Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM


PENYELENGGARAAN DI INDONESIA

NAMA : ILKAWATI
NIM : P122013
PRODI : S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala
yang telahmemberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya
dapatmenyelesaikan makalah dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuandari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepadasegenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaianmakalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masihbanyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata
bahasa,susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati
,sayaselaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun
daripembaca.
Dengan karya ini saya berharap dapat membantu pemerintah dalam
mencerdaskankehidupan bangsa Indonesia melalui pengembangan internet di
desa-desa.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambahkhazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakatluas.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Sistem Nilai Dan Pancasila.......................................................................2
2.2 Implementasi Pancasila.............................................................................5
2.3 Nilai-Nilai Pancasila Dalam Penyelenggaraan Di Indonseia..................15
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki landasan
dalampenyelenggaraan negara. Landasan sebagai dasar negara dan
sumber-sumber nilaidalam segala kehidupan bernegara Indonesia
mengenal Pancasila sebagai dasarnegara dan sumber dari segala sumber
hukum yang memiliki kedudukan tertinggi.
Pancasila merupakan dasar dari norma-norma yang tidak boleh
dilanggar.Pancasila yang begitu agung tidak boleh dikesampingkan dalam
penyelenggaraannegara. Dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa
dan bernegara, Pancasilasering mengalami berbagai deviasi dalam
aktualisasi nilai-nilainya. Sepertibeberapa penyimpangan yang terjadi pada
penyelenggaran pemerintah yangterjadi pada perumusan Undang-Undang
yang dilakukan oleh Dewan PerwakilanRakyat. Penyimpangan tersebut
berupa penyelewengan isi Undang-Undang yangdirasa tidak sesuai dengan
Nilai-Nilai Pancasila. Pancasila yang mempunyai nilai-nilai agung dirasa
tidak sejalan dengan beberapa Undang-Undang yangdirumuskan.
Maka dari itu, perlu adanya pemahaman dan penerapan kembali
nilai-nilaiPancasila dalam kehidupan bernegara, terutama oleh
penyelenggara negara.Peraturan yang dibuat oleh para penyelenggara
negara diharapkan dapat kembalisejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sistem nilai dalam Pancasila?
2. Bagaimana implementasi Pancasila dalam penyelenggaraan
pemerintah?
3. Apa saja nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Nilai dalam Pancasila


A. Pengertian Nilai
Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk
mengukur segala sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, nilai
adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusian.
Atau sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan
hahikatnya. Misalnya nilai etik, yakni nilai untuk manusia sebagai
pribadi yang utuh, seperti kejujuran, yang berkaitan dengan akhlak,
benar salah yang dianut sekelompok manusia.
Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung
pada benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktergantungan
ini mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas apriori.
Ketergantungan tidak hanya mengacu pada objek yang ada di dunia
seperti lukisan, patung, tindakan, manusia, dan sebagainya, namun
juga reaksi kita terhadap benda dan nilai
Dalam Encliclopedya of Philosophy dijelaskan, aksiologi Value
and Valuation. Ada tiga bentuk value and valuation, yakni: Nilai.
Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
memberi nilai dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi
ketika hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan.
Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa berarti
menghargai dan mengevaluasi.
Menurut Amril Mansur, tidak mudah untuk mendefinisikan tentang
nilai, namun paling tidak pada tataran prasis, nilai dapat disebut
sebagai sesuatu yang menarik, dicari, menyenangkan, diinginkan dan
disukai dalam pengertian yang baik atau berkonotasi positif.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa nilai merupakan sebuah
ide atau konsep tentang sesuatu yang penting dalam kehidupan

2
seseorang dan menjadi perhatiannya. Sebagai standar perilaku,
tentunya nilai menurut seseorang untuk melakukannya

