Anda di halaman 1dari 6

Leptospirosis, Gejala, Penyebab dan

Pencegahannya
Artikel KM  Dilihat: 8852
Ratings
(1)

Leptospirosis adalah penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk 


spiral  dari  genus  Leptospira  yang  pathogen,  yang  ditularkan  secara langsung dan
tidak langsung dari hewan ke manusia.

Penyakit zoonosa (zoonotik) atau penyakit tular vektor adalah penyakit yang secara


alami dapat ditularkan dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya. Leptospirosis
dikeluarkan melalui kontak  dengan  air, lumpur, tanaman  yang  telah  dicemarkan 
oleh  air  seni  dari  tikus dan hewan lain yang mengandung bakteri Leptospira.

Penyakit ini biasanya timbul pada saat musim penghujan dan kejadian banjir memicu
penyebaran yang lebih luas, urine tikus yang mengandung kuman Leptospira
mencemari air yang menggenang. Leptospirosis umumnya menyerang para petani,
pekerja   perkebunan, pekerja tambang/selokan, pekerja rumah potong hewan, militer,
dan tidak menutup kemungkinan penduduk perkotaan dimana banyaknya tikus didalam
saluran air.

Gejala
Secara umum gejala umum yang muncul adalah demam, nyeri kepala,  nyeri otot,
khususnya didaerah betis, paha, serta gagal ginjal. Berdasarkan data dari Kementerian
Kesehatan tahun 2017, Leptospirosis ringan diperkirakan mencapai 90% dari seluruh
kasus Leptospirosis di masyarakat dengan  gejala  demam,  sakit  kepala dannyeri otot
(mialgia). Kemudian 10% merupakan  Leptospirosis  berat  yang  disertai  gejala 
kegagalan  ginjal,    sakit  kuning dan pendarahan.

Kriteria dan Gejala Klinis


Terdapat tiga kriteria yang ditetapkan dalam mendefinisikan kasus Leptospirosis, yaitu:

1.  Kasus Suspek,
2.  Kasus Probable, dan
3.  Kasus Konfirmasi.

Kasus Suspek; demam akut dengan atau tanpa sakit kepala, disertai nyeri otot, lemah
(malaise), conjungtival suffision, dan ada riwayat terpapar dengan lingkungan
yangterkontaminasi atau aktifitas yang merupakan faktor risiko Leptospirosis dalam
kurun waktu 2 minggu.

Kasus Probable; antara lain dinyatakan probable merupakan saat di mana kasus suspect
memiliki dua gejala klinis di antara tanda-tanda berikut: nyeri betis; ikterus atau jaundice
merupakan kondisi medis yang ditandai dengan menguningnya kulit dan sklera (bagian
putih pada bola mata); manifestasi pendarahan; sesak nafas; oliguria atau anuria, yakni
ketidakmampuan untuk buang air kecil; aritmia jantung; batuk dengan atau tanpa
hemoptisis; dan h) ruam kulit

Kasus Konfirmasi; dinyatakan sebagai kasus konfirmasi di saat kasus probable disertai
salah satu dari gejala berikut: Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik;
HasilPolymerase Chain Reaction (PCR) positif; dan Sero konversi microscopic
agglutination test (MAT) dari negatif menjadi positif.

Faktor Risiko
Faktor risiko leptospirosis ini sangat bervariasi, tergantung  dari faktor sosial budaya,
pekerjaan, perilaku dan lingkungan. Beberapa pekerjaan yang sangat berisiko untuk
terkena leptospirosis adalah pekerjaan yang berkaitan dengan  pertanian,  peternakan,
pekerja kebun,  pekerja tambang/selokan, pekerja  rumah potong hewan, pemburu dan
tentara. Aktivitas rekreasi di tempat yang berair dan melakukan  perjalanan ke wilayah
endemis juga merupakan faktor risiko kejadian leptospirosis
.
Beberapa faktor risiko; antara lain :
a) kontak dengan air yang terkontaminasi kuman leptospira atau urine tikus saat terjadi
banjir;
b) kontak dengan sungai ataudanau dalam aktifitas mandi, mencuci atau bekerja di
tempat tersebut;
c) kontak dengan persawahan ataupun perkebunan (berkaitan dengan pekerjaan)
yangtidak  menggunakan  alas  kaki;  
d)  kontak  erat  dengan  binatang,  seperti  babi,  sapi,  kambing,  anjing  yang 
dinyatakan  terinfeksi  Leptospira;  
e)  Terpapar  ataubersentuhan dengan bangkai hewan, cairan infeksius hewan seperti
cairan kemih, placenta, cairan amnion, dan lain-lain
f) memegang atau menangani spesimenhewan/manusia yang diduga terinfeksi
Leptospirosis dalam suatu laboratorium atau tempat lainnya;
g) Pekerjaan atau melakukan kegiatan yang berisiko kontakdengan sumber infeksi,
seperti dokter, dokter hewan, perawat, tim penyelamat atau SAR, tentara, pemburu, dan
para pekerja di rumah potong hewan, toko hewanpeliharaan, perkebunan, pertanian,
tambang, serta pendaki gunung, dan lain-lain.

Pencegahan
upaya   pencegahan leptospirosis yang dapat dilakukan dikelompokkan menjadi 3 (tiga),
yaitu : pada hewan sebagai sumber infeksi, jalur penularan dan manusia. Pada hewan
sebagai sumber infeksi, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksin
kepada
hewan  yang  berpotensi  tertular  leptospirosis.

Selain itu kebersihan kandang hewan peliharaan juga perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya leptospirosis pada hewan. Pada jalur   penularan, pencegahan
yang bisa dilakukan adalah dengan memutus jalur penularan. Jalur penularan adalah
lingkungan yang bisa menjadi tempat berkembang biak dan hidup bakteri Leptospira.
Lingkungan  dengan  kondisi  sanitasi yang   buruk  menjadi  faktor  risiko  terjadinya
leptospirosis.

Kejadian leptospirosis biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi lingkungan yang
buruk, rendahnya perilaku  hidup  bersih dan sehat dan keberadaan tikus  pembawa 
bakteri Leptospira di lingkungan tersebut. Untuk mengurangi risiko terjadinya
leptospirosis dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi  lingkungan yang buruk  dan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk melakukan
pemberantasan tikus.
Perilaku Pencegahan
1. Berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga sanitasi lingkungan.
2. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
3. Mencuci tangan, kaki, serta bagian tubuh lainnya dengan sabun dan air.
4. memakai sepatu dari karet dengan ukuran tinggi (bot) dan sarung tangan karet jika
bertugas atau menjadi relawan bencana banjir.
5. membasmi tikus baik di rumah, di kantor, dan lingkungan.
6. Bersihkan dengan desinfektan bagian bagian yang terkena banjir.

 
Referensi :

1. Petunjuk Teknis Pengendalian Leptospirosis; Dirjen Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit; 2017
2. Journal Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan Leptospirosis; Wening
Widjajanti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit Salatiga, 2020.
3. Flyer Leptospirosis; Germas, Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai