Anda di halaman 1dari 81

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENJUALAN OBAT HIPERTENSI


GOLONGAN ANTAGONIS KALSIUM GENERIK
DENGAN NAMA PATENNYA DI APOTEK
BUMI SEHAT, APOTEK MITHA FARMA,
DAN APOTEK YASMIN MEDAN

NOVERTINA PANGARIBUAN
P07539014020

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN FARMASI
2017
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENJUALAN OBAT HIPERTENSI


GOLONGAN ANTAGONIS KALSIUM GENERIK
DENGAN NAMA PATENNYA DI APOTEK
BUMI SEHAT, APOTEK MITHA FARMA,
DAN APOTEK YASMIN MEDAN

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma III Farmasi

NOVERTINA PANGARIBUAN
P07539014020

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN FARMASI
2017
SURAT PERNYATAAN

GAMBARAN PENJUALAN OBAT HIPERTENSI GOLONGAN ANTAGONIS


KALSIUM GENERIK DENGAN NAMA PATENNYA DI APOTIK BUMI SEHAT,
APOTIK MITHA FARMA DAN APOTIK YASMIN MEDAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk disuatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini.

Medan, Juli 2017

NOVERTINA PANGARIBUAN
NIM: P07539014020
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN FARMASI
KTI. AGUSTUS 2017

Novertina Pangaribuan
Gambaran Penjualan Obat Hipertensi Golongan Antagonis Kalsium Generik
Dengan Nama Patennya di Apotek Bumi Sehat, Apotek Mitha farma, dan
Apotek Yasmin Medan.

ix + 52 halaman, 12 tabel, 4 gambar,19 lampiran

ABSTRAK

Mengingat semakin tingginya harga obat dipasaran maka untuk


membantu masyarakat memperoleh obat yang bermutu dan terjangkau,
pemerintah mengeluarkan PerMenKes RI No.HK.02.02/MenKes/068/I/ 2010
tentang kewajiban menggunakan obat generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah.
Dalam survey ini penggunaan obat yang diambil adalah tentang obat
hipertensig olongan antagonis kalsium.Hipertensi adalah kondisi dimana
terjadinya penyumbatan pada system peredaran darah sehinggga tekanan darah
naik di atas nilai normal 120/80 mmHg.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penjualan obat
hipertensi golongan antagonis kalsium di apotek Bumi sehat, apotek Mitha farma
dan apotek Yasmin.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua data penggunaan obat hipertensi yang di apotek BumiSehat,
Mitha Farma, dan Yasmin Medan
Obat generik adalah obat yang sesuai zat berkhasiat yang dikandungnya.
Obat Paten adalah obat terdaftar atas nama milik produsen yang
memproduksinya sudah dipatenkan dan dipromosikan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa gambaran penjualan obat
hipertensi golongan antagonis kalsium generik dengan jumlah Nifedipin 56,52%,
Amlodipin 58,82%, Diltiazem 51,25%. Sedangkan nama patennya Nifedipin
43,45%, Amlodipin 42,79, Diltiazem 42,36%.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa gambaran penjualan obat
hipertensi golongan antagonis kalsium generik lebih besar dibandingkan nama
patennya, Adapun PerMenKes RI No.HK02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
kewajiban menggunakan obat generik belum terlaksana sepenuhnya.

Kata kunci: Hipertensi, Antagonis Kalsium, ObatGenerik, Obat Paten


Daftarbacaan: 20 (1979-2017)

i
MEDAN HEALTH POLYTECHNICS OF MINISTRY OF HEALTH
PHARMACY DEPARTMENT
SCIENTIFIC PAPER, AUGUST 2017

Novertina Pangaribuan

Description of the Sales of Hypertension Medicine Calcium Antagonists in


Bumi Sehat, Mitha Farma, and Yasmin Dispensary Medan

ix + 52 pages, 12 tables, 4 picture, 19 attachments

ABSTRACT

Considering the high prices of medicines and helping people access the quality
and affordable drugs, had led the government to issue PerMenKes ( Ministry of
Health Regulation) RI No.HK. 02.02 / MenKes / 068 / I / 2010 about the
obligation of usingthe generic drugs at Government Health Service Facilities.
In the study the use of hypertension drug calcium antagonist class was
discussed.
Hypertension is a condition where a blockage occurred in blood ciculatory system
causing a rise in the blood pressure above the normal value, 120/80mmHg

The purpose of this research was to find out the description the sales of
hypertension drug calcium antagonist in Bumi Sehat, Mitha Farma, and Yasmin
Dispensary Medan.
This research isn a descriptive study. The population of this research was the
whole file about the sales of hypertension drug Bumi Sehat, Mitha Farma, and
Yasmin dispensary Medan.

Generic medicine that are named after the content found in them. Patent
medicine is aregistered drug on behalf of the manufacturer producing it and has
been patented and put in promotion.

Based on the research, it was found that the sales of the generic of hypertension
drugs in calcium antagonist group were as the following: Nifedipine was 56,52%
Amlodipine was 58,82%, Diltiazem was 51,25%. While the sales of the patent
drugs containing the same substances were as following: Nifedipine was 43,45%,
Amlodipine was 42,79% and Diltiazem was 42,36%.

This study conclude that the sales of the generic of hypertension drug in calcium
antagonist group was greater than the patent drugs. This proved that PerMenKes
(Ministry of Health Regulation) RI.No.HK.02.02 / MenKes / 068/ I / 2010 about the
obligation to use generic drugs has not been fully implemented.

Keywords: Hypertension, Calcium Antagonists, Generic Drugs, Patent Drugs


Reference: 20 (1979-2017)

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya yang menyertai penulis dalam menajalani perkuliahan
serta melaksanakan penelitian hingga menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
yang berjudul “Gambaran Penjualan Obat Hipertensi Golongan Antagonis
Kalsium Generik Dengan Nama Patennya di Apotek Bumi sehat, Apotek Mitha
farma, dan Apotek Yasmin Medan.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi syarat


menyelesaikan propgram pendidikan Diploma III Farmasi di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan. Dalam menyelesaikan KTI ini, penulis banyak mendapat
bantuan, bimbingan, dan arahan baik secara lisan maupun tulisan dari berbagai
pihak.

Pada kesempatan kali ini penulis juga menyampaikan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Hj. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Medan.
2. Ibu Dra. Masniah, M.Kes., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes
Medan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing penulis dalam melakukan
penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) serta mengantarkan
dalam mengikuti Ujian Akhir Program (UAP).
3. Bapak Drs.Jafril Rezi, M.Si,. Apt dan Ibu Dra. Nasdiwaty Daud, M.Si,. Apt
selaku penguji I dan penguji II yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis untuk menyempurnakan KTI dan UAP.
4. Seluruh dosen dan Pegawai Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Medan yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan
selama masa perkuliahan.
5. Teristimewa kepada orang tua penulis bapak Binsar Pangaribuan dan
Ibu Lambas Marlise Br Panjaitan yang telah membesarkan penulis
dengan penuh kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan
material dan doa yang tulus.
6. Kepada Nenek, Paman,abang, adik-adik, dan kakak penulis yang
memberi semangat, masukan, serta doa dalam menyelesaikan KTI ini.

ii
7. Teman-teman seperjuangan yang telah berbagi suka dan duka selama
menjalani perkuliahan di Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan.
Safriani, Ita Yusiani, Tirfana sari, Elva Maulidha, Lovelyta, Cyndi, Debora,
Fera, Netty.
8. Seluruh Mahasiswa/i Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan
Angkatan 2014 dan seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan
semangat dan motivasi selama masa perkuliahan dan penelitian.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata
penulis mengucapkan terimakasih dan kiranya Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK……………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ..ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ..iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ..vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ..ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. ...1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah .......................................................... ..3
B.1 Perumusan Masalah ............................................................................ … 3
B.2 Pembatasan Masalah ............................................................................. ..3
C. Maksud dan Tujuan Penelitian ...................................................................... ..3
D. Manfaat ......................................................................................................... ..3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi ...................................................................................................... ..4
A.1 Macam-macam Hipertensi ...................................................................... ..5
A.2 Mekanisme Terjadinya Hipertensi ........................................................... ..5
A.3 Gejala Hipertensi ..................................................................................... ..6
A.4 Pencegahan Hipertensi ........................................................................... ..6
A.5 Obat Anti Hipertensi ................................................................................ ..7
B. Obat .............................................................................................................. ..9
B.1 Penggolongan Obat................................................................................. ..9
C. Obat Wajib Apotik ......................................................................................... 11
D. Apotek ........................................................................................................... 11
E. Resep ............................................................................................................ 14
F. Penjualan/Pelayanan ..................................................................................... 14
G. Kerangka Konsep ......................................................................................... 15
H. Defenisi Operasional .................................................................................... 16
BAB III. METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................... 17

iv
B.Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................................... 17
C. Populasi dan Sampel ....................................................................................18
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...............................................................18
E. Prosedur Kerja ..............................................................................................18
F. Pengolahan Data ...........................................................................................19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ..............................................................................................................20
B. Pembahasan .................................................................................................32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................33
B. Saran ............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................34
LAMPIRAN........................................................................................................35

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lambang Obat Bebas ........................................................................ 9


Gambar 2. Lambang Obat Bebas Terbatas ....................................................... 10
Gambar 3. Lambang Obat Keras ....................................................................... 10
Gambar 4. Lambang Obat Narkotika ................................................................. 10

vi
DAFTAR TABEL

Tabel A.1. Persentase Obat Nifedipin generik dengan nama patennya periode
Oktober –Desember 2016 di apotik Bumi sehat ............................ 20
Tabel A.2. Persentase Obat Amlodipin generik dengan nama patennya
periode Oktober- Desember 2016 di apotik Bumi sehat ............... 21
Tabel A.3. Persentase Obat Diltiazem generik dengan nama patennya periode
Oktober- Desember 2016 di apotik Bumi sehat ............................ 22
Tabel A.4 Persentase Obat Nifedipin generik dengan nama patennya periode
Oktober- Desember 2016 di apotik Mitha farma ............................ 23
Tabel A.5 Persentase Obat Amlodipin generik dengan nama patennya
periode Oktober- Desember 2016 di apotik Mitha farma ............... 24
Tabel A.6 Persentase Obat Diltiazem generik dengan nama petennya periode
Oktober-Desember 2016 di apotik Mitha farma ............................. 25
Tabel A.7 Persentase obat Nifedipin generik dengan nama patennya periode
Oktober- Desember 2016 di apotik Yasmin ................................... 26
Tabel A.8 Persentase Obat Amlodipin generik dengan nama patennya
periode Oktober- Desember 2016 di apotik Yasmin ...................... 27
Tabel A.9 Persentase Obat Diltiazem generik dengan nama patennya periode
Oktober-Desember 2016 di apotik Yasmin .................................... 28
Tabel A.10 Persentase rata-rata penjualan obat Nifedipin, Amlodipin, Diltiazem
generik dengan nama patennya periode Oktober-Desember 2016
di apotik Bumi sehat, apotik Mitha farma, dan apotik Yasmin ........ 29
Tabel A.11 Rekapitulasi persentase penjualan obat hipertensi generik dengan
nama patennya periode Oktober-Desember 2016 di apotik Bumi
sehat, apotik Mitha farma, dan apotik Yasmin ............................... 30
Tabel A.12 Persentase rata-rata penjualan obat hipertensi generik dengan
nama patennya periode Oktober-Desember 2016 di apotik Bumi
sehat, apotik Mitha farma, dan apotik Yasmin ............................... 31

vii
DAFTAR GRAFIK

Grafik A.1. Grafik Persentase Obat Nifedipin generik dengan nama patennya
periode Oktober –Desember 2016 di apotik Bumi sehat................ 20
Grafik A.2. Grafik Persentase Obat Amlodipin generik dengan nama patennya
periode Oktober- Desember 2016 di apotik Bumi sehat ............... 21
Grafik A.3. Grafik Persentase Obat Diltiazem generik dengan nama patennya
periode Oktober- Desember 2016 di apotik Bumi sehat ............... 22
Grafik A.4 Grafik Persentase Obat Nifedipin generik dengan nama patennya
periode Oktober- Desember 2016 di apotik Mitha farma .............. 23
Grafik A.5 Grafik Persentase Obat Amlodipin generik dengan nama patennya
periode Oktober- Desember 2016 di apotik Mitha farma ............... 24
Grafik A.6 Grafik Persentase Obat Diltiazem generik dengan nama petennya
Periode Oktober-Desember 2016 di apotik Mitha farma ............... 25
Grafik A.7 Grafik Persentase obat Nifedipin generik dengan nama patennya
Periode Oktober- Desember 2016 di apotik Yasmin ..................... 26
Grafik A.8 Grafik Persentase Obat Amlodipin generik dengan nama patennya
periode Oktober- Desember 2016 di apotik Yasmin ...................... 27
Grafik A.9 Grafik Persentase Obat Diltiazem generik dengan nama patennya
periode Oktober-Desember 2016 di apotik Yasmin ....................... 28
Grafik A.10 Grafik Persentase rata-rata penjualan obat Nifedipin, Amlodipin,
Diltiazem generik dengan nama patennya periode Oktober-
Desember 2016 di apotik Bumi sehat, apotik Mitha farma, dan
apotik Yasmin ............................................................................... 29

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Resep di Apotik Mitha farma…………………………… .35


Lampiran 2 Contoh Resep di Apotik Yasmin…………………………………...36
Lampiran 3 Contoh Resep di Apotik Bumi sehat………………………………37
Lampiran 4 Buku penjualan obat………………………………………………....38
Lampiran 5 Contoh penulisan daftar obat pada buku penjualan obat……….39
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian………………………………………………….40
Lampiran 7 Surat balasan penelitian di apotik Bumi Sehat……………………41
Lampiran 8 Surat balasan penelitian di apotik Yasmin………………….……..42
Lampiran 9 Surat balasan penelitian di apotik Mitha farma……………….. 43
Lampiran 10 Data penjualan obat Nifedipin di apotik Bumi sehat……………..44
Lampiran 11 Data penjualan obat Amlodipin di apotik Bumi sehat……………45
Lampiran 12 Data penjualan obat Diltiazem di apotik Bumi sehat………… …46
Lampiran 13 Data penjualan obat Nifedipin di apotik Mitha farma…………….47
Lampiran 14 Data penjualan obat Amlodipin di apotik Mitha farma……… ….48
Lampiran 15 Data penjualan obat Diltiazem di apotik Mitha farma…………….49
Lampiran 16 Data penjualan obat Nifedipin di apotik Yasmin………………….50
Lampiran 17 Data penjualan obat Amlodipin di apotik Yasmin………………...51
Lampiran 18 Data penjualan obat Diltiazem di apotik Yasmin……………….…52
Lampiran 19 Kartu Laporan Pertemuan Bimbingan KTI………………………. .53

ix
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945 melalui pembangunan Nasional. Tujuan pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, keinginan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, ditandai oleh penduduknya hidup dengan perilaku dan lingkungan
sehat.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan tersebut perlu
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan yang harus dilaksanakan secara
menyeluruh, terarah, terpadudan berkesinambungan. Upaya-upaya kesehatan
yang dimaksud meliputi promotif (peningkatan kesehatan),preventif (pencagahan
penyakit), kuratif (pengobatan) dan rehabilitative (pemulihan kesehatan) (UU
Kesehatan No.36 tahun 2009).
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut, obat merupakan
salah satu unsur yang sangat penting. Oleh karena itu,perlu tersedianya obat-
obat yang bermutu, merata, harga terjangkau dan rasional dalam
penggunaannya.
Mengingat semakin tingginya harga obat dipasaran maka
untukmembantu masyarakat memperoleh obat yang bermutu danterjangkau,
pemerintah mengeluarkan PerMenKes RI Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010
tentang kewajiban menggunakan obat generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah dengan tujuan obat generik diharapkan harganya murah,mutu dan
kualitasnya sama dengan obat paten.
Obat generik adalah obat yang sama dengan zat aktif berkhasiat yang
dikandungnya, sesuai nama resmi International Non Propietary Names dan
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia.
Obat paten adalah obat generik dengan nama dagang yang
memproduksinya sudah dipatenkan.
Salah satu penyakit mematikan yang sudah tidak asing lagi ditemui pada
masyarakat saat ini adalah hipertensi. Hampir setiap wilayah di belahan dunia
2

terdapat masyarakat yang mengalami penyakit hipertensi. Hipertensi atau


kenaikan tekanan darah adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah
mengalami peningkatan tekanan yangdisebabkan adanya gangguan sIstem
peredaran darah yang menyebabkan kenaikan darah diatas normal 120/80
mmHg.(Trubus,2016)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012
menunjukkan di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1%wanita. Dari
972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya
berada di Negara berkembang.
Menurut Kemenkes RI (2013), prevalensi hipertensi di Indonesia yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25%,pada umur 75
tahun keatas sebesar 51,8%. Sumatera utara merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang memiliki angka prevalensi hipertensi cukup tinggi yaitu sekitar
24,7% pada umur ≥18 tahun, dan prevalensi tertinggi pada usia 75 tahun keatas
yaitu sebesar 63,8%.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara2016
tercatat 50.162 jiwa penderita hipertensi, yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
pada umur 18-44 tahun sebanyak 14.984 jiwa.Pada umur 45-55 tahun sebanyak
12.560 jiwa dan pada umur 55 tahun ke atas sebanyak 22.618 jiwa, dengan
penderita terbanyak adalah kaum wanita sebanyak 27.021 jiwa.
Berdasarkan Laporan BPS (Badan Pusat Statistik) Sumatera Utara
2015Kota Madya Medan terdapat 21 kecamatan dimana terdapat kurang lebih 10
apotek per kecamatan. Dalam hal ini penulis memilih sampel penelitian dengan
metode simple random sampling yaitu, pengambilan sampel ini dilakukan secara
acak dengan diberikan peluang yang sama tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu. Adapun sampel yg terpilih adalah tiga Apotek yaitu,
Apotek Bumi Sehat, Apotek Mitha farma, dan Apotek Yasmin. Ke tiga Apotek
tersebut mewakili kecamatan Medan Tuntungan,Kecamatan Medan Area,dan
Kecamatan Medan Sunggal.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarikmelakukan
penelitian untuk mengetahui gambaran penjualan obat hipertensi generik dengan
nama patennya di Apotek Bumi Sehat, Apotek Mitha farma, dan apotek Yasmin.
3

B. Perumusan Masalah Dan Pembatasan Masalah


B.1 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah gambaran penjualan obathipertensi generik dengannama
patennya di Apotek Bumi Sehat,Apotek Mithafarma, dan ApotekYasmin.
2. Apakah terdapat perbedaan persentase penjualan obat hipertertensi generik
dengan namapatennya di Apotek Bumi Sehat,Apotek Mitha farma,dan Apotek
Yasmin.

B.2 Pembatasan Masalah


Mengingat keterbatasan penulis dan agar tidak menyimpang dari tujuan
penelitian maka penulis hanya menggunakan data obatHipertensi golongan
Antagonis Kalsium (Nipedipin,Amlodipin,Diltiazem) generik dibandingkan nama
patenya di Apotek Bumi Sehat,Apotek Mitha farma, dan Apotek Yasmin periode
Oktober - Desember 2016.

C. Maksud dan Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui gambaran penjualanobat hipertensigolonganAntagonis
Kalsium (Nipedipin,Amlodipin,Diltiazem) generik dibandingkan dengan nama
patennya pada Apotek Bumi Sehat,ApotekMithafarma, dan Apotek Yasmin
padaperiode bulan Oktober-Desember 2016.
2. Untuk mengetahui persentase penjualan obat hipertensi generik dengannama
patennya di Apotek Bumi Sehat,Apotek Mitha farma, dan Apotek Yasmin.
3. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
DiplomaIII dijurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan.

D. Manfaat
1. Sebagai informasi tambahan bagi pembaca mengenai obat hipertensi
golongan antagonis kalsium.
2. Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai penerapan PerMenKes RI
No.HK 02.02/Menkes/068/I/2010 tentang penggunaan obat generik.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan
hipertensi arteri, adalah suatu kondisi medis kronis dimana tekanan darah diarteri
meningkat.Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari
biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. (Trubus,2016)
Dahulu penyakit hipertensi biasa menyerang orang yang lanjut usia,tetapi
sekarang orang yang masih muda juga berisiko terserang penyakit hipertensi.
Salah satu penyebab dari penyakit hipertensi dkarenakan tingkat kehidupan yang
menjadi stress, hampir semua masyarakat baik miskin maupun kaya, baik di kota
besar maupun kecil dapat menderita penyakit hipertensi.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan
160mmHg dan atau tekanan darah diastolik sama atau lebih besar
95mmHg.Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik
100-140mmHg dan diastolik 60-90mmHg.Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-
menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Diagnosa dari penyakit hipertensi biasanya disebabkan oleh beberapa
faktor.Gejala penyakit hipertensi yang menguatkan diagnosis salah satunya
adalah adanya riwayat penyakit hipertensi pada kedua orangtua (faktor genetik),
selanjutnya pola makan yang tidak seimbang, tingkat kehidupan yang dipenuhi
kesibukan dan juga kurangnya olahraga sehingga menyebabkan kurangnya
kepedulian kesehatan seseorang tentang dirinya.
Adapun klasifikasi dari tekanan darah tinggi pada orang dewasa adalah sebagai
berikut:
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal ˂120mmHg (dan)˂ 80 mmHg
Pre-Hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-90 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99mmHg
Stadium 2 ˃=160mmHg (atau) ˃=100mmHg
5

A.1 Macam-macam Hipertensi


1.Hipertensi Primer
Hipertensi Primer atau hipertensi essensial, disebut juga hipertensi
idiopatik,yaitu hipertensi yang terjadi akibat dari dampak gaya hidup seseorang
dan faktor lingkungan. Seseorang bila makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan (obesitas), merupakan pencetus awal
untuk teradinya hipertensi. Begitu pula dengan sesorang yang berada dalam
lingkungan atau kondisi stress tinggi sangat mungkin terkena penyakit darah
tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga juga biasa mengalami
tekanan darah tinggi.

