Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Tindakan Menghentikan Perdarahan dan Hecting

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pengampu : Jamaluddin A.Kep,M.Kes.

Disusun oleh:
TINGKAT 3A/ SEMESTER V
Abdul Rohman (20181357)
Dela Dwi C (20181369)
Denny Okto G(20181370)
Devi Riyani (20181374)
Dhea Imas P (20181376)
Dian Anggraini (20181377)
Fakhrana Rifqi A (20181382)
Fani Anik S (20181383)
Hidayatul Fitriyah (20181387)
Liana Dewi H (20181396)
Nur Ani O (20181397)

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


TAHUN AJARAN 2019/2020
Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km.5 Jepang Mejobo Kudus

Telp. (0291)4248655
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Tindakan
Menghentikan Perdarahan dan Hecting”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
      Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Tindakan Menghentikan Perdarahan dan
Hecting” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

    
                                                                                     
Kudus, 01November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………..............................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…...............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH…...........................................................................................
C. TUJUAN…....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN Perdarahan...................................................................................
B. Macam- macam Perdarahan.................................................................................
C. Cara Menghentikan Perdarahan…………………………………………………….
D. SOP……………………………………………………………………………………

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…..………………………....................……………………………..
B. SARAN………………………………………………….........................…...………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….............................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perdarahan merupakan suatu proses keluarnya darah dari pembuluh darah
akibat rusaknya dinding pembuluh darah karena trauma atau penyakit. Saat terjadi
perdarahan, secara alami tubuh akan merespon dengan mekanisme hemostasis untuk
menghentikan perdarahan tersebut. Hemostasis adalah penghentian kehilangan darah
dari pembuluhdarahyang rusak. Sistem hemostasis yang berfungsi normal penting bagi
kehidupan, karena jika hemostasis terganggu maka luka yang kecil sekalipun dapat
menyebabkan perdarahan yang membahayakan jiwa.(Rahayu I, Hadi K, Arsyik I,2013).

Perdarahan adalah suatu kejadian di mana terdapatnya saluran pembuluh darah


yang putus atau pecah (arteri, vena ataupun kapiler) akibat suatu trauma, dapat terjadi
pada pembuluh darah bagian luar maupun bagian dalam (Pedersen, 1996).
Salah satu cara untuk mengontrol perdarahan adalah dengan melakukan
penekanan. Penekanan diperoleh dari penekanan langsung dengan jari atau dengan
kasa.Sering hanya dengan penekanan sudah berhasil mengatasi perdarahan(Pedersen,
1996).Selain penekanan, penggunaan hemostatik topicaljuga merupakan langkah untuk
mengontrol perdarahan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan suatu masalah “Apa yang
dimaksuddengan Tindakan Menghentikan Perdarahan dan Hecting?”

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi perdarahan
2. Untuk mengetahui macam-macam perdarahan
3. Untuk mengetahui cara menghentikan perdarahan
4. Untuk mengetahui SOP tindakan menghentikan perdarahan dan hecting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A) Pengertian
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah.Jumlahnya
dapat bermacam-macam, mulai dengan sedikit sampai yang dapat
menyebabkan kematian.Luka robekan pada pembuluh darah besar di leher,
tangan dan paha dapat menyebabkan kematian dalam satu sampai tiga
menit.Sedangkan perdarahan dari aorta atau vena cava dapat menyebabkan
kematian dalam 30 detik. Sedangkan menurut dr. Hamidi (2011) perdarahan
adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh
tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan karena benturan
fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.

B) Macam- macam Perdarahan


Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu :
1) Perdarahan External  
Perdarahan external yaitu perdarahan dimana darah keluar dari dalam tubuh.
Perdarahan external dibagi menjadi tiga macam yaitu (Petra & Aryeh, 2012):
a. Perdarahan dari pembuluh kapiler, tanda-tanda perdarahan dari pembuluh
kapiler antara lain:
1. Perdarahannya tidak hebat
2. Darah keluarnya secara perlahan-lahan berupa rembesan
3. Biasanya perdarahan akan berhenti sendiri walaupun tidak diobati
4. Perdarahan mudah dihentikan dengan perawatan luka biasa
5. Darah yang keluar umumnya berwarna merah terang.
b. Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena).
Tanda-tanda perdarahan dari pembuluh darah vena antara lain :
1) Warna darah umumnya merah tua (berupa darah kotor yang akan
dicuci dalam paru-paru, kadar oksigennya sedikit)
2) Pancaran darah tidak begitu hebat jika dibandingkan dengan
pancaran darah arteri
3) Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan dan
meninggikan anggota badan yang luka lebih tinggi dari jantung.
c. Perdarahan dari pembuluh darah arteri
Tanda-tanda perdarahan dari pembuluh darah arteri antara lain:
1. Darah yang keluar umumnya berwarna merah muda (merupakan
darah bersih karena habis dicuci didalam paru-paru untuk diedarkan
ke seluruh tubuh)
2. Darah keluar secara memancar sesuai irama jantung
3. Biasanya perdarahan sulit untuk dihentikan

2) Perdarahan Internal   
Perdarahan internal yaitu perdarahan yang terjadi di dalam rongga
dada, rongga tengkorak dan rongga perut.Dalam hal ini darah tidak tampak
mengalir keluar, tetapi kadang-kadang dapat keluar melalui lubang hidung,
telinga, mulut dan anus. Perdarahan internal dapat diidentifikasi dari tanda-
tanda pada korban sebagai berikut (Hamidi, 2011):
(a) Setelah cidera korban mengalami syok tetapi tidak ada tanda-tanda
perdarahan dari luar
(b) Tempat cidera mungkin terlihat memar yang terpola
(c) Lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah
(d) Hemoptysis dan hematemisis kemungkinan menunjukkan adanya
perdarahan di paru-paru atau perdarahan saluran pencernaan.
Perdarahan internal yang terjadi di rongga dada dapat
menghambat pernafasan dan akan mengakibatkan nyeri dada. Perdarahan
pada rongga perut akan menyebabkan kekakuan pada otot abdomen dan
nyeri abdomen. Beberapa penyebab perdarahan internal antara lain (Petra &
Aryeh, 2012):
1. Pukulan keras, terbentur hebat
2. Luka tusuk, kena peluru
3. Pecahnya pembuluh darah karena suatu penyakit
4. Robeknya pembuluh darah akibat terkena ujung tulang yang patah.

C) Cara Menghentikan Perdarahan


Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam tergantung jenis dan tingkat
perdarahannya. 
(i) Perdarahan External
Secara umum teknik untuk menghentikan perdarahan external antara lain
(Hamidi, 2011):
(a) Dengan penekanan langsung pada lokasi cidera
Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah, misalnya
luka sayatan yang tidak terlalu dalam.Penekanan ini dilakukan
dengan kuat pada daerah pinggir luka. Setelah beberapa saat dengan
teknik ini maka sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut.
(b) Dengan teknik elevasi
Setelah luka dibalut, maka selanjutnya bisa dilakukan dengan teknik
elevasi yaitu mengangkat bagian yang luka sehingga posisinya lebih
tinggi dari jantung.Apabila darah masih merembes, maka diatas
balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan
yang pertama.
(c) Dengan teknik tekan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah
menuju bagian yang luka.Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi
yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di belakang rahang),
common carotid artery (di pangkal leher, dekat tulang selangka),
femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut),
posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di
punggung kaki).
(d) Dengan teknik immobilisasi
Teknik ini bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh
yang luka.Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah ke
bagian luka tersebut dapat menurun.
(e) Dengan tourniquet
Tourniquetadalah balutan yang menjepit sehingga aliran darah di
bawahnya terhenti sama sekali. Saat keadaan mendesak di luar
rumah sakit sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga yang
dilipat-lipat, atau sepotong karet ban sepeda dapat dipergunakan
untuk keperluan ini.Teknik hanya dilakukan untuk menghentikan
perdarahan di tangan atau di kaki saja.Panjang Tourniquet haruslah
cukup untuk dua kali melilit bagian yang hendak dibalut. Tempat yang
terbaik untuk memasang Tourniquet lima jari di bawah ketiak (untuk
perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk
perdarahan di kaki). Teknik ini merupakan pilihan terakhir, dan hanya
diterapkan jika kemungkinan ada amputasi.Bagian lengan atau paha
atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak bisa
mengalir.Tourniquet dapat menyebabkan kerusakan yang menetap
pada saraf, otot dan pembuluh darah dan mungkin berakibat
hilangnya fungsi dari anggota gerak tersebut.Sebaiknya teknik ini
hanya dilakukan oleh mereka yang pernah mendapatkan pelatihan.
Jika keliru, teknik ini justru akan membahayakan. Saat penanganan di
luar rumah sakit, maka dahi korban yang mendapatkan tourniquet
diberi tanda silang sebagai penanda dan korban harus segera dibawa
ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. Jika korban tidak
segera mendapatkan penanganan maka bagian yang luka akan dapat
membusuk. Cara melakukan teknik ini adalah sebagai berikut (Petra
& Aryeh, 2012):
(1) Buat ikatan di anggota badan yang cedera (sebelum luka) dengan
verban yang lebarnya 4 inci dan buatlah 6 – 8 lapis. Kalau tidak
ada verban bisa pakai bahan yang telah disebutkan diatas tadi.
Kemudian buat simpul pada ikatan tersebut
(2) Selipkan sebatang kayu dibawah ikatan itu.
(3) Kencangkan kedudukan kayu itu dengan cara memutarnya. 
(4) Agar kayu tetap erat dudukannya, ikat ujung yang satunya.
Menurut M. Sholekhudin (2011) dalam Seri P3K perdarahan berat, maka
teknikmenghentikan perdarahan saat melakukan pertolongan pertama adalah
sebagai berikut:

a.     Pastikan penderita selalu dalam keadaan berbaring. Perdarahan berat tidak
boleh ditangani sementara korban dalam keadaan duduk atau berdiri.

b.  Jika mungkin, posisikan kepalanya sedikit lebih rendah daripada badan, atau
angkat bagian tungkai kaki. Posisi ini bisa mengurangi risiko pingsan dengan cara
meningkatkan aliran darah ke otak.

c.       Angkat bagian yang berdarah setinggi mungkin dari jantung. Misalnya, jika
yang berdarah bagian betis, letakkan betis tersebut di atas tumpuan, sehingga
posisinya lebih tinggi dari badan.

d.      Buang kotoran dari luka, tapi jangan mencoba mencabut benda yang
menancap dalam.

e.       Berikan tekanan langsung di atas luka. Gunakan pembalut yang bersih. Jika
tidak ada, gunakan sapu tangan atau potongan kain. Jangan sekali-kali “memeriksa”
perdarahan dengan cara menyingkap pembalut.
f.       Jika darah masih terus merembes, kuatkan tekanan. Tambahkan sapu tangan
lagi di atasnya, tanpa perlu membuang sapu tangan pertama. Hal ini dilakukan
karena di dalam darah yang keluar terdapat faktor-faktor pembekuan.

g.      Pertahankan tekanan hingga perdarahan berhenti. Jika telah mampet, balut
luka dengan perban, langsung di atas kain penyerap. Jika tidak ada verban, gunakan
potongan kain biasa. Kemudian segera bawa korban ke rumah sakit.
Elevasi bagian yang luka.

D) SOP

SOP / PROTAP
PENATALAKSANAAN HEACTING

Pengertian Heacting adalah penjahitan luka terbuka 


Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan penjahitan sampai luka tertutup oleh
jahitan unutk menghindari infeksi lanjutanan
Kebijakan 1.   Perawat yang sudah terlatih dalam melakukan heacting
2.   Semua pasien dengan vulknus laceratum dan luka kurang dari 6 jam
Prosedur PERSIAPAN PERALATAN :
1. Hanscoen 11. Bak instrumen steril berisi :
2. Duk bolong steril    Pinset chirugis
3. Kasa steril    Pinset anatomi
4. Lidokain steril    Mosquito (klem arteri
5. Supratul kecil)
6. Spuit 3 cc    Naldvoulder
7. Betadine solution    Jarum kulit
8. Alcohol 70 %    Gunting
9. Benang silk untuk kulit 12.Cairan Na Cl
13.Cairan H2O2 hodrogen
10.Benang catgut untuk
peroksida
pembuluh   darah

PENATALAKSANAAN :
1. Perawat menyiapkan alat kedekat pasien dan menjelasakan
kepasien atau keluarga pasien (informed concern)
2.      2. Perawat memakaia handscoen
3.     3. Dep luka dengan kasa steril, kemudian bersihkan dengan cairan
NaCl. Apabila kotor siram dengan H2O2
4.      Olesi daerah luka dengan betadine
5.      Olesi dengan kapas alcohol, lalu suntikan lidokain injeksi  2 cc
disekitar pingiran luka  tunggu  5 menit
6.      Dep lagi luka dengan kasa steril kemudian bila ada pembuluh darah
yang terpotong diklem diikiat dengan benang catgut
7.      Pegang bibir luka dengan pinset chirugis, kalau ada kotoran ambil
dengan pinset anatomi
8.      Pasang jarum kulit dan benang kulit dinalvolder, lalu jahit bibir luka
dengan rapi, setelah luka ditutup olesi dengan betadine. Kemudian beri
supratul,lalu tutup dengan kasa steril dan verband.
9.      Bersihkan daerah bekas luka
10.  duk bolong dibuka
11.  konseling pada pasien (anjuran untuk menjaga sterilitas didaerah luka)
Unit terkait Rawat Inap

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
1.      Nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan.
2.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
3.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
4.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan.
5.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat.
INTERVENSI
1.      Nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan.
Diagnose keperawatan/ Rencaana keperawatan
Tujuan dan kriteria intervensi
masalah kolaborasi
hasil
Nyeri Akut NOC NIC :
         Pain Level, Pain Management
Definisi :          Pain control 1.      Lakukan pengkajian nyeri secara
Sensori yang tidak         Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
menyenangkan dan karakteristik, durasi, frekuensi,
pengalaman emosional Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
yang muncul secara  Mampu 2.      Observasi reaksi nonverbal dari
aktual atau potensial mengontrol nyeri ketidaknyamanan
kerusakan jaringan atau (tahu penyebab 3.      Gunakan teknik komunikasi
menggambarkan adanya nyeri, terapeutik untuk mengetahui
kerusakan (Asosiasi Studi  mampu pengalaman nyeri pasien
Nyeri Internasional): menggunakan 4.      Kaji kultur yang mempengaruhi
serangan mendadak atau tehnik respon nyeri
pelan intensitasnya dari nonfarmakologi 5.      Evaluasi pengalaman nyeri masa
ringan sampai berat yang untuk lampau
dapat diantisipasi dengan mengurangi 6.      Evaluasi bersama pasien dan
akhir yang dapat nyeri, mencari tim kesehatan lain tentang
diprediksi dan dengan bantuan) ketidakefektifan kontrol nyeri masa
durasi kurang dari 6  Melaporkan lampau
bulan. bahwa nyeri 7.      Bantu pasien dan keluarga
berkurang untuk mencari dan menemukan
Batasan karakteristik : dengan dukungan
Laporan secara verbal menggunakan 8.      Kontrol lingkungan yang dapat
atau non verbal manajemen mempengaruhi nyeri seperti suhu
Fakta dari observasi nyeri ruangan, pencahayaan dan
posisi antalgic untuk  Mampu kebisingan
menghindari nyeri mengenali nyeri9.      Kurangi faktor presipitasi nyeri
Gerakan melindungi (skala, 10.  Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
Tingkah laku berhati-hati intensitas, farmakologi dan inter personal)
Muka topeng frekuensi dan 11.  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
Gangguan tidur (mata tanda nyeri) menentukan intervensi
sayu, tampak capek, sulit  Menyatakan rasa12.  Ajarkan tentang teknik non
atau gerakan kacau, nyaman setelah farmakologi
menyeringai) nyeri berkurang 13.  Berikan analgetik untuk
Terfokus pada diri sendiri  Tanda vital dalam mengurangi nyeri

Fokus menyempit rentang normal 14.  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri


(penurunan persepsi 15.  Tingkatkan istirahat

waktu, kerusakan proses 16.  Kolaborasikan dengan dokter jika

berpikir, penurunan ada keluhan dan tindakan nyeri

interaksi dengan orang tidak berhasil

dan lingkungan) 17.  Monitor penerimaan pasien

Tingkah laku distraksi, tentang manajemen nyeri

contoh : jalan-jalan, Analgesic Administration

menemui orang lain 1.      Tentukan lokasi, karakteristik,

dan/atau aktivitas, kualitas, dan derajat nyeri

aktivitas berulang-ulang) sebelum pemberian obat

     Respon autonom (seperti 2.      Cek instruksi dokter tentang

diaphoresis, perubahan jenis obat, dosis, dan frekuensi

tekanan darah, 3.      Cek riwayat alergi

perubahan nafas, nadi 4.      Pilih analgesik yang diperlukan

dan dilatasi pupil) atau kombinasi dari analgesik

    Perubahan autonomic ketika pemberian lebih dari satu

dalam tonus otot 5.      Tentukan pilihan analgesik

(mungkin dalam rentang tergantung tipe dan beratnya

dari lemah ke kaku) nyeri

    Tingkah laku ekspresif 6.      Tentukan analgesik pilihan, rute

(contoh : gelisah, pemberian, dan dosis optimal

merintih, menangis, 7.      Pilih rute pemberian secara IV,

waspada, iritabel, nafas IM untuk pengobatan nyeri secara

panjang/berkeluh kesah) teratur

    Perubahan dalam nafsu 8.      Monitor vital sign sebelum dan

makan dan minum sesudah pemberian analgesik


pertama kali
Faktor yang berhubungan 9.      Berikan analgesik tepat waktu
: Agen injuri (biologi, terutama saat nyeri hebat
kimia, fisik, psikologis) 10.  Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
2.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

Diagnose keperawatan/ Rencaana keperawatan


Tujuan dan kriteria intervensi
masalah kolaborasi
hasil
Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan dengan:         Anxiety Control Sleep Enhancement
         Psikologis : usia tua,         Comfort Level 1.      Determinasi efek-efek medikasi
kecemasan, agen         Pain Level terhadap pola tidur
biokimia, suhu tubuh,         Rest : Extent and 2.      Jelaskan pentingnya tidur yang
pola aktivitas, depresi, Pattern adekuat
kelelahan, takut,         Sleep : Extent ang3.      Fasilitasi untuk mempertahankan
kesendirian. Pattern aktivitas sebelum tidur (membaca)
         Lingkungan : Setelah dilakukan 4.      Ciptakan lingkungan yang
kelembaban, kurangnya tindakan nyaman
privacy/kontrol tidur, keperawatan selama5.      Kolaburasi pemberian obat tidur
pencahayaan, medikasi …. gangguan pola
(depresan, tidur pasien teratasi
stimulan),kebisingan. dengan kriteria hasil:
Fisiologis : Demam, mual, Jumlah jam tidur
posisi, urgensi urin. dalam batas normal
DS:  Pola tidur,kualitas
         Bangun lebih dalam batas normal
awal/lebih lambat  Perasaan fresh
         Secara verbal sesudah
menyatakan tidak fresh tidur/istirahat
sesudah tidur  Mampu
DO : mengidentifikasi hal-
         Penurunan hal yang
kemempuan fungsi meningkatkan tidur
         Penurunan proporsi
tidur REM
         Penurunan proporsi
pada tahap 3 dan 4 tidur.
         Peningkatan proporsi
pada tahap 1 tidur
         Jumlah tidur kurang
dari normal sesuai usia
3.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
Diagnose keperawatan/ Rencaana keperawatan
Tujuan dan kriteria intervensi
masalah kolaborasi
hasil
Gangguan mobilitas NOC : NIC :
fisik 1.      Joint Movement : Exercise therapy : ambulation
Active 1.      Monitoring vital sign
Definisi : Keterbatasan
2.      Mobility Level sebelm/sesudah latihan dan lihat
dalam kebebasan untuk
3.      Self care : ADLs respon pasien saat latihan
pergerakan fisik tertentu
4.      Transfer
2.      Konsultasikan dengan terapi
pada bagian tubuh atau performance fisik tentang rencana ambulasi
satu atau lebih sesuai dengan kebutuhan
ekstremitas Kriteria Hasil : 3.      Bantu klien untuk
1.      Klien meningkat menggunakan tongkat saat
Batasan karakteristik : dalam aktivitas fisik berjalan dan cegah terhadap
1.      Postur tubuh yang tidak
2.      Mengerti tujuan cedera
stabil selama melakukan dari peningkatan
4.      Ajarkan pasien atau tenaga
kegiatan rutin harian mobilitas kesehatan lain tentang teknik
2.      Keterbatasan
3.      Memverbalisasikan ambulasi
kemampuan untuk perasaan dalam
5.      Kaji kemampuan pasien dalam
melakukan keterampilan meningkatkan mobilisasi
motorik kasar kekuatan dan
6.      Latih pasien dalam pemenuhan
3.      Keterbatasan kemampuan kebutuhan ADLs secara mandiri
kemampuan untuk berpindah sesuai kemampuan
melakukan keterampilan
4.      Memperagakan
7.      Dampingi dan Bantu pasien saat
motorik halus penggunaan alat mobilisasi dan bantu penuhi
4.      Tidak ada koordinasi Bantu untuk kebutuhan ADLs ps.
atau pergerakan yang mobilisasi (walker) 8.      Berikan alat Bantu jika klien
tersentak-sentak memerlukan.
5.      Keterbatasan ROM 9.      Ajarkan pasien bagaimana
6.      Kesulitan berbalik merubah posisi dan berikan
(belok) bantuan jika diperlukan
7.      Perubahan gaya
berjalan (Misal :
penurunan kecepatan
berjalan, kesulitan
memulai jalan, langkah
sempit, kaki diseret,
goyangan yang
berlebihan pada posisi
lateral)
8.      Penurunan waktu
reaksi
9.      Bergerak menyebabkan
nafas menjadi pendek
10.  Usaha yang kuat untuk
perubahan gerak
(peningkatan perhatian
untuk aktivitas lain,
mengontrol perilaku,
fokus dalam anggapan
ketidakmampuan
aktivitas)
11.  Pergerakan yang lambat
12.  Bergerak menyebabkan
tremor

Faktor yang berhubungan


:
         Pengobatan
         Terapi pembatasan
gerak
         Kurang pengetahuan
tentang kegunaan
pergerakan fisik
         Indeks massa tubuh
diatas 75 tahun percentil
sesuai dengan usia
         Kerusakan persepsi
sensori
         Tidak nyaman, nyeri
         Kerusakan
muskuloskeletal dan
neuromuskuler
         Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
         Depresi mood atau
cemas
         Kerusakan kognitif
         Penurunan kekuatan
otot, kontrol dan atau
masa
         Keengganan untuk
memulai gerak
         Gaya hidup yang
menetap, tidak
digunakan,
deconditioning
         Malnutrisi selektif atau
umum
4.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan.
Diagnose keperawatan/ Rencaana keperawatan
Tujuan dan kriteria intervensi
masalah kolaborasi
hasil
Kerusakan kulit NOC : NIC :
Tissue Integrity : Pressure Management
Definisi : Perubahan pada Skin and Mucous
1.      Anjurkan pasien untuk
epidermis dan dermis Membranes menggunakan pakaian yang
longgar
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : 2.      Hindari kerutan padaa tempat
          Gangguan pada
1.      Integritas kulit tidur
bagian tubuh yang baik bisa
3.      Jaga kebersihan kulit agar tetap
          Kerusakan lapisa kulit dipertahankan bersih dan kering
(dermis) (sensasi, elastisitas,
4.      Mobilisasi pasien (ubah posisi
          Gangguan permukaan temperatur, hidrasi, pasien) setiap dua jam sekali
kulit (epidermis) pigmentasi) 5.      Monitor kulit akan adanya
          Faktor yang
2.      Tidak ada luka/lesi kemerahan
berhubungan : pada kulit 6.      Oleskan lotion atau
Eksternal : 3.      Perfusi jaringan minyak/baby oil pada derah yang
1.      Hipertermia atau baik tertekan
hipotermia 4.      Menunjukkan
7.      Monitor aktivitas dan mobilisasi
2.      Substansi kimia pemahaman dalam pasien
3.      Kelembaban udara proses perbaikan
8.      Monitor status nutrisi pasien
4.      Faktor mekanik kulit dan mencegah
9.      Memandikan pasien dengan
(misalnya : alat yang terjadinya sedera sabun dan air hangat
dapat menimbulkan luka, berulang
tekanan, restraint) 5.      Mampu
5.      Immobilitas fisik melindungi kulit dan
6.      Radiasi mempertahankan
7.      Usia yang ekstrim kelembaban kulit
8.      Kelembaban kulit dan perawatan alami
9.      Obat-obatan
internal :
1.      Perubahan status
metabolik
2.      Tulang menonjol
3.      Defisit imunologi
4.      Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
5.      Perubahan sensasi
6.      Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
7.      Perubahan status
cairan
8.      Perubahan pigmentasi
9.      Perubahan sirkulasi
10.  Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
5.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat.
Diagnose keperawatan/ Rencaana keperawatan
Tujuan dan kriteria intervensi
masalah kolaborasi
hasil
Resiko Infeksi NOC : NIC :
         Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi :          Knowledge 1.     
: Bersihkan lingkungan setelah
Peningkatan resiko Infection control dipakai pasien lain
masuknya organisme
         Risk control 2.      Pertahankan teknik isolasi
patogen 3.      Batasi pengunjung bila perlu
Kriteria Hasil : 4.      Instruksikan pada pengunjung
Faktor-faktor resiko : 2.      Klien bebas dari untuk mencuci tangan saat
         Prosedur Infasif tanda dan gejala berkunjung dan setelah berkunjung
         pengetahuan untuk infeksi meninggalkan pasien
menghindari paparan
3.      Menunjukkan
5.      Gunakan sabun antimikrobia
patogen kemampuan untuk untuk cuci tangan
         Trauma mencegah timbulnya
6.      Cuci tangan setiap sebelum dan
         Kerusakan jaringan infeksi sesudah tindakan keperawatan
dan peningkatan paparan
4.      Jumlah leukosit
7.      baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan dalam batas normal pelindung
         Ruptur membran
5.      Menunjukkan
8.      Pertahankan lingkungan aseptik
amnion perilaku hidup sehat selama pemasangan alat
         Agen farmasi 9.      Ganti letak IV perifer dan line
(imunosupresan) central dan dressing sesuai
         Malnutrisi dengan petunjuk umum
         Peningkatan paparan 10.  Gunakan kateter intermiten untuk
lingkungan pathogen menurunkan infeksi kandung
         Imonusupresi kencing
         Ketidakadekuatan 11.  Tingkatkan intake nutrisi
imum buatan 12.  Berikan terapi antibiotik bila perlu
         Tidak adekuat
pertahanan sekunder Infection Protection (proteksi
(penurunan Hb, terhadap infeksi)
Leukopenia, penekanan 1.      Monitor tanda dan gejala infeksi
respon inflamasi) sistemik dan lokal
         Tidak adekuat 2.      Monitor hitung granulosit, WBC
pertahanan tubuh primer 3.      Monitor kerentanan terhadap
(kulit tidak utuh, trauma infeksi
jaringan, penurunan kerja 4.      Batasi pengunjung
silia, cairan tubuh statis, 5.      Saring pengunjung terhadap
perubahan sekresi pH, penyakit menular
perubahan peristaltic) 6.      Partahankan teknik aspesis pada
         Penyakit kronik pasien yang beresiko
7.      Pertahankan teknik isolasi k/p
8.      Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
9.      Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10.  Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11.  Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
12.  Dorong masukan cairan
13.  Dorong istirahat
14.  Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
15.  Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
16.  Ajarkan cara menghindari infeksi
17.  Laporkan kecurigaan infeksi
18.  Laporkan kultur positif

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan merupakan suatu proses keluarnya darah dari pembuluh darah
akibat rusaknya dinding pembuluh darah karena trauma atau penyakit. Saat terjadi
perdarahan, secara alami tubuh akan merespon dengan mekanisme hemostasis untuk
menghentikan perdarahan tersebut. Hemostasis adalah penghentian kehilangan darah
dari pembuluhdarahyang rusak.

Cara untuk mengontrol perdarahan adalah dengan melakukan


penekanan.Penekanan diperoleh dari penekanan langsung dengan jari atau dengan
kasa.Sering hanya dengan penekanan sudah berhasil mengatasi perdarahan
(Pedersen, 1996).Selain penekanan, penggunaan hemostatik topical juga merupakan
langkah untuk mengontrol perdarahan.
B. Saran
Agar dapat menjadi masukan menerapkan teknik menghentikan perdarahan dan hecting
pada kasus-kasus kegawat daruratan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hamidi, 2011.Pertolongan Pertama. UPI.


M. Sholekhudin, 2011. Solekhudin. 2011. Seri P3K: Perdarahan Berat. Jakarta: Intisari
Smart & Inspirasing.
Pedersen, G.W, 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 29- 100.
Petra & Aryeh. 2012. Basic of Blood Management. New York: Wiley publisher
Rahayu I, Hadi K, Arsyik I,2013. Efek Hemostasis Ekstrak Metanol Daun Sisi Saga pada
Tikus Jantan. J Trop Pharm : 153

Anda mungkin juga menyukai