Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi
melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan
manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat. Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang
penting dilaksanakan oleh setiap unit kerja sehingga tujuan organisasi dapat
dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna. Pengorganisasian merupakan
pengelompokan yang terdiri dari beberapa aktifitas dengan sasaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan masing-masing kelompoknya untuk
melakukan koordinasi yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan
vertikal untuk mencapai tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek,
maka pelayanan keperawatan harus mengorganisasikan aktivitasnya melalui
kelompok-kelompok sehingga tujuan pelayanan keperawatan akan tercapai.
Rumah sakit merupakan sarana kesehatan dan salah satu bentuk
organisasi pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan upaya kesehatan
rujukan. Tujuan program kesehatan rujukan antara lain adalah: peningkatan
mutu, cakupan dan efisiensi rumah sakit, melalui penerapan dan
penyempurnaan standar pelayanan tenaga, standar peralatan, profesi dan
manajemen rumah sakit (Aditama, 2013).
Dalam rangka menuju era globalisasi, rumah sakit juga dihadapkan
pada berbagai perubahan eksternal, seperti perubahan tata ekonomi dunia, arus
informasi tanpa batas, pola penyakit, pola demografi penduduk, teknologi,
peralatan rumah sakit, yang semua itu akan berdampak pada perubahan tata
nilai dan tuntutan masyarakat yang merupakan sebuah system, salah satunya
praktek keperawatan. Saat ini keberhasilan rumah sakit sangat ditentukan oleh
pengetahuan, keterampilan, kreativitas dan motivasi staf dan karyawannya.
Kebutuhan tenaga-tenaga terampil didalam berbagai bidang dalam sebuah

1
rumah sakit sudah merupakan sebuah tuntutan dunia global yang tidak bisa
ditunda. Kehadiran teknologi dan sumber daya lain hanyalah alat atau bahan
pendukung, karena pada akhirnya SDM-lah yang menentukan (Danim, 2014).
Perawat merupakan ujung tombak dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap pasien sehingga perawat memiliki tugas sangat penting
untuk mencapai kualitas yang baik dalam pelayanan kesehatan. Dalam
memberikan asuhan keperawatan digunakan beberapa metode. Metode
keperawatan adalah hal yang diterapkan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien untuk meningkatkan kepuasan pasien dan derajat
kesahatan. Di Indonesia terdapat beberapa metode keperawatan diantaranya;
metode primer, metode kasus, metode tim dan metode fungsional (Sumijatun,
2010).
Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit
diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk
pasien, dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar
individu. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan
keperawatan profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan
bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan
standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal. MPKP
merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu
menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang dimulai dengan
perencanaan. Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang
melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai dari kepala
ruangan, ketua tim dan anggota tim (perawat asosiet).
Pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
merupakan bentuk pelayanan keperawatan profesional, yang bertujuan untuk
membantu pasien dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya,
melalui tindakan pemenuhan kebutuhan pasien secara komprehensif dan
berkesinambungan sampai pasien mampu untuk melakukan kegiatan
rutinitasnya tanpa bantuan (Darmawan, 2012).

2
Pelayanan keperawatan yang diberikan di ruang MPKP memiliki
pedoman dan dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bukan atas dasar
kehendak perawat sendiri dimana pelayanan yang diberikan disesuaikan
dengan masalah pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat
efektif dan efisien sesuai sasaran masalah yang terjadi pada pasien. Asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu meliputi pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual jadi meliputi segala aspek kehidupan dari pasien tersebut baik
dari kesehatan fisik/jasmaninya, pikirannya, interaksi sosialnya maupun
keagamaannya. Dalam melaksanakan praktek manajemen keperawatan
menekankan pada penerapan konsep – konsep dan prinsip kepemimpinan dan
manajemen keperawatan dalam tatanan pelayanan kesehatan nyata.Bentuk
pengalaman belajar dengan praktek klinik dan seminar serta
mengintegrasikannya pada keperawatan klinik dalam praktek profesi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP),
secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan yang
profesional serta langkah-langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan manajemen
keperawatan, mahasiswa mampu :
a. Melaksanakan pengkajian di ruang rawat inap keperawatan
b. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen
keperawatan
c. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan diruangan dalam bentuk:
1) Mampu membuat fungsi perencanaan model praktek keperawatan
professional di ruangan antara lain:
a) Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan
b) Mampu membuat kebijakan kerja diruangan

3
c) Mampu menyiapkan perangkat kegiatan model praktek
keperawatan profesional diruangan
d) Mampu mengembangkan sistem informasi manajeman
keperawatan diruangan dalam menerapkan model praktek
keperawatan profesional.
2) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan model
praktek keperawatan professional antara lain :
a) Membuat struktur organisasi di ruang model praktek
keperawatan professional
b) Membuat daftar dinas ruangan berdasarkan Tim di ruang model
praktek keperawatan professional
c) Membuat daftar pasien berdasarkan Tim di ruang model
praktek keperawatan professional
3) Melaksanakan fungsi pengarahan dalam ruangan di ruangan model
praktek keperawatan professional antara lain :
a) Mampu menerapkan pemberian motivasi
b) Mampu melakukan supervisi
c) Mampu melakukan pendelegasian dengan baik
d) Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain :
(1) Operan
(2) Pre Conference
(3) Post Conference
(4) Ronde Keperawatan
(5) Supervisi Keperawatan
(6) Discharge Planning
(7) Dokumentasi Keperawatan.
4) Melaksanakan fungsi pengendalian dalam bentuk audit hasil di
ruangan model praktek keperawatan professional antara lain :
a) Mampu memperhitungkan (BOR: bed occupancy rate), yaitu
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu
b) Mampu menghitung (ALOS: average length of stay), yaitu
rata-rata lama rawat seorang pasien

4
c) Mampu menghitung (TOI: turn over interval), rata-rata hari
tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi
berikutnya
d) Mampu menghitung Kejadian infeksi nosokomial
e) Mampu menghitung Kejadian cedera
f) Mampu melakukan Audit dokumentasi asuhan keparawatan
g) Mampu melakukan Survey masalah baru
h) Mampu menganalisis kepuasan perawat, pasien dan keluarga.
C. Manfaat
1. Bagi pasien
Dengan adanya program MPKP di Rumah Sakit diharapkan pasien
merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam
pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang
optimal.
2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarg
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawa
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
3. Bagi rumah sakit
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strateg
c. Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
secara optimal.
d. Melalui praktik ini, mahasiswa dapat membantu Ruang perawatan
lamalak untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang dapat
meningkatkan kualitas/mutu pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien/konsumen yang dijalankan sesuai aturan atau standar.

5
4. Bagi Mahasiswa
Mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang nyata dalam
pengaplikasian ilmu manajemen keperawatan.

6
BAB II
TINJAUAN LAHAN

A. Pengumpulan Data
1. Data Khusus (Fungsi Manajemen Keperawatan Dalam Ruangan)
a. Fungsi Perencanaan
1) Visi
Visi adalah gambaran atau pernyataan singkat dan tujuan
yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk serta tujuan
organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan
perencanaan organisasi.
Wawancara : Menurut Kepala ruangan sampai saat ini belum
Ada visi tersendiri diruang perawatan lamalaka
yang ada hanya visi Rumah Sakit.
Observasi : Hasil pengamatan di ruang perawatan lamalaka
tidak terlihat visi yang ditempel di dinding
ruang perawatan
Masalah : Tidak terdapat visi khusu untuk ruang perawatan
lamalaka
2) Misi Ruangan
Misi ruangan adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan
organisasi dalam mencapai visi yang telah di tetapkan.
Wawancara : Menurut Kepala ruangan sampai saat ini belum
ada misi tersendiri diruang perawatan lamalaka
yang ada hanya misi Rumah Sakit.
Observasi : Hasil pengamatan di ruang perawatan lamalaka
tidak terlihat misi keperawatan yang ditempel di
dinding ruangan
Masalah : Tidak terdapat perumusan misi khusus untuk
ruangan perawatan lamalaka

3) Standar Operasional Prosedur

7
Suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan
untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi SOP merupakan tata cara atau harapan
yang dilakukan yang harus dilalui untuk menyelsaikan suatu proses
kerja tertentu. ( Potter Harry 2015).
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan bahwa standar
operasional prosedur di ruang perawatan
lamalaka sudah ada dan dilaksanakan secara
rutin sebagai pedoman para perawat dalam
melaksanakan prosedur keperawatan.
Observasi : SOP ada.
Kuesioner : Persepsi perawat menunjukan bahwa sebanyak
47% perawat yang selalu bekerja dengan
berpedoman pada standar operasional prosedur
yang ada, 53% yang sering bekerja dengan
berpedoman pada standar operasional prosedur
yang ada.
Masalah : Masih ada 53% perawat dalam kategori sering
berkerja dengan pedoman pada standar
operasional prosedur yang ada
4) Standar Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan keperawatan merupakan uraian pernyataan
tingkat kinerja yang di inginkan sehingga asuhan keperawatan
berarti pernyataan kualitas yang di inginkan dan dapat dinilai
dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien.
Dari hasil wawancara Kepala ruangan didapatkan bahwa
perawatan lamalaka memiliki standar Asuhan Keperawatan yang
baik.
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan bahwa Standar
Asuhan keperawatan yang diberikan sudah
mengacu pada Standar Asuhan Keperawatan
(SAK) yang sudah ditetapkan.
Observasi : SAK ada.
Kuesioner : Persepsi perawat menunjukan bahwa sebanyak

8
47% perawat mengatakan bahwa mereka selalu
bekerja dengan berpedoman pada standar asuhan
keperawatan yang ada, dan 53% perawat yang
sering bekerja dengan berpedoman pada standar
asuhan keperawatan yang ada.
Masalah : Masih ada 53% perawat dalam kategori sering
berkerja dengan pedoman pada standar
operasional prosedur yang ada.
5) Standar Kinerja
Standar kinerja merupakan suatu kegiatan untuk menilai
hasil atau fungsi seseorang/kelompok dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi untuk berbagai faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode tertentu. Perawat salah satu tenaga
kesehatan di rumah sakit berperan penting dalam upaya mencapai
tujuan pembangunan kesehatan. keberhasilan pelayanan kesehatan
bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas pada pasien (potter harry 2005 ).
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan bahwa standar kinerja
perawat ada, dan perawat bekerja dengan
berpedoman pada standar kinerja yang ada.
Observasi : Standar kinerja ada.
Kuesioner : Persepsi perawat menunjukan sebanyak 90%
perawat mengatakan bahwa mereka selalu
bekerja dengan berpedoman pada standar kinerja
yang ada, 10% perawat yang sering bekerja
sesuai dengan standar kinerja yang ada.
Masalah : Tidak ada masalah

b. Fungsi Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen
dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Pada struktur organisasi
menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan

9
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda
diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi juga
menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem
penugasan tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh
kepala ruangan yang membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua
tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat
pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh kepada sekelompok pasien.
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan bahwa untuk saat ini
diruangan perawatan lamalaka sudah memiliki
struktur organisasi
Observasi : Struktur organisasi ruangan sudah ada, tetapi
nama dalam struktur organisasi tersebut belum
di ganti atau di perbaharui dengan struktur
organisasi yang baru
Masalah : Struktur organisasi yang tergantung di ruang
perawatan lamalaka ada, tetapi belum di
perbaharui dengan struktur organisasi yang baru.
2) Uraian Tugas
Dari hasil wawancara kepala ruangan mengatakan bahwa
tugas dalam struktur organisasi Kepala ruangan membagi 2 tim.
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan bahwa perawat yang
bekerja di ruang perawatan lamalaka telah
memiliki uraian tugas yang jelas.
Observasi : Uraian tugas ada.
Kuesioner : Persepsi perawat menunjukan bahwa sebanyak
35% selalu bekerja sesuai dengan uraian tugas
yang ditentukan, 65% perawat yang sering
bekerja sesuai dengan uraian tugas yang
ditentukan.
Masalah : Masih ada 63% perawat yang dalam kategori
sering berkerja sesuai dengan uraian tugas yang
ada
3) Pengaturan Jadwal Dinas

10
Daftar yang berisi jadwal dinas perawat yang bertugas dan
penanggung jawab dinas. Daftar dinas ruangan disusun
berdasarkan tim, dibuat dalam satu minggu, sehingga perawat
sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan
dinas. Pembuatan jadwal dinas perawat dilakukan oleh kepala
ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadwal dinas
pada minggu yang selanjutnya dan bekerja sama dengan ketua tim.
Setiap tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore dan
malam serta yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah
berdinas pada malam hari.
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan bahwa pengaturan
shift yang ada dalam ruang perawatan lamalaka
berdasarkan tingkat ketergantungan klien, yang
artinya masing-masing perawat memiliki
tanggung jawab terhadap klien/pasien masing -
masing.
Observasi : Pengaturan jadwal dinas ada.
Kuesioner : Persepsi perawat menunjukan bahwa sebanyak
81% pengaturan shif yang ada dalam ruangan
selalu berdasarkan pada tingkat ketergantungan
klien, dan 18% perawat dengan pengaturan shif
ruangan yang sering berdasarkan pada tingkat
ketergantungan klien.
Masalah : Masih ada 18% perawat dalam kategori sering
pengaturan shif ruangan berdasarkan pada
tingkat ketergantungan klien.
4) Pengaturan daftar pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama
dokter, nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan
alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift. Daftar pasien
adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap
tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang
bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift
dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa

11
dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat
juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah keperawatan
pasien yang holistik.
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan pengaturan daftar
pasien disesuaikan dengan tingkat
ketergantungan pasien dan kemampuan perawat
pelaksana. (Terdapat daftar nama pasien pada
buku laporan diruangan lamalaka)
Observasi : Dari hasil pengamatan terdapat daftar nama
pasien yang tercantum dalam buku laporan
diruangan lamalaka
Masalah : Tidak ada masalah dalam daftar pengaturan
pasien
5) Pengorganisasian Perawatan Klien
Menurut Kepala ruangan bahwa metode penugasan yang
dilakukan di ruang perawatan lamalaka menggunakan metode tim
yang terdiri dari 1 tim, dimana tim sudah menentukan jumlah
pasien dan perawat pelaksana disesuaikan dengan tingkat
ketergantungan pasien serta kemampuan Perawat Pelaksana.

6) Sistem penghitungan tenaga


Sistem perhitungan tenaga dapat dilakukan berdasarkan
klasifikasi pasien berdasarkan jenis kasus, rata-rata pasien perhari,
jam perawatan yang diperlukan /hari /pasien, jam perawatan yang
di perlukan /ruangan /hari, jam kerja efektif perawat 7 jam/hari.
Menurut Douglas (1996), klasifikasi ketergantungan pasien di bagi
menjadi 3 kategori, yaitu:
 Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam.
 Perawatan parsial, memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam.
 Perawatan total, memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.

