Anda di halaman 1dari 15

UPAYA PENINGKATAN KEPATUHAN MASYARAKAT TERHADAP HUKUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hukum memiliki tujuan yang mulia untuk membentuk
masyarakat berada dalam tatanan hukum. Tujuan hukum menurut Van
Apeldoorn adalah untuk mengatur tata tertib masyarakat secara damai
dan adil. Dengan tujuan hukum yang mulia tersebut maka sudah
selayaknya hukum dibuat untuk ditaati bukan untuk dilanggar karena
sifat hukum yang memaksa sehingga dibutuhkan kesadaran masyarakat
untuk tahu dan ikut terlibat dalam penegakan hukum yang berlaku.
Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian
dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi
perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan dan mencerminkan
kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek
hukum, timbulnya kepatuhan hukum diawali dari kesadaran hukum
masyarakat. Kesadaran hukum dapat tumbuh karena adanya rasa takut
dengan sanksi yang dijatuhkan.
Kesadaran hukum masyarakat ini berpengaruh terhadap
kepatuhan hukum baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
masyarakat modern (maju), faktor kesadaran hukum berpengaruh
langsung pada kepatuhan hukum masyarakat, karena pada dasarnya
mereka berkeyakinan bahwa mereka membutuhkan hukum dan hukum
itu bertujuan baik dan telah mengatur masyarakat secara baik, benar
dan adil. Sebaliknya dalam masyarakat tradisional, kesadaran hukum
masyarakat berpengaruh secara tidak langsung pada kepatuhannya,
karena kepatuhan hukum mereka lebih karena diminta, bahkan dipaksa
atau karena perintah agama. Artinya, semakin lemah tingkat kesadaran
hukum masyarakat, semakin lemah pula kepatuhan hukumnya dan
begitu pula sebaliknya. Apabila kesadaran hukum telah terbentuk, maka
diharapkan kepatuhan hukum akan terwujud. Hal ini disebabkan
hukum tersebut telah diketahui, dipahami dan dihayati oleh masyarakat
dan diharapkan telah meresap kedalam diri masing-masing anggota
masyarakat. Dengan demikian, masalah kepatuhan hukum pada
dasarnya menyangkut proses internalisasi dari hukum yaitu telah
meresapnya hukum pada diri masing-masing anggota masyarakat.
Negara Indonesia sebagian besar wilayahnya terdiri dari
pedesaan, yaitu hampir dari delapan puluh persen (80 %) wilayah
Indonesia adalah pedesaan. Sehingga penting bagi pemerintah untuk
memberikan perhatian kepada masyarakat yang tinggal di daerah
pedesaan agar dapat memiliki kesadaran hukum yang tinggi. Jika
berbicara perkotaan sudah barang tentu pemerintah memperhatikan
persoalan kesadaran hukum masyarakat perkotaan, karena setiap hari
mereka bersinggungan dengan hukum yang berlaku, mulai dari pergi
dari rumah sampai kembali lagi ke rumah. Walaupun tidak diketahui
secara jelas dan pasti kondisi kesadaran hukum masyarakat perkotaan,
namun memang persoalan hukum diperkotaan menjadi sangat kompleks
ketika terjadi persaingan hidup yang tinggi sehingga banyak dari
masyarakat perkotaan yang sebenarnya adalah masyarakat urban yang
tadinya berasal dari desa yang sebelumnya tidak sadar akan hukum
yang berlaku dan berimbas kepada pelanggaran hukum akibat dari tidak
sadarnya hukum. Ketika masyarakat desa yang datang ke kota dengan
membawa sikap ketidaksadaran hukum, maka inilah yang akan menjadi
penyebab banyaknya pelanggaran dan kriminalitas dikota besar akibat
dari ketidaksadaran hukum tersebut.
Jika ditelisik secara lebih dalam lagi, kondisi wilayah Indonesia
terdiri dari lebih banyak daerah pedesaan, sehingga kesadaraan hukum
di daerah pedesaan perlu menjadi skala prioritas utama dan tidak boleh
diabaikan, karena luasnya daerah yang terdiri dari pedesaan, bukan hal
yang mustahil jika pelanggaran hukum juga sering dilakukan oleh
masyarakat yang tinggal di pedesaan. Sebab sebagai warga Negara
Indonesia tak satupun kegiatan yang luput dari aturan 3 hukum dan
masyarakat pedesaan tidak selamanya harus berada dalam kondisi tidak
memiliki kesadaran hukum.
Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pedesaan
mengakibatkan masyarakat kurang atau bahkan tidak memahami
hukum, sehingga kesadaran hukum pun rendah. Disamping itu memang
masyarakat pedesaan kurang atau bahkan tidak memahami hukum
karena faktor-faktor antara lain, faktor komunikasi dan literacy. Untuk
mengatasi kurangnya pemahaman tentang hukum tersebut maka
diperlukan upaya mengkomunikasikan hukum secara efektif dan terus
menerus sehingga masyarakat dapat benar-benar memahami pentingnya
hukum (hukum mempunyai pengaruh positif kepada masyarakat),
karena hukum itu sendiri merupakan suatu pesan. Menurut Friedman
“A legal act (rule, doctrine, practice), whatever fuction it serve, is a
message”, pesan hukum itu tertuju baik kepada masyarakat secara
umum maupun pemimpin masyarakat, maka hukum harus disampaikan
dan dikomunikasikan kepada khalayak
Berbicara tentang kepatuhan atau ketaatan masyarakat pada
hukum, maka hal ini akan didasarkan pada tingkat kesadaran hukum
yang dimiliki seseorang terhadap hukum yang ada dan berlaku saat ini
(ius constitutum), maupun hukum yang diharapkan akan ada atau yang
di cita-citakan dimasa mendatang (ius constituendum). Dengan
kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat ini lah akan menjamin
dipatuhinya atau ditaatinya suatu peraturan hukum. Arti kesadaran
dalam hal ini ialah keadaan dimana seseorang mengetahui, mengerti,
memahami dan merasa, misalnya tentang kehendak dari dibuatnya
suatu aturan hukum dan lainnya.
Oleh sebab itu, perlunya membentuk dan mendirikan budaya
hukum menjadi hal yang mutlak pada sebuah Negara hukum, dimana
hukum dituntut mampu merubah individu atau masyarakat menjadi
lebih baik, teratur, dan dapat dipercaya dalam memperjuangkan hak dan
keadilan, serta memberikan rasa aman dan damai.
Kesadaran akan kemanfaatan hukum menjadi salah satu
penunjang kepatuhan hukum, dan menimbulkan kesetiaan pada diri
individu terhadap nilai-nilai hukum yang berlaku pada kehidupan
bermsayarakat, yang kemudian direalisasikan melalui tindakan nyata
untuk patuh terhadap hukum itu sendiri sehingga akan tampak dan
dapat dirasakan oleh setiap masyarakat. Jadi, kepatuhan terhadap
hukum pada hakekatnya dapat diartikan sebagai kesetiaan dari
masyarakat sebagai subyek hukum yang diwujudkan melalui tindakan
atau prilaku mematuhi hukum yang ada.
Apabila kita gunakan salah satu penafsiran hukum yaitu
argumentum a contrario untuk melihat kesetiaan masyarakat terhadap
hukum, maka penyebab individu atau masyarakat tidak mematuhi
hukum dikarenakan adanya dua tuntutan kesetiaan terhadap suatu hal,
dihadapkan sekaligus dan saling bertentangan. Misalnya kesetiaan
terhadap kepentisngan pribadi individu yang bertentangan dengan
kesetiaan terhadap hukum yang ada, contohnya pelanggaran lalu lintas
yang sering dan dianggap lazim terjadi di masyarakat, perbuatan
anarkisme, korupsi dan lain-lain, terlebih masyarakat beranggapan
bahwa hukum sama sekali tidak memiliki wibawa lagi. Oleh karena itu,
kepentingan pribadi, rasa ego dan tindakkan sesuka hati inilah yang
menjadi pemicu individu mengabaikan bahkan mengingkari suatu
hukum yang berlaku.
