Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MEMAHAMI RANAH PERILAKU

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Dalam Keperawatan

Dosen Pengampu : Ns. Deni Arisandi, S.Kep., M.Pd

Disusun Oleh :

1. Alwi Wahyudi (09190000120)


2. Muhammad Rizky Listiansyah (09190000149)
3. Risa Rahmawati (09190000162)
4. Silvia Sri Devi (09190000164)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

Jl. Harapan No.50, RT.2/RW.7, Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12610

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya makalah dengan judul ”Memahami Ranah Perilaku”, dapat diselesaikan tepat
pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kemajuan
penulis untuk kedepannya. Karena seperti pepatah mengatakan ”Tiada gading yang tak
retak”. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Cianjur 30 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
A. Konsep Ranah Perilaku .........................................................................4
B. Konsep Pengetahuan .............................................................................6
C. Konsep Sikap .........................................................................................11
D. Konsep Praktik/Tindakan ......................................................................12
E. Perilaku Kesehatan ................................................................................13
F. Proses Perubahan Perilaku ....................................................................15
G. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang ...................................18
BAB III PENUTUP .................................................................................................20
A. Kesimpulan.............................................................................................20
B. Saran ......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Hal ini berarti
bahwa manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan makhluk hidup yang lain. Salah
satu keistimewaan yang menonjol adalah perilakunya. Meskipun semua makhluk hidupn
mempunyai perilaku. Namun perilaku berbeda dengan perilaku makhluk hidup yang lain
(Notoatmodjo, 2010).

Menurut pendapat para ahli psikologi modern bahwa manusia sebagai makhluk
ciptaan tuhan, selain dipandang sebagai makhluk biologis, juga makhluk unik yang berbeda
dengan makhluk hidup lainnya dimuka bumi. Manusia adalah subjek sekaligus objek, serta
makhluk individual sekaligus social. Namun manusia pada umumnya tidak bersifat pasif,
yaitu menerimah keadaan dan tunduk pada suratan tangan atau kodratnya, tetapi secar sadar
dan aktif menjadikan dirinya sesuatu.proses perkembangan perilaku manusia sebagian
ditentuakan oleh kehendaknya sendiri, dan sebagian bergantung pada alam.

Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan tempat
terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari perilaku tersebut.
Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi oleh keadaan tiga komponen
tersebut. Penjabarannya dalam perilaku berkendaraan di jalan raya cukup sederhana.
Misalkan seorang pengendara berada di persimpangan jalan yang sepi (kondisi lingkungan)
kemudian ia memutuskan untuk melanggar lampu lalu lintas (perilaku). Konsekuensi dari
perilaku ini adalah perjalanan yang lebih cepat. Selain itu pengendara tersebut juga tidak
ditangkap petugas karena memang tidak ada petugas di persimpangan jalan tersebut. Perilaku
pelanggaran seperti ini akan cenderung diulangi karena mendapat penguatan positif atau
hadiah yaitu proses perjalanan yang lebih cepat dan tidak tertangkap oleh petugas.

Perilaku manusia tidak lepas dari proses pematangan organ-organ tubuh. Sebagai
ilustrasi bahwa seorang bayi belum dapat duduk atau berjalan apabila organ-organ tubuhnya
belum cukup kuat menopang tubuh.oleh karena itu, perlu pematangan tulang belakng
terutama tulang leher, punggung, pinggang, serta tulang kaki. Selain itu, seorang bayi tidak
akan berjalan tidak akan dapat berjalan telebih dahulu sebelum tengkurap dan sebagainya.
Selain itu, perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan

1
(stimulus), baik dari dalam dirinya (internal) ataupun dari luar dirinya (eksternal). Pada
hakikatnya perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku
yang tidak tampak (inert behavior atau covert behavior) (Sunaryo, 2004).

Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit yang
bersifat respon internal dan eksternal. Respon yang diberikan antara lain respon pasif berupa
pengetahuan, persepsi, dan sikap maupun respon aktif yang dilakukan sehubungan dengan
sakit dan penyakit. Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
Rangsangan yang berkaitan dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat unsur yaitu sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud ranah perilaku?

2. Apa yang dimaksud pengetahuan?

3. Bagaimana tingkat pengetahuan?

4. Bagaimana kriteria pengetahuan?

5. Bagaimana cara memperoleh pengetahuan?

6. Bagaimana faktor yang mempengaruhi pengetahuan

7. Apa yang dimaksud konsep sikap?

8. Apa yang dimaksud konsep praktik/tindakan?

9. Apa yang dimaksud perilaku kesehatan?

10. Bagaimana proses perubahan perilaku?

11. Bagaimana faktor yang mempengaruhi penderita seseorang?

2
C. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang hubungan
kesehatan terhadap perilaku serta hal – hal yang terkait terhadap perilaku dan kesehatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP RANAH PERILAKU

1. Pengertian ranah perilaku

Benyamin Bloom adalah seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu ke
dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai
batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari:

a) Ranah kognitif (cognitive domain),

b) Ranah afektif (affective domain),dan

c) Ranah psikomotor (psychomotor domain).

Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung


dipengaruhi oleh kepercayaan individu yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang
diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi.Pada kenyataannya memang
demikian. Tiap individu memiliki cara yang berbeda dalam mengambil tindakan pencegahan
atau penyembuhan meskipun gangguan kesehatannya sama. Biasanya, tindakan yang diambil
bersumber dari penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan
tersebut. Penilaian semacam ini menstimulasi dimulainya proses sosial psikologis. Proses
seperti ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan oleh si penderita mengenai
gangguan yang dialaminya. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat
diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :

a. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan
atau ancaman kesehatan.dalam hal ini persepsi individu dan orang lain (anggota
keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan.

b. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Pada


umumnya, setiap gangguana kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi

4
yang bersangkutan ataupun bagi anggota keluarganya. Bahkan gangguan tersebut
dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Hal inilah yang akan menimbulkan
bermacam-macam bentuk perilaku.

c. Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang


berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang
dialaminya. Berbagai cara penerapan pengetahuan bail dalam menghimpun
berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya merupakan
pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.

d. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan


kecemasan atau gangguan tersebut.Dalam hal ini, bail orang awam maupun tenaga
kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk
mengatasi gangguang kesehatan.Dari sini muncullah pranata-pranata kesehatan
baik tradisional maupun modern.

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari Dalam perkembangan selanjutnya oleh para
ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan ketiga domain ini diukur
dari:

 Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).


 Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude).
 Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik. Sehubungan dengan materi
pendidikan yang diberikan (practice)

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada bermain
kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu yang berupa materi atau obyek diluarnya
sehingga menimbulkan pengetahuan baru terhadap subyek baru, dan selanjutnya
menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu.

Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sebelumnya akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan
dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, dalam kenyataan stimulus yang diterima
oleh subyek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau

5
berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu terhadap makna yang diterimanya.
Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh sikap atau
pengetahuan.

B. KONSEP PENGETAHUAN

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang
belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting terbentuknya


tindakan seseorang (over behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasarkan oleh pengetahuan aka lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.

Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang :

 Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi
fisik.
 Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
 Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam
pembelajaran.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni.

6
a. awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyedari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (object)

b. Interest (tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. Disni sikap subjek sudah
mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut


bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudahlebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan suatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denga pengetahuan,


kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus Namun demikian, dari penelitian
selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu
melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran,
dan sikap yang positive maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran akan tidak berlangsung lama. Suatu contoh dapat dikemukakan disini
ibu-ibu peserta KB yang diperintahkan oleh lurah atau ketua RT, tanpa ibu-ibu
tersebut mengetahui makna dan tujuan KB.dan mereka akan keluar dari peserta
KB setelah beberapa saat perintah tersebut diterima

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003)


mempunyai 6 tingkat, yakni :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh,
dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2) Memahami (comprehension)

7
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Contoh,
menyimpulkan meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat
menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan menggunakan rumus statistik dalam
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus pemecahan
masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya: dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri
atau kriteria yang telah ada.

3. Kriteria Pengetahuan

Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi:

8
Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi
dengan anak yang kekurangan gizi. Menurut Nursalam 2008 kriteria untuk menilai dari
tingkatan pengetahuan menggunakan nilai:

a) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%

b) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%

c) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 56%

4. Cara Memperoleh Pengetahuan:

1) Cara tradisional:

 Cara coba-salah (trial and error)


 Cara kekuasaan atau otoritas
 Berdasarkan pengalaman pribadi
 Melalui jalan pikiran

2) Cara modern:

 Metode berfikir induktif


 Metode berfikir deduktif (Notoatmodjo, 2005) .

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan :

1) Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2003) :

a) Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh Notoatmojo (2003)


mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan
bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan
GBHN Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar
untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup.

b) Minat

9
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari
seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa
yang diharapkan.

c) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook, 1974) yang
dikutip oleh Azwar (2009), Mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama
sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut
untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan
lebih mendalam dan lama membekas.

d) Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup
umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin
kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).

2) Faktor External menurut Notoatmodjo (2003), antara lain :

a) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi
baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah,
hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang
berbagai hal.

b) Informasi

10
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang
adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi
tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan
perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.

c) Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu
menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan
sikap pribadi atau sikap seseorang.

C. KONSEP SIKAP

Sikap (afektif)Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang utuh (total atittude). Dalam
penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan
penting.Contoh seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio (tentang penyebab, akibat,
pencegahan dan sebagainya). Pengetahuan tersebut akan membawa si ibu untuk berfikir dan
berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir komponen emosi dan keyakinan
ikut bekerja sehingga si ibu berniat untuk mengimunisasikan anaknya. Hal ini mencerminkan
si ibu mempunyai sikap tertentu terhadap objek (penyakit polio).

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

a. Menerima (receiving)

11
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap
ceramah

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang


diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap menghargai. Misalnya seorang ibu yang
mengajak ibu lain (tetangga atau saudara) untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu
adalah suatu indikasi bahwa ibu tersebut mempunyai sikap positif terhadap gizi anak

d. bertanggung jawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap paling tinggi misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB,
meskipun mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

D. KONSEP PRAKTIK / TINDAKAN (Psikomotor)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support)
praktik ini mempunyai beberapa tingkatan

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
merupakan praktik tingkap pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang
bergizi bagi balitanya.

b. Respon terpimpin (guide response)

12
Dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat
dua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan
memotongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu
sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga misalnya, seorang
ibu yang sudah biasa menginmunisasikan bayi yang pada umur-umur tertentu, tanpa
menunggu perintah atau ajakan orang lain

d. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya,
tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya
tersebut. Misalnya ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan
bahan-bahan yang murah dan sederhana. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak
langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung
yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden

E. PERILAKU KESEHATAN

1. Pengertian dan Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Skinner mendefinisikan perilaku kesehatan ( Health Behaviour ) adalah suatu respon


seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan. Dengan perkataan lain,
perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati
( observable ) maupun yang tidak dapat diamati ( unobservable ) yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehtan ( Notoatmodjo, 2010).

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

a. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan ( Health Maintanance)


Health Maintanance adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang

13
untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk menyembuhkan
bila sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu :

1. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu


dijelaskan disini , bahwa kesehatan itu sangaty dinamis dan dan relative, maka dari itu
orang yang sehat pun perludiupayakan sepaya mencapai tingkat kesehatan yang
seoptimal mungkin.

3. Perilaku gizi ( makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara
serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman
dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat
mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap
makanan dan minuman tersebut.

b. Perilaku sakit (Illness Behaviour )

Perilaku sakit ini mencangkup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan
sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior)

Dari segi sosiologi orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang (right) dan
kewajiban sebagai orang sakit (obligation) hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang
sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku
peran orang sakit (the sick role) perilaku ini meliputi:

 Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.


 Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit
yang layak.
 Mengetahui hak (misalnya: hal dalam memperoleh perawatan,memperoleh pelayanan
kesehatan dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberikan penyakitnya
kepada orang lain terutama pada dokter dan petugas kesehatan, tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain)

14
F. Proses Perubahan Perilaku

Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku. Perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan
sebagai penunjang program- program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang
perubahan perilaku ini, antara lain diuraikan sebagai berikut:

a. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung
kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas
dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara
sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama
dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar
pada individu yang terdiri dari :

 Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif
mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima
oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
 Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
 Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
C. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus
(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat
melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan

15
organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan
penting.

b. Teori Festinger (Dissonance Theory)

Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnya
sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive
dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan
diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan
dalam diri individu maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini
disebut consonance (keseimbangan). Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam
diri individu terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen
kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan

Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan
pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan didalam diri individu sendiri maka
terjadilah dissonance.

c. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang
tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :

1) Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif
terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat
memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya
orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar menjadi
kebutuhannya.

2) Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri
dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-
tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.

16
Misalnya orang dapat menghindari penyakit demam berdarah karena penyakit
tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.

3) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya
dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan
keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan
secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya bila seseorang merasa sakit
kepala maka secara cepat tanpa berpikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa
sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan meminumnya, atau tindakan-
tindakan lain.

4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan
pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan "layar"
dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah,
senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

d. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan
penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan
antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang. Sehingga ada 3 kemungkinan
terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni :

Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus


yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa
penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang
bersangkutan. Misalnya seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya
anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya
(ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-KB dinaikkan dengan
penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain.

17
G. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang

Menurut (Sunaryo.2004), perilaku dipengaruhi oleh faktor endogen dan faktor eksternal,
yaitu

A. Faktor genetik atau faktor endogen

Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan
perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu
(endogen), antara lain:

Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan
lainnya. Tiga kelompok ras terbesar yaitu :

1. Ras kulit putih atau ras Kaukasia. Perilaku yang dominan yaitu terbuka, senang akan
kemajuan, dan menjunjung tinggi hak azasi manusia.

2. Ras kulit hitam atau ras Negroid. Perilaku yang dominan yaitu tabiatnya keras, tahan
menderita, dan menonjol dalam kegiatan olahraga keras. Ras kulit kuning atau ras
Mongoloid. Perilaku yang dominan yaitu keramahtamahan, suka bergotong royong,
tertutup, dan senang dengan upacara ritual.

3. Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan
melakukan pekerjaan sehari-hari. Perilaku pada pria disebut maskulin, sedangkan
perilaku wanita disebut feminin.

4. Sifat fisik, kalau diamati perilaku individu akan berbeda karena sifat fisiknya misalkan
perilaku pada individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki
fisik tinggi kurus.

5. Sifat kepribadian, salh satu pengertian kepribadian menurut Maramis (1999) adalah :
“keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang
dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya “. Menurut masyarakat
awam, kepribadian adalah bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi

18
individu lainnya. Perilaku individu tidak ada yang sama karena adanya perbedaan
kepribadian yang dimiliki individu, yang dipengaruhi oleh aspek kehidupan seperti
pengalaman,usia watak, tabiat, sistem norma, nilai dan kepercayaan yang dianutnya.

B. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu

1. Faktor lingkungan

Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik fisik,
biologis maupun sosial. Ternyata lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu
karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.

Contoh : individu yang bergaul dengan individu yang hidup di lingkungan hitam, perilakunya
banyak diwarnai keadaan tersebut.

2. Pendidikan

Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun
kelompok. Secara luas, pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu dengan
lingkungannya , baik secara normal atau tidak normal.

3. Agama

Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian
seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, beraksi, dan berperilaku
individu. Seseorang yang mengerti dan rajin melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan,
akan berperilaku dan berbudi luhur sesuai denagn ajaran agama.

4. Sosial ekonomi

telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap
perilaku seseorang adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial
ekonomi dan sosial budaya.

5. Kebudayaan

menurut Mac Iver sebagaimana telah dikutip oleh Soerjono S. (2001) “ekspresi jiwa terwujud
dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesustraan”. Dalam arti sempit

19
kebudayaan diartikan sebagai adat-istiadat, atau peradaban manusia. Ternyata hasil
kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan tempat
terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari perilaku tersebut.
Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi oleh keadaan tiga komponen
tersebut. Penjabarannya dalam perilaku berkendaraan di jalan raya cukup sederhana.
Misalkan seorang pengendara berada di persimpangan jalan yang sepi (kondisi lingkungan)
kemudian ia memutuskan untuk melanggar lampu lalu lintas (perilaku). Konsekuensi dari
perilaku ini adalah perjalanan yang lebih cepat. Selain itu pengendara tersebut juga tidak
ditangkap petugas karena memang tidak ada petugas di persimpangan jalan tersebut. Perilaku
pelanggaran seperti ini akan cenderung diulangi karena mendapat penguatan positif atau
hadiah yaitu proses perjalanan yang lebih cepat dan tidak tertangkap oleh petugas.
Perilaku manusia tidak lepas dari proses pematangan organ-organ tubuh. Sebagai
ilustrasi bahwa seorang bayi belum dapat duduk atau berjalan apabila organ-organ tubuhnya
belum cukup kuat menopang tubuh.oleh karena itu, perlu pematangan tulang belakng
terutama tulang leher, punggung, pinggang, serta tulang kaki. Selain itu, seorang bayi tidak
akan berjalan tidak akan dapat berjalan telebih dahulu sebelum tengkurap dan sebagainya.
Selain itu, perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan
(stimulus), baik dari dalam dirinya (internal) ataupun dari luar dirinya (eksternal). Pada
hakikatnya perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku
yang tidak tampak (inert behavior atau covert behavior) (Sunaryo, 2004).

B. Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan yang merupakan bagian integral dalam pelayanan


kesehatan seharusnya meningkatkan kemampuan dalam pemahaman mengenai perilaku

20
manusia sehingga dapat meningkatkan pelayanan yang akan diberikan kepada pasien
nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/02/konsep-pengetahuan.html?
m=1#:~:text=Pengetahuan%20merupakan%20hasil%20dari%20tahu,diperoleh%20dari
%20mata%20dan%20telinga

21

Anda mungkin juga menyukai