2.Hipertensi Sekunder
Hipertensi Sekunder adalah suatu kondisi dimana teradinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang menderita penyakit lainnya sepert
gagal jantung, gagal ginal, atau kerusakan system hormone tubuh.
Contohnya hipertensi yang disebabkan oleh ginjal disebut hipertensi
renal,sedangkan yang disebabkan oleh penyakit endokrin disebut hipertensi
endokrin.Sedangkan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi misalnya
hormon kontrasepsi, hormon kortikosteroid, anti depressa,dll.

A.2 Mekanisme Terjadinya Hipertensi


Angiotensin Converting Enzim (ACE) memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati,selanjutnya rennin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I, oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II, angiotensin II inilah yang memiliki peranan penting dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama yaitu meningkatkansekresi hormon antidiuretikyang
mengakibatkan volume darah sehingga tekanan darah meningkat,aksi kedua
menstimulasi sekresi aldosteron dengan sifat retensi air dan garam akibatnya
volume dan tekanan darah meningkat.
6

A.3 Gejala Hipertensi


Gejala hipertensi biasanya tidak dirasakan,sehingga penyakit ini disebut
silence diases. Banyak orang yang menganggap tekanan darah tinggi itu pasti
menyebabkan pusing, karena kekeliruan itu, tidak semua pasien berobat, karena
memang tidak mengeluh pusing. Kadang-kadang penderita hanya merasa nyeri
kepala pada pagi hari sebelum bangun tidur, tetapi setelah bangun rasa nyeri
akan hilang. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan
adakalanya melalui pemeriksaan terhadap ginjal.

A.4 Pencegahan Hipertensi


Berhubung gejala khas hipertensi tidak ada, sedangkan hipertensi
beresiko besar maka perlu mengenal lebih awal gangguan ini,yaitu dengan
mengukur tekanan darah secara berkala (minimal sekali dalam setahun)
terutama bagi yang sudah berusia 45 tahun ke atas.
Beberapa tindakan umum yang perlu dilakukan untuk melawan Hipertensi yang
bersifat ringan antara lain:
1.Bagi yang Obesitas
Menurunkan berat badan,sebab dengan menurunkan berat badan,volume darah
akan berkurang . Penurunan berat badan 1kg akan menurunkan tensi darah ±
0,7/0,5 mmHg.
2.Diet garam
Mengurangi pemasukan garamsampai maksimal 2 gram sehari guna mengurangi
volume darah, berpantangan makanan dengan tinggi kolesterol untuk membatasi
resiko atherosclerosis dan memperbanyak konsumsi makanan nabati.
3.Tidak merokok, mengurangi minuman kopi dan alkohol
Nikotin mempunyai efek vasokontriksi dan karbondioksida dalam asap rokok
mengganggu pernafasan.Kofein dalam kopi dapat menciutkan pembuluh darah.
Demikian alkohol karena tiap 10 gram alkohol dapat meningkatkan 0,5 mmHg
tekanan darah.
4. Cukup istirahat, olah raga,dan tidur.
7

A.5 Obat Anti Hipertensi


1. Diuretika
Obat golongan ini bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi natrium
dan air dari tubuh oleh ginal hingga volume darah dan tekanan darah menurun.
Efek samping: hiperurikemia,hipokalemia,dan hiperglikemia.
Contoh Obat: Furosemida,Sprinolakton.

2. Alfa-recertor blockers
Menyebabkan vasodilatasi di arteriol dan venula sehingga menurunkan
retensi perifer.
Efek samping: Sakit kepala,edema,mual
Contoh obat: Prazosin,Terazosin.

3. Beta-reseptor blockers
Obat golongan beta blockers dapat menurunkan tekanan darah dengan
cara menghambat kerja hormon epinefrin (adrenalin) dan memperlambat
pengeluaran enzim rennin yang dapat memproduksi angiotensin II yang dapat
menyebabkan pembuluh darah menyempit.
Efek samping: Rasa dingin di jari-jari kaki dan tangan,gangguan
Lambung dan usus.
Contoh obat: Bisoprolol,Propanolol.

4.Obat-obat SSP
Mekanisme obat ini adalah bekerja pada otak dengan mencegah otak
mengirimkan signal kepada sistem saraf untuk meningkatkan denyut jantung dan
menyempitkan pembuluh darah.
Efek samping: mulut kering,sukar tidur,hidung mampat,penglihatan buram.
Contoh obat: Metildopa.

5.Penghambat ACE dan AT-II-receptor blockers


Mekanisme kerja ACE adalah menghambat suatu enzim angiotensin II
yang memproduksi angiotensin II yang dapat menyempitkan pembuluh darah.
Angiotensin II ini juga merangsang pelepasan hormon aldosteron yang bersifat
8

menahan natrium dan air dalam tubuh,danjuga dapat mempertahankan


bradikinin yang menyebabkan pembuluh darah melebar.
Efek samping: Batuk kering,hilangnya rasa dan penciuman, demam, tidak
dianjurkan untuk wanita hamil.
Contoh obat: Kaptopril,Lisonopril.

6.Vasodilator
Obat ini berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap arteriol sehingga
dapat menurunkan tekanan darah.
Efek samping: Sakit kepala, aritmia.
Contoh obat: Hidralazin,Minoksidil.

7.Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium
ke dalam chanel-L, Antagonis kalsium dibagi menadi 2 golongan besar, yaitu
antagonis non-dihidropiridin dan dihidropiridin. Golongan dihidropiridin terutama
bekerja pada arteri sehingga dapat berfungsi sebagai obat anti hipertensi,
sedangkan golongan non-dihidropiridin mempengaruhi sistem kondisi jantung
dan cenderung melambatkan denyut jantung, efek hipertensinya melalui
vasodilatasi perifer dan penurunan resinstensi ferifer.
Antagonis kalsium merupakan salah satu pilihan terapi untuk pasien
hipertensi dengan DM, karena tidak ditemukan efek samping pada metabolism
glukosa, lipid atau fungsi ginjal.
Efek samping: Hipotensi,pusing,nyeri kepala.
Contoh obat : Amlodipin, Nifedipin,Diltiazem,Verapamil.
Keuntungan Obat Antagonis Kalsium:
 Pengobatan Hipertensi : Menurunkan tahanan tepi tanpa efek sampingpada
jantung dan relative aman bila dikombinasidengan Beta-blocker.
 Pengobatan angina : Mengurangi serangan angina tanpa efek samping
pada jantung.
 Gangguan fungsi jantung : Lebih aman.
9

B. Obat
Menurut PerMenKes RI No.35 Tahun 2014 yang dimaksud dengan obat
adalah bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Adapun beberapa jenis obat yang beredar dipasaran antara lain:
1. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi International Non-propietary
Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar
lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Harga obat generik
biasanya lebih murah karena tidak dipromosikan dan kemasannya
sederhana.
2. Obat Bernama Dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang
menggunakan nama milik prodesen obat yang bersangkutan yang telah habis
masa patennya. Harga obat mahal karena dipromosikan dan kemasannya
mewah.
3. Obat Paten adalah obat generik dengan nama dagang yang
memproduksinya sudah di patenkan. Harga obat mahal karena dipromosikan
dan kemasannya mewah.

B.1 Penggolongan Obat


Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh PerMenKes RI
No.949/Menkes/Per/VI/2000 obat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu:
1. Obat bebas
Obat bebas adalah tanpa peringatan yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter dan tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotrofika, obat keras,obat
bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI contoh : Antasida Doen,
Degirol, Entrostop, Paracetamol , Vitamin C , dan lain-lain.

Gambar 1. Lambang obat bebas


10

2. Obat bebas terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter. Contoh: Antimo, Konidin, Paramex, Stopcold, dan lain-lain.

Gambar 2. Lambang obat bebas terbatas


Pada Obat bebas terbatas mengandung zat/ bahan yang relatif toksik,
oleh karena itu pada kemasanya dicantumkan pula tanda peringatan kandungan
zat dan tingkat bahaya yang terkandung dalam jenis obat tersebut.
Tingkat peringatan Obat bebas terbatas terbagai kedalam enam golongan
(P1-P6) yaitu :

3. Obat keras
Obat keras adalah yang dapat diperoleh dengan resep dokter.
Contoh : Asam Mefenamat, Cefadroxyl, Ranitidin, dan lain-lain.

Gambar 3. Lambang obat keras


11

4. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku. Logo obat psikotropika sama seperti pada logo obat keras.
Contoh : Alprazolam, Diazepam.

5. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bahan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (hang over)
fisik maupun psikis. Contoh : Codein dan Codipront sirup.

Gambar 4. Lambang obat narkotika

C. Obat Wajib Apotek (OWA)


Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
dokter oleh Apoteker Pengelola Apotik kepada pasien. Adapun persyaratan yg
harus dilakukan dalam penyerahan OWA adalah:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,anak
dibawah usia 2 tahun dan orangtua di atas 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dinaksud tidak memberikan resiko
pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
12

D. Apotek
Menurut Peraturan Menkes Nomor 9 tahun 2017 yang dimaksud dengan
Apotek adalah fasilitas pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefamasian oleh Apoteker. Adapun Surat Izin Apotek (SIA) adalah bukti tertulis
yg diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai
izin untuk menyelenggarakan Apotek. Pengelolaan Apotek sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA), oleh karena itu APA dan
Tenaga Teknis Kefarmasian harus memahami prinsip-prinsip bisnis dalam
pengelolaan apotek berdasarkan kepada sistem manajemen kefarmasian di
Apotek.
Tugas dan fungsi Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009,
adalah sebagai berikut :
 Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan.
 Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
 Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaaan farmasi
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
 Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik,pasal 3 ayat (1)
adalah:
A.Pengelolaan sediaan farmasi,alat kesehatan,dan bahan medis habis pakai.
B.Pelayanan Farmasi Klinik.
Pada pasal 3 ayat (2) sebagai mana dimaksud pada ayat 1, dinyatakan
bahwa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai meliputi:
1.Perencanaan 5.Pemusnahan
2.Pengadaan 6.Pengendalian
3.Penerimaan 7.Pencatatan dan Pelaporan
4.Penyimpanan
13

