Anda di halaman 1dari 85

SKRIPSI

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTI HIPERTENSI


PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI
(HYPERTENSIVE HEART DISEASE) RAWAT JALAN
DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

OLEH:
IRMA HANDAYANI
NIM 190205412

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul:

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTI HIPERTENSI PADA PASIEN


PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI (HYPERTENSIVE HEART DISEASE)
RAWAT JALAN DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

IRMA HANDAYANI
NIM 190205412

Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi Farmasi
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia pada
tanggal 30 September 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Tim Penguji:

Tanda Tangan
Ketua Penguji : apt. Dra. Elly Sitorus, M.KM.

Anggota : 1. apt. Cut Masyitah Thaib, M.Si.

2. apt. Kanelius Harefa, M.Biomed.

Disetujui Oleh Diketahui Oleh


Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Ketua Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas Sari Mutiara Indonesia Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

(Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM) (apt. Cut Masyitah Thaib, M.Si)
NIDN. 0116107103
LEMBAR PERSETUJUAN

skripsi dengan judul:

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTI HIPERTENSI PADA PASIEN


PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI (HYPERTENSIVE HEART DISEASE)
RAWAT JALAN DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

Yang dipersiapkan oleh:

IRMA HANDAYANI
NIM: 190205412

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipersentasikan pada tanggal:


30 September 2021

Medan, Oktober 2021


Dosen Pembimbing,

(apt. Dra. Elly Sitorus, M.KM.)


GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTI HIPERTENSI PADA PASIEN
PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI (HYPERTENSIVE HEART DISEASE)
RAWAT JALAN DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Penanganan hipertensi diperlukan untuk mengurangi angka mordibitas dan mortalitas


penyakit jantung. Obat yang digunakan untuk penyakit jantung hipertensi adalah golongan β-
blocker, CCB, ACEi, ARB, dan diuretik. Keberhasilan penanganan secara medis ditentukan oleh
penggunaan obat yang memadai dan tepat. Tujuan penelitian adalah mengetahui jenis obat
antihipertensi yang digunakan dan dosis obat anti hipertensi yang digunakan pada pasien penyakit
jantung hipertensi rawat jalan di RSUD Pirngadi Kota Medan sesuai dengan Formularium
Nasional Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif yang dilakukan di
RSUD Dr. Pirngadi pada bulan Juni 2021. Sampel penelitian adalah rekam medik pasien rawat
jalan poli jantung pada bulan Juni 2021 sebanyak 66 sampel secara purposive. Data yang diolah
menggunakan Microsoft Excel disajikan dalam bentuk tabel distribusi. Hasil penelitian pada
kategori jenis kelamin menunjukkan penyakit jantung hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUD
Dr. Pirngadi Kota Medan lebih banyak laki-laki sebanyak 36 pasien (54,55%) dibandingkan
perempuan sebanyak 30 pasien (45,45%) dan kategori umur lebih banyak pada umur >65 tahun
sebanyak 27 pasien (40,91%) dibandingkan umur 46-65 sebanyak 24 pasien (36,37%) dan umur
26-45 sebanyak 15 pasien (22,72%). Penggunaan antihipertensi yang paling banyak digunakan
adalah golongan β-blocker yaitu Bisoprolol sebanyak 132 obat dari 66 rekam medik kemudian
diikuti oleh golongan Diuretik dengan ketepatan dosis sebesar 81% sesuai dengan Formularium
Nasional Tahun 2019. Kesimpulan dalam jenis obat antihipertensi yang digunakan pada
pasien penyakit jantung hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah β-
blocker (33,93%), diuretik (30,37%), ARB (14,64%), ACEi (13,87%), dan CCB (7,19%), serta
dosis obat antihipertensi telah sesuai dengan Formularium Nasional Tahun 2019 sebesar 81%.

Kata Kunci: Penyakit jantung hipertensi, Antihipertensi, Penggunaan Obat

iv
DESCRIPTION OF THE USE OF ANTI-HYPERTENSION MEDICINE IN
OUTCOME HYPERTENSIVE HEART DISEASE PATIENTS
IN RSUD DR. PIRNGADI MEDAN CITY

ABSTRACT

Handling hypertension is very necessary to reduce the morbidity and mortality of heart
disease. Drugs used for hypertensive heart disease are -blockers, CCBs, ACEi, ARBs, and
diuretics. The success of medical treatment is determined by the use of adequate and appropriate
drugs. The purpose of the study was to determine the type of antihypertensive drug used and the
dose of antihypertensive drug used in outpatient hypertensive heart disease patients at Pirngadi
Hospital Medan City in accordance with Formularium Nasional for hypertensive heart disease.
This study uses a descriptive survey method conducted at RSUD Dr. Pirngadi in June 2021. The
research sample was medical records of outpatient cardiac polyclinics in June 2021 as many as 66
samples purposively. The data that was processed using Microsoft Excel was presented in the form
of a distribution table. The results of the study in the gender category showed hypertensive heart
disease in outpatients at RSUD Dr. Pirngadi Medan City had more male as many as 36 patients
(54.55%) than women as many as 30 patients (45.45%) and the age category was more in the age
>65 years as many as 27 patients (40.91%) compared to the age of 46 -65 as many as 24 patients
(36.37%) and age 26-45 as many as 15 patients (22.72%). The most widely used antihypertensive
use is the -blocker group, namely Bisoprolol as many as 132 drugs from 66 medical records, then
followed by the Diuretic group with a dose accuracy of 81% according to Formularium Nasional.
The conclusion of the study was that the types of antihypertensive drugs used in outpatient
hypertensive heart disease patients at Pirngadi Hospital Medan City were β-blocker (33,93%),
diuretics (30,37%), ARBs (14,64%), ACEi (13,87%), dan CCBs (7,19%), and the dose of
antihypertensive drugs was in accordance with Formularium Nasional of 81%.

Keywords: Hypertensive heart disease, Antihypertensive, Drug use.

v
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Irma Handayani


NIM : 190205412
Program Studi : Farmasi

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya susun dengan judul:

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTI HIPERTENSI PADA PASIEN


PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI (HYPERTENSIVE HEART DISEASE)
RAWAT JALAN DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
Skripsi orang lain. Apabila dikemudian hari pernyataan Saya tidak benar, maka
Saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku.

Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
bila mana diperlukan.

Medan, 29 September 2021


Pembuat Pernyataan,

Irma Handayani
NIM: 19020541

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identifikasi Diri
1. Nama : Irma Handayani
2. Tempat/TanggalLahir : Medan, 19 Januari 1987
3. Agama : Islam
4. Nama Ayah : Samudera Putra
5. NamaIbu : Setia Rahayu
6. AnakKe : 2 dari 3 bersaudara
7. Alamat : Dusun IVA Perum. Grand Permata Blok H
Desa Sei Mencirim Kab. Deli Serdang
8. Nomor Hp : 081396966289
9. E-Mail : irmah3665@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1992 – 1998 : SD Taman Harapan Medan
2. Tahun 1998 – 2001 : SLTP Josua 1 Medan
3. Tahun 2001– 2004 : SMF Pharmaca Medan
4. Tahun 2018 – 2019 : D3 Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan
Indonesia
5. Tahun 2019-2021 : S1 Farmasi USM- Indonesia

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam penyusunan Skripsi
yang berjudul “Gambaran Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien
Penyakit Jantung Hipertensi (Hypertensive Heart Disease) Rawat Jalan di
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.”
Proposal ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan tugas akhir dalam mendapatkan gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi S-1 Farmasi di Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
(F.Fikes) Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
Dalam penyusunan Skripsi ini banyak hambatan yang penulis temukan,
namun berkat kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak sehingga Skripsi ini
dapat diselesaikan tepat waktu walaupun masih jauh dari kata sempurna. Pada
kesempatan ini, dengan kerendahan hati dan hormat penulis menyampaikan
ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu:
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, M.KM selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. apt. Cut Masyithah Thaib, M.Si selaku Ketua Prodi S1-Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
5. apt. Dra. Elly Sitorus, M.KM sebagai Dosen Pembimbing. yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran
dengan penuh kesabaran dan membimbing penulis selama ini.
6. Dosen-dosen dan seluruh Staf pengajar S1 Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan yang telah memberikan ilmu
selama masa perkuliahan.
7. Teristimewa kepada orang tua tercinta, suami, serta anak yang terus
memberikan motivasi, dukungan do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman dekat sata Ramadani Maya Sari, Siska Handayani, Nurlaili,

viii
Mayarni Taon Pardosi dan semua teman-teman mahasiswa/i Pafi yang
telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Terkhusus teman-teman sejawat dan seluruh pegawai Instalasi Farmasi
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah membantu dan memberikan
perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini, masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan Skripsi ini. Akhir kata penulis
berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2021


Penulis

Irma Handayani

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii

ABSTRAK..................................................................................................... iv

ABSTRACT .................................................................................................. v

SURAT PERNYARAAN TIDAK PLAGIAT .............................................. vi

DAFTAR RIWAYA HIDUP ........................................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

1.6 Kerangka Penelitian .................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5

2.1 Jantung ..................................................................................................... 5

2.1.1 Tekanan Darah dan Denyut Nadi ..................................................... 6

2.1.2 Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ............................................. 6

2.2 Hipertensi ................................................................................................. 7

2.2.1 Klasifikasi Hipertensi ....................................................................... 7

x
2.2.2 Etiologi Hipertensi ........................................................................... 8

2.2.3 Patofisiologi Hipertensi .................................................................... 8

2.2.4 Diagnosa Hipertensi ......................................................................... 9

2.2.5 Terapi Farmakologi Hipertensi ......................................................... 10

2.3 Penyakit Jantung Hipertensi ...................................................................... 11

2.3.1 Penatalaksanaan Hipertensi Pada Penyakit Jantung ........................... 12

2.4 Rumah Sakit ............................................................................................. 14

2.4.1 Definisi Rumah Sakit ....................................................................... 14

2.4.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit......................................................... 14

2.4.3 Klasifikasi Rumah Sakit ................................................................... 14

2.5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit .................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 16

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 16

3.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 16

3.2.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 16

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 16

3.3.1 Populasi............................................................................................ 16

3.3.2 Sampel ............................................................................................. 16

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 17

3.4.1 Jenis Data ......................................................................................... 17

3.4.2 Teknik Pengambilan Data ................................................................. 17

3.5 Prosedur .................................................................................................... 18

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 18

3.6.1 Pengolahan Data............................................................................... 18

xi
3.6.2 Analisis Data .................................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 19

4.1 Karakteristik Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan........ 19

4.2 Gambaran Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien Penyakit


Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ....... 21

4.3 Gambaran Ketepatan Dosis Obat Anti Hipertensi Pada Pasien Penyakit
Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ....... 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 28

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 28

5.2 Saran......................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 29

LAMPIRAN .................................................................................................. 31

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Jantung .......................................................................... 5

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC .......................................7

Tabel 4.1 Karakterisasi Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin .................................................19

Tabel 4.2 Karakterisasi Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Berdasarkan Kategori Umur ...............................................................20

Tabel 4.3 Gambaran Distribusi Terapi Pasien Penyakit Jantung Hipertensi


di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.....................................................21

Tabel 4.4 Gambaran Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien Penyakit
Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan ................................................................................................22

Tabel 4.5 Total Obat Anti Hipertensi yang Digunakan Pada Pasien Penyakit
Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan ................................................................................................23

Tabel 4.6 Analisis Ketepatan Dosis ....................................................................25

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang terpenting dalam sirkulasi. Jantung bekerja
memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
setiap saat, baik saat istirahat maupun bekerja (Sitompul dan Sugeng, 2004).
Penyakit kardiovaskuler atau cardiovascular disease (CVD) menempati
peringkat pertama penyebab kematian di dunia melebihi penyakit yang lain.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit tidak menular yang paling sering
menyebabkan kematian (Wihastuti dkk, 2016).
Penyakit Kardiovaskular sampai saat ini masih menjadi permasalahan
kesehatan global. Data yang diperoleh dari World Health Organization (2017),
menyebutkan angka kematian oleh karena Penyakit Kardiovaskular sebesar 17,7
juta orang setiap tahunnya dan 31% merupakan penyebab dari seluruh kematian
global. Angka kematian akibat Penyakit Kardiovaskular diprediksi akan terus
meningkat dari tahun ke tahun dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai
23,3 juta kematian.
Salah satu penyakit jantung yang sering terjadi dikalangan pria maupun
wanita adalah penyakit jantung akibat hipertensi dengan angka penderita yang
semakin hari semakin meningkat, pada tahun 2000 ditemukan sebanyak 972 juta
(26%) orang dewasa di dunia yang menderita penyakit jantung akibat hipertensi.
Angka ini diyakini akan terus meningkat tajam pada tahun 2025 nanti yangmana
hampir 29% orang dewasa di dunia menderita penyakit jantung yang diakibatkan
oleh hipertensi (Anonim, 2006). Penyakit jantung yang diakibatkan oleh
hipertensi adalah penyakit jantung yang diakibatkan oleh tingginya tekanan darah
yang membuat otot-otot jantung mengalami penebalan dan kekakuan sehingga
membuat jantung sulit untuk memompa darah, yang pada akhirnya bisa
mengalami kegagalan fungsi karena menopang beban yang terlalu berat untuk
memompa darah. Hipertensi juga bisa menyebabkan arteri yang mengelilingi
jantung mengeras yang pada akhirnya dapat menyebabkan serangan jantung
sehingga dapat diartikan bahwa hipertensi merupakan faktor resiko utama
terjadinya penyakit jantung. Hipertensi yang tidak diobati akan sangat
mempengaruhi organ jantung dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar

1
10-20 tahum (James, 2014).
Penanganan hipertensi sangat diperlukan untuk mengurangi angka
mordibitas dan mortalitas penyakit jantung. Fokus utama dalam penatalaksanaan
penyakit jantung hipertensi adalah pencapaian target tekanan darah sebesar
<140/90 mmHg. Tekanan darah terkontrol sesuai target terapi dapat menurunkan
risiko penyakit jantung sebesar 33-50%. Pencapaian tekanan darah target dapat
dilakukan dengan cara pemberian obat antihipertensi. Obat antihipertensi yang
digunakan untuk terapi penyakit jantung hipertensi adalah golongan beta blocker,
calcium channel blockers (CCB), angiotensin-converting enzyme inhibitors
(ACEI), angiotensin II receptor blockers (ARB), dan diuretik (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006). Penggunaan obat pada pasien
hipertensi harus memadai dan tepat sehingga tidak menyebabkan adanya resiko
terjadinya tekanan darah yang berubah drastis dan menyebabkan kematian
(Destiani, 2015).
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah
satu rumah sakit tipe B yang terletak di wilayah Medan, Sumatera Utara. Rumah
sakit ini memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang didukung oleh layanan
dokter spesialis dan sub spesialis, serta ditunjang dengan fasilitas medis yang
memadai. Berdasarkan observasi awal di RSUD Dr. Pingadi Kota Medan penyakit
jantung hipertensi menduduki peringkat 10 besar penyakit terbanyak yang terjadi
pada Juni 2021, pasien rawat jalan akan menebus resep setiap hari Senin, Rabu,
dan Jum’at dengan total resep yang masuk setiap minggunya sebanyak 49
resep/minggu. Mengingat tingginya penyakit jantung hipertensi tersebut, maka
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Penyakit Jantung Hipertensi (Hypertensive Heart
Disease) Rawat Jalan di RSUD Dr. Pingadi Kota Medan” agar dapat diketahui
permasalahan dalam pelaksanaannya sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah jenis obat anti hipertensi yang digunakan pada pasien penyakit
jantung hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan?
b. Apakah dosis obat anti hipertensi yang digunakan pada pasien penyakit

2
jantung hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah sesuai
dengan Formularium Nasional Tahun 2019 tentang Kewajiban Menggunakan
Obat Generik di Fasilitas Kesehatan Pemerintah?

1.3 Hipotesis Penelitian


a. Jenis obat antihipertensi yang digunakan pada pasien penyakit jantung
hipertensi di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah beta blocker, calcium
channel blockers (CCB), angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEI),
angiotensin II receptor blockers (ARB), dan diuretik.
b. Dosis obat antihipertensi yang digunakan pada pasien penyakit jantung
hipertensi di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah sesuai dengan
Formularium Nasional Tahun 2019 tentang Kewajiban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Kesehatan Pemerintah.

1.4 Tujuan Penelitian


a. Untuk mengetahui jenis obat antihipertensi yang digunakan pada pada pasien
penyakit jantung hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
b. Untuk mengetahui dosis obat antipertensi yang digunakan pada pasien
penyakit jantung hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
sesuai dengan Formularium Nasional Tahun 2019 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Kesehatan Pemerintah.

1.5 Manfaat Penelitian


a. Untuk RSUD Dr. Pirngadi Medan dapat dijadikan sebagai informasi dan
bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan medis terutama
dalam hal penggunaan obat antihipertensi pada penyakit jantung.
b. Untuk penulis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah wawasan.
c. Untuk menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi penelitian selanjutnya.

3
1.6 Kerangka Konsep

Rekam Medik Pasien Penyakit


Jantung Hipertensi

1. Karakteristik Pasien Gambaran Penggunaan Obat Anti


Rawat Jalan Hipertensi pada Pasien Penyakit
2. Jenis dan dosis obat Jantung di Rawat Jalan RSUD
antihipertensi Pirngadi Kota medan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jantung
Jantung merupakan organ yang penting dalamsisitem tubuh manusia.
Jantung berfungsi untuk memompakan darah yang mengandung oksigen dan
nutrien keseluruh tubuh. Jantung terdiri dari beberapa ruang yang dibatasi oleh
beberapa katup, diantaranya adalah katup atrioventrikular dan semilunar. Katup
atrioventricular terdiri atas katup bicuspid (mitral) dan katup tricuspid, yang
terletak diantara atrium dan ventrikel, sedangkan katup semilunar terletak antara
ventrikel dengan aorta dan arteri pulmonal (Karen, 2010).
Jantung manusia memiliki 4 katup yang memiliki fungsi yang berbeda
antar satu dengan yang lain. Kompleks mitral merupakan salah satu komponen
dari jantung yang memiliki peran sangat penting. Kompleks mitral
menghubungkan atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup mitral memiliki struktur
yang sangat kompleks. Untuk dapat menjalankan fungsi secara normal, kompleks
mitral memerlukan interaksi terkoordinasi antara daun katup, annulus, korda
tendinea, dan otot papilaris (Vanhanian, 2012).

Gambar 2.1 Anatomi Jantung


Jantung kira-kira sebesar kepalan tangan, terletak di dalam rongga dada
yang disebut thoraks, disebelah kiri garis tengah rongga dada (Knight, 1989).
Beratnya pada orang dewasa kira-kira mencapai 320 gram pada laki-laki dan 280
gram pada perempuan (Mutscler, 2010).
Jantung berdenyut 60-80 kali per menit, denyutan bertambah cepat pada
saat aktifitas atau emosi, agar kebutuhan tubuh akan energi dapat terpenuhi.
Andaikan denyutan jantung -70 kali per menit, maka dalam 1 jam jantung
berdenyut 4200 kali atau 100.800 kali sehari semalam. Tiap kali berdenyut

5
dipompakan darah sekitar 70 cc, jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah
sebanyak kira-kira 7000 liter (Mutscler, 2010).
Untuk memenuhi kebutuhan energi otot jantung, tersedia pembuluh darah
atau arteri koroner yang mengalirkan darah saraf nutrisi. Pembuluh ini keluar dari
pangkal pembuluh darah utama/aorta, ada dua yakni arteri koroner kiri (LCA) dan
arteri koroner kanan (RCA) .Masing-masing arteri koroner ini becabang-cabang
halus ke seluruh otot jantung, untuk menyuplai energi kimiawi (Ulfah, 2012).
2.1.1 Tekanan Darah dan Denyut Nadi
Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding
arteri.Tekanan darah mempunyai dua komponen yaitu sistolik dan
diastolik.Tekanan darah sistolik menggambarkan tekanan maksimum pada arteri
ketika kontraksi ventrikel kiri (atau sistol), dan diatur oleh volume stroke (atau
volume darah yang dipompa keluar pada setiap denyut janutng).Tekanan darah
diastolik adalah tekanan saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar kontraksi
ventrikel. Klasifikasi hasil pembacaan tekanan darah berdasarkan kriteria U.S.
Departement of Health and Human Service (2006), tertera tekanan darah normal
yaitu sistolik <120 mmHg atau diastolik <80 mmHg.
Ketika jantung berdenyut, jantung memompa darah melalui aorta dan
pembuluh darah perifer. Pemompaan ini menyebabkan darah menekan dinding
arteri, menciptakan gelombang tekanan seiring dengan denyut jantung yang pada
perifer terasa sebagai denyut/detak nadi. Kecepatan detak jantung normal pada
dewasa kurang dari 60 bpm disebut bradikardia, dan kecepatan jantung lebih dari
100 bpm disebut takhikardia. Selain kecepatan denyut nadi, ritme denyut nadi
juga harus dievaluasi. Normalnya, ritme nadi adalah tetap dan rata. Jika ritme
tidak teratur, disebut aritmia (Jones, 2009).
2.1.2 Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Penyakit Jantung merupakan gangguan yang terjadi pada sistem pembuluh
darah besar sehingga menyebabkan jantung dan peredaran darah tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.Penyakit jantung sering dikenal dengan “Suddent Death”
(Widiastuti dkk, 2014). Menurut Depkes Republik Indonesia (2007), penyakit
jantung dan pembuluh darah merupakan suatu kelainan yang terjadi pada organ
jantung dengan akibat terjadinya gangguan fungsional,anatomis serta sistem
hemodinamis. Sumber lain mendefenisikan bahwa penyakit jantung adalah

6
penyakit pada jantung yang terjadi karena adanya kelainan pada pembuluh darah
jantung. Risiko terjadinya penyakit jantung dapat dikurangi dengan menjalankan
berbagai tahap untuk mencegah dan mengontrol faktor risiko yang memperburuk
terjadinya penyakit jantung atau serangan jantung.

2.2 Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial, sistol ≥140 mmHg
dan diastol ≥90 mmHg. Tekanan darah bergantung kepada curah jantung, tahanan
periferpada pembuluh darah dan volume atau isi darah yang bersirkulasi. Faktor
utamadalam mengontrol tekanan arterial ialah output jantung dan tahanan perifer
total. Bilaoutput jantung (curah jantung) meningkat, tekanan darah arterial akan
meningkat,kecuali jika pada waktu yang bersamaan tahanan perifer menurun.
Tekanan darah akan meninggi bila salah satu faktor yang menentukan tekanan
darah mengalamikenaikan (Lumbantobing, 2008).
2.2.1 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah oleh U.S. Departement of Health and Human
Service (2013), untuk pasien dewasa (umur ≥18 tahun) berdasarkan rata-rata
pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebihkunjungan klinis
(Tabel 2.1). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengannilai normal
pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mm Hg dan tekanan darahdiastolik
(TDD) <80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakittetapi
mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkatke
klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat hipertensi
dansemua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC 8 (U.S. Departement of


Health and Human Service, 2013)

7
2.2.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Hipertensi esensial atau hipertnsi primer yaitu yang tidak diketahui
penyebabnya,disebut juga hipertensi idiopatik. Dari seluruh kejadian
hipertensi terdapat 95%kasus yang mengalami hipertensi primer. Faktor yang
mempengaruhi hipertensiprimer diantaranya genetik, lingkungan, sistem
renin angiotensin, sistem sarafotonom, dan faktor-faktor yang meningkatkan
risiko seperti merokok, alkohol,obesitas, dan lain-lain (Lauralee, 2011).
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang belum diketahui secara
pastipenyebabnya. Dari seluruh kejadian hipertensi terdapat sekitar 5% kasus
yangmengalami hipertensi sekunder. Hipertensi ini bisa disebabkan oleh obat-
obat danzat-zat lain (Lauralee, 2011).
2.2.3 Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan
darahsistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama
kontraksijantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial
dalam terbentuknya hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006):
a. Meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau
variasidiurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap
stress.
b. Psikososial.
c. Produksi berlebihan hormon aldosteron yang menahan natrium
danvasokonstriktor.
d. Asupan natrium (garam) berlebihan.
e. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium.
f. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya
produksiangiotensin II dan aldosteron.
g. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrat oksida (NO), dan pepti dan
atriuretik.
h. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi

8
tonusvaskular dan penanganan garam oleh ginjal.
i. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh
darah kecil di ginjal.
j. Diabetes mellitus.
k. Resistensi insulin.
l. Obesitas.
m. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors.
n. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristikinotropik dari jantung, dan tonus vaskular.
o. Berubahnya transpor ion dalam sel.
2.2.4 Diagnosa Hipertensi
Diagnosis hipertensi tidak boleh ditegakkan berdasarkan satu kali
pengukuran, kecuali bila tekanan darah diastolik ≥120 mmHg dan atau tekanan
darah sistolik ≥210 mmHg. Pengukuran pertama harus dikonfirmasi pada
setidaknya padasedikitnya 2 kunjungan lagi dalam waktu 1 sampai beberapa
minggu (tergantung daritingginya tekanan darah tersebut). diagnosa hipertensi
ditegakkan bila daripengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata
tekanan darah diastolik≥ 90 mmHg dan atau tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
(Ganiswara dan Sulistyana, 2005).
Diagnosa hipertensi berdasarkan pada pengukuran berulang-ulang
daritekanan darah yang meningkat. Diagnosa diperlukan untuk mengetahui
akibathipertensi bagi penderita, jarang untuk menetapkan sebab hipertensi
itusendiri. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa kerusakan ginjal, jantung
dan otakberkaitan secara langsung dengan besarnya peningkatan tekanan darah.
Hal yangperlu diperhatikan bahwa hipertensi dinyatakan berdasarkan tekanan
darah danbukan dari gejala yang dilaporkan penderita (Benowitz, 2004). Dalam
evaluasi pasien terdapat tiga tujuan yang diperoleh dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisis,pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium yaitu :
a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi
b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kariovaskuler,
beratnyapenyakit serta respon terhadap pengobatan
c. Mengidentifikasi adanya faktor kardiovaskuler yang lain atau penyakit
penyerta yang ikut menentukan prognosis dan ikut menetukan paduan

9
pengobatan.
2.2.5 Terapi Farmakologi Hipertensi
a. Diuretik
Mula-mula obat ini mengurangi volume ekstraseluler dan curah jantung.
Efek hipotensi dipertahankan selama terapi jangka panjang melalui
berkurangnyatahana vaskular, sedangkan curah jantung kembali ke tingkat
sebelum pengobatandan volume ekstraseluler tetap berkurang sedikit (Benowitz,
2004).
Mekanisme yang potensial untuk mengurangi tahanan vaskular oleh
reduksiion Na+ yang persisten walaupun sedikit saja mencakup pengurangan
volume cairaninterstisial, pengurangan konsentrasi Na+ di otot polos yang
sekunder dapatmengurangi konsentrasi ion Ca2+ intraseluler, sehingga sel
menjadi lebih resisten terhadap stimulus yang mengakibatkan kontraksi, dan
perubahan afinitas dan respondari reseptor permukaan sel terhadap hormon
vasokonstriktor (Benowitz, 2004).
Impotensi seksual merupakan efek samping yang paling mengganggu
padaobat golongan tiazid. Gout merupakan akibat hiperurisemia yang disebabkan
olehdiuretik. Kram otot dapat pula terjadi, dan merupakan efek samping yang
terkaitdengan dosis (Benowitz, 2004). Golongan Obat diuretik diantaranya tiazid
dan agenyang sejenis (hidroklorotiazid, klortalidon); diuretik loop (furosemid,
bemetanid,asam etakrinik); diuretik penyimpan ion K+ (amilorid, triamteren,
spironolakton) (Benowitz, 2004).
b. Penghambat reseptor β adrenergik (β-blocker)
Jenis obat ini efektif terhadap hipertensi. Obat ini menurunkan irama
jantungdan curah jantung. β-blocker juga menurunkan pelepasan renin dan lebih
efektif pada pasien dengan aktivitas renin plasma yang meningkat (Benowitz,
2004).
Beberapa mekanisme aksi antihipertensi di duga terdapat pada
golongan obat ini, mencakup menurunkan frekuensi irama jantung dan curah
jantung; menurunkan tingkat renin diplasma; memodali aktivitas eferen
saraf perifer; efek sentral tidak langsung. Semua β-blocker memicu
spasme bronkial, misalnya pada pasien dengan asma bronkial (Benowitz,
2004).

10
Golongan obat β-blocker diantaranya: obat yang bekerja
pada sentral (metildopa, klonidin, kuanabenz, guanfasin); obat
penghambat ganglion (trimetafan); agen penghambat neuron adrenergik
(guanetidin, guanedrel, reserpin); antagonis beta adrenergik (propanolol,
metoprolol); antagonis alfa-adrenergik (prazosin, terazosin, doksazosin,
fenoksibenzamin, fentolamin); antagonis adrenergik campuran (labetalol)
(Benowitz, 2004).
c. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
Cara kerja utamanya ialah menghambat sistem renin-angitensin-
aldosteron, namun juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis
prostaglandin vasodilatasi, dan kadang-kadang mereduksi aktivitas saraf simpatis
(Benowitz, 2004).
Batuk kering ditemukan pada 10% atau lebih penderita yang
mendapat obatini. Hipotensi yang berat dapat terjadi pada pasien dengan
stenosis arteri renal bilateral, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Golongan obat ACEI diantaranya adalah kaptopril, benazepril, enalapril,
fosinopril, lisinopril, moexipril, ramipril,quinapril, trandolapril (Benowitz,
2004).
d. Angiotensin II Reseptor Blocker (ARB)
Efek samping batuk tidak ditemukan pada pengobatan dengan ARB.
Namunefek samping hipotensi dan gagal ginjal masih dapat terjadi pada pasien
denganstenosis arteri renal bilateral dan hiperkalemia. Golongan obat yang
termasuk ARB adalah candesartan, eprosartan, irbesartan, losartan, olmesartan,
valsartan (Benowitz,1998).
e. Calcium Channel Blocker (CCB)
Calcium antagonist mengakibatkan relaksasi otot jantung dan
otot polos, dengan demikian mengurangi masuknya kalsium ke dalam sel. Obat
ini mengakibatkan vasodilatasi perifer, dan refleks takikardia dan retensi
cairan kurang bila dibanding dengan vasodilator lainnya. Efek samping
yang paling sering terjadi ialah nyeri kepala, edema perifer bradikardia dan
konstipasi. Golonga obat CCB adalah diltiazem, verapamil (Benowitz, 2004).
2.3 Penyakit Jantung Hipertensi
Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit jantung yang diakibatkan oleh

11
tingginya tekanan darah yang membuat otot-otot jantung mengalami penebalan
dan kekakuan sehingga membuat jantung sulit untuk memompa darah, yang pada
akhirnya bisa mengalami kegagalan fungsi karena menopang beban yang terlalu
berat untuk memompa darah. Hipertensi juga bisa menyebabkan arteri yang
mengelilingi jantung mengeras yang pada akhirnya dapat menyebabkan serangan
jantung (James, 2014).
2.3.1 Penatalaksanaan Hipertensi Pada Penyakit Jantung
Tatalaksana hipertensi pada pasien dengan penyakit jantung dan pembuluh
darah ditujukan pada pencegahan kematian, infark miokard, stroke, pengurangan
frekuensi dan durasi iskemia miokard dan memperbaiki tanda dan gejala. Target
tekanan darah yang telah banyak direkomendasikan oleh berbagai studi pada
pasien hipertensi dengan penyakit jantung dan pembuluh darah, adalah tekanan
darah sistolik <140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik <90 mmHg (James,
2014).
Obat-obat yang digunakan untuk terapi hipertensi pada pasien penyakit
jantung adalah sebagi berikut:
a. β-blocker
β-blocker merupakan obat pilihan pertama dalam tatalaksana hipertensi
pada pasien dengan penyakit jantung koroner terutama yang menyebabkan
timbulnya gejala angina. Obat ini akan bekerja mengurangi iskemia dan angina,
karena efekutamanya sebagai inotropik dan kronotropik negative (Perhimpunan
Dokter Kardiovaskular Indonesia, 2016). Tetapi, pada kebanyakan trial, diuretik
adalah obatutamanya, dan β-blocker ditambahkan untuk menurunkan tekanan
darah. Beberapastudi telah menunjukkan berkurangnya risiko kardiovaskular
apabila β-blockerdigunakan pasca infark miokard, pada sindroma koroner akut
atau pada angina stabilkronis (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006).
b. Calcium Channel Blockers (CCB)
CCB bukanlah agen lini pertama tetapi merupakan obat antihipertensi
yangefektif. CCB mempunyai indikasi khusus untuk yang berisiko tinggi
penyakitkoroner dan diabetes. CCB bekerja dengan menghambat influx kalsium
sepanjangmembran sel (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).
Selain itu, CCB juga akan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan efek

12
vasodilatasi koroner. Perlu diingat, bahwa walaupun CCB berguna pada tata
laksana angina, tetapi sampai saat ini belum ada rekomendasi yang menyatakan
bahwa obat ini berperan terhadap pencegahan kejadian kardiovaskular pada pasien
dengan penyakit jantung koroner (Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia,
2016).
CCB dihidropiridin sangat efektif pada lansia dan dapat digunakan sebagai
terapi tambahan bila diuretik tiazid tidak dapat mengontrol tekanan darah,
terutama pada pasien lansia dengan tekanan darah sistolik yang meningkat.
CCB nondihidropiridin (verapamil dan diltiazem) menurunkan denyut
jantung dan memperlambat konduksi nodal atriventrikular. Verapamil
menghasilkan efek negatif inotropik dan konotropik yang bertanggungjawab
terhadap kecenderungannya untuk memperparah atau menyebabkan gagal
jantung pada pasien risiko tinggi. Diltiazem juga mempunyai efek ini tetapi
tidak sebesar verapamil (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006).
c. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
ACEI bukan merupakaan terapi lini pertama untuk hipertensi. ACEI
menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, dimana
angiotensin IIadalah vasokonstriktor poten yang juga merangsang sekresi
aldosteron (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).
Penggunaan ACEI pada pasien penyakit jantung koroner yang disertai diabetes
mellitus dengan atau tanpa gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri
merupakan pilihan utama dengan rekomendasi penuh dari semua guidelines
yang telah dipublikasi. Pemberian obat ini secara khusus sangat bermanfaat
pada pasien jantung koroner dengan hipertensi, terutama dalam
pencegahan kejadian kardiovaskular (Perhimpunan Dokter Kardiovaskular
Indonesia, 2016).
d. Angiotensin II Receptor Blockers (ARB)
Indikasi pemberian ARB adalah pada pasien yang intoleran terhadap
ACEI. Beberapa penelitian besar, menyatakan valsartan dan captopril memiliki
efektifitasyang sama pada pasien paska infark miokard dengan risiko kejadian
kardiovaskular yang tinggi (Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia,
2016).

13
Angiotensin II dihasilkan dengan melibatkan dua jalur enzim yaitu RAAS
(Renin Angiotensin Aldosteron System) yang melibatkan ACE dan jalur
alternatifyang menggunakan enzim lain seperti chymase. ACEI hanya
menghambat efekangiotensinogen yang dihasilkan melalui RAAS, dimana ARB
menghambatangiotensinogen II dari semua jalan. Oleh karena perbedaan ini,
ACEI hanyamenghambat sebagian efek angiotensin II. ARB menghambat secara
langsungreseptor angiotensin II (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006).
e. Diuretik
Diuretik terutama golongan tiazid merupakan obat lini pertama untuk
kebanyakan pasien dengan hipertensi. Bila terapi kombinasi diperlukan
untukmengontrol tekanan darah, diuretik salah satu obat yang direkomendasikan
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).

2.4 Rumah Sakit


2.4.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 Pasal 1
tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kemenkes
RI, 2020).
2.4.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Rumah Sakit, bahwa rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

14
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika pengetahuan bidang kesehatan (Kemenkes RI, 2020).
2.4.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020, Rumah Sakit
dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis
pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum
dan Rumah Sakit Khusus.
a. Klasifikasi Rumah Sakit Umum : memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit umum diklasifikasikan
menjadi 4 yaitu, Rumah Sakit Umum kelas A (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 250 buah), kelas B (paling sedikit 200 buah), kelas C (paling
sedikit 100 buah), dan kelas D (paling sedikit 50 buah). Rumah Sakit
Umum kelas D dibagi lagi menjadi kelas D dan kelas D Pratama.
b. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus: memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Rumah Sakit Khusus
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu, kelas A (memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit 100 buah), kelas B (paling sedikit 75 buah), dan kelas C (paling
sedikit 25 buah) (Kemenkes RI, 2020).

2.5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit


Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan
pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,
mengaharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada
produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang beroientasi pada pasien
(pasien oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care)
(Kemenkes, 2016).

15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
survey deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan suatu masalah kesehatan serta hal-hal yang terkait dengan
sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu
(Notoatmodjo, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Lokasi penelitian ini terletak di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi yang terletak di Jalan Prof HM Yamin S.H No.
47 Medan, Provinsi Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dimulai dari bulan Juli 2021 dengan
mengambil data rekam medik pasien penyakit jantung hipertensi rawat jalan di
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dari bulan Juni 2021.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh rekam medik
penyakit jantung hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan.
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien
rawat jalan penyakit jantung yang mendapatkan terapi anti hipertensi pada Juni
2021. Sampel yang digunakan dalam penelitian yang telah memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi:
1. Pasien rawat jalan pada bulan Juni 2021.
2. Dinyatakan dokter dengan diagnosa jantung hipertensi dalam data rekam
medik.

16
3. Terdapat resep obat jantung hipertensi pada data rekam medik pasien.
4. Rekam medik yang lengkap dan jelas terbaca.
b. Kriteria ekslusi:
1. Pasien rawat jalan diluar bulan Juni 2021.
2. Wanita Hamil
3. Tidak dinyatakan dokter dengan diagnosa jantung hipertensi dalam data
rekam medik.
4. Tidak terdapat resep obat jantung hipertensi pada data rekam medik pasien.
5. Rekam medik tidak lengkap dan tidak jelas terbaca.
Teknik perhitugan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
perhitungan Rumus Slovin (Riduawan, 2011).
Rumus Slovin :
𝑁
n = 1+𝑁𝑥𝑑𝑑 2

Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
dd = presisi yang ditetapkan 10%
Berdasarkan rumus diatas, populasi sebesar 196 data rekam medik, maka
besar sampel dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut:
196
n = 1+196𝑥0,12 = 66,21

Maka, besar sampel dalam penelitian ini sebesar 66,21 data rekam medik yang
peneliti bulatkan menjadi 66 data rekam medik.

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder akan
diperoleh melalui data rekam medik pasien rawat jalan penyakit jantung hipertensi
pada bulan Juni 2021.
3.4.2 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
purposive sampling dengan cara systematic random sampling yaitu pengambilan
sampel secara acak dan sistematik.

17
3.5 Prosedur Kerja
- Dikumpulkan seluruh rekam medik pasien penyakit jantung hipertensi bulan
Juni 2021 pada pasien penyakit jantung rawat jalan yang mendapatkan obat
anti hipertensi.
- Diidentifikasi sampel sesuai kriteria sampel.
- Dicatat data hasil rekam medis berupa identitas pasien (meliputi jenis
kelamin, dan umur) dan data penggunaan obat (meliputi jenis obat dan dosis
obat).
- Dihitung persentase: P = f/n x 100%
Keterangan: P: Persentase
f: Frekuensi
n: jumlah sampel
- Disesuaikan dosis dengan Formularium Nasional Tahun 2019.
- Kemudian hasil data yang diperoleh diolah kedalam microsoft excel.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data


3.6.1 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah menggunakan Microsoft
Excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi sehingga didapat
Gambaran Penggunaan Obat Jantung Hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUD
Dr. Pirngadi Kota Medan pada Juni 2021.
3.6.2 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan
menggambarkan penggunaan obat jantung hipertensi pada pasien penyakit jantung
hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada Juni 2021 yang
disajikan dalam bentuk tabel.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Adapun penelitian mengenai gambaran penggunaan obat ini dilakukan
pada pasien penyakit jantung hipertensi di instalasi rawat jalan RSUD. Dr.
Pirngadi Kota Medan periode tahun 2021. Berdasarkan data yang telah didapatkan
terdapat 196 rekam medis pasien penyakit jantung hipertensi. Dikarenakan
terbatasnya izin pengambilan jumlah rekam medis pada saat penelitian maka nilai
kesalahan yang dapat ditolerir atau presisi dalam penelitian ini digunakan 10%
sehingga jumlah besaran sampel yang didapatkan dengan menggunakan rumus
Slovin yaitu sejumlah 66 rekam medis. Diketahui bahwa dalam sebagian besar
rekam medis tersebut terdapat lebih dari 2 resep sehingga jumlah total resep
dalam 66 rekam medis yaitu sebanyak 132 lembar resep.

4.1 Karakteristik Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Data hasil karakteristik pasien rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Karakterisasi Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin
Kategori Jumlah Pasien Persentase
Jenis Kelamin
Perempuan 30 45,45%
Laki-laki 36 54,55%
Total 66 100%

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh hasil pada kategori jenis kelamin


menunjukkan bahwa penyakit jantung hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUD
Dr. Pirngadi Kota Medan lebih banyak laki-laki sebanyak 36 pasien (54,55%)
dibandingkan perempuan sebanyak 30 pasien (45,45%). Penelitian ini sejalan
dengan yang dilakukan oleh Shakilla (2016) yang menyatakan bahwa pasien yang
lebih banyak menderita penyakit jantung adalah laki-laki. Faktor resiko penyakit
kardiovaskuler pada perempuan cenderung lebih rendah dibanding laki-laki
karena perempuan memiliki hormon estrogen yang memberikan efek positif pada
kardiovaskuler yaitu menaikan kadar High Density Lipoprotein (HDL) dan

19
menurunkan kadar Low Density Lipoprotein LDL). Tingginya kadar LDL dapat
menyebabkan akumulasi endapan lemak (plak) dalam arteri yang dapat
menghambat aliran darah, sedangkan HDL berperan dalam menjaga darah
mengalir bebas di dalam arteri sehingga tidak terjadi akumulasi endapan lemak
(Aspiani, 2015). Selain itu faktor resiko terjadinya penyakit jantung hipertensi
adalah dari pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok. Zat-zat kimia
yang terkandung di dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding arteri,
sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini
terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga
memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan pembuluh
darah, serta peran karbonmonoksida yang dapat menggantikan oksigen dalam
darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Oleh sebab itu,
laki-laki lebih cenderung terkena penyakit kardiovaskular dibandingkan
perempuan karena kebiasaan merokok (Syamsudin, 2008).
Tabel 4.2 Karakterisasi Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Berdasarkan Kategori Umur
Kategori Jumlah Pasien Persentase
Umur
26-45 15 22,72%
46-65 24 36,37%
>65 27 40,91%
Total 66 100%

Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh hasil pada kategori umur menunjukkan


bahwa penyakit jantung hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan lebih banyak pada umur >65 tahun sebanyak 27 pasien (40,91%)
dibandingkan umur 46-65 sebanyak 24 pasien (36,37%) dan umur 26-45 sebanyak
15 pasien (22,72%). Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya usia seseorang
akan semakin berisiko terkena serangan jantung hipertensi. Proses penuaan yang
terjadi pada individu akan dapat menyebabkan proses perubahan intergritas
lapisan dinding arteri (aterosklerosis) sehingga aliran darah dan nutrisi jaringan
terhambat. Selain itu akibat aterosklerosis menyebabkan terganggunya perfusi
jaringan karena kekakuan arteri yang menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan vaskuler perifer. Umur berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

20
hipertensi, walaupun jantung hipertensi dapat dialami orang dari berbagai
golongan umur, tetapi semakin tua seseorang maka akan semakin besar
kemungkinan menderita jantung hipertensi. Karena kekuatan otot jantung tidak
seelastis saat muda dan juga timbulnya penyakit jantung yang lain pada usia lanjut
yang merupakan faktor resiko dari jantung hipertensi (Aspiani, 2015).

4.3 Gambaran Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien Penyakit


Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Data hasil gambaran penggunaan obat anti hipertens pada pasien penyakit
jantung hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dapat dilihat
pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Gambaran Distribusi Terapi Pasien Penyakit Jantung Hipertensi di
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Terapi Obat Jumlah Persentase
Tunggal 30 22,72%
Kombinasi 102 77,28%
Total 132 100%

Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh hasil pada terapi obat menunjukkan


bahwa penyakit jantung hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan lebih banyak pada terapi obat kombinasi yaitu sebanyak 102 resep
(77,28%) dibandingkan terapi obat tunggal 30 resep (22,72%). Hal ini
dikarenakan terapi dengan lebih dari satu obat akan meningkatkan kemungkinan
untuk mencapai tujuan tekanan darah secara lebih cepat. Penggunaan kombinasi
obat sering menghasilka penunurunan tekanan darah yang lebih besar pada dosis
yang lebih rendah dibandungkan ketika obat digunakan secara tunggal, sehingga
kemungkinan efek samping yang terjadi lebih kecil (Kabo, 2014).
Tujuan utama terapi hipertensi pada penyakit jantung hipertensi adalah
mencapai dan mempertahankan target tekanan darah. Jika target tekanan darah
tidak tercapai dalam 1 bulan perawatan tingkatan dosis awal atau tambahan obat
kedua dari salah satu kelas yang direkomendasikan. Dokter harus terus menilai
tekanan darah dan menyesuaikan regimen perawatan sampai target tekanan darah
dicapai. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat tambahan
dan titrasi obat ketiga dari daftar regimen yang tersedia. Jangan gunakan acei dan

21
ARB bersama-sama pada satu pasien. Jika target tekanan darah tidak dapat
dicapai karena kontraindikisai atau perlu menggunakan 3 kombinasi obat maka
obat antihipertensi kelas lain dapat digunakan (James dkk., 2014).
Tabel 4.4 Gambaran Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien Penyakit
Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Terapi Obat Jumlah Persentase
Tunggal
β-blocker
Bisoprolol 10 7,56%
ACEi
Captopril 5 3,79%
Ramipril 6 4,55%
ARB
Valsartan 6 4,55%
Candesartan 3 2,27%
2 Kombinasi
BB+Diuretik
Bisoprolol+Furosemid 5 3,79%
BB+CCB
Bisoprolol+Amlodipin 6 4,55%
BB+ACEi/ARB
Bisoprolol+Valsartan 12 9,09%
Bisoprolol+Ramipril 3 2,27%
ACEi/ARB+Diuretik
Captopril+Furosemid 2 1,52%
Candesartan+Furosemid 1 0,76%
3 Kombinasi
BB+ACEi/ARB+Diuretik
Bisoprolol+Valsartan+Spironolakton 8 6,06%
Bisoprolol+ Captopril+Spironolakton 4 3,03%
Bisoprolol+Candesartan+Furosemid 8 6,06%
BB+CCB+Diuretik
Captopril+Amlodipin+HCT 5 3,79%

22
4 Kombinasi
BB+ACEi/ARB+Furosemid+Spironolakton
Bisoprolol+Ramipril+Furosemid+Spironolakton 14 10,60%
Bisoprolol+Valsartan+Furosemid+Spironolakton 15 11,36%
BB+ACEi+CCB+HCT
Bisoprolol+ Captopril+Amlodipin+HCT 13 9,85%
5 kombinasi
BB+ACEi/ARB+CCB+HCT+Spironolakton
Bisoprolol+Candesartan+Amlodipin+HCT+Spirnolakton 4 3,03%
BB+ACEi/ARB+ HCT+Furosemid+Spironolakton
Bisoprolol+ Captopril+HCT+Furosemid+Spironolakton 2 1,52%
Total 132 100%

Tabel 4.5 Total Obat Anti Hipertensi yang Digunakan Pada Pasien Penyakit
Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Nama Obat Jumlah Persentase
Bisoprolol 132 33,93%
Captopril 31 7,96%
Ramipril 23 5,91%
Valsartan 41 10,53%
Candesartan 16 4,11%
Amlodipin 28 7,19%
Furosemid 47 12,10%
Sprinolakton 47 12,10%
HCT 24 6,17%
Total 389 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 menunjukkan penggunaan


antihipertensi yang paling banyak digunakan pada pasien penyakit jantung
hipertensi adalah golongan β-blocker (33,93%) yaitu Bisoprolol kemudian diikuti
oleh golongan Diuretik (30,37%) yaitu Furosemid (12,10%), Sprinolakton
(12,10%), dan HCT (6,17%), golongan ARB (14,64%), golongan ACEi (13,87%),
kemudian golongan CCB (7,19%). Hal ini dikarenakan penggunaan β-bloker pada

23
pasien penyakit jantung hipertensi merupakan drug of choice dan telah terbukti
dapat meningkatkan Ejection Fraction, memperbaiki gejala, dan menurunkan
angka kematian pada pasien penyakit jantung. Golongan obat yang bekerja
dengan menghambat interaksi epinefrin, norepinefrin, dan obat-obatan
simpatomimetik dengan reseptor β (beta). Golongan β-blocker menurunkan irama
jantungdan curah jantung. β-blocker juga menurunkan pelepasan renin dan lebih
efektif pada pasien dengan aktivitas renin plasma yang meningkat. Beberapa
mekanisme aksi antihipertensi di duga terdapat pada golongan obat ini,
mencakup menurunkan frekuensi irama jantung dan curah jantung; menurunkan
tingkat renin diplasma; memodali aktivitas eferen saraf perifer; efek
sentral tidak langsung (Benowitz, 2004).
Pada golongan diuretik penggunaan obat furosemid ini untuk mengurangi
udema pada pasien penyakit jantung. Mekanisme kerja obat furosemide dengan
cara menghambat reabsorbpsi NaCl dalam ansa Henle asendens segmen tebal.
Furosemid bekerja dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl-. Na+ secara
aktif ditranspor keluar sel ke dalam interstisium oleh pompa yang tergantung pada
Na+/K+-ATPase di membrane basolateral. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
diuresis dan berakhir dengan penurunan tekanan darah (Guyon, 2008).
Spironolakton merupakan obat hemat kalium yang dapat dikombinasikan dengan
furosemide. Mekanisme kerja obat spironolakton adalah dengan cara memblokade
ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+
(Cl- dan H2O) dan menurunkan sekresi K+ yang diperkuat oleh listrik (Guyon,
2008; Kabo, 2012). Hal ini menyebabkan pengeluaran kalium akan ditahan
sehingga tidak terjadi hipokalemia (Kabo, 2012).
Penggunaan Angiotensin Reseptor Bloker (ARB) juga diharapkan dapat
menghambat sebagian besar efek negatif dari sistem Renin Angiotensin
Aldosteron (RAA). Mekanisme kerja ARB dengan cara mengikat reseptor
Angiotensin Tipe I (ATI) yang terdapat pada otot polos pembuluh darah, kelenjar
adrenal dan jaringan lainnya. ACE-Inhibitor bekerja dengan cara memblokade
fungsi sistem RAA, dimana obat golongan ACE-Inhibitor ini menekan efek
vasokonstriksi angiotensin II dalam susunan pembuluh darah sehingga
mengurangi resistensi perifer total dalam tekanan darah, menyebabkan netriuresis
dan diuresis yang membantu efek penurunan takanan darah dan membantu untuk

24
mengembalikan edema pulmonal sistemik dan remodeling jantung yang berperan
pada gejala dan progresivitas jantung (Guyon, 2008; Kabo, 2012).
Pengobatan lainnya adalah pengobatan menggunakan obat golongan
Calcium Chanel Blocker (CCB). Penggunaan CCB dapat menurunkan beban
jantung karena menurunkan afterload dan preload, meningkatkan aliran darah
koroner karena melebarkan pembuluh darah koroner dan menghambat
atherosklerosis karena dapat mencegah deskuamasi sel endotel akibat berbagai
ransangan (Kabo, 2012).

4.3 Gambaran Ketepatan Dosis Obat Antihipertensi pada Pasien Penyakit


Jantung Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Evaluasi ketepatan dosis pada penggunaan antihipertensi dilakukan dengan


membandingkan obat antihipertensi yang diberikan di RSUD Pirngadi Kota
Medan dengan Formularium Nasional Tahun 2019. Penyakit penyerta hipertensi
berhubungan dengan peningkatan risiko menjadi penyakit jantung. Terapi
antihipertensi secara jelas menurunkan angka kejadian gagal jantung (kecuali
penghambat adrenoreseptor alfa, yang kurang efektif dibanding antihipertensi lain
dalam pencegahan penyakit jantung) (Nopitasari dkk, 2020). Data analisis
ketepatan dosis dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Analisis Ketepatan Dosis
Terapi Obat Jumlah Persentase Ketepatan
Dosis
Tunggal
β-blocker
Bisoprolol 10 7,56% 
ACEi
Captopril 5 3,79% 
Ramipril 6 4,55% 

ARB

Valsartan 6 4,55%

Candesartan 3 2,27%
2 Kombinasi
BB+Diuretik

25
Bisoprolol+Furosemid 5 3,79% 
BB+CCB
Bisoprolol+Amlodipin 6 4,55% 
BB+ACEi/ARB
Bisoprolol+Valsartan 12 9,09% 

Bisoprolol+Ramipril 3 2,27%
ACEi/ARB+Diuretik

Captopril+Furosemid 2 1,52%

Candesartan+Furosemid 1 0,76%
3 Kombinasi
BB+ACEi/ARB+Diuretik

Bisoprolol+Valsartan+Spironolakton 2 1,52%
6 4,54% -

Bisoprolol+ Captopril+Spironolakton 4 3,03% 


Bisoprolol+Candesartan+Furosemid 8 6,06% 
BB+CCB+Diuretik
Captopril+Amlodipin+HCT 5 3,79% 
4 Kombinasi
BB+ACEi/ARB+Furosemid+
Spironolakton
Bisoprolol+Ramipril+Furosemid+ 14 10,60% 
Spironolakton
Bisoprolol+Valsartan+Furosemid+ 15 11,36% 
Spironolakton
BB+ACEi+CCB+HCT
Bisoprolol+ Captopril+Amlodipin+ 13 9,84% 
HCT
5 kombinasi
BB+ACEi/ARB+CCB+HCT+
Spironolakton
Bisoprolol+Candesartan+Amlodipin+ 4 3,03% 

HCT+Spironolakton
BB+ACEi/ARB+

26
HCT+Furosemid+Spironolakton
Bisoprolol+Captopril+HCT+ 2 1,52% 
Furosemid+Spironolakton
Total 132 100%

Tepat dosis adalah kesesuaian pemberian dosis obat antihipertensi dengan


rentang dosis terapi, ditinjau dari dosis penggunaan perhari dengan didasari pada
kondisi khusus pasien. Bila peresepan obat antihipertensi berada pada rentang
dosis minimal dan dosis perhari yang dianjurkan maka peresepan dikatakan tepat
dosis. Jika salah satu obat atau lebih obat yang digunakan oleh pasien dosisnya
kurang atau lebih maka dapat dikatakan tidak tepat dosis. Berdasarkan Tabel 4.6
pemilihan dosis yang tepat untuk pasien yang disesuaikan dengan Formularium
Nasional, maka diketahui bahawa ketepatan dosis sebanyak 108 resep dari 132
total resep dengan ketepatan sebesar 81% dari 100%. Pada terapi 3 kombinasi
yaitu kombinasi Bisoprolol + Valsartan + Spironolakton yangmana dosis
Spironolakton yang diberikan 12,5 mg/hari (under dose) dosis yang seharusnya
yaitu 25 mg/hari (Formularium Nasional, 2019; Perhimpunan Dokter
Kardiovaskular Indonesia, 2016). Hal ini dapat menyebabkan obat tidak mencapai
minimum effective concentration (MEC) dikarenakan dosis terlalu rendah untuk
menimbulkan efek yang diinginkan (Kabo, 2012).
Menurut James (2014), ketidaktepatan dosis Spironolakton dikarenakan
Spironolakton merupakan golongan diuretik pemberian dosisnya pada pasien
lansia diberikan secara perlahan-lahan hingga dicapai respon yang diinginkan.
Pemberian dosis pada pasien lansia juga harus diperhatikan karena fungsi
fisiologisnya menurun sehingga sangat mempengaruhi distribusi dan metabolisme
obat. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pola peresepan, pelayanan yang
diperikan kepada pasien, dan ketersediaan obat yang ada. Faktor lain yang
menunjang adalah adanya komitmen dari tenaga kesehatan khususnya dokter dan
apoteker yang menerepakan penatalaksaan terapi obat yang efektif dan efisien
sesuai dengan diagnosa dari pasien. Maka dari itu, dosis obat disesuaikan dengan
kondisi pasien saat berkonsultasi dengan dokter.

27
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
a. Jenis obat antihipertensi yang digunakan pada pasien penyakit jantung
hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah β-blocker
(33,93%), diuretik (30,37%), ARB (14,64%), ACEi (13,87%), dan CCB
(7,19%).
b. Dosis obat antihipertensi yang digunakan pada pasien penyakit jantung
hipertensi rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah sesuai dengan
Formularium Nasional Tahun 2019 tentang Kewajiban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Kesehatan Pemerintah sebesar 81%.

5.2 Saran
Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dilakukan penelitian terkait drug related
problems obat anti hipertensi pada pasien penyakit jantung di rawat jalan di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Pedoman Teknis Penemuan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.


Jakarta: Depkes RI. Halaman 46.

Aspiani, R. Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC. Halaman 161-163.

Benowitz, N.L. 2004. Obat Hipertensi. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 95-
101.

Depkes Republik Indonesia. 2007. Pedoman Survailans Epidemiologi Penyakit


Jantung dan Pembuluh Darah. Nomor ISBN 978-979-15129-2-3. Jakarta:
Departemen Kesehatab Republik Indonesia. Halaman 34-35.

Destiani, D.P.R.S. 2015. Evaluasi Obat Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di
Fasilitas Kesehatan Rawat Jalan Pada Tahun 2015 dengan Metode
ATC/DDD. Farmaka. Halaman 1-2.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pharmaceutical Care untuk
Hipertensi. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Halaman 20-22.

Ganiswara dan Sulistyana G. 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: UI
Press. Halaman 54.

Guyon, A.H.J. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Halaman
119-121.

James, P. 2014. Evidence Based Guidline For Management High Blood Pressure
in Adults Report from The Panel Members. J Am Med Assoc. 311 (5): 577.

Jones, R.M. 2009. Penilaian Umum dan Tanda‐tanda Vital. Halaman 65.

Karen, B. 2010. Stockley’s Drug Interaction. Ed IX. UK: Pharmaceutical Press.


Halaman 198.

Lauralee, S. 2011. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 9. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. Halaman 75.

Lumantobing, S.M. 2008. Neurologi Klinik. Jakarta: FK UI. Halaman 38.

Kabo, P. 2012. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular Secara


Rasional. Jakarta: UI Press. Halaman 56-58.

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72


tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 18.

29
Kemenkes RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 20.

Mutsler, E. 2010. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Bandung: ITB Press.


Halaman 199.

Nopitasari, B.L., Nurbaety, B., dan Zuhroh, H. 2020. Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi pada Pasien Gagal Jantung Rawat Jalan di Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmu Kefarmasian. 1
(2): 70-71.

Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia. 2016. Panduan Praktis Klinis


(PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Edisi I. Jakarta:Indonesia Heart Association. Halaman 5.

Sitompul, B., dan Sugeng, I.J. 2004. Gagal Jantung dalam Buku Ajar Kardiologi.
Jakarta: FK UI. Halaman 38 dan 40.

Syamsudin. 2008 Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal. Jakarta:


Salemba Medika. Halaman 35-38.

Ulfah, Anna. 2012. Gejala Awal dan Deteksi Dini Penyakit Jantung Koroner.
Halaman 48.

U.S. Departement of Health and Human Service. 2006. The Seventh Report of The
Joint National Comitee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Trearment of Blood Pressure. Bethesda: NIH Publication. Halaman 16.

U.S. Departement of Health and Human Service. 2013. The Seventh Report of The
Joint National Comitee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Trearment of Blood Pressure. Bethesda: NIH Publication. Halaman 9.

Vanhanian. 2012. Guidline on The Management of Valvular Heart Disease


(Version 2012): The Joint Task Force on The Management of Valvular
Heart Disease of ESC and EASTC. Europen Journal od Cardio-Thoracic
Surgert. 8 (1): 1-3.

Widiastuti, N.A., Stefanus dan Catur Supriyanto. 2014. Algoritma Klasifikasi


Data Mining Naïve Bayes Berbasis Particle Swarm Optimization Untuk
Deteksi Penyakit Jantung. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
Halaman 99.

Wihastuti, dkk. 2016. Patofisiologi Dasar Keperawatan Penyakit Jantung


Koroner : Inflamasi Vaskular. Malang: UB Press. Halaman 15-17.

30
Lampiran 1. Surat Izin

31
Lampiran 2. Surat Keterangan Layak Etik

32
Lampiran 3. Master Data

No. Nama JK Usia Diagnosa TD Terapi ∑ Aturan Tepat


Obat Pakai Dosis
1. TS P 68 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 16 2x1 
mg
Amlodipin 5 8 1x1 
mg
140/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Amlodipin 5 15 1x1 
mg
130/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Amlodipin 5 30 1x1 
mg
2. JM P 69 HHD 143/75 Candesartan 8 30 1x1 
mg
Furosemid 40 30 1x1 
mg
3. SMS L 51 HHD 120/70 Bisoprolol 2,5 30 1X1 
mg
4. AC L 52 HHD 130/80 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Varten 80 mg 30 1x1 

140/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 


mg
Varten 80 mg 15 1x1 

5. SP L 50 HHD 160/80 Captopril 12,5 15 1x1 


mg
Furosemid 40 15 1x1 

33
mg
140/80 Captopril 12,5 30 1x1 
mg
Furosemid 40 30 1x1 
mg
6. TR P 69 HHD 114/66 Captopril 12,5 30 1x1 
mg
7. JSB L 68 HHD 140/80 Concor 2,5 mg 30 2x1 
Furosemid 40
mg 15 1X1 
130/90 Concor 2,5 mg 30 1x1 
Furosemid 40
mg 30 1x1 
8. BP L 79 HHD 140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Ramipril 10 8 1x ½ 
mg
130/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Ramipril 5 mg 30 1x1 
9. RE L 66 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
120/70 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Valsartan 80 30 1x1 
mg
10. BP P 79 HHD 140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 
mg

34
170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Candesartan 8 15 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x1 

mg
150/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Candesartan 8 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 

mg
11. SY L 66 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Spironolakton 8 1x ½ -

25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Spironolakton 8 1x ½ -

25 mg
12. THP P 34 HHD 140/90 Captopril 12,5 15 1x1 
mg
130/80 Valsartan 80 15 1x1 
mg
13. SHS L 66 HHD 130/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Ramipril 5mg 15 1x1 
Bisoprolol

35
120/90 2,5 mg 30 1x1 
Valsartan 80
mg 30 1x1 
14. RP P 39 HHD 130/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
120/80 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
15. ZRN P 46 HHD 140/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 
mg
170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Ramipril 5 mg 15 1x1 
Furosemid 40
mg 8 1x ½ 

Spironolakton

25 mg 15 1x1

150/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 


mg
Ramipril 2,5 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 

mg

Spironolakton 8 1x ½
25 mg

36
16. JSS L 70 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Captopril 12,5 15 1x1 
mg
HCT 25 mg 8 1x ½ 

Furosemid 40 8 1x ½
mg

Spironolakton 15 1x ½
25 mg
150/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Ramipril 5 mg 30 1x1 
Furosemid 40
mg 15 1x ½ 

Spironolakton
25 mg 15 1x 1 

17. RSH P 68 HHD 140/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 


mg
Furosemid 40 30 1x1 
mg
18. JSB P 54 HHD 150/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Amlodipin 10 30 1x1 
mg
19. HLM L 52 HHD 160/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
140/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Valsartan 80 30 1x1 
mg

37
20. RMS P 72 HHD 175/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 

mg

Spironolakton 15 1x1
25 mg
160/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 

mg

Spironolakton 8 1x 1
25 mg
21. RSM L 46 HHD 140/90 Bisoprolol 2,5 7 1x1 
mg
Valsartan 80 7 1x1 
mg
150/90 Bisoprolol 2,5 14 2x1 
mg
Amlodipin 5 7 1x1 
mg
120/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Amlodipin 5 15 1x ½ 
mg

38
22. ATS L 68 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1 
mg
Valsartan 80 30 2x1 
mg
Furosemid 40 15 1x ½ 

mg

Spironolakton 15 1x1
25 mg
150/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x ½ 

mg

Spironolakton 8 1x 1
25 mg
23. PL P 60 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 30 2x1 
mg
Valsartan 80 30 2x1 
mg
130/80 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Valsartan 80 30 1x1 
mg
24. BGN L 42 HHD 160/90 Bisoprolol 2,5 8 1x1 
mg
Captopril 25 8 1x1 
mg
Spironolakton 8 1x 1 

25 mg

39
130/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Captopril 12,5 15 1x1 
mg
Spironolakton 15 1x 1 

25 mg
25. RFL L 60 HHD 160/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Captopril 25 15 1x1 
mg
Spironolakton 15 1x1 

25 mg
120/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Captopril 12,5 15 1x1 
mg
Spironolakton 15 1x1 

25 mg
26. IMB P 58 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Ramipril 5 mg 15 1x1 
Furosemid 40
mg 15 1x1 

Spironolakton

25 mg 15 1x1

150/90 Bisoprolol 30 1x1 


Valsartan 80 30 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x ½ 

mg
Spironolakton 30 1x1 

40
25 mg
27. SS P 66 HHD 140/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
120/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Valsartan 80 30 1x1 
mg
28. RS P 55 HHD 150/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Spironolakton 8 1x ½ -

25 mg
120/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Valsartan 80 30 1x1 
mg
Spironolakton 15 1x ½ -

25 mg
29. PS L 38 HHD 140/90 Captopril 12,5 30 1x1 
mg
Amlodipin 5 30 1x1 
mg
HCT 25 mg 30 1x1 

30. RC L 68 HHD 160/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 


mg
Ramipril 5 mg 15 1x1 
Furosemid 40
mg 8 1x ½ 

Spironolakton

41
25 mg 15 1x1 

140/90 Bisoprolol 2,5


mg 30 1x1 
Ramipril 5 mg 30 1x1 
Furosemid 40
mg 15 1x ½ 

Spironolakton
25 mg 15 1x ½ 

31. RTS P 51 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 


mg
Candesartan 16 15 1x1 
mg
Amlodipin 5 15 1x1 

mg

HCT 25 mg 8 1x ½
Spironolakton 15 1x1

25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Candesartan 8 15 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x1 

mg
32. DS P 57 HHD 150/90 Bisoprolol 15 1x1 
2,5 mg
Amlodipin 5 15 1x1 
mg

42
170/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Spironolakton 15 1x ½ -

25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Valsartan 80 30 1x1 
mg
Spironolakton 15 1x ½ -

25 mg
33. PSP L 40 HHD 140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 
mg
120/90 Bisoprlol 2,5 30 1x1 
mg
34. GM P 48 HHD 130/80 Valsartan 80 30 1x1 
mg
35. HL P 50 HHD 140/90 Candesartan 16 15 1x1 
mg
120/90 Candesartan 8 15 1x1 
mg
36. ALB L 38 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x1 
mg
120/70 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg

43
37. AS L 69 HHD 180/90 Bisoprolol 2,5 60 2x1 
mg
Candesartan 16 30 1x1 
mg
Amlodipin 5 30 1x1 

mg

HCT 25 mg 15 1x ½
Spironolakton

25 mg 30 1x1
150/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Candesartan 16 30 1x1 
mg
Furosemid 40 30 1x1 

mg
38. JKS L 70 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1 
mg
Candesartan 16 15 1x1 
mg
Amlodipin 5 15 1x1 

mg

HCT 25 mg 8 1x ½

Spironolakton 8 1x 1
25 mg
130/80 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Valsartan 80 30 1x1 
mg
Spironolakton 30 1x1 

25 mg

44
39. JGG L 72 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Spironolakton 8 1x ½ 

25 mg
110/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
40. ATS L 39 HHD 140/70 Bisoprolol 2,5 30 2X1 
mg
120/90 Bisoprolol 2,5 15 1X1 
mg
41. HN P 69 HHD 114/66 Candesartan 8 30 1x1 
mg
42. IP P 55 HHD 140/70 Bisoprolol 2,5 60 2X1 
mg
43. HAS L 65 HHD 125/72 Ramipril 10 mg 30 1x1 

44. SP L 68 HHD 140/90 Captopril 12,5 15 1x1 


mg
Amlodipin 5 15 1x1 
mg
HCT 25 mg 15 1x1 

120/80 Captopril 25 30 1x1
mg
45. STW L 60 HHD 140/80 Captopril 12,5 15 1x1 
mg
Amlodipin 5 15 1x1 
mg
HCT 25 mg 15 1x1 

120/90 Ramipril 10 mg 30 1x1 


46. PIS P 35 HHD 130/70 Valsartan 80 30 1x1 
mg

45
47. IRW P 62 HHD 150/80 Bisoprolol 2,5 8 1x1 
mg
Candesartan 16 8 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x1 

mg
170/90 Bisoprolol 2,5 16 2x1 
mg
Valsartan 80 8 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x1 

mg
Spironolakton 8 1x1 

25 mg
150/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x1 

mg
Spironolakton 15 1x1 

25 mg
48. AHF L 41 HHD 150/70 Captopril 12,5 15 1x1 
mg
Amlodipin 10 15 1x1 
mg
HCT 25 mg 15 1x1 

130/80 Valsartan 80 60 2x1 


mg

46
49. SYS L 65 HHD 170/80 Bisoprolol 2,5 30 2x1 
mg
Ramipril 10 mg 15 1x1 
Furosemid 40
mg 15 1x1 

Spironolakton

25 mg 15 1x1

150/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1 


mg
Ramipril 10 mg 15 1x1 
Furosemid 40
mg 15 1x1 

Spironolakton

25 mg 8 1x 1

50. KMR P 51 HHD 160/80 Bisoprolol 2,5 30 2x1 


mg
Candesartan 8 15 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x1 

mg
120/90 Candesartan 8 60 2x1 
mg
51. KSR P 71 HHD 170/70 Bisoprolol 2,5 16 2x1 
mg
Candesartan 16 8 1x1 
mg
Amlodipin 5 8 1x1 

mg
HCT 25 mg 4 1x ½ 

Spironolakton 8 1x ½

47
25 mg
160/90 Bisoprolol 2,5 16 2x1 
mg
Valsartan 80 8 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x1 

mg
Spironolakton 8 1x1 

25 mg
130/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Candesartan 8 30 2x1 
mg
Furosemid 40 15 1x1 

mg
52. RMG L 40 HHD 140/80 Captopril 12,5 15 1x1 
mg
Amlodipin 10 15 1x1 
mg
HCT 25 mg 15 1x1 

120/90 Valsartan 80 30 1x1 


mg
53. RDS L 63 HHD 175/70 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Captopril 12,5 15 1x1 
mg
HCT 25 mg 8 1x ½ 

Furosemid 40 8 1x ½
mg

Spironolakton 15 1x1
25 mg

48
150/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Ramipril 10 mg 30 1x1 
Furosemid 40
mg 15 1x ½ 

Spironolakton

25 mg 30 1x1

54. LD P 70 HHD 160/70 Bisoprolol 2,5 30 2x1 


mg
Candesartan 8 30 2x1 
mg
Furosemid 40 15 1x ½ 

mg
120/90 Candesartan 8 60 2x1 
mg
55. MR P 38 HHD 160/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x1 

mg
Spironolakton 15 1x1 

25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 

mg
Spironolakton 8 1x ½ 

25 mg

49
56. PAS L 39 HHD 130/80 Ramipril 10 mg 15 1x1 

110/90 Ramipril 2,5 30 2x1 


mg
57. TJH L 62 HHD 165/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1 
mg
Ramipril 5 mg 15 1x1 
Furosemid 40 8 1x ½ 

mg
Spironolakton 15 1x1 

25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Ramipril 5 mg 15 1x1 
Furosemid 40
mg 15 1x 1 

Spironolakton
25 mg 8 1x ½ 

58. JM L 41 HHD 150/70 Bisoprolol 2,5 60 2x1 


mg
Ramipril 5 60 2x1 
mg
Furosemid 40 15 1x ½ 

mg

Spironolakton 30 1x 1
25 mg
59. RF P 63 HHD 160/80 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 

50
mg
Spironolakton 15 1x 1 
25 mg

130/90 Bisoprolol 2,5 30 1x1 


mg
Valsartan 80 30 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x ½ 

mg
Spironolakton 30 1x 1 

25 mg
60. PTS P 53 HHD 160/70 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Valsartan 80 30 1x1 
mg
Furosemid 40 30 1x 1 

mg

Spironolakton 30 1x 1
25 mg
130/80 Bisoprolol 2,5 30 1x1 
mg
Valsartan 80 30 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x ½ 

mg

Spironolakton 30 1x 1
25 mg

51
61. SYR L 68 HHD 170/80 Bisoprolol 2,5 60 2x1 
mg
Candesartan 16 30 1x1 
mg
Amlodipin 5 30 1x1 

mg

HCT 25 mg 15 1x ½

Spironolakton 30 1x1
25 mg
62. AST P 73 HHD 170/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Furosemid 40 15 1x 1 

mg
Spironolakton 15 1x 1 

25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 15 1x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 

mg
Spironolakton 8 1x ½ 

25 mg

63. MD L 45 HHD 130/80 Valsartan 160 30 1x1 


mg

52
64. AP L 72 HHD 175/80 Bisoprolol 2,5 30 2x1 
mg
Ramipril 10 mg 15 1x1 
Furosemid 40
mg 15 1x1 

Spironolakton

25 mg 15 1x1

150/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1 


mg
Ramipril 5 mg 15 1x1 
Furosemid 40
mg 15 1x1 

Spironolakton

25 mg 15 1x1
65. AE L 42 HHD 140/70 Ramipril 5mg 60 2x1 
66. NN P 70 HHD 165/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1 
mg
Valsartan 160 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 

mg
Spironolakton 15 1x1 

25 mg
140/90 Bisoprolol 2,5 30 2x1 
mg
Valsartan 80 15 1x1 
mg
Furosemid 40 8 1x ½ 

mg
Spironolakton 15 1x1 

25 mg

53
Lampiran 4. Formularium Nasional Tahun 2019

54
Lampiran 4. (lanjutan)

55
Lampiran 4. (lanjutan)

56
Lampiran 4. (lanjutan)

57
Lampiran 4. (lanjutan)

58
Lampiran 4. (lanjutan)

59
Lampiran 4. (lanjutan)

60
Lampiran 4. (lanjutan)

61
Lampiran 4. (lanjutan)

62
Lampiran 4. (lanjutan)

63
Lampiran 4. (lanjutan)

64
Lampiran 5. Foto Bukti Penelitian

65
Lampiran 6. Lembar Konsultasi

66
67
68
69
Lampiran 7. Berita Acara Perbaikan Proposal dan Skripsi

BERITA ACARA PERBAIKAN PROPOSAL

NAMA : Irma Handayani


NIM : 190205412
JUDUL : Gambaran Penggunaan Obat Antihipertensi pada
Pasien Penyakit Jantung Hipertensi Rawat Jalan di
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Tanggal Seminar Proposal : 04 Juni 2021

Pembimbing/
No. Penguji Revisi / Perbaikan TandaTangan
1. Penguji 1 1. Pada Bab I acuan pedoman
Nama : disesuaikan dengan pedoman yang
apt. Cut digunakan pada poli jantung RSUD
MasyitahThaib,
M.Si Dr. Pirngadi Medan.
2. Pada latar belakang difokuskan lagi
sesuai dengan judul.
3. Pada Bab III ditambahkan penelitian
mengenai ketepatan dosis obat
antihipertensi yang diberikan.

2 Penguji 2 1. Judul diganti menjadi gambaran


Nama: penggunaan obat.
apt. 2. Latar belakang disesuaikan dengan
Kanelius
judul.
Harefa,
M.Biomed 3. Kerangka pikir diperbaiki.
4. Pada Bab III data sekunder
dihapuskan.

3 Pembimbing Pengambilan data dilakukan di bulan


Nama : Juni.
apt. Dra.
Elly Sitorus,
M.KM

70
Lampiran 7. (lanjutan)

BERITA ACARA PERBAIKAN SKRIPSI

NAMA : Irma Handayani


NIM : 190205412
JUDUL : Gambaran Penggunaan Obat Antihipertensi pada
Pasien Penyakit Jantung Hipertensi (Hypertensive
Heart Disease) Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan
Tanggal Seminar Proposal : 30 September 2021

Pembimbing/
No. Penguji Revisi / Perbaikan Tanda Tangan
1. Penguji 1 1. Judul ditambahkan Hypertensive
Nama : Heart Disease.
apt. Cut
2. Bab IV ditambahkan alasan dosis
MasyitahThaib,
M.Si yang kurang tepat.

2 Penguji 2 1. Abstrak tidak terdapat garis baru.


Nama: 2. Kesimpulan ditambahkan persen
apt. penggunaan obat.
Kanelius 3. Master data/rekam medik
Harefa, ditambahkan keterangan obat yang
M.Biomed sesuai dosis/tidak.

3 Pembimbing 1. Master data diperbaiki dengan


Nama : keterangan yang jelas terkait dosis
apt. Dra. yang tepat.
Elly Sitorus,
M.KM

71

Anda mungkin juga menyukai