NAMA : ILKAWATI
NIM : P122013
PRODI : S1 KEPERAWATAN
Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala
yang telahmemberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya
dapatmenyelesaikan makalah dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuandari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepadasegenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaianmakalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masihbanyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata
bahasa,susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati
,sayaselaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun
daripembaca.
Dengan karya ini saya berharap dapat membantu pemerintah dalam
mencerdaskankehidupan bangsa Indonesia melalui pengembangan internet di
desa-desa.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambahkhazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakatluas.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Sistem Nilai Dan Pancasila.......................................................................2
2.2 Implementasi Pancasila.............................................................................5
2.3 Nilai-Nilai Pancasila Dalam Penyelenggaraan Di Indonseia..................15
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
seseorang dan menjadi perhatiannya. Sebagai standar perilaku,
tentunya nilai menurut seseorang untuk melakukannya
3
keunggulan manusia di banding dengan makhluk lain seperti
tumbuhan, hewan, dan benda tak hidup.
Karena itu, suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan
keadaban dari nilai kemanusiaan menghasilkan nilai kesusilaan
contohnya seperti tolong menolong, penghargaan, kerja sama dan lain
lain.
4
etiks yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat
mendasar, namun juga realistis dan aplikatif.
5
B. Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Supaya kita lebih mudah dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila,
maka kita perlu mengetahui contoh pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah cara melakukan
pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
1. Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila Sila Pertama (Ketuhanan)
Nilai ini terkandung pada sila pertama Pancasila yang
berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Nilai ketuhanan pada sila
pertama tersebut mengandung dua nilai turunan, yaitu nilai
kepercayaan dan nilai ketakwaan. Nilai kepercayaan diwujudkan
dalam bentuk keyakinan dan pengakuan terhadap adanya Tuhan
Yang Maha Esa.
Dalam konteks kenegaraan, keyakinan tersebut diwujudkan
dengan adanya enam agama yang secara resmi diakui oleh
pemerintah, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan
Konghucu. Sementara nilai ketakwaan bermakna kebebasan bagi
setiap warga negara untuk beribadah sesuai agama yang
diyakininya tersebut. Hal ini sesuai amanah UUD 1945, terutama
Pasal 28E Ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara bebas
memeluk agama dan beribadah sesuai agamanya.”
Sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang
Maha Esa juga menjadi dasar negara serta ideologi politik religius,
yang menyatakan bahwa setiap kelompok agama tidak memiliki
alasan untuk membenturkan dasar negara nasional yang ada
dengan keimanan yang diyakini. Pada buku Islam, Pancasila dan
Deradikalisasi oleh Syaiful Arif dijabarkan mengenai wacana
keislaman serta kebangsaan yang ditempatkan pada konteks
dreradikalisasi agama.
Untuk membantu memahami pengamalan nilai-nilai
Pancasila sila ketuhanan tersebut, terdapat butir-butir sila pertama
sebagai penjelas bagi masyarakat. Menurut TAP MPR Nomor
6
I/MPR/2003, berikut ini adalah butir-butir pengamalan sila pertama
Pancasila:
7
dalam aktivitas keseharian masyarakat Indonesia. Terlebih lagi
negeri ini berdiri di atas berbagai macam perbedaan, seperti yang
tersurat dalam semboyan negara Indonesia, “Bhinneka Tunggal
Ika”.
Nilai kemanusiaan menjamin kita untuk memperlakukan
sesama manusia dengan adil tanpa membedakan suku, ras,
golongan, dan agama. Selain itu, dengan nilai kemanusiaan, maka
HAM akan dijunjung tinggi. Dalam konteks negara, Indonesia juga
menjamin seluruh warga negaranya memiliki kesamaan kedudukan
dalam hukum dan pemerintahan. Jaminan ini sebagaimana
tercantum dalam Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945.
Pasal tersebut berbunyi, “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”
8
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
Berani membela kebenaran serta keadilan
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia
Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja
sama dengan bangsa lain.
3. Pengamalan Nilai Pancasila Sila Ke-3 (Nilai Persatuan)
Sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia”, mengandung
nilai persatuan ini. Maknanya adalah bahwa seluruh warga negara
Indonesia harus bersatu tanpa memandang perbedaan suku, bahasa,
agama, dan latar belakang budaya lainnya.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nilai
persatuan salah satunya dapat diwujudkan dengan cara memiliki
jiwa nasionalisme yang tinggi. Nasionalisme sendiri berarti rasa
cinta terhadap tanah air Indonesia.
Langkah-langkah yang dapat diambil dalam meningkatkan
jiwa nasionalisme pada bangsa Indonesia dapat Grameds pahami
pada buku berjudul Mengobarkan Kembali Api Pancasila oleh
Sayidiman Suryohadiprojo yang menyatakan dengan adanya
persatuan tersebut, Pancasila bukan hanya dijadikan sebagai
slogan, semboyan, maupun wacana, tetapi menjadi nilai yang
tertanam dalam diri.
Lebih jelasnya, pengamalan nilai-nilai pancasila sila ketiga
dijabarkan dalam butir-butir sesuai TAP MPR Nomor I/MPR/2003,
sebagai berikut:
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi serta
golongan
9
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara serta
bangsa apabila diperlukan
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan pada
kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
10
Perwakilan mengacu kepada sistem yang dianut, yaitu
perwakilan rakyat
11
tersebut adalah setiap masyarakat Indonesia memiliki hak yang
sama untuk mendapatkan kesejahteraan.
Mewujudkan rakyat yang sejahtera tanpa kesenjangan
ekonomi, sosial, budaya, juga politik, merupakan tujuan dari
bangsa Indonesia. Dengan demikian nilai keadilan dapat
diwujudkan.
Nilai keadilan yang ada itu sendiri berbeda pada setiap
pandangan seseorang. Dalam buku berjudul Perihal Keadilan
Pencarian Makna Fairness Imparialitas Dan Dasar Hidup Bersama
yang dibuat oleh Sunaryo ini mengajak Grameds untuk lebih
memahami ide dasar dari keadilan, seperti fairness, imparsialitas,
serta politik.
Sementara itu, mewujudkan kemakmuran rakyat juga
merupakan amanah dari Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut
tersurat dalam Pasal 33 Ayat 3 yang berbunyi:
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.”
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan
bahwa untuk mencapai keadilan sosial maka seluruh masyarakat
haruslah mendapatkan hak serta melaksanakan kewajibannya.
Untuk memandu pengamalan nilai-nilai pancasila sila
keadilan, butir-butir sila kelima Pancasila pun dirumuskan melalui
TAP MPR Nomor I/MPR/2003 sebagai berikut:
Mengembangkan perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
Menghormati hak orang lain
Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri
12
Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah
Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum
Suka bekerja keras
Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama
Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Nilai keadilan juga seharusnya dapat diterapkan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Berikut adalah beberapa contoh
penerapan nilai keadilan dalam berbagai lingkungan.
13
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini
menunjukkan adanya pengakuan bahwa manusia, terutama
penyelenggara negara memiliki keterkaitan hubungan dengan Sang
Penciptanya. Artinya, di dalam menjalankan tugas sebagai
penyelenggara negara tidak hanya dituntut patuh terhadap peraturan
yang berkaitan dengan tugasnya, tetapi juga harus dilandasi oleh satu
pertanggungjawaban kelak kepada Tuhan di dalam pelaksanaan
tugasnya.