B. Pengetian Sistem Nilai Dalam Pancasila


Pengertian nilai dasar pancasila merupakan hakikat (sifat) dari
pelajaran pancasila yang bersifat universal, sehingga nilai-nilai inti
tersebut meliputi cita-cita, tujuan, dan nilai-nilai luhur yang sejati.
Nilai-nilai dasar tersebut tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yang
meliputi nilai-nilai inti ideologi Pancasila
Meskipun nilai-nilai pancasila merupakan kristalisasi nilai yang
hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan
bangsa indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai pancasila juga bersifat
universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun.
Pancasila sebagai sistem etika mendasarkan penilaian baik dan
buruk pada nilai-nilai pancasila, yaitu:
1. Nilai ketuhanan
2. Nilai kemanusiaan
3. Nilai persatuan
4. Nilai kerakyatan
5. Nilai keadilan

ad.1 Nilai Ketuhanan


Secara hirarkis nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai tertinggi
karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan
diturunkan dari nilai ini. Suatu perbuatan baik dikatakan baik apabila
tidak bertentangan dengan nilai, kaedah dan hukum tuhan.

ad.2 Nilai kemanusiaan


Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan, Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan pancasila adalah
keadilan dan keadaban. Keadilan mensyaratkan keseimbangan,antara
lahir dan batin,jasmani dan rohani. Sedangkan keadaban mengindikasi

3
keunggulan manusia di banding dengan makhluk lain seperti
tumbuhan, hewan, dan benda tak hidup.
Karena itu, suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan
keadaban dari nilai kemanusiaan menghasilkan nilai kesusilaan
contohnya seperti tolong menolong, penghargaan, kerja sama dan lain
lain.

ad.3 Nilai persatuan


Perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan dan
kesatuan. Karena sangat mungkin seseorang seakan akan mendasarkan
perbuatannya atas nama agama, namun apabila perbuatan tersebut
dapat memecah persatuan dan kesatuan maka pandangan dari etika
pancasila bukan merupakan perbuatan baik.

ad.4 Nilai kerakyatan


Dalam kaitan dengan kerakyatan terkandung nilai lain yang sangat
penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dalam permusyawaratan.
Kata hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang
mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas nama mencari kebaikan,
pandangan minoritas belum tentu kalah di banding mayoritas. Dengan
demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui/bermanfaat
untuk orang banyak. Namun perbuatan itu baik jika atas dasar
musyawarah yang di dasarkan pada konsep hikmah/kebijkasanaan.

ad.5 Nilai keadilan


Nilai keadilan pada sila kelima lebih di arahkan pada konteks
sosial. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip
keadilan masyarakat banyak. Menurut kohlberg, keadilan merupakan
kebajikan utama bagi setiap pribadi masyarakat. Keadilan
mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama
derajatnya. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi sistem

4
etiks yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat
mendasar, namun juga realistis dan aplikatif.

Sistem secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu rangkaian


yang saling berkaitan antara nilai yang satu dan nilai yang lain. Jika
kita berbicara tentang sistem nilai berarti ada beberapa nilai yang
menjadi satu dan bersama-sama menuju pada suatu tujuan tertentu.
Sistem nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai
sesuatu yang hidup dalam pikiran seseorang atau sebagian besar
anggota masyarakat tentang apa yang dipandang baik.
Pancasila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai, yaitu:
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, keadilan. Kelima nilai tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terpisahkan mengacu kepada
tujuan yang satu. Pancasila sebagai suatu sistem nilai termasuk ke
dalam nilai moral (nilai kebaikan) dan merupakan nilai-nilai dasar
yang bersifat abstrak.

2.2 Implementasi Dan Pengamalan Pancasila


A. Implementasi Pancasila
Implementasi pancasila sendiri pada dasarnya dapat kita artikan
sebagai suatu realisasi praksis dalam mencapai suatu tujuan dan juga
cita- cita nasional bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila pada dasarnya
dapat kita artikan sebagai suatu dasar Negara Indonesia dan dia juga
sekaligus ideologi atau suatu pedoman hidup bagi bangsa ini sendiri.
Berikut ini beberapa contoh sikap seorang manusia yang
mencerminkan sila kelima pancasila terhadap lingkungan yaitu
hewan, yang mana di antaranya ialah:
 Bergantian menjaga dan juga merawat hewan dengan sikap adil
sebagai peliharaan yang ada di rumah.
 Ketika berada di lingkungan sekolah kita membuat jadwal dalam
merawat hewan dengan teman- teman dengan adil.

5
B. Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Supaya kita lebih mudah dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila,
maka kita perlu mengetahui contoh pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah cara melakukan
pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
1. Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila Sila Pertama (Ketuhanan)
Nilai ini terkandung pada sila pertama Pancasila yang
berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Nilai ketuhanan pada sila
pertama tersebut mengandung dua nilai turunan, yaitu nilai
kepercayaan dan nilai ketakwaan. Nilai kepercayaan diwujudkan
dalam bentuk keyakinan dan pengakuan terhadap adanya Tuhan
Yang Maha Esa.
Dalam konteks kenegaraan, keyakinan tersebut diwujudkan
dengan adanya enam agama yang secara resmi diakui oleh
pemerintah, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan
Konghucu. Sementara nilai ketakwaan bermakna kebebasan bagi
setiap warga negara untuk beribadah sesuai agama yang
diyakininya tersebut. Hal ini sesuai amanah UUD 1945, terutama
Pasal 28E Ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara bebas
memeluk agama dan beribadah sesuai agamanya.”
Sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang
Maha Esa juga menjadi dasar negara serta ideologi politik religius,
yang menyatakan bahwa setiap kelompok agama tidak memiliki
alasan untuk membenturkan dasar negara nasional yang ada
dengan keimanan yang diyakini. Pada buku Islam, Pancasila dan
Deradikalisasi oleh Syaiful Arif dijabarkan mengenai wacana
keislaman serta kebangsaan yang ditempatkan pada konteks
dreradikalisasi agama.
Untuk membantu memahami pengamalan nilai-nilai
Pancasila sila ketuhanan tersebut, terdapat butir-butir sila pertama
sebagai penjelas bagi masyarakat. Menurut TAP MPR Nomor

6
I/MPR/2003, berikut ini adalah butir-butir pengamalan sila pertama
Pancasila:

 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan


kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab
 Mengembangkan sikap saling menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Dengan tuntunan butir-butir tersebut, masyarakat


diharapkan makin mudah untuk melakukan pengamalan nilai-nilai
pancasila sila pertama dimanapun mereka berada. 

2. Pengamalan Nilai Pancasila Sila Ke-2 (Kemanusiaan)


Nilai ini termaktub dalam sila kedua Pancasila,
“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.” Adanya nilai tersebut
mengandung makna bahwa kemanusiaan haruslah diutamakan

7
dalam aktivitas keseharian masyarakat Indonesia. Terlebih lagi
negeri ini berdiri di atas berbagai macam perbedaan, seperti yang
tersurat dalam semboyan negara Indonesia, “Bhinneka Tunggal
Ika”.
Nilai kemanusiaan menjamin kita untuk memperlakukan
sesama manusia dengan adil tanpa membedakan suku, ras,
golongan, dan agama. Selain itu, dengan nilai kemanusiaan, maka
HAM akan dijunjung tinggi. Dalam konteks negara, Indonesia juga
menjamin seluruh warga negaranya memiliki kesamaan kedudukan
dalam hukum dan pemerintahan. Jaminan ini sebagaimana
tercantum dalam Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945.
Pasal tersebut berbunyi, “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”

Nilai kemanusiaan juga menjamin setiap manusia memiliki


persamaan derajat. Hal ini seperti tercantum dalam makna sila
kedua menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu
menghargai dan menghormati antar sesama manusia serta memiliki
persamaan derajat. Secara lebih mendetail, pengamalan nilai-nilai
pancasila sila kedua dijabarkan dalam butir-butir sesuai TAP MPR
Nomor I/MPR/2003, sebagai berikut:

 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan


harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa
 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit, dan sebagainya
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa salira

8
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
 Berani membela kebenaran serta keadilan
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia
 Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja
sama dengan bangsa lain.
3. Pengamalan Nilai Pancasila Sila Ke-3 (Nilai Persatuan)
Sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia”, mengandung
nilai persatuan ini. Maknanya adalah bahwa seluruh warga negara
Indonesia harus bersatu tanpa memandang perbedaan suku, bahasa,
agama, dan latar belakang budaya lainnya.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nilai
persatuan salah satunya dapat diwujudkan dengan cara memiliki
jiwa nasionalisme yang tinggi. Nasionalisme sendiri berarti rasa
cinta terhadap tanah air Indonesia.
Langkah-langkah yang dapat diambil dalam meningkatkan
jiwa nasionalisme pada bangsa Indonesia dapat Grameds pahami
pada buku berjudul Mengobarkan Kembali Api Pancasila oleh
Sayidiman Suryohadiprojo yang menyatakan dengan adanya
persatuan tersebut, Pancasila bukan hanya dijadikan sebagai
slogan, semboyan, maupun wacana, tetapi menjadi nilai yang
tertanam dalam diri.
Lebih jelasnya, pengamalan nilai-nilai pancasila sila ketiga
dijabarkan dalam butir-butir sesuai TAP MPR Nomor I/MPR/2003,
sebagai berikut:
 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi serta
golongan