Peranan kesadaran hukum masyarakat sebagaimana tujuan
hukum itu sendiri adalah menjamin kepastian dan keadilan. Dalam
kehidupan masyarakat masyarakat senantiasa terdapat perbedaan
antara pola-pola perilaku atau tata kelakuan yang berlaku di masyarakat
dengan pola-pola perilaku yang dikehendaki oleh normanorma (kaidah)
hukum. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya suatu masalah berupa
kesenjangan sosial sehingga pada waktu tertentu cenderung terjadi
konflik dan ketegangan-ketegangan sosial yang tentunya dapat
mengganggu jalannya perubahan masyarakat sebagaimana arah yang
dikehendaki. Keadaan demikian terjadi oleh karena adanya hukum yang
diciptakan diharapkan dapat dijadikan pedoman (standar) dalam
bertindak bagi masyarakat tidak ada kesadaran hukum, sehingga
cenderung tidak ada ketaatan hukum.
Kesadaran hukum dalam masyarakat perlu dipupuk dan
ditanamkan agar masyarakat akan lebih patuh terhadap hukum yang
ada, baik itu merupakan hukum tertulis maupun hukum yang memang
tumbuh dan berkembang di masyarakat dan keberadaannya pun diakui
oleh masyarakat.
B. Permasalahan
Masih adanya masyarakat yang tidak patuh terhadap hukum
dapat menjadi masalah dalam suatu daerah. Akibat lemahnya kesadaran
hukum, kehidupan masyarakat akan menjadi resah dan tidak tenteram.
Oleh karena itu, kita hendaknya mengembangkan sikap sadar terhadap
hukum.
Faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum yang pertama
adalah pengetahuan tentang kesadaran hukum. Peraturan dalam hukum
harus disebarkan secara luas dan telah sah. Maka dengan sendirinya
peraturan itu akan tersebar dan cepat diketahui oleh masyarakat.
Masyarakat yang melanggar belum tentu mereka melanggar hukum. Hal
tersebut karena bisa jadi karena kurangnya pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang kesadaran hukum dan peraturan yang
berlaku dalam hukum itu sendiri.
Faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum selanjutnya
adalah tentang ketaatan masyarakat terhadap hukum. Dengan demikian
seluruh kepentingan masyarakat akan bergantung pada ketentuan
dalam hukum itu sendiri. Namun juga ada anggapan bahwa kepatuhan
hukum justru disebabkan dengan adanya takut terhadap hukuman
ataupun sanksi yang akan didapatkan ketika melanggar hukum.
Berangkat dari deskripsi latar belakang masalah di atas, maka
penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
Apa saja Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Kepatuhan
Masyarakat Terhadap Hukum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep kesadaran hukum


Kesadaran hukum merupakan konsepsi abstrak di dalam diri
manusia, tentang keserasian antara ketertiban dan ketentraman yang
dikehendaki atau sepantasnya. Kesadaran hukum sering dikaitkan
dengan pentaatan hukum, pembentukan hukum, dan efektivitas hukum.
Kesadaran hukum merupakan kesadaran nilai-nilai yang terdapat dalam
manusia tentang hukum yang ada. Kesadaran hukum berkaitan dengan
kepatuhan hukum, hal yang membedakannya yaitu dalam kepatuhan
hukum ada rasa takut akan sanksi.
Mengawali pembahasan ini, akan dijelaskan terlebih dahulu
terminologi dalam kesadaran hukum. Kesadaran hukum dalam konteks
ini berarti kesadaran untuk bertindak sesuai dengan ketentuan hukum.
