Pencegahannya
Artikel KM Dilihat: 8852
Ratings
(1)
Penyakit ini biasanya timbul pada saat musim penghujan dan kejadian banjir memicu
penyebaran yang lebih luas, urine tikus yang mengandung kuman Leptospira
mencemari air yang menggenang. Leptospirosis umumnya menyerang para petani,
pekerja perkebunan, pekerja tambang/selokan, pekerja rumah potong hewan, militer,
dan tidak menutup kemungkinan penduduk perkotaan dimana banyaknya tikus didalam
saluran air.
Gejala
Secara umum gejala umum yang muncul adalah demam, nyeri kepala, nyeri otot,
khususnya didaerah betis, paha, serta gagal ginjal. Berdasarkan data dari Kementerian
Kesehatan tahun 2017, Leptospirosis ringan diperkirakan mencapai 90% dari seluruh
kasus Leptospirosis di masyarakat dengan gejala demam, sakit kepala dannyeri otot
(mialgia). Kemudian 10% merupakan Leptospirosis berat yang disertai gejala
kegagalan ginjal, sakit kuning dan pendarahan.
1. Kasus Suspek,
2. Kasus Probable, dan
3. Kasus Konfirmasi.
Kasus Suspek; demam akut dengan atau tanpa sakit kepala, disertai nyeri otot, lemah
(malaise), conjungtival suffision, dan ada riwayat terpapar dengan lingkungan
yangterkontaminasi atau aktifitas yang merupakan faktor risiko Leptospirosis dalam
kurun waktu 2 minggu.
Kasus Probable; antara lain dinyatakan probable merupakan saat di mana kasus suspect
memiliki dua gejala klinis di antara tanda-tanda berikut: nyeri betis; ikterus atau jaundice
merupakan kondisi medis yang ditandai dengan menguningnya kulit dan sklera (bagian
putih pada bola mata); manifestasi pendarahan; sesak nafas; oliguria atau anuria, yakni
ketidakmampuan untuk buang air kecil; aritmia jantung; batuk dengan atau tanpa
hemoptisis; dan h) ruam kulit
Kasus Konfirmasi; dinyatakan sebagai kasus konfirmasi di saat kasus probable disertai
salah satu dari gejala berikut: Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik;
HasilPolymerase Chain Reaction (PCR) positif; dan Sero konversi microscopic
agglutination test (MAT) dari negatif menjadi positif.
Faktor Risiko
Faktor risiko leptospirosis ini sangat bervariasi, tergantung dari faktor sosial budaya,
pekerjaan, perilaku dan lingkungan. Beberapa pekerjaan yang sangat berisiko untuk
terkena leptospirosis adalah pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian, peternakan,
pekerja kebun, pekerja tambang/selokan, pekerja rumah potong hewan, pemburu dan
tentara. Aktivitas rekreasi di tempat yang berair dan melakukan perjalanan ke wilayah
endemis juga merupakan faktor risiko kejadian leptospirosis
.
Beberapa faktor risiko; antara lain :
a) kontak dengan air yang terkontaminasi kuman leptospira atau urine tikus saat terjadi
banjir;
b) kontak dengan sungai ataudanau dalam aktifitas mandi, mencuci atau bekerja di
tempat tersebut;
c) kontak dengan persawahan ataupun perkebunan (berkaitan dengan pekerjaan)
yangtidak menggunakan alas kaki;
d) kontak erat dengan binatang, seperti babi, sapi, kambing, anjing yang
dinyatakan terinfeksi Leptospira;
e) Terpapar ataubersentuhan dengan bangkai hewan, cairan infeksius hewan seperti
cairan kemih, placenta, cairan amnion, dan lain-lain
f) memegang atau menangani spesimenhewan/manusia yang diduga terinfeksi
Leptospirosis dalam suatu laboratorium atau tempat lainnya;
g) Pekerjaan atau melakukan kegiatan yang berisiko kontakdengan sumber infeksi,
seperti dokter, dokter hewan, perawat, tim penyelamat atau SAR, tentara, pemburu, dan
para pekerja di rumah potong hewan, toko hewanpeliharaan, perkebunan, pertanian,
tambang, serta pendaki gunung, dan lain-lain.
Pencegahan
upaya pencegahan leptospirosis yang dapat dilakukan dikelompokkan menjadi 3 (tiga),
yaitu : pada hewan sebagai sumber infeksi, jalur penularan dan manusia. Pada hewan
sebagai sumber infeksi, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksin
kepada
hewan yang berpotensi tertular leptospirosis.
Selain itu kebersihan kandang hewan peliharaan juga perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya leptospirosis pada hewan. Pada jalur penularan, pencegahan
yang bisa dilakukan adalah dengan memutus jalur penularan. Jalur penularan adalah
lingkungan yang bisa menjadi tempat berkembang biak dan hidup bakteri Leptospira.
Lingkungan dengan kondisi sanitasi yang buruk menjadi faktor risiko terjadinya
leptospirosis.
Kejadian leptospirosis biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi lingkungan yang
buruk, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat dan keberadaan tikus pembawa
bakteri Leptospira di lingkungan tersebut. Untuk mengurangi risiko terjadinya
leptospirosis dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk dan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk melakukan
pemberantasan tikus.
Perilaku Pencegahan
1. Berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga sanitasi lingkungan.
2. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
3. Mencuci tangan, kaki, serta bagian tubuh lainnya dengan sabun dan air.
4. memakai sepatu dari karet dengan ukuran tinggi (bot) dan sarung tangan karet jika
bertugas atau menjadi relawan bencana banjir.
5. membasmi tikus baik di rumah, di kantor, dan lingkungan.
6. Bersihkan dengan desinfektan bagian bagian yang terkena banjir.
Referensi :