Hubungan antara manusia dan Tuhan yang tercermin dalam
sila pertama tersebut sesungguhnya dapat memberikan rambu-rambu
agar tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran, terutama ketika dia
harus melakukan korupsi, penyelewengan harta negara, dan perilaku
negatif lainnya. Nilai spiritual inilah yang tidak ada dalam
doktrin good governance yang selama ini menjadi panduan dalam
praktek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia masa kini. Nilai
spiritual dalam Pancasila ini sekaligus menjadi nilai lokalitas bagi
Bangsa Indonesia yang seharusnya dapat teraktualisasi dalam tata
kelola pemerintahan.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, Sila Persatuan
Indonesia, dan Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan merupakan
gambaran bagaimana dimensi kultural dan institusional harus
dijalankan. Dimensi tersebut mengandung nilai pengakuan terhadap
sisi kemanusian dan keadilan (fairness) yang non-diskriminatif;
demokrasi berdasarkan musyawarah dan transparan dalam membuat
keputusan dan terciptanya kesejahteraan sosial bagi semua tanpa
pengecualian pada golongan tertentu. Nilai-nilai itu sesungguhnya
jauh lebih luhur dan telah menjadi rumusan hakiki dalam Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tiga nilai utama yang tertuang dalam Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut di atas harus
senantiasa menjadi pertimbangan dan perhatian dalam sistem dan
14
proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bangsa.
Pancasila sebagai falsafah bangsa dalam bernegara merupakan nilai
hakiki yang harus termanisfestasikan dalam simbol-simbol kehidupan
bangsa, lambang pemersatu bangsa, dan sebagai pandangan hidup
bangsa. Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, nilai falsafah
harus termanifestasikan di setiap proses perumusan kebijakan dan
implementasinya.
Nilai Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan utuh di
setiap praktik penyelenggaraan pemerintahan yang mengandung
makna bahwa ada sumber-sumber spiritual yang harus
dipertimbangkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
agar tidak terjadi perlakuan yang sewenang-wenang dan diskriminatif.
Selain itu, nilai spiritualitas hendaknya menjadi pemandu bagi
penyelenggaraan pemerintahan agar tidak melakukan aktivitas-
aktivitas di luar kewenangan dan ketentuan yang sudah digariskan.
15
Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama,
toleransi antarumat dan dalam beragama.
Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan iman
warga negara dan menjadi mediator ketika terjadi konflik antar
agama
16
Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara
bulat.
Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal yang
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya
menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
masyarakat indonesia, nilai-nilai Pancasila merupakan cakupan dari
nilai, norma, dan moral yang harusnya mampu diamalkan oleh seluruh
masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia mampu
mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi moral dan
kebiadaban masyarakat dapat diminimalisir, secara tidak langsung juga
akan mengurangi kriminalitas di Indonesia, meningkatkan keamanan
dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai falsafah bangsa dalam bernegara merupakan nilai
hakiki yang harus termanisfestasikan dalam simbol-simbol kehidupan
bangsa, lambang pemersatu bangsa, dan sebagai pandangan hidup
bangsa. Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, nilai falsafah
harus termanifestasi-kan di setiap proses perumusan kebijakan dan
implementasinya.
Bangsa Indonesia harus bangga dengan Pancasila yang sudah ada
sejak Indonesia belum menjadi sebuah negara seperti sekarang ini.
Sekarang tinggal bagaimana masyarakatnya menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegaranya sesuai dengan nilai luhur bangsa
Indonesia yaitu Pancasila.
Karena prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila bersumber
pada budaya dan pengalaman bangsa Indonesia, yang berkembang
akibat dari upaya bangsa dalam mencari jawaban atas persoalan-
persoalan yang esensial yang menyangkut makna atas hakikat sesuatu
yang menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia, yang meliputi
antara lain alam semesta, manusia dan kehidupannya, serta nilai-nilai
yang kemudian diangkat menjadi norma-norma yang mengatur
18
kehidupan; seperti nilai-nilai tentang baik dan buruk, benar dan salah,
berguna dan tidak berguna dan sebagainya.
3.2 SARAN
Saat ini banyak tantangan yang harus dihadapi dalam
mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Mulai dari sebagian masyarakat
yang tidak menyetujui Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
karena menurut mereka Pancasila dibuat oleh manusia.
Diharapkan agar semua masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila tidak hanya sekedar mengetahui saja
namun melaksanakannya dalam kehidupan. Dan penerapan pendidikan
karakter harus ditanamkan sejak dini agar kelak nilai Pancasila akan
melekat dalam karakter dan kepribadian tiap individu dalam
bermasyarakat agar senantiasa tercipta bangsa Indonesia yang damai
19
DAFTAR PUSTAKA
20