9
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara serta
bangsa apabila diperlukan
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan pada
kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Nilai persatuan dalam sila ketiga Pancasila juga harus


diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. 

4. Pengamalan Nilai Pancasila Sila Ke-4 (Nilai Kerakyatan)


Nilai kerakyatan terkandung pada sila keempat Pancasila,
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.” Nilai tersebut bermakna kekuasaan
tertinggi ada di tangan rakyat.
Nilai kerakyatan terkait erat dengan pemerintahan di
Indonesia yang menerapkan sistem demokrasi, yaitu, pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Selain nilai tersebut, sila
keempat juga bermakna pengambilan keputusan dari pendapat-
pendapat yang berbeda diutamakan melalui mekanisme
musyawarah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun membedah
makna sila keempat sebagai berikut:
 Kata hikmat kebijaksanaan diartikan sebagai penggunaan
akal sehat dalam melakukan segala sesuatu
 Permusyawaratan dimaknai sebagai musyawarah untuk
mengambil keputusan dan mencapai mufakat

10
 Perwakilan mengacu kepada sistem yang dianut, yaitu
perwakilan rakyat

Pengamalan nilai-nilai pancasila sila keempat dijabarkan dalam


butir-butir sesuai TAP MPR Nomor I/MPR/2003, sebagai berikut:
 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia memiliki kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan
 Menghormati serta menjunjung tinggi setiap keputusan
yang dicapai sebagai hasil musyawarah
 Dengan itikad baik serta rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah
 Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi serta golongan di dalam musyawarah
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur
 Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai kebenaran dan keadilan, serta mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bangsa
 Memberi kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercaya
untuk melaksanakan pemusyawaratan.

5. Pengamalan Nilai-nilai Pancasila Sila Ke-5 Nilai Keadilan


Nilai keadilan tercermin dalam sila kelima Pancasila,
“Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Makna nilai

11
tersebut adalah setiap masyarakat Indonesia memiliki hak yang
sama untuk mendapatkan kesejahteraan.
Mewujudkan rakyat yang sejahtera tanpa kesenjangan
ekonomi, sosial, budaya, juga politik, merupakan tujuan dari
bangsa Indonesia. Dengan demikian nilai keadilan dapat
diwujudkan.
Nilai keadilan yang ada itu sendiri berbeda pada setiap
pandangan seseorang. Dalam buku berjudul Perihal Keadilan
Pencarian Makna Fairness Imparialitas Dan Dasar Hidup Bersama
yang dibuat oleh Sunaryo ini mengajak Grameds untuk lebih
memahami ide dasar dari keadilan, seperti fairness, imparsialitas,
serta politik.
Sementara itu, mewujudkan kemakmuran rakyat juga
merupakan amanah dari Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut
tersurat dalam Pasal 33 Ayat 3 yang berbunyi:
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.”
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan
bahwa untuk mencapai keadilan sosial maka seluruh masyarakat
haruslah mendapatkan hak serta melaksanakan kewajibannya.
Untuk memandu pengamalan nilai-nilai pancasila sila
keadilan, butir-butir sila kelima Pancasila pun dirumuskan melalui
TAP MPR Nomor I/MPR/2003 sebagai berikut:
 Mengembangkan perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
 Menghormati hak orang lain
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri

12
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain
 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah
 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum
 Suka bekerja keras
 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Nilai keadilan juga seharusnya dapat diterapkan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Berikut adalah beberapa contoh
penerapan nilai keadilan dalam berbagai lingkungan.

Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945


merupakan landasan bangsa Indonesia yang mengandung tiga tata
nilai utama, yaitu dimensi spiritual, dimensi kultural, dan dimensi
institusional. Dimensi spiritual mengandung makna bahwa Pancasila
mengandung nilai-nilai keimanan dan ketakwaan Kepada Tuhan Yang
Maha Esa sebagai landasan keseluruhan nilai dalam falsafah negara.
Hal ini termasuk pengakuan bahwa atas kemahakuasaan dan curahan
rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa perjuangan Bangsa Indonesia
merebut kemerdekaan terwujud. Dimensi kultural mengandung
makna bahwa Pancasila merupakan landasan falsafah negara,
pandangan hidup bernegara, dan sebagai dasar negara. Dimensi
institusional mengandung makna bahwa Pancasila harus sebagai
landasan utama untuk mencapai cita-cita, tujuan bernegara, dan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Aktualisasi nilai spiritual dalam Pancasila tergambar dalam
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa dalam praktik
penyelenggaraan pemerintahan tidak boleh meninggalkan prinsip

13
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini
menunjukkan adanya pengakuan bahwa manusia, terutama
penyelenggara negara memiliki keterkaitan hubungan dengan Sang
Penciptanya. Artinya, di dalam menjalankan tugas sebagai
penyelenggara negara tidak hanya dituntut patuh terhadap peraturan
yang berkaitan dengan tugasnya, tetapi juga harus dilandasi oleh satu
pertanggungjawaban kelak kepada Tuhan di dalam pelaksanaan
tugasnya.
Hubungan antara manusia dan Tuhan yang tercermin dalam
sila pertama tersebut sesungguhnya dapat memberikan rambu-rambu
agar tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran, terutama ketika dia
harus melakukan korupsi, penyelewengan harta negara, dan perilaku
negatif lainnya. Nilai spiritual inilah yang tidak ada dalam
doktrin good governance yang selama ini menjadi panduan dalam
praktek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia masa kini. Nilai
spiritual dalam Pancasila ini sekaligus menjadi nilai lokalitas bagi
Bangsa Indonesia yang seharusnya dapat teraktualisasi dalam tata
kelola pemerintahan.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, Sila Persatuan
Indonesia, dan Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan merupakan
gambaran bagaimana dimensi kultural dan institusional harus
dijalankan. Dimensi tersebut mengandung nilai pengakuan terhadap
sisi kemanusian dan keadilan (fairness) yang non-diskriminatif;
demokrasi berdasarkan musyawarah dan transparan dalam membuat
keputusan dan terciptanya kesejahteraan sosial bagi semua tanpa
pengecualian pada golongan tertentu. Nilai-nilai itu sesungguhnya
jauh lebih luhur dan telah menjadi rumusan hakiki dalam Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tiga nilai utama yang tertuang dalam Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut di atas harus
senantiasa menjadi pertimbangan dan perhatian dalam sistem dan

14
proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bangsa.
Pancasila sebagai falsafah bangsa dalam bernegara merupakan nilai
hakiki yang harus termanisfestasikan dalam simbol-simbol kehidupan
bangsa, lambang pemersatu bangsa, dan sebagai pandangan hidup
bangsa. Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, nilai falsafah
harus termanifestasikan di setiap proses perumusan kebijakan dan
implementasinya.
Nilai Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan utuh di
setiap praktik penyelenggaraan pemerintahan yang mengandung
makna bahwa ada sumber-sumber spiritual yang harus
dipertimbangkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
agar tidak terjadi perlakuan yang sewenang-wenang dan diskriminatif.
Selain itu, nilai spiritualitas hendaknya menjadi pemandu bagi
penyelenggaraan pemerintahan agar tidak melakukan aktivitas-
aktivitas di luar kewenangan dan ketentuan yang sudah digariskan.

2.3 Nilai-Nilai Pancasila Dalam Penyelenggaraan Di Indonesia


Pengkajian Pancasila secara filosofis dimaksudkan untuk mencapai
hakikat atau makna terdalam dari Pancasila. Berdasarkan analisis makna
nilai-nilai Pancasila diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan
mempunyai nilai filosofis. Dengan demikian, penyelenggaraan negara
harus berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 sebagai berikut.

1. Nilai sila ketuhanan yang maha esa


 Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang
Maha Esa.
 Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agamanya.
 Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan
memeluk agama sesuai hukum yang berlaku.
 Ateisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.

15
 Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama,
toleransi antarumat dan dalam beragama.
 Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan iman
warga negara dan menjadi mediator ketika terjadi konflik antar
agama

2. Nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab


 Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk
Tuhan karena manusia mempunyai sifat universal.
 Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, hal ini
juga bersifat universal.
 Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini
berarti bahwa yang dituju masyarakat Indonesia adalah keadilan
dan peradaban yang tidak pasif, yaitu perlu pelurusan
dan penegakan hukum yang kuat jika terjadi penyimpangan-
penyimpangan, karena keadilan harus direalisasikan dalam
kehidupan bermasyarakat.

3. Nilai sila persatuan Indonsia


 Nasionalisme.
 Cinta bangsa dan tanah air.
 Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa.
 Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan,
dan perbedaan warna kulit.
 Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.

4. Nilai Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan/Perwakilan
 Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum,
yaitu pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

16
 Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara

bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Di sini terjadi

simpul yang penting yaitu mengusahakan putusan bersama secara

bulat.
 Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal yang

perlu diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat

sebagai konsekuensi adanya kejujuran bersama.


 Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di negara

Indonesia, yaitu terletak pada permusyawaratan rakyat.

5. Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


 Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis
dan berkelanjutan.

 Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi

kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing.


 Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat

bekerja sesuai dengan bidangnya.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya
menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
masyarakat indonesia, nilai-nilai Pancasila merupakan cakupan dari
nilai, norma, dan moral yang harusnya mampu diamalkan oleh seluruh
masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia mampu
mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi moral dan
kebiadaban masyarakat dapat diminimalisir, secara tidak langsung juga
akan mengurangi kriminalitas di Indonesia, meningkatkan keamanan
dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai falsafah bangsa dalam bernegara merupakan nilai
hakiki yang harus termanisfestasikan dalam simbol-simbol kehidupan
bangsa, lambang pemersatu bangsa, dan sebagai pandangan hidup
bangsa. Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, nilai falsafah
harus termanifestasi-kan di setiap proses perumusan kebijakan dan
implementasinya.
Bangsa Indonesia harus bangga dengan Pancasila yang sudah ada
sejak Indonesia belum menjadi sebuah negara seperti sekarang ini.
Sekarang tinggal bagaimana masyarakatnya menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegaranya sesuai dengan nilai luhur bangsa
Indonesia yaitu Pancasila.
Karena prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila bersumber
pada budaya dan pengalaman bangsa Indonesia, yang berkembang
akibat dari upaya bangsa dalam mencari jawaban atas persoalan-
persoalan yang esensial yang menyangkut makna atas hakikat sesuatu
yang menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia, yang meliputi
antara lain alam semesta, manusia dan kehidupannya, serta nilai-nilai
yang kemudian diangkat menjadi norma-norma yang mengatur

18
kehidupan; seperti nilai-nilai tentang baik dan buruk, benar dan salah,
berguna dan tidak berguna dan sebagainya.

3.2 SARAN
Saat ini banyak tantangan yang harus dihadapi dalam
mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Mulai dari sebagian masyarakat
yang tidak menyetujui Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
karena menurut mereka Pancasila dibuat oleh manusia.
Diharapkan agar semua masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila tidak hanya sekedar mengetahui saja
namun melaksanakannya dalam kehidupan. Dan penerapan pendidikan
karakter harus ditanamkan sejak dini agar kelak nilai Pancasila akan
melekat dalam karakter dan kepribadian tiap individu dalam
bermasyarakat agar senantiasa tercipta bangsa Indonesia yang damai

19
DAFTAR PUSTAKA

Darmodihardjo, Dardji. dkk. 1991. Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.


Erwin, Muhammad. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Bandung: Refika Aditama.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kosim, H.E. 2000. Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa dan Dasar Negara
Republik Indonesia. Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing YAPARI-ABA.
Kusnardi, Moh. & Bintan R. Saragih. 2008. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya Media
Pratama.
Latif, Yudi. 2012. Negara Paripurna; Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas
Pancasila. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

20

Anda mungkin juga menyukai