OLEH:
IRMA HANDAYANI
NIM 190205412
IRMA HANDAYANI
NIM 190205412
Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi Farmasi
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia pada
tanggal 30 September 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Tim Penguji:
Tanda Tangan
Ketua Penguji : apt. Dra. Elly Sitorus, M.KM.
(Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM) (apt. Cut Masyitah Thaib, M.Si)
NIDN. 0116107103
LEMBAR PERSETUJUAN
IRMA HANDAYANI
NIM: 190205412
ABSTRAK
iv
DESCRIPTION OF THE USE OF ANTI-HYPERTENSION MEDICINE IN
OUTCOME HYPERTENSIVE HEART DISEASE PATIENTS
IN RSUD DR. PIRNGADI MEDAN CITY
ABSTRACT
Handling hypertension is very necessary to reduce the morbidity and mortality of heart
disease. Drugs used for hypertensive heart disease are -blockers, CCBs, ACEi, ARBs, and
diuretics. The success of medical treatment is determined by the use of adequate and appropriate
drugs. The purpose of the study was to determine the type of antihypertensive drug used and the
dose of antihypertensive drug used in outpatient hypertensive heart disease patients at Pirngadi
Hospital Medan City in accordance with Formularium Nasional for hypertensive heart disease.
This study uses a descriptive survey method conducted at RSUD Dr. Pirngadi in June 2021. The
research sample was medical records of outpatient cardiac polyclinics in June 2021 as many as 66
samples purposively. The data that was processed using Microsoft Excel was presented in the form
of a distribution table. The results of the study in the gender category showed hypertensive heart
disease in outpatients at RSUD Dr. Pirngadi Medan City had more male as many as 36 patients
(54.55%) than women as many as 30 patients (45.45%) and the age category was more in the age
>65 years as many as 27 patients (40.91%) compared to the age of 46 -65 as many as 24 patients
(36.37%) and age 26-45 as many as 15 patients (22.72%). The most widely used antihypertensive
use is the -blocker group, namely Bisoprolol as many as 132 drugs from 66 medical records, then
followed by the Diuretic group with a dose accuracy of 81% according to Formularium Nasional.
The conclusion of the study was that the types of antihypertensive drugs used in outpatient
hypertensive heart disease patients at Pirngadi Hospital Medan City were β-blocker (33,93%),
diuretics (30,37%), ARBs (14,64%), ACEi (13,87%), dan CCBs (7,19%), and the dose of
antihypertensive drugs was in accordance with Formularium Nasional of 81%.
v
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya susun dengan judul:
adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
Skripsi orang lain. Apabila dikemudian hari pernyataan Saya tidak benar, maka
Saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku.
Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
bila mana diperlukan.
Irma Handayani
NIM: 19020541
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identifikasi Diri
1. Nama : Irma Handayani
2. Tempat/TanggalLahir : Medan, 19 Januari 1987
3. Agama : Islam
4. Nama Ayah : Samudera Putra
5. NamaIbu : Setia Rahayu
6. AnakKe : 2 dari 3 bersaudara
7. Alamat : Dusun IVA Perum. Grand Permata Blok H
Desa Sei Mencirim Kab. Deli Serdang
8. Nomor Hp : 081396966289
9. E-Mail : irmah3665@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1992 – 1998 : SD Taman Harapan Medan
2. Tahun 1998 – 2001 : SLTP Josua 1 Medan
3. Tahun 2001– 2004 : SMF Pharmaca Medan
4. Tahun 2018 – 2019 : D3 Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan
Indonesia
5. Tahun 2019-2021 : S1 Farmasi USM- Indonesia
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam penyusunan Skripsi
yang berjudul “Gambaran Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien
Penyakit Jantung Hipertensi (Hypertensive Heart Disease) Rawat Jalan di
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.”
Proposal ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan tugas akhir dalam mendapatkan gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi S-1 Farmasi di Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
(F.Fikes) Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
Dalam penyusunan Skripsi ini banyak hambatan yang penulis temukan,
namun berkat kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak sehingga Skripsi ini
dapat diselesaikan tepat waktu walaupun masih jauh dari kata sempurna. Pada
kesempatan ini, dengan kerendahan hati dan hormat penulis menyampaikan
ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu:
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, M.KM selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. apt. Cut Masyithah Thaib, M.Si selaku Ketua Prodi S1-Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
5. apt. Dra. Elly Sitorus, M.KM sebagai Dosen Pembimbing. yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran
dengan penuh kesabaran dan membimbing penulis selama ini.
6. Dosen-dosen dan seluruh Staf pengajar S1 Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan yang telah memberikan ilmu
selama masa perkuliahan.
7. Teristimewa kepada orang tua tercinta, suami, serta anak yang terus
memberikan motivasi, dukungan do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman dekat sata Ramadani Maya Sari, Siska Handayani, Nurlaili,
viii
Mayarni Taon Pardosi dan semua teman-teman mahasiswa/i Pafi yang
telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Terkhusus teman-teman sejawat dan seluruh pegawai Instalasi Farmasi
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah membantu dan memberikan
perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini, masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan Skripsi ini. Akhir kata penulis
berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Irma Handayani
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................. v
x
2.2.2 Etiologi Hipertensi ........................................................................... 8
3.3.1 Populasi............................................................................................ 16
xi
3.6.2 Analisis Data .................................................................................... 18
4.1 Karakteristik Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan........ 19
4.3 Gambaran Ketepatan Dosis Obat Anti Hipertensi Pada Pasien Penyakit
Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ....... 25
5.2 Saran......................................................................................................... 28
LAMPIRAN .................................................................................................. 31
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Karakterisasi Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin .................................................19
Tabel 4.2 Karakterisasi Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Berdasarkan Kategori Umur ...............................................................20
Tabel 4.4 Gambaran Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien Penyakit
Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan ................................................................................................22
Tabel 4.5 Total Obat Anti Hipertensi yang Digunakan Pada Pasien Penyakit
Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan ................................................................................................23
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang terpenting dalam sirkulasi. Jantung bekerja
memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
setiap saat, baik saat istirahat maupun bekerja (Sitompul dan Sugeng, 2004).
Penyakit kardiovaskuler atau cardiovascular disease (CVD) menempati
peringkat pertama penyebab kematian di dunia melebihi penyakit yang lain.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit tidak menular yang paling sering
menyebabkan kematian (Wihastuti dkk, 2016).
Penyakit Kardiovaskular sampai saat ini masih menjadi permasalahan
kesehatan global. Data yang diperoleh dari World Health Organization (2017),
menyebutkan angka kematian oleh karena Penyakit Kardiovaskular sebesar 17,7
juta orang setiap tahunnya dan 31% merupakan penyebab dari seluruh kematian
global. Angka kematian akibat Penyakit Kardiovaskular diprediksi akan terus
meningkat dari tahun ke tahun dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai
23,3 juta kematian.
