Kelompok Submandibular
• Dibagi menjd 6 kelompok → preglandular, prevaskular,
retrovaskular, retroglandular, intraglandular, nodus yg
letaknya lbh dlm
• Berhub dgn kel submandibula & pembuluh-pembuluh fasial
• Keganasan pd dasar mulut, lidah, & kavitas bukal → lebih
sering metastasis ke nodus perivaskular
Rantai Jugularis
• 80% nodus limfe di leher → berhub dkt dgn V. jugularis
interna
• Sal limfatik → di dlm jaringan areolar longgar
– Jaringan areolar longgar → di sekitar V. jugularis interna & di dalam
carotid sheath
• Nodus limfe → di anterior, posterior, & lateral dari vena
• Segmen paling superior dari vena → berjln dari basis cranii
s/d setinggi bifurcatio A. carotis (pada level yang sama
dengan cornu mayor os hyoid menyilangi V. jugularis interna)
• Tingkat yang paling superior dari vena → berjalan ke dalam M.
digastricus
• Nodus limfe yang ditemukan di sini → nodus jugulodigastricus
– Susunan nodus pertama yang mendrainase regio faucial posterior, terutama
tonsil palatina
• Diantara nodus jugularis superior dan media → nodus junctional
– Anastomosis limfatik dari nodus submandibular, nodus retrofaringeal, dan
nodus rantai jugularis
• Nodus jugularis media → diantara bifurcatio A. carotis, setinggi tendon
M. omohyoid menyilangi V. jugularis interna
• Susunan nodus pertama untuk midhypopharynx larynx dan bagian superior
glandula tiroid
• Nodus jugularis inferior → diantara tendon M. omohyoid, turun masuk
ke rongga toraks. Kadang-kadang disebut kelompok nodus preskalenus
• Membentuk pertemuan yang penting antara kelompok nodus mediastinal,
kelompok aksilaris, dan kelompok leher → alasan mengapa nodus di leher
dapat terlibat pada penyakit di luar leher
Nodus Posterior
• Segitiga posterior → nodus limfe yang tersusun menjadi
2 kelompok : di sepanjang N. XII dan yang berhubungan
dengan pembuluh-pembuluh tiroservikal
– Nodus di sepanjang N. XII → susunan pertama untuk
nasofaring
– Susunan kedua untuk daerah yang didrainase nodus leher
anterior → berhubungan dengan pembuluh-pembuluh
tiroservikal
LEVEL NODUS LIMFATIK
LEVEL IV
Kelompok nodus jugularis inferior
Daerah kecil, mendrainase larynx dan
hypopharynx
LEVEL V
• Kelompok nodus segitiga posterior
• Mendrainase area limfatik lainnya di leher
• Subzona Va
– Bagian superior s/d inferior M. omohyoid
– Rantai nodus di sepanjang N. XII; mendrainase nasopharynx
• Subzona Vb
– Bagian inferior M. omohyoid
– Nodus berhubungan dengan truncus thyrocervicalis;
mendrainase glandula tiroid
LEVEL VI
• Kelompok nodus anterior / sentral → nodus
paratrakeal, nodus peritiroidal, dan nodus
Delphian
LEVEL VII
• Jaringan mediastinal superior
• Tidak dikenal oleh kebanyakan teks di Amerika
PRESBIKUSIS
• Tuli sensorineural frekuensi Gejala
tinggi. Umumnya pada laki- • Tinnitus
laki & lebih dari 60 thn.
• Hearing loss progressif
• Etiologi:
– Herediter • Cocktail party deafness
– Lingkungan • Nyeri telinga
– Penurunan pendengaran intensitas suara yg
– Degenerasi vaskularisasi tinggi
stria koklea
– Berkurang jmlh ganglion &
saraf
Scanning electron micrographs showing typical examples of the aged mammalian organ of Corti from a
guinea pig. (a) The outer hair cell (OHC) rows show substantial patches where hair cells are probably missing
(*) and in the process of degenerating, although the inner hair cells (IHC) are relatively undamaged. Scale bar
= 20 mm. (b) Detail of the OHC region showing different levels of damage to the hair bundles of OHCs
(arrowheads) including complete loss (*). The underlying hair cell is probably missing. Scale
bar = 10 mm. Courtesy of Dr DN Furness, MacKay Institute of Communication and Neuroscience, Keele
University.
Degeneration Outer hair cell
Diagnosis Terapi
• Pemeriksaan otoskopik • Hearing aid
• Garis ambang metabolik – to produce an
& mekanik : approximate, additional,
10dB sensory advantage.
datar/menurun
• Speech reading
• Auditory training
Gangguan pendengaran konduktif
• terjadi ketika suara tidak disalurkan secara efisien
melalui saluran telinga luar ke gendang telinga dan
tulang-tulang kecil (osikel) dari telinga tengah. Gangguan
pendengaran konduktif biasanya termasuk berkurangnya
tingkat suara atau kemampuan untuk mendengar suara
samar. Jenis gangguan pendengaran sering dapat
diperbaiki secara medis atau pembedahan.
• Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat
ringan atau menengah, pada rentang 25
hingga 65 desibel.
Etiologi
• Cairan di telinga tengah dari pilek
• Infeksi telinga (otitis media)
• Alergi (otitis media serosa)
• Melemahnya fungsi tuba eustakhius
• gendang telinga berlubang
• tumor jinak
• Dampak kotoran telinga (cerumen)
• Infeksi pada saluran telinga (otitis external)
• Telinga perenang (otitis ecxterna)
• Adanya benda asing
• Ketiadaan atau malformasi dari telinga luar, saluran telinga, atau telinga
tengah
Gangguan pendengaran sensorineural
• terjadi ketika ada kerusakan pada telinga bagian
dalam (koklea), atau ke jalur saraf dari telinga bagian
dalam ke otak. Selama ini, gangguan pendengaran
sensorineural tidak bisa secara medis atau
pembedahan diperbaiki. Ini adalah jenis yang paling
umum dari gangguan pendengaran permanen.
• SNHL mengurangi kemampuan untuk mendengar
suara samar. Bahkan ketika berbicara cukup keras
untuk mendengar, mungkin masih tidak jelas atau
suara teredam.
https://www.utdallas.edu/~thib/rehabi
nfo/tohl.htm
Etiologi
• penyakit
• Obat yang beracun untuk pendengaran/ototoksik
(aspirin, quinine)
• Gangguan pendengaran yang berjalan dalam
keluarga (genetik atau keturunan)
• penuaan
• trauma kepala
• Malformasi dari telinga bagian dalam
• Paparan suara keras
Noise Induced Hearing Loss
• Akibat terpajan bising Gejala yang biasa terdapat
cukup keras (lingkungan pada laki-laki
kerja) tuli • Tinitus
sensorineural bersifat • Suit menangkap
irreversible (menetap) percakapan dengan
• Akibat penggunaan kekerasan biasa / keras
obat ototoksik : • Timbul reaksi adaptasi
golongan (temporary threshold
aminoglikosida, kina, shift / permanent
asetosal dll threshold shift)
Pada perempuan biasanya karena trauma pendengaran.
Diagnosis – Audiometri nada murni
(Tuli Sensorineural pd
• Bekerja dilingkungan
4000-6000 Hz)
bising > 5 thn
• PF
– Otoskopik (Normal)
– Audiologi ( Tes Penala
Normal, Tes Weber
lateral pd telinga yg baik,
Tes Rinne Positif, Tes
Schwabach memendek)
Tatalaksana
• Sumbat telinga (ear plug)
• Tutup telinga (ear muff)
• Pelindung kepala
(helmet)
• Dipindahan kerjanya
• Hearing aid
• Psikoterapi
• Auditory training
• Cochlear implant
Otosklerosis
• Otosklerosis adalah penyakit keturunan lokal yang
mempengaruhi tulang endochondral dari kapsul otic
yang ditandai oleh kelainan resorpsi dan deposisi
tulang.
• Klinis lesi yang melibatkan tulang stapes atau sendi
stapediovestibulargangguan pendengaran konduktif.
• Histologislesi yang tidak melibatkan tulang stapes,
sendi stapediovestibular maupun endosteum
kokleaasimtomatik, diagnosis dengan pemeriksaan
post-mortem dari tulang temporal.
George G. Browning, Burton J. Martin, Clarcke Ray, Hibbert John, Jones S.