Kesadaran hukum masyarakat merupakan semacam jembatan yang
menghubungkan antara peraturan-peraturan hukum dengan tingkah
laku hukum anggota masyarakat. Lawrence Friedman lebih condong
menyebutnya sebagai bagian dari “kultur hukum”, yaitu nilai-nilai,
sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum.
Mempertanyakan kesadaran hukum masyarakat pada
prinsipnya mempertanyakan juga aspek penegakan hukum. Telaah yang
pernah dilakukan oleh Soerjono Soekanto tentang kesadaran dan
kepatuhan hukum di tahun 1982, membuka pintu kajian semakin jelas
akan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mematuhi secara sadar
konsepsi hukum yang telah disahkan dan dilaksanakan secara
konsekuen dalam komunitas /hubungan masyarakat, berbangsa,
bernegara, bahkan berpolitik
Menurut Robert Biersted (1970: 227-229) dalam bukunya The
Social Order, Proses kepatuhan seseorang terhadap hukum mungkin
terjadi karena beberapa faktor yaitu :
1. Indoctrination (penanaman kepatuhan secara sengaja) yaitu sebuah
peraturan hukum itu menjadi sebuah doktrin yang ditanam secara
sengaja kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar penerapan hukum
itu merata sampai keseluruh lapisan masyarakat, sehingga kepatuhan
hukum yang diinginkan dapat terwujud.
2. Habituation (pembiasaan perilaku) yaitu seseorang akan mematuhi
peraturan hukum itu karena rutinitas yang mereka lakukan. Seperti
halnya seseorang yang rutin memakai helm pada saat berkendara
sepeda motor.
3. Utility (pemanfaatan dari kaidah yang dipatuhi) yaitu seseorang
mematuhi peraturan hukum itu karena dapat memanfaatkan secara
substansif dari peraturan itu.
4. Group Indentification (mengidentifikasikan dalam kelompok tertentu)
yaitu seseorang akan mematuhi hukum ketika melihat atau mengacu
pada kelompok yang telah melaksanakan.
Meskipun demikian perlu juga diperhatikan bahwa walaupun
suatu norma telah disosialisasikan sedemikian rupa dan telah
melembaga (institutionalized), belum tentu norma-norma itu telah benar-
benar meresap (internalized) pada diri masing-masing anggota
masyarakat itu.
Sehubungan dengan itu, menurut Ernst Utrecht (1963:72)
dalam bukunya Pengantar Hukum Administrasi Negara, ada beberapa
hal yang menyebabkan seseorang mematuhi hukum , yaitu:
1. Seseorang merasakan bahwa peraturan-peraturan itu dirasakan
sebagai hukum. Artinya bahwa mereka benar-benar memiliki
kepentingan akan berlakunya peraturan atau hukum tersebut.
2. Seseorang memang harus menerimanya supaya ada rasa
ketentraman. Artinya bahwa orang memilih untuk taat pada hukum
agar tidak banyak mendapat kesukaran dalam hidupnya.
3. Seseorang atau masyarakat memang menghendakinya, sebab pada
umumnya orang baru merasakan adanya hukum apabila luas
kepentingannya dibatasi oleh peraturan hukum yang ada.
4. Seseorang mematuhi hukum karena adanya paksaan (sanksi) sosial.
Orang umumnya merasa malu atau khawatir dituduh sebagai orang
yang asosiasi apabila orang melanggar hukum.
B. Solusi atau alternatif penyelesaian masalah
Berbicara tentang kepatuhan atau ketaatan masyarakat pada
hukum, maka hal ini akan didasarkan pada tingkat kesadaran hukum
yang dimiliki seseorang terhadap hukum yang ada dan berlaku saat ini
(ius constitutum), maupun hukum yang diharapkan akan ada atau yang
di cita-citakan dimasa mendatang (ius constituendum). Dengan
kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat ini lah akan menjamin
dipatuhinya atau ditaatinya suatu peraturan hukum. Arti kesadaran
dalam hal ini ialah keadaan dimana seseorang mengetahui, mengerti,
memahami dan merasa, misalnya tentang kehendak dari dibuatnya
suatu aturan hukum dan lainnya.
Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan
masyarakat terhadap hukum :
1. Melakukan Peningkatkan dan Pembinaan kesadaran dan
kepatuhan masyarakat terhadap hukum
Terdapat tiga tindakan yang dapat dilakukan sebagai usaha untuk
meningkatkan dan membina kesadaran dan kepatuhan terhadap
hukum, yaitu tindakan represif, tindakan preventif dan tindakan
persuasive.
a. Tindakan represif merupakan upaya penanggulangan terhadap
pelanggaran norma-norma social dan harus bersifat radikal dan
tegas, dalam arti bahwa penegak hukum harus lebih tegas dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan penegakan hukum atau
law enforcement, sekaligus meningkatkan dan memperketat
pengawasan terhadap penegak hukum dalam melaksanakan
tugasnya. Semakin mundurnya pelaksanaan penegakan hukum
maka akan berdampak pada rendahnya kesadaran terhadap
hukum.
b. Tindakan preventif ialah upaya untuk mencegah terjadinya
pelanggaran terhadap hukum dan rendahnya tingkat kesadaran
hukum. Salah satu cara pencegahannya dengan memperberat
sanksi atau hukuman tarhadap para pelanggar hukum tertentu.
Selain itu, kepatuhan atau ketaatan terhadap hukum oleh individu
atau masyarakat selalu diawasi dengan ketat.
c. Tindakan persuasive merupakan tindakan mempengaruhi,
mendorong, mengajak, membimbing. Kepatuhan hukum memiliki
kaitan erat dengan kesadaran hukum, sedangkan menanamkan
kesadaran hukum sama halnya dengan menanamkan nilai-nilai
kebudayaan, karena hukum adalah produk kebudayaan. Apabila
sebuah Negara konsisten untuk membangun Negara hukum,
artinya setiap orang tanpa terkecuali harus tunduk pada hukum
yang ada. Hukum harus menegakan kebenaran dan keadilan dan
tidak boleh diskriminatif, tidak memandang dan memihak apapun
dan siapapun. Maka dari itu, kewibawaan hukum harus terjaga
dalam hal supremasi hukum agar individu atau masyarakat tetap
menghormatinya melalui tindakan patuh atau taat pada hukum
yang ada.
2. Penggunaan Media Daring (e-learning) Terhadap Pendidikan
Berkarakter Dalam Upaya Menciptakan Masyarakat Sadar Hukum
di masa pandemi Covid-19.
Era digital telah membawa dampak yang cukup besar dalam
kehidupan masyarakat. Masyarakat seolah-olah dipaksa untuk
“bermigrasi” dari cara manual ke media digital dalam menjalani
kehidupan mereka, salah satunya adalah dalam sektor pendidikan.
Pembelajaran berbasis digital atau lebih dikenal dengan e-learning
semakin banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Jika
infrastrukturnya memadai, penerapan e-learning dapat menjadi suatu
metode pembelajaran yang hemat sumber daya. Selain itu, penerapan
e-learning juga dapat membangun rasa percaya diri dan kemandirian
masyarakat terutama dmeningkatkan kesadaran hukum.
Di tengah merebaknya wabah COVID-19 belakangan ini,
menerapkan pembelajaran berbasis digital daring atau e-learning
sangat bermanfaat untuk melindungi masyarakat dari penyebaran
virus COVID-19. Apalagi pemerintah sudah mengimbau agar
masyarakat dapat beraktivitas di rumah sebagai upaya physical
distancing atau menjaga jarak fisik untuk menekan penyebaran virus.