12
Berdasarkan kategori tersebut didapatkan jumlah perawat
yang dibutuhkan pada pagi, sore, dan malam sesuai dengan tingkat
ketergantungan pasien.
c. Fungsi Pengarahan
1) Operan
Komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan
malam dilakukan diruang perawat dan kamar pasien. Operan dari
dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore
dipimpin oleh kepala ruangan serata ketua Tim masing-masing
sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh
penanggung jawab shift sore/kepala jaga. Tujuan operan pasien
menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang
dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien,
mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada
pasien untuk mendiskusikan tentang perawatan yang diberikan
kepadanya, serta membantu menentukan prioritas diagnosa dan
tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan
tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat
yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan atau belum dan perkembangan klien saat itu.
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan bahwa sistem operan
diruang perawatan lamalaka telah dilaksanakan
secara rutin.
Observasi : Operan dilakukan secara rutin setiap shift.
Kuesioner : Persepsi perawat menunjukan bahwa sebanyak
94% yang sering ada program operan antara shif
yang jelas, 6% yang kadang-kadang ada
program operan antara shift yang jelas.
Masalah : Masih ada 6 % perawat di ruang perawatan
lamalakan dalam kategori kadang-kadang ikut
dalam operan antar shift
2) Pre dan Post Conference

13
Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat
pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut yang dipimpin oleh katim atau Penanggung jawab tim.
Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari Katim atau PJ
tim.
Wawancara : Menurut kepala ruangan bahwa sistem pre dan
post conference diruang perawatan lamalaka
jarang di lasanakan karna tugas setiap perawat
sudah disampaikan dengan jelas saat operan
antar shift.
Observasi : Pre dan post confence dilakukan secara rutin.
Kuesioner : Persepsi perawat menunjukan bahwa sebanyak
24% selalu mengikuti pre conference dan 18%
selalu mengikuti post conference. 59% sering
mengikuti pre conference dan 70% sering
mengikuti post conference dan 16 % yang
kadang-kadang mengikuti kegiatan pre
conference dan 12 % kadang-kadang post
conference. Dan 6% tidak penah pre dan post
conferens
Masalah : Pre dan post conference di perawatan lamalaka
jarang di lakukan
3) Motivasi kepada perawat
Motivasi adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seorang
individu untuk memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan
manusia bervariasi, maka motivasi memiliki rentang yang sangat
luas. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan salah satu cara
memotivasi (Marquis & Houston, 1998).
Wawancara : Menurut Kepala ruangan untuk perawat ialah
reword berupa pujian baik antar tim ataupun
individu perawat pelaksana itu sendiri.
Masalah : Tidak ada masalah dalam motivasi kepada

14
perawat
4) Pendelegasian
Menurut Marquis dan Huston (1998) dalam Nursalam
(2002) bahwa pendelegasian adalah penyelesaian suatu pekerjaan
melalui orang lain. Dapat juga diartikan sebagai suatu pemberian
suatu tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan
tujuan organisasi.
Wawancara : Menurut kepala ruangan bahwa sistem
pendelagasian di perawatan lamalaka jarang
terjadi antar perawat.
Observasi : Pendelegasian tidak pernah dilakukan
Masalah : Tidak ada masalah dalam pendelegasian
5) Supervisi
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan
kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
Dalam MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara
optimal untuk menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai
dengan standar mutu profesional yang telah ditetapkan. Supervisi
dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam
manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar
profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan
berjenjang dilakukan sebagai berikut : Kepala Seksi Keperawatan
atau Konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala Ruangan,
Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan
Perawat Pelaksana sedangkan Ketua Tim melakukan pengawasan
terhadap Perawat Pelaksana
Menurut kepala ruangan supervisi dilakukan oleh kepala
Bidang Keperawatan/kepala ruangan untuk melihat kinerja perawat
akan tetapi tidak kontinu.
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan bahwa sistem
supervisi diruang perawatan lamalaka telah
dilaksanakan secara rutin.
Observasi : Kegiatan supervisi dilakukan secara rutin

15
Kuesioner : Persepsi perawat menunjukan bahwa sebanyak
41% perawat selalu bekerja dengan tenang dan
35% yang sering, 24%kadang-kadang bekerja
dengan tenang karena setiap saat ada kegiatan
supervisi untuk menunjukan hal yang baik
kepada perawat.
Masalah : Tidak ada masalah
6) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan
seluruh anggota tim.
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan bahwa ronde
keperawatan diruang perawatan Eremerasa
belum berjalan sesuai dengan kebutuhan dan
masalah klien.
Observasi : Ronde keperawatan belum berjalan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien.
Masalah : Ronde keperawatan tidak pernah dilakukan
d. Fungsi Pengendalian
1) Indikator Mutu
Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan
bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang
direncanakan dan berfungsi menjamin kualitas serta
pengevaluasian penampilan. Berdasarkan hasil wawancara kepala
ruangan, penilaian indikator mutu diruang perawatan lamalaka
bahwa standar pelayanan minimal. Hasil observasi belum
menunjukkan terdapatnya indikator mutu.
Observasi : Perhitungan BOR, ALOS, dan TOI yang
dilakukan pada tanggal 28 juni-7 juli 2021 didapatkan hasil :
a) BOR

16
Bed occupancy rate adalah persentase pemakaian tempat tidur
pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah
80 - 90 % sedangkan standar nasional BOR adalah 70 - 80 %.
Dengan rumus perhitungan BOR sebagai berikut :
jumlah hari perawatan pada periode tertentu
BOR= × 100 %
jumlah TT × jumlah hari pada periode yang sama
203
BOR=
32 ×10
203
320
0,6343
63,43 %
Berdasarkan hasil pehitungan yang didapatkan sesuai rumus
yang diatas pada tanggal 28 juni-7 juli 2021. Jadi presentase
pemakaikan tempat tidur hasil yang didapat diruang perawatan
lamalaka pada bulan juli yaitu 63,43 %, artinya tidak sesuai
atau tidak ideal dengan standar nasional BOR yaitu 70-80%.
b) ALOS
Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini di samping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa tertentu yang
dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). Secara
umum ALOS yang ideal antara 6-9 hari.

Jumlahlama rawat
ALOS=
Jumlah pasien keluar (hidup+ meninggal)

203
ALOS=
38
ALOS=5,34>(5 hari)
Hasil perhitungan yang didapatkan sesuai rumus diatas dari
data bulan juli tahun 2019. Berdasarkan hasil analisis ALOS /

17
rata-rata lama rawat pasien diruangn lamalaka pada bulan April
yaitu 5 hari, hal ini bererti belum masuk dalam kategori ideal
kerana tidak sesuai dengan standar nasional ALOS yaitu antara
6-9 hari.
c) TOI
Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur
tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator
ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu
1 - 3 hari.
Dengan rumus perhitungan TOI sebagai berikut :
(Jumlah tempat tidur X periode)−hari perawatan
TOI=
Jumlah pasien keluar(hidup+ meninggal)
(32 X 10)−203
TOI=
38
320−203
TOI =
38
117
TOI=
38
TOI =3,07>(3 hari)

Dari hasil perhitungan sesuai rumus diatas, dari data bulan juli
tahun 2021. Jadi presentase rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat diisi keberikutnya pada perawatan lamalaka
yaitu 3 hari, jadi perhitungan TOI termasuk kategori ideal
karena idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3
hari.
2) Audit dokumentasi keperawatan
audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi dokumen
asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat
pelaksana. Dalam Model Praktik 10Keperawatan Profesional
(MPKP), kegiatan audit dilakukan oleh kepala ruangan dengan
memeriksa rekam medik setiap pasien yang telah pulang atau
meninggal. Hasil audit tersebut direkapitulasi dalam satu bulan.

18
Pada akhir penilaian, rekapitulasi nilai dibuat sebagai laporan hasil
pelaksanaan evaluasi.
3) Survey Tingkat Kepuasan
a) Survey Tingkat Kepuasan pasien
Observasi : Tidak ada keluhan-keluhan yang bermakna
dari pasien.
Kuesioner : Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11%
pasien merasa tidak puas dan 89% pasien
merasa puas dengan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh perawat diruang perawatan
lamalaka.
Masalah Tidak ada masalah

b) Survey Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien


Observasi : Tidak ada keluhan-keluhan yang bermakna
dari pasien.
Kuesioner : Hasil penelitian menunjukkan bahwa 91%
keluarga pasien puas dengan pelayanan
keperawatan yang diberikan dan 9% tidak puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat
diruang perawatan Lamalaka.
Masalah Tidak ada masalah
B. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data, maka ditemukan
masalah-masalah manajemen di Ruang Perawatan lamalaka , diantaranya:
1. Belum ada Visi dan Misi Ruangan
2. Struktur organisasi yang tergantung di ruang kepala ruangan lamalak
belum di perbaharui dengan struktur organisasi yang baru
3. Masih ada 53% perawat dalam kategori sering berkerja dengan pedoman
pada standar operasional prosedur yang ada
4. Masih ada 53% perawat dalam kategori sering berkerja dengan pedoman
pada standar operasional prosedur yang ada.

19
5. Masih ada 63% perawat yang dalam kategori sering berkerja sesuai
dengan uraian tugas yang ada
6. Masih ada 18% perawat dalam kategori sering pengaturan shif ruangan
berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien.
7. Masih ada 6 % perawat di ruang perawatan lamalakan dalam kategori
kadang-kadang ikut dalam operan antar shift
8. Pre dan post conference di perawatan lamalaka jarang di lakukan
9. Ronde keperawatan tidak pernah dilakukan
C. Prioritas Masalah
1. Belum ada Visi dan Misi Ruangan
2. Struktur organisasi yang tergantung di ruang kepala ruangan lamalak
belum di perbaharui dengan struktur organisasi yang baru
3. Masih ada 53% perawat dalam kategori sering berkerja dengan pedoman
pada standar operasional prosedur yang ada
4. Masih ada 53% perawat dalam kategori sering berkerja dengan pedoman
pada standar operasional prosedur yang ada.
5. Masih ada 63% perawat yang dalam kategori sering berkerja sesuai
dengan uraian tugas yang ada
6. Masih ada 18% perawat dalam kategori sering pengaturan shif ruangan
berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien.
7. Masih ada 6 % perawat di ruang perawatan lamalakan dalam kategori
kadang-kadang ikut dalam operan antar shift
8. Pre dan post conference di perawatan lamalaka jarang di lakukan
9. Ronde keperawatan tidak pernah dilakukan
D. Rencana Strategis Penyelesaian Masalah
Adapun rencana strategis yang dapat dilakukan dari beberapa
masalah manajemen yang ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Mendiskusikan visi dan misi ruangan bersama dengan kepala ruangan
2. Mendiskusikan dengan kepala ruangan terkait Struktur organisasi yang
tergantung di ruang kepala ruangan lamalak belum di perbaharui dengan
struktur organisasi yang baru

20
3. Mendiskusikan dengan kepala ruangan terkait masalah perawat yang
Masih ada 53% perawat dalam kategori sering berkerja dengan pedoman
pada standar operasional prosedur yang ada
4. Mendiskusikan dengan kepala ruangan terkait masalah perawat yang
Masih ada 53% perawat dalam kategori sering berkerja dengan pedoman
pada standar operasional prosedur yang ada.
5. Mendiskusikan dengan kepala ruangan terkait masalah perawat yang
Masih ada 63% perawat yang dalam kategori sering berkerja sesuai
dengan uraian tugas yang ada
6. Mendiskusikan dengan kepala ruangan terkait masalah perawat yang
Masih ada 18% perawat dalam kategori sering pengaturan shif ruangan
berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien.
7. Mendiskusikan dengan kepala ruangan terkait masalah perawat yang
Masih ada 6 % perawa di ruang perawatan lamalakan dalam kategori
kadang-kadang ikut dalam operan antar shift
8. Mendiskusikan dengan kepala ruangan terkait Pre dan post conference di
perawatan lamalaka jarang di lakukan
9. Mendiskusikan dengan kepala ruangan untuk dilakukan ronde
keperawatan.

21
BAB III
HASIL DAN PELAKSANAAN
A. Fungsi Perencanaan
1. Visi dan Misi Ruangan
Visi adalah gambaran atau pernyataan singkat dan tujuan yang
menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk serta tujuan organisasi
tersebut.
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam
mencapai visi yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan :
Setelah berdiskusi dengan kepala ruangan pengadaan visi misi
ruangan di perawatan lamalaka sudah di usulkan di bagian kabid
keperawatan, tetapi belum di buat karena visi misi tersebut perlu di
rapatkan di setiap instalasi dan adanya keseragaman antar unit instalasi
rawat inap.
2. Standar Operasional Prosedur
Suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi SOP merupakan tata cara atau harapan yang dilakukan yang
harus dilalui untuk menyelsaikan suatu proses kerja tertentu.

22
Pelaksanaan :
Setelah di diskusikan dengan kepal ruangn terkait
Di ruangan perawatan eremerasa sudah ada SOP keperawatan yang
sering dilakukan dalam bentuk buku berjilid
3. Standar Asuhan Keperawatan
SAK merupakan suatu standar atau panduan pada perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Di ruangan perawatan eremerasa
terdapat SAK dalam bentuk jilid namun keterangan dari kepala ruangan
yang ada masih SAK yang lama.
Standar Kinerja
Standar kinerja merupakan standar yang menilai kualitas pelayanan keperawatan
kepada klien, dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku
pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan
volume yang tinggi.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien, digunakan standar
praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Standar Kinerja di Ruang Perawatan eremerasa mengacu
pada pedoman Standar Praktik Keperawatan yang mengacu dalam tahapan proses
keperawatan, yang meliputi :
Standar I : Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
Standar II : Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan
Standar III : Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan klien.
Standar IV : Implementasi Keperawatan
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan
Standar V : Evaluasi Keperawatan

23
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Fungsi Pengorganisasian
Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah komponen-komponen dalam suatu organisasi yang
menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi
atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Di ruangan
Perawatan eremerasa sudah ada struktur organisasi namun masih menggunakan
struktur organisasi yang lama, dan telah di diskusikan dengan kepala ruangan
akan dilakukan penggantian struktur yang lama.
Uraian Tugas
Uraian tugas untuk di Ruang Perawatan eremerasa sudah ditetapkan dan uraian
tugas tersebut telah diuraikan dalam bentuk buku pedoman pelaksanaan praktek
MPKP.
Pengaturan Jadwal Dinas
Daftar dinas ruangan merupakan daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang
bertugas, penanggung jawab dinas/shift. Pengaturan jadwal dinas di Ruang
Perawatan eremerasa dalam bentuk absen dan tertera di Nurse Station.
Pengaturan Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat
dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas
ditiap shift. Di ruang perawatan eremerasa pengaturan daftar pasien dibuat dalam
bentuk buku laporan.
Pengorganisasian Perawatan Klien
Di ruang perawatan eremerasa terbagi atas dua Tim yaitu Tim A untuk ruangan
kelas I Dan Tim B untuk ruangan kelas II. Di ruang perawatan eremerasa terdapat
pengaturan perawatan pasien dimana untuk perawat yang bertugas di Tim A
bertanggung jawab kepada pasien yang terdapat pada kamar 701, 702, 703, 704,
705, 706, 707, 708, 709. Dan untuk perawat yang bertugas di Tim B bertanggung
jawab kepada pasien yang terdapat pada kamar 710, 711, 712, 713, 714, 715, dan
716.

24
Sistem Penghitungan Tenaga
Pelaksanaan : sistem penghitungan tenaga di Ruang Perawatan eremerasa dibuat
berdasarkan Analisa Beban Kerja (ABK).
Melakukan pengkajian yang dilaksanakan pada tanggal 28 juni – 8 juli 2021
selama 8 (delapan) hari dengan menilai tingkat ketergantungan pasien berdasarkan
rumus douglas. Melakukan pengkajian yang dilaksanakan pada tanggal 29 april –
4 mei 2019 selama 7 (tujuh) hari dengan menilai tingkat ketergantungan pasien
berdasarkan rumus douglas.
Jumlah
Pasien Klasifikasi pasien
Minimal Parsial Total
Pagi Siang malam Pagi siang malam pagi siang Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dari hasil pengkajian jumlah perawat di ruang perawatan eremerasa sebanyak 17
orang dari 39 tempat tidur.
Sedangkan dari hasil rumus Douglas didapatkan:
Jadi jumlah perawat shift
Minimal : 7,2
Persial : 1,77
Total : 0,31
9,28 dibulatkan menjadi 9 orang
Kapasitas tempat tidur 39 bed
Perawat shift : 9 orang
Libur / cuti : 2 orang
Kepala ruangan : 1 orang
Administrasi : 1 orang

25
13 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan adalah sebanyak 13 orang

Fungsi Pengarahan
Operan
Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam.
Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore dipimpin
oleh Kepala Ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin
oleh penganggung jawab shift sore.
Pelaksanaan : Telah dilakukan role play dengan kepala ruangan dan perawat yang
ada di ruang perawatan eremerasa terkait dengan pelaksanaan operan dan
didapatkan hasil kegiatan operan di Ruang Perawatan eremerasa telah berjalan
dengan baik. Operan telah dilakukan diruangan nurse station dan di ruangan
pasien atau kamar pasien.
Pre dan Post Conference
Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau
PJ Tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari Katim atau PJ tim.
Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah : hasil Askep tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh Katim atau PJ tim.
Pelaksananaan : Telah dilakukan role play di ruang perawatan eremerasa tentang
pre dan post conference dan hal tersebut telah dilakukan oleh Ketua Tim dan
Perawat Pelaksana.
Motivasi Kepada Perawat
Motivasi adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang individu untuk
memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi , maka motivasi
memiliki rentang yang sangat luas. Pemberian motivasi kepada para perawat
sudah berjalan dengan baik dan secara optimal. Pemberian motivasi dilakukan
saat briefing atau operan.

26
Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi
pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Pendelegasian tugas dilakukan atau diberi tugas bagi perawat yang terpercaya,
terampil, mampu menjalankan tugas dengan baik dan bertangggung jawab.
Supervise
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kegiatan supervisi di Ruang Perawatan eremerasa masih kurang maksimal
disebabkan karena kesibukan.
Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien dengan kasus-kasus tertentu yang di laksanakan oleh
perawat dan melibatkan seluruh tenaga medis seperti dokter, kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana.
Pelaksanaan : Diruang perawatan eremerasa kegiatan ronde keperawatan
belum dilaksanakan karena jika dilakukan ronde keperawatan akan membutuhkan
waktu yang lama.
Fungsi Pengendalian
Indikator Mutu Umum
Pelaksanaan : Bersama dengan Kepala Ruangan telah dilakukan penghitungan
BOR, ALOS dan TOI selama 8 hari. Dan didapatkan hasil sebagai berikut.
BOR
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik
adalah 80 - 90 % sedangkan standar nasional BOR adalah 70 - 80 %. Dengan
rumus sebagai berikut :

27
BOR = Jumlah hari perawatan x 100%
Jumlah TT x jumlah perode
Maka, BOR =
BOR=97/(39X 8) X 100%

BOR=97/312 X 100%

= 31 %

Maka dapat disimpulkan BOR perawatan Eremerasa adalah 31 %. Hal ini


menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan tempat tidur diruang perawatan
Eremerasa tidak sesuai dengan standar nasional 70-80%. Disebabkan karena
satuan waktu hari perawatan hanya 8 hari.
ALOS
Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa tertentu
yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). Secara umum ALOS
yang ideal antara 6-9 hari.
Rumus perhitungan :
ALOS = Jumlah hari perawatan pasien keluar
Jumlah pasien keluar (hidup atau mati)
ALOS= 97/52
ALOS= 1,86%
= 2 hari

Maka dapat disimpulkan bahwa ALOS perawatan Eremerasa adalah 2 hari. Hal
ini tidak dianggap efisien atau tidak mencapai standar ideal yaitu 6-9 hari.
Disebabkan karena satuan waktu hari perawatan hanya 8 hari.
TOI
Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan gambaran

28
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya
dalam waktu 1 - 3 hari.
TOI = ( jumlah TT x periode ) – hari perawatan RS
Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
Maka,
TOI= ((39 X 8) - 97 )/52
TOI= (312-97 )/52
TOI= (215 )/52
TOI= 4,13
= 4 hari
Maka dapat disimpulkan bahwa TOI perawatan Eremerasa adalah 2 hari. Hal ini
dianggap tidak efesien karena melewati standar ideal yaitu 1-3 hari.
Kejadian infeksi nosokomial
Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul
selama dalam perawatan dirumah sakit. Idealnya tidak ada kejadian infeksi
nosokomial.
Pelaksanaan : Selama praktek di Ruang Perawatan eremerasa tidak dijumpai
kejadian infeksi nosokomial.
Kejadian cedera
Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam
perawatan yang disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator
ini dapat menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya
tidak ada kasus pasien yang cedera.
Pelaksanaan : Selama praktek tidak didapatkan kejadian cedera dari pasien di
ruang perawatan eremerasa.
Indikator Mutu Ruangan
Tidak adanya kejadian pasien jatuh
Kejadian pasien pulang sebelum dinyatakan sembuh
Pemberian pelayanan prima khususnya ruang perawatan eremerasa
Tempat tidur dengan pengaman
Kamar mandi dengan pengaman
Dokter penanggung jawab pasien perawatan eremerasa

29
Jam visite dokter spesialis
Angka kejadian infeksi nasokomial
Kematian pasien >48 jam.
Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi dokumen asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana.
Pelaksananaan :
Telah dibuatkan format audit dokumentasi asuhan keperawatan dan telah
dilakukan role play pelaksanaan audit dokumentasi keperawatan di Ruang
Perawatan eremerasa.
Survey Kepuasan Pasien
Survey kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang
yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk
yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.
Pelaksananaan :
telah disediakan instrumen penilaian survey kepuasan pasien dan keluarga serta
telah dilakukan survey kepuasan pasien dan didapatkan hasil survey kepuasan
pasien yaitu dari 19 orang pasien menunjukkan semua pasien di ruang perawatan
eremerasa merasakan puas sebanyak 75% terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikan dan sebanyak 25% menunjukkan tidak puas dengan pelayanan
keperawatan di pearawatan eremerasa.
Dari hasil survey tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh perawat di ruang perawatan eremerasa.
Survey kepuasan keluarga
Pelaksanaan :
Telah disediakan instrument penilaian survey kepuasan keluarga didapatkan hasil
survey kepuasan keluarga yaitu sebanyak 20 orang. 95% keluarga pasien
menunjukkan puas dengan pelayanan perawatan eremerasa dan 5% menunjukkan
tidak puas dengan pelayanan keperawatan di pearawatan eremerasa.

1. Partial care : 1 pasien


2. Total care : 22 pasien__+

30
23 pasien
3. Dinas pagi
P = 1 x 0,27 = 0,27
T = 22 x 0,36 =7,92__+
8,19
4. Dinas sore
P = 1 x 0,15 = 0,15
T = 22 x 0,30 = 6,6__+
6,75
5. Dinams malam
P = 1 x 0,10 = 0,10
T = 22 x 0,20 = 4,4__+
4,5
6. jadi jumlah perawat shift : 8,19 + 6,75 + 4,5= 19,44 >(19)
7. kapasitas tempat tidur 32 bed
Perawat shift : 19 orang
Libur/ cuti : 5 orang (25% dari 19)
Ka ruangan : 1 orang
Administrasi : 1 orang___+
26 orang

Dari hasil wawancara kepala ruangan didapatkan informasi bahwa


sistem perhitungan tenaga di ruang perawatan lamalaka
berdasarkan rumus douglas.
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan bahwa jumlah tenaga
keperawatan yang ada diruang perawatan
lamalaka. diantaranya kepala ruangan 1 orang,
ketua tim 1 orang dan perawat pelaksana
sebanyak 8 orang.
Observasi : Ketenagaan yang ada diruangan ada 10 orang
dan dibentuk menjadi 1 Tim.
Kuesioner : Persepsi perawat menunjukan bahwa sebanyak
12% jumlah tenaga keperawatan yang ada di

31
ruangan selalu sesuai dengan beban kerja, 41%
sering, 47% kadang-kadang sesuai dengan beban
kerja. Beban kerja yang dimaksud adalah
sebanding tidaknya jumlah perawat dengan
jumlah pasien yang dirawat.
Masalah : -

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional. Disini manejer keperawatan dituntut untuk

32
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevakuasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang
seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Setelah melaksanakan kegiatan praktek kepemimpinan dan
manajemen keperawatan di Rumah Sakit Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu
Kabupaten Bantaeng yang dimulai dari penelitian dengan penyebaran
kuisioner, wawancara dan observasi diruang perawatan lamalaka selama 10
(tsepuluh) hari dari tanggal 28 juni sampai dengan 8 juli 2021, terdapat
beberapa masalah yang ditemui yaitu sebagai berikut :
1. belum ada Visi dan Misi Ruangan
2. Struktur organisasi tidak ada diruangan perawatan Lamalaka
3. Persentase pemakaian tempat tidur tidak memenuhi standar internasional
dan nasional
B. Saran
Demikianlah yang dapat penulis paparkan terkait laporan praktek
kepemimpinan dan manajemen keperawatan sebagai bahan desiminasi awal,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan laporan
ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada, insya Allah adapun kritikan saran akan penulis perbaiki kembali
guna melengkapi laporan praktek kepemimpinan dan manajemen keperawatan
selanjutnya. Semoga laporan ini dapat berguna, khususnya bagi penulis,
rumah sakit, perawat dan juga pasien dan keluarga.

33

Anda mungkin juga menyukai