Anda di halaman 1dari 4

RESUME MAKALAH PERTEMUAN 11

MEMAHAMI KEBUDAYAAN MALUKU,


KEBUDAYAAN FLORES

NAMA : Dimas Nur Hidayatulloh


NIM : 52104110006
PRODI : Teknik Informatika

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Maluku adalah sekelompok pulau yang merupakan bagian dari Nusantara.Maluku berbatasan
dengan Timor di sebelah selatan, pulau Sulawesi di sebelah barat, Irian Jaya di sebelah timur dan
Palau di timur laut. Kebudayaan suku Maluku yang di bawa ke Medan memiliki keunikan
tersendiri dan jauh berbeda dengan kebudayaan masyarakat setempat, yang di dominasi oleh
suku Batak dan Melayu. Baik melalui bentuk gerakan tari, makna tarian, pakaian dalam menari,
alat musik pengiring tari, bentuk musik iringan, lirik dalam lagu, sudah tentu berbeda jauh
dengan adat budaya setempat.
Suku yang berada di kepulauan Flores merupakan percampuran antara etnis melayu, Melanesia,
dan portugis. Flores identik dengan kebudayaan Portugis karena pernah menjadi koloni portugis.
Sebuah studi yang cukup mendalam oleh Orinbao (1969) mengungkapkan bahwa nama asli
sebenarnya pulau flores adalah nusa nipa (pulau ular) yang dari sudut antropologi, istilah ini
lebih bermanfaat karena mengandung berbagai makna filosofis, cultural, dan ritual masyarakat
flores.

BAB II
PENDAHULUAN
A. Kebudayaan Maluku
a. Sistem Bahasa
Pada umumnya masyarakat menggunakan Bahasa Melayu, yang berasal dari Indonesia bagian
Barat, dan telah berabad-abad menjadi bahasa antarsuku di seluruh Kepulauan Nusantara.
Bahasa Melayu Ambon berbeda dengan bahasa Melayu Ternate karena pada jaman dahulu suku-
suku di Ambon dan yang tentunya mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu Ambon sangat
berbeda dengan bahasa suku-suku di Ternate. Terakhir bangsa Belanda masuk ke Maluku,
sehingga cukup banyak kata serapan dari bahasa Belanda yang diterima menjadi kosakata bahasa
dalam bahasa Melayu Ambon.
b. Sistem Pengetahuan
Kondisi geografis wilayah Maluku yang merupakan kepulauan memberi dampak yang cukup
signifikan dalam menentukan sistem pengetahuan dan teknologi. Wilayah yang berbentuk
kepulauan ini mengharuskan suku Ambon yang tinggal di Maluku untuk menguasai sistem
pelayaran, dan juga sistem pembacaan arah melalui letak gugus bintang tertentu.

c. Sistem Kemasyarakatan
Pada umumnya masyarakat Maluku tunduk pada sistem kekerabatan patrilinial, namun
kenyataannya, tidak seluruhnya masyarakat hukum adat yang ada di Maluku menganut sistem
kekerabatan berdasarkan garis keturunan bapak atau patrilinial.

d. Sistem Peralatan dan Teknologi


Karena masyarakat Maluku adalah nelayan dan pelaut, mereka juga menguasai pertukangan
terutama untuk perkapalan, di samping pembuatan rumah. Perahu khas Banda adalah kora-kora.

e. Sistem Pencaharian
Mata pencaharian utama mereka adalah sebagai nelayan tradisional dan petani lahan kering
(54%). Perahu mereka dibuat dari satu batang kayu, yang dilengkapi dengan cadik; perahu ini
dinamakan perahu Semah. Perahu-perahu besar untuk berdagang disebut Jungku atau Orambi.

f. Sistem Religi
Orang Ambon umumnya mengenal Upacara Cuci Negeri yang mungkin dapat disamakan dengan
Upacara Bersih Desa di Jawa.

g. Kesenian
1. Kerajinan
Kerajinan tenun dengan tangan di Maluku Tenggara, anyam-anyaman di Maluku Utara, serta
kerajinan dari cegkeh, mutiara, batu karang dan lokan.
2. Seni Pahat dan Ukir
Seni pahat dan ukir terdapat banyak di Maluku Tenggara yang nampak pada patung-patung
pemujaan. Seorang anggota keluarga yang meninggal selalu dibuat patungnya sesuai dengan
muka dan sifat-sifat orang itu.
3. Seni Suara
Dalam bidang kesenian, seni suara di daerah Maluku sangat menonjol, baik vokal maupun
instrumental. Hampir di setiap desa terdapat grup paduan suara. Di bidang musik Maluku
terkenal dengan suling bambu yang terdapat di setiap desa.

4. Pantun dan Cerita Rakyat


Di Maluku banyak bentuk-bentuk pantun yang dihapal dan dipergunakan pada saat badendang
atau anakona, yaitu bernyanyi bersama sambil berpantun.

5. Tari Cakalele Bulu Ayam


yakni semacam tari perang, ditarikan oleh laki-laki. Pakaian yang dikenakan adalah baju cele dan
celana Makasar dengan ikat pinggang serta topi bulu ayam putih bersih.

B. Kebudayaan Flores
a. Sistem Bahasa
Penduduk Flores tidak merupakan satu suku bangsa dengan satu kebudayaan yang seluruhnya
seragam. Flores dikenal dengan multi bahasanya, terdapat beragam bahasa komunikasi sehari-
hari antar masyarakatnya, salah satunya yaitu bahasa Werana, bahasa Rembong, bahasa Rajong
dan bahasa Manggarai Kuku.

b. Sistem Pengetahuan
kalender pertanian sendiri,
berupa:
Bulan Wulan Weran – More Dru (Oktober – November) untuk membersihkan ladang dan
menanam.
Bulan Bleko Gete – Bleko Doi – Kowo (Januari, Februari, Maret) untuk menyiangi (padi,
jagung) dan memetik.
Balu Goit – Balu Epan – Blepo (April – Juni) memetik dan menanam palawija / kacang-
kacangan. Akhir kalender kerja pertanian pada Pupun Porum Blebe Oin Ali-Ilin (Agustus-
September).
c. Sistem Kemasyarakatan
Perkampungan suku bangsa Nage, Keo, Lio, Sikka dan di Flores Timur biasanya dibuat diatas
bukit. Nama-nama perkampungan sering diawali dengan nama keadaan tempat, misalnya Wolo
atau Keli yang berarti bukit. Banyak perkampungan yang letaknya di bukit-bukit, jauh dari
sumber air. Orang harus menempuh jarak sampai lebih dari sepuluh km untuk mengambil air
minum. Pola perkampungan seperti ini sering dikaitkan dengan kemungkinan perang antar
kampong pads jaman dahulu.
d. Sistem Peralatan dan Teknologi
Orang-orang Flores dan Nusa Tenggara Timur pada umumnya telah mengenal teknologi
pembuatan kain tenun dan cara-cara pewarnaannya, Motifnya teutama berupa gambar binatang
ternak mereka dan juga penggambaran alam lingkungannya.
e. Sistem Pencaharian
Didaerah bagian barat dan tengah pulau Flores masih dijumpai cara bercocok tanam di
ladang.Pertanian dengan irigasi yang baik dimiliki oleh orang Manggarai dan Ngada dan
sebagian orang Lio. Sementara orang Sikka lebih mengandalkan pada tanaman kelapa sebagai
tanaman perdagangan. Di Palue dan beberapa daerah pedalaman lain, masih terdapat masyarakat
yang pandai berburu dengan busur dan panah yang khas.
f. Sistem Religi
Sebagian masyarakat Flores adalah pemeluk agama khatolik. Walaupun agama telah
berkembang di Flores, kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang hingga saat ini masih ada.
Agama asli masyarakat Flores pada umumnya adalah kepercayaan kepada roh nenek moyang.
g. Kesenian
Tarian Hopong: tarian dimulainya panen di ladang
Tari Manekat: tarian sapaan dengan pemberian sirih pinang
Tari Dodakado: tarian yang menggambarkan keceriaan muda mudi
Tarian Teotima: tarian sakral dalam rangka menyambut kaum pria dari medan perang.

Anda mungkin juga menyukai