Contoh media daring yang dapat digunakan yaitu:
a. Media Gambar browsur online
b. Media video animasi
c. Media video penyuluhan
d. Media pesan daring
Yang berisi materi tentang peraturan, layanan bantuan hukum,
sosialisasi peraturan perundang-undangan, hukumbahaya narkoba
dan kenakalan remaja, kesadaran hukum masyarakat dalam
mengelola sampah yang bisa di upload di sosial media pemerintahan.
Kelebihan penerapan e-learning:
a. Dapat diakses dengan mudah
Cukup menggunakan smartphone atau perangkat teknologi lain
seperti laptop yang terhubung dengan internet Anda sudah bisa
mengakses materi yang ingin dipelajari. Dengan menerapkan
e-learning Anda dapat melakukan kegiatan pembelajaran di mana
saja, kapan saja.
b. Biaya lebih terjangkau
Tentunya, kita semua ingin menambah ilmu pengetahuan tanpa
kendala keuangan. Dengan bermodalkan askes internet,
masyarakat dapat mengakses berbagai pembelajaran hukum.
c. Waktu belajar fleksibel
Biasanya kebanyakan orang yang ingin belajar lagi tidak memiliki
waktu yang cukup. Salah satu alasannya mungkin karena waktu
Anda sudah digunakan untuk bekerja. Pembelajaran berbasis
digital atau e-learning ini adalah solusinya. Waktu untuk belajar
bisa dilakukan kapan saja tanpa terikat dengan waktu tertentu.
d. Wawasan yang luas
Dengan menerapkan e-learning, tentunya Anda akan menemukan
banyak hal yang semula belum Anda ketahui. Hal ini disebabkan
beberapa materi pelajaran yang tersedia pada e-learning belum
tersedia dalam media cetak seperti buku yang sering digunakan
dalam metode belajar-mengajar konvensional. Berbeda dengan
pembelajaran melalui tatap muka yang dilakukan dengan
membaca buku.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pamungkas satya
putra di desa Sukaluyi pada tahun 2021 tentang “Optimalisasi
Penggunaan Media Daring Terhadap Pendidikan Berkarakter Dalam
Upaya Menciptakan Masyarakat Sadar Hukum Bahwa”. berdasarkan
kegiatan yang telah dilakukan tersebut, didapatkan hasil dan fakta
menjelaskan pola metode pengabdian kepada masyarakat dinilai telah
optimal dan efektif dalam memberikan pandangan dan kesadaran
hukum yang berbasis pada media online atau melalui pendekatan
daring sangat efektif.
3. Program Penyuluhan Desa Sadar Hukum
Dalam kegiatan program penyuluhan hukum bagi warga masyarakat,
berikut dikemukakan beberapa tahapan yang harus diperhatikan
yakni:
a. Penetapan Sasaran Penyuluhan
Sebagaimana dipahami bahwa setiap desa/kelurahan terdiri atas
berbagai lapisan masyarakat yang dapat menjadi sasaran
penyuluhan hukum bagi terciptanya desa sadar hukum atau
kelurahan sadar hukum.
Sasaran penyuluhan hukum tersebut yakni:
1) Keluarga
2) Sekolah(SD,SLTP,SLTA).
3) Institusi pemerintah (Kantor kantor lembaga milik pemerintah)
4) Institusiswasta (kantor kantor swasta, perusahaan yayasan
dsb).
b. Analisa masalah hukum
Selanjutnya dilakukan analisa dan inventarisasi terhadap berbagai
masalah yang timbul dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Inventarisasi masalah tentang bidang hukum yang timbul
apakah tindak pidana, perdata dsb (hal ini berbeda bagi setiap
desa/kelurahan).
2) Inventarisasi penyebab atau motif timbulnya masalah-masalah
hukum.
3) Penetapan sifat masalah (klasifikasi berat, sedang, ringan,
frekuensi setiap masalah, luas dsb)
c. Persiapan Kegiatan Penyuluhan
1) penetapan dan penyusunan modul
2) penetapan subyek pemateri penyuluhan
3) penetapan waktu penyuluhan
4) Tes sebelum penyuluhan hukum (pretest)
5) Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
6) Tahap Evaluasi
7) Tes sesudah penyuluhan hukum (posttest)
8) Penyusunan Rencana ke depan hasil evaluasi

Kondisi Dan Tolak Ukur Desa Sadar Hukum Yang Diharapkan


Kondisi desa sadar hukum yang diharapkan sebagai hasil dari adanya
berbagai program penyuluhan hukum bagi warfa masyarakat adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatnya pemahaman masyarakat bahwa hukum itu
merupakan pelindung bagi kepentingan manusia.
b. Meningkatnya pengetahuan hukum masyarakat
c. Meningkatnya pemahaman hukum masyarakat
d. Meningkatnyasikaphukummasyarakat
e. Meningkatnyaketaatanatauperilakuhukummasyarakat
f. Meningkatnyasikaptoleransidikalanganmasyarakat
g. Menurunnya tindakan atau perbuatan melanggar hukum secara
umum oleh seluruh lapisan masyarakat.
h. Terciptanya pelayanan publik yang baik dan profesional
i. Masyarakatmerasapuasdenganpelayananpemerinta
j. Masyarakat sangat percaya terhadap struktur hukum
k. Terciptanya goodgovernance dan cleangovernance.

Adapun tolak ukur keberhasilan desa sadar hukum yang diharapkan


yang berdasar pada kondisi yang diharapakan sebagaimana
disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
a. Terciptanya stabilitas nasional secara umum.
b. Terciptanya tujuan hukum yakni kepastian hukum, keadilan,
kemanfaatan dan ketertiban masyarakat.
c. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sangat tinggi
d. Kehidupan masyarakat yang aman dan tentram.
e. Tingkat perekonomian masyarakat meningkat dan merata
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Membangun Kesadaran hukum masyarakat adalah membangun
produk kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu ”blue prin to
behaviour” yang memberikan pedoman-pedoman tentang apa yang harus
atau boleh dilakukan dan apa yang dilarang, dan hal tersebut
membutuhkan waktu yang panjang serta memerlukan partisipasi aktif
seluruh jajaran struktur hukum serta seluruh lapisan masyarakat tanpa
kecuali.
Kesadaran hukum berarti adanya pengetahuan hukum,
pemahaman hukum, sikap hukum dan perilaku hukum tentang:
Pandanganpandangan yang hidup dalam masyarakat tentang apa
hukum itu; Apa yang seyogyanya kita lakukan atau perbuat; Apa yang
seyogyanya tidak kita lakukan atau perbuat; Memahami akan kewajiban
hukum kita masing-masing terhadap orang lain; Kesadaran akan
toleransi terhadap orang lain; Kesadaran yang memperhatikan,
memperhitungkan dan menghormati kepentingan orang lain; Kesadaran
untuk tidak merugikan orang lain; Kesadaran tidak melakukan penyalah
gunaan hak (abus dedroit).
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kepatuhan masyarakat terhadap hukum antara lain: 1). Melakukan
Peningkatkan dan Pembinaan kesadaran dan kepatuhan masyarakat
terhadap hukum. 2). Penggunaan Media Daring (e-learning) Terhadap
Pendidikan Berkarakter Dalam Upaya Menciptakan Masyarakat Sadar
Hukum di masa pandemi Covid-19. Dan Program Penyuluhan Desa
Sadar Hukum.

B. Saran
Segenap komunitas atau anggota organisasi, baik dalam jajaran
pimpinan maupun para pegawai bawahannya, secara sinergi secara terus
menerus berupaya mengembangkan terhadap kesadaran masyarakat
terutama kepatuhan terhadap hukum dalam rangka meningkatkan
kinerja organisasi. Dengan demikian, akan terwujud sutu siklus
masyarakan yang kedepanya masyarakat dapat secara dini memahami
dan patuh terhadap peraturan pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai