Spearman’s antara hubungan efikasi diri dengan tingkat kecemasan dari

peserta yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019 diperoleh P-value adalah

0.011 atau p< 0.05 yang artinya hubungan positif antara efikasi diri dengan

kecemasan menghadapi ujian CBT Jadi hipotesis dalam penelitian ini

terbukti dan diterima. Dan untuk nilai korelasi r = -0.161, artinya kekuatan

korelasi negatif yang dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri

maka semakin rendah tingkat kecemasan mahasiswa dalam ujian CBT.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden perempuan lebih

banyak dari laki-laki. Jumlah ini dapat dipengaruhi oleh total seluruh

responden yang secara keseluruhan lebih banyak perempuan. Mengacu pada


49

penelitian yang dilakukan oleh Ishtifa (2011) di Universitas Islam Negeri

Jakarta dalam efikasi diri diketahui 2008 responden penelitian, 119

responden adalah perempuan. Pendapat Suyanto (2018) menunjukkan

bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor yang menentukan kecemasan

dalam menghadapi ujian OSCE tetapi dapat menjadi faktor pendorong

terjadinya kecemasan pada siswa.

2. Usia

Usia responden penelitian diketahui banyak responden yang berumur

16-18 tahun (72,3%). Reponden termasuk kedalam usia remaja pertengahan

dan dewasa awal. Hurlock (2003) dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun

sampai umur 40 tahun, saat perubahan fisik dan psikologis yang menyertai

berkurangknya kemampuan reproduktif. Umur juga bisa mempengaruhi

kecemasan. Pendapat yang relevan menyatakan bahwa kriteria diagnostik

seseorang mengalami gangguan kecemasan pada umumnya adalah berusia

18 tahun atau lebih (Ramaiah, 2007).

4.3.2 Efikasi Diri

Dari hasil penelitian di atas menunjukkan sebagian besar efikasi diri

dari peserta yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019 adalah kelompok efikasi diri

tinggi sebanyak 108 orang (98.2%). Dan untuk efikasi diri sedang sebanyak

2 orang (1,8%) , sedangkan untuk efikasi rendah dan tinggi sekali tidak ada.

Patton (1998), menjelaskan efikasi diri adalah keyakinan terhadap

diri sendiri dengan penuh optimisme serta harapan untuk dapat

memecahkan masalah tanpa rasa putus asa. Ketika individu dihadapkan


50

pada stress yang akan timbul maka efikasi dirinya meyakinkan akan

terjadinya reaksi terhadap suatu situasi atara reaksi emosi dan usahanya

dalam menghadapi kesukaran. Efikasi diri yang dimiliki individu itu dapat

membuat individu mampu untuk menghadapi berbagai situasi. Kreitner &

Kinicki, efikasi diri adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya

untuk berhasil mencapai tugas tertentu.

Menurut Bandura (1997), efikasi diri berhubungan dengan keyakinan

seseorang untuk mempergunakan kontrol pribadi pada motivasi, kognisi,

afeksi pada lingkungan sosialnya. Efikasi diri adalah keyakinan bahwa

seseorang mampu melaksanakan tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi

rintangan. Selanjutnya Bandura (1997) menjelaskan bahwa individu

cenderung menghindari atau bahkan lari dari situasi yang diyakini bahwa

individu tidak mampu untuk menghadapinya. Alwisol mengartikan bahwa

efikasi diri sebagai persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat

berfungsi dalam situasi tertentu , efikasi diri berhubungan dengan

keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang

diharapkan.

4.3.3 Kecemasan

Dari hasil penelitian di atas menunjukkan sebagain besar tingkat

kecemasan mahasiswa yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019adalah kelompok

ringan sebanyak 63 orang (57,3%) dan untuk kecemasan sedang sebanyak 4

orang (3.6%), sedangkan sebanyak 43 orang (39.1%) tidak mengalami


51

kecemasan, sedangkan tidak ditemukan mahasiswa dengan kecemasan berat

dan berat sekali.

Kecemasan itu sendiri merupakan terganggunya diri individu berupa

ketakutan yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu yang akan terjadi

dengan diikuti beberapa gangguan fisik maupun psikis. Dalam hal ini siswa

sering mengalami kecemasan ketika siswa mengalami konflik dalam

menghadapi persoalan akademik. Konflik tersebut muncul akibat dari

ketidak sesuaian antara apa yang diharapkan oleh siswa dan kenyataan yang

terjadi pada siswa dalam menyelesaikan tugas akademik. Sehingga dalam

hal ini siswa merasa tertekan dalam menyelesaikan persoalan akademik.

Persoalan akademik tersebut yang menimbulkan kecemasan. Kecemasan

sering muncul pada seseorang saat menghadapi ujian, bahkan dapat

mengganggu aspek psikis, fisik maupun sosial siswa. Sehingga hal ini dapat

mempengaruhi kegiatan belajar seseorang dan mempengaruhi seseorang

yang sedang menghadapi ujian. Ketika gangguan ini muncul pada

seseorang, kecemasan dan ketakutan yang dirasakan biasanya berhubungan

dengan prestasi mereka. Seseorang terus menerus merasa khawatir jika

tidak dapat melakukan tugas dengan baik, bahkan seseorang merasa

khawatir pada situasi ketika siswa dievaluasi. (Halgin &Whitbourne, 2010).

Mekanisme terjadinya kecemasan akibat gangguan fisik 24

Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmmiter

Gamma Aminobutyric Acid (GABA), yang mengontrol aktifitas neuron di

bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran ansietas. Mekansime kerja

terjadinya ansietas diawali dengan penghambatan neurotransmmiter di otak


52

oleh GABA. Ketika bersilangan di sinaps dan mencapai atau mengikat ke

reseptor GABA di membran postsinaps, maka saluran reseptor terbuka,

diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi penghambatan atau

reduksi sel yang dirangsang dan kemudian sel beraktifitas dengan lamban.

Mekanisme biologis ini menunjukkan bahwa ansietas terjadi karena adanya

masalah terhadap efisiensi proses neurotransmmiter. Neurotransmiter

sendiri adalah utusan kimia khusus yang membantu informasi bergerak dari

sel saraf ke sel saraf. Jika neurotransmitter keluar dari keseimbangan, pesan

tidak bisa melalui otak dengan benar. Hal ini dapat mengubah cara otak

bereaksi dalam situasi tertentu, yang menyebabkan kecemasan.

Kecemasan pada kadar yang rendah memberikan dampak postif bagi

seseorang yaitu membantu individu untuk bersiaga mengambil langkah-

langkah mencegah bahaya atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut.

Misalnya, cemas mendapat nilai buruk membuat siswa belajar keras dan

mempersiapkan diri menghadapi ujian. Sedangkan kecemasan pada kadar

yang tinggi justru akan sangat mengganggu. Misalnya kecemasan

berlebihan saat akan ujian justru membuat siswa mengalami blocking dan

tidak bisa menjawab pertanyaan ujian. (Fitri Fausiah & Julianti Widury,

2005).

Kecemasan pada individu ini lebih disebabkan karena individu

kurang yakin dengan kemampuan mereka sendiri. Kondisi kurang yakin

pada diri sendiri atau kurang percaya diri ini mempunyai hubungan dengan

motivasi seseorang dan motivasi itu tergantung dari kemampuan seseorang


53

dalam mempergunakan kontrol pribadinya. Kemampuan seseorang dalam

mempergunakan kontrol pribadinya disebut efikasi diri.

4.3.4 Hubungan Efikasi Diri Dengan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi

Ujian CBT pada Mahasiswa Baru di Fakultas Kedokteran Universitas

Malahayati tahun 2019

Dari analisa efikasi diri terhadap kecemasan dengan menggunakan uji

Korelasi Spearman’s didapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan

antara efikasi diri dengan kecemasan dengan diperoleh nilai p-value= -

0.011. Didapatkan nilai median 54.00, standar deviation 6.221, nilai

minimum 29, dan nilai maksimum 71 untuk efikasi diri dan didapatkan nilai

median 15.00 standar deviation 6.260, nilai minimum 3, dan nilai

maksimum 39 untuk tingkat kecemasan. Dengan hasil penelitian tersebut,

memiliki keterkaitan rendah dan mempunyai arah korelasi negatif yang

dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri maka semakin rendah

tingkat kecemasan seseorang.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

hara (2014) pada siswa kelas ixdi MTS Al Hikmah Brebes dimana ada

hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan dalam

menghadapi ujian. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

Supriyati, Octa Reni Setiawati dan Sandayanti (2019) dengan judul

“Hubungan antara Self-efficacy dengan kelulusan retaker UKMPPD di

Universitas Malahayati” dimana ada hubungan yang sangat signifikan

antara self-efficacy dan lulus ujian kompetensi profesional di Universitas

Malahayati, Bandar Lampung.


54

Dan temuan yang diperoleh dalam penelitian di atas juga sesuai

dengan pendapat Nevid dkk (2005), bahwa kecemasan adalah suatu keadaan

emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang

yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang

buruk akan terjadi. Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Haber dan

Runyon.

Untuk mengatasi kecemasan mahasiswa yang timbul dalam

menghadapi ujian CBT, perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi atau menyebabkan mahasiswa mengalami gangguan

kecemasan. Menurut Sarason, dkk (dalam Wulandari, 2015) ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan yaitu keyakinan diri (self-

efficacy), dukungan sosial, dan modelling. Hal yang sama juga

dikemukakan menurut Nevid, dkk (2005:196) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi gangguan kecemasan diantaranya : kurangnya dukungan

sosial dan self-efficacy yang rendah.

Bandura (1997:3) menjelaskan “Perceived self efficacy refers to be

liefsin one’s capabilities to organize andexcute the courseof action required

top roducegiven attainments”. Self-efficacy atau efikasi diri merupakan

persepsi individu akan keyakinan kemampuannya melakukan tindakan yang

diharapkan. Keyakinan efikasi diri mempengaruhi pilihan tindakan yang

akan dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan

hambatan atau kesulitan.

Self-efficacy sangat mempengaruhi mekanisme perilaku manusia. Jika

seorang yakin mempunyai keyakinan untuk menghasilkan sesuatu yang


55

diinginkannya maka orang tersebut akan berusaha untuk mencapainya.

Akan tetapi jika seorang tidak mempunyai keyakinan akan kemampuannya

untuk menghasilkan sesuatu maka dia tidak akan berusaha untuk

mewujudkannya. Self- efficacy juga mempengaruhi besar usaha dan

ketahanan individu dalam menghadapi kesulitan. Mahasiswa dengan self-

efficacy yang tinggi memandang tugas-tugas sulit sebagai tantangan untuk

menghadapinya dari pada sebagai ancaman untuk dihindari.

Dari data yang diperoleh peserta yang mengikuti ujian CBT terlihat

bahwa kecenderungan peserta yang mengalami kecemasan berada pada

kelompok tidak mengalami kecemasan sebanyak 43 orang (39,1%) dan

mengalami kecemasan ringan sebanyak 63 orang (57.3%), sedangkan yang

mengalami kecemasan sedang sebanyak 4 orang (3.6%) dan tidak ada yang

mengalami kecemasan berat dan kecemasan berat sekali.

Kecemasan menghadapi ujian CBT muncul karena mahasiswa berfikir

bahwa adanya ancaman akan kegagalan di dalam mengikuti ujian. Smith

(2008) menyatakan bahwa kecemasan adalah dalam bentuk rasa khawatir

dan perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan ini

disertai oleh ketidakyakinan diri dan tidak mampu menghadapi masalah.

Sehingga dapat dikatakan bahwa efikasi diri mempengaruhi kecemasan

yang dimiliki seseorang. Efikasi diri merupakan kunci utama seseorang

untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan. Efikasi

diri memampukan seseorang mengatasi tantangan baru, meyakini diri

sendiri dalam situasi sulit melewati batasan yang menghambat,

menyelesaikan hal yang belum pernah orang tersebut lakukan dan


56

mengeluarkan bakat serta kemampuan sepenuhnya. Efikasi diri memberi

seseorang keberanian untuk tidak mengkhawatirkan akibat kegagalan.

(perry, 2005). Selain itu seseorang yang memiliki efikasi diri juga akan

terhindar dari kecemasan menghadapi semua tantangan hidup diantaranya

ujian CBT karena dia yakin akan kemampuan dirinya.

Dari penelitian ini peneliti berpendapat bahwa efikasi diri memiliki

pengaruh penting terhadap kecemasan yang dialami oleh seseorang. Dengan

efikasi diri yang tinggi seseorang tidak akan mengalami kecemasan, terlebih

orang tersebut akan yakin berhasil dalam menempuh ujian. Dari penelitian

di atas peserta yang mengikuti ujian CBT sebagian besar sudah dapat

mengendalikan ketiga aspek yaitu dari segi faktor internal pengalaman,

respon terhadap stimulus (Efikasi diri) dan Usia sehingga didapatkan hasil

tingkat kecemasan peserta yang mengikuti ujian CBT banyak berada pada

kategori tidak ada.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan

pengambilan data atau membagikan quesioner kepada calon responden

disaat yang kurang tepat yang berujung pada ketidak fokusan dan kurangnya

pengawasan peneliti yang dibantu oleh teman peneliti sendiri dalam

mengawasi dan memberikan arahan kepada responden agar bisa mengisi

quesioner sesuai dengan yang diharapkan.

Peneliti seharusnya menanyakan kepada calon responden apakah

sebelumnya sudah pernah atau belum melaksanakan ujian CBT agar lebih

menyingkirkan mana yang mempunyai pengalaman ujian CBT dan mana


57

yang belum mempunyai pengalaman ujian CBT karena yang sudah

mempunyai pengalaman mempengaruhi faktor efikasi diri yang lebih tinggi

tinggi.

\
58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat

diambil kesimpulan mengenai hubungan Efikasi diri dengan kecemasan dalam

menghadapi ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran

Univeristas Malahayati tahun 2019 sebagai berikut:

1. Diketahui efikasi diri dari peserta yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa

baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019 adalah

kelompok tinggi sebanyak 108 orang (99.2 %).

2. Diketahui tingkat kecemasan dari peserta yang mengikuti ujian CBT pada

mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019

adalah kelompok ringan sebanyak 63 orang (57.3%).

3. Diketahui “hubungan bermakna antara efikasi diri dengan tingkat kecemasan

pada mahasiswa baru Universitas Malahayati dalam menghadapi ujian CBT

tahun 2019”. Nilai korelasi r = -0.161, artinya kekuatan korelasi penelitian ini

memiliki keterkaitan rendah dan mempunyai arah korelasi negatif yang dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri maka semakin rendah tingkat

kecemasan seseorang.

5.2 Saran
59

5.2.1 Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan untuk Universitas Malahayati mengenai

pentingnya menanggulangi kecemasan, karena pada peserta yang akan

menjalani ujian CBT terutama pada mahasiswa baru yang mana baru

pertama kali mengikuti ujian CBT masih banyak yang mengalami

kecemasan, karena dapat menggangu konsentrasi para peserta ujian sehingga

memungkinkan mempengaruhi hasil ujian tersebut, oleh sebab itu

diharapkan bagi institusi agar dapat memberikan pelatihan-pelatihan kepada

mahasiswa yang akan menempuh ujian.

5.2.2 Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapkan terus mengelola dengan baik dan

mempertahankan self-efficacy agar dapat terhindar dari faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi kecemasan, sehingga dapat menghadapi tuntutan yang

beragam seiring dengan perkembangan kehidupan perkuliahan sehingga

dapat menjalani perkuliahan dengan baik terutama dalam menghadapi ujian.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempersiapkan diri

dalam proses pengambilan dan pengumpulan data dengan mencari waktu

yang tepat. Hasil penelitian ini belum sempurna dan masih memiliki

kekurangan. Peneliti kurang melakukan kontrol terhadap pengambilan

subjek penelitian dikarenakan kurang memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi dan tidak dapat melakukan pengawasan langsung pada

semua subjek penelitian, karena keterbatasan yang dimiliki peneliti dan

responden. Data sebaiknya didapatkan secara langsung dari responden


60

dalam satu waktu untuk menilai kejujuran serta, subjektivitas pada subjek

penelitian dalam mengisi kuisioner penelitian agar nantinya bisa

mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Audith M. Turmudhi. 2004. Kecemasan Menghadapi Ujian Sekolah.


Kedaulatan Rakyat (26 Maret 2004).

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang: PT. UMM


Press

Bandura, Albert.. Self-Efficacy The Exercise of Control. United


States of America: W.H Freeman and Company.

Baron, Robert A & Byrne, Donn.004. Psikologi Sosial (Jilid 1 Edisi


Kesepuluh). (Alih bahasa: Dra. Ratna Djuwita). Jakarta: Erlangga

Feist, Jess & Feist, Gregory J. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta:


Salemba Humanika. ( Buku 1,2 )

Fitri Fausiah & Julianti Widury. 2005. Psikologi Abnormal Klinis


Dewasa. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Hawari D. 2011. Psikometri alat ukur (skala) kesehatan jiwa. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hastono. 2007. Analisa Data ; FKMUI. Edisi II. Jakarta.

Halgin, Richard P & Whitbourne, Susan Krauss. 2010. Psikologi


Abnormal: Perspektif Klinis Pada Gangguan Psikologis. Jakarta:
Salemba Humanika. (Edisi 6, Buku 1).

I Gede Tresna. 2011. Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik


Desensitisasi Sistematis Untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi
Ujian. Jurnal UPI (Nomor 1 tahun 2011).

John Daintith, "Computer-Aided Testing." A Dictionary of Computing,


2004, Retrieved May 31, 2011 from Encyclopedia.com:
http://www.encyclopedia.com/doc/1O11-computer-aided-testing.html,

Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo. 2003. Organizational Behavior


(Terjemahan) Buku 1, edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat

Luthans, F.2005. Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill


Companies.

Mungin Eddy Wibowo. 2012. Kondisi Psikologis Siswa Dalam


Menghadapi Ujian Nasional (Cara Mengatasinya). Abkin.org.

Nevid, Jeffreys., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. 2005.


Psikologi Abnormal/ Edisi Kelima/ Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Nurhidayah, R. E. 2011. Pendidikan Keperawatan, Pendekatan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Medan : USU Press

Notoadmojo S. 2012. Metodelogi penelitian kesehatan. Rineka cipta :


Jakarta.

Prakoso. 1996. Cara Penyampaian Hasil Belajar Untuk Meningkatkan


Self Efikasi Mahasiswa. Jurnal Psikologi. No.2

Patton, Patricia. 1998. EQ Kecerdasan Emosional. Jalan Menuju


Kebahagiaan dan Kesejahteraan. Jakarta: Mitra Media.

Sadock, B. J. & Virginia A.S. 2010.Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2.


Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Stuart, & Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta :
EGC.

Sri Lestari, Computer Based Testing, from


http://srifisika.wordpress.com/2010/07/30/- computer-based-testing-cbt-
2/

Supriyati, Octa Reni Setiawati ,& Vira Sandayanti Hubungan antara self-
efficacy (keyakinan kemampuan diri) dengan kelulusan retaker
UKMPPD di Universitas Malahayati

Ibrahim,A. S.(2012). Panik Neurosisdan Gangguan Cemas. Jelajah


Nusa:Tangerang.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Pembimbing
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Presurvey Penelitian
Lampiran 4 Surat Bebas Plagiat
Lampiran 5 Surat Pernyataan Lulus dan Perbaikan Proposal
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian
Lampiran 7 Surat Keterangan Kelaiakan Etik
Lampiran 8 Data Analisis SPSS

Frequencis

Statistics

kesemasan Efikasi_diri

N Valid 110 110

Missing 0 0

Frequency Table
usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 16-18 85 77.3 77.3 77.3

>18 25 22.7 22.7 100.0

Total 110 100.0 100.0

jenis_kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid perempuan 63 57.3 57.3 57.3

laki-laki 47 42.7 42.7 100.0

Total 110 100.0 100.0


kesemasan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak ada 43 39.1 39.1 39.1

ringan-sedang 67 60.9 60.9 100.0

Total 110 100.0 100.0

Efikasi_diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sedang 2 1.8 1.8 1.8

Tinggi 108 98.2 98.2 100.0

Total 110 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Efikasi_diri * kesemasan 110 100.0% 0 .0% 110 100.0%


Efikasi_diri * kesemasan Crosstabulation

kesemasan

tidak ada ringan sedang Total

Efikasi_diri Sedang Count 1 1 0 2

% within Efikasi_diri 50.0% 50.0% .0% 100.0%

% within kesemasan 2.3% 1.6% .0% 1.8%

% of Total .9% .9% .0% 1.8%

Tinggi Count 42 62 4 108

% within Efikasi_diri 38.9% 57.4% 3.7% 100.0%

% within kesemasan 97.7% 98.4% 100.0% 98.2%

% of Total 38.2% 56.4% 3.6% 98.2%

Total Count 43 63 4 110

% within Efikasi_diri 39.1% 57.3% 3.6% 100.0%

% within kesemasan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 39.1% 57.3% 3.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .102a 1 .750

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .099 1 .753

Fisher's Exact Test 1.000 .631

Linear-by-Linear Association .101 1 .751

N of Valid Casesb 110

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Efikasi_diri .98 .134 110

Kesemasan .61 .490 110

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .030 .098 .316 .752c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .030 .098 .316 .752c

N of Valid Cases 110


Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Efikasi_diri .98 .134 110

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Efikasi_diri (sedang


1.571 .096 25.807
/ tinggi)

For cohort kesemasan = tidak ada 1.286 .315 5.245

For cohort kesemasan = ringan-


.818 .203 3.298
sedang

N of Valid Cases 110

Correlations

Efikasi_diri kesemasan

Efikasi_diri Pearson Correlation 1 .030

Sig. (2-tailed) .752

Sum of Squares and Cross-products 1.964 .218

Covariance .018 .002


N 110 110

Kesemasan Pearson Correlation .030 1

Sig. (2-tailed) .752

Sum of Squares and Cross-products .218 26.191

Covariance .002 .240

N 110 110

Nonparametric Correlations
Correlations

Efikasi_diri kesemasan

Spearman's rho Efikasi_diri Correlation Coefficient 1.000 .030

Sig. (2-tailed) . .752

N 110 110

kesemasan Correlation Coefficient .030 1.000

Sig. (2-tailed) .752 .

N 110 110
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor_efikasi .097 110 .013 .965 110 .006

skor_HARS .088 110 .035 .969 110 .011


Lampiran 9 Kuesioer Penelitian

INFORMED CONSENT

Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur : Tahun

Menyatakan bersedia menjadi responden, kepada:

Nama : Muhammad Husni Hamdani

Instansi : Program Studi Kedokteran Universitas malahayati

Untuk melakukan penelitian dengan judul ‘’HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN
DALAM MENGHADAPI UJIAN CBT PADA MAHASISWA BARU DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2019’’.Saya akan memberikan yang sebenar-benarnya demi
kepentingan penelitian ini.

Bandar Lampung, Oktober 2019

Peneliti Responden

Muhammad Husni Hamdani (.....................................)

1. Responden

a. Apakah mahasiswa sedang sakit ? Ya/Tidak

b. Apakah mahasiswa sedang dalam perawatan psikiater ? Ya/Tidak

c. Apakah Mahasiswa baru Fakultas kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019? Ya/Tidak

d. Apakah Mahasiswa yang hadir pada saat pembagian kuesioner? Ya/Tidak

e. Apakah Mahasiswa yang bersedia mengisi kuesioner dan mengumpulkan kuesioner? Ya/Tidak

Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda, karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai
dengan diri Anda, dan tidak ada jawaban yang dianggap salah. Jawaban Anda akan dijamin kerahasiaannya,
maka jawablah dengan jujur. Setelahselesai menjawab semua pertanyaan, harap untuk langsung
mengembalikannya kepada peneliti.

Kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

 Cara mengisi kuesioner


√ : sesuai apa yang di rasakan responden

No Gejala Kecemasan √

1 Perasaan cemas (ansietas)

a. Cemas

b. Firasat buruk

c. Takut akan pikiran buruk

d. Mudah tersinggung

2 Ketegangan

a. Merasa tegang

b. Lesu

c. Tidak bisa istirahat tenang

d. Mudah terkejut

e. Mudah menangis

f. Gemetar

g. Gelisah

3 Ketakutan

a. Pada gelap

b. Pada orang asing

c. Ditinggal sendiri

d. Pada binatang besar

e. Pada keramaian lalu lintas

f. Pada kerumunan orang banyak

4 Gangguan Tidur

a. Sulit untuk tidur

b. Terbangun malam hari

c. Tidur tidak nyenyak

d. Bangun dengan lesu


e. Banyak mimpi-mimpi

f. Mimpi buruk

g. Mimpi menakutkan

5 Gangguan kecerdasan

a. Sulit konsentrasi

b. Daya ingat menurun

c. Daya ingat buruk

6 Perasaan Depresi

a. Hilangnya minat

b. Berkurangnya kesenangan pada hobi

c. Sedih

d. Bangun dini hari

e. Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7 Gejala somatik (otot)

a. Sakit dan nyeri di otot-otot

b. Kaku

c. Kedutan otot

d. Gigi gemerutuk

e. Suara tidak stabil

8 Gejala somatik (sensorik )

a. Tinnitus (telinga berdenging)

b. Penglihatan kabur

c. Muka merah atau pucat


d. Merasa lelah
e. Perasaan ditusuk-tusuk

9 Gejala kardiovaskular

a. Takikardi (denyut jantung cepat)

b. Berdebar-debar

c. Nyeri di dada

d. Denyut nadi mengeras

e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan


f. Detak jantung menghilang (berhenti sekejab)

10 Gejala respiratori (pernafasan)

a. Rasa tertekan atau sempit di dada

b. Rasa tercekik

c. Sering menarik nafas

d. Nafas pendek/sesak

11 Gejala gastrointestinal (pencernaan)

a. Sulit menelan

b. Perut melilit

c. Gangguan pencernaan

d. Nyeri sebelum dan sesudah makan

e. Perasaan terbakar diperut

f. Rasa penuh atau kembung

g. Mual

h. Muntah

i. Buang air besar lembek

j. Sulit buang air besar (konstipasi)

k. Kehilngan berat badan

12 Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)

a. Sering buang air kecil

b. Tidak dapat menahan air seni

c. Tidak datang bulan (tidak ada haid) (P)

d. Darah haid berlebihan (P)

e. Darah haid amat sedikit (P)

f. Masa haid berkepanjangan (P)

g. Masa haid amat pendek (P)

h. Haid beberapa kali dalam sebulan (P)

i. Menjadi dingin (frigid) (P)

j. Ejakulasi (L)

k. Ereksi melemah (L)


l. Ereksi hilang (L)

m. Impotensi (L)

13 Gejala autonom

a. Mulut kering

b. Muka merah

c. Mudah berkeringat

d. Kepala pusing

e. Kepala terasa berat

f. Kepala terasa sakit

g. Bulu-bulu berdiri

14 Tingkah laku (sikap) pada wawancara

a. Gelisah

b. Tidak tenang

c. Jari gemetar

d. Kerut kening

e. Muka tegang

f. Otot tegang / mengeras

g. Nafas pendek dan cepat

h. Muka merah

Jumlah total score

Kuesioner Efikasi Diri Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas

LEMBAR KUESIONER EFIKASI DIRI

Petunjuk :
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menggambarkantentang diri anda.
Keterangan jawaban :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
No Pertanyaan SS S TS STS
.

1 Pemecahan soal-soal yang sulit selalu berhasil bagi


saya, kalau saya berusaha.
2 Ketika seseorang akan menghambat tujuan saya,
saya akan mencari cara dan jalan lain untuk
meneruskannya.
3 Dalam situasi yang tidak terduga saya selalu tahu
bagaimana saya harus bertingkah laku.
4 Kalau saya akan berkonfrontasi dengan sesuatu
yang baru, saya tahu bagaimana saya dapat
menanggulanginya.
5 Kalau saya menghadapi kesulitan, biasanya saya
mempunyai banyak ide untuk mengatasinya.
6 Dalam kejadian yang tidak terduga, saya kira
bahwa saya akan dapat menanganinya dengan baik.
7 Apapun yang terjadi, saya akan siap menangani
masalah yang ada.
8 Keyakinan saya terhadap kemampuan diri semakin
bertambah ketika saya dapat melewati hambatan.
9 Jika saya harus bertentangan dengan sesuatu yang
baru, saya tahu bagaimana mengatasinya.
10 Keberhasilan yang saya dapatkan, karena saya
yakin akan kemampuan saya dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan.
11 Sesulit apapun kondisi yang sedang saya hadapi,
saya yakin dapat melewatinya.
12 Seberapapun banyak aktivitas yang saya lakukan,
saya yakin dapat menyelesaikan tugas di setiap
aktivitas tersebut.
13 Keputusan saya mengikuti banyak aktivitas adalah
karena saya yakin dapat melaksanakan tugas di tiap
aktivitas tersebut.
14 Pengalaman yang saya miliki membuat saya yakin
menghadapi tantangan hidup.

Sumber : Kuesioner GSE yang sudah dimodifikasi


Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 11 Biodata

BIODATA PENULIS

A. Identitas
1. Nama : Muhammad Husni Hamdani
2. NPM : 16310199
3. Agama : Islam
4. Tempat, tanggal lahir : Kotabaru, 6 Maret 1997
5. Jenis kelamin : Laki-laki
6. Alamat : Tegalrejo, Kel. Hilir Kotabaru, Kalimantan Selatan

B. Riwayat pendidikan
1. SD Negeri 1Tegalrejo
2. SMP Darul Hijrah Putera
3. SMAS Muhammadiyah 1 Yogyakarta
4. Diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2016

C. Indentitas keluarga
1. Ayah : H. Sadikin, S.Km
2. Ibu : Hj. Yuliani, S.Pd
3. Kakak : 1. Rahmat Ikhsan Perdana.

2. Ahmad Husnan Budiman

4. Adik : 1. Muhammad Hamidan Jamil

Lampiran 12 Motto dan Persembahan

MOTTO

“Janganlah membanggakan dan meyombongkan diri apa-apa


yang kita peroleh, turut dan ikutilah ilmu padi makin berisi
makin tunduk dan makin bersyukur kepada yang
menciptakan kita Allah SWT.”

(H.R.At-thabrani dan Khatib)

“BELAJAR ITU BUKANLAH HANYA UNTUK


SEBUAH UJIAN YANG AKAN DATANG, AKAN
TETAPI UJIAN ADALAH SEBAGIAN DARI
PEMBELAJARAN, JADI TERUS BELAJAR
ADALAH KEINGINAN SAYA”
PERSEMBAHAN

Puji syukur ku panjatkan pada-Mu ya Allah SWT atas besar karunia yang telah Engkau
limpahkan kepadaku dan juga kedua orang tuaku yang telah berusaha membesarkan dan
mendidikku hingga akhir studiku

Izinkan saya mempersembahkan karya ilmiah tulis ini teruntuk

Abah (Sadikin) Mamah (Yuliani) selaku kedua orang tua saya yang sangat saya cintai dan
saya hormati, inilah sebuah kado yang Husni persembahkan untuk Abah dan Mamah,
prioritas utama dalam hidupku yang selalu mendoakan, memberikan semangat, yang selalu
sabar dan berkerja keras hingga aku sampai ke titik ini. Aku tahu begitu banyak
pengorbanan kalian untuk diriku, terimakasih Abah dan Mamah ku.

Terimakasih untuk kakak-kakak ku ( Ikhsan dan Husnan) dan ading ku ( Jamil) yang selalu
memberikan dukungan serta memberikan senyuman semangat disetiap pertemuan kami yang
sangat kami manfaatkan untuk saling berbagi.

Kepada dokter pembimbing saya Sri Maria Puji Lestari, dr., M.Pd. M.Ked dan Rakhmi
Rafie, dr., M.Kes yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat kepada saya

Kepada ibu Octa Reni Setiawati, S.Psi.M.Psi sebagai penguji saya, yang telah memberikan
banyak masukkan yang bermanfaat kepada saya

Terimakasih untuk Teman-teman Lorong ku tercinta yaitu Gedung D lantai 3 yang selalu
menghiburku dengan berbagai macamnya candaan dan perjalanan yang sudah kita hadapi
bersama sehingga saya bisa terus bersemangat menyelesaikan studi saya.

Terimakasih banyak juga untuk semua anggota Keluarga besar Muhammad Squad yang
mana tanpa saya sadari membantu saya dalam pembentukan karakter saya pribadi,
terimakasih atas 3,5 tahun nya, bagi saya menjadi bagian dari kelompok Muhammad adalah
hal yang benar-benar tidak mungkin bisa saya lupakan.

saya hanya mengucapkan banyak terimakasih untuk semua yang menolongku, memberiku
semangat, yang selalu aku repotkan, semoga Allah yang akan membalas kemuliaan hati
kalian. saya mencintai semuanya, terimakasih.
Lampiran 13 Jurnal penelitian

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI


UJIAN CBT PADA MAHASISWA BARU DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2019

Muhammad Husni Hamdani 1, Sri Maria Puji Lestari 2, Rakhmi Rafie3


1
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
2
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
3
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
[email : husnihamdani17@gmail.com ]

ABSTRAK

Latar belakang: Efikasi diri adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu
bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Efikasi diri pada
mahasiswa saat akan menghadapi ujian dapat menjadi faktor penting dalam mengurangi kecemasan
mahasiswa dalam menghadapi ujian itu sendiri. Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau
keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Tujuan: Untuk
mengetahui hubungan efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi ujian CBT pada mahasiswa baru di
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019. Metode Penelitian:Jenis penelitian ini menggunakan
metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 110
responden. Cara pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Analisis bivariat menggunakan uji
statistik non parametrik Spearman’s. Hasil: Dari jumlah populasi 154 diambil 110 sampel, nilai median
55.00(sedang), nilai min-max(29-71) untuk variabel efikasi diri, sedangkan median 15.00(rendah), nilai min-
max(3-39) untuk tingkat kecemasan. Hasil analisis Bivariat uji Spearman didapatkan nilai P Value 0.011 dan
nilai r -0.161. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara efikasi diri dan tingkat kecemasan pada mahasiswa baru
di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019, dengan kekuatan korelasi rendah dan arah korelasi
negatif yaitu semakin tinggi efikasi diri maka semakin rendah tingkat kecemasan mahasiswa.

Kata kunci: Efikasi diri,Kecemasan,Ujian CBT


kepustakaan: 22 (2003-2019)

ABSTRACT
Background: Self-efficacy is one's belief in one's ability to exercise some form of control over the functioning
of that person and events in the environment. Self-efficacy of students when they are going to face an exam can
be an important factor in reducing student anxiety in facing the exam itself. Anxiety is a state of apprehension
or state of worry that complains that something bad is about to happen.Objective: to find out the relationship
between self-efficacy and anxiety levels in facing the CBT exam for new students at the medical Faculty of
Malahayati University in 2019. Methods: This type of research uses observational analytic methods with cross
sectional approach. The sample in this study were 110 respondents. How to take a sample with purposive
sampling technique. Bivariate analysis uses Spearman’s non-parametric statistical test. Results: From a
population of 154, 110 samples were taken, the median value was 55.00 (moderate), the min-max value (29-
71) for self-efficacy variables, while the median was 15.00 (low), the min-max value (3-39) for the level of
anxiety. The results of the Bivariate Spearman test obtained P value of 0.011 and r -0.161. Conclusion: There
is a relationship between self-efficacy and anxiety levels in new students at the Faculty of Medicine, University
of Malahayati in 2019, with the strength of low correlation andthe direction of negative correlation, the higher
the self-efficacy,
.Keywords: Self-efficacy, Anxiety, CBT Exam
Literature : 22 (2003-2019)
PENDAHULUAN kecemasan yang dialami kebanyakan

Kecemasan pada mahasiswa mahasiswa. Menurut Miriam Schapiro,

timbul karena adanya perasaan karena adanya rasa khawatir dengan

terancam pada suatu hal yang belum hasil yang akan dicapainya, atau

jelas. Mahasiswa yang mengalami khawatir akan medapatkan nilai yang

kecemasan disebabkan oleh kurang memuaskan (Nevid et al, 2005).

kesenjangan antara apa yang Sejak tahun 2015 Fakultas

diharapkan oleh mahasiswa dan Kedokteran Universitas Malahayati juga

kenyataan yang terjadi pada mahasiswa mulai menerapkan ujian CBT pada

terkait dengan persoalan akademik mahasiswa semester pertama. CBT

(Sadock, 2010) merupakan metode ujian dengan soal

Faktor yang dapat mempengaruhi jenis pilihan ganda tipe A (one best

kecemasan dibagi menjadi 2 klasifikasi answer) yang dilakukan dengan

ada dari faktor internal dan ada dari menggunakan program komputer,

faktor eksternal. Internal sebagai tujuannya adalah untuk menilai

contohnya adalah faktor pengalaman, kemampuan mahasiswa dalam

respon terhadap stimulus, usia, dan juga penguasaan teori yang telah di pelajari

faktor gender. Sedangkan dari faktor (Ristekdikti, 2016).

eksternal berikut contohnya adalah Mengutip dari penelitian yang

faktor dukungan keluarga dan faktor dilakukan oleh Fitri Maiziani (2016).

kondisi lingkungan (Stuart dan Ujian CBT sendiri memiliki kelebihan

Sundeen, 2007) seperti pelaksanaan yang jujur dan

Salah satu faktor munculnya bersih dari kecurangan, waktu yang bisa

kecemasan yaitu saat akan menghadapi disesuaikan dengan kebutuhan, dapat

ujian yang mana merupakan masalah dilakukan pengacakan soal, dan juga
mempermudah dalam mengoreksi diperlukan untuk mencapai hasil

jawaban. Walaupun didalamnya tertentu. Individu yang memiliki self-

mungkin masih ada kekurangan dari efficacy yang tinggi akan mengarahkan

ujin CBT seperti system error yang seseorang pada prestasi yang lebih baik

mana bisa membuat jawaban tidak dalam berbagai bidang karena self-

terdeteksi oleh sistem yang ada. efficacy akan mengaktifkan perubahan

Banyak faktor yang dapat psikologi yang mengurangi rasa sakit

mempengaruhi keberhasilan belajar dan lebih dapat mentolerir stress. Self-

mahasiswa pada mahasiswa, efficacy sebagai kepercayaan akan

diantaranya adalah lamanya waktu kemampuan seseorang dalam skenario

belajar, lingkungan tempat tinggal, Self tertentu seperti percaya pada

efficacy, banyaknya tanggungan kemampuan mereka untuk melakukan

keluarga, Intelligent Quotient (IQ), suatu tugas atau belajar diberi

kondisi tempat kuliah, dan sarana informasi. Self-eficacy adalah perasaan

belajar yang digunakan (Warsito, 2012). berperan seorang mahasiswa yang

Penelitian ini untuk meneliti membangun kesadaran tentang

hubungan antara self-efficacy keberadaan dirinya (Pujiastuti, 2012;

(keyakinan akan kemampuan diri) Kusumadewi, 2014; Dwitantyanow,

dengan kecemasan dalam menghadapi Hidayati, & Sawitri, 2010; Widyastuti,

ujian CBT pada mahasiswa baru 2013; Astarini, 2015; Hermawan,

fakultas kedokteran di Universitas 2014).

Malahayati tahun 2019. Self-efficacy Dengan demikian, efikasi

diartikan sebagai keyakinan seseorang diri pada mahasiswa saat akan

mengenai kemampuan dirinya dalam menghadapi ujian dapat menjadi faktor

melakukan tugas atau tindakan yang penting dalam mengurangi kecemasan


mahasiswa dalam menghadapi ujian transisi metode ujian yang dihadapi

itu sendiri lebih lanjut. Self-efficacy semasa masih berada di bangku sekolah

akademis berhubungan dengan menengah atas (SMA), maka peneliti

keyakinan mahasiswa akan tertarik untuk mengetahui hubungan

kemampuannya melakukan tugas-tugas, efikasi diri dengan kecemasan dalam

mengatur kegiatan belajar mereka menghadapi ujian CBT pada mahasiswa

sendiri, dan hidup dengan harapan baru di Fakultas Kedokteran Universitas

akademis mereka sendiri dan orang lain. Malahayati tahun 2019.

Mengacu pada penelitian


METODE PENELITIAN
yang dilakukan di Universitas Lampung
Jenis penelitian yang digunakan
oleh Siti Masruroh (2017), didapatkan
pada penelitian ini kuantitatif desain
bahwa efikasi diri dari 175 mahasiswa analitik dengan pendekatan cross-
sectional melalui kuesioner self-
yang menjadi responden sebanyak 73
efficacy, kuesioner optimisme, dan
(42,9%) mahasiswa masuk pada
kuesioner college adjustment yang
kategori sedang, sedangkan 54 (31,8%) diberikan pada responden. Penelitian ini
dilakukan di Universitas Malahayati
mahasiswa lainya memiliki efikasi diri
Bandar Lampung, sedangkan waktu
tinggi dan 43 (25,3%) mahasiswa
penelitiannya adalah bulan Oktober
memiliki efikasi diri yang rendah. 2019
Sampel penelitian yang
Berdasarkan latar belakang,
akan digunakan dalam penelitian ini
pengalaman, dan pengamatan peneliti
adalah purposive sampling didasari
yang terjadi di Fakultas Kedokteran
pada suatu pertimbangan tertentu yang
Universitas Malahayati pada mahasiswa
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan
baru masih banyak yang mengalami
dari ciri atau sifat-sifat populasi yang
kecemasan dalam menghadapi ujian
sudah diketahui sebelumnya, dan di
CBT yang dikarenakan perbedaan atau
dalam penelitian ini yang menjadi Usia Frekuensi Persentase (%)
16 – 18 85 72.3
Thn
pertimbangan peneliti sendiri adalah
>18 Thn 25 22.7
Total 110 100
dari kriteria inklusi populasi mahasiswa

baru yang telah mengikuti ujian CBT. dapat disimpulkan bahwa responden
yang berusia 16-18 tahun lebih
Untuk kriteria inklusi pada penelitian
mendominasi dengan jumlah frekuensi
ini adalah Mahasiswa baru Fakultas 85 responden (72,3%) dari seluruh
Kedokteran Universitas Malahayati jumlah responden yang berjumlah 110
mahasiswa.
tahun 2019 yang akan melakukan ujian
Berdasarkan tabel 1. di atas
CBT Mahasiswa baru yang bersedia dapat dilihat bahwa dari 106 mahasiswa
menjadi responden. Mengerti cara Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati Angkatan 2019 yang
operasional pengisian CBT. Sedangkan
mengisi kuesioner, di dapatkan
responden mahasiswa berjenis kelamin
HASIL PENELITIAN perempuan lebih banyak yang
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Dan Usia
berjumlah 62 dengan persentase 58,5%.
Jenis Frekuens Persentase Berdasarkan Usia didapatkan
Kelamin i (%)
Laki-laki 47 42.8 mahasiswa yang paling banyak berusia
Perempuan 63 57.2
18 tahun dengan jumlah 52 responden
Total 110 100
dengan persentase 49,1%.
Tabel 2. Dstribusi efikaasi diri
Berdasarkan tabel 4.1 dapat
diketahui bahwa responden dari peserta Efikasi diri Frekuensi Presentase (%)

yang mengikuti ujian CBT pada Rendah (13-26) 0 0


mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Sedang(27-40) 2 1.8
Universitas Malahayati tahun 2019 yang
Tinggi(41-54) 108 98.2
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 47
Total 110 100
peserta (42.8%) dan berjenis kelamin
perempuan sebanyak 63 peserta
Dari tabel 4.3 dapat dilihat sebagian
(57.2%). yang berarti responden pada
besar efikasi diri dari peserta yang
penelitian ini lebih didominasi oleh
mengikuti ujian CBT pada mahasiswa
perempuan.
baru di Fakultas Kedokteran Universitas efficacy dengan kategori sedang, dan di
Malahayati tahun 2019 adalah dapatkan nilai standar deviasi sebesar
kelompok efikasi diri tinggi sebanyak 5,390. Untuk distribusi optimisme pada
108 orang (98.2%). mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati angkatan 2019
Table 3. Distribusi Tingkat Kecemasan
menunjukan nilai mean sebesar 16,04
Kecemasan Frekuensi Persentase(%)
Tidak ada(0-13) 43 39.1
dan masuk kedalam optimisme dengan
Ringan(14-20) 63 57.3 kategori sedang, dan di dapatkan nilai
Sedang(21-27) 4 3.6
Berat (28-41) 0 0 standar deviasi sebesar 2,767 dapat
Berat sekali 0 dilihat dari hasil uji signifikansi korelasi
0
(>41)
Spearman’s antara hubungan efikasi diri
Total 110 100
dengan tingkat kecemasan dari peserta
yang mengikuti ujian CBT pada
Tabel 4. Hubungan efikasi diri dengan
mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran
tingkat kecemasan
Universitas Malahayati tahun 2019
Variabel Median (min-max) P-value Nilai r
diperoleh P-value adalah 0.011 atau p<
Efikasi diri 55 29-71 0.011 -0.161 0.05 yang artinya hubungan positif

Kecemasan 15 3-39
antara efikasi diri dengan kecemasan
menghadapi ujian CBT Jadi hipotesis
dalam penelitian ini terbukti dan
Berdasarkan tabel 3. di atas diterima. Dan untuk nilai korelasi r = -
menunjukan bahwa distribusi college 0.161, artinya kekuatan korelasi negatif
adjustment pada mahasiswa Fakultas yang dapat disimpulkan bahwa semakin
Kedokteran Universitas Malahayati tinggi efikasi diri maka semakin rendah
angkatan 2019 menunjukan nilai mean tingkat kecemasan mahasiswa dalam
sebesar 190,59 dan masuk kedalam ujian CBT.
college adjustment dengan kategori
Berdasarkan hasil uji regresi
sedang, dan di dapatkan nilai standar
linier berganda dari tabel 5. di atas
deviasi sebesar 16,162. Untuk distribusi
diketahui nilai koefisien regresi R =
self-efficacy pada mahasiswa Fakultas
0,578 dan didapatkan nilai signifikan
Kedokteran Universitas Malahayati
sebesar p = 0,000 yang berarti p<0,05.
angkatan 2019 menunjukan nilai mean
Hal ini menunjukan bahwa self-efficacy
sebesar 52,25 dan masuk kedalam self-
dan optimisme secara bersama-sama Malahayati angkatan 2019 didapakan
berperan terhadap college adjustment. nilai mean sebesar 190,59 dan masuk
Di dapatkan Koefisien determinasi kedalam college adjustment dengan
regresi sebesar adjusted R2 = 0,321 hal kategori sedang, dan di dapatkan nilai
ini menunjukan bahwa kedua variabel standar deviasi sebesar 16,162.
independent (self-efficacy dan Kemampuan college adjustment
optimisme) mampu menjelaskan
merupakan hal yang harus dimiliki oleh
kejadian college adjustment sebesar
32,1% dan sisanya yaitu sebesar 67,9% mahasiswa. Hal ini berguna untuk
dijelaskan oleh faktor lainnya. mencegah terjadinya goncangan psikis
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan
dan ujian CBT pada mahasiswa baru di
pada masing- masing variabel
didapatakan variabel self-efficacy Fakultas Kedokteran Universitas
memiliki koefisien beta terstandarisasi
Malahayati tahun 2019 diperoleh P-
0,438 dengan nilai signifikan sebesar p
= 0,000 (p<0,05) yang berarti self- value adalah 0.011 atau p< 0.05 yang

efficacy berpengaruh secara signifikan artinya hubungan positif antara efikasi


terhadap college adjustment. Sedangkan
diri dengan kecemasan menghadapi
variabel optimisme memiliki koefisien
terstandarisasi 0,206 dengan nilai ujian CBT Jadi hipotesis dalam
signifikan sebesar p = 0,035 (p<0,05) penelitian ini terbukti dan diterima.
yang berarti optimisme berpengaruh
Dan untuk nilai korelasi r = -0.161,
secara signifikan terhadap college
adjustment. Berdasarkan koefisien beta artinya kekuatan korelasi negatif yang
terstandarisasi menunjukan bahwa dapat disimpulkan bahwa semakin
variabel self-efficacy mempunyai
tinggi efikasi diri maka semakin
pengaruh lebih besar terhadap college
adjustment. rendah tingkat kecemasan mahasiswa

dalam ujian CBT.


PEMBAHASAN
Hasil penelitian di atas sejalan
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan pada mahasiswa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas
hara (2014) pada siswa kelas ixdi MTS buruk akan terjadi. Sama halnya dengan

Al Hikmah Brebes dimana ada yang dikemukakan oleh Haber dan

hubungan yang signifikan antara efikasi Runyon, mengalami kecemasan, terlebih

diri dengan kecemasan dalam orang tersebut akan yakin berhasil

menghadapi ujian. dalam menempuh ujian. Dari penelitian

di atas peserta yang mengikuti ujian


Begitu juga dengan penelitian
CBT sebagian besar sudah dapat
yang dilakukan oleh Supriyati, Octa
mengendalikan ketiga aspek yaitu tidak
Reni Setiawati dan Sandayanti (2019)
terkendalinya manisfestasi kognitif,
dengan judul “Hubungan antara Self-
tidak terkendalinya manisfestasi afektif
efficacy dengan kelulusan retaker
dan tidak terkendalinya manisfestasi
UKMPPD di Universitas Malahayati”
perilaku motorik sehingga didapatkan
dimana ada hubungan yang sangat
hasil tingkat kecemasan peserta yang
signifikan antara self-efficacy dan lulus
mengikuti ujian CBT banyak berada
ujian kompetensi profesional di
pada kategori tidak ada. Dengan
Universitas Malahayati, Bandar
kategori tinggi dapat beradaptasi dan
Lampung.
mampu mengatasi segala tuntutan yang
Dan temuan yang diperoleh dalam
ada di perguruan tinggi.
penelitian di atas juga sesuai dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang
pendapat Nevid dkk (2005), bahwa
dilakukan pada mahasiswa Fakultas
kecemasan adalah suatu keadaan
Kedokteran Universitas Malahayati
emosional yang mempunyai ciri
angkatan 2019 didapakan nilai mean
keterangsangan fisiologis, perasaan
sebesar 52,25 dan masuk kedalam self-
tegang yang tidak menyenangkan, dan
efficacy dengan kategori sedang, dan di
perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang
dapatkan nilai standar deviasi sebesar
5,390. Menurut Bandura (1997) self- Mahasiswa yang memiliki self-

efficacy didefinisikan sebagai penilaian efficacy yang kuat terhadap kemampuan

pribadi atas kemampuan seseorang yang dimiliki akan lebih gigih berusaha

untuk mengatur dan melaksanakan dan tidak mudah menyerah meskipun

serangkaian tindakan yang diperlukan menghadapi berbagai kesulitan dan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. rintangan. Self-efficacy yang tinggi juga

Keyakinan yang dimaksud merupakan dapat membuat seseorang dengan

rasa percaya terhadap kemampuan diri mudah menghadapi rintangan dan

yang dapat mendorong seseorang untuk ancaman tanpa rasa cemas dan

meraih segala sesuatu yang kesedihan. Self-efficacy yang tinggi

diinginkannya. Self-efficacy yang baik dapat membuat seseorang menggunakan

dipengaruhi oleh 4 aspek besar, yakni sumber kognitifnya dengan lebih efektif

aspek kognitif, aspek afektif, aspek ketika menyelesaikan suatu masalah

motivasi, dan aspek proses seleksi. (Maddux, 1995). (emotional

Secara umum tindakan manusia adaptiveness). Self-efficacy yang tinggi

bermula dari sesuatu yang difikirkan akan membawa seseorang dalam

atau dibayangkan terlebih dahulu. menentukan tujuan pribadinya yang

Individu yang memiliki self-efficacy menantang dan tekun terhadap tujuan

yang tinggi lebih senang ketika menghadapi rintangan (Locke &

membayangkan tentang kesuksesan. Latham, 1990, dalam Maddux, 1995).

Sebaliknya individu yang mempunyai Untuk mengatasi kecemasan

self-efficacy rendah lebih banyak mahasiswa yang timbul dalam

membayangkan kegagalan dan hal-hal menghadapi ujian CBT, perlu

yang dapat menghambat tercapainya mengetahui faktor-faktor apa saja yang

kesuksesan (Bandura, 1997). dapat mempengaruhi atau menyebabkan


mahasiswa mengalami gangguan hambatan atau kesulitan.

kecemasan. Menurut Sarason, dkk Self-efficacy sangat

(dalam Wulandari, 2015) ada beberapa mempengaruhi mekanisme perilaku

faktor yang dapat mempengaruhi manusia. Jika seorang yakin

kecemasan yaitu keyakinan diri (self- mempunyai keyakinan untuk

efficacy), dukungan sosial, dan menghasilkan sesuatu yang

modelling. Hal yang sama juga diinginkannya maka orang tersebut

dikemukakan menurut Nevid, dkk akan berusaha untuk mencapainya.

(2005:196) terdapat beberapa faktor Akan tetapi jika seorang tidak

yang mempengaruhi gangguan mempunyai keyakinan akan

kecemasan diantaranya: kurangnya kemampuannya untuk menghasilkan

dukungan sosial dan self-efficacy yang sesuatu maka dia tidak akan berusaha

rendah. untuk mewujudkannya. Self- efficacy

Bandura (1997:3) menjelaskan juga mempengaruhi besar usaha dan

“Perceived self efficacy refers to be ketahanan individu dalam menghadapi

liefsin one’s capabilities to organize kesulitan. Mahasiswa dengan self-

andexcute the courseof action required efficacy yang tinggi memandang tugas-

top roducegiven attainments”. Self- tugas sulit sebagai tantangan untuk

efficacy atau efikasi diri merupakan menghadapinya dari pada sebagai

persepsi individu akan keyakinan ancaman untuk dihindari.

kemampuannya melakukan tindakan Dari data yang diperoleh peserta

yang diharapkan. Keyakinan efikasi diri yang mengikuti ujian CBT terlihat

mempengaruhi pilihan tindakan yang bahwa kecenderungan peserta yang

akan dilakukan, besarnya usaha dan mengalami kecemasan berada pada

ketahanan ketika berhadapan dengan kelompok tidak mengalami kecemasan


sebanyak 43 orang (39,1%) dan sendiri dalam situasi sulit melewati

mengalami kecemasan ringan sebanyak batasan yang menghambat,

63 orang (57.3%), sedangkan yang menyelesaikan hal yang belum pernah

mengalami kecemasan sedang sebanyak orang tersebut lakukan dan

4 orang (3.6%) dan tidak ada yang mengeluarkan bakat serta kemampuan

mengalami kecemasan berat dan sepenuhnya. Efikasi diri memberi

kecemasan berat sekali. seseorang keberanian untuk tidak

Kecemasan menghadapi ujian mengkhawatirkan akibat kegagalan

CBT muncul karena mahasiswa berfikir (perry, 2005). Selain itu seseorang yang

bahwa adanya ancaman akan kegagalan memiliki efikasi diri juga akan terhindar

di dalam mengikuti ujian. Smith (2008) dari kecemasan menghadapi semua

menyatakan bahwa kecemasan adalah tantangan hidup diantaranya ujian CBT

dalam bentuk rasa khawatir dan karena dia yakin akan kemampuan

perasaan lain yang kurang dirinya.

menyenangkan. Biasanya perasaan ini Dari penelitian ini peneliti

disertai oleh ketidakyakinan diri dan berpendapat bahwa efikasi diri memiliki

tidak mampu menghadapi masalah. pengaruh penting terhadap kecemasan

Sehingga dapat dikatakan bahwa efikasi yang dialami oleh seseorang. Dengan

diri mempengaruhi kecemasan yang efikasi diri yang tinggi seseorang tidak

dimiliki seseorang. Efikasi diri akan mengalami kecemasan, terlebih

merupakan kunci utama seseorang orang tersebut akan yakin berhasil

untuk meraih kesuksesan dalam dalam menempuh ujian. Dari penelitian

kehidupan pribadi dan pekerjaan. di atas peserta yang mengikuti ujian

Efikasi diri memampukan seseorang CBT sebagian besar sudah dapat

mengatasi tantangan baru, meyakini diri mengendalikan ketiga aspek yaitu tidak
terkendalinya manisfestasi kognitif, (57.3%). Didapatkan nilai median

tidak terkendalinya manisfestasi afektif 15.00, standar deviation 6.266, nilai

dan tidak terkendalinya manisfestasi minimum 3 dan sedangkan nilai

perilaku motorik sehingga didapatkan maksimum 39, hal ini menunjukan

hasil tingkat kecemasan peserta yang tingkat kecemasan pada mahasiswa baru

mengikuti ujian CBT banyak berada dalam menghadapi ujian CBT adalah

pada kategori tidak ada. tingkat rendah.

KESIMPULAN 3. Berdasarkan hasil uji statistik


1. Sebagian besar efikasi diri dari Spearman pada efikasi diri dan tingkat
kecemasan diperoleh nilai p-value =
peserta yang mengikuti ujian CBT pada
0.011 yang artinya terdapat “hubungan
mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran
bermakna antara efikasi diri dengan
Universitas Malahayati tahun 2019 tingkat kecemasan pada menunjukan p-
value = 0,000 dengan korelasi
adalah kelompok tinggi sebanyak 108
berkekuatan sedang (r = 0,448). Self-
orang (99.2 %), nilai median 55.00,
efficacy merupakan variabel yang paling
Standar deviation 6.221, nilai minimum berpengaruh terhadap college
adjustment pada mahasiswa Fakultas
29 dan nilai maksimum 71, hal ini
Kedokteran Universitas Malahayati
menunjukan bahwa efikasi diri pada
angkatan 2019 dengan hasil statistik
mahasiswa baru dalam menghadapi menunjukan nilai koefisien beta
terstandarisasi 0,438 dengan nilai
ujian CBT adalah tingkat tinggi
signifikan sebesar p = 0,000 (p<0,05)
2. Sebagian besar tingkat

kecemasan dari peserta yang mengikuti SARAN


Bagi Institusi
ujian CBT pada mahasiswa baru di
Sebagai bahan masukan untuk
Fakultas Kedokteran Universitas
Universitas Malahayati mengenai
Malahayati tahun 2019 adalah
pentingnya menanggulangi kecemasan,
kelompok ringan sebanyak 63 orang
karena pada peserta yang akan Bagi Peneliti Selanjutnya

menjalani ujian CBT terutama pada Bagi peneliti selanjutnya

mahasiswa baru yang mana baru diharapkan lebih mempersiapkan diri

pertama kali mengikuti ujian CBT dalam proses pengambilan dan

masih banyak yang mengalami pengumpulan data dengan mencari

kecemasan, karena dapat menggangu waktu yang tepat. Hasil penelitian ini

konsentrasi para peserta ujian sehingga belum sempurna dan masih memiliki

memungkinkan mempengaruhi hasil kekurangan. Peneliti kurang melakukan

ujian tersebut, oleh sebab itu diharapkan kontrol terhadap pengambilan subjek

bagi institusi agar dapat memberikan penelitian dikarenakan kurang

pelatihan-pelatihan kepada mahasiswa memperhatikan faktor-faktor yang

yang akan menempuh ujian. mempengaruhi dan tidak dapat

Bagi Mahasiswa melakukan raport langsung pada semua

Bagi mahasiswa diharapkan subjek penelitian, karena keterbatasan

terus mengelola dengan baik dan yang dimiliki peneliti dan responden.

mempertahankan self-efficacy agar Data sebaiknya didapatkan secara

dapat terhindar dari faktor-faktor yang langsung dari responden dalam satu

dapat mempengaruhi kecemasan, waktu untuk menilai kejujuran serta,

sehingga dapat menghadapi tuntutan subjektivitas pada subjek penelitian

yang beragam seiring dengan dalam mengisi kuisioner penelitian agar

perkembangan kehidupan perkuliahan nantinya bisa mendapatkan hasil

sehingga dapat menjalani perkuliahan penelitian yang lebih akurat.

dengan baik terutama dalam


DAFTAR PUSTAKA
menghadapi ujian.

Audith M. Turmudhi. 2004.


Kecemasan Menghadapi Ujian 1O11-computer-aided-testing.html,
Sekolah.
Kedaulatan Rakyat (26 Maret Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo.
2004). 2003. Organizational Behavior
(Terjemahan) Buku 1, edisi
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian, Kelima. Jakarta: Salemba Empat
Edisi Revisi. Malang: PT. UMM Press
Luthans, F.2005. Organizational
Bandura, Albert. Self-Efficacy The Behavior. New York: McGraw-Hill
Exercise of Control. United Companies.
States of America: W.H Freeman
and Company. Mungin Eddy Wibowo. 2012.
Kondisi Psikologis Siswa Dalam
Baron, Robert A & Byrne, Donn.004. Menghadapi Ujian Nasional (Cara
Psikologi Sosial (Jilid 1 Edisi Mengatasinya). Abkin.org.
Feist, Jess & Feist, Gregory J.
2010. Nevid, Jeffreys., Rathus, Spencer
A., & Greene, Beverly. 2005.
Fitri Fausiah & Julianti Widury. Psikologi Abnormal/ Edisi Kelima/
2005. Psikologi Abnormal Klinis Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Dewasa. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press). Nurhidayah, R. E. 2011. Pendidikan
Keperawatan, Pendekatan
Hawari D. 2011. Psikometri alat ukur Kurikulum Berbasis Kompetensi.
(skala) kesehatan jiwa. Jakarta: Medan : USU Press
Fakultas Kedokteran Universitas
Notoadmojo S. 2012. Metodelogi
Indonesia.
penelitian kesehatan. Rineka cipta :
Jakarta.
Hastono. 2007. Analisa Data ; FKMUI.
Edisi II. Jakarta. Prakoso. 1996. Cara Penyampaian
Hasil Belajar Untuk Meningkatkan
Halgin, Richard P & Whitbourne, Susan
Krauss. 2010. Psikologi Abnormal: Self Efikasi Mahasiswa.
Perspektif Klinis Pada Gangguan Jurnal Psikologi. No.2
Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika.
(Edisi 6, Buku 1). Patton, Patricia. 1998. EQ
Kecerdasan Emosional. Jalan
I Gede Tresna. 2011. Efektivitas Konseling
Menuju
Behavioral Dengan Teknik Desensitisasi
Sistematis Untuk Mereduksi Kecemasan
Kebahagiaan dan Kesejahteraan.
Menghadapi Ujian. Jurnal UPI (Nomor 1 Jakarta: Mitra Media.
tahun 2011).
Sadock, B. J. & Virginia A.S.
2010.Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed
John Daintith, "Computer-Aided
Testing." A Dictionary of 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Computing, 2004, Retrieved May Jakarta
31, 2011 from
Encyclopedia.com:
http://www.encyclopedia.com/doc/
Stuart, & Sundeen. 2007. Buku Saku Supriyati, Octa Reni Setiawati ,& Vira
Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta : Sandayanti Hubungan antara self-
EGC. efficacy (keyakinan kemampuan
diri) dengan kelulusan retaker
Sri Lestari, Computer Based Testing, UKMPPD di Universitas
from Malahayati
http://srifisika.wordpress.com/2010/07/
30/- computer-based-testing-cbt-2/ Ibrahim,A. S.(2012). Panik
Neurosisdan Gangguan Cemas.
Jelajah Nusa:Tangerang

JURNAL PSIKOLOGI DAN KONSELING


JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN
BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan Estate, KP No. 1589-Medan 20221 Telp. 06106613365,

6623943/Fax. 061-6614002;
http://fip.unimed.ac.id/ppb.html

SURAT KETERANGAN NASKAH DITERIMA


No. 103/JPK/BK/FIP-UNIMED/VII/2020

Bersama ini, redaksi Jurnal Psikologi dan Konseling memberitahukan bahwa naskah dengan
identitas sebagai berikut:

Judul : Hubungan Efikasi Diri Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian CBT Pada
Mahasiswa Baru Di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Tahun 2019

Penulis : Muhammad Husni Hamdani1, Sri Maria Puji Lestari2, Rakhmi Rafie3

Afiliasi/Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati1,2,3

Alamat Surel : husnihamdani17@gmail.com1

Tanggal Kirim : 10 Juli 2020

Artikel tersebut dinyatakan telah memenuhi kriteria publikasi pada Jurnal Psikologi dan
Konseling, dan akan diterbitkan pada Volume 18 No. 1 Juni 2021 dalam versi cetak dan elektronik.

Demikian surat keterangan ini disampaikan untuk digunakan sebagaimana mestinya.


Medan, 13 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai