Anda di halaman 1dari 3

Kasus pneumonia masih menjadi permasalahan di dunia salah satunya di Indonesia terutama pada anak

balita.

Definisi pneumonia

Pneumonia adalah suatu proses inflamasi parenkim paru yangterdapat konsolidasi dan terjadi pengisian
rongga albeoli oleh eksudat yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda benda asing.
(ardiansyah, 2012)

Ardiansyah, 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Diva press.

Penyakit ini disebabkan oleh virus pneumococcus yang sebagian besar menyerang usia diatas 65 tahun
dan anak –anak yang mengalami penurunan daya tahan tubuh. 1

1. Vinogradova Y, Hippisley-Cox J, Coupland C. Identification of new risk factors for pneumonia:


Population-based case-control study. British Journal of General Practice. 2009;59(567):742-749

Epidemiologi  nanti cari yang terbaru

Saat ini pneumonia merupakan salah satu kasus penyebab kematian pada anak terbesar terutama pada
periode baru lahir. 2

2. Campbell H, el Arifeen S, Hazir T, O’Kelly J, et al. Measuring Coverage in MNCH: Challenges in


Monitoring the Proportion of Young Children with Pneumonia Who Receive Antibiotic
Treatment. PLoS Medicine. 2013;10(5):1-6. doi:10.1371/journal.pmed.1001421.

Sehingga WHO berkerjasama dengan lembaga kesehatan anak dunia UNICEF membentuk sebuah
manajemen terpadu balita sakit atau The Integrated Manaagement of Childhood Illness (IMCI) atau di
Indonesia kegiatan ini lebih dikenal dengan Manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Tujuan dari
kegiatan tersebut adalah untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan anak akibat penyakit
termasuk Pneumonia.3

3. Kosai H, Tamaki R, Saito M, Tohma K, et al. Incidence and Risk Factors of Childhood Pneumonia-
Like Episodes in Biliran Island, Philippines—A Community-Based Study. Plos One.
2015;10(5):e0125009. doi:10.1371/journal.pone.0125009

Angka kematian balita akibat pneumonia mencapai 30% pada tahun 1993. Sehingga tujuan
pembangunan melinium atau The Millennium Development Goal ke-4 (MDG 4)adalah menargetkan
penurunan angka kesakitan pneumnia 2/3 dari jumlah total dari tahun 1990 sampai dengan 2015. 4

4. Rudan I, Boschi-Pinto C, Biloglav Z, Mulholland K, Campbell H. Epidemiology and etiology of


childhood pneumonia. Bulletin of the World Health Organization. 2008;86(5):408-416.

Epidemiologi  dunia
Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) menyatakan pneumonia merupakan
penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit ini menyumbang 16% dari seluruh kematian anak
dibawah 5 tahun, yang menyebabkan kematian pada 920.136 balita atau lebih dari2.500 per hari, atau
diperkirakan 2 anak balita meninggal setiap menitpada tahun 2015 ( kemenkes , 2017)

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta.

Epidemiologi  Indonesia

Menurut data Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 digambarkan bahwa period prevalens dan
prevalensi dari pneumonia tahun 2013 adalah 1,8% dan 4,5%. Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit
Infeksi saluran pernafasan akut(ISPA)tahun 2017didapatkaninsiden(per 1000 balita) di Indonesia sebesar
20,54 (Kemenkes, 2017). Angka perkiraan kasus pneumonia dimasing-masing Provinsi menggunakan
angka yang berbeda-beda sesuai angka yang telah ditetapkan. Perkiraan presentasi kasus pneumonia
pada balita di Provinsi Jawa Barat yaitu 4.62 %. Cakupan pemuan pneumonia balita menurut Provinsi
Jawa Barat ta hun 2018 yaitu 58,80% sedangkan target capaian adalah 80 (Kemenkes, 2018).

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta.

Riskesdas tahun 2018 menggambarkan prevalensi pneumonia di Indonesia berdasarkan diagnosis yaitu
2,0% dan di Provinsi Jawa Barat 2,6%.Sedangkan berdasarkan karakteristik umur prevalensi pada balita
di JawaBarat berdasarkan diagnosis yaitu 2,8%. Indikator renstra yang digunakan sejak tahun 2015
adalah presentase Kabupaten/Kota yang 50% Puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana
standar pneumonia baik melalui manajemen terpadu balita sakit (MTBS), maupun program P2 ISPA.
Hasil pada tahun 2015 tercapai 14,62% sedangkan target sebesar 20%, tahun 2016 tercapai 28,07% dari
target 30%, tahun 2017 tercapai 42,6% dari target 40%. Tahun 2018 tercapai sebesar 43% dari target
50%. pada tahun 2018 tidak mencapai target, namun bila dilihat capainnya meningkat dari tahun
sebelumnya (Kemenkes, 2018).

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta.

Epidemiologi  jawa barat

Cakupan penemuan pneumonia balita menurut Provinsi Jawa Barat tahun 2017 yaitu 67,38%
(Kemenkes, 2017). Cakupan pneumonia dan penanganan pneumonia pada balita tahun 2018 sebesar
108,89% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 5.340 kasus, mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun 2017 yang berjumlah5.308 kasus. Penderita pneumonia tertinggi adalah
Kecamatan Bogor Barat sebesar 1.348 kasus atau 641.07% penderita dan ditangani di
PuskesmasSemplak ada 350 kasus atau 179,49% (Dinas Kesehatan kota Bogor, 2019)

Darma caisar, dkk. 2020. Ekonomi Gizi Dimensi Baru Indonesia. Medan : YyasanKita Menulis Dinas
Kesehatan Kota Bogor. 2019. Profil KesehatanDinas KesehatanKotaBogor.Bogor :Dinkes.

Epidemiologi  sukabumi

Epidemiologi  puskesmas
Faktor resiko pneumonia 

Kejadian pneumonia pada balita sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti status sosial ekonomi,
perilaku, kondisi fisik rumah, sumber air minum, kondisi ventilasi dapur, sistem pembuangan air limbah
rumah tinggal. 3

3. Kosai H, Tamaki R, Saito M, Tohma K, et al. Incidence and Risk Factors of Childhood Pneumonia-Like
Episodes in Biliran Island, Philippines—A Community-Based Study. Plos One. 2015;10(5):e0125009.
doi:10.1371/journal.pone.0125009.

WHO mengidentifikasi bahwa faktor lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan anak untuk
pneumonia adalah polusi udara dalam ruangan yang disebabkan oleh memasak dan pemanasan dengan
bahan bakar seperti kayu atau kotoran, tinggal di rumah yang penuh sesak serta orangtua yang
merokok. 10

10. World Health Organization. Pneumonia. WHO

Selain berbagai macam etimologi yang menyebabkan terjadinya kejadian penyakit pneumonia, banyak
faktor predisposisi seperti kurangnya pengetahuan ibu mengenai penyakit pneumonia yang sangat
rentan oleh pertumbuhan tubuh balita. Sehingga status gizi dan imunisasi anak kurang diperhatikan.
Selain itu, pengetahuan ibu rendah sering menganggap bahwa gejala dari pneumonia hanya sebagai
penyakit biasa. Padahal dapat merenggut nyawa anaknya tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan ibu
sangat mempengaruhi terhadap kejadian pneumonia pada balita (Mariana et al., 2011

Anda mungkin juga menyukai