Salah satu penyakit jantung yang sering terjadi dikalangan pria maupun
wanita adalah penyakit jantung akibat hipertensi dengan angka penderita yang
semakin hari semakin meningkat, pada tahun 2000 ditemukan sebanyak 972 juta
(26%) orang dewasa di dunia yang menderita penyakit jantung akibat hipertensi.
Angka ini diyakini akan terus meningkat tajam pada tahun 2025 nanti yangmana
hampir 29% orang dewasa di dunia menderita penyakit jantung yang diakibatkan
oleh hipertensi (Anonim, 2006). Penyakit jantung yang diakibatkan oleh
hipertensi adalah penyakit jantung yang diakibatkan oleh tingginya tekanan darah
yang membuat otot-otot jantung mengalami penebalan dan kekakuan sehingga
membuat jantung sulit untuk memompa darah, yang pada akhirnya bisa
mengalami kegagalan fungsi karena menopang beban yang terlalu berat untuk
memompa darah. Hipertensi juga bisa menyebabkan arteri yang mengelilingi
jantung mengeras yang pada akhirnya dapat menyebabkan serangan jantung
sehingga dapat diartikan bahwa hipertensi merupakan faktor resiko utama
terjadinya penyakit jantung. Hipertensi yang tidak diobati akan sangat
mempengaruhi organ jantung dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar
1
10-20 tahum (James, 2014).
Penanganan hipertensi sangat diperlukan untuk mengurangi angka
mordibitas dan mortalitas penyakit jantung. Fokus utama dalam penatalaksanaan
penyakit jantung hipertensi adalah pencapaian target tekanan darah sebesar
<140/90 mmHg. Tekanan darah terkontrol sesuai target terapi dapat menurunkan
risiko penyakit jantung sebesar 33-50%. Pencapaian tekanan darah target dapat
dilakukan dengan cara pemberian obat antihipertensi. Obat antihipertensi yang
digunakan untuk terapi penyakit jantung hipertensi adalah golongan beta blocker,
calcium channel blockers (CCB), angiotensin-converting enzyme inhibitors
(ACEI), angiotensin II receptor blockers (ARB), dan diuretik (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006). Penggunaan obat pada pasien
hipertensi harus memadai dan tepat sehingga tidak menyebabkan adanya resiko
terjadinya tekanan darah yang berubah drastis dan menyebabkan kematian
(Destiani, 2015).
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah
satu rumah sakit tipe B yang terletak di wilayah Medan, Sumatera Utara. Rumah
sakit ini memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang didukung oleh layanan
dokter spesialis dan sub spesialis, serta ditunjang dengan fasilitas medis yang
memadai. Berdasarkan observasi awal di RSUD Dr. Pingadi Kota Medan penyakit
jantung hipertensi menduduki peringkat 10 besar penyakit terbanyak yang terjadi
pada Juni 2021, pasien rawat jalan akan menebus resep setiap hari Senin, Rabu,
dan Jum’at dengan total resep yang masuk setiap minggunya sebanyak 49
resep/minggu. Mengingat tingginya penyakit jantung hipertensi tersebut, maka
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Penyakit Jantung Hipertensi (Hypertensive Heart
Disease) Rawat Jalan di RSUD Dr. Pingadi Kota Medan” agar dapat diketahui
permasalahan dalam pelaksanaannya sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2
jantung hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah sesuai
dengan Formularium Nasional Tahun 2019 tentang Kewajiban Menggunakan
Obat Generik di Fasilitas Kesehatan Pemerintah?
3
1.6 Kerangka Konsep
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jantung
Jantung merupakan organ yang penting dalamsisitem tubuh manusia.
Jantung berfungsi untuk memompakan darah yang mengandung oksigen dan
nutrien keseluruh tubuh. Jantung terdiri dari beberapa ruang yang dibatasi oleh
beberapa katup, diantaranya adalah katup atrioventrikular dan semilunar. Katup
atrioventricular terdiri atas katup bicuspid (mitral) dan katup tricuspid, yang
terletak diantara atrium dan ventrikel, sedangkan katup semilunar terletak antara
ventrikel dengan aorta dan arteri pulmonal (Karen, 2010).
Jantung manusia memiliki 4 katup yang memiliki fungsi yang berbeda
antar satu dengan yang lain. Kompleks mitral merupakan salah satu komponen
dari jantung yang memiliki peran sangat penting. Kompleks mitral
menghubungkan atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup mitral memiliki struktur
yang sangat kompleks. Untuk dapat menjalankan fungsi secara normal, kompleks
mitral memerlukan interaksi terkoordinasi antara daun katup, annulus, korda
tendinea, dan otot papilaris (Vanhanian, 2012).
5
dipompakan darah sekitar 70 cc, jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah
sebanyak kira-kira 7000 liter (Mutscler, 2010).
Untuk memenuhi kebutuhan energi otot jantung, tersedia pembuluh darah
atau arteri koroner yang mengalirkan darah saraf nutrisi. Pembuluh ini keluar dari
pangkal pembuluh darah utama/aorta, ada dua yakni arteri koroner kiri (LCA) dan
arteri koroner kanan (RCA) .Masing-masing arteri koroner ini becabang-cabang
halus ke seluruh otot jantung, untuk menyuplai energi kimiawi (Ulfah, 2012).
2.1.1 Tekanan Darah dan Denyut Nadi
Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding
arteri.Tekanan darah mempunyai dua komponen yaitu sistolik dan
diastolik.Tekanan darah sistolik menggambarkan tekanan maksimum pada arteri
ketika kontraksi ventrikel kiri (atau sistol), dan diatur oleh volume stroke (atau
volume darah yang dipompa keluar pada setiap denyut janutng).Tekanan darah
diastolik adalah tekanan saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar kontraksi
ventrikel. Klasifikasi hasil pembacaan tekanan darah berdasarkan kriteria U.S.
Departement of Health and Human Service (2006), tertera tekanan darah normal
yaitu sistolik <120 mmHg atau diastolik <80 mmHg.
Ketika jantung berdenyut, jantung memompa darah melalui aorta dan
pembuluh darah perifer. Pemompaan ini menyebabkan darah menekan dinding
arteri, menciptakan gelombang tekanan seiring dengan denyut jantung yang pada
perifer terasa sebagai denyut/detak nadi. Kecepatan detak jantung normal pada
dewasa kurang dari 60 bpm disebut bradikardia, dan kecepatan jantung lebih dari
100 bpm disebut takhikardia. Selain kecepatan denyut nadi, ritme denyut nadi
juga harus dievaluasi. Normalnya, ritme nadi adalah tetap dan rata. Jika ritme
tidak teratur, disebut aritmia (Jones, 2009).
2.1.2 Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Penyakit Jantung merupakan gangguan yang terjadi pada sistem pembuluh
darah besar sehingga menyebabkan jantung dan peredaran darah tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.Penyakit jantung sering dikenal dengan “Suddent Death”
(Widiastuti dkk, 2014). Menurut Depkes Republik Indonesia (2007), penyakit
jantung dan pembuluh darah merupakan suatu kelainan yang terjadi pada organ
jantung dengan akibat terjadinya gangguan fungsional,anatomis serta sistem
hemodinamis. Sumber lain mendefenisikan bahwa penyakit jantung adalah
6
penyakit pada jantung yang terjadi karena adanya kelainan pada pembuluh darah
jantung. Risiko terjadinya penyakit jantung dapat dikurangi dengan menjalankan
berbagai tahap untuk mencegah dan mengontrol faktor risiko yang memperburuk
terjadinya penyakit jantung atau serangan jantung.
2.2 Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial, sistol ≥140 mmHg
dan diastol ≥90 mmHg. Tekanan darah bergantung kepada curah jantung, tahanan
periferpada pembuluh darah dan volume atau isi darah yang bersirkulasi. Faktor
utamadalam mengontrol tekanan arterial ialah output jantung dan tahanan perifer
total. Bilaoutput jantung (curah jantung) meningkat, tekanan darah arterial akan
meningkat,kecuali jika pada waktu yang bersamaan tahanan perifer menurun.
Tekanan darah akan meninggi bila salah satu faktor yang menentukan tekanan
darah mengalamikenaikan (Lumbantobing, 2008).
2.2.1 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah oleh U.S. Departement of Health and Human
Service (2013), untuk pasien dewasa (umur ≥18 tahun) berdasarkan rata-rata
pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebihkunjungan klinis
(Tabel 2.1). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengannilai normal
pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mm Hg dan tekanan darahdiastolik
(TDD) <80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakittetapi
mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkatke
klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat hipertensi
dansemua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat.
7
2.2.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Hipertensi esensial atau hipertnsi primer yaitu yang tidak diketahui
penyebabnya,disebut juga hipertensi idiopatik. Dari seluruh kejadian
hipertensi terdapat 95%kasus yang mengalami hipertensi primer. Faktor yang
mempengaruhi hipertensiprimer diantaranya genetik, lingkungan, sistem
renin angiotensin, sistem sarafotonom, dan faktor-faktor yang meningkatkan
risiko seperti merokok, alkohol,obesitas, dan lain-lain (Lauralee, 2011).
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang belum diketahui secara
pastipenyebabnya. Dari seluruh kejadian hipertensi terdapat sekitar 5% kasus
yangmengalami hipertensi sekunder. Hipertensi ini bisa disebabkan oleh obat-
obat danzat-zat lain (Lauralee, 2011).
2.2.3 Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan
darahsistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama
kontraksijantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial
dalam terbentuknya hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006):
a. Meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau
variasidiurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap
stress.
b. Psikososial.
c. Produksi berlebihan hormon aldosteron yang menahan natrium
danvasokonstriktor.
d. Asupan natrium (garam) berlebihan.
e. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium.
f. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya
produksiangiotensin II dan aldosteron.
g. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrat oksida (NO), dan pepti dan
atriuretik.
h. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi
8
tonusvaskular dan penanganan garam oleh ginjal.
i. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh
darah kecil di ginjal.
j. Diabetes mellitus.
k. Resistensi insulin.
l. Obesitas.
m. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors.
n. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristikinotropik dari jantung, dan tonus vaskular.
o. Berubahnya transpor ion dalam sel.
2.2.4 Diagnosa Hipertensi
Diagnosis hipertensi tidak boleh ditegakkan berdasarkan satu kali
pengukuran, kecuali bila tekanan darah diastolik ≥120 mmHg dan atau tekanan
darah sistolik ≥210 mmHg. Pengukuran pertama harus dikonfirmasi pada
setidaknya padasedikitnya 2 kunjungan lagi dalam waktu 1 sampai beberapa
minggu (tergantung daritingginya tekanan darah tersebut). diagnosa hipertensi
ditegakkan bila daripengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata
tekanan darah diastolik≥ 90 mmHg dan atau tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
(Ganiswara dan Sulistyana, 2005).
Diagnosa hipertensi berdasarkan pada pengukuran berulang-ulang
daritekanan darah yang meningkat. Diagnosa diperlukan untuk mengetahui
akibathipertensi bagi penderita, jarang untuk menetapkan sebab hipertensi
itusendiri. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa kerusakan ginjal, jantung
dan otakberkaitan secara langsung dengan besarnya peningkatan tekanan darah.
Hal yangperlu diperhatikan bahwa hipertensi dinyatakan berdasarkan tekanan
darah danbukan dari gejala yang dilaporkan penderita (Benowitz, 2004). Dalam
evaluasi pasien terdapat tiga tujuan yang diperoleh dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisis,pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium yaitu :
a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi
b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kariovaskuler,
beratnyapenyakit serta respon terhadap pengobatan
c. Mengidentifikasi adanya faktor kardiovaskuler yang lain atau penyakit
penyerta yang ikut menentukan prognosis dan ikut menetukan paduan
9
pengobatan.
2.2.5 Terapi Farmakologi Hipertensi
a. Diuretik
Mula-mula obat ini mengurangi volume ekstraseluler dan curah jantung.
Efek hipotensi dipertahankan selama terapi jangka panjang melalui
berkurangnyatahana vaskular, sedangkan curah jantung kembali ke tingkat
sebelum pengobatandan volume ekstraseluler tetap berkurang sedikit (Benowitz,
2004).
Mekanisme yang potensial untuk mengurangi tahanan vaskular oleh
reduksiion Na+ yang persisten walaupun sedikit saja mencakup pengurangan
volume cairaninterstisial, pengurangan konsentrasi Na+ di otot polos yang
sekunder dapatmengurangi konsentrasi ion Ca2+ intraseluler, sehingga sel
menjadi lebih resisten terhadap stimulus yang mengakibatkan kontraksi, dan
perubahan afinitas dan respondari reseptor permukaan sel terhadap hormon
vasokonstriktor (Benowitz, 2004).
Impotensi seksual merupakan efek samping yang paling mengganggu
padaobat golongan tiazid. Gout merupakan akibat hiperurisemia yang disebabkan
olehdiuretik. Kram otot dapat pula terjadi, dan merupakan efek samping yang
terkaitdengan dosis (Benowitz, 2004). Golongan Obat diuretik diantaranya tiazid
dan agenyang sejenis (hidroklorotiazid, klortalidon); diuretik loop (furosemid,
bemetanid,asam etakrinik); diuretik penyimpan ion K+ (amilorid, triamteren,
spironolakton) (Benowitz, 2004).
b. Penghambat reseptor β adrenergik (β-blocker)
Jenis obat ini efektif terhadap hipertensi. Obat ini menurunkan irama
jantungdan curah jantung. β-blocker juga menurunkan pelepasan renin dan lebih
efektif pada pasien dengan aktivitas renin plasma yang meningkat (Benowitz,
2004).
Beberapa mekanisme aksi antihipertensi di duga terdapat pada
golongan obat ini, mencakup menurunkan frekuensi irama jantung dan curah
jantung; menurunkan tingkat renin diplasma; memodali aktivitas eferen
saraf perifer; efek sentral tidak langsung. Semua β-blocker memicu
spasme bronkial, misalnya pada pasien dengan asma bronkial (Benowitz,
2004).
10
Golongan obat β-blocker diantaranya: obat yang bekerja
pada sentral (metildopa, klonidin, kuanabenz, guanfasin); obat
penghambat ganglion (trimetafan); agen penghambat neuron adrenergik
(guanetidin, guanedrel, reserpin); antagonis beta adrenergik (propanolol,
metoprolol); antagonis alfa-adrenergik (prazosin, terazosin, doksazosin,
fenoksibenzamin, fentolamin); antagonis adrenergik campuran (labetalol)
(Benowitz, 2004).
c. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
Cara kerja utamanya ialah menghambat sistem renin-angitensin-
aldosteron, namun juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis
prostaglandin vasodilatasi, dan kadang-kadang mereduksi aktivitas saraf simpatis
(Benowitz, 2004).
Batuk kering ditemukan pada 10% atau lebih penderita yang
mendapat obatini. Hipotensi yang berat dapat terjadi pada pasien dengan
stenosis arteri renal bilateral, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Golongan obat ACEI diantaranya adalah kaptopril, benazepril, enalapril,
fosinopril, lisinopril, moexipril, ramipril,quinapril, trandolapril (Benowitz,
2004).
d. Angiotensin II Reseptor Blocker (ARB)
Efek samping batuk tidak ditemukan pada pengobatan dengan ARB.
Namunefek samping hipotensi dan gagal ginjal masih dapat terjadi pada pasien
denganstenosis arteri renal bilateral dan hiperkalemia. Golongan obat yang
termasuk ARB adalah candesartan, eprosartan, irbesartan, losartan, olmesartan,
valsartan (Benowitz,1998).
e. Calcium Channel Blocker (CCB)
Calcium antagonist mengakibatkan relaksasi otot jantung dan
otot polos, dengan demikian mengurangi masuknya kalsium ke dalam sel. Obat
ini mengakibatkan vasodilatasi perifer, dan refleks takikardia dan retensi
cairan kurang bila dibanding dengan vasodilator lainnya. Efek samping
yang paling sering terjadi ialah nyeri kepala, edema perifer bradikardia dan
konstipasi. Golonga obat CCB adalah diltiazem, verapamil (Benowitz, 2004).
2.3 Penyakit Jantung Hipertensi
Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit jantung yang diakibatkan oleh
11
tingginya tekanan darah yang membuat otot-otot jantung mengalami penebalan
dan kekakuan sehingga membuat jantung sulit untuk memompa darah, yang pada
akhirnya bisa mengalami kegagalan fungsi karena menopang beban yang terlalu
berat untuk memompa darah. Hipertensi juga bisa menyebabkan arteri yang
mengelilingi jantung mengeras yang pada akhirnya dapat menyebabkan serangan
jantung (James, 2014).
2.3.1 Penatalaksanaan Hipertensi Pada Penyakit Jantung
Tatalaksana hipertensi pada pasien dengan penyakit jantung dan pembuluh
darah ditujukan pada pencegahan kematian, infark miokard, stroke, pengurangan
frekuensi dan durasi iskemia miokard dan memperbaiki tanda dan gejala. Target
tekanan darah yang telah banyak direkomendasikan oleh berbagai studi pada
pasien hipertensi dengan penyakit jantung dan pembuluh darah, adalah tekanan
darah sistolik <140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik <90 mmHg (James,
2014).
Obat-obat yang digunakan untuk terapi hipertensi pada pasien penyakit
jantung adalah sebagi berikut:
a. β-blocker
β-blocker merupakan obat pilihan pertama dalam tatalaksana hipertensi
pada pasien dengan penyakit jantung koroner terutama yang menyebabkan
timbulnya gejala angina. Obat ini akan bekerja mengurangi iskemia dan angina,
karena efekutamanya sebagai inotropik dan kronotropik negative (Perhimpunan
Dokter Kardiovaskular Indonesia, 2016). Tetapi, pada kebanyakan trial, diuretik
adalah obatutamanya, dan β-blocker ditambahkan untuk menurunkan tekanan
darah. Beberapastudi telah menunjukkan berkurangnya risiko kardiovaskular
apabila β-blockerdigunakan pasca infark miokard, pada sindroma koroner akut
atau pada angina stabilkronis (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006).
b. Calcium Channel Blockers (CCB)
CCB bukanlah agen lini pertama tetapi merupakan obat antihipertensi
yangefektif. CCB mempunyai indikasi khusus untuk yang berisiko tinggi
penyakitkoroner dan diabetes. CCB bekerja dengan menghambat influx kalsium
sepanjangmembran sel (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).
Selain itu, CCB juga akan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan efek
12
vasodilatasi koroner. Perlu diingat, bahwa walaupun CCB berguna pada tata
laksana angina, tetapi sampai saat ini belum ada rekomendasi yang menyatakan
bahwa obat ini berperan terhadap pencegahan kejadian kardiovaskular pada pasien
dengan penyakit jantung koroner (Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia,
2016).
CCB dihidropiridin sangat efektif pada lansia dan dapat digunakan sebagai
terapi tambahan bila diuretik tiazid tidak dapat mengontrol tekanan darah,
terutama pada pasien lansia dengan tekanan darah sistolik yang meningkat.
CCB nondihidropiridin (verapamil dan diltiazem) menurunkan denyut
jantung dan memperlambat konduksi nodal atriventrikular. Verapamil
menghasilkan efek negatif inotropik dan konotropik yang bertanggungjawab
terhadap kecenderungannya untuk memperparah atau menyebabkan gagal
jantung pada pasien risiko tinggi. Diltiazem juga mempunyai efek ini tetapi
tidak sebesar verapamil (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006).
c. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
ACEI bukan merupakaan terapi lini pertama untuk hipertensi. ACEI
menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, dimana
angiotensin IIadalah vasokonstriktor poten yang juga merangsang sekresi
aldosteron (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).
Penggunaan ACEI pada pasien penyakit jantung koroner yang disertai diabetes
mellitus dengan atau tanpa gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri
merupakan pilihan utama dengan rekomendasi penuh dari semua guidelines
yang telah dipublikasi. Pemberian obat ini secara khusus sangat bermanfaat
pada pasien jantung koroner dengan hipertensi, terutama dalam
pencegahan kejadian kardiovaskular (Perhimpunan Dokter Kardiovaskular
Indonesia, 2016).
d. Angiotensin II Receptor Blockers (ARB)
Indikasi pemberian ARB adalah pada pasien yang intoleran terhadap
ACEI. Beberapa penelitian besar, menyatakan valsartan dan captopril memiliki
efektifitasyang sama pada pasien paska infark miokard dengan risiko kejadian
kardiovaskular yang tinggi (Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia,
2016).
13
Angiotensin II dihasilkan dengan melibatkan dua jalur enzim yaitu RAAS
(Renin Angiotensin Aldosteron System) yang melibatkan ACE dan jalur
alternatifyang menggunakan enzim lain seperti chymase. ACEI hanya
menghambat efekangiotensinogen yang dihasilkan melalui RAAS, dimana ARB
menghambatangiotensinogen II dari semua jalan. Oleh karena perbedaan ini,
ACEI hanyamenghambat sebagian efek angiotensin II. ARB menghambat secara
langsungreseptor angiotensin II (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006).
e. Diuretik
Diuretik terutama golongan tiazid merupakan obat lini pertama untuk
kebanyakan pasien dengan hipertensi. Bila terapi kombinasi diperlukan
untukmengontrol tekanan darah, diuretik salah satu obat yang direkomendasikan
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).
14
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika pengetahuan bidang kesehatan (Kemenkes RI, 2020).
2.4.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020, Rumah Sakit
dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis
pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum
dan Rumah Sakit Khusus.
a. Klasifikasi Rumah Sakit Umum : memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit umum diklasifikasikan
menjadi 4 yaitu, Rumah Sakit Umum kelas A (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 250 buah), kelas B (paling sedikit 200 buah), kelas C (paling
sedikit 100 buah), dan kelas D (paling sedikit 50 buah). Rumah Sakit
Umum kelas D dibagi lagi menjadi kelas D dan kelas D Pratama.
b. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus: memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Rumah Sakit Khusus
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu, kelas A (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 100 buah), kelas B (paling sedikit 75 buah), dan kelas C (paling
sedikit 25 buah) (Kemenkes RI, 2020).
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
survey deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan suatu masalah kesehatan serta hal-hal yang terkait dengan
sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu
(Notoatmodjo, 2012).
16
3. Terdapat resep obat jantung hipertensi pada data rekam medik pasien.
4. Rekam medik yang lengkap dan jelas terbaca.
b. Kriteria ekslusi:
1. Pasien rawat jalan diluar bulan Juni 2021.
2. Wanita Hamil
3. Tidak dinyatakan dokter dengan diagnosa jantung hipertensi dalam data
rekam medik.
4. Tidak terdapat resep obat jantung hipertensi pada data rekam medik pasien.
5. Rekam medik tidak lengkap dan tidak jelas terbaca.
Teknik perhitugan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
perhitungan Rumus Slovin (Riduawan, 2011).
Rumus Slovin :
𝑁
n = 1+𝑁𝑥𝑑𝑑 2
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
dd = presisi yang ditetapkan 10%
Berdasarkan rumus diatas, populasi sebesar 196 data rekam medik, maka
besar sampel dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut:
196
n = 1+196𝑥0,12 = 66,21
Maka, besar sampel dalam penelitian ini sebesar 66,21 data rekam medik yang
peneliti bulatkan menjadi 66 data rekam medik.
17
3.5 Prosedur Kerja
- Dikumpulkan seluruh rekam medik pasien penyakit jantung hipertensi bulan
Juni 2021 pada pasien penyakit jantung rawat jalan yang mendapatkan obat
anti hipertensi.
- Diidentifikasi sampel sesuai kriteria sampel.
- Dicatat data hasil rekam medis berupa identitas pasien (meliputi jenis
kelamin, dan umur) dan data penggunaan obat (meliputi jenis obat dan dosis
obat).
- Dihitung persentase: P = f/n x 100%
Keterangan: P: Persentase
f: Frekuensi
n: jumlah sampel
- Disesuaikan dosis dengan Formularium Nasional Tahun 2019.
- Kemudian hasil data yang diperoleh diolah kedalam microsoft excel.
18
BAB IV
4.1 Karakteristik Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Data hasil karakteristik pasien rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Karakterisasi Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin
Kategori Jumlah Pasien Persentase
Jenis Kelamin
Perempuan 30 45,45%
Laki-laki 36 54,55%
Total 66 100%
19
menurunkan kadar Low Density Lipoprotein LDL). Tingginya kadar LDL dapat
menyebabkan akumulasi endapan lemak (plak) dalam arteri yang dapat
menghambat aliran darah, sedangkan HDL berperan dalam menjaga darah
mengalir bebas di dalam arteri sehingga tidak terjadi akumulasi endapan lemak
(Aspiani, 2015). Selain itu faktor resiko terjadinya penyakit jantung hipertensi
adalah dari pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok. Zat-zat kimia
yang terkandung di dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding arteri,
sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini
terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga
memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan pembuluh
darah, serta peran karbonmonoksida yang dapat menggantikan oksigen dalam
darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Oleh sebab itu,
laki-laki lebih cenderung terkena penyakit kardiovaskular dibandingkan
perempuan karena kebiasaan merokok (Syamsudin, 2008).
Tabel 4.2 Karakterisasi Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Berdasarkan Kategori Umur
Kategori Jumlah Pasien Persentase
Umur
26-45 15 22,72%
46-65 24 36,37%
>65 27 40,91%
Total 66 100%
20
hipertensi, walaupun jantung hipertensi dapat dialami orang dari berbagai
golongan umur, tetapi semakin tua seseorang maka akan semakin besar
kemungkinan menderita jantung hipertensi. Karena kekuatan otot jantung tidak
seelastis saat muda dan juga timbulnya penyakit jantung yang lain pada usia lanjut
yang merupakan faktor resiko dari jantung hipertensi (Aspiani, 2015).
Data hasil gambaran penggunaan obat anti hipertens pada pasien penyakit
jantung hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dapat dilihat
pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Gambaran Distribusi Terapi Pasien Penyakit Jantung Hipertensi di
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Terapi Obat Jumlah Persentase
Tunggal 30 22,72%
Kombinasi 102 77,28%
Total 132 100%
21
ARB bersama-sama pada satu pasien. Jika target tekanan darah tidak dapat
dicapai karena kontraindikisai atau perlu menggunakan 3 kombinasi obat maka
obat antihipertensi kelas lain dapat digunakan (James dkk., 2014).
Tabel 4.4 Gambaran Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien Penyakit
Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Terapi Obat Jumlah Persentase
Tunggal
β-blocker
Bisoprolol 10 7,56%
ACEi
Captopril 5 3,79%
Ramipril 6 4,55%
ARB
Valsartan 6 4,55%
Candesartan 3 2,27%
2 Kombinasi
BB+Diuretik
Bisoprolol+Furosemid 5 3,79%
BB+CCB
Bisoprolol+Amlodipin 6 4,55%
BB+ACEi/ARB
Bisoprolol+Valsartan 12 9,09%
Bisoprolol+Ramipril 3 2,27%
ACEi/ARB+Diuretik
Captopril+Furosemid 2 1,52%
Candesartan+Furosemid 1 0,76%
3 Kombinasi
BB+ACEi/ARB+Diuretik
Bisoprolol+Valsartan+Spironolakton 8 6,06%
Bisoprolol+ Captopril+Spironolakton 4 3,03%
Bisoprolol+Candesartan+Furosemid 8 6,06%
BB+CCB+Diuretik
Captopril+Amlodipin+HCT 5 3,79%
22
4 Kombinasi
BB+ACEi/ARB+Furosemid+Spironolakton
Bisoprolol+Ramipril+Furosemid+Spironolakton 14 10,60%
Bisoprolol+Valsartan+Furosemid+Spironolakton 15 11,36%
BB+ACEi+CCB+HCT
Bisoprolol+ Captopril+Amlodipin+HCT 13 9,85%
5 kombinasi
BB+ACEi/ARB+CCB+HCT+Spironolakton
Bisoprolol+Candesartan+Amlodipin+HCT+Spirnolakton 4 3,03%
BB+ACEi/ARB+ HCT+Furosemid+Spironolakton
Bisoprolol+ Captopril+HCT+Furosemid+Spironolakton 2 1,52%
Total 132 100%
Tabel 4.5 Total Obat Anti Hipertensi yang Digunakan Pada Pasien Penyakit
Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Nama Obat Jumlah Persentase
Bisoprolol 132 33,93%
Captopril 31 7,96%
Ramipril 23 5,91%
Valsartan 41 10,53%
Candesartan 16 4,11%
Amlodipin 28 7,19%
Furosemid 47 12,10%
Sprinolakton 47 12,10%
HCT 24 6,17%
Total 389 100%
23
pasien penyakit jantung hipertensi merupakan drug of choice dan telah terbukti
dapat meningkatkan Ejection Fraction, memperbaiki gejala, dan menurunkan
angka kematian pada pasien penyakit jantung. Golongan obat yang bekerja
dengan menghambat interaksi epinefrin, norepinefrin, dan obat-obatan
simpatomimetik dengan reseptor β (beta). Golongan β-blocker menurunkan irama
jantungdan curah jantung. β-blocker juga menurunkan pelepasan renin dan lebih
efektif pada pasien dengan aktivitas renin plasma yang meningkat. Beberapa
mekanisme aksi antihipertensi di duga terdapat pada golongan obat ini,
mencakup menurunkan frekuensi irama jantung dan curah jantung; menurunkan
tingkat renin diplasma; memodali aktivitas eferen saraf perifer; efek
sentral tidak langsung (Benowitz, 2004).
Pada golongan diuretik penggunaan obat furosemid ini untuk mengurangi
udema pada pasien penyakit jantung. Mekanisme kerja obat furosemide dengan
cara menghambat reabsorbpsi NaCl dalam ansa Henle asendens segmen tebal.
Furosemid bekerja dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl-. Na+ secara
aktif ditranspor keluar sel ke dalam interstisium oleh pompa yang tergantung pada
Na+/K+-ATPase di membrane basolateral. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
diuresis dan berakhir dengan penurunan tekanan darah (Guyon, 2008).
Spironolakton merupakan obat hemat kalium yang dapat dikombinasikan dengan
furosemide. Mekanisme kerja obat spironolakton adalah dengan cara memblokade
ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+
(Cl- dan H2O) dan menurunkan sekresi K+ yang diperkuat oleh listrik (Guyon,
2008; Kabo, 2012). Hal ini menyebabkan pengeluaran kalium akan ditahan
sehingga tidak terjadi hipokalemia (Kabo, 2012).
Penggunaan Angiotensin Reseptor Bloker (ARB) juga diharapkan dapat
menghambat sebagian besar efek negatif dari sistem Renin Angiotensin
Aldosteron (RAA). Mekanisme kerja ARB dengan cara mengikat reseptor
Angiotensin Tipe I (ATI) yang terdapat pada otot polos pembuluh darah, kelenjar
adrenal dan jaringan lainnya. ACE-Inhibitor bekerja dengan cara memblokade
fungsi sistem RAA, dimana obat golongan ACE-Inhibitor ini menekan efek
vasokonstriksi angiotensin II dalam susunan pembuluh darah sehingga
mengurangi resistensi perifer total dalam tekanan darah, menyebabkan netriuresis
dan diuresis yang membantu efek penurunan takanan darah dan membantu untuk
24
mengembalikan edema pulmonal sistemik dan remodeling jantung yang berperan
pada gejala dan progresivitas jantung (Guyon, 2008; Kabo, 2012).
Pengobatan lainnya adalah pengobatan menggunakan obat golongan
Calcium Chanel Blocker (CCB). Penggunaan CCB dapat menurunkan beban
jantung karena menurunkan afterload dan preload, meningkatkan aliran darah
koroner karena melebarkan pembuluh darah koroner dan menghambat
atherosklerosis karena dapat mencegah deskuamasi sel endotel akibat berbagai
ransangan (Kabo, 2012).
ARB
Valsartan 6 4,55%
Candesartan 3 2,27%
2 Kombinasi
BB+Diuretik
25
Bisoprolol+Furosemid 5 3,79%
BB+CCB
Bisoprolol+Amlodipin 6 4,55%
BB+ACEi/ARB
Bisoprolol+Valsartan 12 9,09%
Bisoprolol+Ramipril 3 2,27%
ACEi/ARB+Diuretik
Captopril+Furosemid 2 1,52%
Candesartan+Furosemid 1 0,76%
3 Kombinasi
BB+ACEi/ARB+Diuretik
Bisoprolol+Valsartan+Spironolakton 2 1,52%
6 4,54% -
HCT+Spironolakton
BB+ACEi/ARB+
26
HCT+Furosemid+Spironolakton
Bisoprolol+Captopril+HCT+ 2 1,52%
Furosemid+Spironolakton
Total 132 100%
27
BAB V
5.2 Saran
Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dilakukan penelitian terkait drug related
problems obat anti hipertensi pada pasien penyakit jantung di rawat jalan di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Benowitz, N.L. 2004. Obat Hipertensi. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 95-
101.
Destiani, D.P.R.S. 2015. Evaluasi Obat Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di
Fasilitas Kesehatan Rawat Jalan Pada Tahun 2015 dengan Metode
ATC/DDD. Farmaka. Halaman 1-2.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pharmaceutical Care untuk
Hipertensi. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Halaman 20-22.
Ganiswara dan Sulistyana G. 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: UI
Press. Halaman 54.
Guyon, A.H.J. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Halaman
119-121.
James, P. 2014. Evidence Based Guidline For Management High Blood Pressure
in Adults Report from The Panel Members. J Am Med Assoc. 311 (5): 577.
Jones, R.M. 2009. Penilaian Umum dan Tanda‐tanda Vital. Halaman 65.
Lauralee, S. 2011. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 9. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. Halaman 75.
29
Kemenkes RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 20.
Nopitasari, B.L., Nurbaety, B., dan Zuhroh, H. 2020. Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi pada Pasien Gagal Jantung Rawat Jalan di Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmu Kefarmasian. 1
(2): 70-71.
Sitompul, B., dan Sugeng, I.J. 2004. Gagal Jantung dalam Buku Ajar Kardiologi.
Jakarta: FK UI. Halaman 38 dan 40.
Ulfah, Anna. 2012. Gejala Awal dan Deteksi Dini Penyakit Jantung Koroner.
Halaman 48.
U.S. Departement of Health and Human Service. 2006. The Seventh Report of The
Joint National Comitee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Trearment of Blood Pressure. Bethesda: NIH Publication. Halaman 16.
U.S. Departement of Health and Human Service. 2013. The Seventh Report of The
Joint National Comitee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Trearment of Blood Pressure. Bethesda: NIH Publication. Halaman 9.
30
Lampiran 1. Surat Izin
31
Lampiran 2. Surat Keterangan Layak Etik
32
Lampiran 3. Master Data
33
mg
140/80 Captopril 12,5 30 1x1
mg
Furosemid 40 30 1x1
mg
6. TR P 69 HHD 114/66 Captopril 12,5 30 1x1
mg
7. JSB L 68 HHD 140/80 Concor 2,5 mg 30 2x1
Furosemid 40
mg 15 1X1
130/90 Concor 2,5 mg 30 1x1
Furosemid 40
mg 30 1x1
8. BP L 79 HHD 140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Ramipril 10 8 1x ½
mg
130/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Ramipril 5 mg 30 1x1
9. RE L 66 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
120/70 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Valsartan 80 30 1x1
mg
10. BP P 79 HHD 140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
mg
34
170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Candesartan 8 15 1x1
mg
Furosemid 40 15 1x1
mg
150/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Candesartan 8 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
mg
11. SY L 66 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Spironolakton 8 1x ½ -
25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Spironolakton 8 1x ½ -
25 mg
12. THP P 34 HHD 140/90 Captopril 12,5 15 1x1
mg
130/80 Valsartan 80 15 1x1
mg
13. SHS L 66 HHD 130/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Ramipril 5mg 15 1x1
Bisoprolol
35
120/90 2,5 mg 30 1x1
Valsartan 80
mg 30 1x1
14. RP P 39 HHD 130/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
120/80 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
15. ZRN P 46 HHD 140/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
mg
170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Ramipril 5 mg 15 1x1
Furosemid 40
mg 8 1x ½
Spironolakton
25 mg 15 1x1
mg
Spironolakton 8 1x ½
25 mg
36
16. JSS L 70 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Captopril 12,5 15 1x1
mg
HCT 25 mg 8 1x ½
Furosemid 40 8 1x ½
mg
Spironolakton 15 1x ½
25 mg
150/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Ramipril 5 mg 30 1x1
Furosemid 40
mg 15 1x ½
Spironolakton
25 mg 15 1x 1
37
20. RMS P 72 HHD 175/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
mg
Spironolakton 15 1x1
25 mg
160/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
mg
Spironolakton 8 1x 1
25 mg
21. RSM L 46 HHD 140/90 Bisoprolol 2,5 7 1x1
mg
Valsartan 80 7 1x1
mg
150/90 Bisoprolol 2,5 14 2x1
mg
Amlodipin 5 7 1x1
mg
120/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Amlodipin 5 15 1x ½
mg
38
22. ATS L 68 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1
mg
Valsartan 80 30 2x1
mg
Furosemid 40 15 1x ½
mg
Spironolakton 15 1x1
25 mg
150/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Furosemid 40 15 1x ½
mg
Spironolakton 8 1x 1
25 mg
23. PL P 60 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 30 2x1
mg
Valsartan 80 30 2x1
mg
130/80 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Valsartan 80 30 1x1
mg
24. BGN L 42 HHD 160/90 Bisoprolol 2,5 8 1x1
mg
Captopril 25 8 1x1
mg
Spironolakton 8 1x 1
25 mg
39
130/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Captopril 12,5 15 1x1
mg
Spironolakton 15 1x 1
25 mg
25. RFL L 60 HHD 160/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Captopril 25 15 1x1
mg
Spironolakton 15 1x1
25 mg
120/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Captopril 12,5 15 1x1
mg
Spironolakton 15 1x1
25 mg
26. IMB P 58 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Ramipril 5 mg 15 1x1
Furosemid 40
mg 15 1x1
Spironolakton
25 mg 15 1x1
mg
Spironolakton 30 1x1
40
25 mg
27. SS P 66 HHD 140/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
120/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Valsartan 80 30 1x1
mg
28. RS P 55 HHD 150/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Spironolakton 8 1x ½ -
25 mg
120/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Valsartan 80 30 1x1
mg
Spironolakton 15 1x ½ -
25 mg
29. PS L 38 HHD 140/90 Captopril 12,5 30 1x1
mg
Amlodipin 5 30 1x1
mg
HCT 25 mg 30 1x1
Spironolakton
41
25 mg 15 1x1
Spironolakton
25 mg 15 1x ½
mg
HCT 25 mg 8 1x ½
Spironolakton 15 1x1
25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Candesartan 8 15 1x1
mg
Furosemid 40 15 1x1
mg
32. DS P 57 HHD 150/90 Bisoprolol 15 1x1
2,5 mg
Amlodipin 5 15 1x1
mg
42
170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Spironolakton 15 1x ½ -
25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Valsartan 80 30 1x1
mg
Spironolakton 15 1x ½ -
25 mg
33. PSP L 40 HHD 140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
mg
120/90 Bisoprlol 2,5 30 1x1
mg
34. GM P 48 HHD 130/80 Valsartan 80 30 1x1
mg
35. HL P 50 HHD 140/90 Candesartan 16 15 1x1
mg
120/90 Candesartan 8 15 1x1
mg
36. ALB L 38 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Furosemid 40 15 1x1
mg
120/70 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
43
37. AS L 69 HHD 180/90 Bisoprolol 2,5 60 2x1
mg
Candesartan 16 30 1x1
mg
Amlodipin 5 30 1x1
mg
HCT 25 mg 15 1x ½
Spironolakton
25 mg 30 1x1
150/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Candesartan 16 30 1x1
mg
Furosemid 40 30 1x1
mg
38. JKS L 70 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1
mg
Candesartan 16 15 1x1
mg
Amlodipin 5 15 1x1
mg
HCT 25 mg 8 1x ½
Spironolakton 8 1x 1
25 mg
130/80 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Valsartan 80 30 1x1
mg
Spironolakton 30 1x1
25 mg
44
39. JGG L 72 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Spironolakton 8 1x ½
25 mg
110/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
40. ATS L 39 HHD 140/70 Bisoprolol 2,5 30 2X1
mg
120/90 Bisoprolol 2,5 15 1X1
mg
41. HN P 69 HHD 114/66 Candesartan 8 30 1x1
mg
42. IP P 55 HHD 140/70 Bisoprolol 2,5 60 2X1
mg
43. HAS L 65 HHD 125/72 Ramipril 10 mg 30 1x1
45
47. IRW P 62 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 8 1x1
mg
Candesartan 16 8 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x1
mg
170/90 Bisoprolol 2,5 16 2x1
mg
Valsartan 80 8 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x1
mg
Spironolakton 8 1x1
25 mg
150/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Furosemid 40 15 1x1
mg
Spironolakton 15 1x1
25 mg
48. AHF L 41 HHD 150/70 Captopril 12,5 15 1x1
mg
Amlodipin 10 15 1x1
mg
HCT 25 mg 15 1x1
46
49. SYS L 65 HHD 170/80 Bisoprolol 2,5 30 2x1
mg
Ramipril 10 mg 15 1x1
Furosemid 40
mg 15 1x1
Spironolakton
25 mg 15 1x1
Spironolakton
25 mg 8 1x 1
mg
120/90 Candesartan 8 60 2x1
mg
51. KSR P 71 HHD 170/70 Bisoprolol 2,5 16 2x1
mg
Candesartan 16 8 1x1
mg
Amlodipin 5 8 1x1
mg
HCT 25 mg 4 1x ½
Spironolakton 8 1x ½
47
25 mg
160/90 Bisoprolol 2,5 16 2x1
mg
Valsartan 80 8 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x1
mg
Spironolakton 8 1x1
25 mg
130/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Candesartan 8 30 2x1
mg
Furosemid 40 15 1x1
mg
52. RMG L 40 HHD 140/80 Captopril 12,5 15 1x1
mg
Amlodipin 10 15 1x1
mg
HCT 25 mg 15 1x1
48
150/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Ramipril 10 mg 30 1x1
Furosemid 40
mg 15 1x ½
Spironolakton
25 mg 30 1x1
mg
120/90 Candesartan 8 60 2x1
mg
55. MR P 38 HHD 160/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Furosemid 40 15 1x1
mg
Spironolakton 15 1x1
25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
mg
Spironolakton 8 1x ½
25 mg
49
56. PAS L 39 HHD 130/80 Ramipril 10 mg 15 1x1
mg
Spironolakton 15 1x1
25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Ramipril 5 mg 15 1x1
Furosemid 40
mg 15 1x 1
Spironolakton
25 mg 8 1x ½
mg
Spironolakton 30 1x 1
25 mg
59. RF P 63 HHD 160/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
50
mg
Spironolakton 15 1x 1
25 mg
mg
Spironolakton 30 1x 1
25 mg
60. PTS P 53 HHD 160/70 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Valsartan 80 30 1x1
mg
Furosemid 40 30 1x 1
mg
Spironolakton 30 1x 1
25 mg
130/80 Bisoprolol 2,5 30 1x1
mg
Valsartan 80 30 1x1
mg
Furosemid 40 15 1x ½
mg
Spironolakton 30 1x 1
25 mg
51
61. SYR L 68 HHD 170/80 Bisoprolol 2,5 60 2x1
mg
Candesartan 16 30 1x1
mg
Amlodipin 5 30 1x1
mg
HCT 25 mg 15 1x ½
Spironolakton 30 1x1
25 mg
62. AST P 73 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Furosemid 40 15 1x 1
mg
Spironolakton 15 1x 1
25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
mg
Spironolakton 8 1x ½
25 mg
52
64. AP L 72 HHD 175/80 Bisoprolol 2,5 30 2x1
mg
Ramipril 10 mg 15 1x1
Furosemid 40
mg 15 1x1
Spironolakton
25 mg 15 1x1
Spironolakton
25 mg 15 1x1
65. AE L 42 HHD 140/70 Ramipril 5mg 60 2x1
66. NN P 70 HHD 165/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1
mg
Valsartan 160 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
mg
Spironolakton 15 1x1
25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1
mg
Valsartan 80 15 1x1
mg
Furosemid 40 8 1x ½
mg
Spironolakton 15 1x1
25 mg
53
Lampiran 4. Formularium Nasional Tahun 2019
54
Lampiran 4. (lanjutan)
55
Lampiran 4. (lanjutan)
56
Lampiran 4. (lanjutan)
57
Lampiran 4. (lanjutan)
58
Lampiran 4. (lanjutan)
59
Lampiran 4. (lanjutan)
60
Lampiran 4. (lanjutan)
61
Lampiran 4. (lanjutan)
62
Lampiran 4. (lanjutan)
63
Lampiran 4. (lanjutan)
64
Lampiran 5. Foto Bukti Penelitian
65
Lampiran 6. Lembar Konsultasi
66
67
68
69
Lampiran 7. Berita Acara Perbaikan Proposal dan Skripsi
Pembimbing/
No. Penguji Revisi / Perbaikan TandaTangan
1. Penguji 1 1. Pada Bab I acuan pedoman
Nama : disesuaikan dengan pedoman yang
apt. Cut digunakan pada poli jantung RSUD
MasyitahThaib,
M.Si Dr. Pirngadi Medan.
2. Pada latar belakang difokuskan lagi
sesuai dengan judul.
3. Pada Bab III ditambahkan penelitian
mengenai ketepatan dosis obat
antihipertensi yang diberikan.
70
Lampiran 7. (lanjutan)
Pembimbing/
No. Penguji Revisi / Perbaikan Tanda Tangan
1. Penguji 1 1. Judul ditambahkan Hypertensive
Nama : Heart Disease.
apt. Cut
2. Bab IV ditambahkan alasan dosis
MasyitahThaib,
M.Si yang kurang tepat.
71