Pada pasal 3 ayat (3) disebutkan bahwa pelayanan Farmasi Klinik


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
A.Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi Administrasi,kesesuaian farmaseutik dan
pertimbangan klinis.
1) Kajian Admistrasi meliputi:
-Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan
-Nama dokter, No.SIK, alamat, No.telepon dan paraf
-Tanggal Penulisan Resep
2) Kajian kesesuaian farmaseutik meliputi:
-Bentuk dan kekuatansediaan
-Stabilitas
-Kompatibilitas (ketercampuran obat)
3) Pertimbangan Klinis meliputi:
-Ketepatan Indikasi dan dosis Obat
-Aturan, cara dan lama penggunaan obat
-Duplikasi dan/atau polifarmasi
B.Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan,penyerahan dan pemberian informasi
obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
-Menyiapkan obat sesuai dengan resep
-Melakukan peracikan obat bila diperlukan
-Memberikan etiket
-Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
C.Pelayanan Informasi Obat
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat.Informasi mengenai obat tersebut
termasuk resep, obat bebas, dan herbal.
D.Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran,
14

serta kepatuhan, sehingga teradi perubahan perilaku dalam penggunaan obat


dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
E.Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker diharapkan dapat melekukan pelayanan kefarmasian yang
bersifat kunjungan ke rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
F.Pemantauan Terapi Obat
Proses memastiikan bahwa pasien mendapatkan terapi obat yang efektif
dan terangkau dengan memaksimalkan efikasi efikasi dan meminimalkan efek
samping.
G.Monitoring Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

E. Resep
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 tentang
standar pelayanan kefarmasian yang dimaksud dengan resep adalah permintaan
tertulis dari seorang dokter atau dokter gigi kepada Apoteker Pengelola Apotek
baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat-obatan bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Resep disebut juga formulae medicae terdiri atas:
1) Formulae officinalis yaitu resep yang tercantum dalam buka farmakope
atau buku standar lainnya.
2) Formula megistralis yaitu resep yang ditulis oleh dokter.
Resep harus ditulis jelas dan lengkap. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan
jelas atau tidak lengkap,apotek harus menanyakan kepada dokter penulis resep.
Pembagian suatu resep yang lengkap terdiri dari:
1. Tanggal dan tempat ditulisnya resep (Inscriptio)
2.Tanda buka penulisan resep dengan R/ (Invocatio)
3.Nama obat,jumlah dan cara membuatnya (Praescriptio dan Ordinatio)
4.Aturan pakai dari obat yang tertulis (Signatura)
5.Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep (Subcriptio)
15

F. Penjualan /Pelayanan
Penjualan adalah salah satu kegiatan diapotek yang melayani konsumen
dalam pemberian sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan. Kegiatan tersebut
dapat berupa pelayanan resep, obat bebas, obat bebas terbatas.(Hartono,2011)
Pelayanan merupakan kegiatan diApotek yang bertujuan melayani
konsumen dalam hal pemberian perbekalan farmasi yang meliputi obat,bahan
obat, obat tradisional, alkes, kosmetik,dan pelayanan resep tunai serta
pemberian informasi yang diperlukan pasien. Hal-hal yang perlu diperlukan
dalam pelayanan yaitu:
1) Kelengkapan obat
Kelengkapan obat merupakan hal yang sangat penting dalam melayani
konsumen karena hal tersebut sesuai dengan motto apotek “ setiap resep
yang masuk ke apotekkeluarnya harus membawa obat” dengan demikian
setiap pasien harus diusahakan untuk mendapatkan obat yang diracik
diruang peracikan dan penjualan bebas setiap harinya.
2) Harga obat
Harga obat jual disuatu apotek sangat mempengaruhi penjualan di apotek
tersebut. Untuk menekan harga jual bagian penjualan harus berusaha
mencari pemasok yang dapat memberikan kondisi yang baik kepada pihak
apotek.
3) Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat mendukung dalam pelayanaan terhadap
konsumen seperti ; keamanan,kenyamanaan,kemudahan parkir kendaraan
yang dapat memberikan ketenangan dan kesabaran bagi konsumen saat
menunggu. Dalam hal ini juga termasuk keramahan dari karyawan yang
memberikan informasi kepada pasien.

G. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat

1.Gambaran penjualan obat 1. Persentase penjualan obat


hipertensi gol.antagonis hipertensi golongan
kalsium generik antagonis kalsium generik.

2.Gambaran penjualan obat 2. Persentase penjualan obat


hipertensi gol.antagonis hipertensi golongan
kalsium nama paten antagonis kalsium nama
paten.
16

H. Defenisi Operasional
1. Obatgenerik hipertensi merupakan salah satu program pemerintah yang
digunakanuntuk membantu masyarakat sesuai dengan PeraturanMenteri
KesehatanNo.HK.02.02/Menkes/068/I/2010.Dalam hal ini obat generik yang
digunakan adalah obat hipertensi golongan Antagonis Kalsium
(Nifedipin,Amlodipin,Diltiazem).
2. Obat paten adalah obat generik dengan nama dagang yang memproduksinya
telah dipatenkan. Dalam hal ini obat paten yang digunakan adalah obat
hipertensi golongan Antagonis Kalsium.
3. Penjualan yang diambil adalah penjualan obat hipertensi golongan Antagonis
Kalsium di Apotek Bumi Sehat, Apotek Mitha farma, dan Apotek Yasmin.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan
hipertensi arteri, adalah suatu kondisi medis kronis dimana tekanan darah diarteri
meningkat.Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari
biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. (Trubus,2016)
Dahulu penyakit hipertensi biasa menyerang orang yang lanjut usia,tetapi
sekarang orang yang masih muda juga berisiko terserang penyakit hipertensi.
Salah satu penyebab dari penyakit hipertensi dkarenakan tingkat kehidupan yang
menjadi stress, hampir semua masyarakat baik miskin maupun kaya, baik di kota
besar maupun kecil dapat menderita penyakit hipertensi.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan
160mmHg dan atau tekanan darah diastolik sama atau lebih besar
95mmHg.Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik
100-140mmHg dan diastolik 60-90mmHg.Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-
menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Diagnosa dari penyakit hipertensi biasanya disebabkan oleh beberapa
faktor.Gejala penyakit hipertensi yang menguatkan diagnosis salah satunya
adalah adanya riwayat penyakit hipertensi pada kedua orangtua (faktor genetik),
selanjutnya pola makan yang tidak seimbang, tingkat kehidupan yang dipenuhi
kesibukan dan juga kurangnya olahraga sehingga menyebabkan kurangnya
kepedulian kesehatan seseorang tentang dirinya.
Adapun klasifikasi dari tekanan darah tinggi pada orang dewasa adalah sebagai
berikut:
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal ˂120mmHg (dan)˂ 80 mmHg
Pre-Hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-90 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99mmHg
Stadium 2 ˃=160mmHg (atau) ˃=100mmHg
5

A.1 Macam-macam Hipertensi


1.Hipertensi Primer
Hipertensi Primer atau hipertensi essensial, disebut juga hipertensi
idiopatik,yaitu hipertensi yang terjadi akibat dari dampak gaya hidup seseorang
dan faktor lingkungan. Seseorang bila makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan (obesitas), merupakan pencetus awal
untuk teradinya hipertensi. Begitu pula dengan sesorang yang berada dalam
lingkungan atau kondisi stress tinggi sangat mungkin terkena penyakit darah
tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga juga biasa mengalami
tekanan darah tinggi.

2.Hipertensi Sekunder
Hipertensi Sekunder adalah suatu kondisi dimana teradinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang menderita penyakit lainnya sepert
gagal jantung, gagal ginal, atau kerusakan system hormone tubuh.
Contohnya hipertensi yang disebabkan oleh ginjal disebut hipertensi
renal,sedangkan yang disebabkan oleh penyakit endokrin disebut hipertensi
endokrin.Sedangkan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi misalnya
hormon kontrasepsi, hormon kortikosteroid, anti depressa,dll.

A.2 Mekanisme Terjadinya Hipertensi


Angiotensin Converting Enzim (ACE) memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati,selanjutnya rennin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I, oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II, angiotensin II inilah yang memiliki peranan penting dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama yaitu meningkatkansekresi hormon antidiuretikyang
mengakibatkan volume darah sehingga tekanan darah meningkat,aksi kedua
menstimulasi sekresi aldosteron dengan sifat retensi air dan garam akibatnya
volume dan tekanan darah meningkat.
6

A.3 Gejala Hipertensi


Gejala hipertensi biasanya tidak dirasakan,sehingga penyakit ini disebut
silence diases. Banyak orang yang menganggap tekanan darah tinggi itu pasti
menyebabkan pusing, karena kekeliruan itu, tidak semua pasien berobat, karena
memang tidak mengeluh pusing. Kadang-kadang penderita hanya merasa nyeri
kepala pada pagi hari sebelum bangun tidur, tetapi setelah bangun rasa nyeri
akan hilang. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan
adakalanya melalui pemeriksaan terhadap ginjal.

A.4 Pencegahan Hipertensi


Berhubung gejala khas hipertensi tidak ada, sedangkan hipertensi
beresiko besar maka perlu mengenal lebih awal gangguan ini,yaitu dengan
mengukur tekanan darah secara berkala (minimal sekali dalam setahun)
terutama bagi yang sudah berusia 45 tahun ke atas.
Beberapa tindakan umum yang perlu dilakukan untuk melawan Hipertensi yang
bersifat ringan antara lain:
1.Bagi yang Obesitas
Menurunkan berat badan,sebab dengan menurunkan berat badan,volume darah
akan berkurang . Penurunan berat badan 1kg akan menurunkan tensi darah ±
0,7/0,5 mmHg.
2.Diet garam
Mengurangi pemasukan garamsampai maksimal 2 gram sehari guna mengurangi
volume darah, berpantangan makanan dengan tinggi kolesterol untuk membatasi
resiko atherosclerosis dan memperbanyak konsumsi makanan nabati.
3.Tidak merokok, mengurangi minuman kopi dan alkohol
Nikotin mempunyai efek vasokontriksi dan karbondioksida dalam asap rokok
mengganggu pernafasan.Kofein dalam kopi dapat menciutkan pembuluh darah.
Demikian alkohol karena tiap 10 gram alkohol dapat meningkatkan 0,5 mmHg
tekanan darah.
4. Cukup istirahat, olah raga,dan tidur.
7

A.5 Obat Anti Hipertensi


1. Diuretika
Obat golongan ini bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi natrium
dan air dari tubuh oleh ginal hingga volume darah dan tekanan darah menurun.
Efek samping: hiperurikemia,hipokalemia,dan hiperglikemia.
Contoh Obat: Furosemida,Sprinolakton.

2. Alfa-recertor blockers
Menyebabkan vasodilatasi di arteriol dan venula sehingga menurunkan
retensi perifer.
Efek samping: Sakit kepala,edema,mual
Contoh obat: Prazosin,Terazosin.

3. Beta-reseptor blockers
Obat golongan beta blockers dapat menurunkan tekanan darah dengan
cara menghambat kerja hormon epinefrin (adrenalin) dan memperlambat
pengeluaran enzim rennin yang dapat memproduksi angiotensin II yang dapat
menyebabkan pembuluh darah menyempit.
Efek samping: Rasa dingin di jari-jari kaki dan tangan,gangguan
Lambung dan usus.
Contoh obat: Bisoprolol,Propanolol.

4.Obat-obat SSP
Mekanisme obat ini adalah bekerja pada otak dengan mencegah otak
mengirimkan signal kepada sistem saraf untuk meningkatkan denyut jantung dan
menyempitkan pembuluh darah.
Efek samping: mulut kering,sukar tidur,hidung mampat,penglihatan buram.
Contoh obat: Metildopa.

5.Penghambat ACE dan AT-II-receptor blockers


Mekanisme kerja ACE adalah menghambat suatu enzim angiotensin II
yang memproduksi angiotensin II yang dapat menyempitkan pembuluh darah.
Angiotensin II ini juga merangsang pelepasan hormon aldosteron yang bersifat
8

menahan natrium dan air dalam tubuh,danjuga dapat mempertahankan


bradikinin yang menyebabkan pembuluh darah melebar.
Efek samping: Batuk kering,hilangnya rasa dan penciuman, demam, tidak
dianjurkan untuk wanita hamil.
Contoh obat: Kaptopril,Lisonopril.

6.Vasodilator
Obat ini berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap arteriol sehingga
dapat menurunkan tekanan darah.
Efek samping: Sakit kepala, aritmia.
Contoh obat: Hidralazin,Minoksidil.

7.Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium
ke dalam chanel-L, Antagonis kalsium dibagi menadi 2 golongan besar, yaitu
antagonis non-dihidropiridin dan dihidropiridin. Golongan dihidropiridin terutama
bekerja pada arteri sehingga dapat berfungsi sebagai obat anti hipertensi,
sedangkan golongan non-dihidropiridin mempengaruhi sistem kondisi jantung
dan cenderung melambatkan denyut jantung, efek hipertensinya melalui
vasodilatasi perifer dan penurunan resinstensi ferifer.
Antagonis kalsium merupakan salah satu pilihan terapi untuk pasien
hipertensi dengan DM, karena tidak ditemukan efek samping pada metabolism
glukosa, lipid atau fungsi ginjal.
Efek samping: Hipotensi,pusing,nyeri kepala.
Contoh obat : Amlodipin, Nifedipin,Diltiazem,Verapamil.
Keuntungan Obat Antagonis Kalsium:
 Pengobatan Hipertensi : Menurunkan tahanan tepi tanpa efek sampingpada
jantung dan relative aman bila dikombinasidengan Beta-blocker.
 Pengobatan angina : Mengurangi serangan angina tanpa efek samping
pada jantung.
 Gangguan fungsi jantung : Lebih aman.
9

B. Obat
Menurut PerMenKes RI No.35 Tahun 2014 yang dimaksud dengan obat
adalah bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Adapun beberapa jenis obat yang beredar dipasaran antara lain:
1. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi International Non-propietary
Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar
lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Harga obat generik
biasanya lebih murah karena tidak dipromosikan dan kemasannya
sederhana.
2. Obat Bernama Dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang
menggunakan nama milik prodesen obat yang bersangkutan yang telah habis
masa patennya. Harga obat mahal karena dipromosikan dan kemasannya
mewah.
3. Obat Paten adalah obat generik dengan nama dagang yang
memproduksinya sudah di patenkan. Harga obat mahal karena dipromosikan
dan kemasannya mewah.

B.1 Penggolongan Obat


Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh PerMenKes RI
No.949/Menkes/Per/VI/2000 obat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu:
1. Obat bebas
Obat bebas adalah tanpa peringatan yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter dan tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotrofika, obat keras,obat
bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI contoh : Antasida Doen,
Degirol, Entrostop, Paracetamol , Vitamin C , dan lain-lain.

Gambar 1. Lambang obat bebas


10

2. Obat bebas terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter. Contoh: Antimo, Konidin, Paramex, Stopcold, dan lain-lain.

Gambar 2. Lambang obat bebas terbatas


Pada Obat bebas terbatas mengandung zat/ bahan yang relatif toksik,
oleh karena itu pada kemasanya dicantumkan pula tanda peringatan kandungan
zat dan tingkat bahaya yang terkandung dalam jenis obat tersebut.
Tingkat peringatan Obat bebas terbatas terbagai kedalam enam golongan
(P1-P6) yaitu :

3. Obat keras
Obat keras adalah yang dapat diperoleh dengan resep dokter.
Contoh : Asam Mefenamat, Cefadroxyl, Ranitidin, dan lain-lain.

Gambar 3. Lambang obat keras


11

4. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku. Logo obat psikotropika sama seperti pada logo obat keras.
Contoh : Alprazolam, Diazepam.

5. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bahan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (hang over)
fisik maupun psikis. Contoh : Codein dan Codipront sirup.

Gambar 4. Lambang obat narkotika

C. Obat Wajib Apotek (OWA)


Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
dokter oleh Apoteker Pengelola Apotik kepada pasien. Adapun persyaratan yg
harus dilakukan dalam penyerahan OWA adalah:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,anak
dibawah usia 2 tahun dan orangtua di atas 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dinaksud tidak memberikan resiko
pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
12

D. Apotek
Menurut Peraturan Menkes Nomor 9 tahun 2017 yang dimaksud dengan
Apotek adalah fasilitas pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefamasian oleh Apoteker. Adapun Surat Izin Apotek (SIA) adalah bukti tertulis
yg diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai
izin untuk menyelenggarakan Apotek. Pengelolaan Apotek sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA), oleh karena itu APA dan
Tenaga Teknis Kefarmasian harus memahami prinsip-prinsip bisnis dalam
pengelolaan apotek berdasarkan kepada sistem manajemen kefarmasian di
Apotek.
Tugas dan fungsi Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009,
adalah sebagai berikut :
 Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan.
 Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
 Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaaan farmasi
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
 Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik,pasal 3 ayat (1)
adalah:
A.Pengelolaan sediaan farmasi,alat kesehatan,dan bahan medis habis pakai.
B.Pelayanan Farmasi Klinik.
Pada pasal 3 ayat (2) sebagai mana dimaksud pada ayat 1, dinyatakan
bahwa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai meliputi:
1.Perencanaan 5.Pemusnahan
2.Pengadaan 6.Pengendalian
3.Penerimaan 7.Pencatatan dan Pelaporan
4.Penyimpanan
13

Pada pasal 3 ayat (3) disebutkan bahwa pelayanan Farmasi Klinik


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
A.Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi Administrasi,kesesuaian farmaseutik dan
pertimbangan klinis.
1) Kajian Admistrasi meliputi:
-Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan
-Nama dokter, No.SIK, alamat, No.telepon dan paraf
-Tanggal Penulisan Resep
2) Kajian kesesuaian farmaseutik meliputi:
-Bentuk dan kekuatansediaan
-Stabilitas
-Kompatibilitas (ketercampuran obat)
3) Pertimbangan Klinis meliputi:
-Ketepatan Indikasi dan dosis Obat
-Aturan, cara dan lama penggunaan obat
-Duplikasi dan/atau polifarmasi
B.Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan,penyerahan dan pemberian informasi
obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
-Menyiapkan obat sesuai dengan resep
-Melakukan peracikan obat bila diperlukan
-Memberikan etiket
-Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
C.Pelayanan Informasi Obat
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat.Informasi mengenai obat tersebut
termasuk resep, obat bebas, dan herbal.
D.Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran,
14

serta kepatuhan, sehingga teradi perubahan perilaku dalam penggunaan obat


dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
E.Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker diharapkan dapat melekukan pelayanan kefarmasian yang
bersifat kunjungan ke rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
F.Pemantauan Terapi Obat
Proses memastiikan bahwa pasien mendapatkan terapi obat yang efektif
dan terangkau dengan memaksimalkan efikasi efikasi dan meminimalkan efek
samping.
G.Monitoring Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

E. Resep
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 tentang
standar pelayanan kefarmasian yang dimaksud dengan resep adalah permintaan
tertulis dari seorang dokter atau dokter gigi kepada Apoteker Pengelola Apotek
baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat-obatan bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Resep disebut juga formulae medicae terdiri atas:
1) Formulae officinalis yaitu resep yang tercantum dalam buka farmakope
atau buku standar lainnya.
2) Formula megistralis yaitu resep yang ditulis oleh dokter.
Resep harus ditulis jelas dan lengkap. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan
jelas atau tidak lengkap,apotek harus menanyakan kepada dokter penulis resep.
Pembagian suatu resep yang lengkap terdiri dari:
1. Tanggal dan tempat ditulisnya resep (Inscriptio)
2.Tanda buka penulisan resep dengan R/ (Invocatio)
3.Nama obat,jumlah dan cara membuatnya (Praescriptio dan Ordinatio)
4.Aturan pakai dari obat yang tertulis (Signatura)
5.Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep (Subcriptio)
15

F. Penjualan /Pelayanan
Penjualan adalah salah satu kegiatan diapotek yang melayani konsumen
dalam pemberian sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan. Kegiatan tersebut
dapat berupa pelayanan resep, obat bebas, obat bebas terbatas.(Hartono,2011)
Pelayanan merupakan kegiatan diApotek yang bertujuan melayani
konsumen dalam hal pemberian perbekalan farmasi yang meliputi obat,bahan
obat, obat tradisional, alkes, kosmetik,dan pelayanan resep tunai serta
pemberian informasi yang diperlukan pasien. Hal-hal yang perlu diperlukan
dalam pelayanan yaitu:
1) Kelengkapan obat
Kelengkapan obat merupakan hal yang sangat penting dalam melayani
konsumen karena hal tersebut sesuai dengan motto apotek “ setiap resep
yang masuk ke apotekkeluarnya harus membawa obat” dengan demikian
setiap pasien harus diusahakan untuk mendapatkan obat yang diracik
diruang peracikan dan penjualan bebas setiap harinya.
2) Harga obat
Harga obat jual disuatu apotek sangat mempengaruhi penjualan di apotek
tersebut. Untuk menekan harga jual bagian penjualan harus berusaha
mencari pemasok yang dapat memberikan kondisi yang baik kepada pihak
apotek.
3) Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat mendukung dalam pelayanaan terhadap
konsumen seperti ; keamanan,kenyamanaan,kemudahan parkir kendaraan
yang dapat memberikan ketenangan dan kesabaran bagi konsumen saat
menunggu. Dalam hal ini juga termasuk keramahan dari karyawan yang
memberikan informasi kepada pasien.

G. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat

1.Gambaran penjualan obat 1. Persentase penjualan obat


hipertensi gol.antagonis hipertensi golongan
kalsium generik antagonis kalsium generik.

2.Gambaran penjualan obat 2. Persentase penjualan obat


hipertensi gol.antagonis hipertensi golongan
kalsium nama paten antagonis kalsium nama
paten.
16

H. Defenisi Operasional
1. Obatgenerik hipertensi merupakan salah satu program pemerintah yang
digunakanuntuk membantu masyarakat sesuai dengan PeraturanMenteri
KesehatanNo.HK.02.02/Menkes/068/I/2010.Dalam hal ini obat generik yang
digunakan adalah obat hipertensi golongan Antagonis Kalsium
(Nifedipin,Amlodipin,Diltiazem).
2. Obat paten adalah obat generik dengan nama dagang yang memproduksinya
telah dipatenkan. Dalam hal ini obat paten yang digunakan adalah obat
hipertensi golongan Antagonis Kalsium.
3. Penjualan yang diambil adalah penjualan obat hipertensi golongan Antagonis
Kalsium di Apotek Bumi Sehat, Apotek Mitha farma, dan Apotek Yasmin.
17

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah peneltian deskriptif, yaitu suatu
penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi dalam masyarakat.(Notoadmojo,2012)
Dalam pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling yaitu,
pengambilan secara acak tanpa memperhatikan strata yg ada dalam populasi
tersebut.
Seluruhpopulasi dari 21 kecamatan yang ada di kota medan ditandai
dengan cara diberi nomor lalu dimasukkan ke dalam wadah dan diambil secara
acak. Adapun sampel yg terpilih yaitu Kecamatan Medan Tuntungan,
Kecamatan Medan Area, dan Kecamatan Medan Sunggal.
Selanjutnya pemilihan Sampel Apotik dari tiga kecamatan tersebut
dilakukan kembali secara simple random sampling dengan cara yang sama
tanpa memperhatikan strata yg ada, dan dan apotek yg terpilih menjadi sampel
tempat penelitian yaitu Apotek Bumi Sehat, Apotek Mitha Farma, dan Apotek
Yasmin.
Penelitian ini akan mendeskripsikangambaran penjualan obat hipertensi
golongan antagonis kalsium (Nifedipine, Amlodipin, Diltiazem) generik di
bandingkan dengan nama patennya periode bulan Oktober-Desember 2016.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


1. Waktu Penelitian : Adapun waktu yang diperlukan dalam melakukan
penelitian ini adalah 2 minggu pada bulan Juni.
2. Lokasi Penelitian : Penelitian dilakukan di Apotek Bumi Sehat, Apotek Mitha
Farma, Apotek Yasmin.
18

C. Populasi dan Sampel


1.Populasi: Seluruh penjualan obat-obat hipertensi di Apotek Bumi
Sehat, Apotek Mitha,dan Apotek Yasmin .
2.Sampel : Penjualan obat hipertensi golongan antagonis kalsium (Amlodipin,
Nifedipin, Diltiazem) di Apotek Bumi Sehat, Apotek Mitha Farma,
dan Apotek Yasmin periode bulan Oktober-Desember 2016.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


D.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunderdenganmenggunakan data yang sudah ada aatau sudah
dikumpulkan oleh pihak apotek.

D.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan secara retrospective yaitu meneliti
kebelakang dengan mengumpulkan data penjualan obat hipertensi
golongan antagonis kalsium dari apotek bumi sehat, apotek Mitha farma,
dan apotek Yasmin Medan.

E. Prosedur Kerja
1.Amati, catat, dan hitung jumlah resep dan penjualan obat yang mengandung
antihipertensi golongan antagonis kalsium generik periode bulan Oktober-
Desember 2016 yang ada pada masing-masing Apotek.
2.Amati, catat, dan hitung jumlah resep dan penjualan obat yang mengandung
antihipertensi golongan antagonis kalsium dengan nama patennya periode
bulan Oktober-Desember 2016 yang ada pada masing-masing Apotek.
3.Hitung persentase penjualan obat hipertensi golongan antagonis kalsium
generik periode bulan Oktober-Desember 2016 pada masing-masing Apotek
dengan rumus :
19

4.Hitung Persentase penjualan obat hipertensi golongan antagonis kalsium


dengan nama patennya periode Oktober-Desember 2016 pada masing-masing
Apotek.

5.Hitung persentase rata-rata penjualan obat antihipertensi golongan antagonis


kalsium periode bulan Oktober-Desember 2016 pada masing-masing Apotek
dengan rumus :

6.Hitung persentase rata-rata penjualan obat antihipertensi golongan antagonis


kalsium nama dagang periode bulan Oktober-Desember 2016 pada masing-
masing Apotek dengan rumus:

F. Pengolahan dan Analisis data


Pada penelitian ini Gambaran Penjualan Obat Hipertensi Golongan
Antagonis Kalsium (Nifedipin, Amlodipin, Diltiazem) dengan Nama Patennya
dianalisis secara deskriptif dengan rumus.
Persentase Penjualan Obat Hipertensi periode tiga bulan terakhir dari masing-
masing Apotek.

Disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menghitung banyak


obat yg terjual.
20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel A.1. Persentase gambaran penjualan obat hipertensi Nifedipin
generik dengan nama patennya di apotik Bumi Sehat pada bulan Oktober-
Desember 2016
Nifedipin Jumlah Persentase
No Bulan G NP G+NP G NP
1 Oktober 35 15 50 70% 30%
2 November 33 13 46 71,73% 28,26%
3 Desember 29 16 45 64,44% 35,55%
Total 97 44 141 68,72% 31,27%

80% 70% 71.73%


70% 64.44%

60%
50%
35.55% generik
40% 30% 28.26% paten
30%
20%
10%
0%
oktober november desember

Grafik A.1. Grafik penjualan obat hipertensi Nifedipin generic dengan


Nama patennya periode Oktober- Desember 2016 di apotik
Bumi sehat.

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan obat hipertensi


Nifedipin generic lebih banyak dibandingkan nama patennya. Adapun hasil
penjualan obat generic terbanyak adalah pada bulan November sebanyak
71,73%. Sedangkan penjualan obat nama paten terbanyak terdapat pada bulan
Desember sebanyak 35,55%.
21

Tabel A.2
Persentase gambaran penjualan obat hipertensi Amlodipin generic dengan
Nama patennya di apotik Bumi Sehat pada bulan Oktober-Desember 2016
Amlodipin Jumlah Persentase
No Bulan G NP G+NP G NP
1 Oktober 35 17 52 67,30% 40,47%
2 November 33 13 46 71,73% 28,26%
3 Desember 23 9 31 71,85% 28,12%
Total 81 29 129 70,29% 32,28%

80.00%
71.73% 71.85%
67.30%
70.00%

60.00%

50.00%
40.47%
generik
40.00%
28.26% 28.12% paten
30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
oktober november desember

Grafik A.2 Grafik penjualan obat hipertensi Amlodipin generic dengan nama
Patennya periode Oktober-Desember 2016 di apotik Bumi sehat.

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan obat hipertensi


Amlodipin generic lebih banyak dibandingkan nama patennya. Adapun hasil
penjualan obat generic terbanyak adalah pada bulan Desember sebanyak
71,85% sedangkan penjualan obat nama paten terbanyak terdapat pada bulan
Oktober sebanyak 40,47%
22

Tabel A.3
Persentase gambaran penjualan obat hipertens Diltiazem generic dengan
Nama patennya di apotik BumiSehat pada bulan Oktober-Desember 2016
Diltiazem Jumlah Persentase
No Bulan G NP G+NP G NP
1 Oktober 4 2 6 66,66% 33,33%
2 November 3 0 3 100% 0%
3 Desember 3 3 6 50% 50%
Total 10 5 15 72,22% 27,77%

100%
100.00%
90.00%
80.00%
66.66%
70.00%
60.00%
50% 50% generik
50.00%
paten
40.00% 33.33%
30.00%
20.00%
10.00%
0%
0.00%
Oktober November Desember

Grafik A.3 Grafik penjualan obat hipertensi Diltiazem generic dengan nama
Patennya periode Oktober-Desember 2016 di apotik Bumi sehat.

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa penjualan obat hipertensi


Diltiazem generic terbanyak pada bulan November dan oktober.Sedangkan pada
bulan Desember penjualan generic dan paten adalah sama banyak.
23

Tabel A.4
Persentase gambaran penjualan obat hipertensi Nifedipin generic dengan
Nama patennya periode Oktober-Desember 2016 di apotik Mitha farma.

Diltiazem Jumlah Persentase


No Bulan G NP G+NP G NP
1 Oktober 29 16 45 35,55% 64,44%
2 November 36 20 56 35,71% 64,28%
3 Desember 26 12 38 31,57% 68,42%
Total 91 48 139 34,27% 65,71%

68.42%
70.00% 64.44% 64.28%

60.00%

50.00%

40.00% 35.55% 35.71%


31.57% generik
30.00% paten

20.00%

10.00%

0.00%
oktober november desember

Grafik A.4 Grafik penjualan obat hipertensi Nifedipin generic dengan


nama patennya periode Oktober-Desember 2016 di apotik
Mitha farma

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa penjualan obat hipertensi


Nifedipin nama paten lebih banyak dibandingkan generiknya. Adapun penjualan
obat generic tebanyak terdapat pada bulan November sebanyak 35,71%k
sedangkan nama paten terbanyak pada bulan Desember sebanyak 68,42%.
24

Tabel A.5 Persentase gambaran penjualan obat hipertensi Amlodipin generic


dengan nama patennya periode Oktober-Desember 2016 di apotik
Mitha farma.
Diltiazem Jumlah Persentase
N Bulan G N G+NP G NP
o P
1 Oktober 23 21 44 48,83% 52,27%
2 November 29 25 54 50% 53,70%
3 Desember 21 18 39 46,15% 53,84%
total 63 54 137 48,32% 53,27%

53.70% 53.84%
54.00%
52.27%
52.00%
50%
50.00% 48.83%
generik
48.00%
46.15% paten
46.00%

44.00%

42.00%
oktober november desember

GrafikA.5 Grafik penjualan obat hipertensi Amlodipin generic dengan


nama patennya periode Oktober-Desember 2016 di apotik
Mitha farma.

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa penjualan obat hipertensi


Amlodipin nama paten lebih banyak dibandingkan generiknya. Adapun penjualan
obat generic tebanyak terdapat pada bulan November sebanyak 50% sedangkan
nama paten terbanyak pada bulan Desember sebanyak 53,84%.
25

Tabel A.6. Persentase gambaran penjualan obat hipertensi Diltiazem generic


dengan nama patennya preriode bulanOktober- Desember 2016 di
apotik Mitha farma
Diltiazem Jumlah Persentase
No Bulan G NP G+NP G NP
1 Oktober 3 5 8 38,46% 37,5%
2 November 4 4 8 50% 50%
3 Desember 2 3 3 40% 60%
Total 9 12 19 42,82% 29,16%

70.00%
60%
60.00%
50% 50%
50.00%
40%
38.46% 37.50%
40.00%
generik

30.00% paten

20.00%

10.00%

0.00%
oktober november desember

GrafikA.6. Grafik persentase penjualan obat hipertensi Diltiazem generik


Dengan nama patennya preriode bulan Oktober- Desember
2016 di apotik Mitha farma

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa penjualan obat hipertensi


pada bulan Oktober terdapat perbedaan kurang dari 1% antara obat generic
dengan obat paten.Pada bulan November obat generic dan nama paten terjual
sama sebanyak 50%. Sedangkan pada bulan Desember penjualan nama generic
selisih 20% dengan nama generiknya.
26

Tabel A.7
Persentase gambaran penjualan obat hipertensi Nifedipin generic dengan
Nama patennya periode Oktober-Desember 2016 di apotik Yasmin
Diltiazem Jumlah Persentase
No Bulan G NP G+NP G NP
1 Oktober 40 24 64 65,71% 34,28%
2 November 46 21 67 65,57% 34,42%
3 Desember 37 17 54 68,51% 31,48%
Total 123 26 185 66,59% 33,39%

68.51%
70.00% 65.71% 65.57%

60.00%

50.00%

40.00% 34.28% 34.42%


31.48% generik

30.00% paten

20.00%

10.00%

0.00%
oktober november desember

Grafik A.7 Grafik persentase penjualan obat hipertensi Nifedipin generik


Dengan nama patennya preriode bulan Oktober- Desember 2016
Di apotik Yasmin

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa penjualan obat hipertensi


Nifedipin generic lebih banyak dibandingkan nama patennya. Adapun penjualan
obat generic tebanyak terdapat pada bulan Desember sebanyak 68,51%
sedangkan nama paten terbanyak pada bulan November sebanyak 34,42%.
27

Tabel A.8
Persentase gambaran penjualan obat hipertensi Amlodipin generic dengan
Nama patennya di apotik Yasmin pada bulan Oktober-Desember 2016
Diltiazem Jumlah Persentase
No Bulan G NP G+NP G NP
1 Oktober 36 24 60 62,06% 40%
2 November 32 21 53 57,14% 42,85%
3 Desember 31 26 57 54,38% 45,61%
Total 99 71 170 57,86% 42,82%

70.00%
62.06%
57.14%
60.00% 54.38%

50.00% 45.61%
42.85%
40%
40.00%
generik

30.00% paten

20.00%

10.00%

0.00%
oktober november desember

GrafikA.8 Grafik persentase penjualan obat hipertensi Amlodipin generic


dengan nama patennya preriode bulan Oktober- Desember 2016
di apotik Yasmin

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa penjualan obat hipertensi


Amlodipin generic lebih banyakd ibandingkan nama patennya. Adapun
penjualan obat generic tebanyak terdapat padabulan Oktober sebanyak 62,02%
sedangkan nama paten terbanyak pada bulan Desember sebanyak 45,61%.
28

Tabel A.9
Persentase gambaran penjualan obat hipertensi Diltiazem generic dengan
Nama patennya di apotik Yasmin pada bulan Oktober-Desember 2016
Diltiazem Jumlah Persentase
No Bulan G NP G+NP G NP
1 Oktober 4 6 10 40% 60%
2 November 8 4 12 33,33% 33,33%
3 Desember 3 4 7 42,85% 57,14%
Total 15 14 29 38,72% 50,15%

70%
60%
57.14%
60%

50%
42.85%
40%
40% generik
33.33% 33.33%
30% paten

20%

10%

0%
oktober november desember

GrafikA.9 Grafik persentase penjualan obat hipertensi Diltiazem generik


Dengan namapatennya preriode bulan Oktober- Desember 2016
di apotik Yasmin

Berdasarkan rafik di atas dapat dilihat bahwa penjualan obat hipertensi


Diltiazem nama paten lebih banyak dibandingkan generiknya terdapat pada
bulan Oktober dan Desember. Sedangkan pada bulan November penjualan obat
generic maupun paten samabanyak 33,33%
29

Tabel A.10
Persentase rata-rata penjualan obat hipertensi golongan Antagonis kalsium
(Nifedipin, Amlodipin, Diltiazem) dengan nama patennya periode Oktober-
Desember 2016 di apotik Bumi sehat, apotik Mitha farma, dan apotikYasmin
Medan.
Jumlahg Jumlah Paten
N enerik Paten + Persentase
o Namaapotik Generik generik paten

1 Bumisehat 118 78 196 60,20% 39,79%


2 Mithafarma 163 114 277 58,84% 41,15%
3 Yasmin 237 111 348 68,10% 31,89%

68.10%
70.00% 60.20% 58.84%
60.00%
50.00% 39.79% 41.15%
40.00% 31.89% generik
30.00% paten
20.00%
10.00%
0.00%
Bumi sehat Mitha farma Yasmin

Grafik A.11 Persentase rata-rata penjualan obat hipertensi golongan


Antagonis kalsium (Nifedipin, Amlodipin, Diltiazem) dengan
Nama patennya periode Oktober- Desember 2016 di apotik
Bumi sehat, apotik Mitha farma, dan apotik Yasmin Medan.

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran penjualan obat


hipertensi golongan antagonis kalsium (Nifedipin, Amlodipin, Diltiazem) generic
dari masing- masing apotik lebih tinggi dari nama patennya.
Adapun penjualan obat generic lebih tinggi terdapat di apotik Yasmin yaitu
generic sebanyak 68,10%; paten 31,89%. Selanjutnya pada apotik Bumi Sehat
penjualan generic sebanyak 60,20%;paten 39,79%. Dan terakhir pada apotik
Mitha farma dengan penjualan generic sebanyak 58,84%; paten 41,15%
30

Tabel A. 11
Rekapitulasi persentase penjualan obat hipertensi generik dengan nama patennya periode
Oktober - Desember 2016 pada Apotik Bumi Sehat, Apotik Mitha Farma, dan Apotik Yasmin

Nama Nifedipin Amlodipin Diltiazem


Apotik Generik Paten Generik Paten Generik Paten
Bulan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Apotik Oktober 35 70% 15 30% 35 67,30% 17 40,47% 4 66,66% 2 33,33%
Bumi
Sehat November 33 71,73% 15 28,26% 33 71,73% 13 28,26% 3 100% 0 0%

Desember 29 64,44% 16 35,55% 23 71,85% 9 28,12% 3 50% 3 50%

Apotik Oktober 29 35,55% 16 64,44% 23 48,83% 21 52,27% 3 38,46% 5 37,5%


Mitha
farma November 36 35,71% 20 64,28% 29 50% 25 53,70% 4 50% 4 50%

Desember 26 31,57% 12 68,42% 21 46,15% 18 53,84% 2 40% 3 60%

Apotik Oktober 46 65,71% 24 34,28% 36 62,06% 24 40% 4 40% 6 60%


Yasmin
November 40 65,57% 21 34,42% 32 57,14% 24 42,85% 8 33,33% 4 33,33%

Desember 37 68,51% 17 31,48% 31 54,38% 26 45,61% 3 42,85% 4 57,14%


31

Tabel A. 12
Persentase rata-rata penjualan obat hipertensi generik dengan nama patennya periode
Oktober- Desember 2016 Pada Apotik Bumi Sehat, Apotik Mitha farma, dan Apotik Yasmin.

Nama apotik Nama obat Persentase rata-rata penjualan Persentase rata-rata penjualan
generik nama paten
Nifedipin 68,72% 31,27%
Apotik bumi sehat Amlodipin 70,29% 32,28%
Diltiazem 72,22% 27,77%
Nifedipin 34,27% 65,71%
Apotik Mitha farma Amlodipin 48,32% 53,27%
Diltiazem 42,82% 49,16%
Nifedipin 66,59% 33,39%
Apotik Yasmin Amlodipin 57,86% 42,82%
Diltiazem 38,72% 50,15%
32

B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap gambaran penjualan obat
hipertensi golongan antagonis kalsium pada apotik Bumi Sehat, apotik Mitha
farma, dan apotik Yasmin belum memenuhi persyaratan PerMenKes RI No.HK
02.02/MenKes/068/I/2010 tentang kewajiban penggunaan obat generik di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya pemahaman
masyarakat mengenai obat generik yang mempunyai khasiat yang sama dengan
obat nama paten.
Adapun hasil yang dari penelitian yg dilakukan terhadap gambaran
penjualan obat hipertensi golongan antagonis kalsium (Nifedipinn, Amlodipin,
Diltiazem) sebagai berikut:
 Persentase penjualan obat hipertensi pada apotik Bumi Sehat
Generik : Nifedipin 68,72%, Amlodipin 70,29%, Diltiazem 72,22%.
Paten : Nifedipin 31,27%, Amlodipin 32,28%, Diltiazem 27,77%.
 Persentase penjualan obat hipertensi pada apotik Mitha farma
Generik: Nifedipin 34,27%, Amlodipin 48,32%, Diltiazem 42,82%
Paten : Nifedipin 65,71%, Amlodipin 53,27%, Diltiazem 49,16%.
 Persentase penjualan obat hipertensi pada apotik Yasmin
Generik : Nifedipin 66, 59%, Amlodipin 57,86%, Diltiazem 38,72%.
Paten : Nifedipinn 33,39%, Amlodipin 42,82%, Diltiazem 50,15%.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa gambaran penjualan obat hipertensi
golongan antagonis kalsium dari ketiga apotik adalah berbeda dan pencapaian
penjualan obat generik belum 100% karena sebagian obat yang terjual adalah
obat nama paten.
Selain surat Keputusan Menteri Kesehatan mengenai kewajiban
menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan, pemberitahuan
pengetahuan mengenai obat generik oleh Tenaga Kesehatan juga perlu
dilakukan karena selama ini kalangan masyarakat masih ada yang memandang
remeh obat generik dalam hal efektivitasnya.
33

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Gambaran penjualan obat hipertensi golongan antagonis kalsium pada
apotik Bumi Sehat, apotik Mitha farma, dan apotik Yasmin adalah tidak
sama.
 Apotik Bumi Sehat
Generik : 60,20%
Nama Paten :39,79%
 Apotik Mitha farma
Generik :58,84%
Nama Paten :41,15%
 Apotik Yasmin
Generik :68,10%
Nama paten :31,89%
2. Penjualan obat hipertensi generik paling banyak adalah pada apotik Yasmin
selanjutnya disusul oleh apotik Bumi Sehat dan apotik Mitha farma.
3. Penjualan obat hipertensi nama paten paling banyak adalah pada apotik
Mitha farma, selanjutnya disusul oleh apotik Bumi sehat dan apotik Yasmin
4. Dengan adanya perbedaan penjualan obat hipertensi generik dibandingkan
dengan nama patennya pada ketiga apotik tersebut maka PerMenKes RI
No.HK.02.02/MenKes/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat
generik belum terlaksana sepenuhnya.

B. Saran
1. Pihak apotik sebaiknya lebih meningkatkan penjualan obat generik
kepada masyarakat dengan penjelasan bahwa obat generik khasiatnya
sama dengan obat paten.
2. Untuk mahasiswa yang melakukan penelitian berikutnya diharapkan
untuk melakukan survei perbandingan penulisan resep generik dengan
nama patennya obat hipertensi golongan yang lain.
34

DAFTAR PUSTAKA

Budianto,D.2015.Hipertensi The Silent Killer.www.pustadin.kemkes.go.id.02


Maret 2017
Departemen Kesehatan RI .1979. Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta
Departemen Farmakologi dan Terapeutik.2007.Farmakologi dan Terapi
Edisi V:Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan


RI.1989.Informatorium Obat Generik.Jakarta

Drs.Hartono Hdw.2011.Manajemen Apotik.Perpustakaan Kampus D-III Farmasi


Poltekkes Medan.Medan

H.A.Syamsuni.2007.Ilmu Resep.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

ISO Indonesia.2010-2011.Informasi Spesialite Obat Volume 45.


Penerbit ISFI.Jakarta

Lucky aziza.2007. Peran Antagonis Kalsium dalam Penatalaksanaan Hipertensi.


Manajemen Kedokteran Indonesia,Volume 57.Jakarta

MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 15.2015-2016.Jakarta:PT.Ikapharmindo


Putramas

Notoatmodjo,S.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:PT Rineka Cipta

PerMenKes RI.No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010.Tentang Kewajiban Obat


Generik di Fasilitas Layanan Kesehatan Pemerintah.

PerMenKes No.35 tahun 2014.Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di


Apotek.

Redaksi Trubus.2016.Ahli Atas Kolesterol,Hipertensi, dan Diabetes.Bandung:PT.


Trubus Swadaya

Septriana, Sartika.2011.Perbandingan Penulisan Resep Obat Antihipertensi


Golongan Antagonis Kalsium (Nipedipin, Amlodipin, Diltiazem) Generik
Dengan Nama Dagangnya Di RSUD Tanjung Pura.KTI Potekkes Medan
Jurusan Farmasi,Medan

Tan Hoan Tjay,Raharja.2007.Obat-obat penting edisi VI.Jakarta;PT.Elek Media


Komputindo

Undang-undang RI No.36.2009.Tentang Kesehatan


35

Lampiran 1. Contoh resep di apotik Mitha Farma


36

Lampiran 2. Contoh resep di Apotik Yasmin


37

Lampiran 3. Resep di Apotik Bumi Sehat


38

Lampiran 4. Buku Penjualan Obat


39

Lampiran 5. Contoh penulisan daftar obat yg terjual pada buku penjualan obat
40

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian


41

Lampiran 7. Surat Balasan Izin Penelitian di Apotik Bumi Sehat


42

Lampiran 8. Surat Balasan Izin Penelitian di Apotik Yasmin


43

Lampiran 9. Surat Balasan Izin Penelitian di Apotik Mitha Farma.


44

Lampiran 10.
HASIL PENJUALAN OBAT HIPERTENSI PADA BULAN
OKTOBER 2016 DI APOTIK BUMI SEHAT

JUMLAH PENJUALAN
RESEP TANPA RESEP
NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM
TGL G P G P G P G P G P G P
1 1 2
2 1
3 1 2 2
4 1
5 1 1 1
6 1 1
7 1 1 1 1
8 1 2 1 2 1
9 1 2
10 1 2
11 1 2 2
12 1 1
13 1 1
14 1 1 3 2
15 3 1 1
16 1
17 1 1 1
18 1
19 1 1 2
20 2 2 2
21 1 1 1
22 2
23 1 1 1
24 1 2 3
25 3 1
26 1 1 1
27 1 1 1 1
28 1 2 2
29 1 1 1
30 1 2
31 1 2 1
Total 9 3 6 2 26 12 29 15 4 2
45

Lampiran 11
HASIL PENJUALAN OBAT HIPERTENSI PADA BULAN
NOVEMBER 2016 DI APOTIK BUMI SEHAT
JUMLAH PENJUALAN
RESEP TANPA RESEP
NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM
TGL G P G P G P G P G P G P
1 1 2
2 1 1
3 1 2 2
4 1
5 1 2 1 1
6 1 1
7 1 1 1
8 1 1 1 1 2 1
9 1 2
10 1 2
11 1 1 2
12 2 1 1
13 1
14 1 1 3 1
15 1 2 1 1
16 1
17 1 1 1 1
18 1 1
19 1 1 1 1
20 2 2
21 1 1 1
22 2
23 1 1 1
24 1 1
25 2 1
26 1 1
27 1 1 1
28 1 2
29 1
30 2 1 2
Total 5 4 7 1 28 9 26 12 3
46

Lampiran 12

HASIL PENJUALAN OBAT HIPERTENSI PADA BULAN


DESEMBER 2016 DI APOTIK BUMI SEHAT
JUMLAH PENJUALAN
RESEP TANPA RESEP
NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM
TGL G P G P G P G P G P G P
1 1 2
2 1 1
3 1 2 2 2
4 2
5 1 1 1
6 1 1 1
7 1
8 1 1 1 2 1
9 1 2
10 1 2
11 1
12 2 1 1 1
13 1
14 1 1 1 1
15 2 1 1
16 1
17 1 1 1
18 1
19 1 1 1
20 1 2 1
21 1 1 1
22 2
23 1 1
24 1
25 2 1
26 1 1
27 1 1 1
28 1 2
29 1
30 1
31 2
Total 7 2 4 22 14 19 9 3 3
47

Lampiran 13
HASIL PENJUALAN OBAT HIPERTENSI PADA BULAN
OKTOBER 2016 DI APOTIK MITHA FARMA

JUMLAH PENJUALAN
RESEP TANPA RESEP
NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM
TGL G P G P G P G P G P G P
1 1 2 1
2 1 1
3 1 2 1 2
4 1
5 1 1 1 1
6 1 1 1 1
7 1 1 1
8 2 1 2
9 1 1
10 2 1
11 2 2 2
12 1 1
13 1 1
14 1 1 1
15 1 1 1
16 1 1 2 2 1
17 1 1 1
18 1
19 1 1 1
20 1 2 2 1
21 1 1 1
22 1
23 1 1 1 2 1
24 1
25 1 1
26 2 1 1
27 1 1 1 1 1
28 2 2
29
30 2 1
31 1 1
Total 5 2 3 3 24 14 20 18 3 5
48

Lampiran 14

HASIL PENJUALAN OBAT HIPERTENSI PADA BULAN


NOVEMBER 2016 DI APOTIK MITHA FARMA

JUMLAH PENJUALAN
RESEP TANPA RESEP
NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM
TGL G P G P G P G P G P G P
1 1 2 2 1
2 1 1
3 1 2 1 2
4 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 1 1
8 2 1 1 2
9 1 1
10 1 2 1
11 2 2 1
12 1 1 1
13 1 1 2 1
14 1 1 1 1
15 1 1 1
16 1 1 2 2 1
17 1 1 1 1
18 1 1
19 1 1 1
20 1 1 2 1 1
21 1 1 1
22 1 1
23 1 1 1 2
24 2 1
25 1 2 1
26 2 1 1
27 1 1 1 1 1
28 2 2
29 1
30 2 1
31 1 1
Total 8 3 4 5 28 17 25 20 4 4
49

Lampiran 15
HASIL PENJUALAN OBAT HIPERTENSI PADA BULAN
DESEMBER 2016 DI APOTIK MITHA FARMA

JUMLAH PENJUALAN
RESEP TANPA RESEP
NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM
TGL G P G P G P G P G P G P
1 1 2 1
2 1
3 1 2 1 2
4 1
5 1 1
6 1 1 1 1
7 1 1 1
8 2 1 1 2
9 1 1
10 2 1
11 2 2 1
12 1 1 1
13 1 2 1
14 1 1 1
15 1
16 2 1
17 1 1 1
18 1 1 1
19 1 1 1
20 1 2 1
21 1 1 1
22 1 1
23 1 1 2
24 1
25 1 1
26 1
27 1 1 1 1
28
29 1
30
31
Total 4 2 2 3 2 22 10 19 15 3
50

Lampiran 16

HASIL PENJUALAN OBAT HIPERTENSI PADA BULAN

OKTOBER 2016 DI APOTIK YASMIN

JUMLAH PENJUALAN
RESEP TANPA RESEP
NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM
TGL G P G P G P G P G P G P
1 1 2 1
2 1 1 1
3 1 2 1 2
4 1
5 1 1 1
6 1 3 1 1
7 1 1 1 1
8 1 2 1 2 1
9 1 2
10 2 1 2 1
11 1 2 2 2
12 2 1 1
13 1 1 1
14 1 1 3 2
15 1 3 1 1
16 1 2 2 1
17 1 1 1
18 1
19 1 1 1 1 2
20 1 2 2 2 1
21 1 1 1
22 2
23 1 1 2 1
24 1 1 3
25 3 1
26 1 2 1
27 1 1 1 1 1 1
28 1 2 2
29 1 1
30 2 1 2
31 1 2 1 1
Total 8 4 6 2 38 20 30 22 4 6
51

Lampiran 17

HASIL PENJUALAN OBAT HIPERTENSI PADA BULAN

NOVEMBER 2016 DI APOTIK YASMIN

JUMLAH PENJUALAN
RESEP TANPA RESEP
NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM
TGL G P G P G P G P G P G P
1 1 2 1
2 1 1 1
3 2 2 1 2
4 1
5 1 1 1 1
6 1 1 1 1
7 1 1 1
8 1 2 1 2 1
9 1 1 1 1
10 2 1 2 1
11 1 2 2 2 1
12 2 1 1
13 1 1 1 1
14 2 1 1
15 1 1 1
16 1 1 2 2 1
17 1 1 1
18 1 1
19 1 1 1 1
20 1 2 2 2 1
21 1 2 1 1
22
23 1 1 1 2
24 1 1
25 1 1
26 1 2 1 1
27 1 1 1 1 1
28 1 1 2 2
29 1 1
30 1 2 1
31 1 1 1
Total 11 5 8 6 3 29 16 24 18 5 4
52

Lampiran 18

DATA HASIL PENJUALAN OBAT HIPERTENSI PADA BULAN


DESEMBER 2016 DI APOTIK YASMIN
JUMLAH PENJUALAN
RESEP TANPA RESEP
NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM NIFEDIPIN AMLODIPIN DILTIAZEM
TGL G P G P G P G P G P G P
1 1 2 1
2 1 1 1 2
3 2 2 1 2
4 1
5 1 2 1 1 1
6 1 1 1 1
7 1 1 1 1
8 1 2 1 2 1
9 1
10 1 2 1
11 2 2 2
12 2 1 1
13 1 1 1 2 1
14 1 1 1 2
15 1 1 1
16 2 2 1
17 1 1 1
18 1
19 1 1 1 1
20 1 2 2 1
21 1 1 1
22 1
23 1 1 1 2 1
24 1
25 1 1
26 2 1
27 1 1 1
28 1 2 2
29 1 1
30 2 1
31 1 1
Total 6 3 4 2 31 14 27 24 3 4
53

Lampiran 19

Kartu Laporan Pertemuan Bimbingan KTI

Anda mungkin juga menyukai