Nicholas, Lund J Valerie. Scott Brown’s Otolarhinolarygology, Head and Neck
Surgery. 7th ed. Volume 3. London: Edward Arnold Ltd, 2013
George G. Browning, Burton J. Martin, Clarcke Ray, Hibbert John, Jones S.
Nicholas, Lund J Valerie. Scott Brown’s Otolarhinolarygology, Head and Neck
Surgery. 7th ed. Volume 3. London: Edward Arnold Ltd, 2013
George G. Browning, Burton J. Martin, Clarcke Ray, Hibbert John, Jones S.
Nicholas, Lund J Valerie. Scott Brown’s Otolarhinolarygology, Head and Neck
Surgery. 7th ed. Volume 3. London: Edward Arnold Ltd, 2013
Distribusi lesi otosklerosis
• Daerah anterior ke jendela oval (80-95%).
• Jendela bundar niche (sekitar 30%)
• Dinding medial apikal labirin koklea (Sekitar 15%),
• Kaki stapes stapes (sekitar 12%)
• Posterior ke jendela oval (5-10%).
• Clinical picture
– Acute / subacute onset of hearing loss
– vertigo with malaise and fever in association with an upper
respiratory infection
– Bacterial invasion inflammation and tissue destruction (necrosis)
with a fibro-osseous reaction profound auditory and vestibular
functional loss
• Clinical course
– Dissemination of infection from middle ear space
(otitis media & cholesteatoma)
– Early stages
• Sensorineural hearing loss, but various cytocochlear
elements (hair cells, spiral ganglion, stria vascularis) are
intact
– the hearing loss is metabolic in nature
inflammatory cytokines disrupt the integrity of spiral ligament
ion & fluid maintenance within the cochlea can’t be maintained
the host inflammatory response hearing loss
– Serous labyrinthitis reversible hearing loss
– Suppurative labyrinthitis permanent hearing deficit
• Treatment
– Suppurative labyrinthitis
• Antibiotics + steroid
timely institution can reverse the sensorineural hearing loss
– Acute labyrinthitis
• Bedrest, IV antibiotics, & sedatives (prochlorperazine)
– Observed carefully for early signs of meningitis
• General condition improved middle ear & mastoid should
be explored (surgery)
• With suspected labyrinthine fistula early surgical
management to prevent deterioration of inner ear function
• Complication
– Balance disturbance 1st sign of labyrinthine
fistula (invariably into the lateral canal)
• chronic low grade imbalance with/-out detectable
nystagmus, sudden acute vertigo (rare),
• erosion of the bone overlying the lateral canal
mucosal & squamous epithelial disease
VIRAL LABYRINTHITIS
Melalui viremia atau penyebaran
langsung via infeksi subarachnoid space
• Virus influenza
• Uni/bilateral
• Penyebab umum dari delayed
endolymphatic hydrops
GAMBARAN
• Tanda dan gejala infeksi saluran nafas
atas
• Gangguan akut auditorik dan fungsi
vestibular = vertigo dan nystagmus 3-5
hari
• Degenerasi organ Corti
• Enkapsulasi tektorial membran lebih
awal
• Degenerasi stria vaskularis
• Degenerasi kristik sel rambut
NEURITIS VESTIBULARIS
• neuritis vestibular gangguan atau hilangnya
Input vestibular aferen total atau subtotal dari
satu labirin secara tiba-tiba, spontan, dan
terisolasi
Etiologi
• Infeksi virus pada nervus vestibular, misalnya infeksi
laten HSV tipe 1 pada ganglion vestibular superior dan
inferior
• Ganglion vestibular superior : lebih panjang dan sempit
dibandingkan dengan ganglion vestibular inferior
gangguan pada neuritis vestibular lebih banyak pada
Manifestasi Klinis
• Acute Spontaneous Vertigo
– mengikuti onset, peningkatan intensitas vertigo dalam kurun waktu jam, dan
biasanya diperburuk oleh gerakan kepala, sementara itu diminimalkan dengan
menjaga kepala tetap dan mata ditutup
• Mual
• Muntah
• Ketidakseimbangan postural
– pada mencoba untuk berdiri atau berjalan, pasien merasa goyah dan mungkin
akan mengarah ke sisi labirin yang terkena
• Nystagmus horisontal-torsi spontan (fase akut)
– karena nystagmus ditekan oleh fiksasi visual, mungkin tidak terdeteksi pada
pemeriksaan neurologis standar untuk menghilangkan fiksasi visual dapat
menggunakan oftalmoskop atau lensa pembesar frenzel mungkin diperlukan
untuk mendeteksi nystagmus dalam kasus ini
Diagnosis
• Meskipun neuritis vestibular adalah diagnosis klinis, beberapa
investigasi dapat membantu dalam menilai pasien selama fase akut
penyakit :
– Subjective Visual Horizontal (SVH) test : investigasi yang paling berguna
pada kasus dugaan neuritis vestibular
– Electronystagmography untuk mengidentifikasi karakteristik hipofungsi
vestibular unilateral pada neuritis vestibular
– Tes kalori juga berkontribusi sedikit dalam tahap akut penyakit. Tes kalori
lebih berguna untuk mendemonstrasikan paresis kanal sekitar 3-4 hari
setelah onset
– CT-Scan
– MRI dari saluran pendengaran internal selama fase akut neuritis vestibular
dapat menunjukkan peningkatan saraf vestibular superior di ganglion Scarpa
DD
• infark cerebellar
• infark labirin
• Penyakit Meniere (pada serangan pertama)
• vertigo migren dan vertigo akut yang terkait
dengan multiple sclerosis
Tatalaksana
• Terapi suportif juga harus diberikan selama fase akut neuritis
vestibular beberapa obat dapat digunakan untuk mual termasuk
phenothiazine : prochlorperazine (Compazine), and promethazine
(Phenergan), antidopaminergic metoclorpamide (Reglan), dan 5-HT
receptor antagonist odansentron (Zofran)
• Kortikosteroid dan antiviral (Methylprednisolone, Valcyclovir, atau
kombinasi Methylprednisolone+Valcyclovir)
– Methylprednisolone : 100 mg selama 3 hari pertama kemudian di tapering 20
mg setiap 3 hari selama 22 hari
– Valcyclovir : 1000 mg 3x sehari selama 1 minggu
• Pada fase subakut direkomendasikan untuk vestibular rehabilitation
exercise
MENIERE’S DISEASE
• Kelainan otologi primer :
– Hilang pendengaran fluktuatif
– Vertigo episodik
trias
– Tinitus
– Rasa penuh pada telinga
• Vertigo → spontan, rotasional, rekuren, berlangsung 20
menit – 24 jam, tidak ada gejala neurologis
→ keluhan tersering
• Hilang pendengaran → tuli sensorineural frekuensi rendah,
fluktuasi (tercatat pada audiometri minimal 1x), unilateral
• Tinitus → low pitched, unilateral, volume ↑ saat serangan
vertigo
Snow JB, Wackym PA. Ballenger’s
otorhinolaryngology head and neck
surgery. 17th ed. Volume 1. Connecticut:
EPIDEMIOLOGI MENIERE’S DISEASE
• Usia : 40 – 60
tahun
• Kebanyakan
kasus : unilateral
• Kejadiannya 1/100.000
• Banyak di etnik China, Eskimo, Pasific Island
Polynesians dan Afrika Utara
• Dimulai di dekade kedua, memuncak di
dekade kelima kemudian menurun
• Laki-laki 2 – 4 kali > perempuan
Staging :
T1 : hanya di nasofaring
T2 : kavitas nasal, orofaring
T3 : sinus paranasal
T4 : n.cranial, orbital &temporal
M0 : tidak metastasis
M1 : metastasis
Saran
• Pasien 1. kemungkinan meniere (namun diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut) farmakoterapi diberikan
kortikosteroid, gentamicin dosis rendah, dan diuresis.
• Pasien 2. kemungkinan tumor nasofaring namun perlu
pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya (rhinoskopi dan
CT-scan)
Daftar pustaka
• Scott-Brown’s Otorhinolaryngology, Head and
Neck Surgery, 7th
• Snow JB, Wackym PA. Ballenger’s
otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th
ed. Volume 1. Connecticut: BC Decker Inc; 2009.
• Silverthorn DU. Human physiology: an integrated
approach. 6th ed. Illinois: Pearson Education Inc.;
2013.
• Fisiologi sherwood